• Tidak ada hasil yang ditemukan

Askep Perilaku Kekerasan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Askep Perilaku Kekerasan"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN PERILAKU

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN PERILAKU KEKERASAN

KEKERASAN

MAKALAH

MAKALAH

disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Klinik VII

disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Klinik VII

Dosen Pengampu : Ns. Erti Ikhtiarini Dewi, M.Kep, Sp. Kep.J.

Dosen Pengampu : Ns. Erti Ikhtiarini Dewi, M.Kep, Sp. Kep.J.

oleh :

oleh :

Kelompok 10

Kelompok 10

1.

1. Chepy

Chepy Tri

Tri Cita

Cita Widiyani

Widiyani

112310101007

1123101010

07

2.

2. Nurul

Nurul Fitriyah

Fitriyah

112310101010

112310101010

3.

3. Chrisnina

Chrisnina

1123101010

112310101041

41

4.

4. Nofita

Nofita Nurhidayanti

Nurhidayanti

1123101010

112310101044

44

5.

5. Aditya

Aditya Wahyu

Wahyu Kurniawan

Kurniawan

112310101049

112310101049

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS JEMBER

UNIVERSITAS JEMBER

(2)

PRAKATA

PRAKATA

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan kasih-Nya, sehingga

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan kasih-Nya, sehingga

 penulis

 penulis dapat

dapat menyelesaikan

menyelesaikan makalah

makalah yang

yang berjudul

berjudul

“ “ 

Asuhan Keperawatan Klien

Asuhan Keperawatan Klien

Perilaku Kekerasan

Perilaku Kekerasan

” yang diajukan sebagai tugas pemicu mata

” yang diajukan sebagai tugas pemicu mata

  kuliah Keperawatan

  kuliah Keperawatan

Klinik VIII (Jiwa). Dalam proses pembuatan makalah ini, penulis didukung oleh

Klinik VIII (Jiwa). Dalam proses pembuatan makalah ini, penulis didukung oleh

 berbagai pihak s

 berbagai pihak sehingga makalah i

ehingga makalah ini dapat

ni dapat terselesaikan

terselesaikan dengan baik. Pada

dengan baik. Pada kesempatan

kesempatan

ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1.

1.  Ns.

 Ns. Erti

Erti Ikhtiarini

Ikhtiarini Dewi,

Dewi, M.Kep,

M.Kep, Sp.Kep.J,

Sp.Kep.J, selaku

selaku penanggung

penanggung jawab

jawab

matakuliah (PJMK) Keperawatan Klinik VIII (Jiwa);

matakuliah (PJMK) Keperawatan Klinik VIII (Jiwa);

2.

2. orang tua yang senantiasa memberi motivasi dan doa yang tiada henti dan tak

orang tua yang senantiasa memberi motivasi dan doa yang tiada henti dan tak

 pernah putus;

 pernah putus;

3.

3. teman-teman angkatan 2011, yang selalu memberikan dorongan semangat dan

teman-teman angkatan 2011, yang selalu memberikan dorongan semangat dan

dukungan, sehingga makalah ini dapat selesai tepat waktu.

dukungan, sehingga makalah ini dapat selesai tepat waktu.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena

itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang dapat membangun dari para

itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang dapat membangun dari para

 pembaca untuk menyempurnakan

 pembaca untuk menyempurnakan makalah ini.

makalah ini.

Jember, Februari 2014

Jember, Februari 2014

Penulis

Penulis

(3)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

PRAKATA ... ii

DAFTAR ISI ... iii

BAB 1. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Tujuan ... 1

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ... 3

2.1 Pengertian ... 3

2.1.1 Rentang respon Marah

... 3

2.2 Psikopatologi/Psikodinamika ... 4

2.2.1 Etiologi

... 4

2.2.2 Tanda dan Gejala

... 6

2.2.3 Proses Terjadinya Masalah

... 7

2.3 Diagnosa Medis dan Diagnosa Keperawatan ... 8

2.3.1 Diagnosa Medis

... 8

2.3.2 Diagnosa Keperawatan

... 9

2.4 Penatalaksanaan Medis dan Keperawatan ... 9

2.4.1 Penatalaksanaan Medik

... 9

2.4.2 Penatalaksanaan keperawatan

... 10

2.5 Rencana tindakan keperawatan klien dengan perilaku

kekerasan ... 12

BAB 3. PENUTUP ... 15

3.1 Kesimpulan ... 15

3.2 Saran ... 15

DAFTAR PUSTAKA

(4)

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kesehatan jiwa menurut WHO

(World Head Organitation)  adalah berbagai

karakteristik positif menggambarkan keselarasan dan keseimbangan kejiwaan yang

mencerminkan kedewasaan kepribadiannya. Kesehatan jiwa menurut UU No. 3 tahun

1966 adalah suatu kondisi yang memungkinkan perkembangan fisik, intelektual, dan

emosionalyang optimaldari seseorang dan perkembangan itu selaras dengan keadaan

orang lain. Salah satu gangguan jiwa yang dimaksud adalah

Skizofrenia. Skizofrenia

adalah suatu bentuk psikosa fungsional dengan gangguan utama pada proses fikir serta

disharmoni (keretakan, perpecahan) antara proses pikir, afek/emosi, kemauan dan

 psikomotor disertai distorsi kenyataan, terutama karena waham dan halusinasi (Direja,

2011).

