• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN MODEL ECOTOURISM DALAM RANGKA PERTUMBUHAN HIJAU (GREEN GROWTH) DALAM MEWUJUDKAN PARIWISATA BERBASIS ALAM DI KABUPATEN SIAK ABSTRAK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGEMBANGAN MODEL ECOTOURISM DALAM RANGKA PERTUMBUHAN HIJAU (GREEN GROWTH) DALAM MEWUJUDKAN PARIWISATA BERBASIS ALAM DI KABUPATEN SIAK ABSTRAK"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

364 Prosiding Seminar Nasional “Pelestarian Lingkungan & Mitigasi Bencana” Pekanbaru, 28 Mei 2016

PENGEMBANGAN MODEL ECOTOURISM DALAM RANGKA PERTUMBUHAN HIJAU (GREEN GROWTH) DALAM MEWUJUDKAN PARIWISATA BERBASIS

ALAM DI KABUPATEN SIAK Salmiah Safitri

Mahasiswa Program Doktor Ilmu Lingkungan Program Pascasarjana Universitas Riau Pekanbaru. Jl. Patimura, No. 09 Gobah, 28131. Telp. 0761-23742

ABSTRAK

Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengembangkan suatu model ekowisata yang mendukung pertumbuhan hijau dalam mewujudkan pariwisata berbasis alam di Kabupaten Siak. Objek dalam penulisan makalah ini menggambarkan potensi wisata alam yang ada di Kabupaten Siak, sumber daya masyarakat bisa menjadi potensi dalam pengembangan model ekowisata. Faktor-faktor pendukung lainnya adalah kepedulian dan pemahaman yang baik tentang manfaat pariwisata alam serta lingkungan sosial budaya yang mendukung dalam pengembangan model ekowisata di Kabupaten Siak. Pengembangan model ekowisata yang mendukung pertumbuhaan hijau dalam mewujudkan pariwisata berbasis alam harus didukung oleh seluruh stakeholder yaitu pemerintah, LSM, pihak swasta dan seluruh masyarakat. Melahirkan dan mendorong pemerintah daerah untuk selalu melakukan perubahan-perubahan yang baik demi kemajuan pariwisata di Kabupaten Siak. Konsep ekowisata merupakan salah satu model yang harus diterapkan atau mungkin telah menjadi dasar yang dilakukan oleh setiap pengelola yang menawarkan tempat wisata, dengan menerapkan konsep ekowisata dan menerapkan konsep bisnis, tanpa meninggalkan nilai-nilai estetika lingkungan (keindahan alam), dan juga memasukkan nilai sosial budaya sebagai konsep dari ekowisata.

Kata Kunci: Pengembangan model ekowisata, pertumbuhan hijau dan pariwisata berbasis alam

ABSTRACT

The purpose of this paper is to develop a model of ecotourism that support green growth in the realization of nature-based tourism in Siak .Object in writing this paper illustrates the potential of nature tourism in Siak district , community resources could be potential in the development of ecotourism models.Other supporting factors are of concern and a good understanding of the benefits of eco- tourism as well as the social and cultural environment that supports the development of a model of ecotourism in Siak .The development of ecotourism models that support green pertumbuhaan in bringing nature-based tourism should be supported by all stakeholders , namely the government , NGO, private sector and the entire community .Childbirth and encourage local governments to always make good changes for the sake of the advancement of tourism in Siak .The concept of ecotourism is one model that should be applied, or may have been the foundation made by any manager that offers tourist attractions, by applying the concept of ecotourism and apply business concepts, without leaving the aesthetic values the environment ( natural beauty ) , and also include social value culture as the concept of ecotourism .

(2)

365 Prosiding Seminar Nasional “Pelestarian Lingkungan & Mitigasi Bencana” Pekanbaru, 28 Mei 2016

Keywords: Development models of ecotourism , green growth and nature-based tourism. PENDAHULUAN

The International Ecotourism Society (TIES) mendefinisikan ekowisata sebagai "Perjalanan Bertanggung jawab untuk daerah alam yang melestarikan lingkungan dan meningkatkankesejahteraan masyarakat setempat". (TIES, 1990) dan juga menegaskan :

Ekowisata adalah tentang konservasi menyatukan, masyarakat, dan perjalanan yang berkelanjutan.Ini berarti bahwa mereka yang melaksanakan dan berpartisipasi dalam kegiatan ekowisata harus mengikuti prinsip-prinsip ekowisata berikut membangun kesadaran

lingkungan dan budaya serta rasa hormat

Tantangan kedepan pembangunan ekonomi hijau Kabupaten Siak tidaklah mudah untuk diselesaikan. Dinamika ekonomi daerah dan domestik mengharuskan Kabupaten Siak senantiasa siap terhadap perubahan.

