LAPORAN PENDAHULUAN RESIKO PERILAKU KEKERASAN
Disusun Oleh Selman Syukur NPM. 202391032
DosenPembimbing 1. Ns. Vevi suryenti,M.kep 2. Ns. Rahmi Dwi Yanti,M.Kep 3. Ns. Marta suri ,S.Kep, M.Kep
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BAITURRAHIM JAMBI TAHUN 2023
LAPORAN PENDAHULUAN RESIKO PERILAKU KEKERASAN
A. KONSEP PENYAKIT 1. Pengertian
Perilaku kekerasan merupakan suatu bentuk perilaku yang bertujuan untuk melukai seseorang secara fisik maupun psikologis (Keliat,2011) .
Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik, baik kepada diri sendiri maupun orang lain.
Sering disebut juga gaduh gelisah atau amuk dimana seseorang marah berespon terhadap suatu stressor dengan gerakan motorik yang tidak terkontrol (Yosep,2009) 2. Penyebab
Menurut pireja {2011} , faktor yang menyebabkan perilaku kekerasan : a. Faktor Predisposisi
1. Psikologis
Kegagalan yang dialami dapat menimbulkan prestasi yang kemudian dapat timbul agresif atau perilaku kekerasan, contoh: Pada masa anak-anak yang dapat perlaku kekerasan cenderung saat dewasa menjadi perilaku-perilaku kekerasan .
2. Perilaku
Kekerasan didapat pada saat setiap melakukan seesuatu maka kekerasan yang diterima sehingga secara tidak langsung hal tersebut akan diadopsi dan dijadikam perilaku yang wajar.
3. Sosial Budaya
Budaya yang pasif agresif dan kontrol social yang tidak pasti terhadap perilaku kekerasan akan menciptakan seolah-olah kekerasan adalah hal yang wajar.
4. Biologis
Ada beberapa penelitian membuktikan bahwa dorongan agresif mempunyai dasar biologis, penelitian neurobiologis mendapatkan bahwa adanya pemberian stimulus elektris ringan pada hipotalamus (yang berada ditengah system limbik).
b. Faktor Presipitasi
Faktor yang dapat mencetuskan perilaku kekerasan menurut Yosep, 2011 yaitu:
1) Ekspresi diri ingin menunjukkan eksistensi diri atau symbol solidaritas seperti dalam sebuah konser penonton sepakbola, geng sekolah, perkelahian masal, dsb.
2) Ekspresi dari tidak terpenuhinya kebutuhan dasar dan kondisi social ekonomi.
3) Kesulitan dalam mengkomunikasikan sesuatu dalam keluarga serta tidak membiasakan dialog untuk memecahkan masalah cenderung melakukan kekerasan dalam penyelesaian konflik.
4) Ketidaksiapan seorang ibu dalam merawat anaknya dan ketidakmampuan dirinya sebagai seorang yang dewasa.
5) Adanya riwayat perilaku antisosial meliputi penyalahgunaan obat dan alkoholisme dan tidak mampu mengontrol emosinya pada saat menghadapi rasa frustasi.
6) Kematian anggota keluarga yang terpenting, kehilangan pekerjaan, perubahan tahap perkembangan atau perubahan tahap perkembangan keluarga.
3. Psiko-Patologi
Ancaman kebutuhan marah, stress, cemas yang dapat menimbulkan marah, respon terhadpr marah dapat diekspresikan secara eksternal maupun internal secara eksternal ekspresi marah dapat berupa perilaku konstruktif maupun destruktif.
Mengekspresikan rasa marah dengan perilaku kontruktif dengan kata-kata yang dapat dimengerti dan diterima tanpa menyakiti hati orang lain, sehingga rasa marah tersebut dapat dipahami oleh orang lain selain akan memberikan rasa lega, ketegangan akan menurun dan akhirnya perasaan marah dapat teratasi.
Rasa marah yang dieekspresikan secara destruktif, misalnya dengan perilaku agresif dan menantang biasanya cara tersebut justru menjadikan masalah berkepanjangan dan dapat menimbulkan amuk yang ditunjukan pada diri sendiri, orang lain dan lingkungan.
Perilaku yang submatif seperti menekan perasaan marah karena merasa tidak kuat, individu akan berpura-pura tidak marah atau melarikan diri dari rasa amarahnya, sehingga rasa marah tidak terungkap . Kemarahan yang demikian akan menimbulkan rasa bermusuhan yang lama dan suatu saat dapat menimbulkan kemarahan yang destrilutif yang diajukan diri sendiri, orang lain dan lingkungan.