Menurut WHO

(World Head Organitation)

ada satu dari empat orang di dunia

yang mengalami masalah mental. WHO memperkirakan ada sekitar 450 juta orang di

dunia mengalami gangguan kesehatan jiwa. Masyarakat umum terdapat 0,2-0,8%

 penderita

Skizofrenia

dan dari 120 juta penduduk di Negara Indonesia terdapat kir a-kira

2.400.000 orang/anak yang mengalami gangguan jiwa (Maramis dalam Widyatmoko,

2004). Perilaku kekerasan adalah suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk melukai

seseorang secara fisik maupun psikologi. Tanda dan gejala dari perilaku kekerasan

diantaranya adalah muka merah dan tegang, pandangan tajam, mengatupkan rahang

dengan kuat, mengepalkan tangan, jalan mondar

 – 

  mandir, bicara kasar, suara tinggi

menjerit atau berteriak, mengancam secara verbal atau fisik, melempar atau memukul

 benda/orang lain, merusak barang atau benda, tidak mempunyai kemampuan

mencegah/mengontrol perilaku kekerasan (Damaiyanti, 2010)

1.2 Tujuan

1.2.1 Tujuan Umum

Memahami asuhan Keperawatan pada klien dengan perilaku kekerasan.

1.2.2 Tujuan Khusus

(5)

a. Mahasiswa mampu menjelaskan definisi perilaku kekerasan;

 b. Mahasiswa mampu menjelaskan psikopatologi/psikodinamika pada klien

dengan perilaku kekerasan;

c. Mahasiswa mampu menjelaskan diagnosa keperawatan dan diagnosa

medis pada klien dengan perilaku kekerasan;

d. Mahasiswa mampu menjelaskan penatalaksanaan medis dan keperawatan

 pada klien dengan perilaku kekerasan

(6)

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian

Kekerasan adalah kekutan fisik yang digunakan untuk meyerang atau merusak

orang lain. Tindakan ini merupakan tindakan yang tidak adil dan sering mengakibatkan

cedera fisik (Ann Isaacs, 2005).

Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan

yang dapat membahayakan secara fisik, baik pada dirinya sendiri maupun orang lain

disertai dengan amuk dan gaduh gelisah yang tak terkontrol (Budi Ana Keliat, 2011).

Kesimpulan dari pengertian perilaku kekerasan merupakan respons terhadap

stressor yang dihadapi oleh seseorang yang ditunjukkan dengan perilaku melakukan

kekerasan, baik pada diri sendiri, orang lain, maupun lingkungan, dan bertujuan untuk

melukai orang lain secara fisik maupun psikologis.

2.1.1 Rentang respon Marah

Respon Adaktif

Respon Maladaptif

Asertif

Frustasi

Pasif

Agresif Kekerasan

Keterangan :

a. Asertif

Kemarahan yang diungkapkan tanpa menyakiti orang lain. Dimana pada tipe asertif

ini klien mampu mengungkapkan kemarahannya tanpa menyalahkan orang lai n.

 b. Frustasi

Respon yang terjadi akibat individu gagal mencapai tujuan, keputusan / rasa aman

dan individu tidak menemukan alternatif lain.

c. Pasif

Kegagalan mencapai tujuan karena tidak realitas atau terhambat. Disini klien

merasa tidak bisa mengungkapkan perasaannya, tidak berdaya dan menyerah.

(7)

Memperlihatkan permusuhan, keras, dan menuntut, mendekati orang lain dengan

ancaman, memberi kata

 – 

  kata ancaman tanpa niat melukai orang lain. Klien

mengekspresikan secara fisik, tapi masih terkontrol, mendorong orang lain dengan

ancaman

e. Kekerasan

Dapat disebut juga dengan amuk yaitu perasaan marah dan bermusuhan yang kuat

disertai kehilangan kontrol diri individu dapat merusak diri sendiri, orang lain dan

lingkungan. Contohnya membanting barang-barang menyakiti diri sendiri (bunuh

diri).

