• Tidak ada hasil yang ditemukan

THE ROLE OF NORTH BOGOR POLICE IN MAINTAINING HARKAMTIBMAS IN REFUSING TO BUILD THE IMAM AHMAD BIN HANBAL MOSQUE

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "THE ROLE OF NORTH BOGOR POLICE IN MAINTAINING HARKAMTIBMAS IN REFUSING TO BUILD THE IMAM AHMAD BIN HANBAL MOSQUE"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

RESEARCH ARTICLE

T

HE

R

OLE OF

N

ORTH

B

OGOR

P

OLICE IN

M

AINTAINING

H

ARKAMTIBMAS IN

R

EFUSING

TO

B

UILD THE

I

MAM

A

HMAD BIN

H

ANBAL

M

OSQUE

Rohmat Syaiful Qodri1

1Akademi Kepolisian Republik Indonesia, Semarang, Indonesia

 syaiful_qodri@yahoo.com HOW TO CITE

Qodri, R. (2020). The Role of North Bogor Police in Maintaining Harkamtibmas in Refusing to Build the Imam Ahmad Bin Hanbal Mosque. Tanggon Kosala, 9(2), 105-118.

A

BSTRACT

It is been 4 years since the rejection of the construction of the Imam Ahmad bin Hanbal Mosque has not yet ended. North Bogor Polsek has an important role in efforts to prevent cases of intolerance between religious communities and the implementation of investigation, sambang, until patrol. This research aims to describe, analyze and identify the chronology, North Bogor Polsek roles as well as the factors the influence the rejection of the construction of the Imam Ahmad bin Hanbal Mosque. The research location is in North Bogor District with a focus on the role of North Bogor Polsek. This research uses the qualitative method with descriptive analysis techniques and field research. Using triangulation of primary data sources, secondary and tertiary, triangulation method and triangulation time by comparing data or information from interviews with observations in the field. This research uses iceberg theory, communication theory and social conflict based religion theory and role concept. This investigation, sambang and patrols were carried out by North Bogor Polsek which is not maximally analyzed from document study, interview and observations of police office especially to the public of Tanah Baru village. In carrying out research as well as sambang there are several pros and cons to factors that affect development rejection. The conclusion is that in the process of rejection of Imam Ahmad bin Hanbal Mosque development cannot be separated from the responsibility of the government and the police in guarding harkamtibmas in the community.

Keywords: Role; North Bogor Police Department; Harkamtibmas, Rejection of Mosque Development

(2)

ARTIKEL PENELITIAN

P

ERAN

P

OLSEK

B

OGOR

U

TARA DALAM

M

ENJAGA

H

ARKAMTIBMAS PADA

P

ENOLAKAN

P

EMBANGUNAN

M

ASJID

I

MAM

A

HMAD BIN

H

ANBAL

Rohmat Syaiful Qodri1

1Akademi Kepolisian Republik Indonesia, Semarang, Indonesia

 syaiful_qodri@yahoo.com SARAN PENGUTIPAN

Qodri, R. (2020). The Role of North Bogor Police in Maintaining Harkamtibmas in Refusing to Build the Imam Ahmad Bin Hanbal Mosque. Tanggon Kosala, 9(2), 105-118.

A

BSTRAK

Sudah berjalan 4 tahun kasus penolakan pembangunan Masjid Imam Ahmad bin Hanbal belum juga usai. Polsek Bogor Utara memiliki peran penting dalam upaya pencegahan terjadinya kasus intoleransi antar umat beragama dengan pelaksanaan penyelidikan, sambang, hingga patroli. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan, menganalisis dan mengidentifikasi kronologi, peran Polsek Bogor Utara serta faktor-faktor yang mempengaruhi penolakan pembangunan Masjid Imam Ahmad bin Hanbal. Lokasi penelitian di Kecamatan Bogor Utara dengan fokus peran Polsek Bogor Utara. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan teknik

deskriptif analisis dan penelitian lapangan (field research). Menggunakan triangulasi

sumber data primer, sekunder dan tersier, triangulasi metode dan truangulasi waktu dengan membandingkan data atau informasi hasil wawancara dengan hasil observasi di lapangan. Penelitian ini menggunakan teori gunung es, teori komunikasi dan teori konflik sosial berbasis agama serta konsep peran. Pelaksanaan penyelidikan, sambang serta patroli yang dilakukan oleh Polsek Bogor Utara yang kurang maksimal dianalisa dari studi dokumen, interview, serta observasi terhadap anggota terkhususnya kepada masyarakat kelurahan tanah baru. Dalam pelaksanaan penyelidikan serta sambang terdapat beberapa faktor pro dan kontra yang mempengaruhi penolakan pembangunan. Kesimpulannya yaitu dalam proses penolakan pembangunan Masjid Imam Ahmad bin Hanbal tidak terlepas dari tanggung jawab pemerintah serta kepolisian dalam menjaga harkamtibmas di masyarakat.