Pembangunan kepariwisataan yang berbasis lingkungan telah menjadi trend kepariwisataan dalam dua dasawarsa terakhir. Hampir setiap daerah mengembangkan model pariwisata ini, karena dianggap memiliki dimensi yang luas, mampu menggerakkan berbagai unsur dan komponen pembangunan serta bersifat jangka panjang dan berkelanjutan.

Ecotourism merupakan salah satu strategi untuk mendukung konversi sumber daya alam dan menyediakan sumber penghasilan bagi masyarakat lokal. Oleh karena itu, ecotourism merupakan salah satu bentuk pendekatan yang bersifat positif terhadap pembangunan berkelanjutan yang berbasis ekologis dalam rangka pertumbuhan hijau (green growth), namun bila perencanaan tidak tepat atau buruk, maka pariwisata yang direncanakan dan dilaksanakan akan memiliki efek negatif yang serius terhadap lingkungan dan masyarakat setempat. Dalam rangka mengantisipasi dampak negatif dan untuk mencegah atau mengurangi dampak ecotourism diperlukan sebuah pendekatan atau model yang tepat.

Prinsipnya adalah bila program ecotourism akan mudah diterima dan didukung oleh masyarakat umum, jika program tersebut mampu mensinergikan kesejahteraan atau kebutuhan ekonomi masyarakat setempat dan pelestarian lingkungan hidup. Oleh karena itu keterlibatan masyarakat lokal dalam pelestarian lingkungan hidup hendaknya juga memperhatikan manfaat langsung. Karena tanpa keterlibatan masyarakat dalam konteks sebagai tenaga kerja dan pelaku dalam menjalankan kegiatan ecotourism yang dijalankan pemerintah, yakni akan mempengaruhi proses pengembangan ecotourism sendiri. Juga diharapkan masyarakat ikut terlibat dalam perumusan kebijakan yang mengarah kepada kepentingan masyarakat setempat. Artinya adalah setiap program harus dilakukan dengan pendekatan persuasif untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan baik itu dalam pencapaian sasaran

Kabupaten Siak, merupakan kabupaten yang memiliki potensi wisata alam yang cukup besar terutama terkait dengan keberadaan hutan dan ekosistem sungai. Potensi sumberdaya hutan di Kabupaten Siak seluas 1.269.850,29 ha terdiri atas hutan produksi tetap, hutan produksi terbatas, hutan lindung, hutan konversi, hutan raya, hutan bakau dan kawasan hutan tetap. Sedangkan potensi ekosistem sungai diperkirakan seluas 9,106 Ha (1,06%) yang diperoleh melalui pendekatan buffer 100 m kiri-kanan sungai besar (lebar > 30 meter). Luas kawasan sungai ini sangat dimungkinkan bertambah karena buffer sungai kecil (lebar < 30 m) 50 m kiri dan kanan sungai belum dihitung.(Status Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Siak tahun 2012).

(3)

366 Prosiding Seminar Nasional “Pelestarian Lingkungan & Mitigasi Bencana” Pekanbaru, 28 Mei 2016

Sayangnya, potensi wisata alam yang cukup besar tersebut belum dapat dimanfaatkan secara maksimal bagi peningkatan kegiatan pariwisata di Kabupaten Siak, yang tentunya menyebabkan minimnya kontribusi sektor pariwisata dalam perekonomian kabupaten. Hal ini dapat dilihat dari dari masih kecilnya kontribusi sektor tersier dalam PDRB Kabupaten Siak dalam 5 tahun terakhir. Struktur PDRB Kabupaten Siak dari sektor tersier menyumbang hanya sebesar 8,38%. Tertinggi berasal dari sektor sekunder sebesar 59,92% dan sektor primer menyumbang sebesar 31,70% dan (Siak Dalam Angka 2011).

Kontribusi sektor primer dimotori oleh sub sektor kehutanan, walau terus mengalami penurunan. Sementara sub sektor perkebunan mengalami peningkatan seiring dengan peningkatan luas areal penanaman dan produktivitas perkebunan. Peningkatan perkebunan, dan berkurangnya hasil sektor kehutanan diakibatkan oleh berkurangnya luas hutan dan bertambahnya luasan perkebunan. Kondisi ini secara umum merupakaan ancaman bagi keberadaan hutan dan biota perairan. Sebagian besar lahan perkebunan merupakan konversi dari lahan hutan. Pada periode antara tahun 2002 hingga 2008 telah terjadi konversi lahan hutan sebesar kurang lebih 80.000 ha (Status Lingkungan Hidup Daerah Kabupaten Siak tahun 2012). Padahal berkurangnya hutan akan berakibat pada terjadinya erosi yang lambat laun mengakibatkan menurunnya kualit as air sungai dan terjadinya pendangkalan.