2.2 Psikopatologi/Psikodinamika

2.2.1 Etiologi

Menurut Yosep (2007), beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya perilaku

kekerasan adalah:

1. Faktor predosposisi

1) Teori Biologik

Teori biologik terdiri dari beberapa pandangan yang berpengaruh terhadap

 perilaku:

a.  Neurobiologik

Ada tiga area pada otak yang berpengaruh terhadap proses impuls agresif, yaitu

sistem limbik, lobus frontal, dan hipotalamus. Neurotransmitter juga mempunyai

 peranan dalam memfasilitasi atau menghambat proses impuls agresif. Sistem

limbik merupakan sistem informasi, ekspresi, perilaku, dan memori, apabila ada

gangguan pada sistem ini maka akan meningkatkan atau menurunkan potensial

 perilaku kekerasan, apabila gangguan pada lobus frontal maka individu tidak

mampu membuat keputusan, kerusakan pada penilaian, perilaku tidak sesuai,

dan agresif. Beragam komponen dari sistem neurologis mempunyai implikasi

memfasilitasi dan menghambat impuls agresif. Sistem limbik terlambat dalam

menstimulasi timbulnya perilaku agresif, dan pusat otak atas secara konstan

 berinteraksi dengan pusat agresif.

(8)

Berbagai neurotransmitter (epinephrine, norepinefrine, dopamine, asetikolin, dan

serotonin) sangat berperan dalam memfasilitasi atau menghambat impuls

agresif.

c. Gangguan Otak

Sindroma otak terbukti sebagai faktor predisposisi perilaku agresif dan tindak

kekerasan. Tumor otak, khususnya yang menyerang sistem limbik dan lobus

temporal. Trauma otak akan menimbulkan perubahan serebral dan penyakit

seperti ensefalitis, dan epilepsi, khususnya pada lobus temporal, terbukti

 berpengaruh terhadap perilaku agresif dan tindak kekerasan.

2) Teori Psikologik

a. Teori Psikoanalitik

Teori ini menjelaskan tidak terpenuhinya kebutuhan untuk mendapatkan

kepuasan dan rasa aman yang dapat mengakibatkan tidak berkembangnya ego

dan membuat konsep diri rendah. Agresif dan tindak kekerasan memberikan

kekuatan dan prestise yang dapat meningkatkan citra diri dan memberikan arti

dalam kehidupannya. Perilaku agresif dan perilaku kekerasan merupakan

 pengungkapan secara terbuka terhadap rasa ketidakberdayaan dan rendahnya

harga diri.

 b. Teori Pembelajaran

Anak belajar melalui perilaku meniru dari contoh peran orangtuanya. Contoh

 peran tersebut ditiru karena dipersepsikan sebagai prestise atau berpengaruh,

atau jika perilaku tersebut diikuti dengan pujian yang positif. Namun, dengan

 perkembangan yang dialaminya, mereka mulai meniru pola perilaku guru,

teman, dan orang lain. Individu yang dianiaya ketika masih kanak-kanak atau

mempunyai orang tua yang mendisiplinkan anak mereka dengan hukuman fisik

akan cenderung untuk berperilaku kekerasan setelah dewasa.

3) Teori Sosiokultural

Pakar sosiolog lebih menekankan pengaruh faktor budaya dan struktur sosial

terhadap perilaku agresif. Terdapat kelompok sosial yang secara umum

menerima perilaku kekerasan sebagai cara untuk menyelesaikan masalahnya.

Masyarakat juga berpengaruh pada perilaku tindak kekerasan, apabila individu

menyadari bahwa kebutuhan dan keinginan mereka tidak dapat terpenuhi secara

(9)

konstruktif. Penduduk yang ramai atau padat dan lingkungan yang ribut dapat

 berisiko untuk perilaku kekerasan.

2. Faktor Presipitasi

Menurut Yosep (2007), faktor-faktor yang dapat mencetuskan perilaku

kekerasan adalah:

1) Ekspresi dari tidak terpenuhinya kebutuhan dasar dan kondisi sosial ekonomi.

2) Kesulitan dalam mengkomunikasikan sesuatu dalam keluarga serta tidak

membiasakan dialog untuk memecahkan masalah cenderung melakukan

kekerasan dalam menyelesaikan konflik.

3) Adanya riwayat perilaku anti sosial meliputi penyalahgunaan obat dan

alkoholisme dan tidak mampu mengontrol emosinya pada saat menghadapi rasa

frustasi.

4) Kematian anggota keluarga yang terpenting, kehilangan pekerjaan, perubahan

tahap perkembangan, atau perubahan tahap perkembangan keluarga.

2.2.2 Tanda dan Gejala

Menurut Yosep (2007), tanda dan gejala perilaku kekerasan sebagai berikut:

1.

Fisik : muka merah dan tegang, mata melotot dan pandangan tajam, tangan

mengepal, rahang mengatup, postur tubuh kaku dan jalan mondar-mandir.

2.

Verbal : bicara kasar, suara tinggi, membentak atau berteriak, mengancam secara

verbal atau fisik., mengumpat dengan kata-kata kotor, ketus.

3.

Perilaku: melempar atau memukul benda/orang lain, melukai diri sendiri/orang

lain, merusak lingkungan, amuk/agresif dan tindak kekerasan.

4.

