• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN PRINSIP GOOD PUBLIC GOVERNANCE DAN SISTEM PENGENDALIAN INTERNAL DALAM PENCEGAHAN POTENSI FRAUD

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENERAPAN PRINSIP GOOD PUBLIC GOVERNANCE DAN SISTEM PENGENDALIAN INTERNAL DALAM PENCEGAHAN POTENSI FRAUD"

Copied!
157
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN PRINSIP GOOD PUBLIC GOVERNANCE

DAN SISTEM PENGENDALIAN INTERNAL DALAM

PENCEGAHAN POTENSI FRAUD

(Study Kasus Desa Sariharjo, Kecamatan Ngaglik, Kabupaten Sleman)

S K R I P S I

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Program Studi Akuntansi

Disusun Oleh:

Yohanes Mariano Ba 162114086

PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2020

(2)

PENERAPAN PRINSIP GOOD PUBLIC GOVERNANCE

DAN SISTEM PENGENDALIAN INTERNAL DALAM

PENCEGAHAN POTENSI FRAUD

(Study Kasus Desa Sariharjo, Kecamatan Ngaglik, Kabupaten Sleman)

S K R I P S I

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Program Studi Akuntansi

Disusun Oleh:

Yohanes Mariano Ba 162114086

PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(3)

HALAMAN PERSEMBAHAN

“Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku”

(Filipi 4:13)

Kupersembahkan untuk:

(4)

Halaman

HALAMAN JUDUL ………

i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ………

ii

HALAMAN PENGESAHAN ……….

iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ……….

iv

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS …..………..

v

HALAMAN PUBLIKASI ………

vi

HALAMAN KATA PENGANTAR ………...……….

vii

HALAMAN DAFTAR ISI ………

ix

HALAMAN DAFTAR TABEL ……….

xiii

HALAMAN DAFTAR GAMBAR ………

xiv

ABSTRAK ………

xv

ABSTRACT ……….

xvi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ………

1

B. Batasan Penelitian ………

5

C. Rumusan Masalah ……….

6

(5)

E. Manfaat Penelitian ………

7

F. Sistematika Penulisan ………...

8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Desa dan Pemerintahan Desa ………

10

B. Prinsip Good Public Governance ………..

14

C. Sistem Pengendalian Internal ………

19

D. Kecurangan (Fraud) ………..

24

E. Good Public Governance dan Pencegahan Potensi Fraud ………

27

F. Sistem Pengendalian Internal dan Pencegahan Potensi Fraud …..

30

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ………..

33

B. Subjek dan Objek Penelitian ……….

33

C. Jenis Data dan Sumber Data ………..

34

D. Teknik Pengumpulan Data ……….

34

E. Variabel Penelitian dan Pengukuran ………..

36

F. Metode Analisis Data ……….

39

BAB IV GAMBARAN UMUM DESA SARIHARJO A. Sejarah Desa ...

46

(6)

B. Kondisi dan Luas Wilayah ……….

47

C. Kelembagaan Desa ……….

49

D. Keadaan Sosial dan Ekonomi Desa ………...

52

E. Program Kerja ………

57

F. Program dan Kegiatan Pemberdayaan Masyarakat ………

58

G. Program Pembangunan Sosial ………

59

H. Strategi Pembangunan Desa ………..

60

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Narasumber ………..

61

B. Penerapan Prinsip Good Public Governance dalam Pemerintahan Desa Sariharjo ………

62

C. Pengaruh Penerapan Prinsip Good Public Governance terhadap Pencegahan Potensi Fraud ………

84

D. Penerapan Sistem Pengendalian Internal dalam Pemerintahan Desa Sariharjo ………..

87

E. Pengaruh Penerapan Sistem Pengendalian Internal terhadap Pencegahan Potensi Fraud ………

111

BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan ………

116

(7)

B. Keterbatasan Penelitian ………..

117

C. Saran ………...

118

DAFTAR PUSTAKA ………

119

(8)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 1. Format Perbandingan Teori dan Praktek Prinsip Good Public

Governance ……….

39

Tabel 2. Format Perbandingan Teori dan Praktek Sistem Pengendalian Internal ………

42

Tabel 3. Daftar Padukuhan Desa Sariharjo ………... 49 Tabel 4. Jumlah Penduduk Desa Sariharjo Tahun 2014 ………... 52 Tabel 5. Kondisi Pekerjaan Masyarakat Desa Sariharjo ……... 53 Tabel 6. Jumlah Pemeluk Agama Masyarakat Desa Sariharjo 2018 …… 55 Tabel 7. Tingkat Pendidikan Masyarakat Desa Sariharjo 2018 ………… 56

Tabel 8. Karakteristik Narasumber ……… 61

Tabel 9. Perbandingan antara Teori dan Praktek Prinsip Good Public

Governance ……….

77

Tabel 10. Perbandingan antara Teori dan Praktek Sistem Pengendalian Internal ………

(9)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Segitiga Fraud ……… 26

Gambar 2. Peta Wilayah Desa Sariharjo ………. 48 Gambar 3. Struktur Organisasi Pemerintah Desa Sariharjo ………. 50

(10)

ABSTRAK

PENERAPAN PRINSIP GOOD PUBLIC GOVERNANCE

DAN SISTEM PENGENDALIAN INTERNAL DALAM

PENCEGAHAN POTENSI FRAUD

(Study Kasus Desa Sariharjo, Kecamatan Ngaglik, Kabupaten Sleman)

Yohanes Mariano Ba NIM: 162114086

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta 2020

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui sejauh mana pemerintahan Desa Sariharjo menerapkan prinsip Good Public Governance (GPG) dan sistem pengendalian internal. Penelitian ini juga meneliti dampak penerapan Good Public Governance dan sistem pengendalian internal bagi pencegahan potensi fraud.

Jenis penelitian ini yaitu studi kasus. Data diperoleh dengan melakukan wawancara, dokumentasi dan observasi. Teknik analisis data yang digunakan adalah mendeskripsikan karakteristik narasumber, kemudian membandingkan teori GPG dan sistem pengendalian internal dengan penerapan yang sudah dilakukan melalui informasi yang didapatkan dari narasumber. Peneliti juga akan membandingkan penerapan sistem pengendalian internal dan GPG dengan faktor penyebab terjadinya

fraud serta mengambil informasi tambahan mengenai fraud dan pencegahannya dari subjek penelitian. Setelah itu diakhiri dengan penarikan kesimpulan.

Hasil penelitian menunjukan kelima prinsip GPG yaitu prinsip demokrasi, transparansi, akuntabilitas, budaya hukum serta kewajaran dan kesetaraan telah diterapakan dengan baik. Penerapan prinsip GPG telah memberikan dampak positif bagi pencegahan potensi fraud. Sistem pengendalian internal yaitu lingkungan pengendalian, aktivitas pengendalian, informasi dan komunikasi, serta aktivitas monitoring telah diterapkan dengan baik. Sedangkan penilaian resiko belum diterapkan dengan baik. Walaupun demikian penerapan sistem pengendalian internal efektif menekan potensi terjadinya fraud.

Kata kunci: Good Public Governance, sistem pengendalian internal, pencegahan potensi fraud, pemerintahan desa

(11)

ABSTRACT

IMPLEMENTATION OF GOOD PUBLIC GOVERNANC PRINCIPLES AND INTERNAL CONTROL SYSTEMS IN

PREVENTING OF FRAUD POTENTIAL

(Case Study of Sariharjo Village, Ngaglik District, Sleman Regency)

Yohanes Mariano Ba NIM: 162114086

Yogyakarta Sanata Dharma University 2020

The aims of this study is to determine the extent to which Sariharjo village government applied the principles of Good Public Governance (GPG) and internal control systems. This study also examines the impact of implementing Good Public Governance and internal control systems for preventing potential fraud.

This type of research is a case study. Data obtained by conducting interviews, documentation and observation. The data analysis technique used is to describe the characteristics of the interviewees, then comparing the GPG principles and internal control systems with the implementation. It is also comparing the application of internal control systems and GPG with the factors that cause fraud potential.

The result shows that the five principles of GPG namely the principles of democracy, transparency, accountability, legal culture, and fairness and equality have been well implemented. The application of the GPG principles has a positive impact on preventing fraud potential. The internal control system, which is the control environment, control activities, information and communication, and monitoring activities have been implemented well. While the risk assessment has not been implemented well. However, the implementation of the internal control system effectively suppresses the fraud potential.

Keywords: Good Public Governance, internal control system, prevention of fraud potential, village governance

(12)

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Desa merupakan kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah tertentu dan memiliki kewenangan untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, hak tradisional, dan kepentingan masyarakat yang bertempat tinggal di dalam wilayahnya. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik jumlah total desa di Indonesia pada tahun 2018 sebesar 66.048. Setiap desa memiliki kewenangan untuk mengatur dan membangun wilayahnya sendiri, untuk mendukung hal ini pemerintah memberikan bantuan dalam bentuk dana desa. Dana desa merupakan dana yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), diberikan kepada setiap desa melalui Anggaran dan Belanja Daerah (APBD) Kabupaten/Kota. Kemudian oleh desa dana ini digunakan untuk memenuhi semua keperluannya, termasuk di dalamnya pembangunan wilayah, penyelenggaraan dan pengelolaan pemerintahan, dan pembinaan serta pemberdayaan masyarakat. Alokasi dana desa untuk setiap desa berbeda-beda, tergantung dari luas wilayah desa, letak geografis desa, jumlah dan angka kemiskinan di desa.

