• Tidak ada hasil yang ditemukan

KONSULTAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA KOTA TERNATE

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KONSULTAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA KOTA TERNATE"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PERKEMBANGAN KEGIATAN KONSULTAN Page 1 of 28 LAPORAN PERKEMBANGAN

IMPLEMENTASI KEGIATAN KONSULTAN PROYEK CCDP-IFAD

SYAHNUL SARDI TITAHELUW

KONSULTAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA

KOTA TERNATE

(2)

LAPORAN PERKEMBANGAN KEGIATAN KONSULTAN Page 2 of 28 1. SITUASI ANALISIS

Situasi yang di temukan di kota ternate selama belum masuknya konsultan pemberdayaan memang mengalami beberapa masalah yang membuat kegiatan kurang berjalan secara maksimal, seperti belum dibukanya rekening kelompok, pembentukan kelompok untuk infrastruktur untuk enam desa yang beru dan masih banyaknya persepsi tentang maksud dari tujuan setiap kegiatan yang sudah ada dalam RKA-KL.

Setelah masuknya konsultan dalam kontek menjembatani antara TPD dan Penyuluh tersebut yang juga merupakan salah satu tugas dari konsultan pemberdayaan selain tugas pada komponen 1, program mulai menemui titik terang. Hal ini bukan hanya karena kehadiran konsultan semata, namun dengan kehadiran konsultan dalam program ini memberikan satu nilai yang berart dalam program tersebut.

Kepala dinas perikanan dan kelautan yang juga selaku ketua PIU yang sekaligus mengkordinir kegiatan di Kota Ternate sangat memahami akan tujuan dari program ini, dimana seringnya melakukan pengontrolan kepada semua stakeholder yang terlibat dalam program ini untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan yang belum berjalan.

Peran strategis yang sering dilakukan oleh konsultan dalam mengakselerasi kegiata-kegiatan di lapangan adalah dengan seringnya melakukan pertemuan tidak resmi baik dengan PIU, TPD dan Penyuluh. Hal ini sangat membantu untuk percepatan implementasi kegiatan dilapanga, seperti pembukaan rekening, pembuatan proposal, penyamaan persepsi dalam berbagai bentuk kegiatan yang diakomodir oleh program serta pemilihan kelompok yang lebih baik.

Pencapaian implementasi kegiatan di kota ternate hingga bulan desember sudah lebih dari 78 %, dimana pada beberapa bulan belakangan masih

(3)

LAPORAN PERKEMBANGAN KEGIATAN KONSULTAN Page 3 of 28

berada pada level 18 %. Hal ini berkerlasi positif dengan kegiatan yang masih tersisa 2 sampai 3 kegiatan yang kesemuanya akan dilaksanakan pada bulan desember.

Tantangan dan kendala yang sering di hadapai oleh konsultan pemberdayaan di kota ternate ialah kurangnya kesamaan persepsi antara pelaksana kegiatan dilapanga.

Hal-hal yang perlu diantisipasi dalam program ini adalah pergantiannya pengelola kegiatan yang sering terjadi sehingga membuat persepsi yang baru oleh kehadiran pejabat baru.

2. PERKEMBANGAN DAN IMPLEMENTASI KEGIATAN CCDP-IFAD KOTA TERNATE

2.1. PEMBENTUKAN KELOMPOK MASYARAKAT

Pembentukan kelompok masyarakat sudah dilakukan sejak tahun 2010 sejak tim CCD-IFAD berkunjung ke Kota Ternate untuk melakukan survey kelayakan sebagai penerima atau sasaran program yang di dampingi oleh Tim dari Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Kota Ternate. Tim juga melakukan pertemuan desa atau sosialisasi di masing-masing desa yang akhirnya menjadi desa target untuk tahun 2013.

Dalam proses sosialisasi juga tim memaparkan atau memperkenalkan maksud dan tujuan dari program CCD-IFAD untuk turun ke masing-masing desa tersebut. Tim juga kemudian menggambarkan bentuk kegiatan yang bias didanai atau dibantu dalam konteks program CCD-IFAD dan jumlah anggota yang dibolehkan dalam satu kelompok 8 – 12 orang dalam satu kelompok. Proses tersebut tetap berjalan hingga tahun 2013 dan PIU mulai melakukan Perekrutan Tenaga Pendamping Desa dan Penyuluh pada bulan Januari hingga Februari 2013 yang masing-masing berjumlah 3 orang untuk di tempatkan di tiap desa target.

TPD kemudian melakukan identifikasi kelompok di masing-masing desa target yang sudah terbentuk semenjak tahun 2010 dengan jumlah anggota

(4)

LAPORAN PERKEMBANGAN KEGIATAN KONSULTAN Page 4 of 28

kelompok 8 – 12 orang per kelompok. Selesai melakukan verifikasi kelompok-kelompok yang sekaligus melaporkan hasil identifikasi lapangan kepada PIU bersangkutan untuk di tetapkan sebagai kelompok penerima BLM tahun 2013. 2.2. PENILAIAN DESA BERBASIS MASYARAKAT 9 DESA

Kota ternate belum melaksanakan kegiatan ini dan direcanakan pada tanggal 9 sampai 10 desember 2013.

2.3. SOSIALISASI DI 6 DESA

Kegiatan ini sudah dilakukan di enam desa yang menjadi sasaran program untuk tahun 2014, diantaranya kelurahan Tafaga dan Tadenas untuk kecamatan Moti Kota, kelurahan Dorari Isa dan Togolobe untuk kecamatan Pulau Hiri dan kelurahan Tobololo dan Kulaba untuk kecamatan Pulau Ternate. Kegiatan ini dilakukan untuk memperkenalkan kepada desa sasaran 2014 tentang maksud dan tujuan program CCDP-IFAD di masing-masing desa.

Kegiatan ini lebih difokuskan pada sosialisasi program CCDP-IFAD yang meliputi tujuan program, proses, hasil, serta keberlanjutan dari kehadiran program setelah jangka waktu 5 tahun.

2.4. PERTEMUAN DI 9 DESA

Kegiatan pertemuan desa di desa sasaran pada tahun pertama sudah dilakukan pada tanggal 25 – 27 Juni 2013. Kegiatan dimulai dari Kecamatan Pulau Moti pada tanggal 24 Oktober 2013 di desa Tadenas pada jam 9:00 wit dan dilanjutkan ke desa Tafaga pada jam 13:00 wit bertempat di kantor lurah yang juga merupakan desa sasaran program untuk tahun 2014. Kegiatan ini bertujuan untuk melakukan perencanaan desa berbasis kelautan dan perikanan yang melibatkan seluruh stokeholder dan masyarakat ditingkat desa untuk menyepakati perencanaan tersebut serta menyusun rencana yang nantinya didanai oleh program serta merupakan kegiatan yang prioritas dari desa tersebut.

