MAKALAH COMPOUNDING AND DISPENSING
MAKALAH COMPOUNDING AND DISPENSING
KASUS PENYALAHGUNAAN ALPRAZOLAM
KASUS PENYALAHGUNAAN ALPRAZOLAM
Adilfi Lazuardi Ghufron (1206224022)
Adilfi Lazuardi Ghufron (1206224022)
Aisyah
Aisyah
Almira Rosentadewi
Almira Rosentadewi
Faisal Ramdani
Faisal Ramdani
Merry Flora Dawolo
Merry Flora Dawolo
PROGRAM PROFESI APOTEKER
PROGRAM PROFESI APOTEKER
FAKULTAS FARMASI
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS INDONESIA
UNIVERSITAS INDONESIA
2018
2018
KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkah-Nya Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan makalah tentang penyebaran dan sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan makalah tentang penyebaran dan penyalahgunaan
penyalahgunaan Alprazolam. Alprazolam. Makalah Makalah ini ini disusun disusun untuk untuk memenuhi memenuhi tugas tugas pada pada mata mata kuliahkuliah Compounding and Dispensing Sediaan Farmasi. Pada makalah ini dibahas tentang kasus Compounding and Dispensing Sediaan Farmasi. Pada makalah ini dibahas tentang kasus penyebaran dan penyalahgu
penyebaran dan penyalahgunaan Alprazolam.naan Alprazolam.
Penulis menyadari bahwa masih terdapat beberapa kekurangan dalam penulisan makalah ini Penulis menyadari bahwa masih terdapat beberapa kekurangan dalam penulisan makalah ini namun penulis berharap makalah ini dapat berguna bagi setiap pembaca. Selain itu, saran dan namun penulis berharap makalah ini dapat berguna bagi setiap pembaca. Selain itu, saran dan kritik yang membangun dari pembaca sangat
kritik yang membangun dari pembaca sangat dibutuhkan untuk penyempurnaan makalah ini.dibutuhkan untuk penyempurnaan makalah ini. Depok, Maret 2018
Depok, Maret 2018
Penyusun Penyusun
DAFTAR ISI DAFTAR ISI
HALAMAN
HALAMAN JUDUL JUDUL ...1...1 KATA
KATA PENGANTAR ...PENGANTAR ...2...2 DAFTAR
DAFTAR ISI...ISI...3...3 BAB 1
BAB 1 PENDAHULUAN PENDAHULUAN ...4...4 BAB 2
BAB 2 TINJAUAN TINJAUAN PUSTAKA ...PUSTAKA ...5...5 BAB 3
BAB 3 ISI ISI DAN DAN PEMBAHASAN ...PEMBAHASAN ...13...13 BAB 4
BAB 4 KESIMPULAN DAN KESIMPULAN DAN SARAN ...SARAN ...1...133 DAFTAR
BAB I
BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
1.1.
1.1. Latar BelakangLatar Belakang
Alprazolam adalah jenis obat yang memiliki efek sedatif atau menenangkan. Alprazolam adalah jenis obat yang memiliki efek sedatif atau menenangkan. Alprazolam diresepkan bagi mereka yang cemas atau tertekan dan dapat digunakan dalam Alprazolam diresepkan bagi mereka yang cemas atau tertekan dan dapat digunakan dalam pengobatan
pengobatan jangka jangka pendek pendek beberapa beberapa masalah masalah tidur tidur tertentu. tertentu. Obat Obat tersebut tersebut dapat dapat diresepkandiresepkan oleh dokter untuk mengobati orang yang mengalami mania. Obat-obatan ini dapat amat oleh dokter untuk mengobati orang yang mengalami mania. Obat-obatan ini dapat amat efektif saat digunakan untuk jangka pendek di bawah supervisi dokter. Obat-obat tersebut efektif saat digunakan untuk jangka pendek di bawah supervisi dokter. Obat-obat tersebut tidak dapat mengganti obat-obat lain yang telah diresepkan oleh dokter, seperti antipsikotik, tidak dapat mengganti obat-obat lain yang telah diresepkan oleh dokter, seperti antipsikotik, antidepresan, dan penstabil suasana hati.
antidepresan, dan penstabil suasana hati.
Alprazolam dapat sangat adiktif. Penggunannya dapat mengalami ketergantungan jika Alprazolam dapat sangat adiktif. Penggunannya dapat mengalami ketergantungan jika menggunakannya secara teratur dalam jangka waktu lama. Pengguna mungkin akan menggunakannya secara teratur dalam jangka waktu lama. Pengguna mungkin akan menyadari semakin ketergantungan alprazolam jika memerlukan dosis yang lebih tinggi dari menyadari semakin ketergantungan alprazolam jika memerlukan dosis yang lebih tinggi dari waktu ke waktu, atau jika benar-benar merasa sakit
waktu ke waktu, atau jika benar-benar merasa sakit jika tidak menggunakannya.jika tidak menggunakannya.
Alprazolam meningkatkan efek zat kimia alami dalam otak yang membuat pengguna Alprazolam meningkatkan efek zat kimia alami dalam otak yang membuat pengguna lebih tenang. Efek samping yang mungkin timbul dari penggunaan alprazolam selain merasa lebih tenang. Efek samping yang mungkin timbul dari penggunaan alprazolam selain merasa tenang atau mengantuk, adalah :
tenang atau mengantuk, adalah :
-- Kepala terasa ringan atau pusingKepala terasa ringan atau pusing -- Goyah atau merasa akan jatuhGoyah atau merasa akan jatuh -- KebingunganKebingungan
-- Masalah dengan ingatanMasalah dengan ingatan
Efek penenang alprazolam juga dapat mempengaruhi kemampuan pengguna untuk Efek penenang alprazolam juga dapat mempengaruhi kemampuan pengguna untuk mengambil keputusan dan melakukan beberapa tugas. Pengguna dilarang mengemudi atau mengambil keputusan dan melakukan beberapa tugas. Pengguna dilarang mengemudi atau mengoperasikan mesin saat menggunakan alprazolam. Jika pengguna minum alprazolam mengoperasikan mesin saat menggunakan alprazolam. Jika pengguna minum alprazolam secara teratur, maka
secara teratur, maka perlu diberitahukan perlu diberitahukan kepada dokter kepada dokter sebelum sebelum mengurangi jumlah mengurangi jumlah atauatau menghentikan penggunaannya. Pengguna yang secara tiba-tiba berhenti mengonsumsi menghentikan penggunaannya. Pengguna yang secara tiba-tiba berhenti mengonsumsi alprazolam, maka kemungkinan dapat mengalami gejala ketgihan seperti kecemasan dan alprazolam, maka kemungkinan dapat mengalami gejala ketgihan seperti kecemasan dan kebingungan kejang-kejang. Penggunaan alprazolam pada ibu hamil atau menyusui juga kebingungan kejang-kejang. Penggunaan alprazolam pada ibu hamil atau menyusui juga harus dengan sepengetahuan dokter.
Penyebaran dan penyalahgunaan alprazolam masih kerap dilakukan sehingga sebagai Penyebaran dan penyalahgunaan alprazolam masih kerap dilakukan sehingga sebagai mahasiswa farmasi kita harus memahami dan menganalisa penyebab serta dampak kasus dari mahasiswa farmasi kita harus memahami dan menganalisa penyebab serta dampak kasus dari penyalahgunaan alprazolam.
penyalahgunaan alprazolam. 1.2.
1.2. Rumusan MasalahRumusan Masalah
Rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini antara lain: Rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini antara lain: 1
1 Apakah Apakah yang yang dimaksud dimaksud dengan dengan alprazolamalprazolam 2.
2. Bagaimana analisis penyBagaimana analisis penyalahgunaan alprazolamalahgunaan alprazolam 3.
3. Bagaimana peran apBagaimana peran apoteker mengatasi kasus tersebutoteker mengatasi kasus tersebut 1.3.
1.3. Tujuan PenulisanTujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah memahami dan mempelajari kasus Tujuan dari penulisan makalah ini adalah memahami dan mempelajari kasus pelanggaran dalam bidang kesehatan yaitu peny
pelanggaran dalam bidang kesehatan yaitu penyebaran dan penyalahgunaan alprazolamebaran dan penyalahgunaan alprazolam 1.4.
1.4. Metode PenulisanMetode Penulisan
Metode penulisan yang digunakan dalam menyusun makalah ini adalah metode pustaka Metode penulisan yang digunakan dalam menyusun makalah ini adalah metode pustaka dan studi literatur, yaitu dengan mencari dan mengumpulkan informasi penting dari berbagai dan studi literatur, yaitu dengan mencari dan mengumpulkan informasi penting dari berbagai sumber seperti buku dan situs-situs internet
BAB II
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Alprazolam 2.1 AlprazolamAlprazolam adalah obat golongan benzodiazepine, yang biasanya digunakan untuk Alprazolam adalah obat golongan benzodiazepine, yang biasanya digunakan untuk mengatasi gangguan kecemasan dan serangan panik. Obat ini dapat membuat penggunanya mengatasi gangguan kecemasan dan serangan panik. Obat ini dapat membuat penggunanya merasa lebih tenang dan tidak terlalu tegang. Alprazolam bekerja di dalam otak dan saraf merasa lebih tenang dan tidak terlalu tegang. Alprazolam bekerja di dalam otak dan saraf untuk menghasilkan efek menenangkan dengan meningkatkan aktivitas zat kimia alami untuk menghasilkan efek menenangkan dengan meningkatkan aktivitas zat kimia alami dalam tubuh yang disebut asam gamma-aminobutirat (GABA).
dalam tubuh yang disebut asam gamma-aminobutirat (GABA).
Efek benzodiazepin hampir semua merupakan hasil kerja golongan ini pada SSP Efek benzodiazepin hampir semua merupakan hasil kerja golongan ini pada SSP dengan efek utama : sediasi, hipnosis, pengurangan terhadap rangsangan emosi/ansietas, dengan efek utama : sediasi, hipnosis, pengurangan terhadap rangsangan emosi/ansietas, relaksasi otot dan anti konvulsi. Hanya dua efek s
relaksasi otot dan anti konvulsi. Hanya dua efek saja yang merupakan kerja golongan ini padaaja yang merupakan kerja golongan ini pada jaringan
jaringan perifer: perifer: vasodilatasi vasodilatasi koroner koroner setelah setelah pemberian pemberian dosis dosis terapi terapi benzodiazepin benzodiazepin tertentutertentu secara lV, dan blokade neuromus-Xuiar yang hanya terjadi pada pemberian dosis sangat secara lV, dan blokade neuromus-Xuiar yang hanya terjadi pada pemberian dosis sangat tinggi.
tinggi.
