• Tidak ada hasil yang ditemukan

Halaman Depan. JIMKI PMC-KI Special Volume 1, 2020

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Halaman Depan. JIMKI PMC-KI Special Volume 1, 2020"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

i

JIMKI PMC-KI Special Volume 1, 2020

(2)

ii

JIMKI PMC-KI Special Volume 1, 2020

Susunan Pengurus

Penanggung Jawab

Mohammad Ridho Devantoro

Universitas Trisakti

Pimpinan Umum

Ahmad Arkan Ichsan

Universitas Lampung

Wita Fitriyani

Universitas Udayana

Pimpinan Redaksi

Neema Putri Prameswari

Universitas Lampung

Penyunting Ahli

dr. Nany Hairunisa, M.Si.

Universitas Trisakti

Penyunting Pelaksana

Abiyyu Didar Haq

Universitas Mataram

Ahmad Razi

Universitas Sumatera Utara

Alfreda Amelia Khotijah

Universitas Islam Indonesia

Andhwika Afif Fahrezi

Universitas Diponegoro

Bella Stevanny

Universitas Sriwijaya

Faisal Rohmadhiyaul Haq

Universitas Lampung

Hamzah Haryo Prakoso

Universitas Sebelas Maret

Mochamad Afifudin

Universitas Islam Indonesia

Namira Assyfa Nurazizah

Universitas Padjajaran

Nasvatia Harsyah

Universitas Sumatera Utara

Nisa Khoirun Nafia

Universitas Diponegoro

Tasya Dinasti Putri

Universitas Muhammadiyah Jakarta

Humas dan Promosi

Mulia Laksmi Dewi

Universitas Udayana

Elsie Levina Aisha Lourent

Universitas Trisakti

I Gusti Ayu Intan Anindya Putri

Universitas Warmadewa

Tata Letak

Roihan Mohamad Iqbal

Universitas Gadjah Mada

Danan Budi Primadi

Universitas Islam Indonesia

Rahmalik Valent Milliano

Universitas Gadjah Mada

Putu Nandika Tungga Yudanti

Mahardani

(3)

iii

JIMKI PMC-KI Special Volume 1, 2020

Daftar Isi

Susunan Pengurus ... ii

Daftar Isi ... iii

Penelitian Multisenter

Analisis Hubungan Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Pengelola dengan

Higiene Sanitasi Homestay pada Daerah Tujuan Wisata di Beberapa

Kota/Kabupaten di Indonesia

Attaufiq Irawan, Muhammad Ariq Fiqih, May Putra Daya, Cindy Jilbert, Anisya Zakiyyahaya A, Soroy Lardo, Pritha Maya Savitri.

... 1

(4)

JIMKI PMC-KI Special Volume 1, 2020

1

ANALISIS HUBUNGAN

PENGETAHUAN, SIKAP, DAN

PERILAKU PENGELOLA DENGAN

HIGIENE SANITASI HOMESTAY

PADA DAERAH TUJUAN WISATA DI

BEBERAPA KOTA/ KABUPATEN DI

INDONESIA

Attaufiq Irawan1, Muhammad Ariq Fiqih1,

May Putra Daya1, Cindy Jilbert1, Anisya

Zakiyyahaya A1, Soroy Lardo2, Pritha Maya Savitri3.

1Fakultas Kedokteran, Universitas Pembangunan

Nasional “Veteran” Jakarta, Jakarta

2Departemen Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jakarta

3Departemen Kesehatan Matra Fakultas Kedokteran

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jakarta

ABSTRAK

Pendahuluan: Pariwisata adalah sumber devisa kedua terbesar Indonesia. Peningkatan

jumlah wisatawan seiring dengan peningkatan kebutuhan jasa, salah satunya kebutuhan

akomodasi. Homestay adalah rumah penduduk yang disewakan bagi para wisatawan.

Sektor pariwisata membutuhkan perhatian lebih dari pemerintah, salah satunya dari sektor kesehatan. Faktor lingkungan menjadi penting sebagai penentu kesehatan wisatawan.