Emosi: merasa tidak aman dan tidak nyaman, merasa terganggu, dendam, dan

 jengkel, merasa tidak berdaya, bermusuhan, mengamuk dan ingin berkelahi,

merasa menyalahkan dan menuntut.

5.

Intelektual : mendominasi, berdebat, cerewet ,berperilaku kasar, meremehkan.

6.

Spiritual: merasa berkuasa dan merasa benar, mengkritik pendapat dan

menyinggung perasaan orang lain, tidak perduli, berperilaku kasar.

7.

Sosial : menarik diri, merasakan pengasingan, penolakan, ejekan, dan sindiran.

8.

Perhatian : mencuri, melakukan penyimpangan seksual.

(10)

2.2.3 Proses Terjadinya Masalah

Depkes (2000) mengemukakan bahwa stress, cemas dan marah merupakan

 bagian kehidupan sehari -hari yang harus dihadapi oleh setiap individu. Stress dapat

menyebabkan kecemasan yang menimbulkan perasaan tidak menyenangkan dan

terancam. Respon terhadap marah dapat diekspresikan secara eksternal maupun internal.

Secara eksternal dapat berupa perilaku kekerasan sedangkan secara internal dapat

 berupa perilaku depresi dan penyakit fisik. Mengekspresikan marah dengan perilaku

konstruktif dengan menggunakan kata-kata yang dapat dimengerti dan diterima tanpa

menyakiti orang lain, akan memberikan perasaan lega, menu runkan ketegangan,

sehingga perasaan marah dapat diatasi (Depkes, 2000). Perilaku yang tidak asertif

seperti perasaan marah dilakukan individu karena merasa tidak kuat. Individu akan

 pura-pura tidak marah atau melarikan diri dari rasa marahnya sehingga rasa marah tidak

terungkap. Kemarahan demikian akan menimbulkan rasa bermusuhan yang lama dan

 pada suatu saat dapat menimbulkan kemarahan destruktif yang ditujukan kepada diri

sendiri (Depkes,2000)

2.2.4 Akibat Perilaku Kekerasan

Klien dengan perilaku kekerasan dapat menyebabkan resiko tinggi menciderai

diri, orang lain dan lingkungan. Resiko menciderai merupakan suatu tindakan yang

memungkinkan dapat melukai / membahayakan diri, orang lain, dan lingkungan.

Tanda dan gejala :

1.

Memperlihatkan permusuhan

2.

Mendekati orang lain dengan ancaman

3.

Memberikan kata

 – 

 kata ancaman dengan rencana melukai\

4.

Menyentuh orang lain dengan cara menakutkan

(11)

2.3 Diagnosa Medis dan Diagnosa Keperawatan

2.3.1 Diagnosa Medis

a. Skizofrenia

Faktor predisposisi

1)

Teori Biologik

2)

Teori Psikologik

Faktor presipitasi

1)Ekspresi dari tidak terpenuhinya

kebutuhan dasar

2)Kesulitan dalam mengkomunikasikan

sesuatu dalam keluarga

3) Adanya riwayat perilaku anti sosial

4)

Kematian anggota keluarga yang

terpenting

Resiko mencederai diri,

orang lain dan lingkungan

Depresi

Internal

Eksternal

Marah

Stress, cemas, tidak nyaman

Perilaku Kekerasan/amuk

Gangguan Harga Diri : Harga Diri

Rendah

Tidak

Asertif

Destruktif

Kekerasan

Konstruktif

(12)

2.3.2 Diagnosa Keperawatan

a. Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan berhubungan dengan perilaku

kekerasan/amuk

 b. Perilaku kekerasan berhubungan dengan gangguan harga diri rendah: HDR

2.4 Penatalaksanaan (Medis dan Keperawatan)

2.4.1 Penatalaksanaan Medik

Dalam pandangan psikiatri (Ilmu Kedokteran Jiwa), jika seseorang mengalami

suatu gangguan atau penyakit, maka yang sakit atau terganggu itu bukan terbatas pada

aspek jiwanya saja atau raganya saja, tetapi keduanya sebagai kebutuhan manusia itu

sendiri. Adapun penatalaksanaan medik menurut MIF Baihaqi, dkk, 2005 sebagai

 berikut :

a. Somatoterapi

Dengan tujuan memberikan pengaruh-pengaruh langsung berkaitan dengan

 badan, biasanya dilakukan dengan :

1) Medikasi psikotropik

Medikasi psikotropik berarti terapi langsung dengan obat psikotropik atau

 psikofarma yaitu obat-obat yang mempunyai efek terapeutik langsung pada proses

mental pasien karena efek obat tersebut pada otak. Obat antipsikotik, contohnya

Chlorpromazine, Haloperidol dan Stelazine, phenotizin

2) Terapi Elektrokonvulsi (ECT)

Terapi ini dilakukan dengan cara mengalirkan listrik sinusoid ke tubuh penderita

menerima aliran listrik yang terputus-putus. ECT ini berfungsi untuk menenangkan

klien bila mengarah pada keadaan amuk.

 b. Psikoterapi

Psikoterapi adalah salah satu pengobatan atau penyembuhan terhadap suatu

gangguan atau penyakit, yang pada umumnya dilakukan melalui wawancara terapi atau

melalui metode-metode tertentu misalnya : relaksasi, bermain dan sebagainya. Tujuan

utamanya adalah untuk menguatkan daya tahan mental penderita, mengembangkan

mekanisme pertahanan diri yang baru dan lebih baik serta untuk mengembalikan

keseimbangan adaptifnya.

