• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 69/PUU-XIII/2015 PERKARA NOMOR 70/PUU-XIII/2015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 69/PUU-XIII/2015 PERKARA NOMOR 70/PUU-XIII/2015"

Copied!
39
0
0

Teks penuh

(1)

MAHKAMAH KONSTITUSI

REPUBLIK INDONESIA

---

RISALAH SIDANG

PERKARA NOMOR 69/PUU-XIII/2015

PERKARA NOMOR 70/PUU-XIII/2015

PERIHAL

PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1960

TENTANG PERATURAN DASAR POKOK-POKOK AGRARIA

DAN UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG

PERKAWINAN TERHADAP UNDANG-UNDANG DASAR

NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945

PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 2015

TENTANG PERUBAHAN UNDANG-UNDANG NOMOR 1

TAHUN 2014 TENTANG PENETAPAN PERATURAN

PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 1

TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI,

DAN WALIKOTA MENJADI UNDANG-UNDANG TERHADAP

UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK

INDONESIA TAHUN 1945

ACARA

PEMERIKSAAN PENDAHULUAN

(I)

J A K A R T A

KAMIS, 11 JUNI 2015

(2)

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA

--- RISALAH SIDANG

PERKARA NOMOR 69/PUU-XIII/2015 PERKARA NOMOR 70/PUU-XIII/2015 PERIHAL

Pengujian Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria [Pasal 21 ayat (1) dan ayat (3), serta Pasal 36 ayat (1)] dan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan [Pasal 29 ayat (1) dan Pasal 35 ayat (1)] terhadap Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

Pengujian Undang Nomor 8 Tahun 2015 tentang Perubahan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota Menjadi Undang-Undang [Pasal 7 huruf t] terhadap Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

PEMOHON

1. Ike Farida

2. Sukri I.H. Moonti

ACARA

Pemeriksaan Pendahuluan (I)

Kamis, 11 Juni 2015 Pukul 10.16 WIB – 11.37 WIB Ruang Sidang Gedung Mahkamah Konstitusi RI, Jl. Medan Merdeka Barat No. 6, Jakarta Pusat

SUSUNAN PERSIDANGAN

1) Anwar Usman (Ketua)

2) Manahan MP Sitompul (Anggota)

3) Wahiduddin Adams (Anggota)

Dewi Nurul Savitri Panitera Pengganti

(3)

Pihak yang Hadir:

A. Kuasa Hukum Pemohon Perkara Nomor 69/PUU-XIII/2015:

1. Stanley Gunadi

B. Pemohon Perkara Nomor 69/PUU-XIII/2015:

1. Ike Farida

C. Kuasa Hukum Pemohon Perkara Nomor 70/PUU-XIII/2015:

(4)

1. KETUA: ANWAR USMAN

Sidang Perkara Nomor 69/PUU-XIII/2015 dan Nomor 70/PUU-XIII/2015 dibuka dan dinyatakan terbuka untuk umum.

Assalamualaikum wr. wb. Selamat pagi dan salam sejahtera untuk kita semua.

Hari ini Sidang Pendahuluan Pertama untuk Perkara Nomor 69/PUU-XIII/2015 dan Nomor 70/PUU-XIII/2015, tahun 2015. Ya, silakan. Jadi, sekali lagi saya sampaikan bahwa sidang hari ini adalah Sidang Pendahuluan Pertama untuk Perkara Nomor 69/PUU-XIII/2015 dan Perkara Nomor 70/PUU-XIII/2015, tahun 2015.

Nah, sebelum kita mulai pembacaan permohonan, dipersilakan untuk memperkenalkan diri. Siapa yang hadir untuk Perkara Nomor 69/PUU-XIII/2015 ini dan siapa untuk Nomor 70/PUU-XIII/2015? Silakan, Nomor 69/PUU-XIII/2015 dulu.

2. KUASA HUKUM PEMOHON NOMOR 69/PUU-XIII/2015:

STANLEY GUNADI

Selamat pagi, Majelis. Terima kasih atas kesempatannya untuk pagi hari ini, untuk sidang permulaan pada pagi hari ini.

Perkenalkan, saya Stanley Gunadi. Saya merupakan pendamping untuk Perkara Nomor 69/PUU-XIII/2015. Mohon maaf, Majelis, sebelumnya. Pemohon itu sedang di perjalanan dikarenakan surat yang kami terima untuk undangan itu pukul 15.00 WIB, sedangkan kami baru dapat pemberitahuan pukul 16.00 WIB kemarin. Jadi, kami hanya mendapat pesawat untuk yang landing pukul 09.00 WIB. Kalau Pemohon … apa … Majelis tidak keberatan, Pemohon sedang berada di sini sekitar 20 menit lagi, Majelis.

3. KETUA: ANWAR USMAN

Baik. Sambil kita mulai, ya?

4. KUASA HUKUM PEMOHON NOMOR 69/PUU-XIII/2015:

STANLEY GUNADI

Terima kasih, Majelis.

SIDANG DIBUKA PUKUL 10.16 WIB

(5)

5. KETUA: ANWAR USMAN

Stanley (…)

6. KUASA HUKUM PEMOHON NOMOR 69/PUU-XIII/2015:

STANLEY GUNADI

Stanley Gunadi, Majelis.

7. KETUA: ANWAR USMAN

Stanley Gunadi ini ... ini ada istilah pendamping, ya?

8. KUASA HUKUM PEMOHON NOMOR 69/PUU-XIII/2015:

STANLEY GUNADI

Yang … sebagaimana yang dimaksud dengan Pasal 44 Undang-Undang Mahkamah Konstitusi. Maaf, Majelis.

9. KETUA: ANWAR USMAN

Ya sih, betul. Tapi, ini mestinya ada kuasanya … kuasanya. Tapi, ya sudahlah, nanti kita klirkan lebih lanjut.

10. KUASA HUKUM PEMOHON NOMOR 69/PUU-XIII/2015: STANLEY GUNADI

Baik. Terima kasih, Majelis.

11. KETUA: ANWAR USMAN

Kemudian, untuk Perkara Nomor 70/PUU-XIII/2015.

12. KUASA HUKUM PEMOHON NOMOR 70/PUU-XIII/2015: BAMBANG SUROSO

Terima kasih, Bapak Yang Mulia Majelis Hakim Konstitusi. Perkenalkan, nama saya Bambang Suroso sebagai Kuasa dari Saudara Sukri H. Moonti, S.H., M.H. Sebagaimana relas yang kami terima, kami hadir siap untuk menyampaikan dan membacakan permohonan kami. Terima kasih, Yang Mulia.

(6)

13. KETUA: ANWAR USMAN

Baik. Kita mulai dulu dengan Perkara Nomor 70/PUU-XIII/2015, ya? Dipersilakan untuk menyampaikan poin-poin saja ya, poin-poin dari permohonan karena permohonan Pemohon ini sudah kami baca, sudah kami teliti. Jadi, ini saja ... poin-poin saja, ya.

14. KUASA HUKUM PEMOHON NOMOR 70/PUU-XIII/2015: BAMBANG SUROSO

Yang Mulia, kami akan membacakan permohonan kami. Semoga dapat diterima dan dikabulkan.

Kepada Yang Terhormat Ketua Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia, Jalan Merdeka Barat Nomor 6, Jakarta 10110. Perihal, permohonan pengujian Pasal 7 huruf t Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2015 tentang Perubahan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2015 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota menjadi undang-undang. Lembar Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 57 terhadap Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Dengan hormat, kami yang bertanda tangan di bawah ini Tim Kuasa Pemohon. Nama Sukri I. H. Moonti, S.H., M.H. Dalam hal ini telah memberikan Surat Kuasa Pemohon tanggal 1 Mei 2015 kepada Bambang Suroso, S.H., M.H. dengan memilih domisili hukum di … beralamat di Jalan Pegangsaan Timur Nomor 17A, Menteng, Jakarta Pusat.

Bahwa selanjutnya, sebelum Pemohon menguraikan alasan hukum atau alasan-alasan yuridis yang menjadi dasar permohonan ini, Pemohon akan menguraikan terlebih dahulu syarat-syarat formal satu perkara yang dapat diperiksa, diadili, dan diputus oleh Mahkamah Konstitusi sebagai berikut.

Kewenangan Mahkamah Konstitusi. 1.1 Kami anggap sudah dibacakan.

1.2 Bahwa dari beberapa kali Putusan Mahkamah dalam perkara sebelumnya, dapat disimpulkan berdasarkan konstitusi dan Undang Nomor 8 Tahun 2011 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi, serta Pasal 29 ayat (1) huruf d Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman menempatkan Mahkamah Konstitusi sebagai pengawal Kontitusi.

1.3 Bahwa pamor Mahkamah Konstitusi dalam setahun terakhir, dinilai publik kembali bersinar. Lembaga negara pengawal konstitusi ini, dipandang cukup tegas, independent, dan berwibawa khususnya dalam mengutus beberapa perkara aktual yang dianggap menonjol seperti misalnya Perkara Nomor 21/PUU-XII/2014 tertanggal 28

(7)

April 2015 tentang Praperadilan Pasal 77 huruf a KUHP dan seterusnya.

Kemampuan dalam menangani perkara-perkara yang

diajukan oleh Para Pemohon akhir-akhir ini, menunjukkan komitmennya sebagai lembaga negara yang menegakkan fungsinya sebagai pelindung hak-hak konstitusional warga negara dari ancaman pelanggaran yang dilakukan oleh negara. Selama lebih dari satu dasawarsa, sepak terjang Mahkamah Konstitusi telah dirasakan oleh segenap rakyat Indonesia. Selain menghadirkan sejumlah kejutan, Mahkamah Konstitusi juga terbukti mampu menjadi tempat yang efektif untuk menyelesaikan kisruh ketatanegeraan. Sebagai lembaga negara yang bertugas mengawal konstitusi, Mahkamah Konstitusi telah menghasilkan berbagai putusan yang dapat dikatakan terobosan hukum yang bernuansa progresif sekaligus kontroversial.

Pada 2004 misalnya Mahkamah Konstitusi membuat

terobosan dengan mengembalikan hak-hak politik bagi mantan anggota partai komunis Indonesia. Terobosan lain yang memperoleh perhatian luas, terkait putusan Nomor 5/PUU-V/2007 yang membuka peluang bagi para calon perorangan untuk berkompetisi dalam pilkada. Mahkamah Konstitusi menilai sebagian frasa pada Pasal 56 ayat (2) serta Pasal 59 ayat (1), ayat (2), ayat (3) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah bertentangan dengan Undang-Undang Dasar Tahun 1945 sebab ketentuan itu hanya memberikan kesempatan parpol dan gabungan parpol untuk menutup hak konstitusi calon perorangan.

