IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum Perusahaan
Lembaga Les Privat dan Kelompok Belajar Bintang Pelajar pertama kali berdiri di kota Bogor dan merupakan salah satu perintis bimbingan belajar. Berdiri sejak tanggal 5 September 1995 dan dilegalkan dengan surat keputusan dari Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia No.3602/102.KEP/MS/1999. Pada tahun 2012 sudah berdiri 16 cabang yang tersebar di Jabotabek dan Bandung. Tersebar di kota Bogor sebanyak enam cabang dan satu kantor pusat, sebanyak empat cabang di Jakarta, dua cabang di Tangerang, tiga cabang di Bekasi dan satu cabang di Bandung. Pada tahun ajaran 2010-2011 terdaftar 6300 siswa yang mengikuti les di Lembaga Les Privat dan Kelompok Belajar Bintang Pelajar. Terdiri dari siswa TK, SD, SMP dan SMA dari berbagai sekolah di Jabotabek dan Bandung.
Pada tahun 2011-2012 karyawan operasional cabang yang tergabung pada Lembaga Les Privat dan Kelompok Belajar Bintang Pelajar berjumlah 99 karyawan, sedangkan tenaga pengajar yang tergabung berjumlah 649 tenaga pengajar yang berasal dari berbagai perguruan tinggi yang ada di Indonesia. Perekrutan dilakukan dengan mekanisme khusus yang memungkinkan mereka dapat menjalankan visi dan misi yang telah ditetapkan oleh Lembaga Les Privat dan Kelompok Belajar Bintang Pelajar yaitu kemampuan akademik dan kemampuan keislaman yang mencakup kemampuan baca tulis al’quran, hafalan surat (pada juz 30) dan hadits tertentu, serta berpenampilan islami dan memahami keislaman. Kegiatan sosial maupun kegiatan keagamaan rutin dilakukan seperti pengumpulan dompet peduli bencana, pengajian rutin mingguan dan pendalaman bahasa Arab. Visi dan misi dari Lembaga Les Privat dan Kelompok Belajar Bintang Pelajar adalah mewujudkan generasi beriman dan berilmu pengetahuan.
4.2. Karakteristik Responden
Responden dalam penelitian ini berasal dari karyawan operasional cabang dan guru Lembaga Les Privat dan Kelompok Belajar Bintang Pelajar. Responden yang diteliti sebanyak 178 responden dari total populasi 724 karyawan.
Karakteristik responden pada penelitian ini terdiri dari jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, status karyawan, masa kerja dan posisi pekerjaan. Analisis deskriptif karakteristik responden selengkapnya disajikan pada Lampiran 4.
4.2.1 Jenis Kelamin
Mayoritas responden yang berasal dari karyawan operasional cabang berjenis kelamin laki-laki sebesar 61 persen dan berjenis kelamin perempuan sebesar 34 persen. Sebanyak 5 persen tidak menjawab. Sedangkan responden yang berasal dari guru, mayoritas berjenis kelamin laki-laki sebesar 55 persen. Responden yang berjenis kelamin perempuan sebesar 39 persen dan sebesar 6 persen tidak menjawab.
Jumlah responden laki-laki yang jumlahnya lebih tinggi dibandingkan dengan jumlah responden perempuan disebabkan karena terdapat peraturan bahwa wanita yang telah menikah tidak dapat bekerja di Lembaga Les Privat dan Kelompok Belajar Bintang Pelajar, tanpa terkecuali karyawan perempuan yang sebelumnya telah bekerja di Lembaga Les Privat dan Kelompok Belajar Bintang Pelajar.
Gambar 4. Jumlah Responden Karyawan Operasional Cabang Berdasarkan Jenis Kelamin
Gambar 5. Jumlah Responden Guru Berdasarkan Jenis Kelamin
61% 34% 5% Laki- laki Perempuan Tidak menjawab 55% 39% 6% Laki- laki Perempuan Tidak menjawab
4.2.2 Usia
Mayoritas responden yang berasal dari karyawan operasional cabang berusia 21-25 tahun sebesar 37 persen, selanjutnya berusia 26-30 tahun sebesar 20 persen, responden berusia 31-35 sebesar 9 persen, berusia ≥ 36 tahun sebesar 0 persen dan berusia ≤ 20 tahun sebesar 2 persen. Sebesar 32 persen responden tidak menjawab.
Gambar 6. Jumlah Responden Karyawan Operasional Cabang Berdasarkan Usia Responden yang berasal dari guru, mayoritas berusia 21-25 tahun sebesar 36 persen, selanjutnya berusia 26-30 tahun sebesar 34 persen, responden berusia 31-35 sebesar 8 persen, berusia ≥ 36 tahun sebesar 2 persen dan berusia ≤ 20 tahun sebesar 0 persen. Sebesar 20 persen responden tidak menjawab.
