commit to user
61 BAB IV
HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Data 1. Deskripsi Lokasi Penelitian
SMP Negeri 6 Kebumen terletak pada 7040’38”S dan 109041’48”E. Secara administratif SMP Negeri 6 Kebumen beralamat di Desa Sumberadi, Kecamatan Kebumen, Kabupaten Kebumen. SMP Negeri 6 Kebumen merupakan salah satu sekolah menengah pertama di kecamatan kebumen yang letaknya jauh dari kawasan perkotaan, letaknya di tengah-tengah lingkungan perdesaan. Jarak dari jalan raya (jalan provinsi) kurang lebih 3 kilometer. Terletak di desa Sumberadi yang kondang sebagai kawasan pondok pesanteren / kawasan reiligius di Kecamatan Kebumen, membuat SMP negeri 6 Kebumen lebih ke arah religius dalam menetapkan aturan tata tertib di sekolahnya, seperti setiap siswa putri wajib memaki jilbab, dan siswa putra memakai seragam dengan celana panjang. Letaknya yang cukup jauh dari kota malah memberi keuntungan sendiri kepada peserta didik lulusan sekolah dasar yang berasal dari desa - desa di pinggiran wilayah timur Kecamatan Kebumen. Keuntungannya adalah para peserta didik tidak perlu jauh-jauh menempuh jarak yang kurang lebih sampai 8-10 kilometer untuk bersekolah di kota, keuntungan lainnya adalah para wali murid tidak perlu memikirkan biaya transportasi umum, karena SMP Negeri 6 Kebumen dapat dijangkau dengan naik Sepeda. Input peserta didik SMP Negeri 6 Kebumen kebanyakan berasal dari Sekolah Dasar di desa – desa sekitar Desa Sumberadi, seperti Desa Tanahsari, Desa Bandung, Desa Candimulyo, Desa Candiwulan, Desa Wonosari, Desa Roworejo, Desa Kalirejo, Desa Argopeni, Desa Jatisari, dll.
Sarana dan Prasarana yang dimiliki SMP Negeri 6 Kebumen sebagai penunjang kelancaran kegiatan belajar mengajar secara uum cukup lengkap yang dapat dilihat pada Tabel 4.1 berikut:
commit to user
Tabel 4.1 Sarana dan Prasarana SMP Negeri 6 Kebumen
No Jenis Ruang Jumlah
1. Ruang Kelas 24 2. Laboratorium Fisika 1 3. Laboratorium Biologi 1 4. Laboratorium Komputer 2 5. Laboratorium Bahasa 1 6. Perpustakaan 1 7. Ruang UKS 1
8. Aula Serbaguna (Multimedia Room) 1
9. Koperasi Toko 1
10. Ruang Kepala Sekolah 1
11. Ruang Guru 1
12. Ruang Tata Usaha 1
13. Ruang Bimbingan Konseling 1
14. Ruang OSIS 1 15. Ruang Kesenian 1 16. GOR Serbaguna 1 17. Mushola 1 18. Gudang 2 19. Lap. Basket 1 20. Lap. Voli 2
21. Kamar Mandi/ WC Guru 2
22. Kamar Mandi/ WC Siswa 3
23. Kantin 1
24. Parkir Sepeda siswa 2
25. Parkir Kendaraan Guru & Tamu 2
26. POS Satpam 1
Sumber: Dokumen SMP Negeri 6 Kebumen, 2015
SMP Negeri 6 Kebumen memiliki 24 ruang kelas dengan pembagian masing-masing 8 kelas untuk setiap jenjang yang dinyatakan dalam huruf alphabet (VII = 8 kelas, VIII = 8 kelas, IX = 8 kelas). Jumlah siswa di SMP Negeri 6 Kebumen adalah 768 siswa. Setiap kelas teridiri atas 32 siswa, sehingga kelas VII berjumlah 256 siswa, kelas VIII berjumlah 256 siswa, dan kelas IX berjumlah 256 siswa. Selain ruang kelas, SMP Negeri 6 juga ditunjang dengan beberapa ruang seperti, Laboratorium Fisika (IPA), Laboratorium Bahasa, Laboratorium Komputer, Ruang Multimedia, Ruang Kesenian, dan Perpustakaan. Selain ruang untuk kegiatran akademik, SMP
commit to user
Negeri 6 Kebumen juga memiliki beberapa lapangan untuk kegiatan non akademik seperti ekstrakurikuler, antara lain : lapangan Basket, lapangan volly, lapangan indoor (serbaguana) dan tidak sedikit prestasi yang berhasil diraih siswa-siswi SMP Negeri 6 kebumen di bidang non akademik, prestasi non akademik yang paling membanggakan adalah dari ekstrakurikuler Pencak silat. Siswa – siswi dari SMP Negeri 6 kebumen cukup disegani prestasi pencak silatnya di Kabupaten Kebumen.
Ruang kelas yang cukup representatif, serta sarana dan prasarana pembelajaran yang cukup lengkap di SMP Negei 6 Kebumen, memberikan suasana belajar-mengajar yang cukup kondusif, apalagi ditunjang dengan sudah terpasangnya jaringan WIFI sekolah, sehinggha siswa dan guru lebih dimudahkan dalam mengakses internet untuk mencari berbagai informasi. Lokasi penelitian dapat dilihat pada peta citra SMP Negeri 6 Kebumen tahun 2015 berikut ini :
commit to user Gambar 4.1 Peta citra SMP Negeri 6 Kebumen
commit to user 2. Deskripsi Data Hasil Penelitian
Data hasil penelitian diperoleh data data tes dan non-tes untuk mendapatkan hasil belajar pengetahuan, sikap dan keterampilan pada kompetensi dasar memahami pengertian dinamika interaksi manusia dengan lingkungan alam, sosial, budaya, dan ekonomi. Data tes hasil belajar ranah pengetahuan (kognitif) diperoleh dari nilai tes tertulis yang dilakukan dilakukan pada akhir pembelajaran setelah diberikan perlakuan. Soal terdiri dari 30 soal pilihan ganda yang mencakup C1 sampai dengan C4. Data tersebut diperoleh dari tiga kelas dengan jumlah sampel total 91 peserta didik yaitu 28 peserta didik di kelas VII C, 32 peserta didik di kelas VII D, dan 31 peserta didik di kelas VII E, SMP Negeri 6 Kebumen tahun ajaran 2014/2015. Kelas VII C sebagai kelas eksperimen 1 menggunakan metode pembelajaran Think Pair Share (TPS). Kelas VII D sebagai kelas kontrol menggunakan metode pembelajaran ceramah. Kelas VII E sebagai kelas eksperimen 2 menggunakan metode pembelajaran Group Investigation (GI). Data non tes meliputi angket dan lembar observasi peserta didik. Data angket digunakan untuk penilaian ranah sikap peserta didik terhadap pembelajaran IPS dengan sistem penilaian diri peserta didik, sedangkan lembar observasi peserta didik digunakan untuk penilaian ranah keterampilan peserta didik dalam diskusi kelompok.
Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) mata pelajaran IPS yang telah ditentukan oleh SMP Negeri 6 Kebumen sebesar 75 skala 100 dan 3 dalam skala 4 berdasarkan kurikulum 2013 untuk ranah pengetahuan, sikap dan Keterampilan.
a. Deskripsi Data Hasil Belajar Ranah Pengetahuan 1) Deskripsi Data Hasil Penelitian Kelas Ceramah
Data hasil penelitian yang berupa data hasil belajar peserta didik Kelas Ceramah disajikan pada Tabel 4.2 berikut.
