• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tata laksana rujukan pasien Covid-19. Diah Handanyani

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Tata laksana rujukan pasien Covid-19. Diah Handanyani"

Copied!
55
0
0

Teks penuh

(1)

Tata laksana rujukan pasien Covid-19

Diah Handanyani

(2)
(3)
(4)
(5)

Manajemen Covid -19

Persentase kasus 40 % kasus ringan 40% perawatan pneumonia sedang 15% oksigen terapi 5% ventilator

(6)
(7)
(8)
(9)
(10)
(11)
(12)
(13)

Definisi kasus

Kasus Probable (probable)

• Suspect atau terduga COVID-19 (ODP/PDP) dengan hasil laboratorium inkonklusif

• ATAU

• Pemeriksaan tidak dapat dilakukan dengan alasan apapun.

Kasus terkonfirmasi (Confirmed case)

(14)
(15)
(16)

Penyakit tanpa komplikasi, ODP

Gejala non spesifik

- Demam dan batuk dalam 10 hari

- Nyeri tenggorokan, hidung tersumbat atau rhinorea - Sakit kepala, nyeri otot atau malaise

- Diare atau muntah

- Tanpa disertai gejala dehidrasi, napas pendek dan sepsis

(17)

Gejala SARI (severe acuter respiratory infection

• Penurunan kemampuan aktivitas, dizziness, jumlah urin berkurang

• Kesulitan bernapas meningkat, sianosis, batuk darah or dahak kuning nyeri dada, suara napas tambahan (mengi, stridor, dll)

• Confusion, letargi, penurunan kesadaran (koma), lemas dan kejang

• Demam menetap dalam 3 hari tidak berkurang dengan obat demam

• Pada anak termasuk intake sulit, diare massif dan muntah

Edukasi pasien apabila mendapatkan gejala berikut segera ke IGD RS/RS rujukan

(18)

Tanda klinis SARI

• Respiratory distress (napas memberat, pendek, otot bantu napas, sianosis, grunting, napas pendek, wheezing, stridor

• Gangguan kardiovaskular dan sirkulasi

• CRT meningkat, nadi lemah, ekstremitas dingin, urin berkurang, TD turun

• Gangguan neurologi

• Penurunann status mental, kejang, iritabel, letargi

• Dehidrasi berat, stridor (mata cekung, turgor turun, ga kuat minum dan letargi

Rujuk segera ke IGD dan rawat intensif bila didapatkan

(19)

Kenali Risiko Tinggi

● Pasien usia lanjut

● Semua orang dengan kondisi klinis berat ● Pasien dengan komorbid

Penyakit Penyerta Angka Kematian Kasus Konfirmasi

Penyakit kardiovaskular 10,5% 873

Diabetes 7,3% 1.120

Penyakit paru kronis 6,3% 511

Hipertensi 6% 2.683

Kanker 5,6% 107

(20)
(21)

Gambaran radiologi

• Konsolidasi , tipikal, multifokal and bilateral

• bisa unilateral

• Efusi pleura jarang tapi bisa

• CXR normal50% of the 1st 18 cases in Singapore had normal CXR

(: from MOH Circular No. 50/2020)

• CXR kurang sensitif dibanding CT: ground-glass and consolidation visible on CT

(22)

Peran radiologi

• Chest CT penting untuk deteksi dini, dan evaluasi manajeme terapi

• Low dose chest CT non contrast

• Pada daerah endemic bilateral ground-glass opacities atau

konsolidasi suggest diagnosis of COVID-19, meski RT-PCR negatif

chest CT normal tidak mengeklusi diagnosis of COVID-19

(23)
(24)
(25)
(26)
(27)
(28)
(29)

Diagnosis

Serologi (Rapid Test) PCR SARS-CoV-2 Sequencing SARS CoV-2

(30)