Pemilik dan pekerja di homestay, yang selanjutnya disebut pengelola homestay perlu

memperhatikan higiene dan sanitasi. Homestay diatur oleh perseorangan tidak ada

standar mengenai higiene dan sanitasi. Penelitian ini adalah penelitian pertama yang melakukan analisis hubungan pengetahuan, sikap, dan perilaku pengelola dengan higiene

sanitasi homestay.

Metode: Penelitian ini merupakan penelitian analitik observasional dengan rancangan

penelitian potong lintang. Sampel terdiri atas 156 homestay pada daerah wisata di sekitar

kota/kabupaten tempat Center Institusi (CI) berada pada Juli 2018-Juni 2019. Data diukur menggunakan hasil penilaian kuesioner serta formulir observasi. Analisis bivariat dilakukan dengan chi-square dan analisis multivariat menggunakan uji regresi logistik.

Hasil: Hasil penelitian ini menunjukan terdapat hubungan antara pengetahuan dan sikap

sanitasi pengelola homestay terhadap lingkungan rumah homestay, namun tidak terdapat

hubungan antara perilaku sanitasi dan PSP (Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku) Higiene

pengelola homestay terhadap lingkungan rumah homestay.

Pembahasan: pengetahuan dan sikap sanitasi pada pengelola homestay masih sebatas

tahu dan memahami, tanpa diikuti aplikasi berupa tindakan yang konkrit.

Simpulan: Pengetahuan sanitasi adalah faktor yang paling mempengaruhi lingkungan

rumah homestay dengan OR 2.959. Penelitian ini adalah penelitian awal, penelitian

lanjutan terutama pada variabel higiene dan variabel lain yang berhubungan dengan

kesehatan wisatawan pada homestay dapat dikembangkan.

Kata Kunci: higiene, homestay, sanitasi, wisata

Penelitian

Multisenter

(5)

e-ISSN: 2721-1924

ISSN: 2302-6391

JIMKI PMC-KI Special Volume 1, 2020

2

ANALYSIS OF HOMESTAY MANAGEMENT'S KNOWLEDGE,

ATTITUDE AND PRACTICE ASSOCIATION WITH

HOMESTAY HYGIENE AND SANITATION AT TOURISM

DESTINATIONS IN SEVERAL CITY / REGENCY IN

INDONESIA

ABSTRACT

Background: Tourism is Indonesia's second largest source of foreign exchange. The

increase in the number of tourists is in line with the increasing need for services, one of which is the need for accommodation. Homestay is a resident's house rented out to tourists. The tourism sector needs more attention from the government, and one of the sectors is from health. Environmental factors are important determinant factors of tourist health. Owners and workers in homestays, hereinafter referred to as homestay managers, need to pay attention to hygiene and sanitation. Homestay is regulated by individuals, there are no standards regarding hygiene and sanitation.

Method: This study is the first study to analyze the relationship between knowledge,

attitudes, and behavior of managers with homestay sanitation hygiene. This study was an observational analytic study with cross-sectional study design. The sample consisted of 156 homestays in tourist areas around the city/district where the Institutional Center (CI) was in July 2018-June 2019. Data were measured using the results of the questionnaire assessment and observation forms. Bivariate analysis was performed with chi-square and multivariate analysis using logistic regression tests.

Results: of this study indicate that there is a relationship between knowledge and

sanitation attitudes of homestay managers to the homestay environment, but there is no relationship between sanitation behavior and Knowledge, Attitudes, and Behavior of Hygiene management of homestay to the home environment homestay.

Discussion: Knowledge and attitude towards sanitation are not followed by real action. Conclusion: Knowledge of sanitation is the factor that most influences homestay house

environments with OR 2995. This research is preliminary research, further research, especially on hygiene variables and other variables related to tourist health in homestays can be developed.

Keywords: hygiene, homestay, sanitation, travel 1. PENDAHULUAN

Pariwisata adalah sumber devisa

kedua terbesar Indonesia.[1] Dalam dunia

pariwisata dikenal dua macam

wisatawan, yaitu wisatawan

mancanegara (wisman) dan wisatawan

nusantara (wisnu).[2] Menurut data Badan

Pusat Statistik, jumlah kunjungan

wisman ke Indonesia selama tahun 2017

sebesar 14,04 juta. Jumlah ini

menunjukan peningkatan dari tahun

2016 sebesar 21,88 persen.[3]

Sementara, data Kementerian Pariwisata secara kumulatif sejak Januari-Oktober 2017 menunjukkan jumlah kunjungan wisnu mencapai 252.569.465.