Sebagai perpanjangan tangan dari pemerintah pusat tentunya pemerintahan desa memiliki peran yang sangat penting dalam membangun kesejahteraan masyarakat

(13)

yang terdapat di dalam wilayahnya. Susunan struktur pemerintahan desa antara lain sebagai berikut kepala desa, Badan Permusyawaratan Desa (BPD), sekretaris, pelaksana teknis desa, dan pelaksana kewilayahan (UU RI No 6 Tahun 2014). Tugas kepala desa adalah menyelenggarakan pemerintahan desa dan pemberdayaan desa. Badan Permusyawaratan Desa (BPD) beranggotakan penduduk desa sebagai wakil dari masyarakat yang ada di wilayah tersebut, memiliki tugas untuk membahas dan menyepakati Rencana Peraturan Desa, menyalurkan aspirasi masyarakat desa, dan melakukan pengawasan kinerja kepala desa. Sekretaris desa bertugas mengurus administrasi desa. Pelaksana teknis, dibagi menjadi beberapa bagian yaitu; Kepala Urusan Pemerintah (KAUR PEM), Kepala Urusan Pembangunan (KAUR PEMBANGUNAN), Kepala Urusan Kesejahteraan Rakyat (KAUR KESRA), Kepala Urusan Keuangan (KAUR KEU), dan Kepala Urusan Umum (Kaur Umum). Kemudian bagian terakhirnya Pelaksana Kewilayahan atau biasa disebut dengan Kepala Dusun (KADUS), mempunyai tugas membantu pelaksanaan tugas Kepala Desa. Bagian- bagian tersebut kemudian akan saling bekerjasama antara satu dengan yang lainnya dalam membangun desa.

Pemerintahan desa diberikan kewenangan oleh pemerintah pusat untuk membangun wilayahnya sendiri, untuk mendukung hal ini maka diberikan kepada mereka dana desa. Dilansir dari KOMPAS.com pemerintah berniat untuk mengalokasikan dana desa sebesar Rp 400 triliun untuk periode 2019-2024. Tentunya jumlah Rp 400 triliun tidaklah sedikit. Jumlah tersebut sangatlah besar untuk diberikan

(14)

ke setiap pemerintahan desa. Jika aparat dan sistem pengelolaan desa tidak dikelola dengan baik maka dana sebesar itu terancam untuk digelapkan.

Yogyakarta merupakan salah satu Provinsi di Indonesia yang terletak di bagian Selatan pulau Jawa. Yogyakarta terdiri dari lima Kabupaten, 78 Kecamatan, dan 269 Desa. Sariharjo merupakan salah satu desa yang terdapat di Kecamatan Ngaglik, Kabupaten Sleman. Desa Sariharjo memililiki keunggulan dalam beberapa sektor yaitu sektor pertanian, sektor peternakan, sektor perikanan, dan sektor perkebunan. Pada sektor pertanian dan perkebunan, Desa Sariharjo memiliki lahan potensial untuk ditanami padi, Lombok, tebu, dan palawija. Pada sektor peternakan dan perikanan, terdapat berbagai jenis hewan dan ikan yang dikembangbiakkan, baik itu untuk tujuan konsumsi maupun untuk tujuan hiburan. Desa Sariharjo juga memiliki Badan Usaha Milik Desa (BUMDES) yang bergerak di bidang pengelolaan air. Selain itu, terdapat juga destinasi wisata Kebon Ndeso di Dusun Wonorejo, Desa Sariharjo. Destinasi wisata tersebut dikelola oleh masyarakat dengan bantuan pemerintahan desa.

Keunggulan pada beberapa sektor, serta terdapatnya BUMDES dan destinasi wisata memberikan keunggulan tersendiri bagi Desa Sariharjo. Keunggulan ini tentunya harus dikelola dengan baik agar pelaksanaannya tetap memberikan keuntungan dan kesejahteraan bagi masyarakat desa. Sebagai pengelola, pemerintahan Desa Sariharjo memiliki tanggungjawab yang besar dalam hal ini. Pemerintahan desa harus mengelola potensi wilayahnya dan memanfaatkan dana desa dengan baik, agar pembangunan dan pemberdayaan masyarakat dapat terlaksana. Pemerintahan desa

(15)

harus dapat memasikan bahwa aparatur dan sistem pengelolaan yang dijalankannya baik sehingga dapat terhindar dari terjadinya kecurangan (fraud).

International Auditing and Assurance Standard Board (IAASB) sebagai bagian

dari International Federation of Accountants (IFAC) mendefenisikan fraud sebagai

tindakan disengaja oleh satu atau lebih individu dalam jajaran manajemen, pegawai, ataupun pihak ketiga dengan melibatkan penipuan untuk memperoleh keuntungan tidak sah dan tidak jujur. Jika fraud sampai terjadi maka negara akan mengalami kerugian

yang sangat besar. Oleh karena itu diperlukan sistem pengendalian internal di dalam pemerintahan desa. Tuanakotta (1977) menyatakan bahwa pengendalian internal meliputi rencana organisasi dan seluruh metode serta kebijakan terkoordinasi dalam usaha untuk mengamankan harta kekayaannya. Menguji ketepatan dan sampai seberapa jauh data akuntansi dapat dipercaya, menggalakan efisiensi usaha dan mendorong ditaatinya kebijakan pemimpin yang telah digariskan. Pengendalian internal disini berfungsi sebagai sistem keamanan yang dapat mencegah terjadinya

fraud.

Pencegahan fraud juga bisa dilakukan dengan menerapkan prinsip Good Public

Governance. Taufiq Effendi (KNKG 2008) mengatakan bahwa Good Public

Governance (GPG) merupakan sistem atau aturan perilaku terkait dengan pengelolaan

kewenangan oleh para penyelenggara negara dalam menjalankan tugasnya secara bertanggung-jawab dan akuntabel. GPG pada dasarnya mengatur pola hubungan antara penyelenggara negara dan masyarakat serta antara penyelenggara negara dan lembaga

(16)

negara. Penerapan GPG mempunyai peranan yang besar dalam penyelenggaraan pemerintahan, baik itu untuk memastikan bahwa penyelenggaraan berfokus pada kepentingan masyarakat, maupun untuk mencegah terjadinya fraud. Namun demikian,

seberapa efektif Good Public Governance dan sistem pengendalian internal dalam

mencegah potensi fraud masih belum jelas. Berangkat dari permasalahan ini, maka

identifkasi masalah dalam penelitian ini adalah analisa penerapan prinsip Good Public

Governance dan sistem pengendalian internal terhadap pencegahan potensi fraud.

Penelitian ini penting dilakukan untuk mengetahui apakah sistem pengendalian internal yang diterapkan dan prinsip Good Public Governance dapat mencegah potensi fraud,

sehingga dapat mengamankan jalannya pelaksanaan pemerintahan desa.

B. Batasan Penelitian

Penelitian ini berfokus pada tata kelola keuangan desa. Batasannya pada 5 indikator Good Public Governance yaitu demokrasi, transparansi, akuntabilitas,

budaya hukum, kewajaran dan kesetaraan. Lima indikator Pengendalian Internal berdasarkan Sistem Pengendalian Internal Pemerintah (SPIP) yaitu lingkungan pengendalian, kegiatan pengendalian, penilaian resiko, informasi dan komunikasi serta pemantauan.

(17)

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang sudah dijabarkan di atas, maka rumusan masalah yang akan diteliti adalah:

1. Apakah pemerintahan desa sudah menerapkan prinsip Good Public

Governance secara menyeluruh?

2. Apakah penerapan Good Public Governance membawa pengaruh positif bagi pencegahan potensi fraud dalam pemerintahan desa?

3. Apakah pemerintahan desa sudah menerapkan Sistem Pengendalian Internal secara menyeluruh sesuai dengan Sistem Pengendalian Internal Pemerintah (SPIP)?

4. Apakah penerapan Sistem Pengendalian Internal membawa pengaruh positif bagi pencegahan potensi fraud dalam pemerintahan desa?

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan pada rumusan pertanyaan diatas, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui sudah sejauh mana pemerintahan desa menerapkan prinsip Good

Public Governance.

2. Mengetahui dampak yang ditimbulkan dari penerapan Good Public

(18)

3. Mengetahui sudah sejauh mana pemerintahan desa menjalankan Sistem Pengendalian Internal.

4. Mengetahui dampak yang ditimbulkan dari penerapan Sistem Pengendalian Internal bagi pencegahan potensi fraud dalam pemerintahan desa.

E. Manfaat Penelitian

1. Manfaat bagi pemerintahan Desa Sariharjo

Hasil dari penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan evaluasi untuk pemerintahan Desa Sariharjo dalam menilai penerapan Good Public

Governance dan sistem pengendalian internal yang sudah diterapkan, serta

dampak penerapannya terhadap pencegahan potensi fraud dalampemerintahan

desa.