Atas pertimbangan kondisi tersebut, pemerintah kabupaten mencanangkan ekowisata sebagai tindakan pengembangan pariwisata sekaligus sebagai upaya pelestarian lingkungan. Salah satu kawasan yang didorong sebagai kawasan ekowisata adalah Kawasan Mempura. Secara geografis Kawasan Mempura berada di selatan Sungai Siak dan dibelah oleh salah satu anak Sungai Siak, yaitu Sungai Mempura. Sungai ini berhulu pada Danau Zamrud yang termasuk kedalam kawasan yang telah ditetapkan sebagai Taman Nasional. Keberadaan Sungai Mempura yang mengalir dan membelah kawasan Mempura menjadikan kawasan ini memiliki kekhasan, baik berdasarkan kondisi bentang alam, jenis flora dan fauna, maupun karakter ekonomi, sosial dan budaya masyarakat.

Mempura merupakan kawasan bekas pusat kerajaan Melayu Siak pada masa pemerintahan Sultan Siak ke-II yaitu Sultan Abdul Jalil Mudzaffar Syah yang bernama asli Tengku Buang Asmara dan masa pemerintahan Sultan Siak ke- 4 yaitu Sultan Yahya yang bergelar Abdul Jalil Mudzaffar Syah. Peran kawasan sebagai pusat pemerintahan dimasa lalu tentunya menyisakan berbagai artefak sejarah yang tidak sedikit yang tentunya menjadi potensi dalam konteks kepariwisataanTerkait dengan keragaman potensi yang dimiliki kawasan, diperlukan suatu kajian mengenai model pengembangan ecotourism dalam rangka pertumbuhan hijau untuk mewujudkan pariwisata berbasis alam di Kabupaten Siak.

Pada aspek manusia kaitannya dengan potensi alam di lingkungan ekowisata mempura, pada saat ini masyarakat kurang peduli terhadap lingkungan lokasi ekowisata, sehingga mengakibatkan rusaknya kawasan hutan maupun keindahan objek ekowisata menjadi berkurang. Jika keadaan demikian dibiarkan berlangsung, maka lokasi ekowisata mempura akan mengalami kerusakan. Aspek yang lain dapat dijumpai adalah masih belum tersedianya sarana pengamanan dan rendahnya informasi bagi setiap pengunjung yang memiliki minat untuk melihat objek ekowisata. Demikian halnya kondisi infrastruktur yang ada juga masih belum mendukung keamanan dan kenyamanan para wisatawan yang menggunakan kendaraan, seperti kondisi jalan yang sempit, terbatasnya tanda arah ke objek wisata. Informasi potensi objek ekowisata.

(4)

367 Prosiding Seminar Nasional “Pelestarian Lingkungan & Mitigasi Bencana” Pekanbaru, 28 Mei 2016

Kurang menariknya kondisi objek ekowisata dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu: kondisi lingkungan objek ekowisata masih tergolong tidak terawat, rendahnya tingkat pendidikan masyarakat, pengetahuan tentang lingkungan, pengetahuan tentang pariwisata, tingkat pendapatan, persepsi terhadap pengembangan pariwisata. Keadaan ekonomi rakyat yang tergolong miskin, tingkat pendidikan, pengetahuan tentang lingkungan, persepsi terhadap pengembangan pariwisata , serta kesadaran masyarakat tentang fungsi lingkungan wisata, keindahan alam, penegak hukum tidak dapat dipisahkan dengan kepeduliaannya dalam menciptakan lingkungan wisata yang nyaman. Bahkan dengan era otonomi daerah, kedudukan dan peran pemerintah daerah sebagai pembuat kebijakan belum secara optimal di dalam menangani objek ekowisata tersebut.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini akan dilaksanakan dari bulan Mei sampai dengan Juli 2016 di kawasan ekowisata mempura Kecamatan Mermpura Kabupaten Siak. Penelitian ini dibatasi oleh inventarisasi potensi hingga tahap perancangan lanskap daerah ekowisata sebagai ekowisata di Kabupaten Siak, Secara umum seluruh kegiatan perencanaan lanskap penelitian ini digambarkan pada Gambar 1.

