RESIKO
PERILAKU
KEKERASAN
KELOMPOK 2 BANGGOTA KELOMPO
DAMAI AZZAHRAH DEA DWI KARTIKA
RISMA ROSTIKA FIRDAUS SABILA JULIA PUTRI
SARAH SAFIRA KORINA JENINA
NURLAELY SETIOWATI
Definisi
Perilaku kekerasan merupakan suatu keadaan di mana seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang lain maupun lingkungan
(Elshy Pangden Rabba, Dahrianis, 2014).
Perilaku kekerasan merupakan suatu keadaan seseorang melakukan
tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri
sendiri, orang lain dan lingkungan yang timbul sebagai kecemasan dan
ancaman (Hadiyanto, 2016).
• Faktor biologis yaitu perilaku kekerasan disebabkan oleh suatu dorongan kebutuhan dasar yang sangat kaut
• Faktor psikologis yaitu perilaku kekerasan terjadi sebagai hasil dari penyebab frustasi
• Faktor spiritual yaitu perilaku kekerasan dapat dipelajari secara langsung maupun melalui proses sosialisasi.
Faktor predisposisi
Stressor yang mencetuskan perilaku kekerasan bagi setiap individu bersifat unik. Stressor tersebut dapat disebabkan dari luar (serangan fisik, kehilangan, kematian) amaupun dalam (putus hubungan dengan orang yang berarti, kehilangan rasa cinta, takut terhadap penyakit fisik).
Faktor presipitasi
Tanda dan gejala perilaku kekerasan yaitu : suka marah, pandangan tajam, otot tegang, nada suara tinggi berdebat,
selalu memaksa, Mata melotot pandangan tajam, tangan mengepal, rahang mengatup, wajah memerah dan tegang, mengancam, mengumpat dengan kata-kata kotor, berbicara
dengan nada keras, kasar, menarik diri, pengasingan, penolakan.
Tanda dan Gejala
1. Asertif yaitu mengungkapkan rasa marah atau tidak setuju tanpa menyalahkan atau menyakiti orang lain, hal ini dapat menimbulkan kelegaan pada individu 2. Frustasi adalah respon yang terjadi akibat
gagal mencapai tujuan karena yang tidak realistis atau hambatan dalam proses pencapaian tujuan.
3. Pasif merupakan perilaku individu yang tidak mampu untuk mengungkapkan perasaan marah yang sekarang dialami, dilakukan dengan tujuan menghindari suatu tuntunan nyata.
4. Agresif merupakan hasil dari kemarahan yang sangat tinggi atau ketakutan/panik. Agresif memperlihatkan permusuhan, keras dan mengamuk dengan ancaman, member kata-kata ancaman tanpa niat melukai. Umumnya klien dapat mengontrol perilaku untuk tidak melukai orang lain.
5. Kekerasan sering disebut juga gaduh gelisah atau amuk. Perilaku kekerasan ditandai dengan menyentuh orang lain secara menakutkan, memberi kata-kata ancaman, melukai pada tingkat ringan sampai pada yang paling berat. Klien tidak mampu mengendalikan diri.
Pohon Masalah
KASUS 2 (RESIKO PERILAKU KEKERASAN)
Tn. K berusia 28 tahun merupakan salah satu ODGJ. Alasan masuk adalah klien
mengamuk dengan memukul tetangga sebelah rumahnya. Klien sudah berulang kali keluar masuk rsj dengan alasan mengamuk, dan terdiagnosa Skizofrenia Paranoid selama 4 tahun. Klien selalu mondar mandir, menunjukan bahasa tubuh negatif seperti tampak tatapannya tajam dan ekspersi wajah tegang. Tidak ada satu orangpun teman diruangan yang berani untuk berinteraksi dengannya. Ketika dilakukan pengkajian, klien tampak menggempalkan tanggannya dan emosi yang mudah berubah-ubah.
Klien mengatakan sakit hati dengan ayahnya. Ayahnya sering memukul klien dari kecil sampai tumbuh dewasa, jarang bertegur sapa dengan ayahnya walaupun berada di satu rumah. Ibu klien menjelaskan bahwa suaminya seseorang yang keras.
Mempunyai anak dengan kondisi seperti ini membuat ia tidak konsentrasi dan mengganggu pekerjaan. Selain itu ayah klien menyerahkan sepenuhnya kepada istrinya untuk merawat anaknya. Klien mengungkapkan lebih nyaman berada di rumah sakit karena ketika dirumah ia tidak mendapatkan perhatian dari sosok yang seharusnya memperhatikannya. Lingkungan sekitar rumah juga selalu menghinanya dengan sebutan orang gila. Klien merasa dirinya tidak berdaya dan tidak berguna.
FAKTOR PERILAKU KEKERASAN
Predisposisi
1. Pasien sudah berulang kali keluar masuk RSJ dengan alasan mengamuk dan terdiagnosa skizofrenia paranoid selama 4 tahun
2. Pasien mendapatkan perilaku kekerasan dari ayahnya
3. Pasien memiliki pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan
4. faktor yang mempengaruhi sikap individu yang meng ekspresikan merah.
FAKTOR PERILAKU KEKERASAN
Prepitasi
1. Pasien tidak mendapatkan perhatian dari orang tuanya.
2. Lingkungan sekitar rumah pasien selalu menghina pasien dengan sebutan orang gila.
3. Ayah pasien merupakan seorang yg keras terhadap anaknya.
4. Pasien jarang bertegur sapa dengan ayahnya.
ASUHAN
KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
1. Identitas klien:
a) Nama b) Umur
c) Jenis kelamin d) Tanggal dirawat e) Tanggal pengkajian f) Nomor rekam medis
2. Alasan masuk
klien mengamuk dengan memukul tetangga sebelah rumahnya. Klien sudah berulang kali keluar masuk rsj dengan alasan mengamuk, dan terdiagnosa Skizofrenia Paranoid selama 4 tahun.