2. Manfaat bagi Universitas Sanata Dharma

Hasil dari penelitian ini dapat digunakan sebagai refrensi untuk pihak-pihak lain yang membutuhkan serta menambah jumlah kepustakaan mengenai penerapan Good Public Governance dan sistem pengendalian internal serta

dampaknya bagi pencegahan potensi fraud dalam tata kelola pemerintahan

(19)

3. Manfaat bagi peneliti

Hasil dari penelitian ini dapat menjadi pengalaman dan pengetahuan yang baru, khususnya yang berkaitan dengan penerapan Good Public Governance dan

sistem pengendalian internal serta dampaknya bagi pencegahan potensi fraud

dalam tata kelola pemerintahan desa.

F. Sistematika Penulisan

BAB I. Pendahuluan

Bab ini akan membahas mengenai latar belakang, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian serta sistematika penulisan.

BAB II. Tinjauan Pustaka

Bab ini akan menjelaskan mengenai konsep-konsep yang mendukung penelitian ini.

BAB III. Metode Penelitian

Bab ini menjelaskan mengenai jenis penelitian, subjek dan objek penelitian, jenis dan sumber data, teknik pengumpulan data, variabel penelitian dan pengukuran, serta metode analisis data.

(20)

BAB IV. Gambaran Umum Desa Sariharjo

Bab ini menjelaskan segala hal yang berkaitan dengan Desa Sariharjo, mulai dari sejarah desa, kondisi dan luas wilayah, kelembagaan desa, keadaan sosial dan ekonomi desa, program kerja, program dan kegiatan pemberdayaan masyarakat, program pembangunan sosial, hingga strategi pembangunan desa.

BAB V. Analisis dan Pembahasan

Bab ini membahas penerapan prinsip Good Public Governance dan sistem

pengendalian internal, serta dampak penerapannya terhadap pencegahan potensi fraud dalam tata kelola pemerintahan desa.

BAB VI. Penutup

Bab ini menjelaskan kesimpulan dari hasi analisis dan pembahasan, keterbatasan penelitian, dan saran.

(21)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Desa dan Pemerintahan Desa

1. Desa

Menurut UU No. 6 tahun 2014 tentang desa, desa merupakan suatu kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah tertentu, yang kemudian memiliki wewenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, serta segala urusan yang berkaitan dengan kepentingan masyarakat setempat. Pemerintahan tersebut dilakukan berdasarkan prakarsa masyarakat dan hak tradisional yang diakui dalam sistem pemerintahan negara Indonesia.

2. Pemerintahan Desa

a. Pemerintahan Desa

Menurut UU No 6 tahun 2014, pemerintahan desa merupakan pihak yang bertugas untuk menyelenggarakan urusan pemerintahan dan segala hal yang berkaitan dengan kepentingan masyarakat setempat dalam sistem pemerintahan negara Indonesia. Pemerintahan desa terdiri dari kepala desa yang bertugas sebagai pemimpinnya, kemudian dibantu oleh perangkat desa yang bertugas sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan Desa.

(22)

b. Kepala Desa

Menurut UU No 6 tahun 2014, kepala desa mempunyai tugas untuk menyelenggarakan dan melaksanakan pembangunan desa, serta pembinaan dan pemberdayaan masyarakat desa. Pelaksanaan tugas kepala desa meliputi:

1) Memimpin penyelenggaraan pemerintahan desa 2) Mengangkat dan memberhentikan perangkat desa 3) Menetapkan peraturan desa

4) Membina kehidupan masyarakat desa

5) Memegang kekuasaan pengelolaan keuangan dan aset desa 6) Menetapkan APBD

7) Membina ketenteraman dan ketertiban masyarakat desa 8) Mengembangkan sumber pendapatan desa

9) Membina dan meningkatkan perekonomian desa

10) Mengusulkan dan menerima pelimpahan sebagian kekayaan negara untuk meningkatakan kesehjateraan masyarakat desa

11) Mengembangkan kehidupan sosial budaya masyarakat desa 12) Memanfaatkan teknologi tepat guna

13) Mengoordinasikan pembangunan desa secara partisipatif

14) Mewakili desa dalam dan luar pengadilan atau menunjuk kuasa hukum untuk mewakili

(23)

c. BPD (Badan Permusyawaratan Desa)

Menurut UU No 6 tahun 2014, Badan Permusyawaratan Desa (BPD) atau yang disebut dengan nama lain merupakan sebuah lembaga yang memiliki tugas untuk menjalankan fungsi pemerintahan. BPD beranggotakan wakil dari setiap penduduk desa berdasarkan keterwakilan wilayah, pemilihannya dilakukan secara demokratis. Salah satu tugas BPD adalah menyelenggarakan musyawarah desa, di sini pemerintahan desa, masyarakat dan BPD bertemu untuk menyepakati hal-hal strategis.

d. Keuangan Desa

Menurut UU No 6 tahun 2014, keuangan desa merupakan semua hak dan kewajiban yang dimiliki oleh desa yang dapat dinilai dengan uang serta segala sesuatu berupa uang dan barang yang berhubungan dengan pelaksanaan hak dan kewajiban.

e. RKPDesa (Rencana Kerja Pemerintahan Desa)

Rencana Kerja Pemerintahan Desa atau biasa disebut dengan Rencana Pembangunan Tahunan Desa adalah penjabaran dari Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa untuk jangka waktu 1 (satu) tahun. RPJMDesa dan RKPDesa merupakan pedoman dalam penyusunan APBD yang diatur dalam Peraturan Pemerintah.

(24)

f. APBDesa, Dana Desa, dan Alokasi Dana Desa

Menurut UU No 6 tahun 2014 APBDesa adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan desa. Dana desa merupakan dana yang sumbernya berasal darianggaran pendapatan dan belanja daerah kabupatn atau kota, penggunaannya ditujukan untuk membiayai pembangunan, pelaksanaan, penyelenggaraan pemerintahan, serta pembinaan kemasyarakatan dan pemberdayaan masyarakat.

g. Musrembang

Menurut UU No 25 tahun 2004 Musrembang atau musyawarah perencanaan pembangunan merupakan forum antar pelaku dalam rangka menyusun rencana pembangunan.

h. Pelaksana Teknis Pengelolaan Keungan Desa

Pelaksana Teknis Pengelolaan Keuangan Desa (PTPKD) merupakan perangkat desa yang membantu kepala desa dalam mengelola keuangan desa. Perangkat desa tersebut adalah sekretaris desa, kepala seksi, dan bendahara desa. Tugas setiap perangkat desa tersebut adalah:

1) Sekretaris (Permendagri No 113 tahun 2014)

a) Menyusun dan melaksanakan kebijakan pengelolaan APBDesa b) Menyusun laporan dan pertanggungjawaban pelaksanaan APBDesa c) Menyusun rancangan peraturan desa tentang APBDesa, perubahan

(25)

d) Melakukan pengendalian terhadap pelaksanaan kegiatan yang telah ditetapkan dalam APBDesa

e) Melakukan verifikasi terhadap bukti penerimaan dan pengeluaran APBDesa

2) Bendahara mempunyai tugas: menerima, menyimpan, menyetor/membayar, menatausahakan, dan mempertanggungjawabkan penerimaan pendapatan desa dan pengeluran pendapatan desa dalam rangka pelaksaan APBDesa (Permendagri No 113 tahun 2014).

B. Prinsip Good Public Governance

1. Pengertian Good Public Governance

Good Public Governance (GPG) adalah sistem atau aturan yang mengatur

mengenai perilaku terkait pengelolaan kewenangan oleh para penyelenggara negara dalam menjalankan tugasnya secara bertanggungjawab dan akuntabel (KNKG 2008).

Good Public Governance mengatur pola hubungan antara penyelenggara negara dan

masyarakat, penyelenggara negara dan lembaga negara serta antara negara.

Menurut Undang-Undang No 14 tahun 2008 tentang keterbukaan informasi publik, salah satu elemen penting dalam mewujudkan penyelenggaraan negara yang terbuka adalah hak publik untuk mendapatkan informasi. Hak publik untuk mendapatkan informasi sangatlah penting karena semakin terbuka penyelenggaraan

(26)

sebuah negara maka makin mudah untuk diawasi oleh masyarakatnya. Pengawasan yang dilakukan oleh masyarakat penting, hal ini berkaitan dengan kualitas pelibatan masyarakat dalam proses pengambilan keputusan publik.

Terbukanya akses publik terhadap informasi diharapkan dapat memotivasi lembaga-lembaga negara untuk lebih bertanggung jawab terhadap tugas dan fungsinya. Perwujudan pemerintah yang bersih dan terbuka, serta bebas dari korupsi, kolusi, dan nepotisme dapat terwujud. Keterbukaan (transparansi) merupakan salah satu prinsip yang terdapat dalam Good Public Governance. KNKG 2008 menyebutkan bahwa penerapan Good Public Governance (GPG) dapat meningkatkan daya saing serta nilai

tambah bagi bangsa dan negara melalui pengelolaan sumber daya secara bertanggung jawab. Kelima prinsip Good Public Governance memastikan penyelenggaraan

pemerintahan dikelola dengan baik.

