• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS NILAI ANAK, KUALITAS PENGASUHAN, DAN PERKEMBANGAN ANAK USIA SEKOLAH PADA KELUARGA PETANI KARET DAN PETANI SAWIT DI KABUPATEN BUNGO

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS NILAI ANAK, KUALITAS PENGASUHAN, DAN PERKEMBANGAN ANAK USIA SEKOLAH PADA KELUARGA PETANI KARET DAN PETANI SAWIT DI KABUPATEN BUNGO"

Copied!
87
0
0

Teks penuh

(1)

PETANI KARET DAN PETANI SAWIT DI KABUPATEN BUNGO

RINI HASTUTI

DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)

District. Supervised by EUIS SUNARTI and MELLY LATIFAH.

The aim of this research is to analyze values of children, parenting quality, and school-aged children’s development at rubber farmer family and palm oil farmer family in Bungo District. This research involved 80 families that were selected randomly (40 rubber farmer family and 40 palm oil family). The samples were chosen from families of rubber and palm oil farmer in study site who had school-aged children (fourth and fifth grade in elementary school). Data was collected by interview with questionnaire. Data was analyzed by descriptive, difference t-test, correlation, and regression analysis. The difference t-test showed that the palm oil farmer family had higher in parent’s education, family income, children psychology and social value, parenting quality, and child cognitive development than rubber farmer family. There were significant relationship between mother’s age, family welfare, and parent’s education to values of children. Children’s age, family welfare, family income, parent’s education, and children psychology value were significant to parenting quality. Children’s age, parent’s education, family income, psychology value of child and quality of parenting were significant to children’s development. Quality of parenting was influenced by mother’s education, family welfare, children psychology and economic value. The children’s development was influenced by parenting quality, mother’s employment, parent’s education, school’s grade, and gender.

Keywords : values of children, parenting quality, children’s development

ABSTRAK

RINI HASTUTI. Analisis nilai anak, kualitas pengasuhan, dan perkembangan anak usia sekolah pada keluarga petani karet dan petani sawit di Kabupaten Bungo. Dibimbing oleh EUIS SUNARTI dan MELLY LATIFAH.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis nilai anak, kualitas pengasuhan, dan perkembangan anak usia sekolah pada keluarga petani karet dan petani sawit di Kabupaten Bungo. Penelitian ini melibatkan 80 keluarga yang dipilih secara acak (40 petani karet dan 40 petani sawit). Contoh adalah keluarga petani karet dan sawit yang memiliki anak usia sekolah (kelas IV dan V SD). Pengambilan data dilakukan dengan teknik wawancara dengan menggunakan kuesioner. Data dianalisis dengan analisis deskriptif, uji beda T, korelasi, dan regresi. Hasil uji beda menunjukkan bahwa petani sawit lebih tinggi dalam pendidikan orang tua, pendapatan keluarga, nilai psikologi, nilai sosial anak, kualitas pengasuhan, serta perkembangan kognitif anak dibandingkan petani karet. Terdapat hubungan yang signifikan antara usia ibu, kesejahteraan keluarga, dan pendidikan orang tua dengan nilai anak. Usia anak, kesejahteraan keluarga, pendapatan keluarga, pendidikan orang tua, dan nilai psikologi anak berhubungan signifikan dengan kualitas pengasuhan. Pendidikan orang tua, usia anak, pendapatan keluarga, nilai psikologi anak, dan kualitas pengasuhan berhubungan signifikan dengan perkembangan anak. Penelitian ini juga menemukan bahwa usia ibu, pendidikan ibu, kesejahteraan keluarga, nilai psikologi, dan nilai ekonomi anak berpengaruh terhadap kualitas pengasuhan. Perkembangan anak dipengaruhi oleh kualitas pengasuhan, pekerjaan ibu, pendidikan orang tua, tingkatan kelas sekolah, dan jenis kelamin anak.

(3)

RINGKASAN

RINI HASTUTI. Analisis nilai anak, kualitas pengasuhan, dan perkembangan anak usia sekolah pada keluarga petani karet dan petani sawit di Kabupaten Bungo. Dibimbing oleh EUIS SUNARTI dan MELLY LATIFAH.

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk menganalisis nilai anak, kualitas pengasuhan, dan perkembangan anak usia sekolah pada keluarga petani karet dan petani sawit di Kabupaten Bungo. Tujuan khusus penelitian ini: (1) mengidentifikasi karakteristik keluarga dan karakteristik anak pada keluarga contoh, (2) mengidentifikasi nilai psikologi, nilai sosial, nilai ekonomi anak, dan kualitas pengasuhan serta perkembangan anak pada keluarga contoh, (3) menganalisis perbedaan nilai anak, kualitas pengasuhan, dan perkembangan anak usia sekolah pada keluarga contoh, (4) menganalisis hubungan nilai anak, kualitas pengasuhan, dan perkembangan anak usia sekolah pada keluarga contoh, (5) menganalisis pengaruh karakteristik keluarga, karakteristik anak, dan nilai anak terhadap kualitas pengasuhan pada keluarga contoh, dan (6) menganalisis pengaruh karakteristik keluarga, karakteristik anak, dan kualitas pengasuhan terhadap perkembangan anak contoh.

Penelitian ini menggunakan desain cross-sectional study. Tempat penelitian dilakukan di dua kecamatan, yaitu Kecamatan Jujuhan dan Pelepat Ilir, Kabupaten Bungo, Provinsi Jambi. Tempat penelitian dipilih secara purposive. Penelitian dilaksanakan selama tujuh bulan yang mulai dilakukan pada bulan Maret sampai September 2011. Sampel penelitian ini adalah keluarga petani karet dan petani sawit yang memiliki anak usia dasar kelas 4 dan kelas 5. Pemilihan sampel dilakukan secara acak sederhana berdasarkan data yang tersedia di sekolah yang merupakan anak kelas 4 dan 5 yang orang tuanya bekerja sebagai petani karet atau petani sawit. Total sampel berjumlah 80 keluarga, yang terdiri atas 40 keluarga petani karet dan 40 keluarga petani sawit.

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari hasil wawancara, pengukuran dan observasi dengan menggunakan kuesioner pada responden seperti ibu dan anak. Data sekunder diperoleh dari instansi pemerintah terkait untuk mendukung data primer seperti Bungo dalam Angka 2010. Data meliputi karakteristik keluarga (suku keluarga, kesejahteraan keluarga, tipe keluarga, pendidikan orang tua, pendapatan orang tua, umur, dan pekerjaan orang tua), karakteristik anak (umur anak, urutan kelahiran, jenis kelamin, dan tingkatan kelas di sekolah), persepsi orang tua tentang nilai anak (nilai psikologi, nilai sosial, dan nilai ekonomi), dan kualitas pengasuhan (HOME Inventory), serta perkembangan anak usia sekolah (perkembangan sosial dan perkembangan emosional). Data sekunder seperti nilai rapor diperoleh dari masing-masing sekolah.

Proses pengolahan data meliputi pengeditan, pengkodean, entry ke komputer, pengecekan data, dan selanjutnya dianalisis. Analisis data dilakukan secara deskriptif dan statistik inferensia yaitu uji beda T, korelasi Spearman, korelasi Pearson dan regresi linear berganda dengan menggunakan program komputer.

Nilai anak meliputi nilai psikologi, nilai sosial dan nilai ekonomi. Pada nilai psikologi, secara keseluruhan anak diharapkan dapat memberikan kebahagian bagi orang tua. Pada nilai sosial anak, orang tua mempunyai persepsi bahwa baik anak laki-laki maupun perempuan dapat meningkatkan status sosial keluarga. Sementara itu pada nilai ekonomi, orang tua menganggap bahwa mempunyai banyak anak akan menambah beban keluarga. Hasil uji beda secara umum menunjukkan terdapat perbedaan yang nyata pada nilai psikologi untuk laki-laki dan nilai sosial anak pada keluarga petani karet dan petani sawit. Sedangkan nilai ekonomi anak pada petani karet tidak berbeda nyata antara petani sawit dan petani karet.

(4)

dibandingkan keluarga petani karet. Hasil uji beda menunjukkan terdapat perbedaan yang nyata antara kualitas pengasuhan keluarga petani sawit dengan petani karet. Perbedaan tersebut terletak pada empat aspek yaitu, aspek emosi dan tanggung jawab verbal, aspek mendorong pengalaman anak dan penyediaan material, aspek ketersediaan stimulasi aktif dari orang tua, dan aspek lingkungan fisik. Keluarga petani sawit memiliki skor yang lebih tinggi pada setiap aspek kualitas pengasuhan dibandingkan petani karet.

Hasil uji beda menyatakan bahwa terdapat perbedaan perkembangan kognitif antara anak dari keluarga petani karet dengan anak keluarga petani sawit. Rata-rata skor perkembangan kognitif anak dari keluarga petani sawit lebih tinggi dibandingkan anak dari keluarga petani karet. Perkembangan emosi pada anak keluarga petani karet tidak jauh berbeda dengan anak dari keluarga petani sawit yaitu tergolong kategori rendah dan sedang. walaupun demikian skor perkembangan emosi anak petani sawit lebih tinggi dibandingkan petani karet. Hasil uji beda menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang nyata antara perkembangan emosi anak pada keluarga petani karet dan petani sawit. Begitu pula dengan perkembangan sosial anak, perkembangan sosial anak pada keluarga petani karet lebih rendah dibandingkan dengan perkembangan sosial anak pada keluarga petani sawit. Hasil uji beda menyatakan bahwa tidak terdapat perbedaan yang nyata antara perkembangan sosial anak pada petani karet dan petani sawit.