Pemeriksaan Pertama Kali

Anti SARS-CoV-2 IgM Anti SARS-CoV-2 IgG Interpretasi Saran

+ + Reaktif Bila OTG dan ODP maka lakukan karantina mandiri dengan menerapkan PHBS (perilaku hidup bersih dan sehat) dan

physical distancing

Bila PDP, maka sesuai dengan gejala yang dijumpai

- Gejala ringan, lakukan isolasi di rumah

- Gejala sedang, lakukan isolasi di rumah sakit darurat - Gejala memberat, lakukan isolasi di rumah sakit rujukan

dengan pemeriksaan konfirmasi menggunakan RT-PCR

+ - Reaktif

- + Reaktif

- - Non Reaktif - Lakukan karantina mandiri dengan menerapkan PHBS

(perilaku hidup bersih dan sehat) dan physical distancing

(31)

Anti SARS-CoV-2 IgM Anti SARS-CoV-2 IgG Interpret asi Saran

+ + Reaktif Bila OTG dan ODP maka lakukan karantina mandiri dengan menerapkan PHBS (perilaku hidup bersih dan sehat) dan physical distancing

Bila PDP, maka sesuai dengan gejala yang dijumpai - Gejala ringan, lakukan isolasi di rumah

- Gejala sedang, lakukan isolasi di rumah sakit darurat

- Gejala memberat, lakukan isolasi di rumah sakit rujukan dengan pemeriksaan konfirmasi menggunakan RT-PCR

+ - Reaktif

- + Reaktif

- - Non Reaktif - Pasien tidak terpapar infeksi SARS-CoV-2

- Pasien imunokompromais sehingga antibodi tidak terbentuk karena ada gangguan pembentukan antibodi. saran: pemeriksaan RT-PCR

(32)

Derajat infeksi nCoV

Uncomplica ted illness

Gejala tidak spesifik: demam, batuk, nyeri tenggorokan, kongesti hidung, malaise, sakit kepala, nyeri otot.

Pasien usia tua dan immunocompromised gejala atipikal Pneumonia

ringan

Pasien dengan pneumonia dengan tidak ada tanda pneumonia berat Anak-anak : batuk atau sulit bernapas + takipneu

Pneumonia berat

Remaja atau dewasa: demam atau curiga infeksi saluran napas, ditambah RR>30x/menit, distress napas berat, SpO2 <90% udara ruangan

Anak-anak: Batuk/susah bernapas, ditambah setidaknya satu dari hal berikut: sianosis sentral atau SpO2<90%; distress napas berat (co: grunting, retraksi dinding dada sangat berat), tanda bahaya umum pneumonia: tidak mau nyusu atau minum, penurunan kesadaran, atau kejang; takipneu

(33)
(34)

Derajat infeksi nCoV

ARDS Onset baru atau gejala respirasi memburuk dalam satu minggu klinis diketahui Foto dada (X-ray; CT Scan; atau USG paru): opasitas bilateral, tidak

sepenuhnya oleh efusi, lobar atau kolaps paru, atau nodul

Asal edema: gagal napas tidak sepenuhnya oleh gagal jantung atau overload

cairan. Perlu penilaian objektif seperti echocardigrafi.

Sepsis Dewasa: disfungsi organ disebabkan disregulasi respon tubuh terhadap infeksi (Score SOFA).

Tanda organ disfungsi: perubahan status mental; susah napas atau napas cepat, saturasi oksigen rendah, urin output berkurang; HR meningkat; nadi teraba

lemah, ektremitas dingin, tekanan darah rendah, kulit mottling, hasil lab: koagulopati, trombositopenia, asidosis, tinggi laktat atau hyperbilirubinemia

Anak: curiga infeksi atau terbukti infeksi dan 2≥ SIRS kriteria, yang salah satunya suhu abnormal atau leukosit abnormal

(35)
(36)

Derajat infeksi nCoV

Syok Sepsis Dewasa: persisten hipotensi walaupun sudah dilakukan resusitasi cairan, membutuhkan vasopressor untuk mempertahankan MAP ≥ 65 mmHg dan serum laktat >2 mmol/L

Anak: hipotensi atau 2-3 dari berikut: perubahan status mental atau bradikardi atau CRT meningkat; vasodilatasi hangat dengan nadi bounding; takipnea; kulit motling atau petekie atau purpura; peningkatan laktat; oliguria; hiper atau hipotermia.