Gambar 7. Jumlah Responden Guru Berdasarkan Usia
Pada Lembaga Les Privat dan Kelompok Belajar Bintang Pelajar, mayoritas karyawan berposisi sebagai guru. Guru direkrut dari kalangan mahasiswa S1 yang masih aktif kuliah ataupun yang telah lulus kuliah. Rata-rata mahasiswa S1 yang masih aktif kuliah berusia 21-25 tahun. Selain itu terlihat bahwa semakin tinggi usia membuat perbandingan jumlah karyawan yang bekerja semakin berkurang. Hal ini disebabkan karena keinginan untuk memiliki kehidupan dan pekerjaan yang lebih baik sesuai dengan keahlian yang dimiliki
0% 36% 34% 8% 2% 20% ≤ 20 Tahun 21-25 Tahun 26-30 Tahun 31-35 Tahun ≥ 36 Tahun Tidak Menjawab 2% 37% 20% 9% 0% 32% ≤ 20 Tahun 21-25 Tahun 26-30 Tahun 31-35 Tahun ≥ 36 Tahun Tidak Menjawab
mendorong karyawan untuk keluar dari Lembaga Les Privat dan Kelompok Belajar Bintang Pelajar dan beralih ke pekerjaan lain.
4.2.3 Tingkat Pendidikan
Mayoritas responden karyawan operasional cabang berpendidikan S1 sebesar 49 persen, kemudian diploma sebesar 22 persen, SLTA/SMK/Sederajat sebesar 15 persen, SLTP sebesar 12 persen dan S2 sebesar 0 persen. Sebanyak 7 persen responden memilih tidak menjawab.
Gambar 8. Jumlah Responden Karyawan Operasional Cabang Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Mayoritas responden guru berpendidikan S1 sebesar 86 persen, kemudian diploma sebesar 3 persen, SLTA/SMK/Sederajat sebesar 0 persen, SLTP sebesar 0 persen dan S2 sebesar 2 persen. Sebanyak 9 persen responden memilih tidak menjawab.
Gambar 9. Jumlah Responden Guru Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Lembaga Les Privat dan Kelompok Belajar Bintang Pelajar merupakan lembaga pendidikan non formal. Seluruh karyawan operasional dan guru dituntut mampu memberikan pelayanan maksimal kepada konsumen. Dibutuhkan SDM yang berwawasan dan memiliki kemampuan dalam bidang tertentu. Lulusan
12% 15% 22% 49% 0% 2% SLTP SLTA/SMK/Sederajat DIPLOMA S1 S2 Tidak Menjawab 0% 0% 3% 86% 2% 9% SLTP SLTA/SMK/Sederajat DIPLOMA S1 S2 Tidak Menjawab
dengan pendidikan S1 dibekali kemampuan tersebut, sehingga jumlah karyawan dengan pendidikan S1 memiliki jumlah yang lebih banyak.
4.2.4 Status Karyawan
Mayoritas responden karyawan operasional cabang berstatus sebagai karyawan tetap sebesar 56 persen, sedangkan 37 persen responden berstatus sebagai karyawan kontrak, sisanya 7 persen responden memilih tidak menjawab.
Gambar 10. Jumlah Responden Karyawan Operasional Cabang Berdasarkan Status Karyawan
Mayoritas responden guru berstatus sebagai karyawan kontrak sebesar 65 persen, sedangkan 23 persen responden berstatus sebagai karyawan tetap, sisanya 12 persen responden memilih tidak menjawab.
Gambar 11. Jumlah Responden Guru Berdasarkan Status Karyawan
Responden yang berasal dari guru lebih banyak yang berstatus sebagai karyawan kontrak dibandingkan dengan responden yang berasal dari karyawan operasional cabang. Hal ini karena kebutuhan guru jauh lebih besar dibandingkan dengan karyawan operasional cabang. Selain itu pendapatan dan fasilitas yang akan diperoleh karyawan tetap akan berbeda dengan karyawan kontrak, sehingga akan lebih baik bagi Lembaga Les Privat dan Kelompok Belajar Bintang Pelajar jika sebagian besar guru hanya berstatus sebagai karyawan kontrak. Tahapan bagi
56% 37% 7% Tetap Kontrak Tidak Menjawab 23% 65% 12% Tetap Kontrak Tidak Menjawab
guru untuk menjadi karyawan tetap akan lebih banyak dibandingkan dengan karyawan operasional cabang.
4.2.5 Masa Kerja
Mayoritas responden dari karyawan operasional cabang memiliki masa kerja 1-5 tahun sebesar 58 persen, masa kerja < 1 tahun sebesar 32 persen dan responden yang memiliki masa kerja 6-10 tahun sebesar 8 persen, sisanya 2 persen responden memilih untuk tidak menjawab. Selain itu tidak ada responden yang memiliki masa kerja lebih dari 10 tahun.