Hasil uji korelasi menunjukkan bahwa ada hubungan antara pendapatan keluarga dan pendidikan orang tua dengan nilai psikologi. Umur ibu dan pendidikan ibu dengan nilai ekonomi. Umur anak, pendapatan keluarga, dan pendidikan orang tua dengan kualitas pengasuhan. Pendidikan orang tua, nilai psikologi anak, dan kualitas pengasuhan dengan perkembangan kognitif. Umur anak, pendidikan orang tua, pendapatan keluarga, dan nilai anak, serta kualitas pengasuhan dengan perkembangan emosi. Hasil uji regresi linier menunjukkan bahwa pendidikan ibu (β=0,323 α=0,014), kesejahteraan keluarga (β=0,293, α=0,002), dan nilai psikologi anak (β=0,387, α=0,000), serta nilai ekonomi anak (β=-0,204, α=0,042) mempengaruhi kualitas pengasuhan. Kualitas pengasuhan, pekerjaan ibu, jenis kelamin anak, dan pendidikan orang tua juga mempengaruhi perkembangan anak.

Tingkat pendidikan orang tua akan berpengaruh pada nilai anak, kualitas pengasuhan, dan perkembangan kognitif serta perkembangan emosi anak. Keluarga dengan orang tua pendidikan tinggi akan memiliki kualitas pengasuhan, dan perkembangan kognitif serta perkembangan emosi anak yang tinggi pula. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, maka upaya yang harus dilakukan adalah: 1. Pemerintah dan

stake holder yang terkait seharusnya lebih meningkatkan program wajib belajar 9 tahun,

2. Pemerintah dan LSM sebaiknya melakukan upaya meningkatkan pengetahuan orang tua terkait pengasuhan dan perkembangan anak melalui media massa, program penyuluhan, dan pelatihan, dan 3. Anak perempuan memiliki perkembangan sosial dan emosional yang lebih baik dibandingkan anak laki-laki. Untuk itu, disarankan bagi orang tua untuk lebih memperhatikan perkembangan sosial dan emosional anak laki-laki. Kata kunci: nilai anak, kualitas pengasuhan, dan perkembangan anak

(5)

RINI HASTUTI

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains

pada Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen

DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(6)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi Analisis Nilai Anak, Kualitas Pengasuhan, dan Perkembangan Anak Usia Sekolah pada Keluarga Petani Karet dan Petani Sawit di Kabupaten Bungo adalah karya saya dengan arahan dari dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, September 2011

Rini Hastuti

(7)

© Hak Cipta milik IPB, tahun 2011 Hak Cipta dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB

Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

(8)

Judul Skripsi : Analisis Nilai Anak, Kualitas Pengasuhan, dan Perkembangan Anak Usia Sekolah pada Keluarga Petani Karet dan Petani Sawit di Kabupaten Bungo

Nama : Rini Hastuti NIM : I24070048

Disetujui,

Dr. Ir. Euis Sunarti, M.Si Pembimbing I

Ir. Melly Latifah, M.Si Pembimbing II

Diketahui,

Dr. Ir. Hartoyo, M.Sc

Ketua Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen

(9)

memberikan rahmat dan karuniaNya sehingga pada bulan September 2011, penulis mampu menyelesaikan skripsi dengan judul Analisis Nilai Anak, Kualitas Pengasuhan, dan Perkembangan Anak Usia Sekolah pada Keluarga Petani Karet dan Petani Sawit di Kabupaten Bungo. Skripsi ini tidak akan dapat diselesaikan tanpa bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu ucapan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya penulis sampaikan kepada:

1. Ibu Dr. Ir. Euis Sunarti, M.Si dan Ibu Ir. Melly Latifah, M.Si selaku dosen pembimbing skripsi yang dengan kesabarannya telah memberikan arahan dan bimbingan kepada penulis sejak penulisan proposal hingga selesainya skripsi ini.

2. Dr. Ir. Hartoyo, M.Sc selaku dosen penguji atas saran dan masukan untuk penyempurnaan skripsi ini, serta Bapak Ir. M.D Djmalludin, M.Si selaku dosen pembimbing akademik bimbingannya selama penulis belajar di Ilmu Keluarga dan Konsumen.

3. Gubernur Provinsi Jambi, Pemerintah Daerah Provinsi Jambi, dan Dinas Pendidikan Provinsi Jambi atas kesempatan yang diberikan kepada penulis sebagai penerima Beasiswa Utusan Daerah (BUD) Jambi di Institut Pertanian Bogor, serta institusi-institusi Pemerintah Kabupaten Bungo yang telah mendukung penelitian ini berlangsung.

4. Ayah, ibu, abang dan adik-adik atas segala dukungan semangat dan do’a yang tiada hentinya untuk penulis sehingga skripsi ini dapat selesai dengan baik, serta Riki Rahim yang selalu memberikan motivasi besar dan membantu peneliti dalam kegiatan pengambilan data.

5. Elmanora, Rindy Revlisia, Putri Dwi M, Fatma Sari, Mustika Dewanggi, Fitri Sari, Ine Rahmatin, Lia Nurjannah, Restystika, serta seluruh sahabat dan saudaraku di HIMAJA dan HIMBOJA, IKK Angkatan 44, Kostan Maharlika Atas, atas motivasi, kebersamaan, dan pengalaman yang tidak terlupakan.

Semoga Allah membalas semua kebaikan yang telah diberikan dengan berlipat ganda dan diberikan kelancaran dalam setiap kegiatannya. Penulis menyadari bahwa masih banyak terdapat kekurangan, namun demikian semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembacanya.

Bogor, September 2011

(10)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL ……….ix

DAFTAR GAMBAR ………...x DAFTAR LAMPIRAN ………...x PENDAHULUAN ………..1 Latar Belakang ………..2 Perumusan Masalah ………..5 Tujuan Penelitian ………..5 Manfaat Penelitian ………7 TINJAUAN PUSTAKA ……….7 Keluarga ………7 Nilai Anak ……….9 Kualitas Pengasuhan……….10 Perkembangan Anak ...……….13 KERANGKA PEMIKIRAN ...………..15 METODE PENELITIAN ...………...15

Desain, Lokasi, dan Waktu Penelitian ...………..15

Teknik dan Cara Pengambilan Contoh ...……….16

Jenis dan Cara Pengumpulan Data ...………...17

Pengolahan dan Analisis Data ...………..22

Definisi Operasional ...……….25

HASIL DAN PEMBAHASAN ...………..25

Gambaran Umum Lokasi Penelitian ...……….25

Karakteristik Contoh ...……….35

Nilai Anak ...……….43

Kualitas Pengasuhan ...……….47

Perkembangan Anak ...……….55

Pembahasan ..………...65

SIMPULAN DAN SARAN ..………....65

Simpulan ..………65

Saran ..………..66

DAFTAR PUSTAKA ..………...69

(11)

1 Variabel, skala data dan kategori pengelompokkan……… 17

2 Sebaran jumlah penduduk menurut lokasi penelitian………. 26

3 Sebaran contoh berdasarkan tipe keluarga……….. 27

4 Sebaran contoh berdasarkan suku keluarga.………... 27

5 Sebaran tahapan keluarga sejahtera menurut lokasi penelitian……... 28

6 Sebaran contoh menurut tingkat kesejahteraan keluarga berdasarkan IKS BKKBN 2005……….. 28

7 Sebaran contoh berdasarkan umur ayah dan ibu………. 30

8 Sebaran contoh berdasarkan pendidikan ayah dan ibu………... 30

9 Sebaran contoh berdasarkan pekerjaan suami………. 31

10 Sebaran contoh berdasarkan status pekerjaan istri……….. 32

11 Sebaran contoh berdasarkan total pendapatan keluarga per bulan….. 32

12 Sebaran contoh berdasarkan jenis kelamin...……….. 33

13 Sebaran contoh berdasarkan tingkatan kelas di sekolah………. 33

14 Sebaran contoh berdasarkan umur anak……….………. 34

15 Sebaran contoh berdasarkan urutan kelahiran………. 34

16 Sebaran rataan contoh menurut nilai psikologi anak (umum)...……. 35

17 Sebaran rataan contoh menurut nilai psikologi anak berdasarkan gender……….. 36

18 Sebaran rataan contoh menurut nilai psikologi sosial (umum) …….. 37

19 Sebaran rataan contoh menurut nilai psikologi sosial berdasarkan gender……….. 38

20 Sebaran rataan contoh menurut nilai psikologi ekonomi (umum)..… 40

21 Sebaran rataan contoh menurut nilai psikologi ekonomi berdasarkan gender……….. 41

22 Sebaran hasil uji korelasi spearman antara karakteristik keluarga dengan nilai anak………. 41

23 Sebaran contoh berdasarkan item HOME Inventory………... 43

24 Sebaran contoh berdasarkan kualitas pengasuhan ……… 44

25 Sebaran hasil uji korelasi antara karakteristik keluarga, karakteristik anak, dan nilai anak dengan kualitas pengasuhan ……….. 44

26 Sebaran kualitas pengasuhan contoh berdasarkan usia anak……….. 45

27 Sebaran hasil uji korelasi antara HOME Inventory dengan umur anak………. 45

28 Sebaran hasil uji regresi faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas pengasuhan……….. 46

29 Sebaran contoh berdasarkan perkembangan kognitif………. 48

30 Sebaran hasil uji korelasi antara karakteristik keluarga, karakteristik anak, nilai anak, dan kualitas pengasuhan dengan perkembangan kognitif anak……… 49