(5)

LAPORAN PERKEMBANGAN KEGIATAN KONSULTAN Page 5 of 28

Perbaikan sumberdaya merupakan usulan yang banyak diusulkan dalam kegiatan tersebut. Kegiatan transplantasi dan rahabilitasi hutan mangrove merupakan usulan dari kedua desa tersebut, hal ini dianggap penting karena selain tadenas dan tafaga yang mempunyai sumberdaya tersebut (mangrove dan terumbu karang) dikarenakan ekosistem terumbu karang di desa tersebut sudah mengalami kerusakan sehingga perlu untuk di perbaiki dalam lingkup perencanaan berbasis desa. Pengembangan usaha menjadi kelompok juga banyak diusulkan dalam pertemuan tersebut, hal ini dikarenakan ketersediaan sumberdaya yang cukup untuk mendukung aktifitas dari masing-masing keahlian tau usaha yang diguluti dalam desa tersebut.

Selain di Kecamatan Pulau Moti (Tadenas dan Tafaga), kegiatan serupa juga dilakukan di dua kecamatan lainnya yaitu kecamatan Pulau Hiri (Togolobe dan Dorari Isa) dan Kecamatan Pulau Ternate(Tobololo dan Kulaba). Proses yang dilakukan juga sama dengan desa Tafaga, yakni melibatkan semua pihak dan stokeholder untuk melakukan perencanaan berbasis dimasing-masing desa sasaran proyek.

2.5. PELATIHAN KAPASITAS KELOMPOK MASYARAKAT DI 9 DESA

Kegiatan Pelatihan ini sudah kami lakukan di tiga desa yang merupakan desa target program dan sekaligus merupakan desa penerima BLM tahun 2013. Kegiatan POKMAS ini dilakukan di desa MADO Kec. Pulau Hiri pada tanggal 21 Oktober, Sulamadaha 22 Oktober dan Moti Kota tanggal 23 Oktober 2013. Desa-desa yang menjadi tujuan dari kegiatan tersebut merupakan merupakan Desa-desa sasaran program tahun pertama. Dalam pelatihan kapasitas pokmas ini, kelompok dibekali oleh beberapa materi yang dibawakan oleh PIU, Konsultan dan Dinas Kelautan dan Perikanan (bidang P2HP).

Kegiatan pokmas dilakukan di setiap desa sasaran IFAD yang juga merupakan desa penerima BLM (Bantuan Langsung Masyarakat) tahun pertama. Tujuan utama dari kegiatan ini adalah memberikan pelatihan secara tehnik dari tata cara pembuatan proposal secara terperinci dari setiap kelompok. Namun

(6)

LAPORAN PERKEMBANGAN KEGIATAN KONSULTAN Page 6 of 28

dalam kegiatan ini lebih banyak di tekankan pada pelatihan penggunaan atau pengelolaan keuangan dengan lebih terperinci atau tidak keluar dari setiap RAB yang telah ada dalam proposal tersebut. Selain rencana pengelolaan keuangan, materi (P2HP) yang diberika juga pada masalah tehnik tentang pengelohan ikan dengan lebih baik agar ketahanannya bisa bertahan dalam waktu yang lama.

Kerja sama dalam kelompok untuk mencapai hasil yang lebih baik juga merupakan salah satu fokus materi yang diberikan dalam pemahaman kelompok. Hal ini dianggap penting karena hilang atau hancurnya setiap kegiatan yang melibatkan kelompok dimulai dari setiap kecurigaan dalam kelompok sendiri. Sehingga akan berdampak pada kegagalan dari setiap program yang sudah direncanakan.

2.6. KEGIATAN INVENTORY SUMBERDAYA PESISIR BERBASIS MASYARAKAT

Inventori merupakan kegiatan untuk menginventarisi sumber daya yang berkaitan terhadap aspek pembangunan atau pembangunan yang mendukung aspek sumber daya dimasing-masing desa sasaran proyek. Dalam kegiatan ini kami mencoba untuk menginventarisir sumberdaya yang ada dan pembangunan yang mendukung keberlanjutan dari sumber daya tersebut. Kegiatan ini dilakukan di 9 desa sasaran proyek, 3 desa sasaran (Sulamadaha, Moti Kota dan Mado) penerima BLM tahun 2013 dan 6 desa (Tafaga, Tadenas, Togolobe, Dorari Isa, Tobololo dan Kulaba) penerima BLM 2014. Kegiatan ini turut melibatkan stokeholder terkait dan masyarakat dari tiap-tiap desa. Kegiatan ini dimulai di Kecamatan Moti yakni desa Tafaga tanggal 26 oktober, desa Tadenas tanggal 27 oktober, desa Tafaga tanggal 28 oktober 2013, Kecamatan Pulau Ternate desa Kulaba tanggal 29 oktober, desa Tobololo tanggal 30 oktober, desa Sulamadaha 31 oktober, dan Kecamatan Pulau Hiri desa Mado tanggal 1 November, desa Togolobe tanggal 2 November dan desa Dorari Isa Tanggal 3 November.

 Desa-desa yang menjadi sasara proyek baik 2013 maupun 2014 mempunyai karakteristik sumberdaya yang hampir sama. Untuk Kecamatan Pulau Ternate contohnya, desa Sulamadaha, Tobololo dan

(7)

LAPORAN PERKEMBANGAN KEGIATAN KONSULTAN Page 7 of 28

Kulaba yang mempunyai karakteristik sumber daya yang sama dari ke tiga desa tersebut. Sulamadaha dan Tobololo mempunyai sumber daya terumbu karang dan hutan mangrove yang semuanya juga sudah mengalami kerusakan akibat dari kegiatan taau aktifitas manusia. Seperti tambang pasir, pembuangan jangkar disembarangan tempat. Desa sulamadaha mempunyai berbagai sumber daya, salah satu sumber daya yang perlu di tangani untuk mencegah dari kerusakan yang lebih besar adalah terumbu karang. Sumber daya ini mempunyai nilai dari sisi ekonomis yang cukup besar, karena sering digunakan sebagai lokasi wisata dan setiap pengunjung yang masuk dikenakan biaya. Kerusakan terumbu karang yang terjadi di desa ini banyak diakibatkan oleh aktifitas manusia (jangkar), sehingga perlu untuk di buat sutu sentuhan baik berupa tempat tambat labuh atau jembatan untuk mencegah kerusakan itu menjadi lebih besar.