Di luar penyelesaian UU dibidang politik, terobosan yang

dilakukan Mahkamah Konstitusi dalam menegakkan hukum yaitu pemutaran rekaman rekayasa skandal proses hukum yang menimpa Wakil Ketua KPK Bibit S. Rianto dan Chandra M. Hamzah, banyak pihak yang memberikan apresiasi. Putusan Mahkamah Konstitusi membubarkan badan pelaksana kegiatan usaha hulu minyak dan gas bumi, Mahkamah Konstitusi menilai Undang-Undang Migas tersebut membuat liberalisasi pengelolaan migas karena sangat dipengaruhi pihak asing yang memisahkan kegiatan hulu dan hilir ditengarai sebagai upaya pihak asing untuk memecah belah industri migas nasional, sehingga mempermudah penguasaannya. Di pihak lain terutama di kalangan bisnis di sektor migas, putusan ini berpotensi merugikan para investor dan pihak-pihak yang terlibat dalam industri migas.

Bahwa Mahkamah Konstitusi juga pernah menguji

(8)

15. KETUA: ANWAR USMAN

Ini selanjutnya dianggap dibacakan, ya.

16. KUASA HUKUM PEMOHON NOMOR 70/PUU-XIII/2015:

BAMBANG SUROSO

Ya, dianggap dibacakan.

17. KETUA: ANWAR USMAN

Ya.

18. KUASA HUKUM PEMOHON NOMOR 70/PUU-XIII/2015: BAMBANG SUROSO

1.4 Bahwa objek permohonan adalah pengujian meteriil Pasal 7 huruf t Undang Nomor 8 Tahun 2015 tentang Perubahan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2015 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah tentang Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pemilihan Gubernur, Bupati, Walikota menjadi Undang-Undang, Lembar Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 57 terhadap Undang-Undang Dasar Tahun 1945.

Oleh karena itu, Pemohon berkeyakinan bahwa Mahkamah Konstitusi sebagai pengawal konstitusi berwenang untuk memeriksa, mengadili, memutus permohonan ini.

Kedudukan hukum, legal standing Pemohon. Kami anggap 1. ... 2.1 dibacakan (...)

19. KETUA: ANWAR USMAN

Ya, terus lang … langsung saja ke (…)

20. KUASA HUKUM PEMOHON NOMOR 70/PUU-XIII/2015: BAMBANG SUROSO

Dan seterusnya kepada kerugian.

21. KETUA: ANWAR USMAN

(9)

22. KUASA HUKUM PEMOHON NOMOR 70/PUU-XIII/2015: BAMBANG SUROSO

Untuk kepada 1.2 tentang objectum litis, Yang Mulia. Baik, satu ... eh ... 2.1 ... eh, maaf.

2.3 Bahwa Mahkamah Konstitusi sebagai tertuang pada Putusan Nomor 006/PUU-III/2005 juncto Putusan Nomor 11/PUU-V/2007 dan putusan-putusan selanjutnya telah memberikan pengertian batasan tentang apa yang dimaksud dengan kerugian konstitusional dengan berlakunya suatu norma undang-undang yaitu (...)

23. KETUA: ANWAR USMAN

A, b, c, d, e dianggap dibacakan, ya.

24. KUASA HUKUM PEMOHON NOMOR 70/PUU-XIII/2015: BAMBANG SUROSO

Dianggap sudah dibacakan.

2.4 kerugian konstitusional Para Pemohon.

Hilangnya hak untuk mendapatkan keadilan, baik keadilan prosedural maupun keadilan substansial. Bahwa dengan diberlakukannya Pasal 7 huruf t Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2015 tentang Perubahan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2015 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota Menjadi Undang-Undang, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 57, Pemohon disamping dirugikan atas nama hak-hak konstitusional, juga kerugian lain, baik langsung maupun tidak langsung berupa hilangnya hak-hak Para Pemohon sebagai warga negara yang mengembangkan profesinya sebagai pegawai negeri sipil harus mengundurkan diri. Mengundurkan diri sebagai pegawai negeri sipil bertentangan dengan Pasal 28D ayat (1) Undang-Undang Dasar Tahun 1945 yang menyatakan bahwa ”Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum yang adil, serta perlakuan yang sama di hadapan hukum.”

Dengan tidak adanya kesetaraan bagi sesama warga negara, Pasal 7 huruf t Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2015 tentang Perubahan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2015 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota menjadi Undang-Undang Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 57 bertentangan dengan asas-asas hukum tentang keadilan, kejelasan, dan manfaat.

(10)

III. Norma yang dimohonkan pengujian norma Undang-Undang Dasar Tahun 1945.

a. Norma yang dimohonkan pengujian.

Pengujian material Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2015 Pasal 7 huruf t warga negara Indonesia yang dapat menjadi calon gubernur dan calon wakil gubernur, calon bupati dan calon wakil bupati, dan calon walikota dan calon wakil walikota adalah yang memenuhi persyaratan sebagai berikut.

Mengundurkan diri sebagai anggota tentara nasional Indonesia, kepolisian negara Republik Indonesia, dan pegawai negeri sipil sejak mendaftarkan diri sebagai calon.

b. Norma Undang-Undang Dasar Tahun 1945.

Ketentuan Undang-Undang Dasar tahun 1945 sebagai alat uji ... batu uji terhadap pengujian material Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2015 Pasal 7 huruf t adalah sebagai berikut.

25. KETUA: ANWAR USMAN

Itu untuk 1, 2, 3, dan seterusnya dianggap dibacakan karena ini kutipan pasal saja, ya.

26. KUASA HUKUM PEMOHON NOMOR 70/PUU-XIII/2015: BAMBANG SUROSO

Baik.

27. KETUA: ANWAR USMAN

Dianggap dibacakan.

28. KUASA HUKUM PEMOHON NOMOR 70/PUU-XIII/2015: BAMBANG SUROSO

Nomor 8 barangkali, Yang Mulia.

29. KETUA: ANWAR USMAN

Boleh, boleh.

30. KUASA HUKUM PEMOHON NOMOR 70/PUU-XIII/2015: BAMBANG SUROSO

(11)

31. KETUA: ANWAR USMAN

Ya.

32. KUASA HUKUM PEMOHON NOMOR 70/PUU-XIII/2015: BAMBANG SUROSO

Nomor 8. Pasal 28I ayat (2) Undang-Undang Dasar Tahun 1945 menyatakan bahwa setiap orang berhak bebas atas perlakuan yang bersifat diskriminatif atas dasar apa pun dan berhak mendapatkan perlindungan terhadap perlakuan yang bersifat diskriminatif itu.

IV. Alasan atau dalil posita Pemohon.

IV.1 Bahwa dengan diberlakukannya Pasal 7 huruf t Undang Nomor 8 Tahun 2015 tentang Perubahan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2015 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 tahun 2014 tentang Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota menjadi Undang-Undang, Lembar Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 57 bertentangan dengan alinea keempat Pembukaan Undang-Undang Dasar Tahun 1945 menyatakan bahwa (…)

33. KETUA: ANWAR USMAN

Ya,dianggap dibacakan.

34. KUASA HUKUM PEMOHON NOMOR 70/PUU-XIII/2015: BAMBANG SUROSO

Dianggap dibacakan.

IV.2 Pasal 7 huruf t bertentangan dengan Pasal 1 ayat (1), (2), (3) dimana ayat (3) menyatakan bahwa (…)

35. KETUA: ANWAR USMAN

Ya, dianggap dibacakan.

36. KUASA HUKUM PEMOHON NOMOR 70/PUU-XIII/2015:

BAMBANG SUROSO

Dianggap dibacakan.

IV.3. Bahwa Pasal 7 huruf t Undang-Undang Nomor 8 Tahun menimbulkan ketidakpastian hukum yang adil yang bertentangan dengan Pasal 28 ayat (1) Undang-Undang Dasar Tahun 1945, dianggap dibacakan.

(12)

37. KETUA: ANWAR USMAN

Dianggap dibacakan, ya.

38. KUASA HUKUM PEMOHON NOMOR 70/PUU-XIII/2015: BAMBANG SUROSO

Selanjutnya.

1V.4 Bertentangan dengan Pasal 28I dianggap sudah dibacakan dan seterusnya.

39. KETUA: ANWAR USMAN

Ya.

40. KUASA HUKUM PEMOHON NOMOR 70/PUU-XIII/2015: BAMBANG SUROSO

Kongklusi dianggap sudah dibacakan.

41. KETUA: ANWAR USMAN

Ya.

42. KUASA HUKUM PEMOHON NOMOR 70/PUU-XIII/2015: BAMBANG SUROSO

Petitum.

Bahwa berdasarkan hal-hal yang telah diuraikan di atas dengan ini, Pemohon memohon kepada Yang Mulia Ketua dan Majelis Hakim Mahkamah Konstitusi menerima, memeriksa, dan mengadili perkara a quo dan menjatuhkan putusan dengan amar sebagai berikut.

1. Mengabulkan permohonan Pemohon untuk seluruhnya,

2. Menyatakan bahwa Pasal 7 huruf t Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2015 tentang perubahan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2015 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota menjadi Undang-Undang Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 2015 Nomor 57 bertentangan dengan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

3. Menyatakan bahwa Pasal 7 huruf t Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2015 tentang Perubahan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2015 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota menjadi Undang-Undang, Lembaran Negara Republik

(13)

Indonesia Tahun 2015 Nomor 57, tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat.

4. Memerintahkan pemuatan putusan ini dalam Berita Negara Republik Indonesia sebagaimana mestinya atau apabila Majelis Hakim Mahkamah Konstitusi berpendapat lain, mohon putusan yang seadil-adilnya, ex aequo et bono.

Hormat kami, Kuasa hukum. Demikian, Yang Mulia.

43. KETUA: ANWAR USMAN

Terima kasih. Cukup ... apa ... jelas walaupun dibaca poin-poinnya saja. Untuk pendamping ya, istilahnya di sini perkara 69/PUU-XIII/2014. Jadi, nanti begini surat keterangan ini diperbaiki, ya.

44. KUASA HUKUM PEMOHON NOMOR 69/PUU-XIII/2015: STANLEY GUNADI

Baik, Majelis.