Unsur

Lansek ap INVENTA

RIS

ANALISIS SINTESIS PERENCANA

AN Kondisi Fisik: Luas Letak Geografis Aksesbilit as Tofografi Tanah Iklim Hidrologi Citra Satelit Pemandan gan Biologis : Vegetasi (Jenis .Jumlah Penyebar an) Satwa ( Jenis, Jumlah Penyebar an) Pengunjun g : Identita s Motiva si Aktivit as Minat Pengunjung : Identitas Pemahama n Persetujua n Minat Kelembag aan POTENSI KENDAL A Pemba gian Zona Zona Ekowis ata Gamabr Rancang an Tapak (siteplan ) Konsep Ruang Jalur Sirkulasi Tata Hijau Rekom endasi

(5)

368 Prosiding Seminar Nasional “Pelestarian Lingkungan & Mitigasi Bencana” Pekanbaru, 28 Mei 2016

Perencanaan lanskap ekowisata Mempura menggunakan metode Perencanaan dan desain lanskap ekowisata oleh Zain (2008) yang terdiri dari beberapa tahapan sebagai proses perencanaan yaitu inventarisasi, analisis, sintesis, perencanaan, dan perancangan desain. Inventarisasi data dilakukan pada unsur-unsur lanskap seperti lokasi, tata guna lahan, aksesibilitas, topografi, tanah, iklim, hidrologi, vegetasi dan satwa. Hasil dari kegiatan inventarisasi, analisis, dan sintesis disajikan secara spasial, dengan memanfaatkan berbagai teknik komputerisasi dengan memanfaatkan teknik Geographic Information System (GIS), yaitu kegiatan analisis dan overlay dari berbagai data yang sudah dikumpulkan dilakukan dengan lebih efisien dan akurat.

Pengembangan dari konsep zonasi ruang pada tahap perencanaan dibuat, sehingga akan menghasilkan rencana pengembangan konsep. Pengembangan ini meliputi konsep ruang, jalur sirkulasi, dan tata hijau yang menunjang pengembangan kawasan ekowisata serta rencana program untuk mendukung perencanaan ini. Tahap perencanaan menggunakan konsep pengembangan yang mengacu pada tujuan serta fungsi yang telah ditetapkan. Konsep tersebut dikembangkan lebih lanjut dalam bentuk tata ruang, tata hijau, tata letak fasilitas, dan aktivitas tapak. Hasil dari tahap ini adalah rencana tapak yang menggambarkan aktivitas dan fasilitas yang dapat dikembangkan, serta penataan tanaman dalam pengembangan suatu kawasan wisata. Tahap perancangan adalah tahap akhir dari proses pengembangan lanskap kawasan ekowisata. Produk yang dihasilkan di tahap ini adalah gambar rencana tapak (site plan).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Data pengamatan yang diperoleh dari inventarisasi lapangan selanjutnya dilakukan analisis dan sintesis . Analisis merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mengetahui potensi dan kendala yang ada di kawasan ekowisata Mempura Kecamatan Mempura Kabupaten Siak. Sintesis merupakan pemanfaatan potensi yang ada pada tapak dengan baik dan mengendalikan kendala atau masalah-masalah yang ada dari hasil inventarisasi.

Tabel : Potensi dan Kendala Lanskap di Ekowisata Mempura Kabuapten Siak No Unsur

lanskap

Potensi Kendala Sintesis

1 Lokasi dan tata guna lahan

Ekowisata mempura memiliki lokasi yang strategis untuk dikembangkan sebagai objek ekowisata. Masih terdapat lahan-lahan kosong yang tidak terawat. Memanfaatkan kekayaan sumberdaya alam dan lahan kosong di lokasi tapak sebagai pendukung ekowisata.

2 Aksesibilitas - Jalur utama menuju lokasi tapak sudah baik dan beraspal, lokasi tidak jauh dari pusat kota.

- Sudah terdapat akses jalan setapak menuju akses ekowisata. - Jalan setapak menuju ekowisata mempura masih merupakan jalan buntu - Tidak adanya jalur akses - Pembukaan jalan tembus menuju ke pusat kota - Pembuatan dermaga perahu sebagai altematif pengunjung untuk mengunjugi objek

(6)

369 Prosiding Seminar Nasional “Pelestarian Lingkungan & Mitigasi Bencana” Pekanbaru, 28 Mei 2016 menuju ke beberapa lokasi menarik. wisata

3 Topografi Kondisi visual tapak bervariasi serta menarik/tidak monoton. Kemiringan tanah yang datar memberikan keuntungan bagi kegiatan pariwisata karena memudahkan dalam pengembangan fasilitas wisata Belum terdapat fasilitas untuk menikmati wisata • Pembuatan fasilitas wisata .