(3)

Kata kunci: Peran; Polsek Bogor Utara; Harkamtibmas; Penolakan Pembangunan Masjid

(4)

D

AFTAR

I

SI

ABSTRACT ……….………..………. 105 ABSTRAK ………..……..……….. 106 DAFTAR ISI ………..………. 107 PENDAHULUAN ……… 107 METODE ………. 109

HASIL DAN PEMBAHASAN ………..………. 109

I. Kronologi Kasus Penolakan Pembangunan Masjid Imam Ahmad Bin Hanbal di Wilayah Polsek Bogor Utara ….…..……….………..…….. 109

II. Peran Polsek Bogor Utara dalam Menjaga Harkamtibmas (Studi Kasus) Penolakan Pembangunan Masjid Imam Ahmad bin Hanbal di Kecamatan Bogor Utara ………. 110

III. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penolakan Pembangunan Masjid Imam Ahmad bin Hanbal di Wilayah Polsek Bogor Utara 113 KESIMPULAN ………..……….. 116

REFERENSI ……….. 116

P

ENDAHULUAN

Masyarakat merupakan satu kesatuan dalam kehidupan manusia yang saling berhubungan menurut suatu peraturan dalam adat istiadat tertentu yang mempunyai sifat secara terus menerus dan terikat oleh identitas bersama. Sebagai warga negara Indonesia, kita diwajibkan untuk saling menjaga dan menjunjung tinggi nilai kesatuan dan persatuan dengan cara menghormati semua suku, budaya, bahasa yang sudah ada di Indonesia. Hal ini yang melandasi masyarakat Indonesia disebut sebagaia masyarakat multikultural yang mempunyai dua sisi tertentu, yakni sisi posistif dan negatif. Sisi positif dari masyarakat multikultural dapat mempererat persatuan. Sedangkan untuk sisi negatif dari multikulturalisme dapat menyebabkan perceraian

sehingga menimbulkan dampak pada masalah sosial.Indonesia terbentuk atas adanya

rasa persatuan juga kebersamaan, yang dilatar belakangi oleh berbagai keberagaman suku, ras, budaya, serta bahasa. Indonesia mempunyai berbagai sisi positif multikulturalisme masyarakat yang telah kokoh di dalam pribadi masyarakatnya seperti moderasi (pengurangan kekerasan), toleransi, sampai dialog/percakapan yang selalu dijaga untuk menangani berbagai hal yang menimbulkan sifat egois hingga menimbulkan kekerasan. Untuk menangani kekerasan maupun kejahatan terdapat beberapa pendekatan yang dilakukan. Yaitu salah satunya pendekatan secara hukum, tetapi lebih banyak pendekatan melalui budaya dan agama. Sedangkan sisi negatifnya bisa dilihat dari multikulturalisme yang telah dibuktikan dengan ancaman-ancaman negara bisa hancur karena hal tersebut karena di masyarakat banyak muncul sifat-sifat egoisme serta individualisme yang mengatas namakan politik, suku, ataupun agama.

Sifat individualisme memang merupakan kewajaran bagi manusia, akan tetapi jika dilakukan terus-menerus dapat membuat negara tersebut tidak akan bersatu

(5)

karena sifat tersebut dapat berubah menjadi sifat yang eksklusif dan akhirnya dapat menimbulkan perpecahan antar masyarakat, apalagi jika ditambah dengan persaingan ekonomi, sosial maupun budaya. Itulah yang terjadi di negara-negara besar yang haus akan kekuasaan dengan pemerintahan yang selalu merasa tidak puas akan apa yang telah diterima dalam kehidupannya, hingga dapat menimbulkan konflik ekonomi seperti perang dagang, sosial maupun budaya seperti perang antar suku maupun antar umat beragama yang berbeda, atau penduduk yang mayoritas menindas penduduk yang minoritas.

Dalam perkembangan sejarah masuknya Agama Islam di Indonesia yang cukup pesat, pasti membawa perubahan-perubahan yang besar, mulai dari perubahan karakteristik atau akhlak, sampai perubahan pandangan mengenai akidah atau ilmu tentang agama, salah satunya mengenai mazhab. Mazhab bisa juga diartikan sebagai teori maupun akidah yang dirumuskan oleh para imam mazhab. Dari sinilah kita dapat mengetahui bahwa dalam perbedaan antar mazhab terletak dari akidah yang diajarkan. Perbedaan mazhab antar satu akidah dengan akidah yang lainnya memang sudah banyak terjadi, tergantung pada orang yang mengikuti akidah yang di percayainya. Tapi ada juga yang menyalah gunakan akidah tersebut dan menyebarkannya hingga melenceng ke ajaran yang tidak sesuai seperti yang sering disebut sebagai Wahabi. Hal tersebut tentunya dapat menimbulkan konflik antar umat beragama.

Sehubungan dengan hal tersebut, Indonesia adalah negara dengan penduduk terbesar atau mayoritas agama Islam terbesar di Dunia. Hal ini bahkan mengalahkan negara kelahiran Rasulullah Nabi Muhammad SAW, yaitu Arab Saudi. Perkembangan dan pertumbuhan umat Islam di Indonesia tidak hanya lahir begitu saja tetapi melalui sejarah yang cukup panjang. Pada zaman dahulu, Islam memiliki sejarah tersendiri saat memasuki negara Indonesia. Saat ini sekitar 85% warga negara Indonesia adalah pemeluk agama Islam. Jumlah ini terbilang fantastis mengingat penduduk Indonesia yang cukup padat dan juga beraneka ragam yang selalu ditanamkan kepribadian untuk menjunjung tinggi rasa solidaritas serta kesatuan dan persatuan demi tercapainya perdamaian di dalam negeri.