Alprazolam memiliki indikasi, kontraindikasi, farmakokinetik, dosis, cara pemakaian, Alprazolam memiliki indikasi, kontraindikasi, farmakokinetik, dosis, cara pemakaian, efek samping dan kategori kehamilan sebagai berikut
efek samping dan kategori kehamilan sebagai berikut
IndikasiIndikasi
Pengobatan jangka pendek, ansietas sedang atau berat dan ansietas yang Pengobatan jangka pendek, ansietas sedang atau berat dan ansietas yang berhubungan deng
berhubungan dengan depresi.an depresi.
FarmakokinetikFarmakokinetik
o
o AbsorpsiAbsorpsi
Mudah diserap setelah pemberian tablet konvensional oral atau oral Mudah diserap setelah pemberian tablet konvensional oral atau oral disintegrasi atau larutan oral, dengan konsentrasi plasma puncak disintegrasi atau larutan oral, dengan konsentrasi plasma puncak dicapai
dicapai dalam dalam waktu waktu 1-2 1-2 jam. jam. Ketika Ketika tablet tablet oral oral disintegrasi disintegrasi diminumdiminum dengan air, konsentrasi plasma puncak terjadi 15 menit lebih cepat dengan air, konsentrasi plasma puncak terjadi 15 menit lebih cepat daripada ketika diminum tanpa air, tetapi konsentrasi puncak yang daripada ketika diminum tanpa air, tetapi konsentrasi puncak yang sebenarnya dan AUC tidak terpengaruh. Kecepatan penyerapan tablet sebenarnya dan AUC tidak terpengaruh. Kecepatan penyerapan tablet extended-release lebih lambat dibandingkan dengan tablet extended-release lebih lambat dibandingkan dengan tablet konvensional, sehingga konsentrasi plasma relatif konstan selama 5-11 konvensional, sehingga konsentrasi plasma relatif konstan selama 5-11 jam
jam setelah setelah dosis. dosis. Bioavailabilitas Bioavailabilitas absolut absolut tablet tablet extended-releaseextended-release adalah 90%; bioavailabilitas setara dengan tablet konvensional. adalah 90%; bioavailabilitas setara dengan tablet konvensional.
Kecepatan Absorpsi untuk tablet extended-release lebih cepat setelah Kecepatan Absorpsi untuk tablet extended-release lebih cepat setelah malam hari dibandingkan pemberian pagi.
malam hari dibandingkan pemberian pagi.
o
o DistribusiDistribusi
Benzodiazepin secara luas didistribusikan ke jaringan tubuh dan Benzodiazepin secara luas didistribusikan ke jaringan tubuh dan menyeberangi barrier darah-otak (sawar darah otak). Benzodiazepin menyeberangi barrier darah-otak (sawar darah otak). Benzodiazepin umumnya melewati plasenta dan mendistribusikan ke susu (ASI); umumnya melewati plasenta dan mendistribusikan ke susu (ASI); karena kesamaannya dengan benzodiazepin lainnya, alprazolam karena kesamaannya dengan benzodiazepin lainnya, alprazolam dianggap melewati plasenta dan mendistribusikan ke ASI. Protein dianggap melewati plasenta dan mendistribusikan ke ASI. Protein Plasma Binding Sekitar 80%, terutama untuk albumin.
Plasma Binding Sekitar 80%, terutama untuk albumin.
o
o MetabolismeMetabolisme
Ekstensif dimetabolisme di hati oleh CYP3A4 menjadi metabolit yang Ekstensif dimetabolisme di hati oleh CYP3A4 menjadi metabolit yang tidak aktif atau berpotensi lebih rendah dari alprazolam.
tidak aktif atau berpotensi lebih rendah dari alprazolam.
o
o EksresiEksresi
Alprazolam dan metabolit diekskresikan terutama dalam urin. Waktu Alprazolam dan metabolit diekskresikan terutama dalam urin. Waktu paruh sekitar 11-12,5 jam
paruh sekitar 11-12,5 jam untuk sediaan immediate-release; untuk sediaan immediate-release; sekitar 11-sekitar 11-16 jam untuk tablet extended-release.
16 jam untuk tablet extended-release.
Dosis dan Cara PemakaianDosis dan Cara Pemakaian
o
o DewasaDewasa
0,25-0,5 mg, 3 kali sehari. Jika perlu dosis dapat dinaikkan dengan 0,25-0,5 mg, 3 kali sehari. Jika perlu dosis dapat dinaikkan dengan interval 3-4 hari hingga maksimum 4 mg sehari dalam dosis terbagi. interval 3-4 hari hingga maksimum 4 mg sehari dalam dosis terbagi.
o
o Untuk pasien lanjut usia, debil (lemah) dan gangguan fungsi hati berat:Untuk pasien lanjut usia, debil (lemah) dan gangguan fungsi hati berat:
0,25 mg, 2-3 kali sehari, ditingkatkan bertahap jika perlu. 0,25 mg, 2-3 kali sehari, ditingkatkan bertahap jika perlu.
KontraindikasiKontraindikasi
o
o Pasien yang hipersensitif terhadap golongan benzodiazepin.Pasien yang hipersensitif terhadap golongan benzodiazepin.
o
o Glaukoma sudut sempit akut.Glaukoma sudut sempit akut.
o
o Miastenia gravis, insufisiensi pulmonary akut, kondisi fobia dan obsesiMiastenia gravis, insufisiensi pulmonary akut, kondisi fobia dan obsesi
psikosis kronik. psikosis kronik.
o
o Anak dan bayi prematur.Anak dan bayi prematur.
Efek SampingEfek Samping
o
o Mengantuk, kelemahan otot, ataksia, amnesia, depresi, light-Mengantuk, kelemahan otot, ataksia, amnesia, depresi,
light-headedness, bingung, halusinasi, pandangan kabur. headedness, bingung, halusinasi, pandangan kabur.
o
o Jarang terjadi: sakit kepala, insomnia, reaksi paradoksikal, tremor,Jarang terjadi: sakit kepala, insomnia, reaksi paradoksikal, tremor,
hipotensi, gangguan gastrointestinal, ruam, perubahan libido, hipotensi, gangguan gastrointestinal, ruam, perubahan libido, menstruasi tidak teratur, retensi urin, diskrasia darah dan ikterus.
menstruasi tidak teratur, retensi urin, diskrasia darah dan ikterus.
Peringatan dan PerhatianPeringatan dan Perhatian
o
o Dapat terjadi ketergantungan, hindari pemakaian jangka panjang.Dapat terjadi ketergantungan, hindari pemakaian jangka panjang.
o
o Jangan digunakan sebagai pengobatan tunggal pada pasien depresi atauJangan digunakan sebagai pengobatan tunggal pada pasien depresi atau
kecemasan dengan depresi. kecemasan dengan depresi.
o
o Pasien penyakit hati dan ginjal kronik, penyakit pernafasan, kelemahanPasien penyakit hati dan ginjal kronik, penyakit pernafasan, kelemahan
otot dan riwayat penyalahgunaan obat atau alkohol, penderita kelainan otot dan riwayat penyalahgunaan obat atau alkohol, penderita kelainan kepribadian yang nyata.
kepribadian yang nyata.
o
o Hati-hati pemakaian pada penderita insufisiensi pulmonary kronik.Hati-hati pemakaian pada penderita insufisiensi pulmonary kronik.
o
o Selama Selama menggunakan menggunakan obat obat ini ini dilarang dilarang mengendarai mengendarai atauatau
mengoperasikan mesin. mengoperasikan mesin.
o
o Wanita hamil dan menyusuiWanita hamil dan menyusui
o
o Pemakaian pada anak di bawah usia 10 tahun tidak diketahuiPemakaian pada anak di bawah usia 10 tahun tidak diketahui
keamanannya dengan pasti. keamanannya dengan pasti.
Interaksi obatInteraksi obat
o
o Efek ditingkatkan oleh depresan saraf pusat, alkohol dan barbiturat.Efek ditingkatkan oleh depresan saraf pusat, alkohol dan barbiturat.
o
o Ekskresi dihambat oleh simetidin.Ekskresi dihambat oleh simetidin.
KemasanKemasan
o
o ALPRAZOLAM 0,25. Kotak, 10 strip @ 10 tablet.ALPRAZOLAM 0,25. Kotak, 10 strip @ 10 tablet.
o
o ALPRAZOLAM 0,5. Kotak, 10 strip @ 10 tablet.ALPRAZOLAM 0,5. Kotak, 10 strip @ 10 tablet.
o
o ALPRAZOLAM 1,0. Kotak, 10 strip @ 10 tablet.ALPRAZOLAM 1,0. Kotak, 10 strip @ 10 tablet.
BAB III
BAB III
ISI DAN PEMBAHASAN
ISI DAN PEMBAHASAN
3.1
3.1 Kasus Kasus Terkait Terkait PenyalahgunaPenyalahgunaanan Drug
Drug abuseabuse atau penyalahgunaan obat menurut atau penyalahgunaan obat menurut World World Health Health OrganisationOrganisation (WHO)(WHO) adalah penggunaan obat-obatan atau zat kimia yang tidak ditujukan untuk pengobatan atau adalah penggunaan obat-obatan atau zat kimia yang tidak ditujukan untuk pengobatan atau medikasi, akan tetapi obat-obatan tersebut dipergunakan untuk mendapat kenikmatan. medikasi, akan tetapi obat-obatan tersebut dipergunakan untuk mendapat kenikmatan. NAPZA
NAPZA adalah adalah singkatan singkatan dari dari narkotika, narkotika, alkohol, alkohol, psikotropika psikotropika dan dan zat zat adiktif adiktif lainnya.lainnya. NAPZA kadang
NAPZA kadang kala kala disebut disebut juga juga dengan isdengan istilah tilah narkoba, singkatan narkoba, singkatan dari dari narkotika narkotika dan dan obatobat berbahaya (Windayanti, dkk., 201
berbahaya (Windayanti, dkk., 2013).3).