Gambar 12. Jumlah Responden Karyawan Operasional Cabang Berdasarkan Masa Kerja
Responden guru mayoritas memiliki masa kerja 1-5 tahun sebesar 60 persen, masa kerja < 1 tahun sebesar 21 persen dan responden yang memiliki masa kerja 6-10 tahun sebesar 7 persen, sisanya 12 persen responden memilih untuk tidak menjawab. Selain itu tidak ada responden yang memiliki masa kerja lebih dari 10 tahun.
Gambar 13. Jumlah Responden Guru Berdasarkan Masa Kerja
Pada Lembaga Les Privat dan Kelompok Belajar Bintang Pelajar, terdapat peraturan bahwa perempuan yang telah menikah tidak dapat bekerja. Selain itu
32% 58% 8% 0% 2% < 1 Tahun 1-5 Tahun 6-10 tahun > 10 Tahun Tidak Menjawab 21% 60% 7% 0% 12% < 1 Tahun 1-5 Tahun 6-10 tahun > 10 Tahun Tidak Menjawab
keinginan untuk memiliki kehidupan dan pekerjaan yang lebih baik sesuai dengan keahlian yang dimiliki mendorong karyawan untuk keluar dari Lembaga Les Privat dan Kelompok Belajar Bintang Pelajar dan beralih ke pekerjaan lain, sehingga karyawan memiliki masa kerja yang singkat dan tidak terlalu lama.
4.2.6 Posisi Pekerjaan
Pada Gambar 14 terlihat mayoritas responden berposisi sebagai Guru sebesar 57 persen, Officeboy sebesar 8 persen, Frontline dan Bimbingan Konseling sebesar 7 persen, serta Quality Control sebesar 6 persen. Kemudian posisi keuangan sebesar 4 persen dan sisanya petugas keamanan sebesar 1 persen. Sedangkan sebanyak 10 persen responden memilih untuk tidak menjawab.
Gambar 14. Jumlah Responden berdasarkan Posisi Pekerjaan
Pada Lembaga Les Privat dan Kelompok Belajar Bintang Pelajar, satu kelas hanya diisi oleh lima siswa. Jumlah siswa tahun 2010-2011 sebanyak 6300 siswa. Jumlah siswa yang banyak dengan kapasitas kelas yang kecil membuat kebutuhan guru menjadi sangat besar, sehingga mayoritas karyawan Lembaga Les Privat dan Kelompok Belajar Bintang Pelajar berposisi sebagai guru.
4.3. Persepsi Karyawan Terhadap Gaya Kepemimpinan Kepala Cabang dan Partisipasi Kerja Karyawan
Persepsi karyawan dianalisis untuk melihat gaya kepemimpinan yang diterapkan Kepala Cabang dan melihat partisipasi kerja karyawan pada Lembaga Les Privat dan Kelompok Belajar Bintang Pelajar. Persepsi karyawan terhadap gaya kepemimpinan Kepala Cabang dengan analisis deskriptif selengkapnya disajikan pada Lampiran 5, sedangkan persepsi karyawan terhadap partisipasi
57% 8% 7% 7% 6% 4% 1% 10% Guru Officeboy Frontline Bimbingan Konseling Quality Control Keuangan Petugas Keamanan Tidak menjawab
kerja karyawan dengan analisis deskriptif selengkapnya disajikan pada Lampiran 6.
Persepsi karyawan terhadap gaya kepemimpinan Kepala Cabang dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8. Persepsi Karyawan Terhadap Gaya Kepemimpinan Kepala Cabang Lokasi/ Cabang
Gaya Kepemimpinan
Otokratis Demokratis Partisipatif Berorientasi
pada Tujuan Situasional
Jl. Bangbarung 3,11 3,89 3,28 3,33 3,61 Jl. Pajajaran 3,30 4,05 3,05 3,50 4,00 Cibinong 2,63 4,20 3,10 3,43 3,53 Cibubur 3,23 4,03 3,23 3,57 3,47 BSD 3,08 4,19 3,27 3,58 3,62 Bintaro 3,06 4,22 3,28 3,67 3,78 Kemang Pratama 2,79 4,18 3,18 3,43 3,82 Jaka Permai 2,81 4,42 3,31 3,42 3,65 Grand Wisata 2,95 4,09 3,18 3,23 3,59 Jl. Ahmad Dahlan 2,91 4,41 3,41 3,00 3,77 Rawa Mangun 2,61 4,33 3,25 3,64 3,67 Kembangan 2,86 4,29 2,93 3,50 3,71 Sisinga mangaraja 3,19 4,08 3,06 3,25 3,61 Bandung 3,13 3,88 3,44 3,19 3,75 Rata-rata 2,98 4,16 3,21 3,41 3,68
Persepsi karyawan menunjukkan seluruh Kepala Cabang Lembaga Les Privat dan Kelompok Belajar Bintang Pelajar lebih cenderung menerapkan gaya kepemimpinan yang sama yaitu gaya kepemimpinan demokratis. Berdasarkan rata-rata nilai yang diperoleh, gaya kepemimpinan demokratis memperoleh nilai rata-rata tertinggi sebesar 4,16.