45. KETUA: ANWAR USMAN

Walaupun di sini ada istilah surat keterangan, tapi itu ada kata-kata di sini kan, selain Kuasanya. Jadi, harus ada Surat Kuasa, ya.

46. KUASA HUKUM PEMOHON NOMOR 69/PUU-XIII/2015: STANLEY GUNADI

Oh, baik.

47. KETUA: ANWAR USMAN

Nanti lihat contoh di Kepaniteraan, ya.

48. KUASA HUKUM PEMOHON NOMOR 69/PUU-XIII/2015: STANLEY GUNADI

Baik, Yang Mulia Majelis.

49. KETUA: ANWAR USMAN

Nanti diperbaiki. Itu yang pertama. Yang kedua, ini surat keterangan ini kan, hanya ditandatangani oleh Pemohon, sedangkan untuk para pendamping istilah Saudara ini karena ini yang sebenarnya kuasa gitu kan, tidak ada tanda tangan, bahkan tidak ... apa namanya ...

(14)

ini ada lima ... lima, tapi yang hadir Saudara sendiri. Ya, nanti ya bisa dibuat bisa hadir bersama-sama atau sendiri-sendiri bisa.

50. KUASA HUKUM PEMOHON NOMOR 69/PUU-XIII/2015: STANLEY GUNADI

Baik, Yang Mulia Majelis.

51. KETUA: ANWAR USMAN

Dipersilakan untuk menyampaikan pokok-pokok permohonan ya, enggak usah dibaca semua seperti tadi Pemohon Nomor 70/PUU-XIII/2014 itu, ya. Jadi, mengenai … apa … kewenangan Mahkamah, kemudian legal standing ya, dilewati saja, langsung ke pokok atau alasan-alasan. Itu pun jangan dibaca semua. Silakan.

52. KUASA HUKUM PEMOHON NOMOR 69/PUU-XIII/2015: STANLEY GUNADI

Baik. Terima kasih, Majelis. Terima kasih atas kesempatannya yang telah diberikan. Berikut merupakan permohonan kami untuk pengujian Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok Agraria dan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan.

Dengan hormat, kepada yang terhormat Ketua Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia. Perkenankanlah kami yang bertanda tangan di bawah ini Pemohon dengan ini mengajukan permohonan pengujian undang-undang terhadap Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dengan objek pengujian, satu ... mohon maaf, Majelis, Pemohon sudah datang. Boleh dilanjutkan?

53. KETUA: ANWAR USMAN

Ya, silakan. Enggak ini langsung saja oleh Saudara, enggak apa-apa.

54. KUASA HUKUM PEMOHON NOMOR 69/PUU-XIII/2015: STANLEY GUNADI

Oke.

1. Pasal 21 ayat (1), ayat (3), pasal 36 ayat (1) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1960 Nomor 104, tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2043) untuk selanjutnya disebut dengan UUPA.

(15)

2. Pasal 29 ayat (1) dan Pasal 35 ayat (1) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1974 Nomor 1, tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3019) selanjutnya disebut dengan Undang-Undang Perkawinan.

55. KETUA: ANWAR USMAN

Ya, langsung ke ini saja.

56. KUASA HUKUM PEMOHON NOMOR 69/PUU-XIII/2015: STANLEY GUNADI

Baik.

57. KETUA: ANWAR USMAN

Ke kewenangan Mahkamah Konstitusi dalam perkara ini disebut

Pasal 241 dan seterusnya. Ya, silakan.

58. PEMOHON NOMOR 69/PUU-XIII/2015: IKE FARIDA

Baik. Terima kasih, Yang Terhormat Majelis. Saya mohon maaf atas keterlambatan. Saya akan lanjutkan.

I. Kewenangan Mahkamah Konstitusi dalam mengadili perkara. 1. Bahwa Pasal 28 ayat (1), (2), (3) Undang-Undang Dasar

Tahun 1945 mengatur (...)

59. KETUA: ANWAR USMAN

Ya, langsung lewat saja karena sudah dianggap dibacakan. Sama dengan tadi nomor 69/PUU-XIII/2015.

60. PEMOHON NOMOR 69/PUU-XIII/2015: IKE FARIDA

Bahwa Pasal 24C ayat (1) Undang-Undang Dasar Tahun 1945 mengatur dan seterusnya.

61. KETUA: ANWAR USMAN

(16)

62. PEMOHON NOMOR 69/PUU-XIII/2015: IKE FARIDA

3. Bahwa Pasal 10 ayat (1) huruf a Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi yang telah diubah oleh Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2011 (selanjutnya disebut UUMK) dan Pasal 29 ayat (1) huruf a Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman (selanjutnya disebut Undang-Undang Kekuasaan Kehakiman).

4. Pasal 4 ayat (1) dan (2) peraturan Mahkamah Konstitusi Nomor 6/PMK/2005 tentang Pedoman Beracara dalam Perkara Pengujian Undang-Undang (selanjutnya disebut PMK Nomor 06/2005) mengatur dan seterusnya.

5. Bahwa Pemohon dengan ini mengajukan pengujian Pasal 21 ayat (1), ayat (3), Pasal 36 ayat (1) UUPA, Pasal 29 ayat (1), dan Pasal 35 ayat (1) Undang-Undang Perkawinan terhadap Undang-Undang Dasar Tahun 1945.

6. Bahwa substansi pasal-pasal dari dua undang-undang a quo yang hendak diuji adalah menyangkut hak-hak warga negara Indonesia yang kawin dengan warga negara asing, untuk memiliki hak milik dan hak guna bangunan atas tanah.

7. Bahwa Mahkamah Konstitusi dalam perkara sebelumnya, pernah melakukan pengujian terhadap dua undang-undang sekaligus dalam satu permohonan yakni dalam (...)

63. KETUA: ANWAR USMAN

Ya, lewat saja.

64. PEMOHON NOMOR 69/PUU-XIII/2015: IKE FARIDA

Satu dan seterusnya.

8. Berdasarkan uraian-uraian di atas, maka tidak ada keraguan sedikit pun dari Pemohon bahwa Mahkamah Konstitusi berwenang untuk mengadili, memeriksa, dan memutus pengujian permohonan undang-undang ini dalam tingkat pertama dan terkhir yang putusannya bersifat final.

65. KETUA: ANWAR USMAN

Ya.

(17)

66. PEMOHON NOMOR 69/PUU-XIII/2015: IKE FARIDA

II. Kedudukan Hukum (legal standing Pemohon).

Pemohon adalah perorangan Warga Negara Indonesia yang

mempunyai kapasitas hukum, hubungan hukum, dan kepentingan hukum untuk mengajukan permohonan a quo.

9. Bahwa Pasal 51 ayat (1) huruf a Undang-Undang MK dan penjelasannya mengatur sebagai berikut dan seterusnya.

67. KETUA: ANWAR USMAN

Ya.

68. PEMOHON NOMOR 69/PUU-XIII/2015: IKE FARIDA

Dengan demikian, Pemohon diklasifikasikan sebagai perorangan Warga Negara Indonesia yang dirugikan hak konstitusionalnya karena diperlakukan berbeda di muka umum ... di muka hukum oleh undang-undang.

10. Bahwa selanjutnya dalam PMK Nomor 06/PUU-II/2005 dan Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 11/PUU-V/2007, telah menentukan lima syarat kerugian hak dan/atau kewenangan konstitusional sebagaimana dimaksud dalam Pasal 51 ayat (1) Undang-Undang MK sebagai berikut.

69. KETUA: ANWAR USMAN

Ya, lewat.

70. PEMOHON NOMOR 69/PUU-XIII/2015: IKE FARIDA

Saya tidak bacakan, saya langsung lanjutkan.

11. Bahwa Pemohon adalah perorangan Warga Negara Indonesia yang berdasarkan bukti.

i. KTP Warga Negara Indonesia nomor sekian.

ii. Visa kunjungan orang asing nomor sekian yang dikeluarkan oleh Pemerintah Jepang, dan

iii. Kartu keluarga nomor sekian.

Pemohon adalah seorang perempuan yang menikah dengan laki-laki berkewarganegaraan Jepang, berdasarkan perkawinan yang sah dan telah dicatatkan di Kantor Urusan Agama Kecamatan Makasar, Kotamadya Jakarta Timur, Nomor 3948/8/1995. Pada tanggal 22 Agustus 1995, dan telah dicatatkan juga pada Kantor Catatan Sipil Provinsi DKI Jakarta sebagaimana dimaksud dalam tanda

(18)

bukti pelaporan perkawinan nomor sekian, tertanggal 24 Mei 1999. Terkait pernikahannya, Pemohon tidak pernah melepaskan kewarganegaraannya dan tetap memilih kewargenegaraan Indonesia serta tinggal di Indonesia. 12. Bahwa bukti di atas adalah bukti resmi, valid, dan sah yang

dikeluarkan oleh Pemerintah Negara Republik Indonesia dan Pemerintah Negara Jepang (visa kunjungan) yang tidak dapat dibantah kebenarannya. Bahwa Pemohon adalah Warga Negara Indonesia asli, tunggal, dan tidak berkewarganegaraan ganda.

13. Bahwa Pemohon kerap bercita-cita untuk dapat membeli sebuah rumah susun atau rusun di Jakarta, dan dengan segala daya upaya selama belasan tahun Pemohon menanbung, akhirnya pada tanggal 26 Mei 2012, Pemohon membeli satu unit rumah susun. Akan tetapi setelah Pemohon membayar lunas rumah susun tersebut, rusun tidak kunjung diserahkan, bahkan kemudian perjanjian pembelian dibatalkan secara sepihak oleh pengembang, dengan alasan suami Pemohon adalah warga negara asing dan Pemohon tidak memiliki perjanjian perkawinan, dalam suratnya nomor sekian tertanggal 8 Oktober 2014 pada angka 4. Pada pokoknya, pengembang menyatakan bahwa sesuai dengan Pasal 36 ayat (1) UUPA dan Pasal 35 ayat (1) UU Perkawinan, “Seorang perempuan yang kawin dengan negara asing dilarang untuk membeli tanah dan/atau bangunan dengan status hak guna bangunan.” Oleh karenanya, pengembang memutuskan untuk tidak melakukan perjanjian pengikatan jual beli atau pun akta jual beli dengan Pemohon karena hal tersebut akan melanggar Pasal 36 ayat (1) UUPA, surat pengembang nomor sekian tertanggal 17 September 2012 angka 6 menyatakan bahwa menurut dan seterusnya berdasarkan Pasal 35 ayat (1) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan atau Undang-Undang Perkawinan, mengatur sebagai berikut.