4 Kondisi Lahan Sebagian lokasi tapak memiliki tanah cukup stabil untuk pembangunan fasilitas wisata. Karakteristik lahan di beberapa lokasi khususnya sekitar lokasi ekowisata sudah ditanami sawit oleh masyarakat. Pemanfaatan lahan yang memiliki kondisi lahan stabil di lokasi tapak untuk

pembangunan fasilitas wisata.

5 Iklim Suhu di beberapa

lokasi tapak bervegetasi lebat terbilang nyaman dan angin yang

berhembus dirasa sangat sejuk. Curah hujan yang relatif rendah mendukung kegiatan wisata alam.

• Lokasi yang minim vegetasi memiliki suhu yang sangat panas. . Penanaman vegetasi di beberapa lokasi sebagai naungan sinar matahari.

6 Hidrologi Kondisi hidrologi kawasan dipengaruhi kondisi kedua sungai yang melintasi kawasan yaitu Sungai Siak dan Sungai Mempura. Kedua sungai ini dipengaruhi oleh pasang dan surut

Lokasi tapak di pinggir sungai masih tergerus oleh pengikisan air Pembatasan aktivitas pengunjung di area-area tebing.

(7)

370 Prosiding Seminar Nasional “Pelestarian Lingkungan & Mitigasi Bencana” Pekanbaru, 28 Mei 2016

7 Vegetasi • Vegetasi di Kawasan Mempura

dikelompokkan berdasarkan tempat tumbuhnya yaitu yang tumbuh dibagian daratan dan yang tumbuh disekitar badan air dalam hal ini sungai Mempura Struktur vegetasi didaerah daratan sudah banyak yang berkurang karena aktifitas warga menanam sawit. • Keanekaragaman jenis vegetasi masih perlu di tingkatkan Merehabilitasi hutan vegetasi tumbuhan di beberapa lokasi yang mengalami kerusakan dan menata tanaman lainnya di jalur akses menuju ekowisata mempura serta membatasi interaksi pengunjung.

8 Satwa • Terdapat kera,

biawak,burung dll yang menarik untuk diamati dan diteliti. • Tidak ditemukan jenis satwa berbabahaya di lokasi tapak. • Keanekargama n burung eksotis di lokasi kurang beragam. • Tidak terdapat lokasi khusus untuk dilakukannya pengamatan satwa khususnya burung. • Penentuan lokasi sebagai lokasi untuk melakukan pengamatan burung di seluruh lokasi tapak. 9 Pengunjung • Pengunjung ekowisata MempuraP sudah mulai ramai. • Minat pengunjung terhadap daerah ekowisata di kalangan pelajar dan mahasiswa. • Ketertarikan pengunjung terhadap ekowisa Mempura yang masih kurang. • Kurangnya fasilitas pendukung ekowisata. • Peningkatan fasilitas sarana dan prasarana dalam mendukung ekowisata untuk meningkatkan kenyamanan dan ketertarikan pengunjung terhadap daerah ekowisata Mempura.

(8)

371 Prosiding Seminar Nasional “Pelestarian Lingkungan & Mitigasi Bencana” Pekanbaru, 28 Mei 2016

10 Masyarakat Dukungan dan minat

untuk terlibat masyarakat terhadap pengembangan ekowisata yang tinggi. Pengetahuan masyarakat tentang ekowisata masih perlu ditingkatkan. Perlu dilakukan penyuluhan dan pelatihan mengenai kegiatan ekowisata Mempura Pemberdayaan kelompok masyarakat pencinta lingkungan yang konsisten menjaga kelestarian ekowisat Mempura.

A. Konsep Dasar dan Pengembangan Ekowisata

Kegiatan ekowisata pada dasarnya diselenggarakan dengan kesederhanaan, memelihara keaslian alam dan lingkungan, menciptakan ketenangan, memelihara flora dan fauna, serta terpeliharanya lingkungan hidup, sehingga tercipta keseimbangan antara kehidupan manusia dengan alam sekitarnya. Ekowisata dalam penyelenggaraannya tidak menuntut tersedianya fasilitas akomodasi yang modern yang dilengkapi dengan peralatan yang serba mewah atau bangunan artifisial yang berlebihan (Zain, 2008). Pengembangan ekowisata juga harus melibatkan masyarakat karena kearifan lokal masyarakat syarat dengan makna filsafati yang dapat dijadikan sebagai aset metawisata (Sunarto, 2011). Pariwisata berkelanjutan dapat ditandai dengan pembangunan sektor kepariwisataan berbasis pemberdayaan masyarakat dengan meminimalisir dampak negative pada lingkungan dan budaya lokal melalui peningkatan pendapatan, pekerjaan, dan konservasi ekosistem setempat (Arieta, 2010).