Saat ini banyak terdapat permasalahan tentang intoleransi antar umat beragama, salah satunya adalah permasalahan kasus penolakan pembangunan rumah ibadah di

wilayah hukum Polresta Bogor Kota

.

Diharapkan dengan terselesaikannya masalah

tersebut dapat menghilangkan berbagai kasus intoleransi antar umat beragama di Indonesia.

Pada penelitian ini akan menggunakan metode kualitatif dengan teknik

deskriptif analisis dan penelitian lapangan (field research). Menggunakan triangulasi

sumber data primer, sekunder dan tersier, triangulasi metode dan truangulasi waktu dengan membandingkan data atau informasi hasil wawancara dengan hasil observasi di lapangan. Penelitian ini menggunakan teori gunung es, teori komunikasi dan teori konflik sosial berbasis agama serta konsep peran. Teori gunung es untuk mendeskripsikan kronologi dari kasus penolakan pembangunan Masjid Imam Ahmad bin Hanbal di wilayah Polsek Bogor Utara dengan memperhatikan eksalasi gangguan dan proses aktualisasinya. Teori komunikasi untuk memberikan kebijakan non penal secara vertikal kepada bawahan maupun atasan dan secara horizontal yaitu komunikasi kepada pihak yang mempunyai kedudukan sama, posisi sama, jabatan se-level, maupun eselon yang sama dalam suatu organisasi. Serta teori konflik sosial berbasis agama yaitu teori menilai faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi penolakan pembangunan

(6)

Masjid. Konsep peran adalah konsep yang digunakan untuk melihat apakah peran dari polsek telah dilakukan secara baik demi terwujudnya harkamtibmas.

M

ETODE

Pada penelitian ini akan menggunakan metode kualitatif dengan teknik deskriptif analisis dan penelitian lapangan (field research). Menggunakan triangulasi sumber Data primer merupakan sumber data yang utama dalam melakukan penelitian karena hasilnya didapatkan dari berbagai responden atau orang-orang yang memberikan informasi, sekunder yang merupakan Berbagai dokumen yang dimiliki oleh Polres Bogor Kota dan tersier yaitu data yang didapat dari sumber yang di publikasikan, triangulasi metode dan truangulasi waktu dengan membandingkan data atau informasi hasil wawancara dengan hasil observasi di lapangan.

H

ASIL DAN

P

EMBAHASAN

I.

KRONOLOGI KASUS PENOLAKAN PEMBANGUNAN MASJID

IMAM AHMAD BIN HANBAL DI WILAYAH POLSEK BOGOR

UTARA

Perjalanan yang cukup panjang dari kasus penolakan pembangunan Masjid Imam Ahmad Bin Hanbal yang sudah berdiri sejak tahun 2001 bermula dari penolakan pembangunan Masjid Imam Ahmad Bin Hanbal adalah bukan semerta-merta merupakan hal yang berhubungan dengan perenofasian pembangunan Masjid untuk dibangun menjadi bangunan yang baru, tetapi adanya perbedaan akidah atau ajaran yang disampaikan kepada masyarakat yang berujung pada konflik sosial pada masyarkat dan secara hukum. Adapun kronologi penolakan pembangunan masjid terdapat dalam tabel sebagai berikut:

No Waktu Kronologis

1 1997 1. Kelompok Masjid Imam Ahmad Bin Hanbal tinggal

di Cimanggu Kec. Tanah Sereal Kota Bogor sewa rumah dan disamping kontrakannya terdapat Masjid Darul Jannah.

2. Masjid tersebut perlahan-lahan mulai dikuasai oleh jemaah Imam Ahmad Bin Hanbal dengan mendirikan perpustakaan didalam masjid dan mendominasi pengajian serta menguasai pengajian.

3. Dengan dikuasainya pengelolaan masjid tersebut

oleh jemaah Imam Ahmad Bin Hanbal kemudian masyarakat sekitar masjid keberatan.

2 1999 Warga sekitar (bermahjab Imam Safi’i) mengusir Ustd.

Yazid Jawas (bermahjab Imam Ahmad Bin Hanbal) dari kontrakannya.

3 2001 Yazid Jawas membeli tanah di JL Ahmad Syam komplek

(7)

Kec. Bogor Utara sertifikat hak milik an Yazid Jawas dibangun Masjid Imam Ahmad Bin Hanbal No IMB SK

Walikota Bogor 654.8/SK 151 – diskim tahun 2001.

4 2013 Pada sekitar bulan januari 2013 telah dilakukan

penangkapan oleh Polda Metro Jaya di perumahan Mega Sentul Kab. Bogor terhadap jemaat MIAH Sdr. Sadulah Razak karena kepemilikan handak diduga untuk melakukan aksi pengeboman di hotel JW Mariot

kuningan Jakarta. Ybs pun merupakan Kelompok

Abu Roban.