Harta benda yang diperoleh selama perkawinan menjadi harta bersama. Saya ... saya longkap, Yang Terhormat.

71. KETUA: ANWAR USMAN

(19)

72. PEMOHON NOMOR 69/PUU-XIII/2015: IKE FARIDA

Yang dilangsungkan tanpa membuat perjanjian kawin harta

pisah, maka demi hukum apartemen yang dibeli oleh seorang suami/istri WNI, dengan sendirinya menjadi milik suami/istri yang WNA juga.

14. Bahwa belum hilang rasa kecewa dan dirampasnya hak-hak asasi Pemohon serta perasaan diperlakukan diskriminatif

oleh pengembang, kemudian ternyata penolakan

pembelian oleh pengembang tersebut dikuatkan oleh Pengadilan negeri Jakarta Timur melalui Penetapan Nomor 4/Kons/2014/PN Jakarta Timur tertanggal 12 November yang pada amarnya berbunyi, “Memerintahkan kepada Panitera/Sekretaris Pengadilan Negeri Jakarta Timur dan seterusnya, untuk melakukan penawaran dan seterusnya, kepada Ike Farida, beralamat di dan seterusnya, selanjutnya disebut sebagai Termohon Konsinyasi. Sebagai uang titipan konsinyasi untuk pembayaran kepada Termohon akibat batalnya surat pesanan sebagai akibat tidak terpenuhinya syarat objektif sahnya suatu perjanjian, sebagaimana diatur dalam Pasal 1320 KUH perdata yaitu pelanggaran Pasal 36 ayat (1) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Pengaturan Dasar Pokok-Pokok Agraria.

Bahwa dapat disimpulkan hak Pemohon untuk memiliki rumah susun musnah oleh berlakunya Pasal 36 ayat (1) UUPA dan Pasal 35 ayat (1) Undang-Undang Perkawinan. 15. Bahwa selanjutnya Pasal 21 ayat (1), ayat (3) UUPA dan

Pasal 29 ayat (1) Undang-Undang Perkawinan juga sangat berpotensi merugikan hak konstitusional Pemohon karena pasal-pasal tersebut dapat menghilangkan dan merampas hak Pemohon untuk dapat memiliki hak milik dan hak guna bangunan.

16. Bahwa dengan berlakunya pasal-pasal objek pengujian dalam permohonan ini menyebabkan hak Pemohon untuk memiliki hak milik dan hak guna bangunan atas tanah menjadi hilang dan terampas selamanya, sehingga Pemohon sebagai warga negara Indonesia tidak akan pernah berhak memiliki hak milik dan hak guna bangunan seumur hidupnya. Pemohon sangat terdiskriminasikan dan dilanggar hak konstitusionalnya.

17. Bahwa sebagai warga negara Indonesia, Pemohon mempunyai hak-hak konstitusional yang sama dengan warga negara Indonesia lainnya, sebagaimana dijamin dalam Pasal 28D ayat (1), Pasal 27 ayat (1), Pasal 28E

(20)

ayat (1), Pasal 28H ayat (1), dan Pasal 4 Undang-Undang Dasar Tahun 1945.

18. Bahwa oleh karenanya berdasarkan Pasal 51 ayat (1) huruf a UUMK, Pemohon mempunyai kapasitas hukum dan kepentingan hukum untuk mengajukan permohonan a quo.

19. Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka telah nyata dan terang Pemohon mempunyai kedudukan hukum (legal standing) dan hubungan hukum (kausal verban) untuk mengajukan permohonan pemeriksaan pengujian material atau judicial review atas Pasal 21 ayat (1), ayat (3), Pasal 36 ayat (1) UUPA serta Pasal 29 ayat (1) dan Pasal 35 ayat (1) UU Perkawinan terhadap Undang-Undang Dasar Tahun 1945.

73. KETUA: ANWAR USMAN

Ya, jadi poin untuk legal standing sudah kami baca, ditambah lagi dengan … apa ... keterangan tambahan atau yang dibacakan oleh Pemohon sendiri sudah cukup dimaklumi. Coba langsung ke poin-poin berikutnya.

74. PEMOHON NOMOR 69/PUU-XIII/2015: IKE FARIDA

Baik, terima kasih, Yang Mulia.

75. KETUA: ANWAR USMAN

Ya, alasan ... alasannya. Alasan-alasan permohonannya. Pasal … apa ... halaman berapa itu, coba lihat?

76. PEMOHON NOMOR 69/PUU-XIII/2015: IKE FARIDA

Baik.

III. Bahwa Pemohon sangat menderita dan sengsara karena diberlakukannya Pasal 21 ayat (1), ayat (3), dan Pasal 36 ayat (1) UUPA serta Pasal 29 ayat (1) dan Pasal 35 ayat (1) Undang-Undang Perkawinan.

77. KETUA: ANWAR USMAN

Nah, jadi ini sudah menjadikan bagian yang tak terpisahkan dengan tadi yang dibacakan itu. Dianggap dibacakan ya, toh kami juga sudah baca.

(21)

78. PEMOHON NOMOR 69/PUU-XIII/2015: IKE FARIDA

Baik, saya bacakan di 4A, frasa warga negara Indonesia.

79. KETUA: ANWAR USMAN

4A?

80. PEMOHON NOMOR 69/PUU-XIII/2015: IKE FARIDA

Halaman 8.

81. KETUA: ANWAR USMAN

Ya, silakan.

82. PEMOHON NOMOR 69/PUU-XIII/2015: IKE FARIDA

Baik. Pasal 21 ayat (1), ayat (3), dan Pasal 36 ayat (1) UUPA bertentangan dengan Undang-Undang Dasar Tahun 1945.

4A. Frasa warga negara Indonesia pada Pasal 21 ayat (1) dan Pasal 36 ayat (1) UUPA sepanjang tidak dimaknai warga negara Indonesia tunggal tanpa terkecuali bertentangan dengan Undang-Undang Dasar Tahun 1945.

24. Bahwa dalam penjelasan umum UUPA dijelaskan tujuan utama UUPA adalah meletakkan dasar-dasar bagi penyusunan hukum agrari nasional yang merupakan alat untuk membangun masyarakat yang adil dan makmur, serta untuk memberi kepastian hukum mengenai hak-hak atas tanah bagi rakyat seluruhnya. Keadilan merupakan salah satu tonggak penyangga utama dalam pembentukan UUPA, bukan sebagai penghambat dari apa yang dicita-citakan. Oleh karenanya, Pasal 9 ayat (2) UUPA mengatur tiap-tiap warga negara Indonesia baik laki-laki maupun wanita mempunyai kesempatan yang sama untuk memperoleh suatu hak atas tanah serta untuk manfaat dan hasilnya, baik bagi diri sendiri maupun keluarganya.

Hal tersebut sejalan dengan Deklarasi Umum Hak Asasi Manusia (DUHAM) Pasal 17-1, 17-2, Pasal 30, sedangkan Pasal 28H ayat (4) Undang-Undang Dasar Tahun 1945 mengatur setiap orang berhak mempunyai hak milik pribadi dan hak milik tersebut tidak boleh diambil secara sewenang-wenang oleh siapa pun.

(22)

Artinya kepemilikan tanah merupakan hak asasi manusia yang dilindungi oleh hukum internasional maupun hukum nasional.

25. Bahwa kenyataannya Pasal 21 ayat (1), Pasal 36 ayat (1) UUPA memiliki pemaknaan yang berbeda dari yang

dicita-citakan Undang-Undang Dasar Tahun 1945 dan

bertentangan dengan tujuan utama UUPA. Frasa warga

negara Indonesia dimaknai sebagai warga negara Indonesia yang tidak kawin atau warga negara Indonesia yang kawin dengan sesama warga negara Indonesia lainnya. Padahal perkembangannya, banyak warga negara Indonesia yang kawin dengan warga negara asing tetapi tetap mempertahankan kewarganegaraannya, kewarganegaraan Indonesia dengan tinggal dan menetap di Indonesia.

Pasal 21 ayat (1) UUPA hanya warga negara Indonesia dapat memiliki hak milik, Pasal 36 ayat (1) UUPA yang mempunyai hak guna bangunan warga negara Indonesia. B, badan hukum yang didirikan menurut hukum Indonesia dan berkedudukan di Indonesia.

Akibat berlakunya Pasal 21 dan Pasal 36 ayat (1) UUPA menyebabkan warga negara Indonesia yang kawin dengan warga negara asing, termasuk Pemohon, kehilangan dan dirampas haknya untuk memiliki hak milik dan hak guna bangunan atas tanah, sehingga Pasal 21 ayat (1) dan Pasal 36 ayat (1) UUPA bukan sebagai alat untuk mewujudkan keadilan, sebaliknya menjadi penghalang tercapainya keadilan.

Warga negara Indonesia yang kawin dengan WNA dan tidak kehilangan kewarganegaraannya juga adalah warga negara Indonesia yang mempunyai hak yang sama dengan warga negara Indonesia lainnya, tidak ada satu pun undang-undang yang menyatakan adanya pembedaan status kewarganegaraan WNI yang kawin dengan WNA sebagaimana diatur dalam Pasal 2 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan atau UU Kewarganegaraan juncto Pasal 26 ayat (1) Undang-Undang Dasar Tahun 1945.

26. Apabila dibaca dengan teliti Pasal 28H ayat (4) Undang-Undang Dasar Tahun 1945 dengan terang dan tegas menyatakan setiap orang berhak yang dimaknai sebagai tanpa terkecuali, sedangkan makna orang adalah warga negara Indonesia tunggal, tidak berkewarganegaraan ganda dan tidak kehilangan kewarganegaraannya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23 huruf a dan b Undang-Undang Kewarganegaraan.

(23)

Saya loncat, tidak membacakan isi pasal.

83. KETUA: ANWAR USMAN

Langsung saja.

84. PEMOHON NOMOR 69/PUU-XIII/2015: IKE FARIDA

Saya langsung ke 27.