Data terakhir yang didapat dari Badan Narkotika Nasional dan Pusat Penelitian Data terakhir yang didapat dari Badan Narkotika Nasional dan Pusat Penelitian Kesehatan Universitas Indonesia tahun 2014 diketahui prevalensi penyalahgunaan obat di Kesehatan Universitas Indonesia tahun 2014 diketahui prevalensi penyalahgunaan obat di Kalimantan Selatan pada tahun 2009 sebesar 1,59% yaitu 40.810 jiwa dan naik menjadi Kalimantan Selatan pada tahun 2009 sebesar 1,59% yaitu 40.810 jiwa dan naik menjadi 1,93% pada tahun 2012 sebanyak 52.472 jiwa. Sehingga dalam tiga tahun persentase 1,93% pada tahun 2012 sebanyak 52.472 jiwa. Sehingga dalam tiga tahun persentase penyalahgunaan obat di Kalimantan Selatan naik sebesar 0,3
penyalahgunaan obat di Kalimantan Selatan naik sebesar 0,34% (Windayanti, dkk., 20134% (Windayanti, dkk., 2013).). Kenaikan persentase ini jika tidak segera ditanggulangi dapat menjadi ancaman bagi Kenaikan persentase ini jika tidak segera ditanggulangi dapat menjadi ancaman bagi generasi muda. Prevalensi jenis narkoba yang paling banyak digunakan setahun terakhir generasi muda. Prevalensi jenis narkoba yang paling banyak digunakan setahun terakhir adalah ganja sebesar 4,9%,
adalah ganja sebesar 4,9%, Amphetamine-Type Amphetamine-Type StimulantsStimulants (ATS) sebesar 2,3%, sedangkan(ATS) sebesar 2,3%, sedangkan opioid,
opioid, tranquilizer tranquilizer , halusinogen dan inhalan di bawah 1%. Untuk obat non NAPZA yang, halusinogen dan inhalan di bawah 1%. Untuk obat non NAPZA yang paling banyak disalahgunakan
paling banyak disalahgunakan adalah dekstrometorfan (0,7%) (BNN, 2014).adalah dekstrometorfan (0,7%) (BNN, 2014).
Penelitian yang dilakukan Rumah Sakit Jiwa Sambang Lihum yang merupakan tempat Penelitian yang dilakukan Rumah Sakit Jiwa Sambang Lihum yang merupakan tempat rehabilitasi untuk pasien penyalahgunaan obat di Kalimantan Selatan. Pengumpulan data rehabilitasi untuk pasien penyalahgunaan obat di Kalimantan Selatan. Pengumpulan data dilakukan melalui rekam medik pasien periode Januari 2012-Desember 2013. Analisis data dilakukan melalui rekam medik pasien periode Januari 2012-Desember 2013. Analisis data menggunakan uji statistik
menggunakan uji statistik Frequency Frequency dandan Chi-SquareChi-Square. Hasil penelitian menunjukkan pasien. Hasil penelitian menunjukkan pasien menyalahgunakan obat pertama kali pada usia 11
menyalahgunakan obat pertama kali pada usia 11-19 tahun persentasenya 50,0%, 20-29 tahun-19 tahun persentasenya 50,0%, 20-29 tahun 42,1% dan 30-39 tahun 7,9%. Pola penyalahgunaan obat untuk jenis NAPZA persentasenya 42,1% dan 30-39 tahun 7,9%. Pola penyalahgunaan obat untuk jenis NAPZA persentasenya 26,3%; non NAPZA 13,3% dan campuran keduanya 60,5%. Jenis NAPZA yang 26,3%; non NAPZA 13,3% dan campuran keduanya 60,5%. Jenis NAPZA yang disalahgunakan oleh pasien adalah metamfetamin; alkohol; 3,4
disalahgunakan oleh pasien adalah metamfetamin; alkohol; 3,4
–
–
metilen dioksi metilen dioksi metamfetamin (MDMA); heroin; inhalan (seperti bensin dan lem); alprazolam dan ganja. metamfetamin (MDMA); heroin; inhalan (seperti bensin dan lem); alprazolam dan ganja. Heroin dan ganja termasuk dalam narkotika golongan I berdasarkan UU No. 35 Tahun 2009. Heroin dan ganja termasuk dalam narkotika golongan I berdasarkan UU No. 35 Tahun 2009. Metamfetamin, dan MDMA termasuk dalam psikotropika golongan I berdasarkan UU No. 5 Metamfetamin, dan MDMA termasuk dalam psikotropika golongan I berdasarkan UU No. 5Tahun 1997, sedangkan alprazolam termasuk dalam psikotropika golongan IV. Alkohol dan Tahun 1997, sedangkan alprazolam termasuk dalam psikotropika golongan IV. Alkohol dan inhalan termasuk dalam zat adiktif (Windayanti, dkk., 2013).
inhalan termasuk dalam zat adiktif (Windayanti, dkk., 2013).
Di Amerika Serikat dari tahun 2003 sampai 2009, angka kematian meningkat untuk Di Amerika Serikat dari tahun 2003 sampai 2009, angka kematian meningkat untuk seluruh substansi kecuali kokain dan heroin. Laju kematian untuk obat-obat yang diresepkan seluruh substansi kecuali kokain dan heroin. Laju kematian untuk obat-obat yang diresepkan meningkat 84.2%, dari 7.3 menjadi 13.4 per 100,000 populasi. Peningkatan terbesar meningkat 84.2%, dari 7.3 menjadi 13.4 per 100,000 populasi. Peningkatan terbesar ditemukan pada laju kematian dari oksikodon (264.6%), diikuti alprazolam (233.8%) dan ditemukan pada laju kematian dari oksikodon (264.6%), diikuti alprazolam (233.8%) dan methadone (79.2%). Hingga 2009, angka kematian yang melibatkan obat-obat yang methadone (79.2%). Hingga 2009, angka kematian yang melibatkan obat-obat yang diresepkan empat kalinya dibanding angka penyalahgunaan obat. Temuan ini menunjukan diresepkan empat kalinya dibanding angka penyalahgunaan obat. Temuan ini menunjukan perlunya
perlunya memperkuat memperkuat intervensi intervensi yang yang bertujuan bertujuan mengurangi mengurangi kematian kematian akibat akibat overdosis overdosis daridari obat-obat yang diresepkan di Florida. Catatan pemeriksa medis adalah sumber data berbasis obat-obat yang diresepkan di Florida. Catatan pemeriksa medis adalah sumber data berbasis populasi
populasi yang yang tepat tepat waktu waktu mengenai mengenai kematian kematian akibat akibat overdosis overdosis dari dari obat-obatan obat-obatan tertentu.tertentu. Data dalam laporan ini dan analisis selanjutnya dapat digunakan untuk merancang dan Data dalam laporan ini dan analisis selanjutnya dapat digunakan untuk merancang dan mengukur efektivitas intervensi (CDC, 2011).
mengukur efektivitas intervensi (CDC, 2011).
Angka kematian untuk obat resep meningkat 84,2%, dari 7,3 sampai 13,4 per 100.000 Angka kematian untuk obat resep meningkat 84,2%, dari 7,3 sampai 13,4 per 100.000 penduduk
penduduk dari dari tahun tahun 2003 2003 sampai sampai 2009. 2009. Kenaikan Kenaikan tingkat tingkat kematian kematian terbesar terbesar diamati diamati untukuntuk obat yang diresepkan yaitu oxycodone (264,6%), diikuti oleh alprazolam (233,8%), metadon obat yang diresepkan yaitu oxycodone (264,6%), diikuti oleh alprazolam (233,8%), metadon (79,2%), hidrokodon (34,9%), dan morfin (26,2%). Sebaliknya, angka kematian heroin (79,2%), hidrokodon (34,9%), dan morfin (26,2%). Sebaliknya, angka kematian heroin menurun 62,2% dari tahun 2003 sampai 2009, dan tingkat kematian kokain meningkat menurun 62,2% dari tahun 2003 sampai 2009, dan tingkat kematian kokain meningkat sampai 2007 dan kemudian menurun 39,1% dari tahun 2007 sampai
sampai 2007 dan kemudian menurun 39,1% dari tahun 2007 sampai 2009 (CDC, 2011).2009 (CDC, 2011). Pada tahun 2003, di antara tujuh obat spesifik yang diperiksa, tingkat kematian te
Pada tahun 2003, di antara tujuh obat spesifik yang diperiksa, tingkat kematian te rtinggirtinggi adalah untuk kokain (3,2 per 100.000 penduduk), diikuti oleh metadon (2,2), oxycodone adalah untuk kokain (3,2 per 100.000 penduduk), diikuti oleh metadon (2,2), oxycodone (1,7), heroin (1,4), morfin dan alprazolam (1,3), dan hidrokodon (1,1). Pada tahun 2009, (1,7), heroin (1,4), morfin dan alprazolam (1,3), dan hidrokodon (1,1). Pada tahun 2009, jumlah kematian
jumlah kematian yang melibatkan obat yang melibatkan obat resep adalah resep adalah empat kali empat kali jumlah yang melibatkan jumlah yang melibatkan obatobat terlarang, dan tingkat kematian tertinggi adalah untuk oxycodone (6,4 per 100,00 populasi), terlarang, dan tingkat kematian tertinggi adalah untuk oxycodone (6,4 per 100,00 populasi), diikuti oleh alprazolam (4,4), metadon (3,9), kokain 2.8), morfin (1,6), hidrokodon (1,4), dan diikuti oleh alprazolam (4,4), metadon (3,9), kokain 2.8), morfin (1,6), hidrokodon (1,4), dan heroin (0,5) (CDC, 2011).
heroin (0,5) (CDC, 2011).