Tabel 4.2 Data Hasil Belajar Peserta Didik Kelas Cermah
Interval Skor Frekuensi Persentase (%)
17 – 18 2 6,25
commit to user 21 – 22 15 46,875 23 – 24 9 28,125 25 – 26 2 6,25 ≥ 27 1 3,125 Jumlah 32 100 Mean 22,09 Standar Deviasi 2,022 Skor Minimum 18 Skor Maksimum 27
Sumber: Hasil Perhitungan Data, 2015
Berdasarkan data yang disajikan pada Tabel 4.2 dapat dibuat histogram distribusi frekuensi hasil belajar peserta didik kelas Group Investigation pada Gambar 4.2 berikut ini.
Gambar 4.2 Histogram Distribusi Data Hasil Belajar Peserta Didik Kelas Ceramah
Sumber : Hasil Perhitungan Data 2015
Tabel 4.2 dan Gambar 4.2 menunjukkan distribusi data hasil belajar peserta didik Kelas Ceramah. Diketahui bahwa Kelas Ceramah memiliki frekuensi terbesar pada skor 21 – 22 yaitu sebanyak 15 peserta didik. Kelas Cermah memiliki rerata sebesar 22,09 dengan standar deviasi sebesar 2,022 serta memiliki skor minimum sebesar 18 dan skor maksimum sebesar 27.
0 2 4 6 8 10 12 14 16 17 – 18 19 – 20 21 – 22 23 – 24 25 – 26 ≥ 27 2 3 15 9 2 1 F re k uens i Interval Kelas Ceramah
commit to user
2) Deskripsi Data Hasil Penelitian Kelas Think Pair Share
Data hasil penelitian yang berupa data hasil belajar peserta didik Kelas Think Pair Share disajikan pada Tabel 4.3 berikut.
Tabel 4.3 Data Hasil Belajar Peserta Didik Kelas Think Pair Share
Interval Skor Frekuensi Persentase (%)
17 – 18 0 0 19 – 20 1 3,6 21 – 22 10 35,7 23 – 24 11 39,3 25 – 26 5 17,8 ≥ 27 1 3,6 Jumlah 28 100 Mean 23,14 Standar Deviasi 1,693 Skor Minimum 20 Skor Maksimum 27
Sumber: Hasil Perhitungan Data, 2015
Berdasarkan data yang disajikan pada Tabel 4.3 dapat dibuat histogram distribusi frekuensi hasil belajar peserta didik Kelas Think Pair Share pada Gambar 4.3 berikut ini.
Gambar 4.3 Histogram Distribusi Data Hasil Belajar Peserta Didik Kelas Think Pair Share
Sumber : Hasil Perhitungan Data 2015 0 2 4 6 8 10 12 17 – 18 19 – 20 21 – 22 23 – 24 25 – 26 ≥ 27 0 1 10 11 5 1 F re k uens i Interval Kelas Think Pair Share
commit to user
Tabel 4.3 dan Gambar 4.3 menunjukkan distribusi data hasil belajar peserta didik Kelas Think Pair Share. Dapat diketahui bahwa Kelas Think Pair Share memiliki frekuensi terbesar pada interval 23 – 24 yaitu sebanyak 11 peserta didik. Kelas Think Pair Share memiliki rerata sebesar 23,14 dengan standar deviasi sebesar 1,693 serta memiliki skor minimum sebesar 20 dan skor maksimum sebesar 27. 3) Deskripsi Data Hasil Penelitian Kelas Group Investigation
Data hasil penelitian yang berupa data hasil belajar peserta didik kelas ceramah disajikan pada Tabel 4.4 berikut.
Tabel 4.4 Data Hasil Belajar Peserta Didik Group Investigation
Interval Skor Frekuensi Persentase (%)
17 – 18 0 0 19 – 20 1 3,22 21 – 22 12 38,71 23 – 24 8 25,81 25 – 26 9 29,04 ≥ 27 1 3,22 Jumlah 31 100 Mean 23,29 Standar Deviasi 1,829 Skor Minimum 20 Skor Maksimum 27
Sumber: Hasil Perhitungan Data, 2015
Berdasarkan data yang disajikan pada Tabel 4.4 dapat dibuat histogram distribusi frekuensi hasil belajar peserta didik kelas ceramah pada Gambar 4.4 berikut ini.
commit to user
Gambar 4.4 Histogram Distribusi Data Hasil Belajar Peserta Didik Kelas Group Investigation
Sumber : Hasil Perhitungan Data, 2015
Tabel 4.4 dan Gambar 4.4 menunjukkan distribusi data hasil belajar peserta didik Kelas Group Investigation. Dapat diketahui bahwa Kelas Group Investigation memiliki skor terbanyak pada interval 21 - 22 yaitu sebanyak 12 peserta didik. Kelas Group Investigation memiliki rerata sebesar 23,29 dengan standar deviasi sebesar 1,829 serta memiliki skor minimum sebesar 20 dan skor maksimum sebesar 27.
4) Perbandingan Data Penelitian Kelas Ceramah, Kelas Think Pair Share, dan Kelas Group Investigation
Data hasil penelitian yang berupa data hasil belajar peserta didik Kelas Ceramah, Kelas Think Pair Share, dan Kelas Group Investigation disajikan pada Tabel 4.5 berikut.
Tabel 4.5 Distribusi data Hasil Belajar Peserta Didik Kelas Ceramah, Kelas Think Pair Share, dan Kelas Group Investigation
0 2 4 6 8 10 12 17 – 18 19 – 20 21 – 22 23 – 24 25 – 26 ≥ 27 0 1 12 8 9 1 F re k uens i Interval Kelas Group Investigation
Interval
Frekuensi Kelas
Ceramah
Kelas
Think Pair Share
Kelas
Group Investigation
commit to user Keterangan : --- =batas tuntas (KKM) Sumber: Hasil Perhitungan Data, 2015
Berdasarkan data yang disajikan pada Tabel 4.5 dapat dibuat histogram perbandingan pada Gambar 4.5 berikut ini.
Gambar 4.5 Histogram Distribusi Data Hasil Belajar Peserta Didik Kelas Ceramah, Kelas Think Pair Share, dan Kelas Group Investigation
Sumber : Hasil Perhitungan Data 2015
Tabel 4.5 dan Gambar 4.5 menunjukkan bahwa frekuensi Kelas Ceramah terbesar pada interval 21 – 22 sebanyak 15 peserta didik, frekuensi Kelas Think Pair Share terbesar pada interval 23 – 24 sebanyak 11 peserta didik, dan frekuensi Kelas Group Investigation terbesar pada interval 21 – 22 sebanyak 12 peserta didik. Melihat pada Tabel 4.4, jumlah peserta didik kelas ceramah yang diatas KKM ada 12, sedangkan kelas Think Pair Share ada 17 peserta didik, dan kelas Group Investigation ada 18 peserta didik. Hal ini menunjukkan bahwa
0 2 4 6 8 10 12 14 16 17 – 18 19 – 20 21 – 22 23 – 24 25 – 26 ≥ 27 2 3 15 9 2 1 0 1 10 11 5 1 0 1 12 8 9 1 F re k uens i Interval
Ceramah Think Pair Share Group Investigation
19 – 20 3 1 1 21 – 22 15 10 12 23 – 24 9 11 8 25 – 26 2 5 9 1 1 1 Jumlah 32 28 31
commit to user
tingkatan skor untuk Kelas Group Investigation lebih tinggi daripada Kelas Ceramah maupun Kelas Think Pair Share.
Hasil statistik hasil belajar peserta didik dapat dilihat pada Tabel 4.6 berikut ini.