(13)

c. Manipulasi lingkungan

Manipulasi lingkungan adalah upaya untuk mempengaruhi lingkungan pasien,

sehingga bisa membantu dalam proses penyembuhannya. Tujuan utamanya untuk

mengembangkan atau merubah / menciptakan situasi baru yang lebih kondusif terhadap

lngkungan. Misalnya dengan mengalihkan penderita kepada lingkungan baru yang

dipandang lebih baik dan kondusif, yang mampu mendukung proses penyembuhan yang

dilakukan.

Menurut Yosep ( 2007 ) obat-obatan yang biasa diberikan pada pasien dengan

marah atau perilaku kekerasan adalah :

a. Antianxiety dan sedative hipnotics, obat-obatan ini dapat mengendalikan agitasi

yang akut. Tapi obat ini tidak direkomendasikan untuk penggunaan dalam waktu

lama karena dapat menyebabkan kebingungan dan ketergantungan, juga bisa

memperburuk simptom depresi.

 b. Buspirone obat antianxiety, efektif dalam mengendalikan perilaku kekerasan

yang berkaitan dengan kecemasan dan depresi.

c. Anti depressants, penggunaan obat ini mampu mengontrol impulsif dan perilaku

agresif klien yang berkaitan dengan perubahan mood.

d. Mood stabilizer, misalnya Lithium dan Carbamazepin, efektif untuk agresif

karena manik.

e. Antipsychotic dipergunakan untuk perawatan perilaku kekerasan, misalnya

 Nozinan.

.4.2 Penatalaksanaan keperawatan

Ada tiga strategi tindakan keperawatan pada klien dengan perilaku kekerasan.

Strategi tindakan itu terdiri dari :

1. Strategi preventif : kesadaran diri, penyuluhan klien dan latihan asertif.

2. Strategi Antisipasi : komunikasi, perubahan lingkungan, tindakan perilaku dan

 psikofarmakologi.

3. Strategi pengekangan : manajemen krisis, pengasingan dan pengikatan.

Terapi yang dapat dilakukan yaitu:

(14)

 b. Terapi kelompok : Terapi kelompok berfokus pada dukungan dan perkembangan

keterampilan sosial dan aktifitas lain dengan berdiskusi dan bermain untuk

mengembalikan kesadaran klien

c. Terapi musik : Dengan terapi musik klien terhibur dan bermain untuk

mengembalikan kesadaran klien, kare na dengan perasaan terhibur maka klien

dapat mengontrol emosinya.

(15)

12

2.5 Rencana tindakan keperawatan klien dengan perilaku kekerasan TGL Diagnosa Keperawatan Perencanaan Intervensi Tujuan Kriteria 1 2 3 4 5 Resiko perilaku mencederai diri  berhubungan dengan perilaku kekerasan TUM

klien tidak mencederai diri TUK 1. Klien dapat membina hubungan saling  percaya

1.1 klien mau membalas salam 1.2 klien mau menjabat tangan 1.3 klien mau menyebutkan nama 1.4 klien mau tersenyum

1.5 klien mau kontak mata

1.6 klien maumengetahui nama perawat

1.1.1  beri salam/ panggil nama  sebutkan nama perawat

  jelaskan maksud hubungan imteraksi dan kontrak yang akan dibuat

  beri rasa aman dan sikap empati  lakukan kontak singkat tapi sering 2. klien dapat

mengidentifikasi  penyebab perilaku

kekerasan

2.1 klien dapat mengungkapkan  perasaannya

2.2 klien dapat mengungkapkan  perasaan jengkel/ kesal (pada diri sendiri, lingkungan, dan orang lain)

1.1.1  beri kesempatan untuk mengungkapkan  perasaannya

2.2.1  bantu klien untuk mengungkapkan  perasaan jengkel/ kesal

3. klien dapat mengidentifikasi tanda dan gejala  perilaku kekerasan

3.1 klien dapat mengungkapkan  perasaan saat marah/ jengkel

3.2 klien dapat menyimpul tanda dan gejala jengkel/ kesal yang dialami

1.1.1 anjurkan klien mengungkapkan apa yang dialami dan dirasakan saat marah/ jengkel 1.1.2 observasi tanda dan gejala perilaku

kekerasan pada klien

3.2.1 simpulkan bersama klien tanda dan gejala  perilaku kekerasan yang akan dialami 4. klien dapat

mengidentifikasi  perilaku kekerasan

yang biasa dilakukan

4.1 klien dapat mengungkapkan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan 4.2 klien dapat bermain peran sesuai

 perilaku kekerasan yang biasa dilakukan

4.1.1 anjurkan klien mengungkapkan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan klien (verbal, diri sendiri, lingkungan, dan orang lain).