4. Tanda dan Gejala
Menurut yosep (2009)mengemukkan bahwa tanda dan gejala perilaku kekerasan : -Muka merah dan tegang
-Mata melotot / pandangan tajam -Tangan mengepal, rahang mengatup -Postur tubuh kaku
-Bicara kasar -Suara tinggi
-Membentak atau berteriak
-Mengancam secara verbal atau fisik -Mngumpat dengan kata-kata kotor -Suara keras
-Melempar/meemukul benda/orang lain -Menyerang orang lain
-Melukai diri sndiri / orang lain
5. Penatalaksanaan Medis a. Medis
-Nozian yaitu mengontrol perilaku psikosial
-Halloperidol yaitu mengontrol psikosis dan perilaku merusak diri
-Trihexiphenidil yaitu mengontrol perilaku merusak diri dan menenangkan hiperaktivitas
-ECT , yaitu menenangkan kalian bila mengarah pada keadaan ngamuk.
b. Penata laksanaan keperawatan -Psikoterapatik
-Lingkungan terapeatik
-Kegiatan hidup sehari-hari (ADL) -Pendidikan kesehatan
6. RENTANG RESPON NEUROBIOLOGI
Respon Adaptif Respon Maladaftif
Asertif Frustasi Pasif Agresif PerilakuKek erasan
Keterangan:
1. Asertif : individu dapat mengungkapkan perilaku kekerasan marah tanpa menyalahkan orang lain dan memberikan ketenangan
2. Frustasi : individu gagal mencapai tujuan kepuasan saat marah dan tidak dapat menemukan alternatif.
3. Pasif : individu tidak dapat mengungkapkan perilaku kekerasan perasaannya 4. Agresif : perilaku yang tidak menyertai marah, terdapat dorongan untuk
menuntut tapi masih terkontrol.
5. Perilaku kekerasan : perasaan marah dan bermusuhan yang kuat serta hilangnya kontrol
(Fitria, 2010)
B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN I. Deskripsi Kasus ( Masalah Utama)
Perilaku Kekerasan
II. Proses Terjadinya Masalah a. Pengertian
Perilaku kekerasan/ amuk hasil konflik emosional yang belum dapat diselesaikan. Perilaku kekerasan juga menggambarkan rasa tidak aman kebutuhan akan perhatian dan ketergantungan pada orang lain.
Tanda dan Gejala :
Wawancara : diarahkan penyebab marah, perasaan marah, tanda-tanda marah yang dirasakan oleh klien
Observasi : muka merah, pandangan tajam, otot tegang, nada suara tinggi, berdebat dan sering pula tampak klien memaksakan kehendak, merampas makanan, memukul jika tidak senang.
b. Penyebab
Perilaku kekerasan disebabkan adanya gangguan harga diri rendah. Harga diri rendah adalah penilaian individu tentang pencapaian diri dengan menganalisa seberapa jauh perilaku sesuai dengan ideal diri. Dimana gangguan harga diri dapat digambarkan sebagai perasaan negative terhadap diri sendiri, hilang kepercayaan diri, merasa gagal mencapai keinginan.
Tanda dan Gejala :
Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit dan tindakan terhadap penyakit (rambut botak karena terapi)
Rasa bersalah terhadap diri sendiri
Gangguan hubungan social
Percaya diri kurang
Mencederai diri (Keliath, 2011) c. Akibat
Klien dengan perilaku kekerasan dapat melakukan tindakan-tindakan berbahaya bagi dirinya, oranglain maupun lingkungannya, seperti menyerang orang lain, memecahkan perabot, membakar rumah, dll.
III. A. POHON MASALAH
Resiko mencederai diri, orang lain, lingkungan effect
Perilaku Kekerasan core problem
Harga Diri Rendah Kronis causa
( Keliath, 2011)
B. MASALAH KEPERAWATAN DAN DATA YANG PERLU DILENGKAPI 1. Resiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan
Data Subyektif :
- Klien mengatakan benci atau kesal pada seseorang
- Klien suka membentak dan menyerang orang yang mengusiknya jika sedang kesal/ marah
- Riwayat perilaku kekerasan atau gangguan jiwa lainnya.
Data Obyektif
- Mata merah, wajah agak merah
- Nada suara tinggi dan keras, bicara menguasai: berteriak, menjerit, memukul diri sendiri/ orang lain.