Tabel 4.6 Data Statistik Hasil Belajar Peserta Didik Kelas Ceramah, Kelas Think Pair Share, dan Kelas Group Investigation
Data Statistik Kelas
Ceramah
Kelas
Think Pair Share
Kelas
Group Investigation
Jumlah Peserta Didik 32 28 31
Mean 22,09 23,14 23,29
Standar Deviasi 2,022 1,693 1,829
Skor Minimum 18 20 20
Skor Maksimum 27 27 27
Sumber: Hasil Perhitungan Data, 2015
Berdasarkan data pada Tabel 4.6 di atas dapat disajikan histogram perbedaan rata – rata, standar deviasi, skor maksimum dan skor minimum Kelas Ceramah, Kelas Think Pair Share, dan Kelas Group Investigation seperti pada Gambar 4.6 di bawah ini.
Gambar 4.6 Histogram Data Statistik Hasil Belajar Peserta Didik Kelas Ceramah, Kelas Think Pair Share,
dan Kelas Group Investigation
Sumber : Hasil Perhitungan Data 2015 0,0 5,0 10,0 15,0 20,0 25,0 30,0
Mean Standar Deviasi Skor Minimum Skor Maksimum 22,1 2,0 18 27 23,1 1,7 20 27 23,3 1,8 20 27
commit to user
Tabel 4.6 dan Gambar 4.6 menunjukkan bahwa Kelas Ceramah memiliki skor rata – rata sebesar 22,09 dengan standar deviasi sebesar 2,022, skor terendah 18 dan skor tertinggi sebesar 27 dan Kelas Think Pair Share memiliki skor rata – rata sebesar 23,14 dengan standar deviasi sebesar 1,693, skor terendah 20 dan skor tertinggi sebesar 27 sedangkan Kelas Group Investigation memiliki skor rata – rata sebesar 23,29 dengan standar deviasi sebesar 1,829, skor terendah 20 dan skor tertinggi sebesar 27. Berdasarkan rerata Kelas Ceramah, Kelas Think Pair Share, dan Kelas Group Investigation dapat dinyatakan bahwa Kelas Group Investigation memiliki skor rerata tertinggi dibandingkan Kelas Ceramah maupun Kelas Think Pair Share.
b. Deskripsi Data Hasil Belajar Ranah Sikap
Data penilaian hasil belajar ranah sikap diperoleh melalui angket penilaian diri sikap peserta didik terhadap pembelajaran IPS dengan empat indikator yang dijabarkan dengan 25 pernyataan. Adapun data-data penilaian dapat dilihat di bawah ini
1) Hasil Penilaian Ranah Sikap Kelas Ceramah
Data penilaian ranah sikap peserta didik pada kelas Ceramah dapat dilihat pada data Tabel 4.7 berikut
Tabel 4.7 Distribusi skor ranah sikap kelas Ceramah
Interval F Persentase (%) 61 – 65 2 6,25 66 – 70 6 18,75 71 – 75 10 31,25 76 – 80 9 28,125 81 – 85 2 6,25 86 – 90 3 9,375 Jumlah 32 100 Rerata 74,937
Sumber: Hasil Perhitungan Data, 2015
Berdasarkan data Tabel 4.7 dapat diketahui interval skor dari setiap peserta didik, dari 32 peserta didik terdapat 6 kelas interval dengan frekuensi dan persentase yang berbeda-beda yaitu pada Interval 61-65
commit to user
memiliki frekuensi 2 peserta didik dengan persentase 6,25%, interval 66-70 memiliki frekuensi 6 peserta didik dengan persentase 18,75%, Interval 71-75 memiliki frekuensi 10 peserta didik dengan persentase 31,25%, sedangkan pada interval 76-80 memiliki fekuensi 9 peserta didik dengan persentase 28,125%, interval 81-85 dan 86-90 masing-masing memiliki frekuensi 2 dan 3 peserta didik dengan persentase masing-masing 6,25% dan 9,375%. Rata-rata skor sikap peserta didik 74,937. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 4.7 berikut ini.
Gambar 4.7 Histogram distribusi skor ranah sikap Kelas Ceramah
Sumber : Hasil Perhitungan Data 2015
Berdasarkan Gambar 4.7, dapat diketahui bahwa frekuensi tertinggi terdapat pada interval 71-75 dengan frekuensi 9 peserta didik, sedangkan interval terendah pada 61-65 dan 81-85 dengan frekuensi 2 peserta didik. Berdasarkan data interval-interval diatas dapat disajikan nilai kategori peserta didik dalam penilaian sikap. Adapun data tersebut dapat dilihat dari Tabel 4.8.
0 2 4 6 8 10 61 - 65 66 - 70 71 - 75 76 - 80 81 - 85 86 - 90 2 6 10 9 2 3 F re ku ensi Interval Frekuensi
commit to user
Tabel 4.8 Persentase Hasil belajar ranah sikap peserta didik kelas Ceramah
Kategori F Persentase (%)
Sangat baik 4 12,5
Baik 28 87,5
Sumber: Hasil Perhitungan Data, 2015
Berdasarkan data Tabel 4.8 dari 32 peserta didik diketahui jumlah kategori nilai sikap peserta didik memiliki sikap yang baik dan sangat baik terhadap pembelajaran IPS dengan persentase pada kategori nilai baik berjumlah 87,5% dan kategori sangat baik berjumlah 12,5%. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 4.8 berikut ini:
Gambar 4.8 Histrogam kategori hasil belajar ranah sikap peserta didik kelas Ceramah
Sumber : Hasil Perhitungan Data 2015 2) Hasil Penilaian Ranah Sikap Kelas Think Pair Share
Data penilaian ranah sikap peserta didik pada kelas Think Pair Share dapat dilihat pada data Tabel 4.9 berikut
Tabel 4.9 Distribusi skor ranah sikap kelas Think Pair Share
Interval F Persentase (%) 61 – 65 0 0 66 – 70 0 0 71 – 75 7 25 76 – 80 12 42,86 81 – 85 5 17,86 12.5% 87.5%
commit to user
86 – 90 4 14,29
Jumlah 28 100
Rerata 78,679
Sumber: Hasil Perhitungan Data, 2015
Berdasarkan data Tabel 4.9 dapat diketahui interval skor dari setiap peserta didik, dari 28 peserta didik terdapat 6 kelas interval dengan frekuensi dan persentase yang berbeda-beda yaitu pada Interval 61-65 dan 66-70 memiliki frekuensi 0 peserta didik. Interval 71-75 memiliki frekuensi 7 peserta didik dengan persentase 25%. Interval 76-80 memiliki frekuensi 12 peserta didik dengan persentase 42,86%, sedangkan pada interval 81-85 memiliki fekuensi 5 peserta didik dengan persentase 17,86%, interval 86-90 memiliki frekuensi 4 peserta didik dengan persentase masing-masing 14,29%. Rata-rata skor sikap peserta didik 78,679. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 4.9 berikut ini.
Gambar 4.9 Histogram distribusi skor ranah sikap Kelas Think Pair Share
Sumber : Hasil Perhitungan Data 2015
Berdasarkan Gambar 4.9, dapat diketahui bahwa frekuensi tertinggi terdapat pada interval 76-80 dengan frekuensi 12 peserta didik, sedangkan interval terendah pada 61-65 dan 66-70 dengan frekuensi 0
0 2 4 6 8 10 12 61 - 65 66 - 70 71 - 75 76 - 80 81 - 85 86 - 90 0 0 7 12 5 4 F re k uens i Interval Frekuensi
commit to user
peserta didik. Berdasarkan data interval-interval diatas dapat disajikan nilai kategori peserta didik dalam penilaian sikap. Adapun data tersebut dapat dilihat dari Tabel 4.10.