(12)

31 Sebaran hasil uji regresi karakteristik keluarga, karakteristik anak,

dan kualitas pengasuhan terhadap perkembangan kognitif…………. 49 32 Sebaran rataan contoh berdasarkan dimensi perkembangan

emosi………... 50 33 Sebaran contoh berdasarkan perkembangan emosi ……… 51 34 Sebaran hasil uji korelasi antara karakteristik keluarga, karakteristik

anak, nilai anak, dan kualitas pengasuhan dengan perkembangan

emosi anak………... 52 35 Sebaran hasil uji regresi karakteristik keluarga, karakteristik anak,

dan kualitas pengasuhan terhadap perkembangan emosi

anak………... 53 36 Sebaran contoh berdasarkan perkembangan sosial Vineland Sosial

Maturity Scale………. 54

37 Sebaran hasil uji korelasi antara karakteristik keluarga, karakteristik anak, nilai anak, dan kualitas pengasuhan dengan perkembangan

sosial anak………... 54 38 Sebaran hasil uji regresi karakteristik keluarga, karakteristik anak,

dan kualitas pengasuhan terhadap perkembangan sosial

anak………... 55

DAFTAR GAMBAR

Halaman 1 Hubungan nilai anak, kualitas pengasuhan dan perkembangan anak

usia sekolah pada keluarga petani karet dan petani sawit di

Kabupaten Bungo………... 14 2 Alur penentuan lokasi dan contoh penelitian……….. 16

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman 1 Kriteria keluarga sejahtera BKKBN………... 73 2 Hasil Uji Beda Karakteristik Contoh……….. 74 3 Hasil Uji Beda Nilai anak, Kualitas pengasuhan, dan tumbuh

kembang anak contoh……….. 75 4 Koefisien korelasi antara karakteristik contoh dengan nilai anak,

(13)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kemiskinan di Indonesia masih merupakan masalah yang belum teratasi. Jumlah penduduk miskin di Indonesia pada Tahun 2010 adalah 31 juta jiwa atau sebesar 13 persen (BPS 2010). Penduduk miskin ini lebih banyak hidup di perdesaan dibandingkan di perkotaan. Penduduk miskin di Provinsi Jambi yang tinggal di perdesaan berjumlah 130.800 jiwa atau 11,80 persen, sedangkan di perkotaan berjumlah 110.800 jiwa atau 6,67 persen (BPS 2010). Penduduk miskin ini sebagian besar bekerja sebagai petani. Petani karet dan petani sawit merupakan petani yang banyak bermukim di Kabupaten Bungo, Provinsi Jambi.

Data Dinas Perkebunan Kabupaten Bungo (2010) menunjukkan 47.61 persen dari jumlah penduduk Kabupaten Bungo menggantungkan hidupnya pada sektor perkebunan yaitu budidaya tanaman karet dan sawit. Harga karet saat ini naik mencapai Rp24.100,00/kg dan harga sawit turun menjadi Rp1.339,58/kg (Disbun 2010). Harga karet yang tinggi tidak memberikan jaminan kesejahteraan pada petani. Hal ini disebabkan oleh fluktuasi dan permainan harga dari pedagang sehingga petani karet tidak pernah keluar dari masalah kemiskinan. Sementara itu, walaupun harga sawit murah namun dengan jumlah produksi yang besar dan harga yang relatif stabil membuat kesejahteraan petani sawit lebih baik dibandingkan petani karet. Berdasarkan tahapan keluarga sejahtera menurut BKKBN (2009), hampir separuh keluarga di Kecamatan Jujuhan dan Kecamatan Pelepat Ilir, Kabupaten Bungo memiliki tingkat kesejahteraan yang tergolong miskin (Pra KS dan KS1).

Petani karet dan petani sawit sebagai institusi terkecil dalam masyarakat yang dinamakan keluarga, juga mempunyai tanggung jawab yang untuk mendidik dan mengasuh anak menjadi individu yang berkualitas. Masalah kemiskinan akan mempengaruhi keluarga dalam menjalankan tanggung jawabnya. Kemiskinan menyebabkan keluarga kurang memperhatikan perkembangan anak. Keluarga yang miskin akan cenderung menerapkan pengasuhan yang negatif dan kurang efektif (Papalia et al. 2009). Apabila keluarga menerapkan gaya pengasuhan yang kurang efektif maka kemungkinan terjadinya ketidak-optimalan perkembangan anak tinggi.

(14)

Masalah kemiskinan akan menurunkan kemampuan keluarga untuk melakukan investasi terhadap anak. Ketidakmampuan keluarga miskin dalam investasi terhadap anak pada akhirnya akan memperburuk kesejahteraan keluarga dan anak di masa depan. Kemiskinan akan berpengaruh terhadap perkembangan kognitif dan sosial emosi anak secara tidak langsung (Aber et al. 1997). Anak yang berasal dari keluarga miskin kemungkinan mengalami hambatan perkembangan lebih besar dibandingkan dengan anak yang hidup pada keluarga tidak miskin karena ketersediaan waktu dan finansial yang terbatas untuk memfasilitasi perkembangan anak (Hartoyo 1998).

Perkembangan anak yang baik ditunjang oleh pola pengasuhan yang baik pula. Cara keluarga menerapkan pengasuhan dipengaruhi oleh suku dan pengalaman terdahulu yang diterima dari orang tua serta presepsi orang tua terhadap nilai anak. Petani sawit merupakan penduduk yang didominasi oleh Suku Jawa akan menerapkan pengasuhan yang lebih baik dibandingkan petani karet yang mayoritas Suku Melayu Jambi. Etnik yang berbeda akan menerapkan praktek pengasuhan yang berbeda pula yang akhirnya akan berpengaruh terhadap perkembangan anak (Javo et al. 2004).

Pengasuhan juga di pengaruhi oleh persepsi orang tua tentang nilai anak. Nilai anak merupakan harapan orang tua terhadap anak di masa yang akan datang sesuai dengan potensi yang dimilki anak yang terdiri atas nilai psikologi, nilai ekonomi, dan nilai sosial anak (Hoffman 1973, diacu dalam Santrock 2007). Cara pengasuhan yang diterapkan orang tua secara tidak sadar menjadi faktor pembentuk indentitas gender pada anak. Orang tua yang cenderung setuju dengan konsep kesetaraan gender akan menerapkan konsep ini terhadap anak dan keluarganya (Fakih 1996).

Pengasuhan merupakan sejumlah kemampuan interpersonal dan mempunyai tuntutan emosional yang sangat besar, namun sangat sedikit pendidikan mengenai tugas ini, sebagian besar orang tua terutama yang tinggal di desa hanya memperoleh praktek pengasuhan dari orang tua mereka sendiri (Santrock 2007). Ada praktek pengasuhan yang baik dari pengalaman mereka namun tidak sedikit yang orang tua meneruskan praktek pengasuhan yang buruk pada anaknya. Pada prakteknya terjadi penurunan interaksi orang tua-anak yang terjadi pada masa

(15)

anak usia sekolah dan hal ini mungkin lebih meluas terjadi dalam keluarga dengan sedikit pendidikan pengasuhan (Hill & Stafford, diacu dalam Santrock 2007).

Pengetahuan tentang pengasuhan pada keluarga petani karet dan petani sawit berbeda sesuai dengan karakteristik sosial ekonomi masing-masing. Perbedaan ini akan menyebabkan perbedaan pengasuhan dan akhirnya berdampak pada perkembangan anak. Berdasarkan masalah tersebut penelitian ini menjadi penting agar dapat menjelaskan kondisi nilai anak, kualitas pengasuhan, dan perkembangan anak usia sekolah pada keluarga petani karet dan petani sawit serta faktor-faktor yang mempengaruhinya.

Perumusan Masalah

Salah satu modal dasar pembangunan nasional adalah terletak pada kualitas sumberdaya manusianya. Indonesia memiliki kekayaan sumberdaya alam, baik di darat maupun di laut dan juga kaya akan sumberdaya manusia jika dilihat dari jumlah penduduknya. Berdasarkan tingkat kemakmuran, Negara Indonesia masih berada dibawah tingkat kemakmuran negara-negara tetangga yang miskin akan sumberdaya alam dan masih kekurangan sumberdaya manusia.

Kemiskinan merupakan salah satu indikator dalam melihat Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Kabupaten Bungo memiliki Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang cukup rendah dibandingkan dengan kabupaten lain di Provinsi Jambi. Pada Tahun 2009 IPM Kabupaten Bungo yaitu 71,34 dan merupakan urutan tiga terendah dari 11 kabupaten yang ada di Provinsi Jambi serta urutan 217 di tingkat nasional (BPS Kabupaten Bungo 2009). Padahal dengan sumberdaya yang melimpah Kabupaten Bungo seharusnya memiliki sumberdaya manusia yang berkualitas agar mampu mengelola sumberdaya alam yang dimilikinya dengan baik.

Sebagai sumberdaya yang berharga dan tahan lama, anak merupakan harapan orang tua agar mendapatkan kebahagiaan di masa depan. Secara alami anak memiliki nilai psikis dan materi sehingga orang tua menganggap anak merupakan nilai investasi di masa depan yang paling efisien. Investasi pada anak diwujudkan dengan pengasuhan yang baik, perawatan, sekolah dan pemenuhan kebutuhan makan anak yang baik (Becker & Murphy 1995). Namun pada

(16)

kenyataannya, dalam kondisi yang serba kekurangan orang tua tidak mampu menyekolahkan anak karena faktor kemiskinan dan masih rendahnya tingkat kesadaran dan motivasi orang tua untuk terlibat dalam penyelenggaraan pendidikan anak. Banyak orang tua terutama dari kalangan petani yang berpendapat bahwa sekolah tidaklah penting, sebaliknya hal yang lebih penting adalah anak bisa mencari uang dengan membantu ayahnya dikebun untuk memenuhi kebutuhan keluarga.