5 2016 1. Akhir bulan januari 2016 Sdr. Bukit Adhinugraha,

S.Tp mengajukan izin perubahan IMBdari 500 m2 menjadi 1000 m2

2. September 2016 walikota Bogor mengeluarkan IMB

no: 645.8.1014 bpptpm-ix/2016 tanggal 29 september 2016 ttg rencana pembangunan mesjid

Imam Ahmad Bin Hanbal (Awal Konflik)

Sumber: Studi dokumentasi data Intelkam Polresta Bogor Kota 2019

Pada akhir bulan Januari 2016 Sdr. Bukit Adhinugraha, mengajukan izin perubahan IMB, karena kurangnya kapasitas lahan untuk tempat parkir kendaraan jamaah MIAH. Disinilah awal mula dari penolakan yang berujung pada unjuk rasa warga masyarakat Kota Bogor kepada pemerintah yang pada akhirnya mengeluarkan pencabutan IMB dari pemerintah mengenai pembangunan MIAH. Menurut penjelasan Bapak Camat Bogor Utara, pada saat melaksanakan wawancara ke kantor Camat pada tanggal 19 Februari 2020, pukul 10.30 menyampaikan sebagai berikut:

Bahwa pihak pemerintah Kota Bogor sudah melakukan upaya pemecahan masalah guna meredam unjuk rasa dengan memberikan beberapa opsi sebagai solusinya:

1) Mengizinkan pembangunan MIAH dengan Aliran umum dari masyarakat.

2) Menyampaikan kepada pengurus MIAH untuk masjidnya sendiri di wakafkan ke

Pemerintah

3) Untuk menghindari konflik, tanah akan dibeli pemerintah dan bangunan akan di

ubah menjadi bangunan baru selain masjid

4) Relokasi Pembangunan MIAH

Berdasarkan penjelasan tersebut, maka permasalah pembangunan MIAH belum terselesaikan dan belum diputuskan sampai saat ini dikarenakan adanya pengajuan kembali oleh pihak pengelola tentang pembekuan IMB.

II.

PERAN POLSEK BOGOR UTARA DALAM MENJAGA

HARKAMTIBMAS (STUDI KASUS) PENOLAKAN

PEMBANGUNAN MASJID IMAM AHMAD BIN HANBAL DI

KECAMATAN BOGOR UTARA

Polsek merupakan komando dalam struktur Kepolisian Republik Indonesia ditingkat kecamatan dan dikepalai oleh seorang Kapolsek berpangkat Komisaris Polisi, dan di

(8)

Pembantu Pimpinan diantaranya: Seksi Umum, Seksi Hukum, Hubungan Masyarakat dan 6 Unsur Pelaksana Tugas Pokok. Polsek begitu penting dimata masyarakat karena merupakan tempat pengaduan segala permasalahan masyarakat yang membuat resah dan terganggunya harkamtibmas. Kapolsek di mata masyarakat mempunyai status kedudukan yang tinggi dan disegani karena merupakan pimpinan kepolisian sektor wilayah kecamatan. Peran Polsek dalam menjalankan tugas mengemban dan memanajemen beberapa fungsi teknis didalamnya harus berlandaskan pada pedoman visi dan misi guna terselenggaranya program kerja dengan baik demi menyongsong dan menciptakan harkamtibmas yang nyata. Tugas pejabat struktural dan staff pada Polsek Bogor Utara, tugas dari Kapolsek yaitu:

1) Bertanggung jawab dan memberikan kebijakan strategis Polsek Bogor Utara

terkait arah selanjutnya yang akan dilaksanakan dibidang Pembinaan maupun Operasional dilingkungan unsur pembantu pimpinan dan pelaksana staff.

2) Memberikan perintah/tugas kepada unsur pembantu pimpinan dan pelaksana

staf.

3) Melaksanakan penerimaan laporan dari tugas baik dibidang pembinaan maupun

dibidang operasional dari unsur pembantu pimpinan dan pelaksana staf.

4) Sebagai Pimpinan Kesatuan yang bertanggung jawab kepada anggota dan

Pimpinan tingkat atas.

5) Bertanggung jawab atas segala susuatu yang terjadi di wilayah kekuasaannya dan

mengkoordinasikan dengan instansi samping (Muspika).

6) Membina, mengawasi dan mengendalikan pelaksanaan tugas anggota/unit serta

dibantu oleh Waka Polsek dan Kanit.

A.

Memberikan saran dan pertimbangan dalam pelaksanaan tugas

anggota sesuai dengan aturan perundang-undangan dan pimpinan

tingkat atas

Berdasarkan hasil penelitian, Kapolsek dalam menjalankan tugas pokoknya telah

dilaksanakan dengan baik. Hal tersebut dikuatkan melalui wawancara dengan

kapolsek beserta kanit dan jajarannya mengenai tugas Kapolsek dalam menangani suatu konflik sosial sudah dilaksanakan secara struktural dengan memperhatikan tupoksi dari Kapolsek sendiri dan tentunya semua keberhasilan tugas tersebut tidak terlepas dari peran personel Polseknya sendiri yang lebih banyak terjun ke lapangan untuk selanjutnya mengenai informasi yang telah di peroleh akan dilaporkan kepada pimpinan. Disitulah peran seorang pimpinan dalam mengambil tindakan untuk mengatasi suatu peristiwa.