27. Bahwa dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa frasa warga negara Indonesia dalam Pasal 21 ayat (1) dan Pasal 36 ayat (1) UUPA sepanjang tidak dimaknai warga negara Indonesia tunggal tanpa terkecuali bertentangan dengan Pasal 28H ayat (4) Undang-Undang Dasar Tahun 1945. B, frasa sejak diperoleh pada Pasal 21 ayat (3) UUPA sepanjang tidak dimaknai sejak kepemilikan hak beralih bertentangan dengan Undang-Undang Dasar Tahun 1945.

28. Bahwa berdasarkan penjelasan umum UUPA dasar dan pondasi utama pembentukan UUPA adalah atas nasionalis ... asas nasionanisme/asas kebangsaan untuk menjamin kepastian hukum rakyat Indonesia sebagaimana tertuang dalam Pasal 1 ayat (2) UUPA yang sejalan dengan Pasal 33 ayat (3) Undang-Undang Dasar Tahun 1945. Berdasarkan asas kebangsaan tersebut, maka menurut Pasal 21 ayat (1) dan Pasal 36 ayat (1) UUPA hanya warga negara Indonesia saja yang dapat mempunyai hak milik dan hak guna bangunan atas tanah.

85. KETUA: ANWAR USMAN

Begini, kami juga sudah baca itu, diloncat saja. Langsung ke kesimpulannya yang poin 32. Dari uraian tersebut di atas, dapat dismpulkan (...)

86. PEMOHON NOMOR 69/PUU-XIII/2015: IKE FARIDA

Baik.

32. Bahwa dari uraian di atas dapat disimpulkan frasa sejak

diperoleh hak dalam Pasal 21 ayat (3) UUPA sepanjang tidak dimaknai sejak kepemilikian hak beralih bertentangan dengan Pasal 28D ayat (1) dan Pasal 27 ayat (1) Undang-Undang Dasar Tahun 1945.

C, Pasal 21 ayat (1), ayat (3), dan Pasal 36 ayat (1) UUPA telah menghilangkan, menghancurkan, dan merampas hak Pemohon untuk memiliki hak milik dan hak guna bangunan

(24)

selamanya. Bahwa menurut pengembang melalui Kuasa Hukumnya berdasarkan surat nomor sekian tertanggal 8 Oktober 2014, pada pokoknya menyatakan bahwa merujuk Pasal 36 ayat (1) UUPA dan Pasal 35 ayat (1) UUPA apabila Pemohon melakukan pembelian terhadap unit rusun yang berdiri di atas tanah HGB, tindakan pembelian tersebut akan mengakibatkan suami dari Pemohon karena pencampuran harta bersama turut mempunyai kepemilikan atas rusun tersebut. Oleh karenanya Pemohon tidak dapat memiliki HGB.

34. Bahwa selanjutnya penetapan Pengadilan Negeri Jakarta Timur nomor sekian, tertanggal 12 November 2014 yang amarnya menyatakan batalnya surat pesanan sebagai akibat dari tidak terpenuhinya syarat objektif suatu perjanjian sebagaimana diatur dalam Pasal 1320 KUH Perdata yaitu pelanggaran terhadap Pasal 36 ayat (1) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Pengaturan Dasar Pokok-Pokok Agraria.

35. Bahwa Pasal 36 ayat (1) UUPA, Pasal 35 ayat (1) Undang-Undang Perkawinan telah jelas dan terang melarang Pemohon untuk membeli, memiliki hak guna bangunan, hal ini dikuatkan dengan penetapan Pengadilan Negeri Jakarta Timur yang pada intinya menyatakan warga negara Indonesia yang kawin dengan warga negara asing dilarang memiliki hak milik dan hak guna bangunan walaupun warga negara Indonesia tersebut tetap memilih kewarganegaraan Indonesia atau tidak berkewarganegaraan ganda.

36. Bahwa berdasarkan uraian hukum dan fakta dalam angka 24 sampai dengan 35 di atas, telah terang dan nyata dengan berlakunya Pasal 21 ayat (1), ayat (3), dan Pasal 36 UUPA telah mencabut, menghancurkan, dan menghilangkan hak asasi Pemohon untuk memiliki hak milik dan hak guna bangunan selama-lamanya, dan hal tersebut telah nyata dan terang bertentangan dengan Undang-Undang Dasar Tahun 1945 dengan uraian sebagai berikut.

C.1 Pencabutan dan perampasan hak asasi Pemohon untuk memiliki hak milik dan hak guna bangunan atas tanah merupakan pelanggaran terhadap hak konstitusional Pemohon atas pengakuan, jaminan perlindungan, dan kepastian hukum yang adil, serta perlakuan yang sama di hadapan hukum sebagaimana diatur dalam Pasal 28D ayat (1) dan Pasal 27 ayat (1) Undang-Undang Dasar Tahun 1945.

(25)

87. KETUA: ANWAR USMAN

Ya, langsung saja ke (…)

88. PEMOHON NOMOR 69/PUU-XIII/2015: IKE FARIDA

Ke nomor 30.

89. KETUA: ANWAR USMAN

40.

90. PEMOHON NOMOR 69/PUU-XIII/2015: IKE FARIDA

Ke nomor 40, baik.

91. KETUA: ANWAR USMAN

Ya.

92. PEMOHON NOMOR 69/PUU-XIII/2015: IKE FARIDA

40. Berdasarkan uraian hukum dan fakta tersebut di atas, maka ketentuan Pasal 21 ayat (1), ayat (3), Pasal 36 ayat (1) UUPA telah melanggar dan bertentangan dengan Pasal 28D ayat (1), Pasal 27 ayat (1) Undang-Undang Dasar Tahun 1945.

93. KETUA: ANWAR USMAN

Ya.

94. PEMOHON NOMOR 69/PUU-XIII/2015: IKE FARIDA

Pencabutan dan penghilangan hak Pemohon untuk memiliki hak milik dan hak guna bangunan merupakan diskriminasi dan pelanggaran terhadap ketentuan Pasal 28I ayat (2) Undang-Undang Dasar Tahun 1945.

Bahwa Pemohon merupakan WNI yang tidak pernah kehilangan kewarganegaraannya. Dan Pemohon juga memiliki hak yang sama dengan WNI lainnya.

Saya loncat.

95. KETUA: ANWAR USMAN

(26)

96. PEMOHON NOMOR 69/PUU-XIII/2015: IKE FARIDA

Ya.

42. Bahwa Pasal 21 ayat (1) dan ayat (3), dan Pasal 36 ayat (1) UUPA telah jelas dan nyata merampas, merenggut, dan menghilangkan hak Pemohon untuk memiliki hak milik dan hak guna bangunan. Dengan demikian, telah terjadi pembedaan hak atau diskriminasi antara Pemohon dengan warga Indonesia lainnya.

43. Bahwa pencabutan, perenggutan, dan penghilangan hak Pemohon untuk memiliki hak milik dan HGB merupakan bentuk perlakuan diskriminatif yang nyata dan melanggar Pasal 28I ayat (2) Undang-Undang Dasar Tahun 1945.

44. Berdasarkan uraian-uraian tersebut di atas, telah nyata bahwa ketentuan Pasal 21 ayat (1), ayat (3), Pasal 36 ayat (1) UUPA melanggar dan bertentangan dengan Pasal 26 ayat (1), Pasal 28 … Pasal 27 ayat (1), dan Pasal 28I ayat (2) Undang-Undang Dasar Tahun 1945.

97. KETUA: ANWAR USMAN

Ya.

98. PEMOHON NOMOR 69/PUU-XIII/2015: IKE FARIDA

Pencabutan dan penghilangan hak Pemohon untuk memiliki hak milik dan hak guna bangunan merupakan pelanggaran terhadap Pasal 28H ayat (1) Undang-Undang Dasar Tahun 1945, dan diskriminasi serta melanggar ketentuan-ketentuan universal mengenai hak asasi manusia.

Bahwa telah menjadi hak manusia untuk memiliki tempat tinggal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28H ayat (1) Undang-Undang Dasar Tahun 1945. Akan tetapi, Pasal 21 ayat (3) UUPA telah mencabut dan menghilangkan kesempatan dan hak Pemohon untuk memiliki hak milik dan HGB yang nyata-nyata merupakan bentuk diskriminasi dan melanggar ketentuan-ketentuan mengenai hak asasi manusia yang berlaku secara universal yang telah pula diakui oleh Negara Republik Indonesia.

Saya loncat (…)

99. KETUA: ANWAR USMAN

(27)

100. PEMOHON NOMOR 69/PUU-XIII/2015: IKE FARIDA

Baik, terima kasih.

47. Bahwa berdasarkan uraian tersebut di atas, nyata bahwa ketentuan Pasal 21 ayat (1), ayat (3), Pasal 36 ayat (1) UUPA, melanggar atau bertentangan dengan ketentuan-ketentuan Pasal 28E ayat (1), Pasal 28H ayat (1) Undang-Undang Dasar Tahun 1945, dan ketentuan-ketentuan lainnya mengenai hak asasi manusia yang berlaku secara nasional maupun internasional.

48. Bahwa Pasal 29 ayat (1) dan Pasal 35 ayat (1) Undang-Undang Perkawinan bertentangan dengan Undang-Undang-Undang-Undang Dasar Tahun 1945.

a. Bahwa frasa pada waktu atau sebelum perkawinan

dilangsungkan, Pasal 29 ayat (1) Undang-Undang Perkawinan bertentangan dengan Undang-Undang Dasar Tahun 1945.

b. Bahwa tujuan perkawinan adalah membentuk keluarga yang bahagia, kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Adapun di dalam hukum Islam, tujuan perkawinan adalah untuk membentuk keluarga sakinah, mawadah, warahmah. Hal itu pun yang menjadi tujuan utama Pemohon ketika melakukan perkawinan, sehingga Pemohon sama halnya dengan kebanyakan pasangan di zaman itu, tidak mempermasalahkan mengenai harta. Apalagi pada saat perkawinan dilaksanakan, Pemohon tidak mengerti hukum dan masih sangat belia dan juga tidak punya harta.

49. Bahwa tidak terbersit sedikit pun pada diri Pemohon untuk membuat perjanjian kawin sebelum atau pada saat perkawinan dilaksanakan. Lagipula pada umumnya, semua pasangan yang akan menikah tidak memiliki uang yang cukup untuk membeli tanah apalagi membeli rumah, sehingga adalah wajar pada tahap tersebut Pemohon belum sampai berpikir untuk membeli tanah.