Hal ini menunjukkan Kepala Cabang Lembaga Les Privat dan Kelompok Belajar Bintang Pelajar selalu melibatkan para karyawan dalam proses pembuatan keputusan. Permasalahan yang terjadi dirundingkan bersama agar ditemukan pemecahan yang tepat. Pembuat keputusan adalah Kepala Cabang, tetapi hanya setelah menerima masukan dan rekomendasi dari para karyawan.
Persepsi karyawan terhadap partisipasi kerja karyawan dapat dilihat pada Tabel 9. Persepsi karyawan akan dibandingkan dengan rentang skala keputusan untuk melihat seberapa besar tingkat partisipasi kerja karyawan. Hal ini didasarkan pada penggunaan skala likert 1-5 pada kuesioner penelitian. Rentang skala keputusan dapat dilihat pada Tabel 10.
Tabel 9. Persepsi Karyawan Terhadap Partisipasi Kerja Karyawan Lokasi/ Cabang Partisipasi Kerja Rata-rata Keterlibatan Emosi dan Mental Motivasi untuk Menyumbang Penerimaan Tanggung Jawab Jl. Bangbarung 4,22 3,69 3,94 3,95 Jl. Pajajaran 3,95 3,83 4,03 3,93 Cibinong 3,73 3,53 3,63 3,63 Cibubur 4,03 3,62 3,82 3,82 BSD 4,02 3,94 3,90 3,96 Bintaro 3,89 3,58 3,75 3,74 Kemang Pratama 3,79 3,66 3,68 3,71 Jaka Permai 4,12 3,77 3,79 3,89 Grand Wisata 3,77 3,55 3,73 3,68 Jl. Ahmad Dahlan 3,75 3,75 3,57 3,69 Rawa Mangun 3,90 3,60 3,88 3,79 Kembangan 4,11 3,88 3,93 3,97 Sisingamangaraja 3,88 3,63 3,83 3,78 Bandung 3,63 3,38 3,34 3,45 Rata-rata 3,91 3,67 3,77 3,79
Tabel 10. Rentang Skala Keputusan Partisipasi Kerja Karyawan
Kriteria Rentang Skala
Sangat rendah 1,0 < X ≤ 1,8 Rendah 1,8 < X ≤ 2,6 Cukup 2,6 < X ≤ 3,4 Tinggi 3,4 < X ≤ 4,2 Sangat tinggi 4,2 < X ≤ 5,0
Persepsi karyawan menunjukkan rata-rata nilai dari ketiga indikator berada pada rentang skala 3,4 < X ≤ 4,2. Hal ini menunjukkan bahwa karyawan Lembaga Les Privat dan Kelompok Belajar Bintang Pelajar memiliki partisipasi kerja yang tinggi.
Berdasarkan pada masing–masing indikator, maka pada indikator keterlibatan emosi dan mental hanya partisipasi kerja karyawan cabang Bangbarung yang tergolong sangat tinggi kerena memperoleh nilai 4,22. Nilai ini berada pada rentang skala 4,2 < X ≤ 5,0. Partisipasi kerja karyawan pada cabang lainnya tergolong tinggi karena masing-masing cabang memperoleh nilai yang berada pada rentang skala 3,4 < X ≤ 4,2.
Pada indikator motivasi untuk menyumbang, partisipasi kerja karyawan di seluruh cabang tergolong tinggi karena seluruh cabang memperoleh nilai yang berada pada rentang skala 3,4 < X ≤ 4,2. Sedangkan pada indikator penerimaan tanggung jawab, partisipasi kerja karyawan pada cabang Bandung tergolong
Residual P er ce nt 1 0 -1 -2 99.9 99 90 50 10 1 0.1 Fitted Value R es id ua l 4.5 4.0 3.5 3.0 1 0 -1 -2 Residual Fr eq ue nc y 1.0 0.5 0.0 -0.5 -1.0 -1.5 -2.0 40 30 20 10 0 Observation Order R es id ua l 160 140 120 100 80 60 40 20 1 1 0 -1 -2
Normal Probability Plot of the Residuals Residuals Versus the Fitted Values
Histogram of the Residuals Residuals Versus the Order of the Data
Residual Plots for y
cukup tinggi karena memperoleh nilai yang berada pada rentang skala 2,6 < X ≤ 3,4. Pada cabang lainnya partisipasi kerja karyawan tergolong tinggi karena maing-masing cabang memperoleh nilai yang berada pada rentang skala 3,4 < X ≤ 4,2.