B. Perencanaan dan Perancangan

Ruang merupakan wadah untuk melakukan aktivitas, program ruang yang diakomodasikan pada tapak didasarkan konsep ekowisata, perlindungan sumber daya alam, keberadaan objek dan atraksi wisata tapak serta fungsi yang akan diterapkan (Zain, 2008). Maka ruang yang dikembangkan terdiri dari ruang penerimaan, pelayanan, konservasi, dan wisata

. Menurut Muntasib (2005) interpretasi merupakan andalan dalam sebuah ekowisata, karena interpretasi merupakan jembatan antara pengunjung dengan sumberdaya yang dikunjunginya sehingga dapat dimengerti, memahami dan dapat ikut melakukan upaya konservasi.

Untuk mendukung kegiatan ekowisata, kawasan wisata memerlukan beberapa sarana dan prasarana untuk pelayanan wisatawan. Semua fasilitas harus dirancang dan ditempatkan dengan baik agar tidak mengganggu bentang alam dan kelestarian lingkungan. Sarana dan prasarana seperti: Jalan, restoran, pusat informasi, toilet, dan lain-lain harus dibangun untuk

(9)

372 Prosiding Seminar Nasional “Pelestarian Lingkungan & Mitigasi Bencana” Pekanbaru, 28 Mei 2016

memenuhi kebutuhan wisatawan. Pembangunan tersebut harus mempertimbangkan aspek pelestarian lingkungan dan meminimalkan dampak negative yang mungkin timbul (Tuwo, 2011).

1. Ruang Penerimaan

Ruang penerimaan merupakan ruang yang pertama didatangi oleh pengunjung. Ruang penerimaan disediakan sebagai akses pengunjung dari pintu gerbang mempura hingga ruang pelayanan dengan memanfaatkan ruang dan rute yang sudah ada. Penentuan ruang penerimaan dibatasi oleh pemilihan lahan datar dengan batas lahan miring dan lahan basah, ruang penerimaan merupakan bangunan yang penting, papan informasi mengenai kegiatan ekowisata diperlukan untuk menarik minat pengunjung. Loket/portal karcis sudah tersedia pada jarak 500 m setelah gerbang dan 500 m sebelum ruang pelayanan.

2. Ruang Pelayanan

Ruang pelayanan wisata merupakan ruang yang mengakomodasikan persiapan wisata pengunjung. Selain itu, ruang ini juga berfungsi untuk mengakomodasikan kebutuhan masyarakat dilihat dari segi kepentingan masyarakat lokal yaitu mata pencaharian masyarakat. Penentuan ruang pelayanan dibatasi oleh pemilihan lahan datar dengan batas lahan miring dan lahan basah setelah ruang penerimaan dengan. Kondisi dari ruang pelayanan sudah memiliki lahan yang cukup mendukung karena ruang ini sudah dimanfaatkan sesuai peruntukannya sejak awal. Pengembangan ruang diarahkan terhadap penataan vegetasi dan pembangunan fasilitas pendukung ekowisata. Ruang pelayanan wisata merupakan ruang yang mengakomodasikan berbagai fasilitas wisata seperti parkir kendaraan, pusat informasi, makan, dan beristirahat. Area parkir wisata merupakan kebutuhan bagi pengunjung guna memarkirkan kendaraan pada saat pengunjung menikmati rekreasi yang ada. Lokasi yang parkir disediakan berada di sisi tegakan mangrove di sisi selatan ruang.

Area ini dipilih karena letaknya yang tidak jauh dari fasilitas ruang pelayanan serta kondisi lahannya yang datar, tanahnya cukup stabil, dan tidak dipengaruhi oleh pasang surut air sungai. Untuk memenuhi kebutuhan pengunjung yang umumnya menggunakan kendaraan mobil sedan/minibus dan motor, bentuk area parkir yang dipilih yaitu parkir tegak lurus (perpendicular). Area parkir juga disediakan untuk kendaraan besar yang disediakan disamping kantor pelayanan yang cukup untuk menampung 4 kendaraan bus. Perkerasan dan konstruksi area parkir yang dipilih yaitu perkerasan yang menyerap air, yaitu menggunakan material paving yang dimaksudkan agar dapat menyerap air permukaan seperti air hujan.