Peningkatan jumlah wisatawan seiring dengan peningkatan kebutuhan

jasa, salah satunya kebutuhan

akomodasi. Akomodasi adalah fasilitas yang disediakan bagi orang yang

bepergian. Di tempat akomodasi,

wisatawan dapat beristirahat menginap atau tidur, mandi, makan dan minum

serta menikmati jasa pelayanan

danhiburan yang tersedia.[4]

Macam-macam bentuk akomodasi antara lain:

hotel, hostel, inn, bungalow, cottage,

guest house, homestay, dan

sebagainya.[5] Homestay adalah rumah

penduduk yang disewakan bagi para

wisatawan. Saat ini, homestay dapat

ditemukan hampir di seluruh daerah tujuan wisata. Menurut Badan Pusat Statistik tahun 2016, Pondok wisata /

Homestay menempati urutan kedua

akomodasi non hotel berbintang

terbanyak setelah hotel melati, yaitu

sebesar 2.940 usaha (18.16 persen)6.

Homestay menjadi pilihan akomodasi masyarakat luas dikarenakan harga yang lebih terjangkau juga lebih nyaman untuk

(6)

JIMKI PMC-KI Special Volume 1, 2020

3

akomodasi dengan banyak orang.[7]

Homestay dapat dipesan secara

langsung maupun dipesan melalui

halaman web. Selain menguntungkan

wisatawan, usaha homestay dapat

menjadi salah satu sumber penghasilan bagi masyarakat.

Pertumbuhan signifikan dari sektor pariwisata membutuhkan perhatian lebih

dari pemerintah, terutama sektor

kesehatan. Dampak kesehatan yang

dapat ditimbulkan dari pariwisata

dipengaruhi oleh perubahan kondisi

lingkungan sehari-hari.[8] Menurut WHO,

masalah kesehatan yang dialami oleh wisatawan selama perjalanan wisata

yaitu gangguan kesehatan akibat

lingkungan seperti travel sickness,

bathing/diving, altitude, dan lain-lain;

gangguan kesehatan sexual transmitted

disease seperti HIV dan Hepatitis B;

gangguan kesehatan akibat vektor

seperti malaria, demam berdarah, dan lain-lain; dan penularan langsung seperti

Tuberkulosis, gangguan kesehatan

akibat makanan dan minuman seperti diare, Hepatitis A dan E dan lain

sebagainya.[9]

Salah satu tantangan kesehatan wisatawan di Indonesia yaitu penyakit saluran cerna. Hasil Survei Morbiditas

Diare tahun 2014 yaitu sebesar

270/1.000 penduduk, diperkirakan

jumlah penderita diare di fasilitas kesehatan pada tahun 2016 sebanyak

6.897.463 orang[10]. Diare menjadi

keluhan terbanyak yang dialami

wisatawan di Indonesia.[11] Penyebab

diare antara lain adalah infeksi oleh

bakteri, virus, protozoa[12].

Makanan yang terkontaminasi

oleh bakteri dapat disebabkan oleh kondisi higiene dan sanitasi yang kurang pada tempat pengolahan makanan. Pengolahan makanan yang tidak higienis

serta menggunakan sanitasi yang

tercemar dapat meningkatkan risiko

bakteri untuk hidup di bahan makanan[13].

Perlu disadari faktor lingkungan

menjadi penting sebagai penentu

kesehatan wisatawan. Pemilik dan

pekerja di homestay, yang selanjutnya

disebut pengelola homestay perlu

memperhatikan higiene dan sanitasi. Guna mencegah penyakit saluran cerna yang sebagian besar dipengaruhi oleh

higienis dan sanitasi[5]. Dikarenakan

homestay diatur oleh perseorangan

maka tidak ada standar mengenai

higiene dan sanitasi. Gangguan

kesehatan wisman dan wisnu yang diakibatkan oleh buruknya higiene dan

sanitasi homestay akan mempengaruhi

angka kunjungan Maka dari hal tersebut, peneliti tertarik untuk meneliti hubungan

pengetahuan, sikap, dan perilaku

pengelola homestay terhadap higiene

dan sanitasi homestay di daerah tujuan

wisata di Indonesia.