Kemiskinan merupakan penyebab stress yang cukup besar bagi seorang anak dan keluarga mereka. Anak yang berasal dari keluarga miskin lebih mungkin mengalami kejadian yang mengancam dan tidak bisa di kontrol (Papalia, Olds & Feldman 2009). Menurut Brooks-Gun, Leventhal, & Duncan (2000), diacu dalam Papalia, Olds & Feldman (2009) tempat tinggal yang tidak memadai, lingkungan tempat tinggal yang berbahaya, tugas-tugas tambahan yang memberatkan, dan juga kepastian ekonomi merupakan stressor yang sangat berpengaruh dalam kehidupan kaum miskin.

Kualitas lingkungan pengasuhan menjadi tidak maksimal ketika partisipasi orang tua dalam mendorong perkembangan anak sangat minim. Terbatasnya waktu dalam interaksi keluarga dan persediaan material yang minim ditambah tekanan ekonomi saat ini yang membuat tidak sedikit orang tua lebih mementingkan bekerja daripada meluangkan waktunya untuk anak. Cara keluarga menerapkan pengasuhan dalam keluarga juga dipengaruhi oleh suku dan pengalaman yang diterima dari orang tua dan persepsi orang tua tentang nilai anak.

Suku Jawa menerapkan pengasuhan yang lebih hangat dan memiliki iklim emosional yang baik terhadap anak (Zeitlin et al. 1995). Selain itu, pengalaman orang tua di masa lalu akan mempengaruhi pola pengasuhannya di masa saat ini. Bila pengasuhan orang tua yang diterimanya pada masa lalu adalah baik maka baik pula pengasuhan yang diterapkannya sehingga tumbuh kembang anak berlangsung secara optimal namun apabila pengasuhan yang diterimanya terdahulu kurang baik maka anak tidak akan tercipta generasi penerus yang berkualitas sehingga kemiskinan strtuktural tidak dapat di hentikan.

(17)

Berdasarkan uraian tersebut, ada beberapa permasalahan yang akan dianalisis dalam penelitian ini, yaitu:

1. Bagaimana karakteristik keluarga dan karakteristik anak contoh?

2. Bagaimana nilai psikologi, nilai sosial, nilai ekonomi anak, dan kualitas pengasuhan serta perkembangan anak usia sekolah pada keluarga contoh? 3. Bagaimana perbedaan nilai anak, kualitas pengasuhan, dan perkembangan

anak usia sekolah pada keluarga contoh?

4. Bagaimana hubungan nilai anak, kualitas pengasuhan, dan perkembangan anak usia sekolah pada keluarga contoh?

5. Bagaimana pengaruh karakteristik keluarga, karakteristik anak, dan nilai anak terhadap kualitas pengasuhan pada keluarga contoh?

6. Bagaimana pengaruh karakteristik keluarga, karakteristik anak, dan kualitas pengasuhan terhadap perkembangan anak contoh?

Tujuan Penelitian

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk menganalisis nilai anak, kualitas pengasuhan, dan perkembangan anak usia sekolah pada keluarga petani karet dan petani sawit di Kabupaten Bungo.

Tujuan Khusus :

1. Mengidentifikasi karakteristik sosial ekonomi keluarga dan karakteristik anak contoh.

2. Mengidentifikasi nilai psikologi, nilai sosial, nilai ekonomi anak, dan kualitas pengasuhan serta perkembangan anak usia sekolah pada keluarga contoh. 3. Menganalisis perbedaan nilai anak, kualitas pengasuhan, dan perkembangan

anak usia sekolah pada keluarga contoh.

4. Menganalisis hubungan nilai anak, kualitas pengasuhan, dan perkembangan anak usia sekolah pada keluarga contoh.

5. Menganalisis pengaruh karakteristik keluarga, karakteristik anak, dan nilai anak terhadap kualitas pengasuhan pada keluarga contoh.

6. Menganalisis pengaruh karakteristik keluarga, karakteristik anak, dan kualitas pengasuhan terhadap perkembangan anak contoh.

(18)

Manfaat Penelitian 1. Peneliti

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk mengasah kemampuan dalam pengembangan pengetahuan dan wawasan peneliti.

2. Institusi

Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya literatur, dan dapat dijadikan sebagai referensi untuk penelitian selanjutnya.

3. Pemerintah

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan informasi kepada pemerintah Kabupaten Bungo khususnya mengenai nilai anak, kualitas pengasuhan dan perkembangan anak usia sekolah pada keluarga petani karet dan petani sawit. Sehingga dapat menjadi salah satu bahan pertimbangan bagi para penentu kebijakan khususnya pemerintah Kabupaten Bungo yang berkaitan dengan peningkatan kualitas sumberdaya manusia.

(19)

TINJAUAN PUSTAKA

Keluarga

Keluarga merupakan tempat pertama dan utama dimana seorang anak dididik dan dibesarkan. Berdasarkan Undang-undang nomor 52 tahun 2009, keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari suami istri, atau suami, istri dan anaknya, atau ayah dan anaknya, atau ibu dan anaknya. Megawangi (2007) menyatakan bahwa keluarga dimiliki sebagai wahana untuk mendidik, mengasuh, dan sosialisasi anak, serta mengembangkan kemampuan seluruh anggotanya agar dapat menjalankan fungsinya dengan baik dalam masyarakat.

Pasal 2 Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 1994 menjelaskan bahwa ada delapan fungsi keluarga yaitu keagamaan, sosial budaya, cinta kasih, melindungi, sosialisasi dan pendidikan, reproduksi, ekonomi, dan pembinaan lingkungan. Pengasuhan merupakan salah satu bentuk keluarga untuk memenuhi tanggung jawab pemeliharaan terhadap anaknya. Menurut Berns (1997), keluarga memiliki fungsi ekonomi, sosialisasi/pendidikan, peran sosial, dan reproduksi.

Nilai Anak

Nilai adalah sesuatu yang dipercaya oleh seseorang maupun masyarakat yang berlaku secara umum (Berry et al. 1999). Nilai anak merupakan fungsi anak dalam melayani atau mememenuhi kebutuhan orang tua (Hoffman & Hoffman 1973) diacu dalam (Trommsdorff & Nauck 2005). Anak merupakan sumberdaya yang utama dan berharga, anak merupakan representasi orang tua di masa depan. Secara alami orang tua mengangap anak merupakan nilai investasi yang paling efisien pada masa yang akan datang yang meliputi nilai psikologis dan nilai materi. Investasi yang ditanamkan orang tua pada anak diwujudkan dalam proses pengasuhan yang baik, perawatan, pendidikan di sekolah, dan pemenuhan gizi seimbang yang terdapat dalam menu makanan sehari-hari demi perkembangan anak yang maksimal (Becker & Murphy 1995).

Menurut Hoffman dan Hoffman (1973), diacu dalam Santrock (2007), nilai anak adalah harapan orang tua terhadap anak yang terdiri dari nilai psikologi (anak sebagai sumber kepuasan), nilai sosial (anak sebagai pencegah perceraian

(20)

dan meningkatkan status sosial keluarga), dan anak sebagai nilai ekonomi yaitu sebagai investasi jangka panjang untuk meningkatkan ekonomi keluarga dimasa yang akan datang. Presepsi dan harapan orang tua pada anak berbeda di berbagai budaya. Persepsi orang tua terhadap nilai anak mempengaruhi pola asuh dalam keluarga (Myers 1992).

Hasil penelitian Hartoyo (1998) juga mengungkapkan bahwa lebih dari separuh keluarga contoh menyetujui bahwa anak sebagai nilai psikologi antara lain memperkuat ikatan perkawinan, dan merupakan suatu tujuan utama yaitu memberikan hiburan dan kebahagiaan, anak juga dapat menjamin ketenangan orang tua dimasa tuanya. Hal senada juga disampaikan Sunarti (2008) yaitu pada dimensi emosi anak dipandang dapat membuat hidup terasa lengkap dan memberikan kebahagiaan pada orang tua, pada dimensi sosial anak diyakini dapat menggantikan peran orang tua dalam masyarakat dan dapat meningkatkan status sosial orang tua, pada dimensi ekonomi diyakini bahwa anak dapat memberikan bantuan ekonomi dihari tua dan membantu adik-adiknya sekolah ketika anak sudah dewasa dan bekerja bahkan sejak kecil anak diharapakan dapat meringankan beban pekerjaan orang tua, baik di rumah ataupun di tempat kerja.

Orang tua mengharapkan anaknya untuk belajar mengenai nilai-nilai yang lebih kompleks sebagai bekal hidup sebelum memasuki lingkungan yang lebih luas jika dibandingkan dengan keluarga. Harapan-harapan orang tua tersebut yang memberikan motivasi kepada anak untuk belajar berperilaku sesuai dengan norma-norma yang berlaku dalam masyarakat (Hurlock 1991). Namun terkadang potensi yang dimiliki oleh anak tidak sesuai dengan harapan orang tua, hal ini akan mempengaruhi pengasuhan terhadap anak. Orang tua harus menetapkan harapan-harapan yang realistis sesuai dengan kemampuan yang dimiliki oleh anaknya sehingga memperoleh kesempatan yang sama untuk meraih kesuksesan dalam hidupnya dan dengan demikian mendorong anak untuk membentuk konsep diri yang baik (Hurlock 1991).