Klien selalu mondar mandir, menunjukan bahasa tubuh negatif seperti tampak tatapannya tajam dan ekspersi wajah tegang. Tidak ada satu orangpun teman diruangan yang berani untuk berinteraksi dengannya. Ketika dilakukan pengkajian, klien tampak menggempalkan tanggannya dan emosi yang mudah berubah-ubah.
.
LANJUTAN PENGKAJIAN
3. Faktor predisposisi a) Faktor biologis yaitu adanya anggota keluarga yang sering melakukan perilaku kekerasan
b) Faktor psikologis yaitu perilaku kekerasan terjadi sebagai hasil dari
akumulasi frustasi
c) Faktor sosiokultural yaitu lingkungan sosial yang
sangat mempengaruhi sikap individu dalam mengekspresikan marah
4. Faktor prepitasi
a) Stressor yaitu stress yang disebabkan dari luar seperti serangan fisik, kehilangan,
kematian
b) Lingkungan yaitu perilaku kekerasan terjadi karena kritikan yang mengarah pada penghinaan.
5. Mekanisme koping mengidentifikasi
mekanisme koping klien, sehingga dapat membantu klien untuk
mengembangkan koping yang konstruktif dalam mengekpresikan
kemarahannya.Mekanisme koping yang umum
digunakan adalah
mekanisme pertahanan ego seperti displacement,
sublimasi, proyeksi,
represif, denial dan reaksi
formasi.
B. DATA SUBJEKTIF DAN OBJEKTIF
DATA OBJEKTIF 1. Klien terlihat mengamuk.
2. Klien terlihat selalu mondar mandir.
3. Klien terlihat menunjukan bahasa tubuh negatif seperti tampak tatapannya tajam.
4. ekspersi wajah klien tegang.
5. Klien tampak menyendiri.
6. Klien tampak mengepalkan tangannya.
7. emosi klien tampak mudah berubah-ubah
DATA SUBJEKTIF
1.Klien mengatakan sakit hati dengan ayahnya dengan ayahnya yang sering memukul dari kecil hingga dewasa.
2.Klien mengatakan jarang bertegur sapa dengan ayahnya walaupun 1 rumah.
3.Ibu klien mengatakan bahwa suaminya seseorang yang keras.
4.Klien mengatakan lebih nyaman berada di rumah sakit.
5.Klien mengatakan tidak mendapatkan
perhatian dari orangtua dan lingkungan sekitar 6.Klien merasa dirinya tidak berdaya dan tidak berguna.
Diagnosa Keperawatan
1 . Resiko perilaku kekerasan 2. Perilaku kekerasan
3. Harga diri rendah
Intervensi Keperawatan
Resiko perilaku kekerasan
A. Klien dapat membina hubungan saling percaya.
1) Bina hubungan saling percaya : salam terapeutik, perkenalan diri, 2) Jelaskan tujuan interaksi, ciptakan lingkungan yang tenang,
3) Buat kontrak yang jelas (waktu, tempat dan topik pembicaraan)
4) Beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaannya
C. Klien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan
1) Beri kesempatan klien untuk mengungkapkan perasaanya
2) Bantu klien mengungkapkan perasaannya B. Klien dapat mengidentifikasi
tanda-tanda prilaku kekerasan 1) Anjurkan klien mengungkapkan
yang dialami saat mucul amarah 2) Observasi tanda-tanda perilaku
kekerasan pada klien
3) Simpulkan bersama klien tanda
tanda yang terjadi saat muncul
amarah
Intervensi Keperawatan
Perilaku kekerasan
A. Klien dapat mendiskusikan akibat perilaku kekerasan
1) Bicarakan bersama klien akibat kerugian dari cara yang dilakukan klien 2) Bersama klien dapat menyimpulakan akibat cara yang dilakukan oleh klien 3) Tanyakan pada klien apakah ingin mempelajari cara baru yang sehat.
B. Klien dapat mencegah terjadi perilaku kekerasan dengan Tarik nafas 1) Bantu klien mengontrol amarah dengan Tarik nafas
2) Bantu klien membuat semakin aman, nyaman
3) Bantu klien mengontrol amarah selain dengan Tarik nafas dengan tidak merugikan orang lain
C. Keluarga mampu mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat klien.
1) Bantu keluarga dengan membicarakan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat klien 2) Bantu keluarga dengan mengajari penanganan saat amarah klien muncul kembali
3) Anjurkan keluarga untuk memberikan kenyamanan dan aman pada klien
Intervensi Keperawatan
Perilaku kekerasan
Intervensi Keperawatan
Harga Diri Rendah
A. Klien dapat membina hubungan saling percaya.
1) Bina hubungan saling percaya : salam terapeutik, perkenalan diri,
2) Jelaskan tujuan interaksi, ciptakan lingkungan yang tenang,
3) Buat kontrak yang jelas (waktu, tempat dan topik pembicaraan)
4) Sediakan waktu untuk mendengarkan klien
B. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
1) Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
2) Hindarkan memberi penilaian negatif setiap bertemu klien,
3) Utamakan memberi pujian yang realistis 4) Klien dapat menilai kemampuan dan aspek
positif yang dimiliki
Intervensi Keperawatan
Harga Diri Rendah
C.