Isbister, dkk., dalam jurnal Alprazolam is relatively more toxic than other Isbister, dkk., dalam jurnal Alprazolam is relatively more toxic than other benzodiazepines
benzodiazepines in in overdose overdose menyatakan menyatakan bahwa bahwa ada ada 2063 2063 kasus kasus overdosis overdosis benzodiazepinbenzodiazepin tunggal: 131 kasus overdosis alprazolam,823 kasus overdosis diazepam dan 1109 kasus tunggal: 131 kasus overdosis alprazolam,823 kasus overdosis diazepam dan 1109 kasus overdosis benzodiazepin lainnya. Dari data peresepan benzodiazepin, total resep alprazolam overdosis benzodiazepin lainnya. Dari data peresepan benzodiazepin, total resep alprazolam di Australia meningkat dari 0,13 juta pada tahun 1992 menjadi 0,41 juta pada tahun 2001. di Australia meningkat dari 0,13 juta pada tahun 1992 menjadi 0,41 juta pada tahun 2001. Delapan puluh lima persen resep untuk gangguan panik, kecemasan, depresi atau kecemasan / Delapan puluh lima persen resep untuk gangguan panik, kecemasan, depresi atau kecemasan /
depresi campuran. Dari penelitian tersebut disimpulkan bahwa Alprazolam secara signifikan depresi campuran. Dari penelitian tersebut disimpulkan bahwa Alprazolam secara signifikan lebih beracun daripada benzodiazepin lainnya.
lebih beracun daripada benzodiazepin lainnya.
Tabel 3.1 Laju Kematian yang Disebabkan Oleh Penyalahgunaan Obat Tabel 3.1 Laju Kematian yang Disebabkan Oleh Penyalahgunaan Obat
3.2
3.2 Dasar Dasar Hukum Hukum PenggunaanPenggunaan
Alprazolam adalah obat yang termasuk dalam daftar Psikotropika golongan IV dari Alprazolam adalah obat yang termasuk dalam daftar Psikotropika golongan IV dari empat golongan yang ada. Definisi dari Psikotropika sendiri menurut Undang-Undang No. 5 empat golongan yang ada. Definisi dari Psikotropika sendiri menurut Undang-Undang No. 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika adalah:
Tahun 1997 tentang Psikotropika adalah: “zat
“zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika, yang berkhasiat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui
psikoaktif melalui pengaruh selektif pengaruh selektif pada susunan pada susunan saraf saraf pusat pusat yang menyebabkan pyang menyebabkan perubahanerubahan khas pada aktivitas mental dan perilaku”.
khas pada aktivitas mental dan perilaku”.
Regulasi terkait Psikotropika diatur dalam Undang-Undang No. 5 Tahun 1997 tentang Regulasi terkait Psikotropika diatur dalam Undang-Undang No. 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika, Peraturan Menteri Kesehatan No. 3 Tahun 2017 tentang Perubahan Golongan Psikotropika, Peraturan Menteri Kesehatan No. 3 Tahun 2017 tentang Perubahan Golongan Psikotropika, dan Peraturan Menteri Kesehata No. 3 Tahun 2015 tentang Peredaran, Psikotropika, dan Peraturan Menteri Kesehata No. 3 Tahun 2015 tentang Peredaran, Penyimpanan, Pemusnahan, dan Pelaporan Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi. Penyimpanan, Pemusnahan, dan Pelaporan Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi.
BKNN diganti dengan Badan Narkotika Nasional (BNN) sebagai sebuah lembaga forum BKNN diganti dengan Badan Narkotika Nasional (BNN) sebagai sebuah lembaga forum dengan tugas mengoordinasikan 25 instansi pemerintah terkait dan ditambah dengan dengan tugas mengoordinasikan 25 instansi pemerintah terkait dan ditambah dengan kewenangan operasional, mempunyai tugas dan fungsi (BNN, 2010):
kewenangan operasional, mempunyai tugas dan fungsi (BNN, 2010): 1.
1. Mengoordinasikan instansi pemerintah terkait dalam perumusan dan pelaksanaanMengoordinasikan instansi pemerintah terkait dalam perumusan dan pelaksanaan kebijakan nasional penanggulangan narkoba; dan
kebijakan nasional penanggulangan narkoba; dan 2.
2. Mengoordinasikan pelaksanaan kebijakan nasional penanggulangan narkoba.Mengoordinasikan pelaksanaan kebijakan nasional penanggulangan narkoba. 3.2.1
3.2.1 Penyaluran dan Penyerahan PsikotropikaPenyaluran dan Penyerahan Psikotropika
Dalam UU No. 5 TAhun 1997, psikotropika golongan I dilarang untuk Dalam UU No. 5 TAhun 1997, psikotropika golongan I dilarang untuk diproduksi dan/atau digunakan dalam proses produksi. Psikotropika golongan I hanya diproduksi dan/atau digunakan dalam proses produksi. Psikotropika golongan I hanya dapat disalurkan oleh pabrik obat dan pedagang besar farmasi kepada lembaga dapat disalurkan oleh pabrik obat dan pedagang besar farmasi kepada lembaga penelitian dan/atau lembaga pendidikan guna kepenting
penelitian dan/atau lembaga pendidikan guna kepentingan ilmu pengetahuan. Menurutan ilmu pengetahuan. Menurut PMK No. 3 Tahun 2015 Pasal 6, psikotropika hanya dapat disalurkan oleh industri PMK No. 3 Tahun 2015 Pasal 6, psikotropika hanya dapat disalurkan oleh industri farmasi, Pedagang Besar Farmasi (PBF) dan sarana penyimpanan sediaan farmasi farmasi, Pedagang Besar Farmasi (PBF) dan sarana penyimpanan sediaan farmasi yang memiliki izin khusus penyaluran psikotropika dari Menteri sesuai dengan yang memiliki izin khusus penyaluran psikotropika dari Menteri sesuai dengan ketentuann peraturan perundang-undangan. Penyaluran Narkotika, Psikotropika, dan ketentuann peraturan perundang-undangan. Penyaluran Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi dalam bentuk obat jadi hanya dapat dilakukan oleh:
Prekursor Farmasi dalam bentuk obat jadi hanya dapat dilakukan oleh: a.
a. Industri Farmasi kepada PBF dan Instalasi Farmasi Pemerintah;Industri Farmasi kepada PBF dan Instalasi Farmasi Pemerintah; b.
b. PBF kepada PBF lainnya, Apotek, Instalasi Farmasi Rumah Sakit, InstalasiPBF kepada PBF lainnya, Apotek, Instalasi Farmasi Rumah Sakit, Instalasi Farmasi Klinik, Instalasi Farmasi Pemerintah dan Lembaga Ilmu Pengetahuan; Farmasi Klinik, Instalasi Farmasi Pemerintah dan Lembaga Ilmu Pengetahuan; c.
c. PBF milik Negara yang memiliki Izin Khusus Impor Narkotika kepadaPBF milik Negara yang memiliki Izin Khusus Impor Narkotika kepada Industri Farmasi, untuk penyaluran Narkotika;
Industri Farmasi, untuk penyaluran Narkotika; d.
d. Instalasi Farmasi Pemerintah Pusat kepada Instalasi Farmasi PemerintahInstalasi Farmasi Pemerintah Pusat kepada Instalasi Farmasi Pemerintah Daerah, Instalasi Farmasi Rumah Sakit milik Pemerintah, dan Instalasi Daerah, Instalasi Farmasi Rumah Sakit milik Pemerintah, dan Instalasi Farmasi Tentara Nasional Indonesia atau Kepolisian; dan
Farmasi Tentara Nasional Indonesia atau Kepolisian; dan e.
e. Instalasi Farmasi Pemerintah Daerah kepada Instalasi Farmasi Rumah SakitInstalasi Farmasi Pemerintah Daerah kepada Instalasi Farmasi Rumah Sakit milik Pemerintah Daerah, Instalasi Farmasi Klinik milik Pemerintah Daerah, milik Pemerintah Daerah, Instalasi Farmasi Klinik milik Pemerintah Daerah, dan Puskesmas.
Penyerahan Narkotika dan/atau Psikotropika hanya dapat dilakukan oleh: Penyerahan Narkotika dan/atau Psikotropika hanya dapat dilakukan oleh:
a.
a. Apotek;Apotek; b.
b. Puskesmas;Puskesmas; c.
c. Instalasi Farmasi Rumah Sakit;Instalasi Farmasi Rumah Sakit; d.
d. Instalasi Farmasi Klinik; danInstalasi Farmasi Klinik; dan e.
e. dokter.dokter. 3.2.2
3.2.2 Tanggung jawab Industri FarmasiTanggung jawab Industri Farmasi
Pengiriman Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi yang dilakukan Pengiriman Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi yang dilakukan oleh Industri Farmasi, PBF, atau Instalasi Farmasi Pemerintah harus dilengkapi oleh Industri Farmasi, PBF, atau Instalasi Farmasi Pemerintah harus dilengkapi dengan:
dengan: a.
a. Surat pesanan;Surat pesanan; b.
b. Faktur dan/atau surat pengantar barang, paling sedikit memuat:Faktur dan/atau surat pengantar barang, paling sedikit memuat: 1.
1. Nama Narkotika, Psikotropika, dan Prek Nama Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi;ursor Farmasi; 2.
2. Bentuk sediaan;Bentuk sediaan; 3. 3. Kekuatan;Kekuatan; 4. 4. Kemasan;Kemasan; 5. 5. Jumlah;Jumlah; 6.
6. Tanggal kadaluarsa; danTanggal kadaluarsa; dan 7.
7. Nomor batch. Nomor batch.
Pengiriman Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi yang dilakukan Pengiriman Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi yang dilakukan melalui jasa pengangkutan hanya dapat membawa Narkotika, Psikotropika, dan melalui jasa pengangkutan hanya dapat membawa Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi sesuai dengan jumlah yang tecantum dalam surat pesanan, faktur, Prekursor Farmasi sesuai dengan jumlah yang tecantum dalam surat pesanan, faktur, dan/atau surat pengantar barang yang dibawa pada saat pengiriman.
dan/atau surat pengantar barang yang dibawa pada saat pengiriman. 3.2.3
3.2.3 Ketentuan PidanaKetentuan Pidana
Ketentuan pidana menurut UU No. 5 Tahun 1997 Ketentuan pidana menurut UU No. 5 Tahun 1997 1.