Status Kepolisian dalam pandangan masyarakat yaitu tidak lepas dari penegakkan hukum, pelindungan, pengayoman, pelayanan masyarakat, serta pemelihara keamanan dan ketertiban masyarakat. Dimana dalam kasus konflik sosial berbasis agama tersebut status kepolisian sendiri sangat penting guna menjaga harkamtibmas dari gerakan unjuk rasa penolakan pembangunan masjid Imam Ahmad Bin Hanbal, seperti yang di sampaikan oleh Kapolsek Bogor Utara:

“Peran Polsek dalam mengambil kebijakan mengenai konflik sosial penolakan

pembangunan Masjid Imam Ahmad Bin Hanbal adalah harkamtibmas, masalah mengenai tanah ataupun surat izin mendirikan banguan (IMB) itu sudah bukan

(9)

“Bagaimana cara agar ujuk rasa agar tidak terjadi kembali, yaitu dengan

mengerahkan personil polsek yang berhubungan dengan kasus di lapangan, seperti Intelkam, Binmas, Sabhara. Yang dimana tugas dan fungsinya untuk mengontrol kondisi di lingkungan masyarakat yang dilansir akan terjadi konflik

sosial” (disadur dari wawancara dengan Juanda, 19 Februari 2020).

Dari penjelasan Kapolsek di atas mengenai peran Polsek dalam menangani kasus penolakan pembangunan Masjid Imam Ahmad Bin Hanbal oleh masyarakat, tugas dari Kapolsek adalah memberi petunjuk dan kebijakan yang lebih banyak dilaksanakan melalui komunikasi secara vertikal dan horizontal untuk masing-masing fungsi teknis juga kepada pihak yang mempunyai kedudukan sama, posisi sama, jabatan se-level, maupun eselon yang sama dalam suatu organisasi yang terlibat dengan melakukan tindakan pre-emtif, preventif serta represif serta pelaksanaan sosialisasi kepada masyarakat dan memberikan saran juga masukan kepada tokoh masyarakat, tokoh agama dan tokoh-tokoh pemerintah melalui komponen yang terlibat dalam kegiatan musyawarah, komunikasi dan diskusi.

B.

Musyawarah

Peran polsek dalam melakukan musyawarah bersama tokoh masyarakat, agama maupun pemerintah dengan saling menghormati satu sama lain saat melaksanakan diskusi penanganan konflik sosial penolakan pembangunan Masjid Imam Ahmad Bin Hanbal.

Konflik sosial yang terjadi tentunya sangat mengkhawatirkan warga masyarakat pak, apalagi waktu unjuk rasa besar-besaran sampai menimbulkan kemacetan yang panjang, biar konflik itu redah kita lakukan musyawarah antar kedua belah pihak pak yang dituakan dengan saling menghormati dan pastinya cari jalan tengahnya walaupun ada yang ngga terima tapi tetep kita musyawarahkan dulu (wawancara dengan Pupung, 19 Februari 2020).

C.

Komunikasi

Komunikasi yang dilakukan dengan berbagai unsur di masyrarakat yang dilakukan

secara dua arah atau (face to face) oleh personel Polsek Bogor Utara untuk

mendapatkan informasi-informasi yang penting dalam menangani dan memecahkan konflik sosial penolakan pembangunan Masjid Imam Ahmad Bin Hanbal.

Hal yang kita lakukan pada saat melakukan penyelidikan seperiti elyciting atau wawancara terbuka untuk cari informasi sebanyak-banyaknya dengan cara komunikasi empat mata atau bisa lebih, tidak lupa juga tata cara penyampaiannya yang harus diperhatikan dan tidak lupa dengan 5 W 1 H, tata krama dalam berbicara jangan sampe menyinggung orang lain. Itu yang penting (wawancara dengan Barnabas, 19 Februari 2020)

(10)

D.

Diskusi

Diskusi yang dilakukan oleh personel Polsek Bogor Utara bersama pemangku kepentingan kasus Masjid Imam Ahmad Bin Hanbal untuk mengetahui dan mengontrol kondisi dan situasi lingkungan masyarakat demi terciptanya harkamtibmas adalah kehidupan masyarakat.

Kami selalu melakukan diskusi untuk mengetahui perkembangan di lapangan mengenai pembangunan Masjid Imam Ahmad Bin Hanbal dengan pihak camat dalam hal ini Pak Rahmat, selain itu juga dilakukan evaluasi bersama agar wilayah tetep kondusif dan aman (wawancara dengan Ilot, 25 Februari 2020)