 Kecamatan Moti juga mempunyai karakteritik yang sama antara desa Moti Kota, Tadena dan Tafaga. Selain terumbu karang, hutan mangrove juga merupakan salah satu sumber daya yang ada di Kecamatan Moti yang perlu untuk di perbaiki atau menjadi perhatian dalam pembangunan kedepan. Peran atau fungsi dari hutan mangrove untuk kecamatan ini sangat besar, selain sebagai sumber makanan, bertelur dan tempat tinggal bagi berbagai biota yang berasosiasi dengan hutan mangrove. Dampak yang paling besar dan dilihat secara nyata dari hilangnnya hutan mangrove di kecamata Moti ialah terjadinya abrasi yang cukup besar yang terjadi sekarang ini.

 Kecamatan Pulau Hiri juga tidak jau berbeda karakteristik sumber daya yang ada, setiap desa memiliki ekosistem terumbu karang dan semuanya sudah mengalami kerusakan. Penyebab kerusakan juga sama seperti desa-desa yang yang lain yaitu disebabkan oleh aktifitas manusia. Ekosistem mangrove hanya dimiliki di desa Togolobe dan sudah mengalami kerusakan sedangkan dua desa lainnya tidak memiliki sumber

(8)

LAPORAN PERKEMBANGAN KEGIATAN KONSULTAN Page 8 of 28

daya tersebut, hal ini dikarenakan karakteristik tanah dari desa tersebut yang tidak bisa di tumbuhi oleh hutan mangrove.

2.7. WORKSHOP COASTAL MARINE RESOURCES MANAGEMENT

Workshop Coastal Marine Resources Management direncanakan dilakukan di Kota Ternate pada tanggal 3 Desember sampai tanggal 5 Desember 2013.

2.8. PERSIAPAN COASTAL DETAILED VILLAGE CO-MANAGEMENT PLAN DI 9 DESA

Kegiatan ini merupakan kelanjutan dari pertemuan desa, yang membahas tentang rencana pengelolaan berbasis desa di 9 desa sasaran program. Kegiatan ini dilakukan selama 9 hari mulai pada tanggal 4 November di desa Tafaga, Tadenas, Moti Kota, Kulaba, Tobololo, Sulamadaha, Dorari Isa, Togolobe dan tanggal 9 Mado. Pihak-pihak yang terlibat dalam kegiatan ini antarai lain, PIU, Konsultan, Pemerintah Daerah (Lurah), Kelompok dan tokoh-tokoh masyarakat. Keterlibatan masyarakat dalam kegiatan ini untuk menyusun rencana yang nantinya akan dilakukan oleh masyarkat sendiri yang merupakan pengelola sekaligus juga menjalankan rencan dari hasil atau pengelolaan tersebut.

2.9. FASILITASI KEGIATAN P3MP 1 KALI

2.10. PELATIHAN SISTEM MONEV SUMBER DAYA PESISIR

Kegiatan ini dimaksudkan untuk memberikan pelatihan atau memonitoring setiap sumber daya di wilayah pesisir dari masing-masing desa, sehingga setiap perubahan baik yang bersifat alami atau antropogenik bisa di minimalisir bentuk kerusakan, terutama kerusakan yang disebabkan oleh aktifitas manusia seperti pengeboman ikan, pengambilan batu karang untuk fondasi rumah, pengambilan hutan bakau untuk dijadikan bahan bakar kayu. Dalam pelatihan keterlibatan dari unsur akademisi di ikut sertakan sebagai

(9)

LAPORAN PERKEMBANGAN KEGIATAN KONSULTAN Page 9 of 28

pemateri, yang membawakan pentingnya sumber daya pesisir untuk di jaga dan dikelola sebaik-baiknya.

Karena potensi atau sumber daya yang ada di wilayah pesisir mempunyai potensi yang sangat besar, baik dari sisi ekonomi, ekologi dan budaya yang kesemuanya berkaitan dengan keberlangsungan atau ketergantungan akan masyarakat yang berprofesi sebagai nelayan maupun yang menggantungkan hidup di laut. Dari sisi ekonomi sumber daya pesisir bisa menjadi suatu peluang ekonomi yang besar apabila sumber daya tersebut dijadikan sebagai tempat wisata dalam lingkup yang besar, tempat mencari ikan bagi nelayan.

Selain dari unsur akademisi, pihak komite juga memberikan materi tentang pentingnnya program ini dilaksanakan untuk bisa “menjamin” kelangsungan dari ekosistem maupun keberlanjutan dari program ini. Karena program ini merupakan bantuan yang harus menjadi tanggungan bangsa atau menjadi tanggungan kita semua.

2.11. PELATIHAN PEMASARAN

Pelatihan pemasaran untuk Kota Ternate dilakukan pada tanggal 10 November 2013 pada jam 09:00 wit sampai jam 13:00 wit. Kelompok-kelompok yang diundang dalam kegiatan ini adalah kelompok usaha untuk di tiga desa target 2013 (Mado, Sulamadaha dan Moti Kota).

Lebih detail pembahasannya ada pada konsultan pemasaran. 2.12. WORKSHOP PENGEMBANGAN AIG DAN JEJARING PEMASARAN

Tanggal 26 November 2013 di kota ternate bertempat di Hotel Grand Majang dilakukan kegiatan AIG dan Jejaring Pemasaran. Kegiatan ini berlangsung selama tiga hari sampai tanggal 28 November 2013. Salah satu yang menjadi pemateri dalam kegiatan tersebut ialah bapak saefudin selaku PMO, selain PMO dalam kegiatan ini juga turut diundang beberapa pengusaha untuk menjadi

(10)

LAPORAN PERKEMBANGAN KEGIATAN KONSULTAN Page 10 of 28

pemateri. Kegiatan ini lebih difokuskan kepada kelompok-kelompok usaha di masing-masing desa yang menjadi target untuk tahun 2013.

Lebih detail pembahasannya kegiatan ini, ada pada konsultan pemasaran. 2.13. SINKRONISASI PERENCANAAN

Singkronisasi perencanaan kegiatan dilakukan pada bulan Novenber tanggal 4 hingga tanggal 10 Desember. Kegiatan ini bertujuan untuk menyamakan persepsi antara PMO dan PIU serta stakeholder yang terlibat dalam program ini.