(37)
(38)

Terapi dan Monitoring

• Semua kasus (ringan-berat)

Isolasi

• Hand hygiene, APD lengkap, Kewaspadaan tertusuk benda tajam, pembersihan alat kesehatan dan lingkungan RS, waspada

pencegahan tindakan saluran napas

Implementasi PPI

• Untuk melihat perjalanan atau perkembangan penyakit

Serial foto toraks

• Target saturasi SpO2≥90% (tidak hamil) ≥92-95% (hamil)

• Anak dengan tanda kegawatan target SpO2 ≥94%, jika tidak ≥90%

Suplementasi oksigen

• Sesuai diagnosis klinis, berdasarkan epidemiologi lokal dan panduan tatalaksana

• Pemberian antibiotik dalam satu jam dari asesmen awal untuk pasien dengan sepsis

Antimikroba empiris

• Belum terbukti manfaatnya, cenderung harm, kecuali ada indikasi lain

kortikotiroid sistemik tidak diberikan

rutin untuk tatalaksana pneumonia virus atau ARDS

(39)

Terapi dan Monitoring

• Demam, batuk

Terapi simptomatik

• Terapi cairan konservatif jika tidak ada bukti syok

Terapi cairan

• Bila gagal napas

Ventilasi Mekanis

• Apabila syok sepsis

• norepinefrin, epinefrin, vasopresin, dan dopamin

Penggunaan vasopressor

• Perburukan klinis: gagal napas cepat progresif dan sepsis, dan penerapan tatalaksana suportif segera

Observasi

• Pemilahan terapi penyakit penyerta.

• Komunikasi dengan pasien dan keluarga: prognosis

Pahami kondisi co-morbid pasien untuk menyesuaikan tatalaksana kondisi kritis

(40)

Pencegahan komplikasi

Hasil antisipasi Intervensi

Mengurangi waktu pemakaian ventilasi mekanik invasif

- Penggunaan protocol penilaian setiap hari untuk menentukan kesiapan bernapas spontan

- Minimal sedasi berkelanjutan atau intermiten, targetkan titik akhir titrasi atau interupsi harian sedasi infus

Mengurangi insiden VAP

- Intubasi oral lebih baik - Posisi semi-recumbent

- Penggunaan system penyedot tertutup

- Penggunaan sirkuit ventilator baru untuk setiap pasiep

- Ganti penukar penghangat kelembaban ketika tidak berfungsi setiap 5-7 hari

(41)

Pencegahan komplikasi

Hasil antisipasi Intervensi

Mengurangi insiden infeksi terkait kateter

- Pemasangan sesuai SOP standar PPI dan pengingat pencabutan jika tidak dibutuhkan

Mengurangi insiden ulkus dekubitus

- Balikkan pasien setiap 2 jam

Mengurangi insiden ulkus peptikum dan perdarahan GI

- Pemberian nutrisi enteral dini (dalam 24-48 jam sejak masuk RS)

- Pemberian H2RB atau PPI pada pasien dengan risiko GI bleeding

Mengurangi insiden kelemahan terkait ICU

(42)

Tatalaksana spesifik anti-nCoV

• Belum ada!

• Dilaporkan pemakaian obat anti HIV, Chloroquine

• Ada institusi yang memberikan Oseltamivir

(43)

Contoh kasus

• Tn. N,36 thn

• Demam hari ke-5 dirasakan naik turun lebih tinggi malam hari. Keluhan disertai pusing (+), mual (+), muntah (+) >5x hari ini.

Keluhan tidak disertai batuk (-), pilek (-), nyeri menelan (-), sesak napas (-). BAB dan BAK t.a.k.