4.5. Pengaruh Gaya Kepemimpinan Kepala Cabang terhadap Partisipasi Kerja Karyawan
Pada penelitian ini digunakan analisis regresi linear berganda untuk melihat pengaruh gaya kepemimpinan Kepala Cabang terhadap partisipasi kerja karyawan. Pada analisis regresi linear berganda, data diuji terlebih dahulu agar memenuhi asumsi yang berlaku. Uji yang dilakukan adalah uji asumsi dasar dan uji asumsi klasik. Uji asumsi dasar adalah uji normalitas. Sedangkan uji asumsi klasik antara lain uji heteroskedastisitas, autokorelasi dan multikolinearitas. Uji dilakukan dengan menggunakan program SPSS (Statistical Product and Service Solution) 16.0 for windows pada taraf alpha 5%. Hasil uji asumsi dasar dan asumsi klasik selengkapnya disajikan pada Lampiran 7.
4.4.1 Uji Normalitas
Hasil uji normalitas sebelum dilakukannya transformasi data menunjukkan bahwa data tidak berdistribusi normal.
Pada Gambar 15 terlihat bahwa plot titik-titiknya tersebar hampir mendekati garis lurusnya, Sedangkan pada Gambar 16 bentuk histogramnya tidak setangkup. Maka dapat disimpulkan asumsi kenormalan tidak terpenuhi dan perlu dilakukan transformasi data menggunakan transformasi kuadrat. Tranformasi kuadrat dilakukan dengan mengkuadratkan nilai variabel Y.
37 Residual P er ce nt 1 0 -1 -2 99 90 50 10 1 0.1 Fitted Value R es id ua l 4.5 4.0 3.5 3.0 1 0 -1 -2 Residual Fr eq ue nc y 1.0 0.5 0.0 -0.5 -1.0 -1.5 -2.0 40 30 20 10 0 Observation Order R es id ua l 160 140 120 100 80 60 40 20 1 1 0 -1 -2
Histogram of the Residuals Residuals Versus the Order of the Data
Residual P er ce nt 10 5 0 -5 -10 99.9 99 90 50 10 1 0.1 Fitted Value R es id ua l 18 16 14 12 10 10 5 0 -5 -10 Residual Fr eq ue nc y 9 6 3 0 -3 -6 -9 30 20 10 0 Observation Order R es id ua l 160 140 120 100 80 60 40 20 1 10 5 0 -5 -10
Normal Probability Plot of the Residuals Residuals Versus the Fitted Values
Histogram of the Residuals Residuals Versus the Order of the Data
Residual Plots for kuadrat y
Residual P er ce nt 10 5 0 -5 -10 99.9 99 90 50 10 1 0.1 Fitted Value R es id ua l 18 16 14 12 10 10 5 0 -5 -10 Residual Fr eq ue nc y 9 6 3 0 -3 -6 -9 30 20 10 0 Observation Order R es id ua l 160 140 120 100 80 60 40 20 1 10 5 0 -5 -10
Normal Probability Plot of the Residuals Residuals Versus the Fitted Values
Histogram of the Residuals Residuals Versus the Order of the Data
Residual Plots for kuadrat y
Gambar 16. Histogram Sisaan Sebelum Transformasi Data
Pada uji normalitas setelah dilakukannya trasnformasi data menunjukkan data berdistribusi normal. Pada Gambar 17 terlihat bahwa plot titik-titiknya tersebar hampir mendekati garis lurusnya dan pada Gambar 18 terlihat bentuk histogramnya setangkup yang diartikan menyerupai bentuk sebaran normal, sehingga dapat disimpulkan asumsi kenormalan terpenuhi.
Gambar 17. Plot Peluang Normal dengan Sisaan Setelah Transformasi Data
Gambar 18. Histogram Sisaan Setelah Transformasi Data
4.4.2 Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas ini memiliki hipotesis, yaitu: tolak H0 atau terima H1 jika Pvalue < α dan Terima H0 atau tolak H1 jika Pvalue> α. H0 adalah ragam
residual homogen, sedangkan H1 adalah ragam residual tidak homogen. Hasil uji heteroskedastisitas yang dilakukan menunjukkan nilai pvalue sebesar 0,758. Maka
menyatakan ragam residual homogen pada taraf alpha 5%, sehingga tidak terjadi kasus heteroskedastisitas dan asumsi kehomogenan ragam terpenuhi.
4.4.3 Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi memiliki hipotesis, yaitu: tolak H0 atau terima H1 jika Pvalue < α dan Terima H0 atau tolak H1 jika Pvalue> α. H0 adalah residual saling bebas, sedangkan H1 adalah residual tidak saling bebas. Hasil uji autokorelasi yang dilakukan menunjukkan nilai pvalue sebesar 0,278. Maka dapat disimpulkan
terima H0 dan tolak H1 yang artinya cukup buktiuntuk menyatakan residual saling bebas pada taraf alpha 5%, sehingga asumsi kebebasan residual dapat terpenuhi.