2.14. PERTEMUAN TEKNIS 3 KALI

Pertemuan dimulai dengan kata sambutan oleh kepala dinas keluatan dan perikanan kota ternate Bpk. Rusli Bian, M.Si. dalam kata sambutan tersebut, kepala dinas yang selaku ketua PIU (Project Implemetation Unit) menekankan kepada semua pihak agar benar-benar melaksanakan kegiatan CCDP-IFAD ini dengan sungguh-sungguh. Karena kegiatan ini sangat membantu kelompok-kelompok nelayan “miskin” untuk meningkatkan tingkat kesejahtraan mereka. Untuk itu, semua pihak yang terlibat dalam kegiatan tersebut agar harus melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya masing-masing secara maksimal guna mencapai tujuan akhir dari kegiatan ini. Selain menjalankan tugas dan tanggung jawab dengan sabaik-baiknya, ketua PIU juga menekankan kepada semua pihak agar cepat dan tanggap dalam menilai atau mengetahui apa yang menjadi keinginan kelompok. Sehingga proyek ini bukan hanya saja sebagai upaya menghambur-hamburkan uang semata, melaikan kita bias menghasilkan sesuatu dari proyek ini yang juga merupakan tujuan akhir dari proyek CCDP-IFAD. Agenda pertemuan tersebut untuk Menindak lanjuti beberapa rekomendasi penting (review proposal kelompok) dari pertemuan yang dilakukan oleh TIM PIU, konsultan, TPD dan Penyuluh pada tanggal 4 Oktober kemarin, maka pada tanngal 12 Oktober dilakukan pertemuan lanjutan TIM TEKNIS guna membahas proposal dari kelompok yang dimasukan oleh kelompok melalui TPD

(11)

LAPORAN PERKEMBANGAN KEGIATAN KONSULTAN Page 11 of 28

tersebut. Dalam pembahasan proposal tersebut, konsultan pemberdayaan dan pemasaran lebih menekankan pada besaran nilai swadaya yang harus ada dalam setiap kelompok yang mengusulkan/diusulkan untuk menjadi penerima bantuan langsung masyarakat (BLM).

Ada beeberapa cacatan yang dihasilkan dalam pertemuan tersebut, diantaranya ialah:

 Waktu sudah masuk akhir triwulan, sehingga semua kegiatan harus dipercepat

 Tahapan sudah masuk pencairan dana BLM, semua pihak yang terlibat harus lebih mempercepat proses pencairan dana BLM tersebut

 Pondok informasi harus segera mungkin untuk di bangun dalam tahun ini dan dibangun di 9 desa.

 Setiap proposal yang masuk harus menyertakan nilai swadaya minimal 20 %

 Dana BLM harus sudah cair di akhir bulan oktober atau maksimal minggu pertama bulan November.

 Pembukaan nomor rekening kelompok penerima dana BLM

2.15 FOCUS GROUP DISCUSSION UNTUK ANNUAL INCOME DAN MARKET SURVEY

Kegiatan ini belum dilaksanakan karena masih menunggu hasil interpretasi dari pengambilan data yang telah dilakukan pada bulan lalau.

2.16 PENJELASAN DAN MONITORING STATUS PENCAIRAN BLM

Proses pencairan BLM di kota Ternate sudah dilakukan di semua kelompok, baik untuk 3 desa target tahun 2013 (Desa Sulamadaha, Desa Mado dan Desa Moti Kota) maupun tahun 2014 untuk 6 desa untuk kelompok

(12)

LAPORAN PERKEMBANGAN KEGIATAN KONSULTAN Page 12 of 28

infrastruktur. Pencairan dilakukan pada hari senin tanggal 25 November 2013 di kantor cabang BANK BRI kota ternate pada jam 8:00 – 14:00 wit. Proses pencairan BLM untuk Kota Ternate dilakukan disemua kelompok yang dibagi dalam dua tahapan, tahapan pertama 50% dan tahap ke dua 50%. Hal ini dimaksudkan untuk memudahkan pengontrolan terhadap penggunaan anggaran atau BLM yang nantinya digunakan oleh kelompok.

Monitoring BLM yang dilakukan di Kota Ternate dalam hal penggunaan anggaran oleh kelompok ialah dengan dengan melalui rencana penggunaan anggaran secara sederhana. Hal ini memudahkan semua pihak, baik konsultan, PIU maupun tenaga pendamping desa dan penyuluh dalah memonitoring hal ini.

Proses yang dilakukan di kota ternate antara lain: 1. Kelompok membuat proposal

2. Proposal kemudian di verifikasi oleh TIM PIU dan Konsultan kemudian diserahkan ke komite.

3. Proposal yang masuk lalu di seleksi, verifikasi dan di tetapkan sebagai kelompok penerima BLM

4. Setelah penetapan, proposal di kembalikan ke PIU untuk melakukan pengusulan ke KPPN

5. Setelah pemasukan atau pengajuan ke KPPN Kota Ternate selang waktu sampai dua hari lalu dana BLM masuk ke Rekening Kelompok.

(13)

LAPORAN PERKEMBANGAN KEGIATAN KONSULTAN Page 13 of 28 2.17. KOORDINASI UNTUK PERENCANAAN IMPLEMENTASI TAHUN 2014

Belum terlaksanakan.

Tabel 01. Status Pencapaian/pencairan BLM

No Kecamatan Desa Kelompok Status

Pencairan (%) Catatan Status 1 Pulau Ternate Sulamadaha Pengawasan Pesisir 0 % Tahun 2013 dana di alihkan ke kelompok Infrastruktur Mari membangun 50 % Pencairan dana BLM dilakukan dalam 2 tahapan dan pembelanjaan barang di damping oleh TPD maupun Penyuluh Maku dodara 50 % Makugasa laha 50 % Saragi mangele 50 % Tabangan jaya 50 % Soa raha 1 50 % Tobololo Kulaba 2

Pulau Hiri Mado Jiko Mado 0 % Tahun 2013

dana di alihkan ke kelompok

(14)

LAPORAN PERKEMBANGAN KEGIATAN KONSULTAN Page 14 of 28

Infrastruktur

Mado City 50 % Pencairan

dana BLM dilakukan dalam 2 tahapan dan pembelanjaan barang di damping oleh TPD maupun Penyuluh Satu Hati 50 % Guheba Permai 50 % Usaha Baru 50 % Mado Jaya 50 % Togolobe 50 % Kelompok Infrastruktur

Dorari Isa 50 % Kelompok

Infrastruktur

3

Moti Moti Kota Semangat

Indah 0 % Tahun 2013 dana di alihkan ke kelompok Infrastruktur Tosehe Berkesan 50 % Pencairan dana BLM dilakukan dalam 2 tahapan dan pembelanjaan barang di damping oleh TPD maupun Penyuluh Bula Jaya 50 % Jiko Lamo 50 % Marasai 50 % Pemuda Mandiri 50 %