2. Prinsip Good Public Governance

Menurut Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG) dalam Pedoman Umum Good Public Governance Indonesia, GPG memiliki 5 prinsip yaitu demokrasi,

transparansi, akuntabilitas, budaya hukum, serta kewajaran dan kesetaraan. Pengertian singkat dari masing-masing prinsip adalah sebagai berikut:

a. Prinsip Demokrasi

Prinsip demokrasi memiliki tiga unsur pokok di dalamnya, yaitu partisipasi, pengakuan adanya perbedaan pendapat dan perwujudan kepentingan umum. Unsur

(27)

partisipasi dilaksanakan dengan melibatkan masyarakat dalam penyusunan APBDes, sedangkan unsur pengakuan adanya perbedaan pendapat dilaksanakan dengan mengumpulkan pendapat dan saran masyarakat terkait pengelolaan pemerintahan desa. Kemudian unsur perwujudan kepentingan umum dilaksanakan dengan memprioritaskan program dan kegiatan yang menjadi kebutuhan utama masyarakat. Prinsip demokrasi harus diterapkan dalam segala aspek pemerintahan, baik itu dalam proses pemilihan aparatur desa maupun dalam proses penyelenggaraan pemerintahan.

b. Prinsip Transparansi

Prinsip transparansi mengandung unsur pengungkapan (disclosure) dan

penyediaan informasi yang memadai serta mudah diakses oleh para pemangku kepentingan. Unsur pengungkapan dan penyediaan infromasi dilaksanakan dengan melaporkan laporan pertanggungjawaban dan realisasi APBDes serta informasi keuangan lainnya kepada pemangku kepentingan. Prinsip transparansi diperlukan agar masyarakat luas dan dunia usaha bisa melakukan pengawasan secara objektif terhadap jalannya penyelengaraan pemerintahan. Oleh karena itu diperlukan penyediaan informasi dan dokumentasi yang mudah diakses mengenai pola perumusan, isi peraturan perundang-undangan dan kebijakan publik. Selain itu, transparansi juga diperlukan dalam penyusunan dan penggunaan anggaran. Hal ini bertujuan agar anggaran bisa dimanfaatkan dengan baik untuk kesejahteraan masyarakat.

(28)

c. Prinsip Akuntabilitas

Prinsip akuntabilitas mempunyai arti bahwa setiap unsur dalam pemerintahan mempunyai fungsi yang jelas dan bisa mempertanggungjawabkan fungsi tersebut. Pelaksanaan akuntabilitas mengharuskan pemerintahan desa mempunyai susunan tugas, fungsi, dan Tupoksi yang jelas. Prinsip akuntabilitas diperlukan agar setiap bagian dalam pemerintahan bisa menjalankan fungsi dan tugasnya secara bertanggungjawab. Peraturan, kebijakan publik dan perundang-undangan menjadi acuan utama bagi para penyelenggara pemerintahan dalam menjalankan tugasnya sehingga penyalahgunaan wewenang bisa dihindari.

d. Budaya Hukum

Prinsip budaya hukum mengharuskan penegakan hukum (law inforcement)

dilakukan secara tegas dan tanpa pandang bulu. Semua proses dalam pemerintahan desa, mulai dari pencairan dana, pelaporan pelaksanaan APBDes, hingga pelayanan kepada masyarakat harus mengikuti peraturan yang berlaku. Budaya hukum dibangun dengan tujuan agar setiap aparatur pemerintahan desa melaksanakan tugasnya dengan didasarkan pada kepatuhan terhadap peraturan dan perundang-undangan yang berlaku. Setiap aparatur pemerintahan diwajibkan untuk membangun sistem dan budaya hukum yang berkelanjutan, baik dalam penyusunan dan penetapan program mapun pelaksanaan dan pertanggungjawabannya.

(29)

e. Prinsip Kewajaran dan Kesetaraan

Prinsip kewajaran dan kesetaraan memiliki arti bahwa dalam penyelenggaraan pemerintahan unsur keadilan dan kewajaran wajib diperhatikan. Unsur keadilan dilaksanakan dengan memprioritaskan kebutuhan setiap dusun, sedangkan unsur kewajaran dilaksanakan dengan melaksanakan pengelolaan pemerintahan, terlebih khususnya keuangan berdasarkan peraturan yang berlaku. Perlakuan setara kepada semua pemangku kepentingan akan mewujudkan penyelenggaraan pemerintahan yang adil dan bertanggungjawab. Kewajaran dan kesetaraan juga diperlukan untuk membuat masyarakat dan para pemangku kepentingan menjadi lebih taat kepada hukum dan benturan kepentingan juga bisa dihindari.

3. Tujuan Good Public Governance

Sesuai KNKG 2008 tentang Pedoman Good Public Governance Indonesia,

maksud dan tujuan penerapan GPG adalah:

a. Mendorong efektivitas penyelenggaraan negara yang berdasarkan pada asas transparansi, akuntabilitas, demokrasi, budaya hukum serta kewajaran dan kesetaraan.

b. Mendorong terlaksananya fungsi legislatif dan pengawasan, eksekutif, yudikatif dan lembaga-lembaga non structural sesuai dengan tugas dan wewenangnya dengan dilandasi nilai moral yang tinggi dan kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan.

(30)

c. Mendorong penyelenggara negara untuk meningkatkan kompetensi dan integritas yang diperlukan untuk melaksanakan fungsi, tugas dan kewenangannya.

d. Mendorong timbulnya kesadaran dan tanggung jawab untuk memajukan dan mengutamakan kesehjateraan rakyat dengan mempertimbangkan hak asasi dan kewajiban warga negara.

e. Meningkatkan daya saing yang sehat dan tinggi bagi Indonesia baik secara regional maupun internasional, dengan cara menciptakan pasar bagi Indonesia yang inovatif dan efisien sehingga meningkatkan kepercayaan pasar yang dapat mendorong arus investasi dan pertumbuhan ekonomi nasional yang berkesinambungan

C. Sistem Pengendalian Internal

1. Pengertian Sistem Pengendalian Internal

Menurut Effendi (2016) pengendalian internal (internal control) merupakan

suatu proses yang dilakukan oleh dewan komisaris dan dewan direksi, serta manajemen dan sumber daya manusia (SDM) lainnya dalam suatu entitas, dirancang untuk memberikan jaminan yang wajar berkaitan dengan seberapa efisien dan efektif operasi, keandalan laporan keuangan, serta ketaatan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku.

(31)

Menurut Arens (2015) sistem pengendalian internal terdiri atas kebijakan dan prosedur yang dirancang untuk memberikan manajemen kepastian yang layak bahwa perusahaan telah mencapai tujuan dan sasarannya. Kemudian kebijakan dan prosedur ini secara kolektif membentuk sebuah sistem yang sering disebut dengan sistem pengendalian internal entitas.

2. Tujuan Pengendalian Internal

Menurut Arens (2015) terdapat 3 tujuan pengendalian internal, yaitu sebagai berikut:

a. Reliabilitas pelaporan keuangan. Pihak pengelola entitas mempunyai tanggung jawab untuk memastikan bahwa informasi yang diberikan telah disajikan secara wajar sesuai dengan prinsip-prinsip yang berlaku. Peran pengendalian internal adalah untuk membantu pihak pengelola entitas memenuhi tanggung jawabnya

b. Efisiensi dan efektivitas operasi. Sistem pengendalian internal mendorong entitas untuk menggunakan sumber daya yang dimiliki secara efisien dan efektif. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk mengoptimalkan kegiatan entitas dalam mencapai sasaran-sasaran yang sudah ditentukan.

c. Ketaatan pada hukum dan peraturan. Organisasi-organisasi publik, non- publik, dan nirlaba diwajibkan menaati berbagai hukum dan peraturan yang berlaku. Beberapa peraturan berhubungan langsung dengan akuntansi,

(32)

seperti peraturan pajak penghasilan dan beberapa tidak, seperti UU perlindungan lingkungan dan hak sipil.

3. Komponen Pengendalian Internal

Menurut Peraturan Pemerintah No 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Internal Pemerintah, terdapat lima komponen pengendalian internal yaitu:

a. Lingkungan Pengendalian

Komponen lingkungan pengendalian mewajibkan pimpinan dan seluruh pegawai instansi pemerintah untuk menciptakan dan memelihara lingkungan pengendalian yang menimbulkan perilaku positif dan kondusif terhadap penerapan pengendalian internal dalam lingkungan kerja. Beberapa hal yang harus diterapkan oleh pimpinan instansi untuk mewujudkan lingkungan pengendalian yang menimbulkan perilaku positif dan kondusif yaitu:

1) Penegakan integritas dan nilai etika. 2) Kepemimpinan yang kondusif.

3) Pembentukan struktur organisasi yang sesuai dengan kebutuhan. 4) Pendelegasian wewenang dan tanggungjawab yang tepat.

5) Hubungan kerja yang baik dengan instansi pemerintah terkait.