1. Barangsiapa:Barangsiapa: a.
a. Menggunakan psikotropika golongan I selain untuk ilmu pengetahuan atauMenggunakan psikotropika golongan I selain untuk ilmu pengetahuan atau b.
b. Memproduksi dan/atau menggunakan dalam proses produksi psikotropikaMemproduksi dan/atau menggunakan dalam proses produksi psikotropika golongan
golongan c.
c. Mengedarkan psikotropika golongan I tidak memenuhi ketentuan hanyaMengedarkan psikotropika golongan I tidak memenuhi ketentuan hanya untuk lembaga penelitian dan/atau lembaga pendidikan untuk ilmu untuk lembaga penelitian dan/atau lembaga pendidikan untuk ilmu pengetahuan atau
d.
d. Mengimpor psikotropika golongan I selain untuk kepentingan ilmuMengimpor psikotropika golongan I selain untuk kepentingan ilmu pengetahuan; atau
pengetahuan; atau e.
e. Secara tanpa hak memiliki, menyimpan dan/atau membawa psikotropikaSecara tanpa hak memiliki, menyimpan dan/atau membawa psikotropika golongan I. dipidana dengan pidana penjara paling singkat 4 (empat) golongan I. dipidana dengan pidana penjara paling singkat 4 (empat) tahun, paling lama 15 (lima belas) tahun dan pidana denda paling sedikit tahun, paling lama 15 (lima belas) tahun dan pidana denda paling sedikit Rp 150.000.000,00 (seratus lima puluh juta rupiah), dan paling banyak Rp Rp 150.000.000,00 (seratus lima puluh juta rupiah), dan paling banyak Rp 750.000.000
750.000.000,00 (tujuh ratus lima ,00 (tujuh ratus lima puluh juta rupiah).puluh juta rupiah). 2.
2. Jika tindak pidana sebagaimana dimaksud dilakukan secara terorganisasi dipidanaJika tindak pidana sebagaimana dimaksud dilakukan secara terorganisasi dipidana dengan pidana mati atau pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara selama dengan pidana mati atau pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara selama 20 (dua puluh) tahun dan pidana denda sebesar Rp750.000.000,00 (tujuh ratus 20 (dua puluh) tahun dan pidana denda sebesar Rp750.000.000,00 (tujuh ratus lima puluh juta rupiah).
lima puluh juta rupiah). 3.
3. Jika tindak pidana dalam pasal ini dilakukan oleh korporasi, maka di dampingJika tindak pidana dalam pasal ini dilakukan oleh korporasi, maka di damping dipidananya pelaku tindak pidana, kepada korporasi dikenakan pidana denda dipidananya pelaku tindak pidana, kepada korporasi dikenakan pidana denda sebesar Rp5.000.000.000,00 (lima milyar rupiah).
sebesar Rp5.000.000.000,00 (lima milyar rupiah). 4.
4. Barangsiapa:Barangsiapa: a.
a. Memproduksi psikotropika selain yang yang telah memiliki izin sesuaiMemproduksi psikotropika selain yang yang telah memiliki izin sesuai peraturan perundang-undangan; atau
peraturan perundang-undangan; atau b.
b. Memproduksi atau mengedarkan psikotropika dalam bentuk obat yangMemproduksi atau mengedarkan psikotropika dalam bentuk obat yang tidak memenuhi standar dan/atau persyaratan atau
tidak memenuhi standar dan/atau persyaratan atau c.
c. Memproduksi atau mengedarkan psikotropika yang berupa obat Memproduksi atau mengedarkan psikotropika yang berupa obat yang tidakyang tidak terdaftar pada departemen yang bertanggungjawab di bidang kesehatan; terdaftar pada departemen yang bertanggungjawab di bidang kesehatan; dipidana dengan pidana penjara paling lama 15 (lima belas) tahun dan dipidana dengan pidana penjara paling lama 15 (lima belas) tahun dan pidana denda paling bany
pidana denda paling banyak Rp200.000.000ak Rp200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah).,00 (dua ratus juta rupiah). 5.
5. Barangsiapa menyalurkan psikotropika selain yang ditetapkan dalam Pasal 12 aBarangsiapa menyalurkan psikotropika selain yang ditetapkan dalam Pasal 12 a yatyat (2) dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan pidana denda (2) dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan pidana denda paling banyak Rp100
paling banyak Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah)..000.000,00 (seratus juta rupiah). 6.
6. Barangsiapa menyalurkan psikotropika selain yang ditetapkan dalam Pasal Barangsiapa menyalurkan psikotropika selain yang ditetapkan dalam Pasal 12 ayat12 ayat (2) dipidana dengan pidana penjara lain lama 3 (tiga) tahun dan pidana denda (2) dipidana dengan pidana penjara lain lama 3 (tiga) tahun dan pidana denda paling banyak Rp60.
paling banyak Rp60.000.000,00 (enam 000.000,00 (enam puluh juta rupiah).puluh juta rupiah). 7.
7. Barangsiapa menyerahkan psikotropika selain yang ditetapkan dalam Pasal 14Barangsiapa menyerahkan psikotropika selain yang ditetapkan dalam Pasal 14 ayat (1), Pasal 14 ayat (2), Pasal 14 ayat (3), dan Pasal 14 ayat (4) dipidana ayat (1), Pasal 14 ayat (2), Pasal 14 ayat (3), dan Pasal 14 ayat (4) dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan pidana denda paling banyak dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan pidana denda paling banyak Rp60.000.000,
8.
8. Barangsiapa menerima penyerahan psikotropika selain yang ditetapkan dalamBarangsiapa menerima penyerahan psikotropika selain yang ditetapkan dalam Pasal 14 ayat (3) dan Pasal 14 ayat (4) dipidana dengan pidana penjara paling Pasal 14 ayat (3) dan Pasal 14 ayat (4) dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan pidana denda paling banyak Rp60.000.000,00 (enam lama 3 (tiga) tahun dan pidana denda paling banyak Rp60.000.000,00 (enam puluh
puluh juta juta rupiah). rupiah). Apabila Apabila yang yang menerima menerima penyerahan penyerahan itu itu pengguna, pengguna, makamaka dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) bulan.
dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) bulan. 9.
9. Barangsiapa:Barangsiapa: a.
a. Mengekspor atau mengimpor psikotropika selain yang ditentukan dalam PasalMengekspor atau mengimpor psikotropika selain yang ditentukan dalam Pasal 16; atau
16; atau b.
b. Mengekspor atau mengimpor psikotropika tanpa surat persetujuan ekspor atauMengekspor atau mengimpor psikotropika tanpa surat persetujuan ekspor atau surat persetujuan impor sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17; atau
surat persetujuan impor sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17; atau c.
c. Melaksanakan pengangkutan ekspor atau impor psikotropika tanpa dilengkapiMelaksanakan pengangkutan ekspor atau impor psikotropika tanpa dilengkapi dengan surat persetujuan ekspor atau surat persetujuan impor sebagaimana dengan surat persetujuan ekspor atau surat persetujuan impor sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 ayat (3) atau Pasal 22 ayat (4); dipidana dengan dimaksud dalam Pasal 22 ayat (3) atau Pasal 22 ayat (4); dipidana dengan pidana
pidana penjara penjara paling paling lama lama 10 10 (sepuluh) (sepuluh) tahun tahun dan dan pidana pidana denda denda palingpaling banyak Rp300.
banyak Rp300.000 000,00 (tiga ratus juta rupiah).000 000,00 (tiga ratus juta rupiah). 10.
10. Barangsiapa tidak menyerahkan surat persetujuan ekspor kepada orang yangBarangsiapa tidak menyerahkan surat persetujuan ekspor kepada orang yang bertanggungjawab atas
bertanggungjawab atas pengangkutan ekspor pengangkutan ekspor sebagaimana sebagaimana dimaksud daladimaksud dalam m PasalPasal 22 ayat (1) atau Pasal 22 ayat (2) dipidana dengan pidana paling lama 3 (tiga) 22 ayat (1) atau Pasal 22 ayat (2) dipidana dengan pidana paling lama 3 (tiga) tahun dan pidana denda paling banyak Rp60.000.000,00 (enam puluh juta rupiah). tahun dan pidana denda paling banyak Rp60.000.000,00 (enam puluh juta rupiah). 11.
11. Barang secara tanpa hak, memiliki, menyimpan dan/atau membawa psikotropikaBarang secara tanpa hak, memiliki, menyimpan dan/atau membawa psikotropika dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan pidana denda dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan pidana denda paling banyak Rp100
paling banyak Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah)..000.000,00 (seratus juta rupiah). 12.
12. Barangsiapa:Barangsiapa: a.
a. Melengkapi Melengkapi pengangkutan pengangkutan psikotropika psikotropika tanpa tanpa dilengkapi dilengkapi dokumendokumen pengangkut sebagaimana dimaksud
pengangkut sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10; ataudalam Pasal 10; atau b.
b. Melakukan perubahan negara tujuan ekspor yang tidak memenuhi ketentuanMelakukan perubahan negara tujuan ekspor yang tidak memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24;atau
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24;atau c.
c. Melakukan pengemasan kembali psikotropika tidak memenuhi ketentuanMelakukan pengemasan kembali psikotropika tidak memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25; dipidana dengan pidana penjara paling sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25; dipidana dengan pidana penjara paling lama 3 (tiga) tahun dan pidana denda paling banyak Rp60.000.000,00 (enam lama 3 (tiga) tahun dan pidana denda paling banyak Rp60.000.000,00 (enam puluh juta rupiah).
puluh juta rupiah). 13.
13. Barangsiapa:Barangsiapa: a.
b.
b. Mencantumkan tulisan berupa keterangan dalam label yang tidak memenuhiMencantumkan tulisan berupa keterangan dalam label yang tidak memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 ayat (1); atau
ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 ayat (1); atau c.
c. Mengiklankan psikotropika selain yang ditentukan sebagaimana dimaksudMengiklankan psikotropika selain yang ditentukan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 31 ayat (1); atau
dalam Pasal 31 ayat (1); atau d.
d. Melakukan pemusnahan psikotropika tidak sesuai ketentuan sebagaimanaMelakukan pemusnahan psikotropika tidak sesuai ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 53 ayat (2) atau Pasal 53 ayat (3); dipidana dengan dimaksud dalam Pasal 53 ayat (2) atau Pasal 53 ayat (3); dipidana dengan pidana
pidana penjara penjara paling paling lama lama 5 5 (lima) (lima) tahun tahun dan dan pidana pidana denda denda paling paling banyakbanyak Rp100.000.0
Rp100.000.000,00 (seratus juta 00,00 (seratus juta rupiah).rupiah). 14.