• Pasien memiliki riwayat HT(+) namun tidak minum obat.Riw

berpergian 2 mgg terakhir (-), riw. Kontak dgn susp covid (-)O:

• KU : Sedang, Kesadaran : CM, GCS : E4M6V5TD: 120/80 mmhgHR:

88x/menitRR: 21x/menitSuhu: 37,1 C Kepala: normocephalMata:

isokor , ca-/-, si -/-Tht: dbnThorax : Pulmo : ves +/+, rh -/-, wh -/-Cor : BJ I-II reg, murmur ), gallop

(-)Abdomen: supel, BU (+) N,NTE (+)Ekstremitas : akral hangat+/+, CRT < 2” +/+

(44)
(45)

Tata laksana

• Azitromisin

• Klorokuin

• Oseltamivir/avigan

(46)

ODP PDP Covid-19

probable/terkonfirmasi

Asimptomatik 1. Isolasi diri di rumah 14 hari

2. Tata laksana umum - Nutrisi

- Asupan cairan cukup

3. Tata laksana simptomatik 4. Azitromisina 5. Klorokuin/hidroxi klorokuinb 6. Antivirusc 1. Oseltamivir 2. Avigan 3. Remdesivir 4. Lopinavir/rotanavir 7. Vitamin C 2 x 1000mg 8. Pemantauan oleh FKTP

Pengobatan

(47)

Infeksi saluran napas atas (ISNA) Tata laksana umum Tata laksana simptomatik 1. Isolasi di rumah

2. Tata laksana umum - Nutrisi

- Asupan cairan cukup 3. Tata laksana simptomatik 4. Azitromisn 1x 500mg

1. Isolasi diri di rumah 14 hari 2. Tata laksana umum

- Nutrisi

- Asupan cairan cukup

3. Tata laksana simptomatik 4. Azitromisina 5. Klorokuin/hidroxi klorokuinb 6. Antivirusc A. Oseltamivir B. Avigan C. Remdesivir D. Lopinavir/rotanavir 7. Vitamin C 2 x 1000mg 8. Pemantauan oleh FKTP

Pengobatan

(48)

Pneumonia ringan

1. Rawat isolasi / Isolasi diri di rumah 14 hari ( rawat bila usia >60 tahun DAN ATAU terdapat komorbid

2. Tata laksana umum

- Nutrisi

- Asupan cairan cukup

3. Tata laksana simptomatik

4. Azitromisina/levofloxacin 1 x 750mg (po) 5. Klorokuin/hidroxi klorokuinb 6. Antivirusc A. Oseltamivir B. Avigan C. Remdesivir D. Lopinavir/rotanavir 7. Vitamin C 2 x 1000mg

Pemantauan oleh FKTP bila isolasi di rumah

Pemantauan sesuai

pneumonia COvid -19 bila dirawat

1. Rawat isolasi / Isolasi diri di rumah 14 hari (rawat apabila usia>60 tahun

DAN ATAU ada komorbid)

2. Tata laksana umum

- Nutrisi

- Asupan cairan cukup

3. Tata laksana simptomatik

4. Azitromisina /Levofloxacin 1 x 750 (iv/po) 5. Klorokuin/hidroxiklorokuin b 6. Antivirusc E. Oseltamivir F. Avigan G. Remdesivir H. Lopinavir/rotanavi r 7. Vitamin C 2 x 1000mg

Pemantauan oleh FKTP bila isolasi di rumah

Pemantauan sesuai

pneumonia COvid -19 bila dirawat

(49)

Pneumonia sedang-berat

1. Rawat isolasi

2. ata laksana umum - Nutrisi

- Asupan cairan cukup

3. Tata laksana simptomatik 4. Azitromisina /Levofloxacin 1

x

750mg/meropenem/sesuai klinis dan kultur

5. Klorokuin/hidroxi klorokuinb 6. Antivirusc A. Oseltamivir B. Avigan C. Remdesivir D. Lopinavir/rotanavir 7. Vitamin C 2 x 1000mg

8. Pantau sesuai kondisi 9. Bila memberat

pertimbangkan suatu Probable COvid-19

10. Bila didapatkan tanda ARDS berikan kortikosteroid 1-2 mg/KgBB

1. Rawat isolasi

2. Tata laksana umum - Nutrisi

- Asupan cairan cukup

3. Tata laksana simptomatik 4. Azitromisina /Levofloxacin 1 x 750mg/meropenem sesuai klinis Klorokuin/hidroxi klorokuinb 5. Antivirusc E. Oseltamivir F. Avigan G. Remdesivir H. Lopinavir/rotanavi r 6. Vitamin C 2 x 1000mg 7. Pantau sesuai kondisi