2. METODE

Penelitian ini merupakan

penelitian analitik observasional dengan rancangan penelitian potong lintang.

Penelitian dilakukan di homestay pada

daerah wisata di sekitar kota/kabupaten

tempat Center Institusi (CI) berada pada

Juli 2018-Juni 2019.

Populasi penelitian ini ialah

Homestay di daerah tujuan wisata di seluruh Indonesia. Populasi terjangkau

berupa Homestay pada daerah tujuan

wisata di sekitar kota/kabupaten tempat CI berada Sample diambil dengan

purposive sampling. Bedasarkan

perhitungan, dibutuhkan 156 sampel penelitian.

Kesediaan responden dipastikan

dengan melakukan informed consent.

Bagi responden yang berusia di bawah

17 tahun, informed consent didampingi

oleh wali/ orang tua. Data diukur menggunakan hasil penilaian kuesioner

yang telah divalidasi dan diuji

reabilitasnya, serta formulir observasi Rumah Sehat. validitas dan reabilitas kuesioner dapat dilihat pada Tabel 1. Analisa data dilakukan menggunakan

aplikasi SPSS 22 for Windows. Metode

analisis bivariat menggunakan

chi-square dan analisis multivariat

menggunakan regresi logistik.

Tabel 1. Uji Validitas dan Reabilitas Kuisioner Item n Cronbach’s Alpha Riwayat kejadian penyakit 2 0.780 Pengetahuan Sanitasi 15 0.827 Pengetahuan Higiene 5 0,732 Sikap Higiene 5 0.945 Perilaku Higiene 5 0.957 Sikap Sanitasi 15 0.969

(7)

e-ISSN: 2721-1924

ISSN: 2302-6391

JIMKI PMC-KI Special Volume 1, 2020

4

3. HASIL PENELITIAN 3.1 Karakteristik Responden

Pada penelitian ini dilakukan

pengamatan terhadap dua jenis subjek

yaitu pengelola homestay dan homestay

tempat pengelola bekerja. Karakterisik subjek peneltian dalam penelitian ini

dianalisis berdasarkan usia, jenis

kelamin, provinsi homestay tempat

subjek berada, pekerjaan, pendapatan,

tingkat pendidikan, tarif sewa homestay

tempat subjek bekerja. Hasil lengkap karakteristik responden dapat dilihat pada Tabel 2 dan Tabel 3.

3.1.1 Usia Pengelola

Proporsi pengelola CI pada

kategori anak-anak (1-17 tahun),

pemuda atau (18-65 tahun), dan

Setengah baya (66-79 tahun) berturut-turut yaitu, 1.9%, 95.5%, dan 2.6%.

3.1.2 Jenis Kelamin Pengelola

Pengelola homestay lebih

banyak berjenis kelamin laki-laki (n=89) dibandingkan perempuan (n=67).

3.1.3 Pekerjaan Pengelola

Homestay lebih banyak dikelola (n= 92) oleh karyawan daripada pemilik(n=64).

3.1.4 Pendapatan Pengelola

Proporsi pendapatan pengelola yang melebihi melebihi Upah Minimum Regional (UMR) sebesar 41% dan yang di bawah UMR sebesar 59%.

3.1.5 Tingkat Pendidikan Pengelola

Pengelola yang tidak sekolah

sebanyak 3.2%. Sebanyak 52.6%

Pengelola homestay memiliki pendidikan

terakhir Sekolah Menengah Atas (SMA).

3.1.6 Lokasi Homestay

Homestay pada penelitian ini paling banyak berlokasi pada Provinsi

Jogjakarta. Sementara, homestay paling

sedikit berlokasi pada Provinsi Banten.