Hasil penelitian Hernawati (2002) menemukan bahwa orang tua tidak membedakan jenis kelamin anak dalam memberikan penilaian terhadap anak, baik nilai psikologi, nilai sosial, nilai ekonomi, dan nilai religius. Sebagian besar

(21)

contoh dalam penelitian tersebut memiliki nilai yang sama baik terhadap anak laki-laki maupun anak perempuan.

Kualitas Pengasuhan Anak

Pengasuhan adalah segala perlakuan yang diberikan orang tua kepada anaknya sehingga anak menjadi orang yang bertanggung jawab, memiliki nilai-nilai yang baik dan menjadi bagian dari masyarkat yang berbudi pekerti yang berlangsung sejak masa prenatal hingga dewasa. Caplan dan Caplan (1983) menyatakan bahwa peran pengasuhan tidak diperoleh secara otomatis namun melalui proses yang dipelajari sepanjang waktu meliputi pengetahuan, pengalaman dan keahlian.

Proses pengasuhan dipengaruhi oleh interaksi ibu dan anak secara timbal balik dan stimulasi psikososial. Interaksi ibu dan anak adalah salah satu lingkungan pengasuhan anak yang merupakan faktor eksternal dan yang paling berpengaruh terhadap perkembangan anak (Satoto 1990). Interaksi tersebut dilakukan secara timbal balik, interaksi yang terjadi dalam pengasuhan yaitu interkasi antara ibu dan anak, ayah dan anggota keluarga lainnya. Hubungan yang harmonis dalam keluarga dapat menumbuhkan suasana yang kondusif dan akan mempengaruhi kualitas pengasuhan (Hurlock 1991).

Lingkungan keluarga merupakan suatu bentuk stimulasi psikososial yang merupakan tempat pertama dan utama dalam menstimulasi tumbuh kembang anak (Soetjiningsih 1995). Berdasarkan aspek lingkungan keluarga yang dibutuhkan anak, Cadwell dan Bradley (1984) mengembangkan HOME (Home Observation

for the Measurement of the Environment) untuk anak bayi dan batita (bawah tiga

tahun), anak 3-6 tahun, dan anak usia sekolah dasar. Aspek HOME untuk anak sekolah dasar meliputi: emosi dan tanggung jawab verbal, dorongan untuk kematangan anak, suasana emosi, mendorong pengalaman anak dan penyediaan material, ketersediaan stimulasi aktif, partisipasi keluarga dalam pengalaman yang penuh stimulasi, keterlibatan ayah, dan aspek lingkungan fisik.

Hasil penelitian longitudinal dan komrehensif dari National Institute of

Child Health and Human Development (NICHD) tahun 2001, 2002, 2003, dan

(22)

berdasarkan beberapa karakteristik, jumlah anggota keluarga, rasio anak dan orang tua dewasa, lingkungan fisik, karakteristik pengasuh (seperti pendidikan, pelatihan, dan pengalaman pengasuhan) dan juga perilaku pengasuh (seperti sensitifitas terhadap anak-anak). Dari penelitian tersebut ditemukan bahwa anak dari keluarga dengan penghasilan rendah mendapatkan pengasuhan dengan kualitas yang lebih rendah dibandingkan dengan anak dari keluarga berpengahasilan tinggi. Ketika kualitas pengasuhan tinggi, anak akan lebih baik dalam tugas kognitif dan bahasa, lebih kooperatif terhadap ibu ketika bermain, menunjukkan interaksi yang positif dan terlatih dengan teman sebaya, dan memiliki masalah perilaku yang lebih sedikit.

Perkembangan Anak

Anak Usia Sekolah

Perkembangan diartikan sebagai serangkaian perubahan progresif yang terjadi akibat dari proses kematangan dan pengalaman, perkembangan berlangsung secara berkesinambungan dalam diri individu mulai dari lahir hingga meninggal (Hurlock 1991). Perubahan dan stabilitas muncul kedalam beberapa dimensi perkembangan, seperti perkembangan kognitif dan perkembangan sosial dan perkembangan emosional anak.

Perkembangan sosial anak pada usia sekolah (6-12 tahun) ditandai dengan hubungan yang luas dengan teman sebayanya. Selain keluarga anak juga membentuk ikatan baru dengan teman sebaya (peer group) atau teman sekelasnya, sehingga ruang gerak hubungan sosialnya menjadi lebih luas. (Papalia, Olds & Feldman 2009). Teori perkembangan psikososial Erik Erikson menempatkan anak usia sekolah pada tahap industri versus perasaan rendah diri (industry versus

inferiority). Pada tahapan ini, imajinasi dan antusias anak meningkat. Anak

mengarahkan energinya untuk menguasai pengetahuan dan keterampilan intelektual. Hal yang membahayakan dalam tahapan ini adalah perasaan tidak kompeten dan tidak produktif pada anak (Santrock 2007).

Vineland Sosial Maturity Scale (Doll 1953) dapat digunakan untuk

mengukur perkembangan sosial anak usia sekolah. Aspek yang diukur pada instrumen sosial ini mencakup kemandirian umum, kemandirian dalam makan,

(23)

minum, berpakaian, kemandirian dalam mengatur diri, pekerjaan, komunikasi, kemandirian bergerak serta kemandirian dalam bergaul.

Anak usia sekolah adalah anak yang berada periode aktif dalam pembentukan kepribadian dan perkembangan sosial (Turner & Helms 1991). Anak usia sekolah dalam teori kognitif Piaget termasuk pada tahapan operasional konkret (concrete operations). Anak bisa menggunakan berbagai operasi mental seperti penalaran, memecahkan masalah-masalah konret (nyata). Anak-anak usia ini dapat berfikir logis karena anak tidak terlalu egosentris dari usia sebelumnya dan dapat mempertimbangkan banyak aspek dari berbagai macam situasi (Papalia, Olds & Feldman 2009).

Perkembangan emosional anak usia sekolah telah dapat menginternalisasikan rasa malu dan bangga serta dapat memahami secara lebih baik dan mengatur emosi negatif sehingga empati dan perilaku sosial meningkat. Selain dengan lingkungan rumah, kelompok teman sebaya menjadi lebih penting pada anak usia sekolah, kelompok teman sebaya umumnya terdiri dari persamaan usia, jenis kelamin, suku bangsa, dan status sosial ekonomi serta kedekatan tempat tinggal dan sering berangkat ke sekolah bersama. Kelompok sebaya membantu anak mengembangkan keterampilan sosialnya, hal ini dapat membantu mengembangkan konsep diri dan indentitas gender (Papalia, Olds & Feldman 2009).

Menurut Mayer & Salovey (1997), diacu dalam Mayer, Caruso, dan Salovey (2000) kecerdasan emosi adalah kemampuan individu untuk mengenali, menggunakan dan mengekspresikan emosi; kemampuan individu untuk mengikutsertakan emosi sehingga memudahkan ia dalam melakukan proses berpikir; kemampuan individu untuk memahami emosi dan pengetahuan mengenai emosi; serta kemampuan individu dalam meregulasi emosi untuk mengembangkan emosi dan menampilkan tingkah laku yang sesuai dengan tuntutan lingkungan. Berdasarkan definisi tersebut emotional intelligence dibagi kedalam empat dimensi, yaitu: Persepsi Emosi, Integrasi Emosi, Pemahaman Emosi dan Pengaturan Emosi, Berdasarkan Meyer dan Salovey (1997), Goleman (2007) menempatkan kecerdasan emosional ke dalam lima dimensi utama yaitu:

(24)

Kemampuan mengenali emosi diri, mengelola emosi, memotivasi diri, mengenali emosi orang lain (empati) dan kemampuan membina hubungan sosial.

Setiap tahap perkembangan memiliki tugas yang harus dilakukan. Menurut Havighurst (1976), diacu dalam Hurlock (1991), tugas-tugas perkembangan yang harus diselesaikan individu pada masa kanak-kanak (6-12 tahun), yaitu (1) mempelajari keterampilan fisik yang diperlukan untuk permainan-permainan yang umum, (2) membangun sikap yang sehat mengenai diri sendiri sebagai makhluk yang sedang tumbuh, (3) belajar menyesuaikan diri dengan teman-teman seusianya, (4) mulai mengembangkan peran sosial pria atau wanita yang tepat, mengembangkan keterampilan-keterampilan dasar untuk membaca, menulis, dan berhitung, (5) mengembangkan pengertian-pengertian yang yang diperlukan untuk kehidupan sehari-hari, (6) mengembangkan hati nurani, pengertian moral, dan tata nilai, (7) mengembangkan sikap terhadap kelompok-kelompok sosial dan lembaga-lembaga, dan (8) mencapai kebebasan pribadi.

(25)

KERANGKA PEMIKIRAN

Terdapat beberapa faktor dalam upaya meningkatkan kualitas sumberdaya manusia, salah satunya yaitu meningkatkan kualitas perkembangan anak. Konsep perkembangan merupakan proses yang berlangsung sepanjang kehidupan manusia dan dapat dikaji secara ilmiah. Para ilmuwan membagi ranah perkembangan menjadi perkembangan fisik, perkembangan kognitif, dan perkembangan psikososial (Papalia & Olds 2009). Pada penelitian sebelumnya kualitas pengasuhan dalam keluarga menentukan baik tidaknya kualitas perkembangan anak.