4.1.2 Bantu klien bermain peran sesuai dengan

 perilaku kekerasan yang biasa dilakukan 4.3 Klien dapat mengetahui cara yang

 biasa dilakukan untuk menyelesaikan masalah

4.3.1 Bicarakan dengan klien, apakah dengan cara yang klien lakukan masalahnya selesai

5. Klien dapat mengidentifikasi akibat perilaku kekerasa

5.1 Klien dapat menjelaskan akibat dari cara yang digunakan klien

 Akibat pada diri sendiri  Akibat pada orang lain  Akibat padalingkungan

5.1.1 Bicarakan akibat/ kerugian dari cara yang dilakukan klien

5.1.2 Bersama klien menyimpulkan akibat dari cara yang dilakukan oleh klien

5.1.3 Tanyakan pada klien “ apakah ia ingin memepelajari cara baru yang sehat” 6. Klien dapat

mendemonstrasika n cara fisik untuk mencegah perilaku kekerasan

6.1 Klien dapat menyebutkan contoh  pencegahan perilaku kekerasan

secara fisik:

 Tarik napas dalam  Pukul kasur dan bantal  Ddl: kegiatan fisik

6.1.1 Diskusikan kegiatan fisik yang bisa dilakukan klien, beri pujian atas kegiatan fisik yang biasa dilakukan klien

6.1.2 Diskusikan dua cara fisik yang paling mudah dilakukan untuk mencegah perilaku kekerasan, yaitu: tarik napas dalam dan  pukul bantal dan kasur.

6.2 Klien dapat mendemonstrasikan cara fisik untuk mencegah perilaku kekerasan

6.2.1 Diskusikan cara melakukan napas dalam 6.2.2 Beri contoh klien tentang cara menarik

napas dalam

6.2.3 Minta klien mengikuti contoh yang diberikan sebanyak 5 kali

6.2.4 Beri pujian positif atas kemampuan klien 6.2.5 Tanyakan perasaan klienn setelah selesai 6.2.6 Anjutkan klien menggunaka cara yang

(16)

13  perilaku kekerasan yang biasa dilakukan 4.3 Klien dapat mengetahui cara yang

 biasa dilakukan untuk

menyelesaikan masalah

4.3.1 Bicarakan dengan klien, apakah dengan

cara yang klien lakukan masalahnya selesai

5. Klien dapat mengidentifikasi akibat perilaku kekerasa

5.1 Klien dapat menjelaskan akibat dari cara yang digunakan klien

 Akibat pada diri sendiri

 Akibat pada orang lain

 Akibat padalingkungan

5.1.1 Bicarakan akibat/ kerugian dari cara yang dilakukan klien

5.1.2 Bersama klien menyimpulkan akibat dari

cara yang dilakukan oleh klien

5.1.3 Tanyakan pada klien “ apakah ia ingin memepelajari cara baru yang sehat”

6. Klien dapat mendemonstrasika n cara fisik untuk mencegah perilaku kekerasan

6.1 Klien dapat menyebutkan contoh

 pencegahan perilaku kekerasan

secara fisik:

 Tarik napas dalam

 Pukul kasur dan bantal

 Ddl: kegiatan fisik

6.1.1 Diskusikan kegiatan fisik yang bisa

dilakukan klien, beri pujian atas kegiatan fisik yang biasa dilakukan klien

6.1.2 Diskusikan dua cara fisik yang paling

mudah dilakukan untuk mencegah perilaku kekerasan, yaitu: tarik napas dalam dan  pukul bantal dan kasur.

6.2 Klien dapat mendemonstrasikan cara fisik untuk mencegah perilaku kekerasan

6.2.1 Diskusikan cara melakukan napas dalam

6.2.2 Beri contoh klien tentang cara menarik napas dalam

6.2.3 Minta klien mengikuti contoh yang

diberikan sebanyak 5 kali

6.2.4 Beri pujian positif atas kemampuan klien

6.2.5 Tanyakan perasaan klienn setelah selesai

6.2.6 Anjutkan klien menggunaka cara yang

telah dipelajari saat marah / jengkel

6.2.7 Lakukan hal yang sama dengan 6.2.1

sampai 6.2.6 untuk cara fisik lain dalam  pertemuan yang lain

6.3 Klien mempunyai jadwal untuk 6.3.1 Diskusikan dengan klien mengenai

meltih cara pencegahan fisik yang telah dipelajari sebelumnya

frekuensi latihan yang akan dilakukan sendiri oleh klien

6.3.2 Susun jadwal kegiatan untuk melatih cara yang telah dipelajari

6.4 Klien mengevaluasi kemampuan dalam melakukan cara fisik sesuai  jadwal yang telah disusun

6.4.1 Klien mengevaluasi pelaksanaan latihan,

cara pencegahan perilaku kekerasan yang telah dilakukan dengan mengisi jadwal kegiatan harian