50. Bahwa tidak terbersit sedikit pun dasar dari perjanjian kawin adalah sama seperti perjanjian pada umumnya yaitu kedua belah pihak diberikan kebebasan/sesuai dengan asas hukum kebebasan berkontrak asalkan tidak bertentangan dengan Undang-Undang Kesusilaan atau tidak melanggar ketertiban umum. Hal tersebut sejalan dengan Pasal 28E ayat (2) Undang-Undang Dasar Tahun

1945 yang mengatur dan seterusnya. Namun

kenyataannya, frasa pada waktu sebelum perkawinan

(28)

Perkawinan, ternyata sebaliknya mengekang hak kebebasan berkontrak seseorang. Frasa tersebut membatasi kebebasan dua orang individu untuk melakukan atau kapan akan melakukan perjanjian karena seseorang pada akhirnya tidak dapat membuat perjanjian kawin jika tidak dilakukan pada saat atau sebelum perkawinan dilangsungkan.

51. Bahwa telah jelas dan terang frasa pada waktu atau

sebelum perkawinan dilangsungkan pada Pasal 29 ayat (1) Undang-Undang Perkawinan bertentangan dengan Pasal 28E ayat (2) Undang-Undang Dasar Tahun 1945.

101. KETUA: ANWAR USMAN

Ya, lewat saja, itu kami sudah baca semua.

102. PEMOHON NOMOR 69/PUU-XIII/2015: IKE FARIDA

52. Bahwa dasar dan prinsip utama dalam sebuah perjanjian adalah kebebasan berkontrak atau freedom of contract sebagaimana diatur dalam Pasal 1338 ayat (1) KUH Perdata yang mengatur dan seterusnya. Akan tetapi, Pemohon sadar bahwa perjanjian yang dibuat oleh para pihak tidak boleh: a. Melanggar hak orang lain yang diartikan melanggar

sebagian hak-hak pribadi, seperti integritas tubuh, kebebasan, kehormatan, dan lain-lain. Termasuk dalam hal ini, hak-hak absolut, seperti hak kebendaan, hak kekayaan intelektual, dan sebagainya.

b. Bertentangan dengan kewajiban hukum pelaku, yakni kewajiban yang dirumuskan dalam aturan undang-undang.

c. Bertentangan dengan kesusilaan. Artinya perbuatan yang dilakukan oleh seseorang itu bertentangan dengan sopan santun yang tidak tertulis, yang tumbuh berkembang dalam masyarakat.

d. Bertentangan dengan kecermatan yang harus diindahkan dalam masyarakat.

Bahwa Pemohon sadar ketakutan pembentuk Undang-Undang Perkawinan saat itu, pembentuk undang-undang ingin melindungi pihak ketiga sebagai akibat pemisahan harta perkawinan akibat berlakunya Pasal 29 ayat (1) Undang-Undang Perkawinan dengan menambahkan frasa pada waktu atau sebelum perkawinan dilangsungkan. Namun, hal tersebut telah diantisipasi oleh Pasal 1338 ayat (1) KUH Perdata atau asas iktikad baik atau good faith. Asas ini

(29)

mengharuskan para pihak seharusnya harus melaksanakan substansi kontrak berdasarkan kepercayaan atau keyakinan yang teguh maupun kemauan atau iktikad baik dari para pihak.

Asas iktikad baik terbagi menjadi dua yakni iktikad baik nisbi dan iktikad baik mutlak. Pada iktikad baik pertama, seseorang memperhatikan sikap dan tingkah laku yang nyata dari subjek.

Pada iktikad yang kedua, penilaian terletak pada akal sehat dan keadilan, serta dibuat ukuran yang objektif untuk menilai keadaan menurut norma-norma yang objektif.

Hal-hal tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa setiap orang berhak untuk melakukan perjanjian dengan siapa pun, kapan pun, dengan isi apa pun, asal dilaksanakan dengan iktikad baik serta tidak bertentangan dengan Undang-Undang Kesusilaan ataupun ketertiban umum.

53. Bahwa dari uraian di atas dapat disimpulkan frasa pada waktu atau sebelum perkawinan dilangsungkan pada Pasal 21 ayat (1) UU Perkawinan bertentangan dengan Pasal 28E ayat (2) Undang-Undang Dasar Tahun 1945.

Oleh karenanya, sangat berdasar hukum apabila menyangkut

frasa pada waktu atau sebelum perkawinan dilangsungkan

dinyatakan tidak mempunyai kekuatan hukum yang mengikat.

B. Frasa harta bersama pada Pasal 35 ayat (1) UU

Perkawinan sepanjang tidak dimaknai sebagai hak untuk menuntut bertentangan dengan Undang-Undang Dasar Tahun 1945.

54. Bahwa Pemohon melangsungkan perkawinan dengan suami Pemohon adalah untuk menaati perintah Allah dan melaksanakannya merupakan ibadah yang bertujuan untuk mewujudkan kehidupan rumah tangga yang sakinah, mawaddah, warahamah.

55. Bahwa pada umumnya, hampir seluruh wanita di Indonesia yang sudah menikah kebanyakan menjalani tanggung jawabnya sebagai ibu rumah tangga dan tidak bekerja. Namun, tidak juga terdapat sebagian wanita yang sudah menikah tetap memilih bekerja.

56. Bahwa sebelum maupun sesudah menikah, Pemohon dan suami Pemohon selama masa perkawinan selalu bekerja keras dengan giat dan gigih, sehingga Pemohon dan suami, baik secara sendiri-sendiri maupun bersama-sama dapat menabung atau membeli harta.

Bahwa selama perkawinan Pemohon dan suami Pemohon menyadari bahwa setiap harta yang diperoleh berdasarkan

(30)

hasil kerjanya merupakan kepemilikan Pemohon yang pemanfaatannya digunakan untuk bersama.

Namun, frasa harta bersama pada Pasal 35 ayat (1) UU

Perkawinan selalu dimaknai sebagai hak kepemilikan yang timbul secara otomatis selama perkawinan. Meskipun harta tersebut belum beralihnya kepemilikan kepada baik pihak istri maupun suami sebagaimana diterapkan dalam Pengadilan Negeri Jakarta Timur dengan penetapannya Nomor 04 sekian, tertanggal 12 November 2014 dan surat pengembang nomor sekian, tertanggal 17 September 2012.

Bahwa Pasal 35 ayat (1) UU Perkawinan telah jelas dan nyata merampas, menghilangkan, dan membatasi hak Pemohon untuk memiliki dan mempunyai harta secara utuh dikarenakan Pasal 35 ayat (1) UU Perkawinan dimaknai dengan adanya pembagian kepemilikan atas harta, separuh bagi suami dan pihak istri dengan serta-merta secara otomatis ketika pembelian baru saja dilaksanakan. Padahal hak atas harta bersama barulah timbul pada saat putusnya perkawinan. Penjelasan Pasal 35 ayat (1) apabila perkawinan putus, maka harta tersebut diatur menurut hukumnya masing-masing.

58. Bahwa (...)

103. KETUA: ANWAR USMAN

Langsung saja ke ini ... Nomor 60, ya.

104. PEMOHON NOMOR 69/PUU-XIII/2015: IKE FARIDA

Baik, terima kasih.

60. Bahwa konstitusi mengatur dan memberikan hak perlindungan atas harta benda yang di bawah kekuasaan Pemohon.

Oleh karena itu maka frasa ... harta bersama dalam Pasal 35

ayat (1) Undang-Undang Perkawinan sepanjang tidak dimaknai sebagai hak untuk menuntut, bertentangan dengan Pasal 28G ayat (1) dan Pasal 28H ayat (4) Undang-Undang Dasar 1945.

Mahkamah Konstitusi mempunyai kewenangan yang diberikan oleh negara untuk menegakan hak asasi Pemohon yang telah dirampas karena berlakunya Pasal 21 ayat (1), ayat (3), dan Pasal 36 ayat (1) UUPA, Pasal 29 ayat (1), dan Pasal 35 ayat (1) Undang-Undang Perkawinan.

(31)

105. KETUA: ANWAR USMAN

Ya, langsung loncat saja.

106. PEMOHON NOMOR 69/PUU-XIII/2015: IKE FARIDA

62. Bahwa telah jelas dan nyata terbukti hak asasi Pemohon telah tercederai, terampas, dan hilang karena berlakunya Pasal 21 ayat (1), ayat (3), dan Pasal 36 ayat (1) UUPA, serta Pasal 29 ayat (1), dan Pasal 35 ayat (1) Undang-Undang Perkawinan dimana perlindungan, pemajuan, penegakan, dan pemenuhan hak asasi manusia adalah tanggung jawab negara sebagaimana diatur dalam Pasal 28I ayat (4) dan ayat (5) Undang-Undang Dasar 1945.

Oleh karenanya, Mahkamah Konstitusi yang telah diberikan kewenangan oleh negara, wajib memulihkan hak Pemohon dengan mengabulkan seluruh permohonan Pemohon.

Dasar pertimbangan Pemohon telah berdasar hukum, tepat, benar, lengkap, dan sempurna sebagaimana dimaksud dalam peraturan perundang-undangan.

63. Bahwa dasar pertimbangan yang telah Pemohon uraikan di atas telah sesuai dengan Pasal 5 ayat (1) huruf b Peraturan Mahkamah Konstitusi Nomor 6/PMK/2005 tentang Pedoman Beracara Dalam Perkara Pengujian Undang-Undang.

Oleh karenanya sudah berdasar hukum, tepat, benar, lengkap, dan sempurna dalil permohonan Pemohon, dan untuk itu mohon kepada yang terhormat Hakim Majelis Konstitusi pada Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia untuk memeriksa dan mengadili permohonan ini.

Permohonan atau petitum. Demikian dasar-dasar permohonan (...)

107. KETUA: ANWAR USMAN

Ya, langsung saja ke poin satu petitumnya, menerima dan mengabulkan.

108. PEMOHON NOMOR 69/PUU-XIII/2015: IKE FARIDA

Baik. Oleh karenanya, wajar serta sangat konstitusional jika Yang Terhormat Majelis Hakim Konstitusi pada Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia yang memeriksa dan mengadili perkara permohonan a quo menjatuhkan putusan sebagai berikut.

1. Menerima dan mengabulkan permohonan Pemohon untuk seluruhnya.

(32)

2. Menyatakan frasa warga negara Indonesia pada Pasal 21 ayat (1) UUPA sepanjang tidak dimaknai warga negara Indonesia tunggal tanpa terkecuali bertentangan dengan Pasal 28H ayat (4) Undang-Undang Dasar Tahun 1945.