Karakteristik keluarga terdiri dari atas kesejahteraan keluarga, suku keluarga, tipe keluarga, pendapatan keluarga, pendidikan orang tua, umur orang tua, dan pekerjaan orang tua dan karakteristik anak yang meliputi umur anak, urutan dalam keluarga, jenis kelamin, dan tingkatan kelas di sekolah (Hurlock 1991). Karakteristik tersebut merupakan faktor yang akan berpengaruh terhadap nilai anak yaitu nilai psikologi, nilai ekonomi, dan nilai sosial serta menentukan cara pengasuhan yang diterapkan dalam keluarga. Fakih (1996) menyatakan bahwa pada keluarga dengan tingkat sosial ekonomi rendah cenderung mengharapkan memiliki nilai anak terutama nilai ekonomi yang lebih tinggi dibanding keluarga dengan tingkat sosial ekonomi tinggi. Presepsi orang tua terhadap nilai anak dalam keluarga di masa depan akan sangat menentukan konsep pengasuhan yang dilakukan oleh orang tua. Setiap keluarga memiliki harapan yang berbeda terhadap anak dan kehidupannya di masa yang akan datang.

Dalam penelitian ini aspek nilai anak dan kualitas pengasuhan anak di dalam keluarga petani karet dan petani sawit dilihat dari penilaian kualitas pengasuhan atau HOME Inventory (Home Observation for Measurement of the

Environment Inventory). Perkembangan anak secara umum dipengaruhi oleh

faktor hereditas yang terdiri dari karakteristik anak seperti umur dan jenis kelamin; kondisi kesehatan dan tingkat energi; kecerdasan serta karakteristik kepribadian dan reaksi emosional dan lingkungan seperti lingkungan rumah, sekolah, masyarakat serta hubungan yang dimiliki (Papalia, Olds & Feldman 2009).

(26)

Keterangan :

= variabel yang diteliti

= variabel yang tidak diteliti

Gambar 1 Hubungan nilai anak, kualitas pengasuhan, dan perkembangan anak usia sekolah dasar pada keluarga petani karet dan petani sawit di Kabupaten Bungo KARAKTERISTIK KELUARGA Suku Keluarga Kesejahteraan Keluarga Pendapatan

Pendidikan Orang tua Umur Orang tua Pekerjaan Orang tua

KARAKTERISTIK ANAK

Umur

Jenis Kelamin

Urutan dalam keluarga Tingkatan kelas

NILAI ANAK KUALITAS

PENGASUHAN ANAK

PERKEMBANGAN ANAK

LINGKUNGAN SEKOLAH

(27)

METODE PENELITIAN

Desain, Lokasi dan Waktu Penelitian

Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah cross-sectional study yaitu suatu teknik pengambilan data yang dilakukan melalui survey lapang pada suatu titik waktu tertentu. Lokasi penelitian adalah Desa Kuning Gading, Kecamatan Pelepat Ilir dan Desa Rantau Ikil, Kecamatan Jujuhan, Kabupaten Bungo, Provinsi Jambi. Lokasi penelitian dipilih secara purposive berdasarkan jumlah petani karet dan petani sawit terbanyak. Penelitian ini dilaksanakan selama tujuh bulan yang mulai dilakukan pada bulan Maret sampai September 2011.

Teknik dan Cara Pemilihan Sampel

Populasi penelitian ini adalah keluarga petani karet dan petani sawit di Desa Rantau Ikil dan di Desa Pelepat Ilir yang memiliki anak usia sekolah (kelas IV dan V Sekolah Dasar). Contoh dalam penelitian ini dipilih secara acak sederhana (simple random sampling).

Data anak usia sekolah yang terdapat di setiap desa tidak tersedia sehingga perlu dilakukan pendataan anak usia sekolah khususnya anak kelas IV dan V dan memiliki orang tua yang bekerja sebagai petani karet dan petani sawit di SD masing-masing desa. Desa kuning gading hanya memiliki satu sekolah dasar yaitu SD 187 sedangkan desa rantau ikil dipilih dua SD yaitu SD 66 dan SD 163. Sekolah dasar negeri 187 terdiri dari sembilan kelas masing-masing satu kelas untuk siswa kelas satu sampai kelas tiga dan dua kelas untuk siswa empat sampai kelas enam sedangkan SD 66 dan SD 163 hanya memiliki satu kelas setiap tingkatannya.

Hasil pendataan awal yang dilakukan peneliti menunjukkan bahwa 44 keluarga di Desa Kuning Gading dan 49 keluarga di Desa Rantau Ikil yang memenuhi syarat untuk menjadi kerangka contoh. Pada penelitian ini siswa kelas empat dan lima di pilih secara acak dari SDN 187, SDN 66, dan SD 163. Total contoh yang diambil sebanyak 80 keluarga yaitu masing 40 siswa SDN 187 dan 40 siswa dari SDN 66 dan SDN 163 yang berasal dari keluarga petani karet dan petani sawit. Alur penentuan lokasi dan contoh penelitian disajikan pada Gambar 2.

(28)

Gambar 2 Alur penentuan lokasi dan contoh penelitian

Jenis dan Cara Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer yang meliputi karakteristik keluarga (kesejahteraan keluarga, tipe keluarga, suku keluarga, pendidikan orang tua, pendapatan orang tua, umur orang tua, dan pekerjaan orang tua), karakteristik anak (umur anak, urutan kelahiran, jenis kelamin, dan tingkatan kelas di sekolah), persepsi orang tua tentang nilai anak (nilai psikologi, nilai sosial, dan nilai ekonomi), dan kualitas pengasuhan (HOME Inventory) diperoleh dari hasil wawancara dan pengamatan dengan menggunakan kuesioner terhadap ibu. Perkembangan anak usia sekolah (perkembangan sosial dan emosional) diperoleh dari hasil pengukuran dan wawancara dengan menggunakan kuesioner pada anak. Data sekunder diperoleh dari instansi pemerintah terkait untuk mendukung data primer seperti Bungo dalam Angka 2010 dan nilai rapor anak.

Kabupaten Bungo Kecamatan Pelepat Ilir

Desa Kuning Gading Desa Rantau Ikil Kecamatan Jujuhan SDN 163 SDN 66 SDN 168 IVA VA IV -sco re = (N IS-N M BR ) / NS BR IVB sco re = (NI S-NM BR ) / NS BR VB sc or e = (N IS -N M B R) / N SB R V Z-sc or e = (N IS -N M B R) / N S B R V Z-scor e = (NI S-NM BR) / NS BR 10 8 17 9 20 20 9 13 KK petani karet 27 KK petani sawit 40 KK petani 13 KK petani sawit 27 KK petani karet 40 KK petani acak sederhana purposive

(29)

Pengolahan dan Analisis data

Data yang telah dikumpulkan diolah melalui proses editing, coding, scoring,

entrying, cleaning, dan analyzing. Analisis data dilakukan secara deskriptif dan

statistik inferensia yaitu uji beda T, korelasi Spearman, korelasi Pearson dan regresi linear berganda dengan menggunakan program komputer. Proses pengkodean dan skoring serta pengkategorian variabel secara ringkas disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1 Variabel, skala data, dan kategori pengelompokan

No Variabel Skala

data

Pengelompokan 1 Karakteristik keluarga

a. Jenis kelamin Nominal 1. Laki-laki , 2. Perempuan

b. Usia Rasio Orang tua

1. Dewasa awal (18-40 tahun), 2. Madya (41-65 tahun), 3. Akhir (>65 tahun) Anak

2. 9-10 tahun,10-11 tahun, 12-13 tahun c. Lama pendidikan Rasio 1. ≤9 tahun, 2. >9tahun

d. Pekerjaan Nominal Ayah: 1. Petani karet, 2. Petani sawit Ibu : 1. Tidak bekerja, 2. Bekerja e. Pendapatan Rasio 0. 1-2 juta, 2. 2,1-3 juta, 3. 3,1-4 juta,

4. 4,1-5 juta, 5. ≥ 5 juta rupiah f. Kesejahteraan keluarga Interval BKKBN (2005)

1. Pra KS, 2. KS1, 3. KS2, 4. KS3, dan 5. KS3+

g. Tipe keluarga Nominal 1. keluarga inti, 2, keluarga luas a. Urutan dalam keluarga Nominal 1. Sulung , 2. Tengah, 3. Bungsu,

4. Tunggal

b. Tingkat kelas di sekolah Nominal 4 = untuk kelas 4, 5 = kelas 5 2 Kualitas pengasuhan (HOME

Inventory =59 item)

Rasio Rendah (0-29), sedang (30-46), tinggi (47-59)

3 Nilai anak (psikologi, sosial, dan ekonomi)

Ordinal Skor maksimal nilai anak umum: Nilai psikologi = 35, nilai sosial = 15, nilai ekonomi = 10

4 Perkembangan anak

Perkembangan kognitif (nilai rapor)

Rasio Rendah = < 63,3, Sedang = 63,34 – 66,67, tinggi = 66,68 - 100

Perkembangan sosial Rasio Rendah = 0 – 33, 33, Sedang = 33,34 – 66,67, Tinggi = 66,68 – 100

Perkembangan emosional Rasio Rendah (0-33,33), sedang (33,34-66,67), tinggi (66,68-100)

Untuk memperoleh kategori rendah, sedang, dan tinggi digunakan teknik skoring dengan menggunakan rumus berikut (Slamet 1993):

Interval kelas (IK) = Skor Maksimum (Sma) – Skor Minimum (Smi) Jumlah Kategori

(30)

Kategori :

Kurang = Smi – (Smi+IK)

Sedang = (Smi+IK) + 1 sampai (Smi+2IK) Baik = (Smi+2IK)+ 1 sampai Sma

Nilai anak diukur dengan instrumen yang telah dimodifikasi oleh Kartino (2005) dengan nilai reliabilitas 0.771. Nilai anak terdiri atas tiga aspek, yaitu nilai psikologi anak (10 item pernyataan), nilai ekonomi anak (10 item pernyataan), dan nilai sosial anak (10 item pernyataan). Jawaban pernyataan menggunakan

skala Likert, yaitu: (1) sangat tidak setuju, (2) tidak setuju, (3) ragu-ragu, (4)

setuju, dan (5) sangat setuju.