14. Barangsiapa:Barangsiapa: a.
a. Menghalang-halangi penderita sindroma ketergantungan untuk menjalaniMenghalang-halangi penderita sindroma ketergantungan untuk menjalani pengobatan
pengobatan dan/atau dan/atau perawatan perawatan pada pada fasilitas fasilitas rehabilitasi rehabilitasi sebagaimanasebagaimana dimaksud dalam Pasal 37; atau
dimaksud dalam Pasal 37; atau b.
b. Menyelenggarakan fasilitas rehabilitasi yang tidak memiliki izin sebagaimanaMenyelenggarakan fasilitas rehabilitasi yang tidak memiliki izin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 39 ayat (3); dipidana dengan pidana penjara paling dimaksud dalam Pasal 39 ayat (3); dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp20.000.000,00 lama 1 (satu) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp20.000.000,00 (dua puluh juta rupiah).
(dua puluh juta rupiah). 15.
15. Barangsiapa tidak melaporkan adanya penyalahgunaan dan/atau pemilikanBarangsiapa tidak melaporkan adanya penyalahgunaan dan/atau pemilikan psikotropika
psikotropika secara secara tidak tidak sah sah sebagaimana sebagaimana dimaksud dimaksud dalam dalam Pasal Pasal 54 54 ayat ayat (2)(2) dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun dan/atau pidana denda dipidana dengan pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp20.
paling banyak Rp20.000.000,00 (du000.000,00 (dua puluh juta rupiah).a puluh juta rupiah). 16.
16. Saksi dan orang lain yang bersangkutan dengan perkara psikotropika yang sedangSaksi dan orang lain yang bersangkutan dengan perkara psikotropika yang sedang dalam pemeriksaan di sidang pengadilan yang menyebut nama, alamat atau dalam pemeriksaan di sidang pengadilan yang menyebut nama, alamat atau hal-hal yang dapat terungkapnya identitas pelapor sebagaimana dimaksud dalam Pasal hal yang dapat terungkapnya identitas pelapor sebagaimana dimaksud dalam Pasal 57 ayat (91)), dipidana penjara paling lama 1 (satu) tahun.
57 ayat (91)), dipidana penjara paling lama 1 (satu) tahun. 17.
17. Kepada warga negara asing yang melakukan tindak pidana psikotropika dan telahKepada warga negara asing yang melakukan tindak pidana psikotropika dan telah selesai menjalani hukuman pidana dengan putusan pengadilan selesai menjalani hukuman pidana dengan putusan pengadilan sekurang-kurangnya 3 (tiga) tahun sebagaimana diatur dalam undang-undang ini dilakukan kurangnya 3 (tiga) tahun sebagaimana diatur dalam undang-undang ini dilakukan pengusiran ke luar wilayah negara Republik In
pengusiran ke luar wilayah negara Republik Indonesia.donesia. 18.
18. Warga negara asing sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat kembali keWarga negara asing sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat kembali ke Indonesia setelah jangka waktu tertentu sesuai dengan putusan pengadilan.
Indonesia setelah jangka waktu tertentu sesuai dengan putusan pengadilan. 19.
19. Tidak pidana di bidang psikotropika sebagaimana diatur dalam undang-undang iniTidak pidana di bidang psikotropika sebagaimana diatur dalam undang-undang ini adalah kejahatan.
20.
20. Percobaan atau perbantuan untuk melakukan tindak pidana psikotropikaPercobaan atau perbantuan untuk melakukan tindak pidana psikotropika sebagaimana diatur dalam undang-undang ini dipidana sama dengan jika tindak sebagaimana diatur dalam undang-undang ini dipidana sama dengan jika tindak pidana tersebut dilakukan
pidana tersebut dilakukan 21.
21. Jika tindak pidana psikotropika sebagaimana dimaksud dalam Pasal 60, Pasal 61,Jika tindak pidana psikotropika sebagaimana dimaksud dalam Pasal 60, Pasal 61, Pasal 63, dan Pasal 64 dilakukan oleh korporasi, maka di samping dipidananya Pasal 63, dan Pasal 64 dilakukan oleh korporasi, maka di samping dipidananya pelaku
pelaku tindak tindak pidana, pidana, kepada kepada korporasi korporasi dikenakan dikenakan pidana pidana denda denda sebesar sebesar 2 2 (dua)(dua) kali pidana denda yang berlaku untuk tindak pidana tersebut dan dapat dijatuhkan kali pidana denda yang berlaku untuk tindak pidana tersebut dan dapat dijatuhkan pidana tambahan berupa pencabutan izin usaha
pidana tambahan berupa pencabutan izin usaha 22.
22. Barangsiapa bersekongkol atau bersepakat untuk melakukan, melaksanakan,Barangsiapa bersekongkol atau bersepakat untuk melakukan, melaksanakan, membantu, menyuruh turut melakukan, menganjurkan atau mengorganisasikan membantu, menyuruh turut melakukan, menganjurkan atau mengorganisasikan suatu tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 60, Pasal 61, Pasal 62, suatu tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 60, Pasal 61, Pasal 62, atau Pasal 63, dipidana sebagai permufakatan jahat.
atau Pasal 63, dipidana sebagai permufakatan jahat. 23.
23. Pelaku tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipidana denganPelaku tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dipidana dengan ditambah sepertiga pidana yang berlaku untuk tindak pidana tersebut.
ditambah sepertiga pidana yang berlaku untuk tindak pidana tersebut. 24.
24. Jika tindak pidana psikotropika dilakukan dengan menggunakan anak yang belumJika tindak pidana psikotropika dilakukan dengan menggunakan anak yang belum berumur
berumur 18 18 (delapan (delapan belas) belas) tahun tahun dan dan belum belum menikah menikah atau atau orang orang yang di yang di bawahbawah pengampunan ata
pengampunan atau u ketika ketika melakukan melakukan tindak tindak pidana pidana belum belum lewat lewat dua dua tahun tahun sejaksejak selesai menjalani seluruhnya atau sebagian pidana penjara yang dijatuhkan selesai menjalani seluruhnya atau sebagian pidana penjara yang dijatuhkan kepadanya, ancaman pidana ditambah sepertiga pidana yang berlaku untuk tindak kepadanya, ancaman pidana ditambah sepertiga pidana yang berlaku untuk tindak pidana tersebut.
pidana tersebut.
3.3 Peran Apoteker dalam Pencegahan dan Penanggulangan Kasus 3.3 Peran Apoteker dalam Pencegahan dan Penanggulangan Kasus
Kepala
Kepala Badan Narkotika Badan Narkotika Nasional Provinsi Nasional Provinsi (BNNP) (BNNP) Jawa Jawa Tengah Brigjen Tengah Brigjen PolPol Tri
Tri Agus Agus Heru PrasHeru Prasetyo etyo meminta para meminta para apoteker apoteker aktif aktif memberikan edukasi memberikan edukasi kepada parakepada para konsumen. Pasalnya saat ini marak penyalahgunaan obat dan diperjual belikan secara bebas konsumen. Pasalnya saat ini marak penyalahgunaan obat dan diperjual belikan secara bebas di pasaran (Munir, 2017) .
di pasaran (Munir, 2017) .
Tanda-tanda penyalahgunaan Alprazolam menurut
Tanda-tanda penyalahgunaan Alprazolam menurut UK Addiction Treatment CentresUK Addiction Treatment Centres adalah: adalah: 1. 1. MurungMurung 2. 2. BingungBingung 3. 3. PusingPusing 4.
4. Pengelihatan kaburPengelihatan kabur 5.
6.
6. Berbicara tidak jelasBerbicara tidak jelas 7.
7. Penurunan koordinasi motorikPenurunan koordinasi motorik 8.
8. Sulit bernapasSulit bernapas 9.
9. KomaKoma
Tanda-tanda penyalahgunaan Alprazolam jangka panjang adalah: Tanda-tanda penyalahgunaan Alprazolam jangka panjang adalah: 1. 1. AnsietasAnsietas 2. 2. InsomniaInsomnia 3. 3. AnoreksiaAnoreksia 4.
4. Sakit kepalaSakit kepala 5.
5. LemasLemas
Pada kasus Alprazolam, Apoteker dapat memiliki peran dalam hal pencegahan dan Pada kasus Alprazolam, Apoteker dapat memiliki peran dalam hal pencegahan dan penanggulangan ,
penanggulangan , baik baik dari dari sisi sisi pengawasan pengawasan maupun maupun farmasetik. farmasetik. Secara Secara umum umum ada ada 4 4 peranperan yang dapat dilakukan apoteker dalam penanganan kasus, yaitu:
yang dapat dilakukan apoteker dalam penanganan kasus, yaitu: 1.
1. Pencegahan penyebaran dan distribusi ObatPencegahan penyebaran dan distribusi Obat 2.
2. Pencegahan penyalahgunaan pada pelayanan kesehatanPencegahan penyalahgunaan pada pelayanan kesehatan 3.
3. Penanggulangan OverdosisPenanggulangan Overdosis 4.
4. Rehabilitasi KecanduanRehabilitasi Kecanduan 3.4.1
3.4.1 Pencegahan Penyebaran dan Distribusi ObatPencegahan Penyebaran dan Distribusi Obat
Apoteker dapat mencegah penyebaran dan distribusi obat dengan cara Apoteker dapat mencegah penyebaran dan distribusi obat dengan cara melakukan pengawasan terhadap stakeholder pada industri farmasi yang berkaitan melakukan pengawasan terhadap stakeholder pada industri farmasi yang berkaitan dengan
dengan psikotropika. psikotropika. Peran Peran Apoteker Apoteker dalam mdalam mencegah encegah penyalahgunaan penyalahgunaan sediaansediaan farmasi dan penyebaran obat-obatan dikemukakan oleh Ari Sutyasmanto, S.Farm., farmasi dan penyebaran obat-obatan dikemukakan oleh Ari Sutyasmanto, S.Farm., Apt (Penyidik Prekursor Dit. P2
Apt (Penyidik Prekursor Dit. P2 – – Deputi Pemberantasan BNN) dalam Seminar Deputi Pemberantasan BNN) dalam Seminar Nasional
Nasional Apoteker Apoteker Angkatan Angkatan XXIV XXIV ISTN ISTN pada pada 23 23 November November 2013, 2013, yaitu yaitu sebagaisebagai berikut:
berikut: 1.