(15)

LAPORAN PERKEMBANGAN KEGIATAN KONSULTAN Page 15 of 28

Tadenas 50 % Kelompok

Infrastruktur

Tafaga 50 % Kelompok

Infrastruktur

2.18. IDENTIFIKASI POLA DISTRIBUSI PEMASARAN HASIL PERIKANAN

Nelayan-nelayan yang berada pada desa terget dalam kegiatan CCDP-IFAD biasanya menjual hasi tangkapan ke pengumpul maupun langsung ke pasar atau ke dese mereka. Untuk desa-desa yang berada jauh dari Kota Ternate yang merupakan pusat pemerintahan biasanya menjual ke pengumpul ataupun dipasarkan didalam desa tersebut. Jika hasil tangkapan tidak habis terjua semua, maka altermatif dijadikan sebagai ikan asap untuk nantinya dijual ke Kota Ternate. Sedangkan desa yang tidak jauh aksesnya (Sulamadaha) ke Kota Ternate biasanya langsung menjual hasil tangkapan ke pasar ikan yang berada di kota ternate.

2.19. STATUS DAN PEMBANGUNAN PONDOK INFORMASI

Setelah melakukan pencairan pada tanggal 25 November 2013 lalu, sebagian kelompok langsung melakukan pembelian barang pada tanggal 26 dan 27 November 2013. Proses pembelanjaan barng tersebut tentunya didampingi oleh Tenaga Pendamping Desa dan Penyuluh dari tiap-tiap Kecamatan guna mengontrol item-item pembelanjaan barang sesuai pada rencana Pengelolaan Keuangan sederhana yang telah dimasukan sebelumnya sebgai persyaratan pencairan BLM tersebut. Item-item pembelanjaan untuk pondok informasi pada tahap pertama antara lain;

1. Semen 2. Besi 3. Pasir 4. Serta batu

(16)

LAPORAN PERKEMBANGAN KEGIATAN KONSULTAN Page 16 of 28

Status pembangunan pondok informasi untuk semua desa baik target maupun sasaran 2014 dalam proses pengerjaan. Target pembangunan pondok informasi selesai pada akhir desember.

2.19. FASILITASI TIM SURVEY ANNUAL INCOME DAN MARKET SURVEY

Annual outcome survey (AOS) dilakukan di kota ternate di empat desa, dimana dua desa merupakan target (Sulamadaha dan Moti Kota) kegiatan tersebut dan dua lagi merupakan desa (Dorari Isa dan Taduma) pembanding yang mempunyai karakteristik yang tidak jauh berbeda dengan desa yang merupakan target dari kegiatan AOS tersebut. AOS mulai dilakukan pada tanggal 8 November 2013 di desa Sulamadaha yang merupakan desa target pada jam 9:00 wit sampai jam 15:00 wit yang dimapingi oleh konsultan, TPD dan penyuluh. Tanggal 9 November 2013 dilakukan di desa Dorari Isa yang merupakan desa pembanding dengan karakteritik yang tidak jauh berbeda dengan kota ternate yang juga di dampingi oleh Konsultan, TPD dan Penyuluh. Tanggal 11 November 2013 di desa Moti Kota yang merupakan desa Target dan tanggal 12 di desa Taduma yang menjadi desa pembanding ke dua.

Kegitan ini dilakukan oleh pihak universitas Insitut Pertanian Bogor (IPB) yang terdiri dari tiga orang dalam melaksanakn kegiatan tersebut. Tim memulai dengan melakukan proses FGD atau diskusi kelompok dengan tujuan untuk mengetahui seberapa besar hasil tangkapan masyarakat setiap pergi melaut. Proses FGD juga bertujuan untuk melihat masalah yang sering dihadapai oleh kelompok (nelayan) dalam memasarkan hasil yang didapat. Selain itu, proses FGD juga bertujuan untuk mendalami permasalahan, keinginan dari tiap kelompok.

2.20. FASILITASI KEGIATAN SURVEY RIMS

RIMS dilakukan di desa Sulamadaha yang merupakan desa target program 2013. Pelaksanaan RIMS dilakukan selama dua hari, pada Tanggal 11 November sampai 12 November 2013 yang dibantu oleh penyuluh dan TPD.

(17)

LAPORAN PERKEMBANGAN KEGIATAN KONSULTAN Page 17 of 28

Sebelum melakukan RIMS, tim Konsultan telah melakukan penjelasan kepada TPD maupun Penyuluh untuk mengetahui cara-cara pengembilan data tersebut dan dilatih berulang kali sampai mereka dianggap mampu untuk melakukan sendiri.

Responden RIMS di ditentukan berdasarkan nama-nama yang telah diberikan kepada masing-masing TPD dan Penyuluh yang diambil secara acak oleh konsultan dengan asumsi sudah mewakili semua kelompok yang menjadi sasaran program tahun pertama. Proses wawancara yang dilakukan cukup mudah, karena TPD maupun Penyuluh mampu menguasai bahasa daerah setempat yang menjadi sasaran RISM tersebut, sehingga proses wawancara dilakukan dengan menggunakan bahasa daerah (Ternate).

Ada dua bahan kuisioner yang dilakukan, yaitu survey impact dan tambahan RIMS. Secara umum, pertanyaan-pertanyaan dalam kuisioner survey impact mudah untuk dipahami para responden. Namun demikian ada juga beberapa responden yang kesulitan untuk menjawab point tertentu, misalnya umur anggota keluarga dan tanggal lahir anak. Oleh sebab itu, untuk mempermudah dan menghindari kesalahan pencatatan demografi rumah tangga, makatim selalu meminta agar Kartu Keluarga diperlihatkan kepada kami. 2.21. FASILITASI KEGIATAN VILLAGE PROFILING

Pendampingan tim pembuat profil di Kota Ternate selama tiga hari yang dimulai pada tanggal 29 di Kecamatan Pulau Hiri yang meliputi desa Mado, Togolobe dan Dorari Isa. Kegiatan yang dilakukan ialah pengambilan pointing lokasi geografis seperti; Sekolah, Tempat Ibadah, Kantor Lurah dan Sumber daya Pesisir dari masing-masing desa di kecamatan Pulau Hiri selama 1 Hari.