Tabel 2. Karakteristik Pengelola

Variabel n % Usia Pengelola Anak – anak (1-17 Tahun) 3 1.9 Pemuda (18-65 Tahun) 149 95.5 Setengah Baya (66-79 Tahun) 4 2.6 Jenis Kelamin Perempuan 67 42.9 Laki-laki 89 57.1 Pekerjaan Pemilik 62 39.7 Karyawan 94 60.3 Pendapatan > UMR 64 41 < UMR 92 59 Pendidikan Terakhir Tidak Sekolah 5 3.2 SD 15 9.6 SMP 23 14.7 SMA 82 52.6 Perguruan Tinggi 31 19.9

Tabel 3. Karateristik Homestay

Variabel n % Lokasi Homestay Jakarta 15 9.6 Yogyakarta 34 21.8 Jawa Barat 23 14.7 Bali 32 20.5 Jawa Tengah 18 11.5 Banten 2 1.3 Jawa Timur 17 10.9 Sumatera Utara 15 9.6 Tarif Sewa < 150.000 33 21.2 150.000 – 500.000 96 61.5 > 500.000 27 17.3

Kejadian Diare Selama 1 Bulan

Tidak Ada 141 90.4

Ada 8 5.1

Tidak Tahu 7 4.5

Observasi Lingkungan Rumah

Sehat 64 59

(8)

JIMKI PMC-KI Special Volume 1, 2020

5

3.1.7 Tarif Sewa Homestay

Proporsi homestay dengan tarif

sewa yang berkisar pada rentang Rp. 150.000-Rp. 500.000 adalah 61.5%, sementara yang kurang dari Rp. 150.000 dan lebih dari Rp. 500.000 berturut-turut yaitu, 21.2% dan 17.3%

3.1.8 Kejadian Diare pada Homestay

selama 1 Bulan

Pada penelitian ini diambil data mengenai kejadian diare selama 1 bulan. Berdasarkan Tabel 3, didapatkan hasil univariat yaitu, tidak ada kejadian diare (90.4%), ada kejadian diare (5.1%), tidak tahu (4.5%).

3.1.9 Observasi Lingkungan Rumah

Pada penelitian ini didapatkan hasil observasi mengenai lingkungan rumah.

Berdasarkan Tabel 3, didapatkan

gambaran mengenai observasi

lingkunga rumah yaitu, tidak sehat (41%) dan sehat (59%).

3.2 Sanitasi Pengelola

Analisis dilakukan terhadap

pengetahuan, sikap, dan perilaku

sanitasi pengelola homestay. Data

deskriptif lengkap dapat dibaca pada Tabel 4.

3.3.1 Pengetahuan Sanitasi

Pada penelitian ini didapatkan

hasil data kuesioner mengenai

pengetahuan sanitasi. Gambaran

mengenai pengetahuan sanitasi

pengelola homestay yaitu, kurang baik

(46.8%) dan baik (53.2%).

3.3.2 Sikap Sanitasi

Pada penelitian ini didapatkan hasil data kuesioner mengenai sikap

sanitasi. Didapatkan gambaran

mengenai sikap sanitasi pengelola

homestay yaitu, kurang baik (37.8%) dan baik (62.2%).

3.3.3 Perilaku Sanitasi

Pada penelitian ini didapatkan hasil

data kuesioner mengenai perilaku

sanitasi. Hasil yang didapatkan

mengenai perilaku sanitasi pengelola

homestay yaitu, kurang baik (41%) dan baik (59%).

3.3 Higiene Pengelola

Analisa juga dilakukan terhadap pengetahuan, sikap, dan perilaku higiene

pengelola homestay. Data deskriptif

lengkap dapat dibaca pada Tabel 4.

3.4.1 Pengetahuan Higiene

Berdasarkan hasil data dari

kuisioner mengenai pengetahuan

higiene, didapatkan gambaran mengenai

pengetahuan higiene pengelola

homestay yaitu, kurang baik (44.2%) dan baik (55.8%).

3.4.2 Sikap Higiene

Pada penelitian ini didapatkan hasil data kuisioner mengenai sikap

higieni pengelola homestay yaitu, yaitu,

kurang baik (44.2%) dan baik (55.8%).

3.4.3 Perilaku Higiene

Pada penelitian ini didapatkan hasil

data kuesioner mengenai perilaku

higiene. Didapatkan gambaran

mengenai perilaku higiene pengelola

homestay yaitu, kurang baik (18.6%) dan baik (81.4%).