Tabel 4.10 Persentase Hasil belajar ranah sikap peserta didik kelas Think Pair Share
Kategori F Persentase (%)
Sangat baik 4 14,29
Baik 24 85,71
Sumber: Hasil Perhitungan Data, 2015
Berdasarkan data Tabel 4.10 dari 28 peserta didik diketahui jumlah kategori nilai sikap peserta didik memiliki sikap yang baik dan sangat baik terhadap pembelajaran IPS dengan persentase pada kategori nilai baik berjumlah 85,71% dan kategori sangat baik berjumlah 14,29%. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 4.10 berikut ini:
Gambar 4.10 Histrogam kategori hasil belajar ranah sikap peserta didik kelas Think Pair Share
Sumber : Hasil Perhitungan Data 2015
3) Hasil Penilaian Ranah Sikap Kelas Group Investigation
Data penilaian ranah sikap peserta didik pada kelas Group Investigation dapat dilihat pada data Tabel 4.11 berikut
Tabel 4.11 Distribusi skor ranah sikap kelas Group Investigation
Interval F Persentase (%)
61 – 65 0 0
66 – 70 2 6,45
14.29%
85.71%
commit to user 71 – 75 10 32,26 76 – 80 6 19,35 81 – 85 8 25,81 86 – 90 5 16,13 Jumlah 31 100 Rerata
Sumber: Hasil Perhitungan Data, 2015
Berdasarkan data Tabel 4.11 dapat diketahui interval skor dari setiap peserta didik, dari 31 peserta didik terdapat 6 kelas interval dengan frekuensi dan persentase yang berbeda-beda yaitu pada Interval 61-65 memiliki frekuensi 0 peserta didik. Interval 66-70 memiliki frekuensi 2 peserta didik dengan persentase 6,45%. Interval 71-75 memiliki frekuensi 10 peserta didik dengan persentase 32,26%, sedangkan pada interval 76-80 memiliki fekuensi 6 peserta didik dengan persentase 19,35%, interval 81-85 memiliki frekuensi 8 peserta didik dengan persentase masing-masing 25,81% dan interval 86-90 memiliki frekuensi 5 peserta didik dengan persentase 16,13%. Rata-rata skor sikap peserta didik 78,741. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 4.11 berikut ini.
Gambar 4.11 Histogram distribusi skor ranah sikap Kelas Group Investigation
Sumber : Hasil Perhitungan Data 2015 0 2 4 6 8 10 61 - 65 66 - 70 71 - 75 76 - 80 81 - 85 86 - 90 0 2 10 6 8 5 Fre k u ens i Interval Frekuensi
commit to user
Berdasarkan Gambar 4.11 dapat diketahui bahwa frekuensi tertinggi terdapat pada interval 71-75 dengan frekuensi 10 peserta didik, sedangkan interval terendah pada 61-65 dengan frekuensi 0 peserta didik. Berdasarkan data interval-interval diatas dapat disajikan nilai kategori peserta didik dalam penilaian sikap. Adapun data tersebut dapat dilihat dari Tabel 4.12.
Tabel 4.12 Persentase Hasil belajar ranah sikap peserta didik kelas Group Investigation
Kategori F Persentase (%)
Sangat baik 6
Baik 25
Sumber: Hasil Perhitungan Data, 2015
Berdasarkan data Tabel 4.12 dari 31 peserta didik diketahui jumlah kategori nilai sikap peserta didik memiliki sikap yang baik dan sangat baik terhadap pembelajaran IPS dengan persentase pada kategori nilai baik berjumlah 85,71% dan kategori sangat baik berjumlah 14,29%. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 4.12 berikut ini:
Gambar 4.12 Histrogam kategori hasil belajar ranah sikap peserta didik kelas Group Investigation
Sumber : Hasil Perhitungan Data 2015 c. Deskripsi Data Hasil Belajar Ranah Keterampilan
Data penelitian hasil belajar ranah keterampilan diperoleh melalui observasi peserta didik pada saat pembelajaran berlangsung. Penilaian
19.35%
80.65%
commit to user
yang digunakan adalah penilaian unjuk kerja diskusi peserta didik dalam memecahkan masalah. Adapun data penilaian dapat dilihat dibawah ini
1) Hasil Penilaian Ranah Keterampilan Kelas Ceramah
Penilaian ranah keterampilan kelas Ceramah menggunakan lembar observasi dapat dilihat pada data-data dibawah ini.
Tabel 4.13 Distribusi skor ranah ketrampilan kelas Ceramah
Interval Frekuensi Persentase (%)
7-8 5 15,63 9-10 8 25 11-12 13 40,63 13-14 5 15,63 15-16 1 3,13 Jumlah 32 100
Sumber: Hasil Perhitungan Data, 2015
Berdasarkan Tabel 4.13 terdapat 5 interval kelas yaitu 7-8, 9-10, 11-12, 13-14 dan 15-16. Dari data tersebut dapat diketahui data jumlah frekuensi dan persentase peserta didik pada setiap interval. Pada interval 7-8 terdapat 5 peserta didik dengan persentase 15,63%, interval 9-10 terdapat 8 peserta didik dengan persentase 25%, interval 11-12 terdapat 13 peserta didik dengan persentase 40,63%, interval 13-14 terdapat 5 peserta didik dengan persentase 15,63% dan interval 15-16 terdapat 1 peserta didik dengan persentase 3,13%. Untuk pendistribusian skor lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 4.13 berikut ini
commit to user
Gambar 4.13 Histogram distribusi skor ranah keterampilan Kelas Ceramah
Sumber: Hasil Perhitungan Data, 2015
Berdasarkan data ada Gambar 4.13 dapat diketahui bahwa frekuensi tertinggi ada pada interval skor 11 – 12 sebanyak 13 peserta didik, sedangkan interval skor dengan frekuensi terendah adalah interval skor 15 – 16 dengan 1 peserta didik.
2) Hasil Penilaian Ranah Keterampilan Kelas Think Pair Share Penilaian ranah keterampilan kelas Think Pair Share menggunakan lembar observasi dapat dilihat pada data-data dibawah ini.
Tabel 4.14 Distribusi skor ranah ketrampilan kelas Think Pair Share
Interval Frekuensi Persentase (%)
7-8 1 3,57 9-10 7 25 11-12 10 35,71 13-14 5 17,86 15-16 5 17,86 Jumlah 28 100
Sumber: Hasil Perhitungan Data, 2015
Berdasarkan Tabel 4.14 terdapat 5 interval kelas yaitu 7-8, 9-10, 11-12, 13-14 dan 15-16. Dari data tersebut dapat diketahui data jumlah
0 2 4 6 8 10 12 14 7 - 8 9 - 10 11 - 12 13 - 14 15 - 16 5 8 13 5 1 F re k uens i Interval Frekuensi
commit to user
frekuensi dan persentase peserta didik pada setiap interval. Pada interval 7-8 terdapat 1 peserta didik dengan persentase 3,57%, interval 9-10 terdapat 7 peserta didik dengan persentase 25%, interval 11-12 terdapat 10 peserta didik dengan persentase 35,71%, interval 13-14 terdapat 5 peserta didik dengan persentase 17,86% dan interval 15-16 terdapat 5 peserta didik dengan persentase 17,86%. Untuk pendistribusian skor lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 4.14 berikut ini
Gambar 4.14 Histogram distribusi skor ranah Keterampilan Kelas Think Pair Share
Sumber: Hasil Perhitungan Data, 2015
Berdasarkan data ada Gambar 4.14 dapat diketahui bahwa frekuensi tertinggi ada pada interval skor 11 – 12 sebanyak 10 peserta didik, sedangkan interval skor dengan frekuensi terendah adalah interval skor 7 – 8 dengan 1 peserta didik.