Proses yang sama dilakukan di kecamatan Moti Kota yang meliputi desa Moti Kota, Tadenas dan Tafaga maupun di kecamatan Pulau Ternate yang meliputi desa Kulaba, Tobololo dan Sulamadaha. Kegiatan Village Profiling dilakukan selama 3 hari di masing-masing kecamatan setiap hari. Selain pengambilan titik pointing lokasi geografis tersebut, juga melakukan

(18)

LAPORAN PERKEMBANGAN KEGIATAN KONSULTAN Page 18 of 28

pengambilan data kuisoner untuk setiap kelompok yang diwakili oleh masing-masing kelompok satu orang.

Kelengkapan informasi masih menunggu laporan dari konsultan profiling. 2.22. FASILITASI KEGIATAN STUDY GENDER

Kegiatan ini juga belum dilaksanakan di PIU kota ternate, namun kami akan tetap siap untuk menunggu tim atau mendampingi tim ini dalam melakukan aktifitas di Kota Ternate.

2.23. PERTEMUAN DENGAN KELOMPOK

Pertemuan dilakukan di desa sulumadaha, yang merupakan salah satu desa penerima bantuan CCDP-IFAD tahun pertama (2013). Pertemuan dimulai dengan kata sambutan oleh bapak lurah Sulamadaha. Dalam kata sambutan tersebut, bapak lurah menyampaikan apresiasinya kepada semua pihak (CCDP-IFAD) yang telah memilih desa sulamadaha untuk menjadi satu desa penerima bantuan tahun ini. Selain apresiasi, beliau juga mengingatkan kepada seluruh kelompok penerima bantuan CCDP-IFAD agar tidak menganggap bantuan ini sebagai bahan yang habis pakai, karena bantuan ini sangat bermanfaat untuk meningkatkan taraf hidup.

Agenda pertemuan tersebut untuk menindaklanjuti hasil pertemuan pada tanggal 12-10-2013 lalu, dimana salah satu item ialah PEMBUKAAN NOMOR REKENING KELOMPOK. Dalam pertemuan tersebut konsultan menyampaikan pentingnya pengelolaan bersama, sehingga bantuan yang dating tidak dipandang sebagai barang habis pakai oleh anggota kelompok. Artinya harus ada asas manfaat yang bisa dirasakan oleh kelompok dengan adanya bantuan itu, walaupun dengan jumlah yang kecil (BLM) namun ketika niat yang besar dalam untuk merubah/meningkatkan taraf hidup setiap anggota kelompok semua bisa merasakan asa manfaat tersebut. Tetapi ketikan

maenseet kelompok terhadap bantuan ini adalah barang habis pakai, asas manfaat itu

tidak akan pernah bisa dirasakan oleh setiap anggota kelompok dan hal ini akan berimplikasi pada “peningkatan taraf hidup” anggota kelompok itu sendiri.

(19)

LAPORAN PERKEMBANGAN KEGIATAN KONSULTAN Page 19 of 28

Poin-poin yang disepakati dalam pertemuan tadi malam ialah:

 Tanggal 23-10-2014 (hari ini) ketua & bendahara membuka nomor rekening kelompok di bank BRI

 Kelompok meminta kepada tim PIU, CCDP-IFAD, Konsultan, TPD dan Penyuluh untuk memberika pelatihan MANAJEMEN KEUANGAN setiap Kelompok.

3. STATUS KELOMPOK MASYARAKAT

3.1. KELOMPOK KERJA DESA (VWG)

3.2. KELOMPOK USAHA (ENTERPRISES)

Secara umum Kelompok usaha yang terbentuk di Kota Ternate lebih banyak pada usaha perikanan tangkap, pemasaran hasil perikanan (dibo-dibo) dan pengolahan produk perikanan. Hal ini berkaitan erat dengan sebagian keahlian dari setiap anggota kelompok yang terbentuk dan kebanyakan mengusulkan pengadaan armada tangkap dan alat tangkap. Bagi kelompok yang sudah mempunya alat tangkap, mereka mengusulkan armada dan mesin, begitupun sebaliknya. Sedangkan kelompok usaha pemasaran mengajukan bantuan berupa pembangunan tempat pemasaran ikan, dan modal awal untuk usaha jual-beli ikan. Kelompok usaha pengolahan/perempuan adalah berupa pembuatan kerupuk udang, pengolahan rajungan, dan pengolahan kerang ale-ale.

3.3. KELOMPOK PENGELOLA SUMBERDAYA PESISIR

Kelompok ini sudah terbentuk di setiap desa dan kelompok ini juga suda membuka rekening kelompok untuk di kantor cabang BRI Kota Ternate yang menjadi target program tahun 2013, namun karena kurangnya kordinasi antara PIU, Konsultan, TPD dan Penyuluh di setiap desa, sehingga usulan yang masuk kurang tepat atau sasaran dari proposal tersebut kurang sesuai dengan yang diinginkan oleh program.

Sehingga untuk tahun 2013 kelompok ini tidak mendapatkan bantuan BLM walaupun proses untuk menjadi penerima BLM sudah dijalani, baik

(20)

LAPORAN PERKEMBANGAN KEGIATAN KONSULTAN Page 20 of 28

pembentukan kelompok dengan jumlah 10 orang tiap desa target, pendampingan pembuatan proposal hingga pembukaan rekening kelompok. 3.4. KELOMPOK INFRASTRUKTUR

Kelompok ini telah terbentuk di semua desa baik desa target 2013 maupun desa sasaran untuk tahun 2014 yang berjumlah 9 desa. Enam desa yang menjadi sasara program tahun 2014 juga telah melakukan pencairan BLM dengan proses yang sama seperti desa-desa target 2013. Kelompok infrastruktur juga sudah mulai melakukan pekerjaan pembangunan pondok informasi di masing-masing desa.

3.5. KELOMPOK TABUNGAN

Kelompok ini kami belum membentuk untuk setiap desa baik target maupun sasaran. Hal ini karena kami belum menganggap urgen untuk dilakukan di PIU Kota Ternate.