4.4.4 Uji Multikolinearitas
Pada Tabel 11 dapat diketahui bahwa nilai VIF (Variance Inflation Factor) dari seluruh variabel independen tidak melebihi 10, maka dapat disimpulkan tidak ada indikasi adanya multikolinearitas.
Tabel 11. Hasil Uji Multikolinearitas
No. Variabel Independen (Variabel X) Alpha (α) VIF 1 Gaya Kepemimpinan Otokratis 0,05 1,0 2 Gaya Kepemimpinan Demokratis 0,05 1,1 3 Gaya Kepemimpinan Partisipatif 0,05 1,1 4 Gaya Kepemimpinan Berorientasi pada Tujuan 0,05 1,2 5 Gaya Kepemimpinan Situasional 0,05 1,2
Setelah uji asumsi klasik terpenuhi, maka dapat dilakukan pengujian hipotesis untuk melihat pengaruh gaya kepemimpinan Kepala Cabang terhadap Partisipasi kerja karyawan. Pada pengujian hipotesis dilakukan dua uji yaitu uji koefisien regresi secara parsial (Uji t) dan uji koefisien regresi secara bersama-sama (uji F) dengan menggunakan program SPSS (Statistical Product and Service Solution) 16.0 for windows pada taraf alpha 5%. Hasil dari uji t dan uji F selengkapnya disajikan pada Lampiran 8.
4.4.5 Uji Koefisien Regresi secara Bersama-Sama (Uji F)
Uji F memiliki hipotesis , yaitu: tolak H0 atau terima H1 jika Pvalue < α dan
terima H0 atau tolak H1 jika Pvalue > α. H0 adalah tidak terdapat pengaruh secara signifikan gaya kepemimpinan Kepala Cabang terhadap partisipasi kerja karyawan, sedangkan H1 adalah terdapat pengaruh secara signifikan gaya kepemimpinan Kepala Cabang terhadap partisipasi kerja karyawan.
Hasil uji F yang dilakukan menunjukkan nilai Pvalue sebesar 0,000. Maka
dapat disimpulkan tolak H0 atau terima H1 yang artinya gaya kepemimpinan Kepala Cabang berpengaruh secara signifikan terhadap partisipasi kerja karyawan pada taraf alpha 5%.
4.4.6 Uji Koefisien Regresi secara Parsial (Uji t)
Uji t berfungsi untuk menguji pengaruh setiap variabel independen secara satu per satu atau parsial terhadap variabel dependen.
1. Gaya Kepemimpinan Otokratis terhadap Partisipasi Kerja Karyawan
Hipotesisnya adalah tolak H0 atau terima H1 jika Pvalue < α dan terima
H0 atau tolak H1 jika Pvalue> α. H0 adalah gaya kepemimpinan otokratis tidak berpengaruh secara signifikan terhadap partisipasi kerja karyawan, sedangkan H1 adalah gaya kepemimpinan otokratis berpengaruh secara signifikan terhadap partisipasi kerja karyawan.
Hasil uji t yang dilakukan diperoleh nilai Pvalue sebesar 0,096 (Tabel 13). Maka terima H0 atau tolak H1 yang artinya tidak cukup bukti untuk menyatakan gaya kepemimpinan otokratis berpengaruh secara signifikan terhadap partisipasi kerja karyawan pada taraf alpha 5%, sehingga dapat disimpulkan gaya kepemimpinan otokratis tidak berpengaruh secara signifikan terhadap partisipasi kerja karyawan.
2. Gaya Kepemimpinan Demokratis terhadap Partisipasi Kerja Karyawan
Hipotesisnya adalah tolak H0 atau terima H1 jika Pvalue < α dan terima
H0 atau tolak H1 jika Pvalue > α. H0 adalah gaya kepemimpinan demokratis tidak berpengaruh secara signifikan terhadap partisipasi kerja karyawan, sedangkan H1 adalah gaya kepemimpinan demokratis berpengaruh secara signifikan terhadap partisipasi kerja karyawan.
Hasil uji t yang dilakukan diperoleh nilai Pvaluesebesar 0,014 (Tabel 13).
Maka tolak H0 atau terima H1 yang artinya cukup bukti untuk menyatakan gaya kepemimpinan demokratis berpengaruh secara signifikan terhadap partisipasi kerja karyawan pada alpha 5%, sehingga dapat disimpulkan gaya kepemimpinan demokratis berpengaruh secara signifikan terhadap partisipasi kerja karyawan.