Penegakan integritas dan nilai etika serta kepemimpinan yang kondusif diterapkan dengan sikap pimpinan yang jujur dan penyampaian aturan tata tertib yang jelas. Pembentukan struktur organisasi yang sesuai dengan kebutuhan dilaksanakan dengan

(33)

menerapkan sistem kerja yang sesuai dengan situasi dan kondisi dari setiap aparatur pemerintahan. Pendelegasian wewenang dan tanggungjawab yang tepat serta hubungan kerja yang baik dengan instansi pemerintah terkait dilaksanakan dengan berdasarkan pada peraturan, prosedur, serta Tupoksi yang ada.

b. Penilaian Resiko

Penilaian resiko dilakukan untuk menentukan dampak dari setiap kegiatan dan resiko yang telah diidentifikasi terhadap pencapaian tujuan instansi pemerintah. Pimpinan serta seluruh pegawai instansi pemerintah harus menerapkan prinsip kehati- hatian dalam menentukan dan menghadapi tingkat resiko yang diterima. Penilaian resiko dapat tercapai dengan baik jika pimpinan instansi menetapkan dan melakukan:

1) Tujuan instansi pemerintah. 2) Tujuan pada tingkatan kegiatan. 3) Identifikasi dan analisis resiko.

Tujuan instansi dan tujuan pada tingkat kegiatan tertuang dalam Visi dan Misi pemerintahan. Sedangkan identifikasi dan analisis resiko merupakan metode untuk melakukan penilaian resiko terhadap pelaksanaan program dan kegiatan.

c. Aktivitas Pengendalian

Aktivitas pengendalian merupakan sebuah prosedur dan kebijakan yang meyakinkan bahwa perintah pimpinan instansi dilaksanakan dan pelaksanaannya berfokus pada pencapaian tujuan organisasi. Aktivitas pengendalian mewajibkan

(34)

pimpinan instansi pemerintah untuk menyelenggarakan kegiatan pengendalian sesuai dengan ukuran, kompleksitas, serta sifat dari tugas instansi pemerintah yang terkait. Aktifitas pengendalian terdiri atas:

1) Otorisasi atas transaksi dan kejadian yang penting.

2) Pencatatan yang akurat dan tepat waktu atas transaksi dan kejadian. 3) Review atas kinerja instansi pemerintahan.

Otorisasi serta pencatatan yang akurat dan tepat waktu harus diterapkan dalam pengelolaan keuangan desa, mulai dari proses pengajuan, kemudian pencairan dana hingga proses pencatatan. Review atas kinerja dalam pemerintahan desa dilakukan oleh Kepala Desa sebagai pimpinan, pendamping desa, Kabupaten, serta instansi terkait lainnya.

d. Informasi dan Komunikasi

Informasi yang dinilai penting harus diidentifikasikan, dipahami, dan dikomunikasikan dalam suatu bentuk oleh pimpinan instansi untuk memungkinkan seluruh pihak yang berkepentingan melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya. Informasi juga harus disampaikan dalam waktu yang tepat agar informasi tersebut bisa bermanfaat bagi pimpinan instansi, seluruh pegawai, dan pihak berkepentingan lainnya. Penyampaian informasi dapat dilakukan dalam rapat internal dan rapat koordinasi. Pimpinan instansi juga wajib menyediakan dan memanfaatkan berbagai bentuk dan sarana komunikasi serta mengembangkan sistem informasi secara terus

(35)

menerus. Penggunaan sarana komunikasi dan pengembangan sistem informasi dapat dilakukan dengan mengaktifkan situs web desa.

e. Aktivitas Monitoring

Aktivitas pemantauan kepada sistem pengendalian internal wajib dilakukan oleh pimpinan instansi pemerintahan. Aktivitas pemantauan sistem pengendalian internal dilaksanakan melalui pemantauan berkelanjutan, evaluasi terpisah, dan tindak lanjut rekomendasi hasil audit dan review lainnya. Pemantauan berkelanjutan dilakukan kepada program dan kegiatan, terlebih khususnya yang bersifat jangka panjang. Sedangkan evaluasi terpisah dilakuan terhadap pelaksanaan dari program dan kegiatan tersebut.

D. Kecurangan (Fraud)

Menurut Karyono (2013) fraud diistilahkan sebagai kecurangan yang

mengandung makna suatu penyimpangan dan perbuatan melanggar hukum, dilakukan dengan sengaja untuk memperoleh keuntungan pribadi maupun kelompok. Menurut Arens (2015) terdapat beberapa jenis kecurangan yang sering terjadi di dalam sebuah entitas, yaitu kecurangan dalam menyajikan dan melaporkan laporan keuangan dan kecurangan penyalahgunaan aset.

Pelaporan keuangan yang curang adalah salah saji atau pengabaian jumlah atau pengungkapan yang disengaja dengan maksud untuk membohongi pihak-pihak yang

(36)

berkepentingan yang menggunakan laporan keuangan tersebut. Berdasarkan beberapa kasus kecurangan yang telah terjadi, dapat dilihat bahwa lazimnya pengabaian jumlah jarang dilakukan oleh organisasi atau perusahaan. Lazimnya organisasi atau perusahaan yang berbuat curang menggunakan cara melebihsajikan laba dengan mengabaikan utang usaha dan kewajiban lainnya, seperti kasus yang terjadi pada WorldCom yang mengkapitalisasi miliaran dolar sebagai aset tetap, yang seharusnya itu diakui sebagai beban.

Penyalahgunaan (misappropriation) aset adalah kecurangan yang melibatkan

pencurian dan penyalahgunaan terhadap aset yang dimiliki oleh entitas. Beberapa kasus pencurian atau penyalahgunaan terhadap aset terjadi dalam jumlah yang tidak material. Namun, pencurian atau penyalahgunaan aset biasanya diberi perhatian khusus oleh pihak manajemen, hal ini dilakukan karena pencurian aset atau penyalahgunaan aset dalam jumlah yang tidak material jika dilakukan terus menerus dapat berakumulasi menjadi banyak dan dapat merugikan perusahaan secara signifikan.

(37)

Gambar 1: Segitiga Fraud

Sumber: Fraud Triangle Theory Karyono (2013)

Menurut Karyono (2013) terdapat 3 faktor yang dapat menyebabkan terjadinya kecurangan, yaitu:

1. Tekanan (preassure) yang pada umumnya terjadi pada pegawai yang berada

di dalam sebuah entitas adalah tekanan keuangan. Pegawai yang memiliki masalah perekonomian dan memiliki tanggung jawab besar bagi keluarganya memiliki peluang yang besar untuk melakukan fraud. Hal ini terjadi karena

pegawai tersebut berpikir bahwa satu-satunya jalan penyelesaian bagi permasalahannya adalah dengan melakukan kecurangan. Selain tekanan keuangan, terdapat beberapa dorongan lainnya yaitu kebiasaan buruk dan tekanan lingkungan kerja dan kurang dihargainya prestasi atau kinerja.

2. Kesempatan (Opportunity) untuk melakukan kecurangan terdapat di semua

organisasi atau perusahaan. Kesempatan pada umumnya muncul karena lemahnya pengendalian internal untuk mencegah dan mendeteksi kecurangan.

(38)

Kesempatan juga dapat terjadi karena lemahnya sanksi dan ketidak mampuan untuk menilai kualitas kinerja.

3. Sikap (Rationalization) para pelaku kecurangan biasanya akan mencari

pembenaran atas perbuatan yang telah dilakukannya. Pelaku biasanya menganggap bahwa perbuatan curang yang dia lakukan merupakan hal yang wajar dan sudah biasa dilakukan oleh orang lain. Pelaku merasa jasa yang telah dia berikan terhadap organisasi besar, tujuannya baik, dan nanti akan dikembalikan.

E. Good Public Governance dan Pencegahan Potensi Fraud

Pengaruh antara Good Public Governance terhadap pencegahan potensi fraud

belum banyak diteliti di Indonesia. Belum banyak juga buku-buku yang memuat tentang hubungan antara Good Public Governance dan pencegahan potensi fraud.

Namun sudah terdapat beberapa penelitian sejenis yang menyelidiki penerapan Good

Governance terhadap pencegahan fraud, baik itu dalam pemerintahan maupun

perusahaan. Penelitian yang dilakukan oleh Soleman (2013) menjelaskan bahwa penerapan Good Corporate Governance memberikan pengaruh yang positif terhadap

pencegahan fraud pada SKPD Kabupaten/Kota Provinsi Maluku Utara. Pencegahan

fraud dapat dilakukan dengan mengeleminasi faktor-faktor pendorong terjadinya

(39)

transparansi, akuntabilitas, responsibilitas, kemandirian, serta kesetaraan dan kewajaran.

Karyono (2013) menjelaskan bahwa prinsip-prinsip dasar Good Corporate

Governance dapat mengembangkan kode etik sehingga penerapannya dapat

menghindarkan dari kejahatan yang bertentangan dengan hukum. Prinsip transparansi mengandung unaur keterbukaan sehingga semua transaksi dan informasi disajikan secara terbuka. Penerapan prinsip akuntabilitas memberikan pertanggungjawaban yang jelas dalam pengelolaan organisasi. Prinsip kewajaran mewajibkan pengelolaan organisasi dilakukan secara adil tanpa diskriminasi, pemberian sanksi dan hukum tanpa pandang bulu, serta perlindungan kepada pihak yang mengalami kerugian. Prinsip integritas menekankan pada kualitas karakter yang jujur dan kompeten. Prinsip partisipasi yang mendukung budaya organisasi yang aktif dan mendorong keikutsertaaan masyarakat. Penerapan prinsip dalam Good Corporate Governance

akan mengembangkan kode etik serta meningkatkan kesadaran pegawai organisasi terhadap perilaku disiplin dan taat aturan, sehingga kemungkinan untuk terjadi kecurangan akan semakin kecil.