Kegiatan-kegiatan tersebut merupakan metode penting untuk menciptakan harkamtibmas dalam konflik sosial penolakan pembangunan masjid Imam Ahmad Bin Hanbal agar terjalin silahturahmi dan lebih tepat dalam penyelesaian masalah. Oleh karena itu kepolisian menjadi salah satu bagian penting dalam menjaga Harkamtibmas. Maka setiap ada konflik sosial yang berupa unjuk rasa, pemerintah selalu melibatkan Kepolisian untuk menjaga Harkamtibmas dan kerjasama tidak hanya sebatas pada pengamanan saja, tetapi juga masukan mengenai kebijakan yang tepat untuk diambil pemerintah demi terciptanya lingkungan masyarakat yang rukun dan damai, karena tugas utama dari kepolisian adalah sebagai aparat penegak hukum, pelindung, pengayom dan pelayan masyarakat sebagaimana yang telah di atur dalam UU No. 2 Tahun 2002, Kepolisian Negara Republik Indonesia merupakan alat Negara yang berperan dalam memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat, menegakkan hukum serta memberikan perlindungan, pengayoman dan pelayanan kepada masyarakat demi terciptanya keamana dalam negeri yang dalam hal ini meliputi keamanan saat terjadi unjuk rasa mengenai penolakan pembangunan Masjid Imam Ahmad Bin Hanbal di wilayah hukum Polsek Bogor Utara. Dan pelaksanaan tugas dari anggota di lapangan dalam mencari data dan informasi sudah dijalankan sesuai perintah dan petunjuk dari Kapolsek dikarenakan kewajiban tugas dan tuntutan dokumentasi yang akan dilaporkan pada pimpinan dalam kegiatan harian yang dilaksanakan oleh anggota Polsek Bogor Utara.

III.

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENOLAKAN

PEMBANGUNAN MASJID IMAM AHMAD BIN HANBAL DI

WILAYAH POLSEK BOGOR UTARA

Pembangunan Masjid Imam Ahmad Bin Hanbal di wilayah Polsek Bogor Utara sendiri bersumber pada faktor lingkungan masyarakat. Tentunya dalam penolakan tersebut ada dua pihak yang berselisih yaitu pihak Pro dari pembangunan Masjid dan Kontra dari pembangunan Masjid itu sendiri.

Istilah pro dan kontra sudah menjadi istilah yang sangat familier dengan kita sehingga kalau ada yang sefaham atau sejalan dengan kita disebut dengan pro (setuju). Demikian pula bila ada yang tidak sejalan atau sefaham dengan kita maka stigma yang paling gampang ditempelkan pada mereka adalah kontra (tidak setuju). Kita didalam kehidupan ini tidak bisa bahkan tidak mungkin melepaskan diri dari pro dan kontra. Artinya masalah setuju atau tidak setuju itu menjadi bagian penting dari dinamika

(11)

kehidupan kita yang masih membawa dampak positif maupun negatifnya. Persoalan pro dan kontra itu hanyalah salah satu dari dinamika kehidupan yang terjadi dan harus diakui sebagai asam garamnya kehidupan untuk menciptakan harmonisasi. Sebab, dari pro dan kontra itu kita banyak belajar dan mendapatkan pelajaran yang berharga. Lihat fakta yang terjadi di lapangan ketika terjadi pro dan kontra, maka muncul mediator yang mencoba melakukan dialog untuk mencari titik temu dari pro dan kontra tersebut muncul kekuatan baru yang tidak terduga sebelumnya, yaitu soliditas, militasi yang membuat situasi baru lebih baik, lebih nyaman dan lain-lain sebagainya. (Luth, 1 Desember 2014, URL)

Dapat ditarik kesimpulan bahwa dalam konflik masyarakat akan ada pihak yang berpendapat pro dan ada pihak yang berpendapat kontra terhadap suatu peristiwa. Disitulah akan hadir pihak mediator sebagai penengah, baik itu dari tokoh masyarakat, tokoh agama, maupun aparat kepolisian. Sebagai aparat kepolisian diwajibkan untuk menjadi mediator atau penengah dan tidak lebih memilih pada satu pihak (netral) yang harus mengetahui bagaimana awal mula dari konflik. Salah satu dari alasan terjadinya konflik sosial mengenai penolakan pembangunan Masjid Imam Ahmad Bin Hanbal adalah dari pihak pengurus masjid mengajukan banding dengan pemerintah bahwa tidak ada larangan dalam pembangunan jika persyaratan dapat terpenuhi berdasarkan MENAG & MENDAGRI No. 9/2006 & No. 8/2006. Dalam pasal 14 nya yang berbunyi:

(1) Pendirian rumah ibadat harus memenuhi persyaratan administratif dan

persyaratan teknis bangunan gedung.

(2) Selain memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pendirian

rumah ibadat harus memenuhi persyaratan khusus meliputi :

a. daftar nama dan Kartu Tanda Penduduk pengguna rumah ibadat paling sedikit

90 (sembilan puluh) orang yang disahkan oleh pejabat setempat sesuai dengan tingkat batas wilayah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (3);

b. dukungan masyarakat setempat paling sedikit 60 (enam puluh) orang yang

disahkan oleh lurah/kepala desa;

c. rekomendasi tertulis kepala kantor departemen agama kabupaten/kota; dan

d. rekomendasi tertulis FKUB kabupaten/kota.

(3) Dalam hal persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a terpenuhi sedangkan persyaratan huruf b belum terpenuhi, pemerintah daerah berkewajiban memfasilitasi tersedianya lokasi pembangunan rumah ibadat.