3. Gaya Kepemimpinan Partisipatif terhadap Partisipasi Kerja Karyawan
Hipotesisnya adalah tolak H0 atau terima H1 jika Pvalue < α dan terima
H0 atau tolak H1 jika Pvalue > α. H0 adalah gaya kepemimpinan partisipatif tidak berpengaruh secara signifikan terhadap partisipasi kerja karyawan, sedangkan H1 adalah gaya kepemimpinan partisipatif berpengaruh secara signifikan terhadap partisipasi kerja karyawan.
Hasil uji t yang dilakukan diperoleh nilai Pvalue sebesar 0,269 (Tabel 13). Maka terima H0 atau tolak H1 yang artinya tidak cukup bukti untuk menyatakan gaya kepemimpinan partisipatif berpengaruh secara signifikan terhadap partisipasi kerja karyawan pada taraf alpha 5%. Sehingga dapat disimpulkan gaya kepemimpinan partisipatif tidak berpengaruh secara signifikan terhadap partisipasi kerja karyawan.
4. Gaya Kepemimpinan Berorientasi pada Tujuan terhadap Partisipasi Kerja Karyawan
Hipotesisnya adalah tolak H0 atau terima H1 jika Pvalue < α dan terima
H0 atau tolak H1 jika Pvalue > α. H0 adalah gaya kepemimpinan berorientasi pada tujuan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap partisipasi kerja karyawan, sedangkan H1 adalah gaya kepemimpinan berorientasi pada tujuan berpengaruh secara signifikan terhadap partisipasi kerja karyawan.
Hasil uji t yang dilakukan diperoleh nilai Pvaluesebesar 0,003 (Tabel 13).
Maka tolak H0 atau terima H1 yang artinya cukup bukti untuk menyatakan gaya kepemimpinan berorientasi pada tujuan berpengaruh secara signifikan terhadap partisipasi kerja karyawan pada taraf alpha 5%, sehingga dapat disimpulkan gaya kepemimpinan berorientasi pada tujuan berpengaruh secara signifikan terhadap partisipasi kerja karyawan.
5. Gaya Kepemimpinan Situasional terhadap Partisipasi Kerja Karyawan
Hipotesisnya adalah tolak H0 atau terima H1 jika Pvalue < α dan terima
H0 atau tolak H1 jika Pvalue> α. H0 adalah gaya kepemimpinan situasional tidak berpengaruh secara signifikan terhadap partisipasi kerja karyawan, sedangkan H1 adalah gaya kepemimpinan situasional berpengaruh secara signifikan terhadap partisipasi kerja karyawan.
Hasil uji t yang dilakukan diperoleh nilai Pvaluesebesar 0,000 (Tabel 13).
gaya kepemimpinan situasional berpengaruh secara signifikan terhadap partisipasi kerja karyawan pada taraf alpha 5%, sehingga dapat disimpulkan gaya kepemimpinan situasional berpengaruh secara signifikan terhadap partisipasi kerja karyawan.
Tabel 13. Hasil Analisis Uji t
No. Variabel Independen Alpha (α) Pvalue Kesimpulan 1 Gaya Kepemimpinan Otokratis 0,05 0,096 Tidak Berpengaruh 2 Gaya Kepemimpinan Demokratis 0,05 0,014 Berpengaruh 3 Gaya Kepemimpinan Partisipatif 0,05 0,269 Tidak Berpengaruh
4 Gaya Kepemimpinan Berorientasi
pada Tujuan 0,05 0,003 Berpengaruh
5 Gaya Kepemimpinan Situasional 0,05 0,000 Berpengaruh
Hasil analisis pengaruh gaya kepemimpinan Kepala Cabang terhadap partisipasi kerja karyawan dengan menggunakan analisis regresi linear berganda diperoleh model regresi sebagai berikut:
Y = 5,505– 0,619X1 + 0,977X2 – 0,445X3 + 1,050X4 + 1,258X5 … (9) Keterangan:
Y = Partisipasi kerja karyawan X1 = Gaya kepemimpinan otokratis X2 = Gaya kepemimpinan demokratis X3 = Gaya kepemimpinan partisipatif
X4 = Gaya kepemimpinan berorientasi pada tujuan X5 = Gaya kepemimpinan situasional
Pada model terlihat bahwa koefesien regresi gaya kepemimpinan otokratis dan gaya kepemimpinan partisipatif bernilai negatif. Hal ini disebabkan karena pada gaya kepemimpinan otokratis dan gaya kepemimpinan partisipatif tidak berpengaruh secara signifikan terhadap partisipasi kerja karyawan. Maka perlu dilakukan uji kembali dengan menghilangkan variabel gaya kepemimpinan otokratis dan gaya kepemimpinan partisipatif, agar menghasilkan koefisien regresi yang positif.