1. Perlunya kerja sama paraPerlunya kerja sama para stakeholder stakeholder yang berkaitan dengan prekursor narkotika,yang berkaitan dengan prekursor narkotika, psikotropika dan narkotika
psikotropika dan narkotika dengan para dengan para Apoteker, khususnya dalam Apoteker, khususnya dalam pengawasanpengawasan produksi, distribusi, dan pelayanan
produksi, distribusi, dan pelayanan sediaan farmasi.sediaan farmasi. 2.
2. Diperlukan komunikasi antara paraDiperlukan komunikasi antara para stakeholder stakeholder yang berkaitan dengan prekursor yang berkaitan dengan prekursor narkotika dan psikotropika, narkotika dengan organisasi profesi yang menaungi narkotika dan psikotropika, narkotika dengan organisasi profesi yang menaungi para
para Apoteker Apoteker dalam dalam rangka rangka pembinaan pembinaan mengenai mengenai bahaya bahaya psikotropika psikotropika dandan narkotika sintetis yang bahan utamanya berasal dari prekursor.
3.
3. Perlu melakukan seminar sertaPerlu melakukan seminar serta focus focus group group discussion discussion (FGD)(FGD) yang melibatkan yang melibatkan para
para stakeholder stakeholder , farmasis, dan apoteker yang membahas psikotropika, narkotika, farmasis, dan apoteker yang membahas psikotropika, narkotika sintetis dan prekursor
sintetis dan prekursor yang digunakan dalam produksinya.yang digunakan dalam produksinya. 4.
4. Apoteker perlu kembali ke kode etik kefarmasian yang menekankan paradigmaApoteker perlu kembali ke kode etik kefarmasian yang menekankan paradigma pharmaceutical care
pharmaceutical care yang bertumpu pada pelayanan yang bertumpu pada pelayanan patient oriented. patient oriented. 5.
5. Apoteker perlu dilibatkan sebagai tenaga sumber daya manusia pada badan danApoteker perlu dilibatkan sebagai tenaga sumber daya manusia pada badan dan lembaga pengawasan psikotropika, narkotika dan prekursor narkotika serta lembaga pengawasan psikotropika, narkotika dan prekursor narkotika serta penegakan
penegakan hukum. hukum. Sebab, Sebab, pada pada hakikatnya, hakikatnya, psikotropika psikotropika merupakan merupakan sediaansediaan farmasi yang bersifat khusus sehingga penanganan dan pengawasannya juga farmasi yang bersifat khusus sehingga penanganan dan pengawasannya juga bersifat khusus.
bersifat khusus. 3.4.2
3.4.2 Pencegahan Penyalahgunaan pada Pelayanan KesehatanPencegahan Penyalahgunaan pada Pelayanan Kesehatan
Pencegahan pada bidang pelayanan kesehatan perlu dilakukan untuk Pencegahan pada bidang pelayanan kesehatan perlu dilakukan untuk meminimalisir potensi terjadinya adiksi dan toksisitas Aplrazolam pada pasien yang meminimalisir potensi terjadinya adiksi dan toksisitas Aplrazolam pada pasien yang memperoleh pengobatan berupa Alprazolam di fasilitas pelayanan kesehatan. memperoleh pengobatan berupa Alprazolam di fasilitas pelayanan kesehatan. Pencegahan penyalahgunaan psikotropika dalam pelayanan kesehatan dipaparkan Pencegahan penyalahgunaan psikotropika dalam pelayanan kesehatan dipaparkan oleh
oleh Canadian Healthcare NetworkCanadian Healthcare Network yaitu berupa:yaitu berupa: 1.
1. Menjaga peresepan dan pembelian Alprazolam dari jalanan (mencegahMenjaga peresepan dan pembelian Alprazolam dari jalanan (mencegah pengedaran Alprazolam illegal dari pihak yang tidak bertangg
pengedaran Alprazolam illegal dari pihak yang tidak bertanggungjawab)ungjawab) 2.
2. Mengedukasi publik, pasien (pada saat konseling dan PIO), dan komunitasMengedukasi publik, pasien (pada saat konseling dan PIO), dan komunitas pemakai
pemakai narkotik narkotik dan dan psikotropik psikotropik mengenai mengenai risiko risiko penyalahgunaan penyalahgunaan AlprazolamAlprazolam dan bahaya overdosis
dan bahaya overdosis 3.
3. Peningkatan komunikasi dengan dokter untuk membahas tujuan peresepanPeningkatan komunikasi dengan dokter untuk membahas tujuan peresepan Alprazolam dan apakah peresepan masih sesuai/diperlukan untuk kondisi Alprazolam dan apakah peresepan masih sesuai/diperlukan untuk kondisi tersebut atau sebaiknya ditiadakan. Dosis dan lama pemakaian juga perlu dikaji tersebut atau sebaiknya ditiadakan. Dosis dan lama pemakaian juga perlu dikaji dengan seksama untuk menghindari risiko kecanduan ataupun toksisitas
dengan seksama untuk menghindari risiko kecanduan ataupun toksisitas 5.
5. Pemberian penjelasan kepada pasien mengapa Alprazolam memerlukanPemberian penjelasan kepada pasien mengapa Alprazolam memerlukan pemusnahan
pemusnahan yang yang sesuai sesuai di di apotek apotek untuk untuk tujuan tujuan keselamatan keselamatan dan dan keamanankeamanan lingkungan.
lingkungan. 6.
6. Pastikan pasien memahami bahwa menjual atau membagikan resep AlprazolamPastikan pasien memahami bahwa menjual atau membagikan resep Alprazolam kepada orang lain adalah tindakan kriminal
kepada orang lain adalah tindakan kriminal 3.4.3
3.4.3 Peran Apoteker dalam Penanggulangan OverdosisPeran Apoteker dalam Penanggulangan Overdosis
Seperti pada penanggulangan overdosis lainnya, hal pertama yang harus Seperti pada penanggulangan overdosis lainnya, hal pertama yang harus
terpenuhi. Penanggulangan pada overdosis benzodiazepin yang paling penting adalah terpenuhi. Penanggulangan pada overdosis benzodiazepin yang paling penting adalah perhatian atau dukungan dan
perhatian atau dukungan dan monitoring monitoring . Untuk penanganan secara farmakologi dapat. Untuk penanganan secara farmakologi dapat digunakan arang aktiif dosis tunggal namun tidak direkomendasikan secara rutin digunakan arang aktiif dosis tunggal namun tidak direkomendasikan secara rutin karena risikonya lebih besar. Sehingga digunakanlah Flumazenil (Romazicon) yang karena risikonya lebih besar. Sehingga digunakanlah Flumazenil (Romazicon) yang merupakan antidot spesifik untuk benzodiazepine, tetapi penggunaannya pada merupakan antidot spesifik untuk benzodiazepine, tetapi penggunaannya pada overdosis akut masih menjadi kontroversial. Penanganan
overdosis akut masih menjadi kontroversial. Penanganan Prehospital Prehospital untuk overdosis untuk overdosis benzodiazepine adalah:
benzodiazepine adalah: 1.
1. Pemeriksaan jantungPemeriksaan jantung 2.
2. Pemberian oksigen atau bantuan pernapasanPemberian oksigen atau bantuan pernapasan 3.
3. Pemberian cairan intravenaPemberian cairan intravena 4.
4. Pemeriksaan glukosa cepat (Pemeriksaan glukosa cepat ( finger finger stick stick ) dan pemberian D50 (Dekstrose 50%)) dan pemberian D50 (Dekstrose 50%) jika diperlukan
jika diperlukan 5.
5. Dapat pula diberikan Naloxone dengan dosis kecil (0,05 mg dan dapatDapat pula diberikan Naloxone dengan dosis kecil (0,05 mg dan dapat ditingkatkan secara bertahap) jika diagnosis tidak jelas dan dicurigai pemakaian ditingkatkan secara bertahap) jika diagnosis tidak jelas dan dicurigai pemakaian lebih dari satu jenis benzodiazepine. Atau jika pasien mengalami depresi lebih dari satu jenis benzodiazepine. Atau jika pasien mengalami depresi pernapasan berat.
pernapasan berat.
Meskipun pemberian 0,4 mg nalokson akan membalikkan depresi pernafasan Meskipun pemberian 0,4 mg nalokson akan membalikkan depresi pernafasan pada
pada sebagian sebagian besar besar pasien pasien dengan dengan overdosis overdosis opioid, opioid, hal hal tersebut tersebut juga juga akanakan menyebabkan gejala
menyebabkan gejala withdrawal withdrawal yang parah (mual, muntah) pada mereka yang yang parah (mual, muntah) pada mereka yang bergantung pada opioid. Hal ini dapat menyebabkan aspirasi isi lambung pada pasien bergantung pada opioid. Hal ini dapat menyebabkan aspirasi isi lambung pada pasien
yang tidak dapat melindungi saluran napas karena sedasi dari
yang tidak dapat melindungi saluran napas karena sedasi dari BZD.BZD.