3. Menyatakan frasa warga negara Indonesia pada Pasal 21 ayat (1)

UUPA sepanjang tidak dimaknai warga negara Indonesia tunggal tanpa terkecuali tidak mempunyai kekuatan hukum yang mengikat.

4. Menyatakan frasa warga negara Indonesia pada Pasal 36 ayat (1)

UUPA sepanjang tidak dimaknai warga negara Indonesia tunggal tanpa terkecuali bertentangan dengan Pasal 28H ayat (4) Undang-Undang Dasar Tahun 1945.

5. Menyatakan frasa warga negara Indonesia pada Pasal 36 ayat (1)

UUPA sepanjang tidak dimaknai warga negara Indonesia tunggal tanpa terkecuali tidak mempunyai kekuatan hukum yang mengikat.

6. Menyatakan frasa warga negara Indonesia pada Pasal 36 ayat (1),

Pasal 21 ayat (1) UUPA menghilangkan hak Pemohon untuk memiliki hak milik dan hak guna bangunan sehingga bertentangan dengan Pasal 28E ayat (1), Pasal 28H ayat (1), Pasal 28D ayat (1), Pasal 27 ayat (1), Pasal 26 ayat (1), Pasal 27 ayat (1), dan Pasal 28I ayat (2) Undang-Undang Dasar Tahun 1945.

7. Menyatakan frasa pada waktu atau sebelum perkawinan

dilangsungkan dan seterusnya pada Pasal 29 ayat (1) Undang-Undang Perkawinan bertentangan dengan Pasal 25E ayat (2) Undang-Undang Dasar Tahun 1945.

8. Menyatakan frasa pada waktu atau sebelum perkawinan

dilangsungkan dan seterusnya pada Pasal 29 ayat (1) Undang-Undang Perkawinan tidak mempunyai kekuatan hukum yang mengikat.

9. Menyatakan frasa harta bersama dalam Pasal 35 ayat (1)

Undang-Undang Perkawinan sepanjang tidak dimaknai sebagai hak untuk menuntut bertentangan dengan Pasal 28G ayat (1) dan Pasal 28H ayat (4) Undang-Undang Dasar Tahun 1945.

10. Menyatakan frasa harta bersama dalam Pasal 35 ayat (1)

Undang-Undang Perkawinan sepanjang tidak dimaknai sebagai hak untuk menuntut tidak mempunyai kekuatan hukum yang mengikat.

11. Memerintahkan pengumuman putusan ini dimuat dalam Lembaran negara Republik Indonesia atau apabila Majelis Hakim Konstitusi pada Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia berpendapat lain, Pemohon mohon putusan yang seadil-adilnya.

Bahwa selanjutnya untuk menguatkan dalil-dalil permohonan, Pemohon telah mengajukan barang bukti berupa naskah Undang-Undang Dasar Tahun 1945, undang-undang, dan surat-surat yang diberi tanda sebagaimana terlampir.

(33)

109. KETUA: ANWAR USMAN

Ya, cukup ya.

110. PEMOHON NOMOR 69/PUU-XIII/2015: IKE FARIDA

Demikian pengujian ini kami sampaikan. Atas perhatian dan dikabulkannya permohonan ini oleh Yang Terhormat Majelis Hakim, kami ucapkan terima kasih.

111. KETUA: ANWAR USMAN

Ya, baik. Cukup panjang ya, permohonannya dan cukup … cukup jelas bagi kami. Namun demikian, ya ada beberapa hal yang bisa menjadi masukan nasihat dari Majelis Panel. Saya terlebih dahulu mulai dari Nomor 70/PUU-XIII/2015 ya, supaya Pemohon Nomor 69/PUU-XIII/2015 biar bernapas dulu, ya karena tadi juga dimulai Nomor 70/PUU-XIII/2015.

Untuk Pemohon Nomor 70/PUU-XIII/2015 ini, saya tidak perlu memberi masukan yang terlalu jauh karena begini. Untuk pengujian Pasal … norma Pasal 7 huruf d Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2015 ini telah diuji ya, oleh beberapa pihak Pemohon dan lain-lain. Bisa dicek nanti ya, itu ada di Perkara Nomor 46/PUU-XIII/2015. Sama Perkara Nomor 49/PUU-XIII/2015, juga Perkara Nomor 54/PUU-XIII/2015, tapi yang Nomor 54/PUU-XIII/2015 ini sudah ditarik kembali. Jadi tinggal tiga dengan yang Permohonan Nomor 70/PUU-XIII/2015 dari Pemohon ini. Jadi, ya tentu ini sangat terkait ya, memang belum putus, lagi diproses. Untuk Nomor 70/PUU-XIII/2015 hanya itu dari saya.

Kemudian untuk Nomor 69/PUU-XIII/2015, ini nanti tolong untuk surat keterangan tadi ya, diganti Surat Kuasa sesuai dengan format yang ada, bisa dilihat di Kepaniteraan dan tanda tangan harus dari pemberi dan penerima kuasa. Kalau ini kan, hanya satu pihak nih, Pemohon saja.

112. PEMOHON NOMOR 69/PUU-XIII/2015: IKE FARIDA

Baik. Terima kasih.

113. KETUA: ANWAR USMAN

Terkait dengan permohonannya. Jadi, memang banyak itu seperti … apa namanya … alasan-alasannya tadi. Coba ditekankan lagi di mana diskriminasinya ketika norma ini diterapkan khusus untuk Saudara walaupun tadi kan, kasus konkret tadi, itu hanya pintu masuk ya, untuk bisa dikatakan bahwa ini inkonstitusional ini pasal-pasal yang Saudara uji.

(34)

Kemudian, terkait dengan petitum, itu petitum 1 menerima dan mengabulkan. Ya, cukup mengabulkan saja, kalau diterima kan, sudah. Tinggal apakah nanti dikabulkan atau ditolak ya, lihat di persidangan, ya.

Kemudian, mengenai petitum juga. Ya, bisa dilihat ya, ketentuan Pasal 51A ayat (4) dan ayat (5) Undang-Undang MK.

Kemudian, Pasal 5 huruf c dan d Peraturan Mahkamah Konstitusi Nomor 6 Tahun 2005 bisa dijadikan acuan. Atau nanti bisa dilihat contoh petitum yang sudah lazim di MK. Terutama yang permohonannya dikabulkan.

Kemudian, untuk norma atau pasal dalam petitum, pasal dari Undang-Undang Dasar Tahun 1945 tidak perlu dicantumkan. Cukup saja dinyatakan bertentangan dengan Undang-Undang Dasar Tahun 1945. Tidak perlu dicantumkan lagi pasal berapa.

Kemudian untuk petitum angka 2 dan angka 4 itu bisa digabung sekaligus. Sama petitum angka 3 dan angka 5. Demikian untuk saya.

Selanjutnya, Yang Mulia Dr. Wahiduddin Adams.

114. HAKIM ANGGOTA: WAHIDDUDIN ADAMS

Terima kasih, Yang Mulia Ketua. Untuk Perkara Nomor 70/PUU-XIII/2015 ini … apa … sistematis, strukturnya sudah disusun baik. Ini memang Pak Bambang Suroso ini sudah pahamlah seluk-beluk perkara di MK.

Hanya tadi seperti yang disampaikan oleh Pak Dr. Anwar Usman bahwa kita menyampaikan iformasi perkara yang sama terkait dengan permohonan Pengujian Pasal 7 huruf t Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2015 ini mengenai syarat mengundurkan diri bagi TNI dan Polisi, dan PNS yang akan dijadikan kepala daerah. Yang jelasnya itu gubernur, bupati, dan walikota beserta wakilnya, itu sudah ada pengujian. Memang belum diputus ya, Nomor 46/PUU-XIII/2015 dan Nomor 49/PUU-XIII/2015. Tadi Nomor 54, tapi sudah ditarik.

Nah, ini terserah kepada Pemohon dan Kuasanya untuk apakah ya, tetap lanjut atau ikut serta menunggu putusan Nomor 46/PUU-XIII/2015, Nomor 49/PUU-XIII/2015. Kami serahkan sepenuhnya kepada Pemohon.

Hanya yang mungkin perlu dikuatkan bobot legal standing-nya karena di sini Pemohon ini adalah berstatus PNS, ya? Ya, sekilas memang tampak berhubungan langsung dengan Pasal 7 huruf t karena di sana disebutkan, “Anggota polisi, TNI, dan PNS,” ya.

Namun, ini harus diperkuat, didalilkan juga, ya. Apakah Pemohon akan maju sebagai calon dalam pilkada, dalam pemilihan bupati, gubernur, walikota? Karena ini bukan karena syarat PNS-nya, tetapi ini terkait dengan PNS yang akan maju sebagai calon.

Oleh sebab itu, harus dibuktikan niat untuk maju sebagai calon di pemilihan yang akan diikuti. Gitu, ya?

(35)

Nah kemudian, hal lain, dalil-dalil itu diperdalam dan lebih dielaborasi. Saya kira sudah paham maksud dari diperdalam dan dielaborasi itu. Saya kira itu yang untuk Nomor 70/PUU-XIII/2015.

Untuk yang Nomor 69/PUU-XIII/2015 ya, tidak berbeda dengan apa yang disampaikan oleh Pak Dr. Anwar Usman. Hanya selain segi teknis, di petitum ya … ya, petitum 1 itu cukup mengabulkan saja, enggak usah pakai menerima. Kalau mengabulkan, ya berarti juga menerima.

Kemudian, mengenai pasal-pasal Undang-Undang Dasar Tahun 1945, tidak perlu disebutkan pasalnya. Itu cukup di posita, tapi disebutkan dengan Undang-Undang Dasar Tahun 1945. Dan tidak perlu pakai huruf besar-huruf besar, ya? Ya. Karena cukup penulisannya biasa saja, ya. Karena nanti akan sama dilihat atau dibacanya.

Saya kira itu saja. Terima kasih.

115. KETUA: ANWAR USMAN

Terima kasih, Yang Mulia. Selanjutnya, Yang Mulia Pak Sitompul.