Instrumen nilai anak meliputi pertanyaan yang bersifat umum dan gender (membedakan anak laki-laki dan anak perempuan). Ada tujuh pernyataan nilai psikologi yaitu keberadaan anak apakah dapat memperkuat kasih sayang suami istri, memberikan kebahagian, rasa aman di hari tua, dapat dijadikan teman, memperhatikan orang tua di masa depan atau malah menyita waktu dan uang serta dapat menimbulkan stres bagi orang tua. Nilai sosial anak ada tiga pertanyaan, meliputi apakah anak yang terdidik dapat menimbulkan penghargaan dan meneruskan nilai-nilai yang dijunjung dalam keluarga. Nilai ekonomi anak ada dua pertanyaan yaitu apakah mempunyai banyak anak akan mengguntungkan bagi orang tua atau malah menjadikan bertambahnya beban keluarga. Masing-masing item pertanyaan tersebut mempunyai skor maksimal lima.

Kualitas pengasuhan diukur dengan HOME Inventory (Cadwell & Bradley 1984) dengan nilai reliabilitas 0.816. Instrumen HOME terbagi menjadi delapan aspek yaitu emosi dan tanggung jawab verbal, dorongan untuk kematangan, suasana emosi, mendorong pengalaman anak dan penyediaan material, ketersediaan stimulasi aktif, partisipasi keluarga dalam pengalaman yang penuh stimulasi, keterlibatan ayah, dan aspek lingkungan fisik. HOME Inventory digolongkan berdasarkan nilai skor dengan menggunakan interval kelas yang meliputi: rendah (0-29), sedang (30-45), tinggi (46-59) dengan skor satu untuk jawaban ya dan 0 untuk yang menjawab tidak.

Instrumen pengukuran kecerdasan emosional yang digunakan dalam penelitian ini dikembangkan oleh Latifah (2009) dan memiliki nilai reliabilitas 0.694. Perkembangan emosional terdiri atas lima dimensi yaitu kesadaran emosi

(31)

diri, pengelolaan emosi diri, motivasi diri, empati, dan hubungan sosial. Instrumen kecerdasan emosi ini terdiri atas dua jenis pertanyaan yaitu pertanyaan positif dan pertanyaan negatif. Pertanyaan positif diberi skor satu jika menjawab setuju, dua jika menjawab sangat setuju dan 0 jika menjawab tidak setuju, sedangkan pemberian skor dilakukan sebaliknya untuk pertanyaan negatif. Skor yang diperoleh distandarisasi sehingga diperoleh skor minimum adalah nol dan skor maksimum adalah 100. Pengkategorian yang digunakan adalah interval kelas dengan kategori rendah (0-33,33), sedang (33,34-66,67), tinggi (66,68-100).

Sementara itu, perkembangan sosial diukur dengan Vineland Social

Maturity Scale (Doll 1953). Aspek yang diukur pada instrumen sosial ini

mencakup kemandirian umum, kemandirian dalam makan, minum, berpakaian, kemandirian dalam mengatur diri, pekerjaan, komunikasi, kemandirian bergerak serta kemandirian dalam bergaul. Item pertanyaan yang digunakan hanya untuk anak usia sembilan sampai 12 tahun dengan total 10 pertanyaan. Skor dua diberikan jika anak dapat melakukan tanpa bantuan orang lain, skor satu jika anak dapat melakukan dengan bantuan orang lain, dan nol jika anak tidak dapat melakukan meskipun dibantu. Skor yang diperoleh distandarisasi sehingga diperoleh skor minimum adalah nol dan skor maksimum adalah 100. Pengkategorian yang digunakan adalah interval kelas dengan kategori rendah (0-33,33), sedang (33,34-66,67), tinggi (66,68-100).

Data yang telah diskoring kemudian disajikan dalam bentuk tabel dan dianalisis secara deskriptif. Selain itu dilakukan uji statistik untuk melihat hubungan antara variabel pada keluarga petani karet dan petani sawit, uji statistik yang digunakan adalah:

1. Uji Beda t

Uji ini digunakan untuk membandingkan adanya perbedaan atau tidak pada nilai rata-rata variabel karakteristik keluarga, nilai anak, kualitas pengasuhan, dan perkembangan anak antara kelompok petani karet dan petani sawit.

2. Uji Korelasi Spearman

Uji ini digunakan karena variabel-variabel yang akan diketahui hubungannya dianggap sebagai nominal dan ordinal. Hubungan antar variabel-variabel yang akan diuji adalah sebagai berikut:

(32)

a. Karakteristik keluarga (kesejahteraan keluarga, tipe keluarga, pendapatan keluarga, pendidikan, pekerjaan orang tua, dan umur orang tua) dan karakteristik anak (umur, urutan kelahiran, jenis kelamin anak, dan tingkatan kelas di sekolah) dengan nilai psikologi, nilai sosial, dan nilai ekonomi anak. b. Karakteristik keluarga (kesejahteraan keluarga, tipe keluarga, pendapatan

keluarga, pendidikan, pekerjaan orang tua, dan umur orang tua) dan karakteristik anak (umur, urutan kelahiran, jenis kelamin anak, dan tingkatan kelas di sekolah) dengan dengan kualitas pengasuhan anak dan perkembangan anak.

3. Uji korelasi Pearson

Uji ini digunakan karena variabel-variabel yang akan diketahui hubungannya dianggap sebagai rasio yaitu untuk menguji hubungan nilai psikologi, nilai sosial dan nilai ekonomi anak dengan kualitas pengasuhan, perkembangan kognitif, perkembangan sosial dan perkembangan emosi anak. 4. Uji Regresi

a. Pengaruh karakteristik keluarga, karakteristik anak, dan nilai anak terhadap kualitas pengasuhan. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:

Keterangan :

Y = Indeks kualitas pengasuhan α = Konstanta

β(1-10) = Koefisien regresi

X1 = Pendidikan ibu (tahun)

X2 = Pendidikan ayah (tahun)

X3 = Kesejahteraan keluarga menurut BKKBN (1=pra KS, 2=KS1, 3=KS2,

4=KS3, 5=KS3+) X4 = Umur ibu (tahun)

X5 = Umur ayah (tahun)

X6 = Umur anak (tahun)

X7 = Nilai psikologi anak (skor)

X8 = Nilai sosial anak (skor)

X9 = Nilai ekonomi anak (skor)

γ1 = Koefisien dummy D1 = Suku keluarga D1 =0 bukan jawa D1 =1 jawa ε = Error Y = α + β1 X1 + β2X 2 + β3X3 + β4X4 + β5X5 + β6X6 + β7X7 + β8X8 + β9X9 + γ1D1 + ε

(33)

b. Pengaruh karakteristik keluarga, karakteristik anak, dan kualitas pengasuhan terhadap perkembangan kognitif anak. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:

Keterangan :

Y = Indeks perkembangan kognitif α = Konstanta

β(1-5) = Koefisien regresi

X1 = Kualitas Pengasuhan (skor)

X2 = Pendidikan ibu (tahun)

X3 = Pendidikan ayah (tahun)

X4 = Kesejahteraan keluarga menurut BKKBN (1=pra KS, 2=KS1, 3=KS2,

4=KS3, 5=KS3+) X5 = Tingkatan kelas(tahun)

γ1 = Koefisien dummy

D1 = Pekerjaan ibu

D1 =0 untuk tidak bekerja

D1 =1 untuk bekerja

D2 = Pekerjaan ayah

D2 =0 untuk petani karet

D2 =1 untuk petani sawit

D3 = Jenis kelamin anak

D3=0 untuk anak laki-laki

D3=1 untuk anak perempuan

ε = Error

c. Pengaruh karakteristik keluarga, karakteristik anak, dan kualitas pengasuhan terhadap perkembangan emosional anak. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:

Keterangan :

Y = Indeks perkembangan emosi α = Konstanta

β(1-7) = Koefisien regresi

X1 = Kualitas pengasuhan (skor)

X2 = Pendidikan ibu (tahun)

X3 = Pendidikan ayah (tahun)

X4 = Kesejahteraan keluarga menurut BKKBN (1=pra KS, 2=KS1, 3=KS2,

4=KS3, 5=KS3+) X5 = Tingkatan kelas(tahun)

γ1 = Koefisien dummy

D1 = Pekerjaan ibu

D1 =0 untuk tidak bekerja

D1 =1 untuk bekerja

D2 = Pekerjaan ayah

D2 =0 untuk petani karet

D2 =1 untuk petani sawit

D3 = Jenis kelamin anak

Y = α + β1 X1 + β2X 2 + β3X3 + β4X4 + β5X5 + γ1D1 +

γ2D2 + γ3D3 + ε

Y = α + β1 X1 + β2X 2 + β3X3 + β4X4 + β5X5 + γ1D1 +

(34)