Tabel 02. Daftar Status Kelompok Masyarakat (USAHA) di 3 desa

I. Desa Sulamadaha

No Nama kelompok Jumlah anggota

Proposal Usaha dari masyarakat

Total Laki-laki Perempuan Jenis Usaha Kelompok

1. Kelompok Maku Dodara 10 0 10 Ikan Asap

2. Kelompok Soa Raha 1 10 10 0 Tangkap

3. Kelompok Tabangan Jaya 10 10 0

Budidaya Pembesara Kerapu

4. Kelompok Saragi Mangele 10 10 0 Tangkap

(21)

LAPORAN PERKEMBANGAN KEGIATAN KONSULTAN Page 21 of 28 II. Desa Moti Kota

No Namakelompok Jumlah anggota

Proposal Usaha darimasyarakat

Total Laki-laki Perempuan Jenis Usaha Kelompok

1. Kelompok Marasai 10 0 10 Pengolahan ikan Asap

2. Kelompok Tosehe Berkesan 10 10 0 Tangkap

3. Kelompok Bula Jaya 10 10 0 Tangkap

4. Kelompok Jiko Lamo 10 0 10 Pengolahan ikan Abon

III. Desa Mado

No Namakelompok Jumlah anggota

Proposal Usaha darimasyarakat

Total Laki-laki Perempuan Jenis Usaha Kelompok

1. Kelompok Satu Hati 10 0 10 Pengolahan ikan Asap

2. Kelompok Guheba Permai 10 0 10 Pengolaha

3. Kelompok Mado Jaya 10 10 0 Tangkap

4. Kelompok Usaha Baru 10 10 0 Tangkap

Tabel 03. Daftar Status Kelompok Masyarakat (iNFRASTRUKTUR) di 9 Desa Kota Ternate

No Jumlah anggota Proposal yang diajukan

KELOMPOK INFRASTRUKTUR

DESA Total Laki-laki Perempuan JenisUsaha infrastruktur

1. Desa Moti Kota 10 10 0

Infrastruktur /

Pembangunan Pondok Informasi

(22)

LAPORAN PERKEMBANGAN KEGIATAN KONSULTAN Page 22 of 28 Tabel 04. Daftar Status Kelompok Masyarakat (VWG) di 9 Desa/Kelurahan

No

NAMA KELOMPOK VWG

Jumlah Kegiatan Yang

telahdilakukan

Total Laki-laki Perempuan

1. Desa/Kelurahan 1 2. Desa/Kelurahan 2 Pembangunan Pondok Informasi 3. Desa Tafaga 10 9 1 Infrastruktur / Pembangunan Pondok Informasi 4. Desa Mado 10 10 0 Infrastruktur / Pembangunan Pondok Informasi 5. Desa Togolobe 10 9 1 Infrastruktur / Pembangunan Pondok Informasi

6. Desa Dorari Isa 10 9 1

Infrastruktur / Pembangunan Pondok Informasi 4. Desa Sulamadah 10 10 0 Infrastruktur / Pembangunan Pondok Informasi 5. Desa Tobololo 10 9 1 Infrastruktur / Pembangunan Pondok Informasi 6. Desa Kulaba 10 10 0 Infrastruktur / Pembangunan Pondok Informasi

(23)

LAPORAN PERKEMBANGAN KEGIATAN KONSULTAN Page 23 of 28 3. Desa/Kelurahan 3 4. Desa/Kelurahan 4 5. Desa/Kelurahan 5 6. Desa/Kelurahan 6 4. Desa/Kelurahan 7 5. Desa/Kelurahan 8 6. Desa/Kelurahan 9

Tabel 05. Daftar Status Kelompok Masyarakat (PENGELOLA SUMBERDAYAPESISIR) di 9 DESA

No NAMA KELOMPOK PENGELOLA SUMBERDAYA

Jumlah anggota Proposal yang diajukan untuk aktifitas pengelola

SD

Total Laki-laki Perempuan

1. Semangat Indah 10 10 0

Pengadaan Bodi dan Mesin, namun di tolak

2. Pengawan Pesisi 10 10 0

Pengadaan Bodi dan Mesin, namun di tolak

3. Jiko Mado 10 10 0

Pengadaan Bodi dan Mesin, namun di tolak

4. Tobololo Belum terbentuk

5. Kulaba Belum Terbentuk

6. Tafaga Belum Terbentuk

4. Tadenas Belum Terbentuk

5. Togolobe Belum Terbentuk

(24)

LAPORAN PERKEMBANGAN KEGIATAN KONSULTAN Page 24 of 28 3. PENGEMBANGAN KAPASITAS / PELATIHAN / WORKSHOP

Pada bagian ini diharapkan menggambarkan daftar singkat aktifitas pengembangan kapasitas, workshop dan training yang secara formal diikuti/dilakukan ditingkat PIU.

Tabel 06. Daftar Workshop/Pertemuan/Training

No Judul Pertemuan / Workshop / Training

Lokasi Waktu Target Peserta Peserta yang hadir L P Total 1

2 4 4

4. PERAN DAN KOORDINASI KELEMBAGAAN

4.1. PMO

PMO telah melakukan langkah-langkah akselerasi program secara baik mulai dari tingkat PIU, perekrutan Konsultan (Pusat maupun Daerah), merancang petunjuk teknis pelaksanaan, menyusun RKA, menjalin partner kerja dalam bentuk PIU, berkoordinasi dengan PIU, memfasilitasi forum diskusi jejaring sosial antara PMO & konsultan, aktif dalam monitoring kinerja PIU & konsultan. Semua langkah - langkah ini menjadi satu metoda atau pembelajaran yang baru bagi konsultan pemberdayaan kota ternate.

4.2. PIU KOTA TERNATE

Perlunya menyamakan 1 kesepahaman dalam mengaplikasikan program dilapangan, sehingga kualitas dari setiap kegiatan bisa dihasilkan dengan baik yang nantinya akan berdampak pada kesuskesan dalam mebina kelompok.

(25)

LAPORAN PERKEMBANGAN KEGIATAN KONSULTAN Page 25 of 28

Perlunya ada kerja sama antara PIU, Konsultan, TPD dan Penyuluh yang lebih baik lagi dalam menjalankan atau mengimplementasikan maksud dari setiap item-otem kegiatan untuk tahun 2014 kedepa.

4.3. KOMITE PESISIR (DOB)

Komite sangat berperan dalam mempercepat proses ketertinggalan program yang belum berjalan sesuai dengan tugas yang bebankan kepada mereka. Keterlibatan komite sampai pada beberapa kegiatan CCDP-IFAD baik sosialisasi desa, pertemuan desa, peningkatan kapasitas pokmas dan melakukan proses identifikasi, seleksi maupaun sampai pada tahap penetapan kelompok menjadi penerima BLM.

Selain itu juga komite yang tergabung dalam program ini masih mempunyai waktu yang cukup untuk berdiskusi dengan segenap komponen PIU kota ternate, hal ini tergambar dengan kehadiran mereka ketika dibutuhkan. 4.5. TIM PENDAMPING DESA (TPD) / PENYULUH

Secara umum TDP maupun penyuluh Kota Ternate mampu bekerja sama dalam tim, yang membantu proses kelancaran program ini. Namun kendala yang sering dihadapi ialah kurang keterlibatan TPD dan Penyuluh dalam kelompok, dalam konteks yang dimaksud itu adalah TPD maupun Penyuluh jarang berada dilokasi atau desa target. Hal disebabkan karena kecilnya honor dari Penyluh yang membuat mereka jarang berada di lokasi tersebut.