Hidayati (2019) dalam penelitiannya juga menjelaskan bahwa Good

Government Governance memberikan pengaruh yang positif terhadap pencegahan

kecurangan. Semakin baik penerapan Good Government Governance maka tindak

pencegahan kecurangan juga semakin meningkat. Setiap asas dalam Good Government

(40)

pemerintahan yang baik dan bersih, serta tercapainya kesehjateraan masyarakat luas.

Good Government Governance dan Good Corporate Governance merupakan duaasas

yang memiliki kesamaan dalam prinsip-prinsipnya dan dalam beberapa penelitian sebelumnya dijelaskan bahwa kedua asas tersebut memiliki pengaruh yang positif terhadap pencegahan kecurangan. Kedua asas tersebut juga memiliki kemiripan dalam setiap prinsip-prinsipnya dengan asas Good Public Governance.

Setiap prinsip dalam Good Public Governance mempunyai peranan yang

penting dalam menjamin terlaksananya pemerintahan yang bersih. Prinsip demokrasi mengandung tiga unsur pokok yaitu partisipasi, pengakuan adanya perbedaan pendapat dan perwujudan kepentingan umum. Prinsip demokrasi yang diterapkan dengan baik akan menghasilkan penyelenggara pemerintahan yang jujur dan berkompeten. Prinsip transparansi mengandung unsur pengungkapan (disclousure) dan penyediaan

informasi yang memadai dan mudah diakses. Penerapan prinsip transparansi mendukung masyarakat untuk terlibat aktif dalam melakukan pengawasan terhadap jalannya pemerintahan. Prinsip akuntabilitas mengandung unsur kejelasan fungsi dalam organisasi dan cara mempertanggungjawabkannya. Prinsip akuntablitas akan mendorong setiap penyelenggara negara untuk melaksanakan tugasnya secara jujur dan terukur sesuai dengan ketentuan perundang-undangan dan kebijakan publik yang berlaku, sehingga dapat menghindarkan penyalahgunaan wewenang. Prinsip budaya hukum mengandung unsur penegakan hukum (law inforcement) secara tegas dan

(41)

agar penyelenggara pemerintahan dalam menjalankan tugasnya selalu berpegang teguh pada ketentuan perundang-undangan yang berlaku. Prinsip kewajaran dan kesetaraan mengandung unsur keadilan dan kejujuran, sehingga penerapannya akan mewujudkan perlakuan setara terhadap setiap pemangku kepentingan. Penerapan setiap prinsip

Good Public Governance akan mendorong terlaksananya pemerintahan yang bersih,

taat kepada hukum, serta tercapainya kedisiplinan dan kejujuran di dalam pengelolaan pemerintahan, sehingga kemungkinan terjadinya kecurangan akan semakin kecil.

F. Sistem Pengendalian Internal dan Pencegahan Potensi Fraud

Menurut Tuanakotta (2019) untuk melindungi organisasi dan para pemangku kepentingan dari fraud secara efektif, suatu organisasi harus memahami resiko fraud

dan resiko-resiko yang spesifik, yang secara langsung maupun tidak langsung dapat mengancam organisasi. Pengendalian internal dalam hal ini mempunyai peranan yang penting, selain membantu organisasi dalam mencapai tujuannya, pengendalian internal juga membantu mengamankan organisasi agar terhindar dari resiko fraud.

Pengendalian Internal yang efektif dibuat berdasarkan ukuran, kompleksitas, jenis, dan tujuan organisasi. Pengendalian internal memiliki fungsi, yaitu dapat melakukan pendeteksian dan pencegahan terhadap potensi fraud. Pendeteksian fraud

dalam pengendalian internal merupakan kegiatan pemusatan perhatian dan teknik- teknik secara tepat untuk mengetahui keberadaan fraud. Sedangkan pencegahan fraud

(42)

dalam pengendalian internal meliputi kebijakan, prosedur, pelatihan, dan komunikasi yang berupaya menghentikan terjadinya fraud.

Menurut Karyono (2013) Lingkungan pengendalian yang baik dan kondusif dapat mendorong terlaksananya integritas dan etika, komitmen terhadap kompetensi, kepemimpinan yang kondusif, pendelegasian wewenang dan tanggungjawab yang tepat, dan hubungan kerja antara instansi yang baik. Pelaksanaan penilaian resiko fraud

dalam organisasi dapat menjangkau resiko internal dan eksternal, serta dapat mendeteksi potensi terjadinya kolusi antara pegawai dengan pegawai, serta pegawai dengan pelanggan atau masyarakat. Faktor-faktor dalam aktifitas pengendalian, seperti faktor review atas kinerja, otorisasi atas transaksi dan kejadian yang penting, serta pencatatan yang akurat dan tepat waktu terhadap transaksi dapat memperkecil kemungkinan terjadinya fraud.

Informasi yang disampaikan tepat waktu memberikan dampak positif terhadap pengambilan keputusan yang dilakukan oleh organisasi. Pimpinan organisasi dapat mengkomunikasikan kepada seluruh bawahannya mengenai aturan dan kode etik, serta tugas dan wewenang setiap bagian dalam organisasi tersebut. Pemantauan terhadap pelaksanaan tugas yang dilakukan oleh pimpinan meningkatkan kemampuan untuk mendeteksi terjadinya permasalahan dalam organisasi. Peningkatan kemampuan dalam mendeteksi permasalahan akan semakin memperkecil kemungkinan terjadinya fraud

(43)

ACFE (Association of Certified Fraud Examiners) dalam laporan globalnya

pada tahun 2018 menyebutkan bahwa kelemahan dalam pengendalian internal merupakan penyebab utama terjadinya fraud. Laporan ini didapat setelah ACFE

melakukan survey terhadap 2.690 kasus di 125 negara, yang meliputi 23 jenis industri. Hasil survey ACFE ini menunjukan bahwa terdapat hubungan antara pengendalian internal dan potensi terjadinya fraud dalam organisasi.

ACFE (Association of Certified Fraud Examiners) dalam laporan Survei Fraud

Indonesia (SFI) 2019 menjelaskan bahwa kelemahan dalam sistem pengendalian dapat mengakibatkan terjadinya fraud. Terdapat beberapa kelemahan, diantaranya yaitu

atasan yang tidak memberikan keteladanan yang baik, ini merupakan faktor utama yang memperlemah sistem pengendalian internal. Langkanya pengawasan dan kontrol internal dalam organisasi menempati urutan kedua dan ketiga dalam faktor yang mempengaruhi lemahnya pengendalian internal. Pimpinan yang tidak memberikan teladan yang baik, serta langkanya pengawasan dan kontrol internal memperbesar kemungkinan terjadinya fraud yang dilakukan oleh karyawan-karyawan dalam

(44)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah studi kasus. Menurut Herdiansyah (2012), studi kasus merupakan sebuah model penelitian kualitatif yang terperinci mengenai individu atau unit sosial tertentu dalam kurun waktu tertentu. Studi kasus memiliki ciri sistem yang terbatas, yaitu terdapat batasan waktu, tempat, serta kasus yang diangkat. Subjek penelitian dapat berupa individu, kelompok, lembaga, maupun masyarakat (Prastowo 2014).

B. Subjek dan Objek Penelitian

Subjek penelitian ini yaitu kepala desa, anggota BPD, sekretaris, bendahara, dan masyarakat Desa Sariharjo, Kecamatan Ngaglik, Kabupaten Sleman. Subjek penelitian masyarakat akan diwakilkan oleh tiga orang yang dipilih secara acak. Sedangkan objek dari penelitian ini adalah pencegahan potensi fraud dalam tatakelola pemerintahan desa.

(45)

C. Jenis Data dan Sumber Data

Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer dikumpulkan dengan menggunakan metode wawancara kepada responden. Data primer yang dikumpulkan yaitu informasi mengenai penerapan Good

Public Governance dan sistem pengendalian internal, serta dampak dari penerapan

tersebut terhadap pencegahan potensi fraud dalam pemerintahan desa. Sedangkandata

sekunder merupakan data yang diperoleh dari dokumen-dokumen seperti RPJMDes, dan lain-lain. Informasi yang ingin diperoleh dari RPJMDes yaitu informasi seputar visi, misi, kebijakan, rencana kegiatan pembangunan desa dan masyarakatnya.

D. Teknik Pengumpulan Data

Terdapat 3 jenis cara yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini untuk mengumpulkan data, yaitu:

1. Wawancara

Wawancara merupakan proses komunikasi empat mata antara responden (interviewee) dengan peneliti (interviewer). Komunikasi ini dilakukan atas inisiatif dari

pewawancara dengan tujuan untuk memperoleh informasi dari responden. Komunikasi ini berjalan dua arah dengan pewawancara sebagai pengendali jalannya diskusi (Spillane, 2008). Pada penelitian ini wawancara akan dilakukan oleh peneliti dengan

(46)

memberikan pertanyaan kepada responden terkait penerapan Good Publik Governance

dan pengendalian internal desa.