Overdosis Alprazolam dapat berujung kepada kematian. Farmasis kini telah Overdosis Alprazolam dapat berujung kepada kematian. Farmasis kini telah menjadi lini pertama dalam menangani overdosis opioid dengan cara mengenalkan menjadi lini pertama dalam menangani overdosis opioid dengan cara mengenalkan serta mengedukasi publik mengenai pemakaian naxolone Kit. Naloxone kit sendiri serta mengedukasi publik mengenai pemakaian naxolone Kit. Naloxone kit sendiri merupakan seperangkat kit yang mengandung naloxone (obat yang dapat melawan merupakan seperangkat kit yang mengandung naloxone (obat yang dapat melawan efek overdosis) yang sejak 24 Juni 2016 mulai tersedia secara OTC dan dapat efek overdosis) yang sejak 24 Juni 2016 mulai tersedia secara OTC dan dapat diberikan oleh farmasis di Ontaria kepada pihak yang membutuhkan, yaitu:
diberikan oleh farmasis di Ontaria kepada pihak yang membutuhkan, yaitu: 1.
1. Pasien yang menerima terapi opioid dosis tinggi atau jangka panjangPasien yang menerima terapi opioid dosis tinggi atau jangka panjang 2.
2. Keluarga, sahabat, atau kerabat dari pasien dengan medikasi opioid atauKeluarga, sahabat, atau kerabat dari pasien dengan medikasi opioid atau komunitas penyalahgunaan obat
komunitas penyalahgunaan obat
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan sebelum pemakaian naloxone kit, Ada beberapa hal yang harus diperhatikan sebelum pemakaian naloxone kit, yaitu:
yaitu: 1.
1. Pastikan kita telah membaca dengan benar manual/petunjuk pemberian naloxonePastikan kita telah membaca dengan benar manual/petunjuk pemberian naloxone kit
2.
2. Pastikan memang terjadi gejala overdosis opioid, tanda-tandanya berupa:Pastikan memang terjadi gejala overdosis opioid, tanda-tandanya berupa: pembesaran
pembesaran pupil pupil mengecil, mengecil, napas napas memburu memburu atau atau tidak tidak ada ada sama sama sekali,dansekali,dan membirunya kulit. Hal ini perlu dipastikan karena naloxone efektif melawan membirunya kulit. Hal ini perlu dipastikan karena naloxone efektif melawan opioid seperti alprazolam, fentanil dan oksikodon, tetapi tidak untuk kokain, jika opioid seperti alprazolam, fentanil dan oksikodon, tetapi tidak untuk kokain, jika terjadi overdosis kokain
terjadi overdosis kokain tidak dapat ditanggulangi dtidak dapat ditanggulangi dengan engan naloxone.naloxone. 3.
3. Usahakan pasien sadar pada saat injeksi naloxone, Panggil pasien untukUsahakan pasien sadar pada saat injeksi naloxone, Panggil pasien untuk menyadarkan. Jika tidak merespon atau tidak bernapas, lakukan bantuan menyadarkan. Jika tidak merespon atau tidak bernapas, lakukan bantuan pernapasan.
pernapasan. 4.
4. Selalu telpon profesional kesehatan walau memiliki naloxone untuk dapatSelalu telpon profesional kesehatan walau memiliki naloxone untuk dapat memberikan pertolongan lebih lanjut setelah pemberian naloxone dan jika pasien memberikan pertolongan lebih lanjut setelah pemberian naloxone dan jika pasien tidak merespon injeksi naloxone. Pasien kondisi ini perlu diberikan bantuan tidak merespon injeksi naloxone. Pasien kondisi ini perlu diberikan bantuan pernapasan hingga bantuan datang
pernapasan hingga bantuan datang dan perlu mendapat CPR dari tenaga terlaitihdan perlu mendapat CPR dari tenaga terlaitih 5.
5. Terdapat dua jenis sediaan naloxone pad naloxone kit, yaitu naloxone injeksiTerdapat dua jenis sediaan naloxone pad naloxone kit, yaitu naloxone injeksi dalam vial dan naloxone nasal spray. Untuk Naloxone injeksi, pemberian dalam vial dan naloxone nasal spray. Untuk Naloxone injeksi, pemberian dilakukan dengan injeksi secara intramuskular, bukan intravena. Hal ini dilakukan dengan injeksi secara intramuskular, bukan intravena. Hal ini dikarenakan Naloxone akan bekerja saat diinjeksi ke otot, bukan pembuluh dikarenakan Naloxone akan bekerja saat diinjeksi ke otot, bukan pembuluh darah. Semakin besar otot akan semakin baik. Contohnya pada lengan atau paha. darah. Semakin besar otot akan semakin baik. Contohnya pada lengan atau paha. 6.
6. Naloxone tidak Naloxone tidak bekerja langsung, bekerja langsung, tetapi tetapi 3 menit 3 menit setelah disuntikkan setelah disuntikkan dan efeknyadan efeknya akan bertahan hingga 30-60 menit, sementara efek opioid lebih lama. Hal ini akan bertahan hingga 30-60 menit, sementara efek opioid lebih lama. Hal ini dapat menyebabkan terjadinya overdosis kembali, sehingga pasien per
dapat menyebabkan terjadinya overdosis kembali, sehingga pasien per lu ditemanilu ditemani agar kita dapat memberikan dosis naloxone lagi jika diperlukan.
agar kita dapat memberikan dosis naloxone lagi jika diperlukan. 7.
7. Naloxone Naloxone dapat dapat menyebabkan menyebabkan rasa rasa tak tak nyaman nyaman sepertiseperti withdrawal withdrawal karena ia karena ia bekerja
bekerja dengan dengan memblok memblok aksi aksi opioid opioid di di otak, otak, sehingga sehingga pasien pasien mungkin mungkin inginingin memakai kembali untuk menghentikan rasa tidak nyaman tersebut. Pasien perlu memakai kembali untuk menghentikan rasa tidak nyaman tersebut. Pasien perlu diberi pengertian dan didukung untuk tidak memakai kembali hingga beberapa diberi pengertian dan didukung untuk tidak memakai kembali hingga beberapa jam berikutnya
jam berikutnya
Berikut merupakan cara pemakaian Naloxone injeksi: Berikut merupakan cara pemakaian Naloxone injeksi: 1.
1. Lakukan bantuan pernapasan untuk beberapa napas panjang jika pasien tidakLakukan bantuan pernapasan untuk beberapa napas panjang jika pasien tidak bernapas
bernapas 2.
2. Gunakan jarum ukuran 1-1 ½ inci (jarum IM)Gunakan jarum ukuran 1-1 ½ inci (jarum IM) 3.
3. Buka tutup oranye dari vialBuka tutup oranye dari vial 4.
4. Ambil sejumlah 1cc naloxone ke dalam syringe (1cc=1mL=100u.)Ambil sejumlah 1cc naloxone ke dalam syringe (1cc=1mL=100u.) 5.
6.
6. Injeksikan langsung dan pastikan mengenai ototInjeksikan langsung dan pastikan mengenai otot 7.
7. Jika tidak ada jarum yang besar, jarum yang lebih kecil diperbolehkan untukJika tidak ada jarum yang besar, jarum yang lebih kecil diperbolehkan untuk dipakai dan dapat diinjeksikan di bawah kulit, tetapi dianjurkan untuk tetap ke dipakai dan dapat diinjeksikan di bawah kulit, tetapi dianjurkan untuk tetap ke otot
otot 8.
8. Setelah injeksi, lanjutkan bantuan pernapasan hingga 2-3 menitSetelah injeksi, lanjutkan bantuan pernapasan hingga 2-3 menit 9.
9. Jika tidak terjadi perubahan dalam 2-3 menit, injeksikan kembali satu dosisJika tidak terjadi perubahan dalam 2-3 menit, injeksikan kembali satu dosis naloxone dan lanjutkan bantuan pernapasan untuk pasien, Jika tetap tidak ada naloxone dan lanjutkan bantuan pernapasan untuk pasien, Jika tetap tidak ada perubahanm
perubahanm mungkin mungkin terjadi terjadi kesalahan kesalahan seperti seperti jantung jantung telah telah berhenti berhenti karenakarena selang waktu yang terlalulama, tidak ada opioid dalam sistem tubuhm ataupun selang waktu yang terlalulama, tidak ada opioid dalam sistem tubuhm ataupun opioid sangat kuat dan dibutuhkan dosis naloxone yang lebih besar
opioid sangat kuat dan dibutuhkan dosis naloxone yang lebih besar Berikut cara pemakaian Naloxone nasal spray:
Berikut cara pemakaian Naloxone nasal spray: 1.
1. Lakukan bantuan pernapasan untuk beberapa napas panjang jika pasien tidakLakukan bantuan pernapasan untuk beberapa napas panjang jika pasien tidak bernapas
bernapas 2.
2. Pasangkan nasal atomizer (applicator) ke syringe tak berjarum kemudian aturPasangkan nasal atomizer (applicator) ke syringe tak berjarum kemudian atur cartridge kaca naloxone (lihat gambar)
cartridge kaca naloxone (lihat gambar) 3.
3. Dongakkan pala pasien ke belakang dan semprotkan setengah dosis naloxoneDongakkan pala pasien ke belakang dan semprotkan setengah dosis naloxone pada
pada satu satu lubang lubang hidung hidung (1cc) (1cc) dan dan setengah setengah lagi lagi pada pada lubang lubang hidung hidung yangyang satunya (1cc).
satunya (1cc). 4.
4. Jika tidak ada tanda-tanda pernapasan atau napas tetap lemah, lanjutkan bantuanJika tidak ada tanda-tanda pernapasan atau napas tetap lemah, lanjutkan bantuan pernapasan pada pasien hingga naloxone m
pernapasan pada pasien hingga naloxone memberikan efek.emberikan efek. 5.
5. Jika tidak ada perubahan selama 3-5 menit, berikan satu dosis naloxone kembaliJika tidak ada perubahan selama 3-5 menit, berikan satu dosis naloxone kembali dan lanjutkan bantuan pernapasan.
dan lanjutkan bantuan pernapasan. 6.
6. Jika dosis kedua naloxone tidak memberikan efek, mungkin terjadi kesalahanJika dosis kedua naloxone tidak memberikan efek, mungkin terjadi kesalahan seperti jantung telah berhenti karena selang waktu yang terlalulama, tidak ada seperti jantung telah berhenti karena selang waktu yang terlalulama, tidak ada opioid dalam sistem tubuhm ataupun opioid sangat kuat dan dibutuhkan dosis opioid dalam sistem tubuhm ataupun opioid sangat kuat dan dibutuhkan dosis naloxone yang lebih besar