8. Bila didapatkan tanda ARDS berikan kortikosteroid 1-2 mg/KgBB

(50)

Kasus kritis ARDS

1. Rawat ICU

2. Rawat sesuai pneumonia sepsis

3. Kortikosteroid 1-2mg/KgBB

4. Gagal napas membutuhkan ventilator, syok, atau

multiorgan failure atau

sepsis disesuaikan dengan protokol standar yang ada

1. Rawat ICU dengan standar isolasi COVID-19

2. Rawat sesuai pneumonia

sepsis

3. Kortikosteroid 1-2mg/kgBB

4. Gagal napas

membutuhkan ventilator, syok, atau multiorgan

failure atau sepsis:

5. Immunoglobulin A. IVIG/plasma) B. Plasma C. CRRT D. ECMO

Pengobatan

(51)

Ilustrasi kasus

• Nama pasien : Tn A, 63 tahun : Demam 1 miggu disertai dengan batuk dan kepala pusing, mual ada Keluhan saat ini : Demam masih, batuk tidak ada

• K/U : TSS, CM

TD : 150 / 87 MmHg

Nadi : 101 x/mnt RR: 20 x/mnt Suhu : 38.9 awal,

(52)
(53)

Pemulangan dan evaluasi

• Pasien dipulangkan bila telah sembuh dengan kriteria PCR 2x berturut dengan jarak minmal 3 hari negatif

• Perbaikan klinis, laboratorium penunjang NLR dan CRP normal

• Lanjutkan isolasi di rumah 14 hari Evaluasi pasca perawatan

- Lakukan pemeriksaan PCR ulang bila negatif pasien dinyatakan sembuh - Foto toraks untuk melihat proses perbaikan (bila fibrosis luas, anjuran

fisioterapi)

- Evaluasi antibody covid

(54)
(55)

َوُه َو ۖ ٍءْيَش ِ لُك ُقِلاَخ ُ هاللَّ

َو ٍءْيَش ِ لُك ََََٰ

ليِك

Allah menciptakan segala sesuatu dan

Dia memelihara segala sesuatu.

Gambar

Ilustrasi kasus
Ilustrasi kasus

Referensi

Dokumen terkait

Penatalaksanaan Neonatus COVID-19 (SARS COV-2) di Rumah Sakit beserta Rujukan Balik yang Optimal1. Perawatan Hipotermi pada Neonatal

Dalam hal pemeriksaan follow up RT-PCR tidak dilakukan, maka pasien kasus konfirmasi dengan gejala berat/kritis yang dirawat di RS yang sudah menjalani isolasi selama 10 hari

Studi ini masih terbatas dilakukan di Indonesia maka dari itu penelitian ini dilakukan sebagai langkah awal untuk meneliti pola dari penggunaan antikoagulan

Pemodelan waktu tempuh ke rumah sakit rujukan Covid-19 ini dapat digunakan oleh pemerintah daerah untuk mitigasi bencana Covid-19 dengan meningkatkan akses ke rumah

Determinan pengambilan keputusan pasien dalam pilihan rumah sakit rujukan di RSUD Kota Subulussalam terdiri dari: Persepsi kualitas pelayanan rumah sakit rujukan

Analisis faktor dapat mengidentifikasi Faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan pembelian konsumen dalam membeli sayuran di pasar wilayah kota kabupaten Jember, dimana

Dengan sistem informasi chatbot pengguna dapat memperoleh informasi rumah sakit rujukan Covid-19 berdasarkan nama rumah sakit, wilayah, dan kecamatan, memperoleh

• Penderita COVID-19 tanpa gejala dan gejala ringan secara umum tidak memerlukan perawatan di Rumah Sakit, cukup melakukan isolasi mandiri di rumah/safe house. • Penderita