6.4.2 Validasi kemampuan klien dalam

melaksanakan latihan

6.4.3 Berikan pujian atas keberhasila klien

6.4.4 Tanyakan pada klien “apakah kegiatan

cara pencegahan perilaku kekerasan dapat

mengurangi perasaan marah”

7. Klien dapat mendemonstrasika n cara sosialuntu mencegah perilaku kekerasan

7.1 Klien dapat menyebutkan cara bicara (verbal) yang baik dalam mencegah  perilaku kekerasan

 Meminta dengan baik

 Menolak dengan baik

 Mengungkapkan perasaan

dengan baik

7.1.1 Diskusikan cara bicara yang baik dengan klien

7.1.2 Beri contoh cara bicara yang baik

 Meminta dengan baik

 Menolak dengan baik

 Mengungkapkan perasaan dengan baik

7.2 Klien dapat mendemontrasikan cara verbal yang baik

7.2.1 Meminta klien mengikuti contoh cara

 bicara yang baik

 Meminta dengan baik

“Saya minta uang untuk beli makan”

 Menolak dengan baik

(17)

14 meltih cara pencegahan fisik yang

telah dipelajari sebelumnya

frekuensi latihan yang akan dilakukan sendiri oleh klien

6.3.2 Susun jadwal kegiatan untuk melatih cara yang telah dipelajari

6.4 Klien mengevaluasi kemampuan dalam melakukan cara fisik sesuai  jadwal yang telah disusun

6.4.1 Klien mengevaluasi pelaksanaan latihan, cara pencegahan perilaku kekerasan yang telah dilakukan dengan mengisi jadwal kegiatan harian

6.4.2 Validasi kemampuan klien dalam melaksanakan latihan

6.4.3 Berikan pujian atas keberhasila klien 6.4.4 Tanyakan pada klien “apakah kegiatan

cara pencegahan perilaku kekerasan dapat mengurangi perasaan marah”

7. Klien dapat mendemonstrasika n cara sosialuntu mencegah perilaku kekerasan

7.1 Klien dapat menyebutkan cara bicara (verbal) yang baik dalam mencegah  perilaku kekerasan

 Meminta dengan baik  Menolak dengan baik

 Mengungkapkan perasaan

dengan baik

7.1.1 Diskusikan cara bicara yang baik dengan klien

7.1.2 Beri contoh cara bicara yang baik

 Meminta dengan baik  Menolak dengan baik

 Mengungkapkan perasaan dengan baik

7.2 Klien dapat mendemontrasikan cara verbal yang baik

7.2.1 Meminta klien mengikuti contoh cara  bicara yang baik

 Meminta dengan baik

“Saya minta uang untuk beli makan”

 Menolak dengan baik

“maaf, saya tidak bisa melakukan karena ada kegiatan”

 Mengungkapkan perasaan dengan baik

“saya kesal karena permintaan saya tidak dikabulkan” disertai nada suara yang rendah

7.2.2 Minta klien untuk mengulangi sendiri 7.2.3 Beri pujian atas keberhasilan klien 7.3 Klien mempunyai jadwal untuk

melatih cara bicara yang baik

7.3.1 Diskusiakan dengan klien tentang waktu dan kondisi cara bicara yang dapat dilatih diruangan, misalnya : meminta obat, baju, dll.; kmenolak kan ajakan merokok tidur tidak tepat waktu, menceritakan kesalahan  pada perawat

7.3.2 Susun jadwal kegiatan untuk melatih cara yang telah dipelajari

7.4 Klien melakukan evaluasi terhadap kemampuan cara bicara yang sesuai dengan jadwal yang disusun

7.4.1 Klien mengevaluasi pelaksanaan latihan cara bicara yang baik dengan mengisi  jadwal kegiatan

7.4.2 Validasi kemampuan klien dalam melaksanakan latihan

7.4.3 Beri pujian atas keberhasilan klien

7.4.4 Tanyakan pada klien “bagaimana perasaan setelah latihan bicara yang baik” a pakah keinginan marah berkurang.

(18)

15 “saya kesal karena permintaan saya tidak dikabulkan” disertai nada suara yang rendah

7.2.2 Minta klien untuk mengulangi sendiri 7.2.3 Beri pujian atas keberhasilan klien 7.3 Klien mempunyai jadwal untuk

melatih cara bicara yang baik

7.3.1 Diskusiakan dengan klien tentang waktu dan kondisi cara bicara yang dapat dilatih diruangan, misalnya : meminta obat, baju, dll.; kmenolak kan ajakan merokok tidur tidak tepat waktu, menceritakan kesalahan  pada perawat