D3=0 untuk anak laki-laki

D3=1 untuk anak perempuan

ε = Error

d. Pengaruh karakteristik keluarga, karakteristik anak, dan kualitas pengasuhan terhadap perkembangan sosial anak. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:

Keterangan :

Y = Indeks perkembangan sosial α = Konstanta

β(1-7) = Koefisien regresi

X1 = Kualitas pengasuhan (skor)

X2 = Pendidikan ibu (tahun)

X3 = Pendidikan ayah (tahun)

X4 = Kesejahteraan keluarga menurut BKKBN (1=pra KS, 2=KS1, 3=KS2,

4=KS3, 5=KS3+) X5 = Tingkatan kelas(tahun)

γ1 = Koefisien dummy

D1 = Pekerjaan ibu

D1 =0 untuk tidak bekerja

D1 =1 untuk bekerja

D2 = Pekerjaan ayah

D2 =0 untuk petani karet

D2 =1 untuk petani sawit

D3 = Jenis kelamin anak

D3=0 untuk anak laki-laki

D3=1 untuk anak perempuan

ε = Error

Definisi Operasional

Keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terhubung karena adanya ikatan perkawinan, ikatan darah, dan adopsi yang saling berinteraksi dan melakukan kerja sesuai dengan fungsinya masing-masing yang terdiri dari keluarga petani karet dan petani sawit

Keluarga petani karet adalah keluarga yang kepala keluarganya bekerja sebagai petani karet

Keluarga petani sawit adalah keluarga yang kepala keluarganya bekerja sebagai petani sawit

Karakteristik keluarga adalah variabel yang terdiri atas ciri-ciri keluarga contoh yang diduga berpengaruh terhadap segala perubahan yang terjadi pada

Y = α + β1 X1 + β2X 2 + β3X3 + β4X4 + β5X5 + γ1D1 +

(35)

diri anak dalam rangka perkembangan anak yang meliputi kesejahteraan keluarga, suku keluarga, tipe keluarga, pendapatan keluarga, pendidikan orang tua, pekerjaan orang tua, dan umur orang tua

Suku Keluarga adalah garis keturunan keluarga berdasarkan latar belakang suku bangsa, yang terdiri atas Suku Jawa dan Suku Melayu.

Tipe keluarga adalah bentuk keluarga yang dilihat dari anggota keluarga sedarah yang tinggal dalam satu rumah terdiri atas keluarga inti (ayah, ibu, dan anak-anak) dan keluarga luas (beberapa keluarga inti yang memiliki hubungan darah)

Kesejahteraan keluarga adalah pengelompokkan keluarga yang didasarkan pada kriteria pengukuran tingkat kesejahteraan menurut BKKBN meliputi keluarga pra sejahtera (Pra KS), sejahtera I (KS-I), sejahtera II (KS II), sejahtera III (KS III), dan sejahtera III plus (KS III plus)

Pendapatan keluarga adalah jumlah semua pemasukan yang didapatkan oleh tiap-tiap anggota keluarga sebagai usaha utama dan tambahan dalam satu bulan yang dinyatakan dalam rupiah yang digolongkan menjadi tiga kategori yaitu 1-2 juta rupiah, 2,001-3 juta rupiah, dan 3,001-4 juta rupiah, 4,001-5 juta rupiah, dan >5 juta rupiah per bulan

Pendidikan orang tua adalah jenjang pendidikan formal yang pernah ditempuh oleh orang tua berdasarkan lama pendidikan yang dikategorikan menjadi ≤9 tahun, dan >9 tahun

Umur orang tua adalah jumlah tahun lengkap sejak orang tua (kepala keluarga/ibu) lahir hingga saat ulang tahun terakhir. Umur orang tua digolongkan menjadi tiga kategori yaitu 18-40 tahun, 41-65 tahun, dan >65 tahun

Umur anak adalah jumlah tahun lengkap sejak anak lahir sampai pada saat ulang tahun terakhir. Umur anak dikategorikan menjadi kelompok umur, <10 tahun, 10-11 tahun, ≥12 tahun

Nilai anak adalah presepsi dan harapan orang tua terhadap anak dimasa yang akan datang berdasarkan kemampuan yang dimiliki anak, meliputi nilai psikologi (anak sebagai sumber kepuasan), nilai ekonomi (anak merupakan investasi untuk meningkatkan ekonomi keluarga), dan nilai sosial (anak sebagai meningkatkan status sosial keluarga)

Kualitas pengasuhan adalah ukuran tingkat baik buruknya kegiatan pengasuhan yang dilakukan oleh orang tua yang diukur dengan metode HOME

(36)

Inventory untuk anak usia lebih dari enam tahun (Home Observation for Measurement of the Environment Inventory)

Perkembangan Anak adalah proses perubahan anak secara fisologis dan psikologis yang terdiri dari perkembangan kognitif, perkembangan sosial, dan perkembangan emosional. Perkembangan kognitif anak dilihat dari rata-rata nilai rapor, perkembangan sosial diukur dengan

Vineland Sosial Maturity Scale, dan perkembangan emosi diukur

dengan menggunakan kuesioner perkembangan emosi yang dikembangkan oleh Latifah (2009).

(37)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Secara administratif, Desa Kuning Gading dan Desa Rantau Ikil termasuk dalam wilayah Kecamatan Pelepat Ilir dan Kecamatan Jujuhan, Kabupaten Bungo, Provinsi Jambi. Kabupaten Bungo secara geografis terletak antara 101° 27' sampai 102° 30' Bujur timur dan antara 01° 08' sampai 01° 55' Lintang Selatan. Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Tebo dan Kabupaten Dharmasraya, sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Tebo, sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Merangin dan sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Dharmasraya dan Kabupaten Kerinci. Secara keseluruhan luas wilayah Kabupaten Bungo 7.160 km2.

Jumlah penduduk Kabupaten Bungo hasil susenas 2008 sebanyak 271.625 jiwa. Potensi daerah pertanian yang luas membuat sebagian besar penduduk bekerja pada sektor pertanian, perkebunan, perternakan dan perikanan. Hampir seluruh kecamatan merupakan daerah penghasil tanaman karet dengan luas 96.458 ha dan kelapa sawit dengan luas 47.042 ha pada tahun 2009, dan hasil perkebunan ini terpusat di daerah Kecamatan Jujuhan, Kecamatan Pelepat, Kecamatan Limbur Lubuk Mengkuang dan Kecamatan Tanah Sepenggal.

Kecamatan yang memiliki jumlah keluarga petani karet terbanyak adalah Kecamatan Jujuhan. Jumlah keluarga petani karet di Kecamatan Jujuhan adalah 4.759 KK dengan lahan seluas 11.918 Ha. Kecamatan Jujuhan menempati urutan pertama jika dilihat dari jumlah petani dan luas lahan perkebunan karet. Sementara, Kecamatan Pelepat Ilir merupakan urutan kedua jika dilihat dari luas lahan perkebunan sawit yaitu seluas 2.631 Ha dengan jumlah keluarga petani sebanyak 860 KK. Urutan pertama ditempati oleh Kecamatan Limbur Lubuk Mengkuang yang memiliki jumlah keluarga petani sawit sebanyak 1.057 KK dengan luas lahan 10.657 Ha.

Jumlah penduduk di kedua lokasi penelitian masing-masing adalah 2.856 jiwa dengan 558 rumah tangga di Desa Kuning Gading dan 2.643 jiwa dengan 656 rumah tangga. Proporsi penduduk laki-laki dan perempuan di kedua desa tersaji pada Tabel 2.

Gambar

Gambar  1  Hubungan  nilai  anak,  kualitas  pengasuhan,  dan  perkembangan  anak  usia      sekolah  dasar  pada  keluarga  petani  karet  dan    petani  sawit  di  Kabupaten Bungo KARAKTERISTIK KELUARGA   Suku Keluarga    Kesejahteraan Keluarga   Pendapa
Gambar 2 Alur penentuan lokasi dan contoh penelitian
Tabel 1 Variabel, skala data, dan kategori pengelompokan
Tabel 10 Sebaran contoh berdasarkan status pekerjaan istri  Status pekerjaan  Istri Petani Karet   Istri Petani Sawit   Total
+7

Referensi

Dokumen terkait

disajikan. Untuk meningkatkan interaksi belajar mahasiswa, materi dapat. dikemas dalam bentuk kuis, pertanyaan terbuka, ringkasan

Our physiological, patho- physiological, and clinical depart- ment is a little different concerning its approach to the teaching of physi- ology, but the goal is the same: to

March 2 nd 3 rd , 2016, Atria Hotel &amp; Conference, Malang, Indonesia Department of Mathematics, Faculty of Science, Brawijaya

Apabila karyawan tidak memiliki predikat good citizenship behaviour maka karyawan tersebut tidak akan bersedia bekerja melebihi apa yang seharusnya dia kerjakan sehingga

Pada aplikasi control alat elektronik menggunakan virtual keypad ini memiliki kelebihan dalam hal keakuratan pendeteksian obyek sesuai dengan range warna yang

Untuk mengetahui pengaruh Infra Red (IR) dan terapi latihan dalam meningkatkan kekuatan otot pada kondisi post operasi femur sepertiga tengah dekstra dengan pemasangan

Dari latar belakang tersebut, rumusan masalah yang disusun dalam penelitian ini adalah bagaimanakah pengembangan buku berbahasa Jawa bergambar sebagai penunjang pembelajaran

dan tarif angkutan taksi argometer dalam wilayah kota Surabaya” yang.. berisikan, tentang perubahan besaran tarif angkutan