Sehingga kedepannya harus dipikirkan secara bersama untuk jalan keluar dari maslah terebut. Karena dengan seringnya TPD maupun Penyuluh kurang berada di desa, maka akan menciptakan jarak antar kelompok dengan PIU maupun Konsultan yang berakibat pada kurang tepatnya kita menjawab kemauan atau keinginan dari kelompok.

(26)

LAPORAN PERKEMBANGAN KEGIATAN KONSULTAN Page 26 of 28 4.6. KELOMPOK MASYARAKAT

Dari mulai masuknya konsultan dalam program ini, kami bisa melihat kelompok banyak yang antusias dengan hadirnya program ini di desa mereka, mereka aktif dalam setiap kegiatan yang dilakukan dengan melibatkan mereka sebagai peserta maupun sebagai penanggung jawab dari pengelolaan sumber daya.

4.7. PIHAK LAIN YANG TERLIBAT (SWASTA, PERGURUAN TINGGI, KONSULTAN, DLL)

Keterlibatan kelompok Swasta dan Perguruan tinggi dalam program ini masih kurang dalam beberapa waktu belakangan ini, padahal hal ini menjadi penting dalam “mencoba” merubah pola piker masyarakat pesisir atau kelompok tentang pentingnya sumber daya pesisir yang harus dikelola dengan baik untuk menjamin kelangsungan, baik program maupun sumber daya dalam hal pemanfaatannya.

Dengan demikian keterlibatan pihak Universitas harus lebih ditingkatkan lagi dalam berbagai penjabaran kegiatnnya atau implementasi dilapangan, seperti kegiatan inventori sumber daya, kajian pasar dan cara pengelolaan baik produk maupun sumber daya pesisir.

5. FOKUS DAN STRATEGI AKSELERASI HINGGA AKHIR DESEMBER 2013

5.1. FOKUS KEGIATAN YANG BELUM DILAKUKAN ;

Saat ini tinggal 2 hingga 3 kegiatan yang belum dilaksanakan di PIU Kota Ternate, namun kegiata tersebut sudah terjadwalkan untuk dilaksanakan pada bulan desember 2013. Kegiatan-kegiata tersebut antara lain;

 Dana community Enterprise Group and Infrastructure.  Penilaian desa berbasis masyarakat

(27)

LAPORAN PERKEMBANGAN KEGIATAN KONSULTAN Page 27 of 28 5.2. STRATEGI MENGAKSELERASI DAN MENGOPTIMALKAN PROGRAM :

Untuk mengakselerasi beberapa proyek yang belum dilaksanakan, maka strategi yang dilakukan ialah mengoptimalkan sisa waktu yang ada.

6. GENDER

Keterlibatan dalam kegiatan di Kota Ternate cukup besar, baik sebagai kelompok maupun dalam setiap kegiatan. Keterlibatan gender tersebut bukan hanya sebagai pelengkap administrasi dalam kelompok saja, namun mereka juga memegang peranan penting dalam kelompok yang tidak bisa diatur oleh orang didalam 1 kelompok ataupun dari luar kelompok.

7. KENDALA DAN TANTANGAN YANG DIHADAPI

Kurangnnya pemahaman persepsi yang sama dalam hal implementasi kegiatan dilapangan serta kurang aktifnya penyuluh berada di lokasi atau desa-desa target maupun sasarn.

8. REKOMENDASI

 Perlunya menyamakan satu persepsi dalam hal pengimplementasian kegiatan dilapangan untuk memperlancar setiap aktifitas atau program.

 Pemberian Insentive kepada penyuluh (CCDP-IFAD) berupa uang transport guna mendukung aktifitas ata lebih mendekatkan lagi pada kelompok, dengan demikian kita bisa menjawab kemauan dari kelompok dengan benar. 8. PEMBELAJARAN

Karakteristik setiap manusia sangat berbeda, apalagi di tunjang dengan karakteristik tiap daerah yang berbeda juga. Hal ini memberikan satu pelajaran tentang metoda pendekatan kepada masyarakat berbeda, baik di desa sasaran maupun desa target. Karena hari ini dan besok adalah hari yang berbeda, demikian pun dengan pemikiran dari setiap anggota kelompok.

(28)

LAPORAN PERKEMBANGAN KEGIATAN KONSULTAN Page 28 of 28 9. PENUTUP

Gambar

Tabel 01. Status Pencapaian/pencairan BLM
Tabel 02. Daftar Status Kelompok Masyarakat (USAHA) di 3 desa
Tabel 03. Daftar Status Kelompok Masyarakat (iNFRASTRUKTUR) di 9 Desa Kota  Ternate
Tabel 04. Daftar Status Kelompok Masyarakat (VWG) di 9 Desa/Kelurahan
+3

Referensi

Dokumen terkait

Penelitin ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh beban dinamik terhadap kestabilan frekuensi dan tegangan pada sistem interkoneksi Sulselbar yang selanjutnya menentukan umpan

Orang, proses, atau sistem lain yang berinteraksi dengan sistem informasi yang akan dibuat itu sendiri, jadi walaupun simbol dari actor adalah gambar orang, tapi

Data yang digunakan dalam penelitian berupa citra daun yang berpenyakit yang terdiri atas 700 citra berformat JPEG dan berukuran 200 x 150 piksel yang dikelompokkan ke dalam 7

Dalam hal APBD diperkirakan defisit, maka pembiayaan pembangunan dapat didanai dengan sisa lebih perhitungan anggaran tahun lalu, transfer dari dana cadangan, hasil

Untuk itu kami dari RSUD K.R.M.T Wongsonegoro Kota Semarang sebagai SKPD dan entitas akuntansi menyajikan mempunyai kewajiban untuk melaporkan upaya- upaya yang telah

Sistem penghantaran obat melalui sistem mengapung ini merupakan teknologi penghantaran obat dengan retensi lambung yang lebih lama dan memiliki beberapa keuntungan dalam

Manajemen risiko dapat digambarkan sebagai cara sistematis untuk melihat area risiko dan secara sadar menentukan bagaimana masing-masing harus diperlakukan. Sebagai alat

Hal ini dibuktikan dengan hasil penelitian yang dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Pancoran yang menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara tingkat