Dan bahkan dari pihak tokoh masyarakat tidak melarang adanya pembangunan masjid seperti yang di sampaikan oleh ketua RW 10:

Saya ngga ngelarang pembangunan Masjid, cuma pembangunan boleh dilakukan dengan syarat harus memenuhi persyaratan administrasi dari IMB, dalam administrasi ada beberapa hal yang harus di penuhi salah satunya adalah tanda tangan dari masyarakat sekitar. (wawancara dengan Pupung, 25 Februari 2020) Berdasarkan keterangan dari ketua RW, pembangunan dapat terlaksana asalkan dapat persetujuan dari masyarakat setempat. Tetapi dari pihak masyarakat (kontra) sendiri tetap tidak mengizinkan pembangunan masjid karena adanya faktor lain.

Masjid harus dikelolah oleh masyarakat setempat ataupun pemerintah, itu karena masyarakat setempat tau adanya perbedaan akidah dan paham dalam

(12)

pelaksanaan ibadah yang dilakukan oleh jamaah MIAH. (wawancara dengan Pupung, 25 Februari 2020)

Adapun penolakan pembangunan MIAH dari warga sekitar yang kontra dikarenakan oleh faktor-faktor berikut:

1. Mesjid Tidak bisa digunakan untuk umum

2. Pengajian Cenderung Eksklusif

3. Kekhawatiran timbulnya banjir ke pemukiman warga.

4. Adanya pembeda-bedaan terhadap ajaran warga.

5. Mengganggap bahwa Golongannya paling benar.

6. Membid’ahkan atau memusrikan Faham Orang lain.

7. Tidak adanya kesefahaman dalam ajaran dengan Mesjid Baitusyahid yang

lokasinya berada.

8. Membid’ahkan giat Tahlilan bahwa doa tahlilan tidak diterima oleh Allah.

9. Adanya Kekhawatiran warga terhadap adanya dibangunya “Hanbal Center” di

Lokasi tersebut.

10. Warga yang menolak yang berdekatan dengan Masjid Imam Ahmad Bin Hanbal

merasa tidak didatangi oleh tim verifikasi baik dari kelurahan maupun dari BPPT sebagai syarat dikeluarkannya IMB

Sebagai aparat penegak hukum, Polri tidak hanya mengambil keterangan dari pandangan satu pihak saja tetapi juga harus melakukan wawancara dengan pihak lainnya, termasuk pihak pro yaitu jamaah MIAH sendiri. Berdasarkan wawancara yang dilakukan oleh peneliti kepada jamaah MIAH bahwa penolakan pembangunan Masjid sendiri memang benar apa adanya, tetapi pihak MIAH masih menunggu putusan oleh pemerintah mengenai pencabutan IMB.

Penolakan pembangunan Masjid oleh warga masyarakat memang benar apa adanya, tetapi kalau penolakannya sudah menjerumus kepada akidah dan ajaran masing-masing punya pendapat, dan biarlah setiap orang melaksanakan ibadah menurut kepercayaannya. Jadi saat ini kita tinggal tunggu keputusan dari pemerintah mengenai IMB (disadur dari wawancara dengan Budi, 25 Februari 2020).

Berdasarkan wawancara bersama pihak MIAH tersebut, dapat diambil kesimpulan bahwa memang ada perbedaan pendapat antara kedua belah yaitu pihak pro dan pihak kontra. Dari sinilah tindakan yang dilakukan oleh pihak kepolisian dalam menyikapi pihak pro dan kontra adalah sebagai salah satu bagian penting dalam menangani suatu konflik sosial seperti mediator. Keberadaan maupun peran dan fungsi dari Polsek Bogor Utara dalam menangani kasus penolakan pembangunan Masjid harus dapat di prioritaskan dan difokuskan dalam menjalankan tugas dan perannya sebagai alat negara yang memelihara kamtibmas, penegakkan hukum juga aparat Pelindung, pengayom dan pelayan masyarakat.

(13)

K

ESIMPULAN

Perbedaan akidah yang disampaikan kepada masyarakat berujung pada konflik sosial yang membuat pembangunan MIAH belum diputuskan sampai saat ini. Disinilah peran dari kapolsek untuk memberikan petunjuk serta kebijakan yang lebih banyak dilaksanakan secara lisan dan telah dilaksanakan oleh anggota karena merupakan kewajiban tugas dan tuntuntan dokumentasi dan disitulah ditemukannya faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi pembangunan MIAH. Saran dari hasil penelitian yaitu, peningkatan pengetahuan dan pelatihan keterampilan, mengenai ilmu yang menangani konflik sosial maupun agama, tentang pertaturan yang mengatur tentang tugas kepolisan agar pelaksanaan dari anggota kepolisian lebih terarah dan dapat dipertanggung jawabkan, pemanfaatan Polisi Wanita (Polwan) sebagai personel yang terjun ke lapangan untuk mengatasi permasalahan konflik sosial masyarakat lebih diyakini oleh sebagian masyarakat, petugas kepolisian akan lebih efektif dalam penjagaan harkamtibmas mengenai penolakan pembangunan Masjid Imam Ahmad Bin Hanbal jika dalam pelaksanaannya dimaksimalkan menjadi kegiatan binluh, perlu adanya penegakkan aturan maupun hukum yang bersifat tegas dan konsisten dari kepolisian, meningkatkan kegiatan positif selain jumat keliling untuk mengatasi permasalahan konflik sosial dengan kreatifitas untuk membuat inovasi yang baru dalam kegiatan, pemberian pelatihan bagi anggota Polsek berupa materi konflik sosial maupun agama dan pelatihan mediasi guna meningkatkan emosional yang positif juga profesionalisme kepada masyarakat, perlunya pembaruan fasilitas guna menunjang tugas personel dan peningkatan sumber daya manusia/ personel dan pembinaan karir terhadap anggota polisi muda ataupun yang aktif dan perlunya keputusan yang pasti dari pemerintah yang didorong oleh masukan dan pendapat dari anggota.