- Ekspresi marah saat membicarakan orang, pandangan tajam - Merusak dan melempar barang-barang
2. Perilaku Kekerasan/ amuk
Data Subyektif
- Klien mengatakan benci atau kesal pada seseorang
- Klien suka membentak dan menyerang orang yang mengusik nya jika sedang kesal atau marah
- Riwayat perilaku kekerasan atau gangguan jiwa lainnya
Data Obyektif
- Mata merah, wajah agak merah
- Nada suara agak tinggi dan keras, bicara menguasai
- Ekspresi marah saat membicarakan orang, pandangan tajam - Merusak dan melempar barang-barang
3. Gangguan Konsep Diri – Harga Diri Rendah
Data Subyektif
- Klien mengatakan saya tidak mampu, tidak bias, tidak tahu apa-apa, bodoh, mengkritik diri sendiri, mengungkapkan perasaan malu terhadap diri sendiri
Data Obyektif
- Klien tampak lebih suka sendiri, bingung bila disuruh memilih alternative tindakan, ingin menciderai diri sendiri/ ingin mengakhiri hidup.
IV. DIAGNOSA KEPERAWATAN Perilaku Kekerasan
V. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
Diagnosa Keperawatan : Perilaku Kekerasan
Tujuan Umum
Klien terhindar dari mencederai diri, orang lain dan lingkungan
Tujuan Khusus
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya Tindakan
1) Bina hubungan saling percaya, salam terapeutik, empati sebut nama perawat, dan jelaskan tujuan
2) Panggil klien dengan nama panggilan yang disukai 3) Bicara dengan sikap tenang dan rileks
2. Klien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku Tindakan
1) Beri kesempatan mengungkapkan perasaannya 2) Bantu klien mengungkapkan perasaan jengkel/ kesal
3) Dengarkan ungkapan rasa marah dan perasaan bermusuhan klien dengan sikap
3. Klien dapat mengidentifikasi tanda-tanda perilaku Tindakan
1) Anjurkan klien mengungkapkan yang dialami dan dirasakan saat jengkel/ kesal
2) Observasi tanda perilaku
3) Simpulkan bersama klien tanda-tanda jengkel/ kesal yang dialami 4. Klien dapat mengidentifikasi perilaku kekerasan yang biasa dilakukan
Tindakan
1) Anjurkan mengungkapkan perilaku kekerasan yang biasa
2) Bantu bermain peran sesuai dengan perilaku kekerasan yang biasa 3) Tanyakan apakah dengan cara yang dilakukan masalahnya selesai 5. Klien dapat mengidentifikasi akibat perilaku
Tindakan
1) Bicarakan akibat/ kerugian dari cara yang dilakukan
2) Bersama klien menyimpulkan akibat dari cara yang digunakan 3) Tanyakan apakah ingin mempelajari cara baru yang sehat
6. Klien dapat mengidentifikasi cara konstruktif dalam berespon terhadap kemarahan
Tindakan
1) Beri pujian jika mengetahui cara lain yang sehat
2) Diskusikan cara lain yang sehat secara fisik Tarik nafas dalam jika sedang kesal, berolahraga, memukul bantal/ Kasur
3) Secara verbal katakan bahwa anda sedang marah/ kesal/ tersinggung 4) Secara spiritual berdoa, sembahyang, memohon kepada Tuhan untuk
diberi kesabaran
7. Klien dapat mengidentifikasi cara mengontrol perilaku Tindakan
1) Bantu memelihara cara yang paling tepat
2) Bantu mengidentifikasi manfaat cara yang telah dipilih 3) Bantu menstimulasikan cara yang telah dipilih
4) Beri reinforcement positif atas keberhasilan ayng dicapai dalam simulasi 5) Anjurkan menggunakan cara yang telah dipilih saat jengkel/ marah 8. Klien mendapatkan dukungan dari keluarga
Tindakan
1) Beri penkes tentang cara merawat klien melalui pertemuan keluarga 2) Beri reinforcement positif atas keterlibatan keluarga
9. Klien dapat menggunakan obat dengan benar Tindakan
1) Diskusikan dengan klien tentang obat (nama, dosis, frekuensi, efek samping)
2) Bantu klien menggunakan obat dengan prinsip 5 benar (nama, obat, dosis, cara dan waktu)
3) Anjurkan untuk membicarakan efek samping obat yang dirasakan.