3) Hasil Penilaian Ranah Keterampilan Kelas Group Investigation Penilaian ranah keterampilan kelas Group Investigation menggunakan lembar observasi dapat dilihat pada data-data dibawah ini. 0 2 4 6 8 10 7 - 8 9 - 10 11 - 12 13 - 14 15 - 16 1 7 10 5 5 Fre k u ens i Interval Frekuensi
commit to user
Tabel 4.15 Distribusi skor ranah ketrampilan kelas Group Investigation
Interval Frekuensi Persentase (%)
7-8 1 3,23 9-10 4 12,90 11-12 10 32,26 13-14 11 35,48 15-16 5 16,13 Jumlah 31 100
Sumber: Hasil Perhitungan Data, 2015
Berdasarkan Tabel 4.15 terdapat 5 interval kelas yaitu 7-8, 9-10, 11-12, 13-14 dan 15-16. Dari data tersebut dapat diketahui data jumlah frekuensi dan persentase peserta didik pada setiap interval. Pada interval 7-8 terdapat 1 peserta didik dengan persentase 3,23%, interval 9-10 terdapat 4 peserta didik dengan persentase 12,90%, interval 11-12 terdapat 10 peserta didik dengan persentase 32,26%, interval 13-14 terdapat 11 peserta didik dengan persentase 35,48% dan interval 15-16 terdapat 5 peserta didik dengan persentase 16,13%. Untuk pendistribusian skor lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 4.14 berikut ini
Gambar 4.15 Histogram distribusi skor ranah Keterampilan Kelas Group Investigation
Sumber: Hasil Perhitungan Data, 2015 0 2 4 6 8 10 12 7 - 8 9 - 10 11 - 12 13 - 14 15 - 16 1 4 10 11 5 F re k uens i Interval Frekuensi
commit to user
Berdasarkan data ada Gambar 4.14 dapat diketahui bahwa frekuensi tertinggi ada pada interval skor 11 – 12 sebanyak 10 peserta didik, sedangkan interval skor dengan frekuensi terendah adalah interval skor 7 – 8 dengan 1 peserta didik.
A. Pengujian Prasyarat Analisis
Normalitas data dan homogenitas data merupakan syarat pokok yang harus dipenuhi sebelum melakukan hipotesis uji anava ( analisis varian ) satu jalan. Data yang dapat dipergunakan dalam uji prasyarat analisis tersebut adalah data nilai kognitif posttest pada metode pembelajaran TPS, GI, dan ceramah.
1. Uji Normalitas
Normalitas data merupakan syarat penting yang harus dilakukan sebelum melakukan uji anava. Hal ini bertujuan untuk mengetahui apakah sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak. Normalitas suatu data penting karena dengan data yang berdistribusi normal, maka data tersebut dianggap dapat mewakili suatu populasi. Uji kenormalan dapat dilakukan dengan metode Liliefors dengan taraf signifikansi 5%. Hasil uji normalitas pada masing – masing kelompok dapat dilihat pada Tabel 4.16 dan selengkapnya disajikan pada Lampiran 22.
Tabel 4.16. Hasil Rangkuman Uji Normalitas Data Posttest
No Metode
Pembelajaran
Jumlah Sampel
Harga L
L Tabel L Hitung Kesimpulan
1 TPS 28 0,1674 0,004 Normal
2 GI 31 0,1591 0,004 Normal
3 Ceramah 32 0,1566 0,013 Normal
Sumber : Hasil Perhitungan Data, 2015
Untuk menentukan normalitas dari data tersebut cukup membaca pada nilai L hitung dibandingkan dengan nilai L tabel. Jika L hitung < L tabel, maka kesimpulannya data berdistribusi normal. Tetapi jika nilai L hitung > L tabel maka data tersebut berdistribusi tidak normal. Berdasarkan Tabel 4.16 dapat diperoleh informasi nilai L hitung pada masing – masing kelompok tes lebih kecil dari L tabel, sehingga dapat disimpulkan bahwa sampel dalam
commit to user
penelitian yang terdiri dari kelompok TPS, GI, dan ceramah berasal dari populasi yang berdistribusi normal.
2. Uji Homogenitas Varians
Uji homogenitas varians perlu dilakukan sebelum melakukan anava untuk mengetahui apakah varian data dari data sama atau berbeda. Hal tersebut perlu dilakukan karena uji anava berasumsi bahwa varian kelompok data adalah sama atau berbeda. Uji homogenitas terhadap data posttest masing – masing kelas menggunakan metode Bartlett dengan taraf signifikansi 5%. Untuk menentukan homogenitas dari data tersebut cukup membaca pada nilai Χ2obs dibandingkan dengan nilai Χ2tabel. Jika Χ2obs < Χ2tabel, maka kesimpulannya data bersifat homogen. Tetapi jika nilai Χ2obs > Χ2tabel maka data tersebut bersifat tidak homogen. Hasil rangkuman uji homogenitas data Posttest dapat dilihat pada Tabel 4.17 sebagai berikut
Tabel 4.17Rangkuman Hasil Uji Homogenitas data Posttest
Metode Pembelajaran X2 obs X2 tabel Kesimpulan TPS
0.8672 5.9914645 Homogen
GI Ceramah
Sumber : Hasil Perhitungan Data 2015
Berdasarkan Tabel 4.17 dapat dinyatakan bahwa nilai Χ2obs sebesar 0,8672 sedangkan nilai Χ2tabel sebesar 5,991. Hal tersebut membuktikan bahwa nilai Χ2obs<Χ2tabel. Dengan demikian data posttest menggunakan metode pembelajaran TPS, GI, dan ceramah berasal dari populasi yang homogen. Hasil uji homogenitas selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 23.
B. Pengujian Hipotesis 1. Pengujian Hipotesis Pertama
Setelah uji normalitas dan uji homogenitas varians terpenuhi, maka langkah selanjutnya dilakukan pengujian hipotesis 1 dengan anava (analisis varian) satu arah. Anava digunakan untuk menguji perbandingan tiga atau lebih rata – rata kelompok sampel yang independen dengan satu arah.
commit to user
Hipotesis yang digunakan dalam perhitungan anava satu arah sebagai berikut :
H0 = µ1 = µ2 = µ3, tidak terdapat perbedaan rataan hasil belajar peserta
didik yang signifikan antara penggunaan metode pembelajaran Think Pair Share, Group Investigation, dan Ceramah.
, paling sedikit terdapat dua rataan hasil belajar peserta didik yang berbeda secara signifikan antara yang menggunakan metode pembelajaran Think Pair Share, Group Investigation dan Ceramah. Keputusan uji= H0 ditolak ap abila Fobs > Fα ; H0 diterima apabila Fobs <
Fα Perhitungan lengkap anava dapat disajikan pada Lampiran 24, sedangkan rangkuman hasil anava satu arah dapat dilihat pada Tabel 4.18 berikut ini :
Tabel 4.18 Rangkuman hasil perhitungan anava satu arah Sumber
Varian JK dk RK Fobs Fα
Metode 26,653 2 13,327 3,85 3.10
Galat 304,534 88 3,46061 - -
Total 331,187 90 - - -
Sumber : Hasil Perhitungan Data 2015
Berdasarkan Tabel 4.18 menjelaskan tentang hasil uji analisis variansi satu arah dengan sel yang sama. Untuk menentukan keputusan uji cukup melihat nilai Fobs dibandingkan dengan nilai Fα. Nilai Fobs sebesar 3,85
sedangkan nilai Fα sebesar 3,10. Hal ini dapat dilakukan keputusan uji H0
ditolak apabila Fobs > Fα ( 3,85 > 3,10 ). Berdasarkan perbandingan tersebut
maka keputusan yang diambil adalah Ho ditolak, dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa terdapat satu rerata hasil belajar yang berbeda dengan rerata lainnya, sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat beda skor yang signifikan (ketiga metode pembelajaran yaitu TPS, GI, dan ceramah memberikan satu rerata hasil belajar yang tidak sama ).