R

EFERENSI

Arifin, R., Masyhar, A., & Amira, B. (2020). The Invisible Big Waves: How Indonesia

Combat with Radicalism and Terrorism in Global

Perspective. HIKMATUNA, 6(1), 105-121.

Arifin, R. (2016). Human Rights Interpretation in the Dimension of Pancasila

Ideology. Law Research Review Quarterly, 2(4), 641-656.

Dahniel, R. A. (2008). Kajian Birokrasi Dalam Ilmu Kepolisian. Semarang: Akademi

Kepolisian.

Dahniel, R. A. (2008a). Kajian Demokrasi Dalam Ilmu Kepolisian. Semarang:

Akademi Kepolisian.

Danial, E., & Nanan, W. (2009). Metode Penulisan Karya Ilmiah. Bandung:

Laboraturium Pendidikan Kewarganegaraan.

Dye, T. R. (1978). Understanding Public Policy. Prentice Hall: Englewood Cliffs.

Effendy, O. C.(2017). Ilmu Komunikasi: Teori dan Praktek. Bandung:

(14)

Jufri, M. (2016). Pembatasan terhadap Hak dan Kebebasan Beragama di

Indonesia. Jurnal Ilmiah Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, 1(1),

40-47.

Luth, T. (2014). PRO VS KONTRA. Retrieved from

http://athohirluth.lecture.ub.ac.id/:

http://athohirluth.lecture.ub.ac.id/2014/12/pro-vs-kontra/ (20 Mar. 2020) Sujarweni, V. W. (2019). Seluk Beluk Penelitian. In Strauss, & Corbin, Metodologi

Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Baru Press.

Tersiana, A. (2018). Metodologi Penelitian. Yogyakarta: Penerbit.

Sukabdi, Z. A. (2013). Kaum Muda dan radikalisme. MAARIF: Arus Pemikiran Islam

dan Sosial, 8(1), 82-96.

Latifiani, D., & Arifin, R. (2018). Katakan Tidak Pada Main Hakim Sendiri. Penjelasan, Penangulangan, dan Penanganan: Buku Saku Pencegahan Eigenrichting. Semarang: BPFH UNNES.

Prasetyo, K. A., & Arifin, R. (2019). Analisis Hukum Pidana Mengenai Tindak Pidana

Penistaan Agama Di Indonesia. Gorontalo Law Review, 2(1), 1-12.

Lala, A. (2017). Analisis Tindak Pidana Penistaan Agama Dan Sanksi Bagi Pelaku

Perspektif Hukum Positif Di Indonesia. Syntax Literate: Jurnal Ilmiah

Indonesia, 2(3), 28-39.

Setyawan, N. B., & Arifin, R. (2019). Analisis Perlindungan Terhadap Toleransi Kebebasan Beragama di Indonesia dalam Perspektif Hak Asasi

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui keanekaragaman tanaman pohon di pekarangan yang mengacu pada kondisi agroekosistem setempat dan membanding-

Setelah ditentukan parameter terbaik untuk algoritma HRSA-VNS maka dilakukan eksperimen untuk mengetes performa dari algoritma yang telah dibangun dengan menggunakan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh citra merek terhadap kesediaan membayar mahal donat kemasan paket J.CO donuts&coffee Plaza Medan Fair Medan pada

APB secara parsial mempunyai pengaruh negatif yang tidak signifikan terhadap CAR pada Bank Pembangunan Daerah Di Jawa periode triwulan I tahun 2013 sampai dengan triwulan

kekuatan, kelemahan yang ada pada kita Sesuai dengan definisi komunikasi yang an oleh Anderson (1959) bahwa komunikasi adalah suatu proses dengan mana kita. rahami

Ada perbedaan yang signifikan antara penggunaan bahan bakar pertalite, pertamax dan pertamax turbo terhadap konsumsi bahan bakar spesifik, yaitu berdasarkan nilai rata –

Pada waktu tiba di danau tersebut mereka tidak mengurus diri masing-masing tetapi mereka mempunyai “ketua” sehingga dalam waktu yang tidak terlalu lama mereka sudah membangun

tanaman pada persilangan Wilis x Malang 2521 mengikuti nisbah 3 : 1 berarti bahwa karakter jumlah polong per tanaman merupakan karakter yang dikendalikan secara