Pusat informasi dibangun sebagai visitor center sekaligus pintu masuk menuju daerah ekowisata Mempura. Pengunjung akan diberikan informasi dan aturan berwisata melalui papan informasi dan foto-foto mengenai objek wisata di ekowisata Mempura. Kantor pelayanan disediakan juga sebagai pusat informasi dan pengawasan pengelolaan ekowisata mempura. Fasilitas pendukung persiapan wisata lain bagi pengunjung untuk makan dan beristirahat disiapkan juga kantin dan kamar mandi. Disediakan pos kesehatan di sisi selatan kantor pelayanan untuk menanggulangi resiko kecelakaan terhadap pengunjung. Kebutuhan masyarakat di akomodasi dengan membangaun kios-kios cinderamata sebagai pancarian penduduk lokal. Untuk keperluan masyarakat dalam melaksanakan budidaya tanaman khas daerah ekowisata mempura yaitu bibit-bibit durian. bibit disiapkan lokasi persemaian.

(10)

373 Prosiding Seminar Nasional “Pelestarian Lingkungan & Mitigasi Bencana” Pekanbaru, 28 Mei 2016

3. Ruang penyangga

Ruang ini merupakan area perlindungan terhadap flora dan habitat fauna ekowisata Mempura.. Ruang penyangga diarahkan untuk melakukan aktivitas wisata berupa jalan-jalan (tracking), bersantai, dan berperahu. Ruang penyangga dilewati oleh pengunjung untuk mengakses ruang ekowisata, sehingga aktivitas wisata di ruang penyangga akan dibatasi karena daya dukung lingkungan sebagai wisata sangat terbatas.

Ruang ekowisata adalah ruang yang digunakan untuk melakukan aktivitas utama wisata. Ruang ini terdapat objek dan atraksi wisata, sehingga ruang ini digunakan sebagai ruang untuk melakukan aktivitas wisata interpretatif baik wisata pendidikan maupun wisata non pendidikan.

Pembangunan fasilitas akan disesuaikan dengan kegiatan tersebut. Aktivitas wisata alam didukung dengan pembangunan gazebo berukuran 2 x 2 m sebagai tempat bersantai dan beristirahat pengunjung. Gazebo diletakan di area wisarta. Demi keamanan pengunjung disediakan pos penjagaan pada dua titik lokasi. Fasilitas lain dibangun menara air untuk memenuhi kebutuhan air kamar mandi, mushola serta kantin.

5. Jalur sirkulasi

Jalur sirkulasi pada ruang penerimaan merupakan jalur akses menuju ruang pelayanan wisata ekowisata Mempura.. Jalur yang sudah tersedia dikembangkan menjadi jalan aspal dari pintu gerbang ekowisata mempura melewati loket hingga mencapai area parkir pada ruang penerimaan yang umumnya dilewati oleh dua arah kendaraan bermotor. Menurut Chiara dan Koppelman (1997) lebar jalan masuk mobil berkisar antara 5 - 6 m untuk jalan masuk untuk dua kendaraan mobil.

Jalur sirkulasi pada ruang penyangga merupakan jalur penghubung ruang pelayanan dengan ruang ekowisata, jalur pada ruang ini dibagi beberapa jalur sebagai pilihan bagi pengunjung. Jalur sirkulasi tersebut yaitu jalur sungai, dan jalur darat menggunakan jalan setapak.

Jalur darat dibangun untuk pengunjung yang tidak ingin mengelilingi ekowisata dan lebih memilih rute yang lebih dekat. Jalur darat dikembangkangkan setelah pengunjung melewati Shelter terapung pertama dari ruang pelayanan dengan memanfaatkan jalur setapak yang sudah ada sebelumnya mengikuti rute paving blok. Penataan tanaman penyusun ruang pelayanan dan ruang ekowisata dipilih durian) sebagai pengisi ruang.

KESIMPULAN

Ekowisata Mempura memiliki banyak potensi untuk dikembangkan sebagai daerah ekowisata. Potensi yang dimiliki adalah potensi fisik antara lain lokasinya yang strategis dan dekat dengan pusat kota, kondisi visual tapak yang sangat bervariasi, dan terdapat area wisata sungai yang indah. Kegiatan ekowisata juga didukung oleh minat dan partisapasi masyarakat lokal yang baik serta pengunjung yang mulai ramai.