2. Dokumentasi

Dokumentasi adalah sebuah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara menelusuri dokumen-dokumen penting yang berhubungan langsung dengan objek penelitian. Melalui teknik ini, peneliti akan melihat dokumen yang berhubungan dengan tata kelola pemerintahan desa seperti sejarah desa, struktur pemerintahan desa, RPJMDes, daftar kehadiran Musrembang, dan lain-lain.

3. Observasi

Observasi merupakan proses pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti dengan cara visual, mendengar (listening), menyentuh (touching), dan mencium

(smelling). Observasi mencakup segala hal yang berhubungan dengan pengamatan

aktivitas perilaku dan non-perilaku. Observasi non-perilaku meliputi analisis catatan atau arsip, analisis kondisi fisik, dan analisis proses fisik. Kemudian observasi perilaku meliputi analisis non-verbal, analisis bahasa, analisis ekstrabahasa, dan analisis sebagian (Spillane, 2008). Melalui teknik ini, peneliti akan melihat penerapan Good

Public Governance dan pengendalian internal yang dilakukan dalam aktivitas

(47)

E. Variabel Penelitian dan Pengukuran

Terdapat tiga variabel yang diteliti dalam penelitian ini. Variabel-variabel tersebut adalah:

1. Good Public Governance

Penerapan Good Public Governance oleh pemerintahan desa dalam penelitian

ini diukur dengan menggunakan Pedoman Umum Good Public Governance yang

terdiri dari lima prinsip, yaitu; prinsip demokrasi, prinsip transparansi, prinsip akuntabilitas, budaya hukum, serta prinsip kesetaraan dan kewajaran. Penerapan prinsip demokrasi diukur dengan cara melihat penerapan unsur-unsur pokok yang ada di dalamnya, yaitu partisipasi, pengakuan adanya perbedaan pendapat, dan perwujudan kepentingan umum dalam pemerintahan desa. Penerapan prinsip transparansi diukur dengan melihat pengungkapan dan penyediaan informasi kepada masyarakat serta pemangku kepentingan lainnya oleh pemerintahan desa. Penerapan prinsip akuntabilitas diukur dengan melihat rincian fungsi, tugas serta wewenang dan tanggungjawab dari aparatur pemerintahan desa. Penerapan budaya hukum diukur dengan melihat pelaksanaan tugas dari setiap aparatur yang profesional, jujur serta taat kepada peraturan yang berlaku. Prinsip kewajaran dan kesetaraan diukur dengan melihat standar dan kualitas pelayanan yang diberikan oleh pemerintahan desa kepada masyarakat, yaitu pelayanan yang diberikan atas dasar kewajaran dan kesetaraan, tanpa membedakan agama, suku, kelompok, dan golongan masyarakat yang bersangkutan. Pengukuran untuk setiap prinsip Good Public Governance dilakukan dengan

(48)

menggunakan wawancara. Peneliti akan memberikan sejumlah pertanyaan mengenai penerapan prinsip Good Public Governance kepada subjek penelitian.

2. Sistem Pengendalian Internal

Penerapan sistem pengendalian internal oleh pemerintahan desa dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan PP No. 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Internal Pemerintah (SPIP) yang terdiri dari lima indikator yaitu; lingkungan pengendalian, penilaian resiko, aktivitas pengendalian, informasi dan komunikasi, serta pemantauan. Komponen lingkungan pengendalian diukur dengan melihat pelaksanaan penegakan integritas dan nilai etika, kepemimpinan yang kondusif, pembentukan struktur organisasi yang sesuai dengan kebutuhan, pendelegasian tanggungjawab dan wewenang yang tepat, serta hubungan kerja yang baik dengan instansi pemerintah lainnya oleh pemerintahan desa. Penilaian resiko diukur dengan melihat penetapan tujuan serta identifikasi dan analisis resiko yang dilakukan oleh pemerintahan desa. Komponen aktivitas pengendalian diukur dengan melihat penerapan otorisasi atas transaksi dan kejadian penting, pencatatan yang akurat dan tepat waktu, serta review atas kinerja yang dilakukan oleh pemerintahan desa. Penerapan informasi dan komunikasi yang baik diukur dengan melihat cara berkomunikasi dan penyampaian informasi yang dilakukan oleh pimpinan kepada semua aparatur dalam pemerintahan desa, serta penggunaan sarana komunikasi dan pengembangan sistem infromasi. Komponen aktivitas monitoring diukur dengan melihat pelaksanaan pemantauan berkelanjutan, evaluasi terpisah dan tindak lanjut

(49)

rekomendasi hasil audit dan review lainnya. Pengukuran untuk setiap komponen sistem pengendalian internal dilakukan dengan menggunakan wawancara. Peneliti akan memberikan sejumlah pertanyaan mengenai penerapan sistem pengendalian internal kepada subjek penelitian.

3. Potensi Kecurangan

Potensi kecurangan dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan tiga faktor yang menjadi penyebab terjadinya fraud, yaitu tekanan, kesempatan, dan

rasionalisasi. Peneliti akan melihat kebiasaan dan kondisi lingkungan kerja dalam pemerintahan desa yang berhubungan dengan faktor tekanan. Berkaitan dengan faktor kesempatan peneliti akan melihat penerapan sistem pengendalian internal serta kualitas kinerja yang diberikan aparatur pemerintahan desa. Penerapan sistem pengendalian internal yang meliputi lingkungan pengendalian yang baik, penilaian resiko, aktivitas pengendalian, informasi dan komunikasi, serta terdapatnya aktivitas monitoring. Faktor sikap dalam potensi kecurangan akan diukur dengan melihat banyaknya kasus kecurangan yang sudah terjadi sebelumnya dalam pemerintahan desa. Pengukuran untuk potensi kecurangan dilakukan dengan menggunakan wawancara. Berkaitan dengan ini peneliti akan memberikan sejumlah pertanyaan kepada subjek penelitian.

(50)

F. Metode Analisis Data

1. Metode analisis data untuk menjawab rumusan masalah 1

a. Langkah pertama yaitu peneliti mendeskripsikan karakteristik dari subjek penelitian. Karakteristik yang dideskripsikan meliputi nama, pekerjaan, serta tugas yang diemban oleh subjek tersebut.

b. Langkah selanjutnya yaitu peneliti menganalisis data. Analisis dilakukan dengan cara membandingkan prinsip Good Public Governance dengan

penerapan yang sudah dilakukan oleh pemerintahan desa melaluiinformasi yang sudah didapatkan dari subjek penelitian. Analisis dilakukan dengan menggunakan tabel perbandingan teori dan praktek prinsip Good Public

Governance. Berikut format tabel perbandingan teori dan praktek prinsip

Good Public Governance:

Tabel 1. Format Perbandingan Teori dan Praktek Prinsip Good Public Governance

No Prinsip Good Public Governance Ketentuan Pelaksanaan Prinsip Good Public Governance Pelaksanaan oleh Pemerintahan Desa Sariharjo Keterangan

1 Demokrasi 1. Terdapat unsur partisipasi dalam pemerintahan desa. 2. Terdapat unsur pengakuan adanya perbedaan pendapat dalam pemerintahan desa. Sesuai/Belum sepenuhnya sesuai/Tidak sesuai

(51)

No Prinsip Good Public Governance Ketentuan Pelaksanaan Prinsip Good Public Governance Pelaksanaan oleh Pemerintahan Desa Sariharjo Keterangan 3. Terdapat unsur perwujudan kepentingan umum dalam pemerintahan desa.

2 Transparansi Terdapat unsur pengungkapan dan penyediaan informasi kepada masyarakat serta pemangku kepentingan lainnya oleh pemerintahan desa. Sesuai/Belum sepenuhnya sesuai/Tidak sesuai

3 Akuntabilitas Terdapat rincian fungsi, tugas, serta wewenang dan tanggungjawab yang jelas dari aparatur pemerintahan desa. Sesuai/Belum sepenuhnya sesuai/Tidak sesuai 4 Budaya Hukum Setiap aparatur pemerintahan desa menjalankan tugas secara jujur, profesional, dan taat kepada peraturan yang berlaku. Sesuai/Belum sepenuhnya sesuai/Tidak sesuai 5 Kewajaran dan Kesetaraan Aparatur pemerintahan desa menjalankan pemerintahan dan memberikan pelayanan kepada masyarakat dengan berdasarkan pada keadilan, kewajaran dan kesetaraan tanpa membedakan agama,

Sesuai/Belum sepenuhnya sesuai/Tidak sesuai

(52)

No Prinsip Good Public Governance Ketentuan Pelaksanaan Prinsip Good Public Governance Pelaksanaan oleh Pemerintahan Desa Sariharjo Keterangan

suku, kelompok, dan golongan masyarakat yang bersangkutan.

c. Setalah peneliti melakukan analisis maka langkah terakhirnya yaitu peneliti menarik kesimpulan. Jika semua prinsip sudah diterapkan sesuai dengan ketentuan pelaksanaannya maka pemerintahan desa sudah menerapkan

Good Public Governance secara menyeluruh. Ketentuan pelaksanaan

merupakan unsur-unsur yang harus dipenuhi dalam menjalankan prinsip

Good Publick Governance.