Hal ini membuktikan pernyataan kedua pada hipotesis pertama yang menyebutkan bahwa terdapat perbedaan tingkat efektivitas diantara penggunaan metode pembelajaran Think Pair Share (TPS), Grop Investigation
commit to user
(GI), dengan ceramah pada kompetensi dasar “Memahami pengertian dinamika interaksi manusia dengan lingkungan alam, sosial, budaya, dan ekonomi” peserta didik kelas VII SMP Negeri 6 Kebumen Tahun Pelajaran 2014/2015.
2. Pengujian Hipotesis Kedua
Untuk mengetahui perbedaan perlakuan secara signifikan perlu dilakukan uji pasca anava, yaitu dengan menggunakan metode Scheffe’. Metode Scheffe’ menghasilkan cacah beda rerata signifikan pada masing-masing perlakuan. Berikut merupakan rangkuman hasil uji pasca anava dengan menggunakan metode Scheffe’ pada hasil belajar peserta didik yang disajikan dalam Tabel 4.19 yang selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 25.
Tabel 4.19.Ringkasan Uji Pasca Anava dengan Metode Scheffe’ Kelas Think Pair
Share Kelas Think Pair Share Kelas Group Investagtion Kelas Group Investigation
Kelas Ceramah Kelas Ceramah
Rerata 23,243 23,243 23,290 Rerata 23,290 22,094 22,094 28 28 31 31 32 32 ( ) 0,022 1,100 1,430 RKG ( ) 0,235 0,233 0,218 Fhitung 0,092 4,728 6,561 Ftabel 3,10 3,10 3,10
Keputusan H0 diterima H0 ditolak H0 ditolak
Kesimpulan Sama Beda Beda
Sumber : Hasil Perhitungan Data 2015 Pernyataan hipotesis kedua adalah :
H0 = µ1 = µ3, (tidak terdapat perbedaan rataan hasil belajar peserta didik
yang signifikan), metode Think Pair Share tidak lebih baik dibandingkan metode Ceramah terhadap hasil belajar IPS peserta didik.
commit to user
H1 = µ1> µ3, (terdapat perbedaan rataan hasil belajar peserta didik yang
signifikan), metode pembelajaran Think Pair Share lebih baik dibandingkan metode Ceramah terhadap hasil belajar IPS peserta didik.) Keputusan uji = H0 ditolak apabila Fobs >Fα ; H0 diterima apabila Fobs < Fα
Tabel 4.19. menunjukkan hasil uji pasca anava dengan metode Scheffe’. Untuk menentukan keputusan uji hipotesis kedua cukup melihat nilai Fobs dan nilai Ftabel. Nilai Fobs sebesar 4,728 sedangkan nila Ftabel sebesar 3,10,
apabila dibandingkan maka Fobs > Ftabel (4,728 > 3,10). Berdasarkan
perbandingan tersebut maka keputusan yang diambil adalah H0 ditolak.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat rataan perbedaan hasil belajar peserta didik yang signifikan antara metode pembelajaran Think Pair Share dan Ceramah.
Hal tersebut sejalan dengan pernyatan kedua pada hipotesis kedua yang menyebutkan bahwa bahwa metode pembelajaran Think Pair Share lebih baik dibandingkan metode Ceramah terhadap hasil belajar IPS peserta didik. Hal ini berarti metode pembelajaran Think Pair Share lebih efektif dibandingkan dengan metode pembelajaran Ceramah terhadap hasil belajar IPS peserta didik kelas VII SMP Negeri 6 Kebumen Tahun 2014/2015 pada Kompetensi Dasar memahami pengertian dinamika interaksi manusia dengan lingkungan alam, sosial, budaya, dan ekonomi.
3. Pengujian Hipotesis Ketiga
Pernyataan hipotesis ketiga adalah :
H0 = µ1 = µ3, (tidak terdapat perbedaan rataan hasil belajar peserta didik
yang signifikan), metode Group Investigation tidak lebih baik dibandingkan metode Ceramah terhadap hasil belajar IPS peserta didik. H1 = µ1> µ3, (terdapat perbedaan rataan hasil belajar peserta didik yang
signifikan), metode pembelajaran Group Investigation lebih baik dibandingkan metode Ceramah terhadap hasil belajar IPS peserta didik. Keputusan uji= H0 ditolak apabila Fobs >Fα ; H0 diterima apabila Fobs < Fα
Tabel 4.19. menunjukkan hasil uji pasca anava dengan metode Scheffe’. Untuk menentukan keputusan uji hipotesis ketiga cukup melihat nilai
commit to user
Fobs dan nilai Ftabel. Nilai Fobs sebesar 6,561 sedangkan nila Ftabel sebesar 3,10,
apabila dibandingkan maka Fobs > Ftabel (6,561 > 3,10). Berdasarkan
perbandingan tersebut maka keputusan yang diambil adalah H0 ditolak.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat rataan perbedaan hasil belajar peserta didik yang signifikan antara metode pembelajaran Group Investigation dan Ceramah.
Hal tersebut sejalan dengan pernyatan kedua pada hipotesis ketiga yang menyebutkan bahwa bahwa metode pembelajaran Group Investigation lebih baik dibandingkan metode Ceramah terhadap hasil belajar IPS peserta didik. Hal ini berarti metode pembelajaran Group Investigation lebih efektif dibandingkan dengan metode pembelajaran Ceramah terhadap hasil belajar IPS peserta didik kelas VII SMP Negeri 6 Kebumen Tahun 2014/2015 pada kompetensi dasar memahami pengertian dinamika interaksi manusia dengan lingkungan alam, sosial, budaya, dan ekonomi.
4. Pengujian Hipotesis Keempat
Pernyataan hipotesis keempat adalah :
H0 = µ1 = µ3, (tidak terdapat perbedaan rataan hasil belajar peserta didik
yang signifikan), metode Think Pair Share tidak lebih baik dibandingkan metode Group Investigation terhadap hasil belajar IPS peserta didik. H1 = µ1> µ3, (terdapat perbedaan rataan hasil belajar peserta didik yang
signifikan), metode pembelajaran Think Pair Share lebih baik dibandingkan metode Group Investigation terhadap hasil belajar IPS peserta didik.
Keputusan uji: H0 ditolak apabila Fobs> Fα ; H0 diterima apabila Fobs< Fα
Tabel 4.19. menunjukkan hasil uji pasca anava dengan metode Scheffe’. Untuk menentukan keputusan uji hipotesis keempat cukup melihat nilai Fobs dan nilai Ftabel. Nilai Fobs sebesar 0,092 sedangkan nila Ftabel sebesar
3,10, apabila dibandingkan maka Fobs < Ftabel (0,092 < 3,10). Berdasarkan
perbandingan tersebut maka keputusan yang diambil adalah H0 diterima.
commit to user
hasil belajar peserta didik yang signifikan antara metode pembelajaran Think Pair Share dan Group Investigation.