Perencanaan lanskap ekowisata mempura ini akan menjadi model pengembangan ecotourism dalam rangka pertumbuhan hijau (green growth) dalam mewujudkan pariwisata berbasis alam di Kabupaten Siak.

DAFTAR PUSTAKA

Akil,Sjarifudiin.2002.“ImplementasiKebijakanSektoraldalamPengembanganPariwisata Berkelanjutan dari Perspektif Penataan Ruang,” Dalam web

(11)

374 Prosiding Seminar Nasional “Pelestarian Lingkungan & Mitigasi Bencana” Pekanbaru, 28 Mei 2016

http://www.kimpraswil.go.id/ditjen_ruang/Makalah/DirjenPR-pariwisata.doc [april,2012]

Badan Pusat Statistik (BPS)Kabupaten Siak dalamAngka2011 Badan Pusat Statistik (BPS)Kecamatan Mempuradalam Angka2011

Chiara, J dan L.E. Koppelman. 1997. Standar Perencanaan Tapak. Buku. Penerbit Airlangga. Jakarta. 379 p.

Damamik, J. dan H.F. Weber. 2006. Perencanaan Ekowisata: dari Teori ke Aplikasi. Buku. Pusat Studi Pariwisata UGM dan ANDI Yogyakarta. Yogyakarta. 142 p. ejournal.unri.ac.id/index.php/JKL/article/download/2400/2360

Muntasib, E.K.S. H. 2005. Pengembangan ekowisata Indonesia dalam rangka meningkatkan devisa negara dari sektor pariwisata. Prosiding Seminar Ekowisata, Pekan Ilmiah Kehutanan Nasional. Badan Eksekutif Mahasiswa, Fakultas Kehutanan, IPB. Bogor. 39 p.

Hakim, R. 2012. Komponen Perancangan Arsitektur Lansekap: Prinsip-unsur dan Aplikasi Desain. Buku. PT. Bumi Aksara. Jakarta. 384 p.

Nugroho, I. 2011. Ekowisata dan Pembangunan Berkelanjutan. Buku. Pustaka Pelajar. Yogyakarta. 362 p.

Sudiarta, M. 2006. Ekowisata Hutan Mangrove: Wahana Pelestarian Alam dan Pendidikan Lingkungan. Jurnal. Jurnal Managemen Pariwisata. Bali. 5:1—5 p.

Sunarto. 2011. Pemakaian filsafati kearifan lokal untuk adaptasi masyarakat terhadap ancaman bencana marin dan fluvial di lingkungan kepesisiran. Jurnal. Forum Geografi. 25:1-16 p.

Tuwo, A. 2011. Pengelolaan Ekowisata Pesisir dan Laut: Pendekatan Ekologi, Sosial- Ekonomi, Kelembagaan dan Sarana Wilayah. Buku. Brilian International. Surabaya. 412 p.

Zain, A.F.M. 2008. Perencanaan dan desain lanskap tapak ekowisata. Ekoturisme: Teori dan Praktek. Bogor. 1:133—167 p.

Referensi

Dokumen terkait

Dalam hal ini, Gagasan Illia Delio tentang Kristus, evolusi, dan kepegarian yang menampilkan Kristus sebagai ketidakpastian yang senantiasa muncul dalam kreativitas semesta

Seringnya nama The Future keluar menjadi juara festival band, membuat para peserta lain jadi iri dan membully mereka.. Nggak jarang juga berseliweran tudingan

Strategi dasar yang dikembangkan untuk membangun dan memberdayakan potensi sumber daya manusia khususnya aparatur pemerintah / pegawai Kabupaten Luwu Utara adalah membangun

Berbagi link melalui note dapat dilakukan oleh guru Anda, kawan-kawan Anda, maupun Anda sendiri. Apabila Anda ingin berdiskusi atau menanyakan sesuatu melalui

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis dan mengetahui apakah tingkat kepercayaan (trust) yang dipengaruhi oleh responsiveness, contact, fulfillment,

Untuk memperoleh nilai Power Issues, maka dalam penelitian ini fokus pada keamanan penggunaan sistem, dengan menggunakan variabel Perceived Power Security.. Kajian ini berfokus

Yang bertanda tangan dibawah ini saya, Cornelia Rumbewas, menyatakan bahwa skripsi dengan judul : ANALISIS PENGARUH PELATIHAN, MOTIVASI DAN DISIPLIN KERJA

Kegiatan ini dirancang untuk mengetahui permasalahan yang dihadapi oleh Pengelola Bumdes di Kecamatan Air Kumbang dan Kecamatan Muara Sugihan Kabupaten Banyuasin yang berjumlah