116. HAKIM ANGGOTA: MANAHAN MP SITOMPUL

Terima kasih, Yang Mulia Pak Ketua. Untuk Nomor 70/PUU-XIII/2015, saya kira saya sudah sependapat dengan Yang Mulia berdua. Yang Nomor 69/PUU-XIII/2015, menjadi pertanyaan saya adalah apakah case atau kasus yang dialami oleh Pemohon ini sudah bisa digeneralisasi? Artinya apa? Apakah bukan penerapan hukum itu yang dialami oleh Pemohon ini tidak diterapkan sebagaimana mestinya? Tentu ini mungkin menjadi pertanyaan, apakah ada pihak lain yang seperti Pemohon ini malah dibolehkan memiliki rusun? Misalnya seperti Ibu katakan ini atau tidak. Itu juga perlu didalami lebih lanjut.

Namun, okelah kalau memang ini menjadi hal yang general atau mungkin dialami oleh pihak-pihak, ini bagus untuk diajukan permohonan ini. Namun, di petitum ini, biasanya di petitum itu mesti kita gunakan istilah-istilah yang … yang baku, ya? Karena ini saya lihat ada istilah warga negara Indonesia tunggal tanpa terkecuali. Ini membingungkan ini. Dari segi istilah hukumnya, apa yang dimaksud di situ? Misalnya, yang berkewarganegaraan Indonesia tunggal. Nah, itu perta … hanya … coba di … apa … nanti … perlu dikonsultasikan itu. Apa itu yang dimaksud? Tapi kalau berkewarganegaraan tunggal, ya ini tidak … tidak juga tepat. Nah, mungkin juga yang dimaksud di sini adalah warga negara Indonesia yang kawin sah dengan warga negara asing. Nah, ini coba … coba di … dikonsultasikan nanti supaya lebih tepat nanti … apa namanya … penggunaannya untuk semua orang yang dikenakan nanti kalau ini dikabulkan.

(36)

Kemudian, tentang pada waktu atau sebelum perkawinan dilangsungkan, itu juga jangan hanya dinyatakan tidak mempunyai kekuatan hukum, tentu mesti ada alternatifnya, misalnya apakah sepanjang waktu atau setiap perkawinan itu boleh membuat satu perjanjian perkawinan. Nah, itu misalnya.

Karena ini kan yang Saudara sayangkan kan, kenapa kok pada waktu perkawinan saya tidak membuat perjanjian kawin, kan gitu, ya? Nah, tentu logikanya barangkali bisa setiap saat. Artinya pada saat perjalanan perkawinan itu, jangan hanya pada waktu perkawinan kan, gitu, ya. Di sini kan diikat, pada sebelum atau pada saat. Kan, begitu, tentu boleh dong, itu di … sepanjang perkawinan, tentu itu mungkin yang dimaksud daripada Pemohon, jadi boleh itu nanti di … diapakan.

Mengenai harta bersama, nah, inilah … inilah mungkin yang membuat Saudara itu menjadi … apa namanya … apa namanya itu … menjadi bingung, ya. Artinya kok dilarang, padahal harta bersama itu memang betul-betul untuk dibagi kalau ada perceraian, kan gitu, ya. Nah, tapi kalau ini warga negara asing, tentu menjadi hak milik orang asing. Sedang di pihak lain, di Undang-Undang Pokok Agraria itu warga negara asing dilarang memiliki hak ya, gitu, ya. Nah, di sinilah mungkin nanti yang Saudara harus lebih jelaskan mengenai soal apa yang Saudara maksud dengan harta bersama itu, harus bagaimana itu karena dia confront dengan pasal Undang-Undang Pokok Agraria itu, ya.

Ya, kira-kira itu barangkali dari saya secara materiilnya untuk dipikirkan lebih lanjut. Barangkali itu saja, Pak Ketua. Terima kasih.

117. KETUA: ANWAR USMAN

Ya, terima kasih, Yang Mulia. Jadi, untuk kedua Pemohon, baik Pemohon 70/PUU-XIII/2015 maupun 69/PUU-XIII/2015, nah, itulah beberapa catatan atau masukan dari Majelis Panel, ya. Terutama untuk Perkara Nomor 69/PUU-XIII/2015 tadi, ya. Jadi, catatan-catatan tadi atau masukan-masukan, nasihat-nasihat tadi bisa dijadikan bahan untuk perbaikan permohonan Pemohon, sekiranya permohonan ini diteruskan. Untuk itu, Saudara diberi kesempatan sampai terakhir hari Rabu, tanggal 24 Juni 2015, ya. Untuk menyampaikan permohonan langsung ke Kepaniteraan, ya, perbaikan permohoan, ya, termasuk Pemohon Nomor 70/PUU-XIII/2015 tentunya, sekiranya ini ingin diteruskan.

Baik, jadi hanya itu, maka sidang ini (…)

118. KUASA HUKUM PEMOHON NOMOR 70/PUU-XIII/2015: BAMBANG SUROSO

(37)

119. KETUA: ANWAR USMAN

Ya.

120. KUASA HUKUM PEMOHON NOMOR 70/PUU-XIII/2015: BAMBANG SUROSO

Boleh menambahkan sedikit?

121. KETUA: ANWAR USMAN

Ya, sedikit saja. Karena ini ada sidang, ya.

122. KUASA HUKUM PEMOHON NOMOR 70/PUU-XIII/2015: BAMBANG SUROSO

Sedikit, satu kalimat. Terima kasih, Yang Mulia. Atas nasihatnya tentang tadi dari Yang Mulia. Menambahkan dalil legal standing-nya, ini memang ada satu ketidakjelasan, Yang Mulia. Ketika dia mengatakan nanti akan maju dalam pilkada, maka sudah ada tekanan dari pihak lawan untuk mengurai kedudukan hukum sebagai pegawai negeri sipil, sehingga tidak kami sebutkan di sini karena di sana nanti akan terkooptasi dengan keinginan politik untuk menggeser jabatan dia yang sekarang dia sedang emban, itu satu, Yang Mulia.

Yang kedua karena sudah ada perkara yang sama, objectum litis-nya, maka kami ingin digabung saja, Yang Mulia, sehingga nanti putusannya menjadi satu kesatuan, sehingga tidak terjadi yang disebut nebis in idem. Kami inginkan ada satu kebersamaan dalam satu objectum litis yang sama, kami terima kasih, jika itu digabung dalam satu putusan yang sama.

Demikian, Yang Mulia. Terima kasih. Assalamualaikum wr. wb.

123. KETUA: ANWAR USMAN

Baik, akan kami pertimbangkan (…)

124. PEMOHON NOMOR 69/PUU-XIII/2015: IKE FARIDA

Yang Mulia. Mohon maaf.

125. KETUA: ANWAR USMAN

(38)

126. PEMOHON NOMOR 69/PUU-XIII/2015: IKE FARIDA

Sedikit, mohon maaf.

127. KETUA: ANWAR USMAN

Baik, silakan.

128. PEMOHON NOMOR 69/PUU-XIII/2015: IKE FARIDA

Terima kasih, Yang Mulia. Terima kasih atas masukannya dari ketiga pimpinan hari ini. Saya ingin sedikit meminta penjelasan barangkali dari Yang Mulia Bapak Manahan untuk petitum, mohon agar diberikan arahan dan bimbingan untuk petitum, misalnya di angka 9, di sini kan, disebutkan harta bersama, jadi selama ini yang kami alami adalah setiap kali pembelian karena teman-teman seperti saya ada jumlahnya ribuan di Indonesia. Yang kami alami itu adalah ketika kami membeli itu sudah dicap bahwa separuh adalah milik … milik istri dan separuh adalah milik suami. Padahal, seharusnya kan, ketika dibeli atas nama istri, itu kan untuk sementara secara hukum, maka si istri yang warga negara Indonesia itulah yang memiliki. Namun kemudian, ketika terjadi, amit-amit, misalnya perceraian seperti itu, barulah suami punya hak untuk menuntut dan itu pun kalau suami mau menuntut, Yang Mulia.

Kalau suami tidak ingin menuntut, misalnya terhadap tanah atau bangunan tersebut, itu kan, artinya ketika membeli juga kan tidak dengan serta-merta itu adalah milik bersama.

Nah, lalu saya mohon arahannya, jadi sebaiknya saya untuk mempermudah agar Majelis nantinya ketika beracara atau bersidang sebaiknya saya menuliskannya apakah seperti ini masih kurang ataukah harus saya jelaskan dengan lebih sedikit lebih detail karena yang ingin saya sampain adalah seharusnya kalau baru membeli dan itu membelinya atas WNI boleh dong, gitu. Tapi terus kemudian dalam hal ini saya mengalami bahwa enggak, ketika membeli itu langsung separuh milik suami, separuh milik Ibu. Masa di ruang sana milik suami, di ruang sini milik saya, kan tidak. Dipergunakan dan dimanfaatkan bersama-sama tapi nanti seandainya amit-amit tidak terjadi, ada misalnya perceraian itu kan baru begitu, Yang Mulia.

129. HAKIM ANGGOTA: MANAHAN MP SITOMPUL

Baik. Sudah kita pahami maksudnya. Namun di sini karena ini hak ber … harta bersama, itu sepanjang tidak dimaknai sebagai hak untuk menuntut, itu perlu dielaborasi pengistilahannya itu. Ya, perlu lagi di …

Referensi

Dokumen terkait

Jika sudah ketemu dengan file popojicms yang akan anda upload, silakan klik kanan pada nama file popojicms.v.1.2.5 lalu klik upload.. biarkan kosong saja, lalu klik

Apabila ketuban  pecah sebelum usia kehamilan kurang dari 37 minggu akan meningkatkan risiko infeksi, juga meningkatkan risiko terjadinya penekanan tali pusat yang

Berdasarkan perbandingan nilai korelasi antara nilai dugaan respon akhir dan peubah respon

Dari hasil analisa pada studi banding dan literatur, pelaku utama adalah pemakai bangunan pusat perbelanjaan merupakan kelompok aktivitas yang di dalamnya

Pada aplikasi 1: Gambar 1, 2 dan 3 dapat dilihat Pada aplikasi 2: Gambar 4, 5 dan 6 dapat dilihat bahwa prosentase kematian larva Aedes aegypti pada bahwa prosentase

Salah satu wilayah di Indonesia yang akan merasakan dampak langsung dari Masyarakat Ekonomi ASEAN adalah Kota Dumai. Kota Dumai merupakan salah satu penghasil

Dari pembahasan dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi arus kas operasional perusahaan maka semakin tinggi kepercayaan investor pada perusahaan tersebut, sehingga

4) Banyaknya kunyahan makanan per menit pada masing-masing kelompok umur  Sedangkan untuk menentukan perbedaan lamanya waktu yang diperlukan untuk merumput dan lamanya