7.3.2 Susun jadwal kegiatan untuk melatih cara yang telah dipelajari

7.4 Klien melakukan evaluasi terhadap kemampuan cara bicara yang sesuai dengan jadwal yang disusun

7.4.1 Klien mengevaluasi pelaksanaan latihan cara bicara yang baik dengan mengisi  jadwal kegiatan

7.4.2 Validasi kemampuan klien dalam melaksanakan latihan

7.4.3 Beri pujian atas keberhasilan klien

7.4.4 Tanyakan pada klien “bagaimana perasaan setelah latihan bicara yang baik” a pakah keinginan marah berkurang.

BAB 3. PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Perilaku kekerasan adalah suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk melukai

seseorang secara fisik maupun psikologi. Tanda dan gejala dari perilaku kekerasan

diantaranya adalah muka merah dan tegang, pandangan tajam, mengatupkan rahang

dengan kuat, mengepalkan tangan, jalan mondar

 – 

  mandir, bicara kasar, suara tinggi

menjerit atau berteriak, mengancam secara verbal atau fisik, melempar atau memukul

 benda/orang lain, merusak barang atau benda, tidak mempunyai kemampuan

mencegah/mengontrol perilaku kekersana (Damaiyanti, 2010).

PK (perilaku kekerasan) adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan

tindakan yang dapat memebahayakan secara fisik, baik pada dirinya sendiri maupun

(19)

BAB 3. PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Perilaku kekerasan adalah suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk melukai

seseorang secara fisik maupun psikologi. Tanda dan gejala dari perilaku kekerasan

diantaranya adalah muka merah dan tegang, pandangan tajam, mengatupkan rahang

dengan kuat, mengepalkan tangan, jalan mondar

 – 

  mandir, bicara kasar, suara tinggi

menjerit atau berteriak, mengancam secara verbal atau fisik, melempar atau memukul

 benda/orang lain, merusak barang atau benda, tidak mempunyai kemampuan

mencegah/mengontrol perilaku kekersana (Damaiyanti, 2010).

PK (perilaku kekerasan) adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan

tindakan yang dapat memebahayakan secara fisik, baik pada dirinya sendiri maupun

orang lain, disertai dengan amuk dan gaduh gelisah yang tak terkontrol. Perilaku

kekerasan juga bisa dicegah dengan berbagai cara, seperti adanya simulasi persepsi

3.2 Saran

Saran kami sebagai penulis agar dijadikan manfaat dan dapat diterapkan pada

kehidupan sehai-hari.

(20)

DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI. 2000.

 Keperawatan Jiwa: Teori dan Tindakan Keperawatan Edisi 1

.

Jakarta: Departemen Kesehatan RI

Isaacs, Ann. 2005. Keperawatan Kesehatan Jiwa Psikiatri Edisi 3. Jakarta : EGC.

Keliat, Ana Budi. 2011.

 Manajemen Keperawatan Psikososial Dan Kader Kesehatan

 Jiwa. Jakarta: EGC

 Nanda. 2005.

 Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA: Definisi dan Klasifikasi

.

Jakarta: Prima Medika

Purba, dkk. 2008.

 Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Masalah Psikososial 

.

Medan: USU Press

Referensi

Dokumen terkait

Menyatakan bahwa dalam skripsi yang berjudul “Potensi Probiotik Bakteri Asam Laktat dan Perubahan Karakteristik Kimiawi Rebung Bambu Apus ( Gigantochloa apus ) yang

Biaya tenaga kerja tidak langsung ( indirect labor ) adalah balas jasa yang diberikan kepada karyawan pabrik, akan tetapi manfaatnya tidak dapat diidentifikasikan atau

Dari radius yang telah ditentukan oleh standart ASHRAE, dapat diketahui beberapa bahan mentah yang dapat dijadikan material bangunan pada tapak lokasi pembangunan

Tujuan dari penelitian ini adalah membuat inovasi material bahan bangunan berupa dinding panel semen eceng gondok (emen wall) yang difokuskan pada pemeriksaan jenis

Pelaksanaan rekapitulasi penghitungan suara Pemilihan Gubernur dan Wakil Gubernur disaksikan oleh Saksi Pasangan Calon, serta diawasi oleh BAWASLU KOTA TANJUNGPINANG

Hasil penelitian yang didapatkan adalah sistem pengolahan data ini dapat membantu proses penginputan data peserta diklat di LP3SDM AZRA Palembang menjadi lebih mudah

“ pendekatan matematika realistik untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada pokok bahasan segiempat di SMP N 1 Kapetakan Kabupaten Cirebon”. Serta penelitian yang

L = beban hidup atau momen dan gaya dalam yang berhubungan dengannya. (