Hasil analisis regresi linear berganda dengan menghilangkan variabel gaya kepemimpinan otokratis dan gaya kepemimpinan partisipatif, didapatkan model regresi sebagai berikut:
Keterangan:
Y = Partisipasi kerja karyawan X2 = Gaya kepemimpinan demokratis
X4 = Gaya kepemimpinan berorientasi pada tujuan X5 = Gaya kepemimpinan situasional
Model regresi yang dihasilkan mempunyai arti yaitu: 1. Koefisien gaya kepemimpinan demokratis bernilai 1,074
Jika gaya kepemimpinan demokratis meningkat sebesar 1 persen dan koefisien lainnya dianggap konstan, maka rataan partisipasi kerja karyawan akan naik sebesar 1,074.
2. Koefisien gaya kepemimpinan berorientasi pada tujuan bernilai 0,876
Jika gaya kepemimpinan berorientasi pada tujuan meningkat sebesar 1 persen dan koefisien lainnya dianggap konstan, maka rataan partisipasi kerja karyawan akan naik sebesar 0,876.
3. Koefisien gaya kepemimpinan situasional bernilai 1,174
Jika gaya kepemimpinan situasional meningkat sebesar 1 persen dan koefisien lainnya dianggap konstan, maka rataan partisipasi kerja karyawan akan naik sebesar 1,174.
Pada model regresi yang dihasilkan, terlihat bahwa gaya kepemimpinan Kepala Cabang yang memiliki pengaruh paling signifikan terhadap partisipasi kerja karyawan adalah gaya kepemimpinan situasional, kemudian gaya kepemimpinan demokratis dan yang terendah adalah gaya kepemimpinan berorientasi pada tujuan. Jika kepala cabang menerapkan gaya kepemimpinan situasional, maka semakin baik penerapan gaya kepemimpinannya, peningkatan partisipasi kerja karyawan akan lebih tinggi dibandingkan jika Kepala Cabang menerapkan gaya kepemimpinan demokratis dan gaya kepemimpinan berorientasi pada tujuan.
4.6. Implikasi Manajerial
Hasil penelitian yang dilakukan memiliki implikasi yang positif terhadap Kepala Cabang dan Karyawan Lembaga Les Privat dan Kelompok Belajar Bintang Pelajar. Implikasi ini dapat dijadikan sebagai masukan dalam mengembangkan perusahaan. Implikasi manajerial adalah sebagai berikut:
1. Kepala Cabang sudah baik dalam mengelola cabang dengan menerapkan gaya kepemimpinan demokratis. Namun sebaiknya ada proses umpan balik ke atas yang dilakukan oleh karyawan kepada Kepala Cabang. Proses ini membantu Kepala Cabang mendiagnosis gaya kepemimpinan, mengidenifikasi masalah potensial karyawan dan melakukan tindakan koreksi untuk proses pengembangan. Proses umpan balik ke atas dapat dilakukan dengan membuat kotak saran yang ditujukan kepada masing-masing Kepala Cabang Lembaga Les Privat dan Kelompok Belajar Bintang Pelajar.
2. Gaya kepemimpinan yang berpengaruh secara signifikan terhadap partisipasi kerja karyawan pada penelitian ini berturut-turut adalah gaya kepemimpinan situasional, gaya kepemimpinan demokratis dan gaya kepemimpinan berorientasi pada tujuan. Hal ini dapat menjadi pertimbangan bagi Kepala Cabang Lembaga Les Privat dan Kelompok Belajar Bintang Pelajar bahwa selain lebih menerapkan gaya kepemimpinan demokratis, Kepala Cabang Lembaga Les Privat dan Kelompok Belajar Bintang Pelajar memiliki alternatif untuk menerapkan gaya kepemimpinan situasional. Penerapan gaya kepemimpinan situasional akan menghasilkan peningkatan partisipasi kerja karyawan yang lebih tinggi dibandingkan dengan gaya kepemimpinan demokratis. Gaya kepemimpinan situasional dapat dilakukan dengan melihat kondisi masing-masing karyawan. Setiap karyawan akan mendapatkan perlakukan yang berbeda dari Kepala Cabang sesuai kemampuan yang dimiliki.
3. Partisipasi kerja karyawan Lembaga Les Privat dan Kelompok Belajar Bintang Pelajar tergolong tinggi. Namun sebaiknya tetap dilakukan monitoring dan evaluasi untuk menilai kinerja karyawan. Monitoring dan evalusi dilakukan dengan membuat formulir penilaian kinerja karyawan yang diisi langsung oleh Kepala Cabang. Monitoring dan evalusi dilakukan secara berkala pada jangka waktu tertentu. Selain itu peningkatan sarana coaching dan konseling untuk karyawan perlu dilakukan. Coaching dan konseling berguna untuk mengetahui kebutuhan dan keinginan karyawan, serta membantu karyawan dalam meningkatkan kompetensi diri, sehingga karyawan dapat bekerja dengan lebih baik. Coaching dan konseling dapat dilakukan oleh Kepala Cabang setiap saat
ketika karyawan membutuhkan dengan melakukan kontak langsung kepada masing-masing karyawan.