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN N
O
KLIEN KELUARGA
SPIP SPIK
1 Membina hubungan saling percaya Memberikan penyuluhan kepada keluarga tentang cara merawat klien perilaku kekerasan di rumah
2 Mengidentifikasi penyebab perasaan marah, tanda dan gejala yang dirasakan, perilaku kekerasan yang dilakukan, akibatnya serta cara mengontrol secara fisik I ( latihan nafas dalam)
SP2P SP2K
1 Membantu pasien latihan
mengendalikan perilaku kekerasan dengan cara fisik ke II (evaluasi latihan nafas dalam, latihan mengendalikan perilaku kekerasan dengan cara fisik kedua ( pukul Kasur/ bantal)
Melatih keluarga melakukan cara-cara mengontrol kemarahan
2 Menyusun jadwal kegiatan harian cara kedua
SP3P SP3K
1 Latih mengontrol perilaku kekerasan secara sosial/ verbal
- Evaluasi jadwal harian cara fisi k
- Latihan mengungkapkan rasa marah secara verbal: menolak dengan baik, meminta dengan baik mengungkpkan perasaan
Membuat perencanaan pulang Bersama keluarga
dengan baik
- Susun jadwal mengungkap marah secara verbal
DAFTAR PUSTAKA
Direja, 2011. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa,Yogyakarta; Nuha Merdeka
Fitria, N . 2010 prinsip dasar dan aplikasi penulisan laporan pendahuluan dan strategi pelaksanaan tindakan keperawatan ( lp dan sp ) .Jakarta : salemba medika
Keliath, A.B .2006 . proses keperawatan kesehatan jiwa Jakarta : EGC Yosep, I. 2009. Keperawatan Jiwa. Bandung : PT. Rafika Aditama
Pengertian
Perilaku kekerasan
adalah suatu keadaan emosi yang
merupakan campuran perasaan
frustasi dan benci atau marah. Hal ini
didasarkan keadaan
emosi yang mendalam dari setiap
orang sebagai bagian penting dari keadaan emosional kita yang
dapat diproyeksikan ke lingkungan, kedalam diri atau destruktif (Yoseph, Iyus, 2010).
Marah adalah
perasaan jengkel
yang timbul sebagai respon terhadap
kecemasanatau
kebutuhan yang tidak
terpenuhi yang
dirasakan sebagai ancaman (Stuart &
Sundeen, 2007).
Jadi dapat disimpulkan bahwa perilaku
kekerasan adalah suatu keadaan dimana
seseorang
melakukan tindakan
baik verbal maupun non verbal yang dapat
membahayakan diri sendiri,
orang lain dan
lingkungan yang muncul
akibat perasaan
jengkel / kesal / mara Pengertian
Perilaku kekerasan
adalah suatu keadaan emosi yang
merupakan campuran perasaan
frustasi dan benci atau marah. Hal ini
didasarkan keadaan
emosi yang mendalam dari setiap
orang sebagai bagian
penting dari keadaan
emosional kita yang
dapat diproyeksikan ke lingkungan, kedalam diri atau destruktif (Yoseph, Iyus, 2010).
Marah adalah
perasaan jengkel
yang timbul sebagai respon terhadap
kecemasanatau
kebutuhan yang tidak terpenuhi yang
dirasakan sebagai ancaman (Stuart &
Sundeen, 2007).
Jadi dapat disimpulkan bahwa perilaku
kekerasan adalah suatu keadaan dimana
seseorang
melakukan tindakan
baik verbal maupun non verbal yang dapat
membahayakan diri sendiri,
orang lain dan
lingkungan yang muncul akibat perasaan
jengkel / kesal / mara
Pengertian
Perilaku kekerasan
adalah suatu keadaan emosi yang
merupakan campuran perasaan
frustasi dan benci atau marah. Hal ini
didasarkan keadaan
emosi yang mendalam dari setiap
orang sebagai bagian penting dari keadaan emosional kita yang
dapat diproyeksikan ke
lingkungan, kedalam diri atau destruktif (Yoseph, Iyus, 2010).
Marah adalah
perasaan jengkel
yang timbul sebagai respon terhadap
kecemasanatau
kebutuhan yang tidak terpenuhi yang
dirasakan sebagai ancaman (Stuart &
Sundeen, 2007).
Jadi dapat disimpulkan bahwa perilaku
kekerasan adalah suatu
keadaan dimana seseorang
melakukan tindakan
baik verbal maupun non verbal yang dapat
membahayakan diri sendiri,
orang lain dan
lingkungan yang muncul akibat perasaan
jengkel / kesal / mara