Hal tersebut menunjukkan bahwa metode pembelajaran Think Paair Share tidak lebih efektif dibandingkan dengan metode pembelajaran Group Investigation terhadap hasil belajar IPS peserta didik kelas VII SMP Negeri 6 Kebumen Tahun 2014/2015 pada kompetensi dasar memahami pengertian dinamika interaksi manusia dengan lingkungan alam, sosial, budaya, dan ekonomi.
C. Pembahasan Hasil Penelitian
Penelitian ini berusaha mengetahui keefektivan 3 metode pembelajaran yang diterapkan pada kelas VII C (Think Pair Share), VII D (Ceramah), dan VII E (Group Investigation) SMP Negeri 6 Kebumen tahun ajaran 2014/2015 terhadap hasil belajar peserta didik pada kompetensi dasar memahami pengertian dinamika interaksi manusia dengan lingkungan alam, sosial, budaya, dan ekonomi. Ketiga kelas yang diberikan perlakuan menghasilkan skor rerata hasil belajar yang berbeda. Perbedaan rerata sangat dipengaruhi oleh metode yang digunakan. Hal ini dapat disajikan pada Tabel 4.20 berikut ini.
Tabel 4.20 Perbandingan Rerata Hasil Belajar Peserta Didik Metode Ceramah, Think Pair Share, dan Group Investigation
Perlakuan Rerata
Ceramah 22,09
Think Pair Share 23,14
Group Investigation 23,29 Sumber: Hasil Perhitungan Data, 2015
Perbandingan rerata hasil belajar peserta didik pada ketiga metode yang diterapkan lebih jelasnya disajikan pada Gambar 4.16 berikut ini:
commit to user
Gambar 4.16 Histogram Rerata Hasil Belajar Peserta Didik Metode Ceramah, Think Pair Share, dan Group Investigation
Sumber : Hasil Perhitungan Data, 2015
Berdasarkan Tabel 4.20 dan Gambar 4.16 diatas dapat dijelaskan bahwa rerata hasil belajar kelas yang menerapkan metode pembelajaran Group Investigation lebih baik daripada kelas yang menerapkan metode pembelajaran Think Pair Share dan kelas yang menerapkan metode pembelajaran ceramah, dan kelas yang menerapkan metode pembelajaran Think Pair Share lebih baik daripada kelas yang menerapkan metode pembelajaran ceramah sehingga ketiga metode tersebut memiliki perbedaan. Hal ini disebabkan oleh karakteristik metode yang digunakan pada proses pembelajaran memberikan pengaruh yang berbeda terhadap hasil akhirnya. Untuk membuktikan kembali, dapat diperjelas menggunakan hasil pengujian hipotesis yaitu sebagai berikut.
1. Hasil Pengujian Hipotesis Pertama
Untuk menguji hipotesis pertama dilakukan uji analisis varian (anava) satu arah. Berdasarkan hasil yang diperoleh diketahui nilai Fobs> Ftabel (3,85>
3,10). Keputusan uji anava satu arah adalah H0 ditolak. Dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa terdapat beda skor yang signifikan (ketiga metode pembelajaran yaitu TPS, GI, dan ceramah memberikan satu rerata hasil belajar yang tidak sama ).
Hal ini membuktikan sesuai hipotesis pertama yang menyebutkan bahwa ada perbedaan hasil belajar IPS antara menggunakan metode pembelajaran Think Pair Share ( TPS ), Grop Investigation ( GI ), dengan
21 21,5 22 22,5 23 23,5 22,09 23,14 23,29 Rer a ta
commit to user
ceramah pada kompetensi dasar “Memahami pengertian dinamika interaksi manusia dengan lingkungan alam, sosial, budaya, dan ekonomi” peserta didik kelas VII SMP Negeri 6 Kebumen Tahun Pelajaran 2014/2015. Kemudian untuk mengetahui perlakuan mana yang lebih efektif dari masing-masing metode maka dilakukan uji pasca anava dengan metode Scheffe’.
2. Hasil Pengujian Hipotesis Kedua
Pengujian hipotesis kedua dilakukan dengan membandingkan rerata pada masing-masing perlakuan yaitu metode Think Pair Share dan metode Ceramah secara signifikan. Pada hipotesis ini digunakan uji pasca anava dengan metode Scheffe’. Hasil uji Scheffe’ menunjukkan niali Fobs> Ftabel
(4,728 > 3,10). Berdasarkan perbandingan tersebut maka keputusan yang diambil adalah H0 ditolak. Dapat diambil kesimpulan bahwa terdapat rataan
perbedaan hasil belajar peserta didik yang signifikan antara metode pembelajaran Think Pair Share dan Ceramah.
Hal tersebut sejalan dengan pernyatan kedua pada hipotesis ketiga yang menyebutkan bahwa bahwa metode pembelajaran Think Pair Share lebih baik dibandingkan metode Ceramah terhadap hasil belajar IPS peserta didik. Hal ini berarti metode pembelajaran Think Pair Share lebih efektif dibandingkan dengan metode pembelajaran Ceramah terhadap hasil belajar IPS peserta didik kelas VII SMP Negeri 6 Kebumen Tahun 2014/2015 pada Kompetensi Dasar memahami pengertian dinamika interaksi manusia dengan lingkungan alam, sosial, budaya, dan ekonomi.
Pernyataan tersebut dibuktikan juga berdasarkan rerata nilai hasil belajar diketahui bahwa Kelas Eksperimen 1 (Kelas VII C) yang diberikan perlakuan menggunakan metode Thunk Pair Share mempunyai rerata nilai hasil belajar sebesar 23,243, sedangkan rerata nilai hasil belajar peserta didik Kelas Kontrol (VII D) yang diberi perlakuan menggunakan metode Ceramah mempunyai rerata nilai hasil belajar sebesar 22,094. Hal ini menunjukkan rerata nilai hasil belajar peserta didik Kelas Eksperimen 1 lebih besar daripada nilai rerata hasil belajar peserta didik Kelas Kontrol.
commit to user
Metode Ceramah yang diterapkan di kelas VII D merupakan metode yang pembelajaran yang biasanya dilakukan sehari-sehari oleh guru kelas. Sintaks nya pun sangat jauh berbeda dengan metode pembelajaran TPS. Guru menjelaskan materi pembelajaran dari awal sampai akhir pada kelas VII D ini, tidak hanya menjelaskan materi sampai tuntas dari awal sampai akhir, guru juga menyisipkan beberapa sesi tanya jawab dengan peserta didik untuk memancing peserta didik ikut aktif dan tetap memperhatikan apa yang sedang disampaikan oleh guru. Salah satu kendala pada pembelajaran yang dilakukan di kelas kontrol ini adalah masih banyaknya peserta didik yang kurang memperhatikan apa yang disampaikan oleh guru. Masih banyak peserta didik yang bicara sendiri saat guru menjelaskan materi pembelajaran.
3. Hasil Pengujian Hipotesis Ketiga
Pengujian hipotesis ketiga dilakukan dengan membandingkan rerata pada masing masing perlakuan yaitu metode Group Investigation dan metode ceramah secara signifikan. Pada hipotesis ini digunakan uji pasca anava dengan metode Scheffe’. Hasil uji Scheffe’ menunjukkan nilai Fobs > Ftabel
(6,561 > 3,10). Berdasarkan perbandingan tersebut maka keputusan yang diambil adalah H0 ditolak. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
terdapat rataan perbedaan hasil belajar peserta didik yang signifikan antara metode pembelajaran Group Investigation dan Ceramah.