2. Metode analisis data untuk menjawab rumusan masalah 2

a. Langkah pertama yaitu peneliti menganalisis dampak penerapan Good

Public Governance terhadap pencegahan potensi fraud dengan

membandingkan penerapan setiap prinsip GPG dengan faktor-faktor penyebab terjadinya fraud, yaitu tekanan, kesempatan, dan sikap. Selain itu

peneliti juga akan menggunakan informasi tambahan dari subjek penelitian mengenai fraud dan pencegahannya.

b. Setelah peneliti melakukan analisis maka langkah selanjutnya yaitu peneliti menarik kesimpulan. Jika penerapan Good Public Governance dapat

(53)

3. Metode analisis data untuk menjawab rumusan masalah 3

a. Langkah pertama yaitu peneliti menganalisis data. Analisis dilakukan dengan cara membandingkan komponen dari sistem pengendalian internal dengan penerapan yang sudah dilakukan oleh pemerintahan desa melalui informasi yang sudah didapatkan dari subjek penelitian. Analisis dilakukan dengan menggunakan tabel perbandingan teori dan praktek sistem pengendalian internal. Berikut format tabel perbandingan teori dan praktek sistem pengendalian internal.

Tabel 2. Format Perbandingan Teori dan Praktek Sistem Pengendalian Internal

No Sistem Pengendalian Internal Ketentuan Pelaksanaan Sistem Pengendalian Internal Pelaksanaan oleh Pemerintahan Desa Sariharjo Keterangan 1 Lingkungan Pengendalian 1. Terdapat penegakan integritas dan nilai etika. 2. Terdapat kepemimpinan yang kondusif. 3. Pembentukan struktur organisasi yang sesuai dengan kebutuhan. 4. Pendelegasian tanggungjawab dan wewenang yang tepat. Sesuai/Belum sepenuhnya sesuai/Tidak sesuai

(54)

No Sistem Pengendalian Internal Ketentuan Pelaksanaan Sistem Pengendalian Internal Pelaksanaan oleh Pemerintahan Desa Sariharjo Keterangan 5. Terdapat hubungan kerjasama yang baik dengan instansi pemerintah lainnya. 2 Penilaian Resiko 1. Tujuan organisasi sudah ditetapkan dengan baik. 2. Terdapat identifikasi dan analisis resiko yang dilakukan oleh pemerintahan desa. Sesuai/Belum sepenuhnya sesuai/Tidak sesuai 3 Aktivitas Pengendalian 1. Pemerintahan desa menerapkan otorisasi atas transaksi dan kejadian penting. 2. Pencatatan yang akurat dan tepat waktu. 3. Terdapat review atas kinerja aparatur pemerintahan desa. Sesuai/Belum sepenuhnya sesuai/Tidak sesuai

(55)

No Sistem Pengendalian Internal Ketentuan Pelaksanaan Sistem Pengendalian Internal Pelaksanaan oleh Pemerintahan Desa Sariharjo Keterangan 4 Informasi dan Komunikasi 1. Pimpinan melakukan komunikasi yang baik dengan menyampaikan informasi penting kepada semua aparatur pemerintahan desa. 2. Penggunaan sarana komunikasi dan pengembangan sistem informasi. Sesuai/Belum sepenuhnya sesuai/Tidak sesuai 5 Aktivitas Pemantauan 1. Terdapat pemantauan berkelanjutan. 2. Terdapat evaluasi terpisah. 3. Terdapat tindak lanjut rekomendasi. Sesuai/Belum sepenuhnya sesuai/Tidak sesuai

b. Setalah peneliti melakukan analisis maka langkah terakhirnya adalah peneliti menarik kesimpulan. Jika semua komponen sudah diterapkan sesuai dengan ketentuan pelaksanaannya maka pemerintahan desa sudah menerapkan sistem pengendalian internal secara menyeluruh. Ketentuan

(56)

pelaksanaan merupakan unsur-unsur yang harus dipenuhi dalam menjalankan komponen sistem pengendalian internal.

4. Metode analisis data untuk menjawab rumusan masalah 4

a. Langkah pertama yaitu peneliti menganalisis dampak penerapan sistem pengendalian internal terhadap pencegahan potensi fraud dengan

membandingkan penerapan sistem pengendalian internal dengan faktor- faktor penyebab terjadinya fraud yaitu tekanan, kesempatan, dan sikap.

Selain itu peneliti juga akan menggunakan informasi tambahan dari subjek penelitian mengenai fraud dan pencegahannya.

b. Setelah peneliti melakukan analisis maka langkah selanjutnya yaitu peneliti menarik kesimpulan. Jika penerapan komponen sistem pengendalian internal dapat menekan faktor terjadinya fraud maka sistem pengendalian

(57)

BAB IV

GAMBARAN UMUM DESA SARIHARJO

A. Sejarah Desa

Pada awalnya Desa Sariharjo terdiri dari empat bekas Kalurahan Lama yang dulunya dipimpin oleh seorang Jagabaya. Keempat Kalurahan lama tersebut adalah sebagai berikut:

1. Kalurahan Lama Rejodani

Kalurahan Lama Rejodani terdiri dari Padukuhan Rejodani I, Padukuhan Rejodani II dan Padukuhan Ngetiran.

2. Kalurahan Lama Tambakrejo

Kalurahan Lama Tambakrejo terdiri dari Padukuhan Wonorejo/Danikerto, Padukuhan Tegalrejo/Wonokerso, Padukuhan Tambakrejo, dan Padukuhan Tegalweru/Gondanglegi.

3. Kalurahan Lama Karangmloko

Kalurahan Lama Karangmloko terdiri dari Padukuhan Randugowang

Lor/Kidul, Padukuhan Karangmloko, Padukuhan

Sumberan/Krikilan/Panggungsari/Nglempong Lor dan Padukuhan Nglempongsari/Plemburan.

(58)

4. Kalurahan Jongkang

Padukuhan Jongkang terdiri dari Padukuhan Tegalwaras/Tegalsari/Waras, Padukuhan Sedan/Tegalkrapyak, Padukuhan jongkang/Tegalmojo dan Padukuhan Nandan. Pada tahun 1946 ke-4 kalurahan lama tersebut digabung menjadi satu kalurahan yaitu Kalurahan Sariharjo yang kemudian dipimpin oleh seorang Kepala Desa. Penggabungan tersebut didasarkan pada maklumat Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta yang dikelurkan pada tahun 1946.

B. Kondisi dan Luas Wilayah

Desa Sariharjo termasuk dalam wilayah Kecamatan Ngaglik, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Terletak disebelah timur Kabupaten Sleman, Desa Sariharjo dilintasi oleh dua jalan besar, yaitu jalan Provinsi (Jl. Palagan Tentara Pelajar) dan Ring Road Utara.

Desa Sariharjo memiliki luas wilayah sebesar 689,7480 ha. Luas wilayah tersebut terbagi menjadi beberapa bagian, yaitu: sawah sebesar 137,3503 ha, tegal sebesar 30,5142 ha, pekarangan sebesar 478,4047 ha, dan lain-lainnya sebesar 43,4758 ha. Bagian utara wilayah Desa Sariharjo berbatasan dengan Desa Donoharjo (Kecamatan Ngaglik), bagian timur berbatasan dengan Desa Sinduharjo (Kecamatan Ngaglik), bagian barat berbatasan dengan Desa Sendangadi (Kecamatan Mlati), dan bagian selatan berbatasan dengan Desa Sinduadi (Kecamatan Mlati).

(59)

Gambar 2: Peta Wilayah Desa Sariharjo

Gambar

Tabel 2.  Format Perbandingan Teori dan Praktek Sistem Pengendalian  Internal …………………………………………………………
Gambar 1.  Segitiga Fraud …………………………………………………  26
Gambar 1: Segitiga Fraud
Tabel 1. Format Perbandingan Teori dan Praktek Prinsip Good Public Governance  No  Prinsip Good  Public  Governance  Ketentuan  Pelaksanaan Prinsip Good Public  Governance  Pelaksanaan oleh  Pemerintahan Desa Sariharjo  Keterangan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini menunjukkan bahwa sistem pengendalian internal, audit laporan keuangan, dan penerapan good governance berpengaruh

Pelaksanaan good governance yang efektif ditentukan pula dengan adanya penerapan sistem pengendalian internal yang ada di organisasi tersebut sehingga pelaksanaan good governance

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara parsial dan secara simultan sistem pengendalian internal, audit laporan keuangan, dan penerapan good corporate governance

Latar belakang dari penelitian ini ingin mengetahui dan memahami apakah prinsip good governance telah diterapkan dengan baik serta faktor yang memengaruhi optimalisasi

Hasil penelitian secara simultan menunjukan bahwa Good Corporate Governance , Pengendalian Internal dan Audit Internal secara bersama-sama berpengaruh signifikan

Secara parsial, pengendalian internal berpengaruh positif dan signifikan terhadap penerapan good corporate governance , sedangkan audit internal berpengaruh positif

Dengan demikian maka H0 ditolak dan H3 diterima, hal ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh besar secara simultan antara Pengendalian Intern, audit Internal dan Good Corporate

Hasil penelitian memperlihatkan bahwa di Polda Metro Jaya pencegahan fraud secara umum sudah baik, good governance sudah baik, dan pencegahan fraud yang terdiri dari yang terdiri dari