Hal tersebut sejalan dengan pernyatan kedua pada hipotesis ketiga yang menyebutkan bahwa bahwa metode pembelajaran Group Investigation lebih baik dibandingkan metode Ceramah terhadap hasil belajar IPS peserta didik. Hal ini berarti metode pembelajaran Group Investigation lebih efektif dibandingkan dengan metode pembelajaran Ceramah terhadap hasil belajar IPS peserta didik kelas VII SMP Negeri 6 Kebumen Tahun 2014/2015 pada Kompetensi Dasar memahami pengertian dinamika interaksi manusia dengan lingkungan alam, sosial, budaya, dan ekonomi.
Pernyataan tersebut dibuktikan juga berdasarkan rerata nilai hasil belajar diketahui bahwa Kelas Eksperimen 2 (Kelas VII E) yang diberikan perlakuan menggunakan metode Group Investigation mempunyai rerata nilai
commit to user
hasil belajar sebesar 23,290, sedangkan rerata nilai hasil belajar peserta didik Kelas Kontrol (VII D) yang diberi perlakuan menggunakan metode Ceramah mempunyai rerata nilai hasil belajar sebesar 22,094. Hal ini menunjukkan rerata nilai hasil belajar peserta didik Kelas Eksperimen 2 lebih besar daripada nilai rerata hasil belajar peserta didik Kelas Kontrol.
4. Hasil Pengujian Hipotesis Keempat
Pengujian hipotesis keempat dilakukan dengan membandingkan rerata pada masing-masing perlakuan (metode Think Pair Share dan Group Investigation) secara signifikan. Pada hipotesis ini digunakan uji pasca anava dengan metode Scheffe’. Hasil uji Scheffe’ menunjukkan nilai Fobs < Ftabel
(0,092 < 3,07). Berdasarkan perbandingan tersebut maka keputusan yang diambil adalah H0 diterima. Dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat
perbedaan yang signifikan pada rerata hasil belajar IPS Kelas Eksperimen 1 (yang menggunakan metode Think Pair Share) dan Kelas Eksperimen 2 (yang menggunakan metode Group Investigation).
Hal tersebut menunjukkan bahwa metode pembelajaran Think Paair Share tidak lebih efektif dibandingkan dengan metode pembelajaran Group Investigation terhadap hasil belajar IPS peserta didik kelas VII SMP Negeri 6 Kebumen Tahun 2014/2015 pada Kompetensi Dasar memahami pengertian dinamika interaksi manusia dengan lingkungan alam, sosial, budaya, dan ekonomi. Kelas yang menerapkan metode pembelajaran Think Pair Share pada proses pembelajarannya adalah kelas VII C dengan jumlah peserta didik 28 siswa memiliki rata-rata hasil belajar IPS sebesar 23,243 pada posttest, sedangkan kelas yang menerapkan metode pembelajaran Group Investigation pada proses pembelajarannya adalah kelas VII E dengan jumlah peserta didik 31 siswa memiliki rata – rata hasil belajar IPS sebesar 23,290 pada posttest. Dari hasil tersebut dapat dilihat bahwa selisih dari rerata antara metode TPS dan GI sangat tipis hanya 0,047. Hasil tersebut diakibatkan antara metode pembelajaran TPS dan GI memiliki karakteristik yang hampir sama dalam proses memecahkan masalah pada proses pembelajaran. Kedua metode tersebut adalah bagian dari model pembelajaran kooperatif yang dalam
commit to user
prosedur pemebelajarannya selalu ada unsur kerjasama dalam proses memecahkan masalah yang diberikan oleh guru. Keberhasilan dalam model pembelajaran kooperatif bukan semata-mata ditentukan oleh kemampuan individu secara utuh, melainkan perolehan hasil belajar akan semakin baik apabila dilakukan secara bersama – sama dalam kelompok – kelompok belajar yang terstruktur dengan baik.
Kedua metode merupakan metode yang sama-sama baru pertama kali diajarkan kepada peserta didik di kelas VII C dan VII E SMP Negeri 6 Kebumen pada Tahun Ajaran 2014/2015. Jadi metode ini merupakan metode baru dan segar bagi peserta didik. Kedua metode merupakan metode-metode pembelajaran yang dapat meningkatkan keaktifan peserta didik, melatih peserta didik agar dapat menguasai materi pembelajaran dengan lebih mudah, dan tentu saja dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik.
Metode Think Pair Share merupakan sebuah metode pembelajaran baru yang belum pernah dilakukan di kelas VII C SMP Negeri 6 Kebumen. Metode ini merupakan model pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi peserta didik. Think Pair Share merupakan suatu cara yang efektif untuk membuat variasi suasana pola diskusi kelas, dengan asumsi bahwa semua resitasi atau diskusi membutuhkan pengaturan untuk mengendalikan kelas secara keseluruhan, dan prosedur yang digunakan memberi peserta didik lebih banyak waktu berpikir untuk merespon dan saling membantu. Peserta didik kelas VII C yang mendapat perlakuan metode Think Pair Share sangat kooperatif untuk diajak bekerjasama. Mereka merasa senang dikarenakan ada suasana baru dalam cara belajar mereka khususnya dalam belajar IPS yang memakai metode Think Pair Share yang diterapkan oleh peneliti. Selain itu, jumlah peserta didik kelas VII C merupakan yang paling sedikit jika dibandingkan dengan jumlah peserta didik kelas VII yang lainnya. Jumlah peserta didik kelas VII C hanya sebanyak 28 siswa sehingga peneliti yang sekaligus berperan sebagai guru lebih mudah dalam mengkodisikan peserta didik supaya sesuai dengan sintaks dalam metode pembelajaran Think Pair Share.
commit to user
Pada pembelajaran dengan menggunakan metode Group Investigation di kelas VII E, guru melakukan pembelajaran dengan sintaks yang hampir sama dengan metode pembelajaran TPS. Guru memberikan permasalahan kepada peserta didik, kemudian meminta peserta didik memecahkan masalah tersebut secara berkelompok. Hal yang membedakan antara metode TPS dan GI adalah proses pembentukan kelompok belajar untuk memecahkan masalah. Pada kelas yang menerapkan metode TPS, proses pembentukan kelompok dilakukan setelah guru menjelaskan sedikit tema atau pokok permasalahan yang akan dipelajari pada hari tersebut, sedangkan pada kelas yang menerapkan metode GI pembentukan kelompok dimulai dari awal pembelajaran, karena disini guru langsung membagikan tema-tema permasalahan yang harus diselesaikan oleh masing-masing kelompok. Pada kelas VII E ini, peserta didik cukup kondusif karena mereka memilik karakter yang cenderung pendiam dan malu-malu. Namun jika diperintah untuk berkelompok, peserta didik dengan cepat membentuk kelompok sesuai dengan apa yang diarahkan oleh guru. Salah satu kendala dalam proses pembelajaran di kelas VII E ini adalah kurangnya sumber bacaan yang dimiliki oleh peserta didik, kebanyakan peserta didik hanya memiliki buku paket yang dipinjamkan oleh perpustakaan. Hal ini menyebabkan guru kesulitan dalam membuat permasalahan untuk dikerjakan oleh peserta didik, dikarenakan guru harus menyesuaikan dengan sumber-sumber bacaan yang dimiliki oleh peserta didik. Dalam memecahkan kesulitan ini peneliti selalu berkoordinasi dengan guru pamong yang senantiasa memberi saran materi apa yang sekiranya sesuai dengan kemampuan peserta didik kelas VII E di SMP Negeri 6 Kebumen ini.