Tabel 4. Sanitasi dan Higiene Pengelola Variabel n % Pengetahuan Sanitasi Kurang Baik 41 26.3 Baik 23 14.7 Perilaku Sanitasi Kurang Baik 31 19.9 Baik 33 21.2 Sikap Sanitasi Kurang Baik 31 19.9 Baik 33 21.2 Perilaku Sanitasi Kurang Baik 31 19.9 Baik 33 21.2 Pengetahuan Higiene Kurang Baik 34 21.8 Baik 30 19.2 Sikap Higiene Kurang Baik 22 14.1 Baik 42 26.9 Perilaku Higiene Kurang Baik 13 8.3 Baik 51 32.7

(9)

e-ISSN: 2721-1924

ISSN: 2302-6391

JIMKI PMC-KI Special Volume 1, 2020

6

3.4 Hubungan Pekerjaan dengan

Observasi Lingkungan Rumah

Hasil analisis bivariat pada

penelitian ini menggunakan uji chi-square. Pada Tabel 5, didapatkan nilai p yaitu 0.071 (p>0.05) yang menunjukkan H0 diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara

pekerjaan pengelola homestay dengan

lingkungan rumah

3.5 Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Observasi Lingkungan Rumah

Berdasarkan Tabel 5, hasil analisis bivariat, didapatkan nilai P yaitu 0.046 (P<0.05) yang menunjukkan H0 ditolak sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara pendidikan pengelola

homestay dengan lingkungan rumah. 3.6 Hubungan Tarif Sewa dengan

Observasi Lingkungan

Hasil analisis bivariat dengan uji

chi-square pada Tabel 5, didapatkan hasil nilai p yaitu 0.043 (p<0.05) yang menunjukkan H0 ditolak sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara

tarif sewa homestay dengan lingkungan

rumah.

3.7 Hubungan Pengetahuan Sanitasi dengan Observasi Lingkungan Rumah

Hasil analisis bivariat uji chi-square pada Tabel 5 menunjukan nilai p yaitu 0.001 (p<0.05). Hal ini berarti H0 ditolak sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara pengetahuan sanitasi

pengelola homestay dengan lingkungan

rumah.

3.8 Hubungan Sikap Sanitasi dengan Observasi Lingkungan Rumah

Hasil analisis bivariate uji chi-square menunjukan nilai p yaitu 0.023 (p<0.05). Hal ini berarti H0 diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan

antara sikap sanitasi pengelola

homestay dengan lingkungan rumah. Hasil lengkap dapat dilihat pada Tabel 5.

3.9 Hubungan Perilaku Sanitasi

dengan Observasi Lingkungan Rumah

Dari Tabel 5 dapat dilihat hasil

analisis bivariat dengan uji chi-square.

Didapatkan nilai p yaitu 0.116 (p>0.05)

yang menunjukkan H0 diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada

hubungan antara perilaku sanitasi

pengelola homestay dengan lingkungan

rumah.

3.10 Hubungan Pengetahuan Higiene dengan Observasi Lingkungan Rumah

Dari Uji chi-square pada Tabel 5 didapatkan nilai p yaitu 0.062 (p>0.05) yang menunjukkan H0 diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara pengetahuan higiene

pengelola homestay dengan lingkungan

rumah.

3.11 Hubungan Sikap Higiene dengan Observasi Lingkungan Rumah

Hasil analisa bivariat dengan uji

chi-square pada Tabel 5 menunjukkan nilai p yaitu 0.112 (p>0.05). Hal ini menunjukan H0 diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara sikap

higiene pengelola homestay dengan

lingkungan rumah.

3.12 Hubungan Perilaku Higiene

dengan Observasi Lingkungan Rumah

Dari Tabel 5 dapat terlihat hasil

analisa bivariat dengan chi-square dan

didapatkan nilai P yaitu 0.645 (P>0.05) yang menunjukkan H0 diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada

hubungan antara perilaku higiene

pengelola homestay dengan lingkungan

rumah.

3.13 Faktor yang Berpengaruh

terhadap Lingkungan Rumah

Penelitian ini dilakukan analisis multivariat dengan uji regresi logistik

untuk melihat faktor-faktor yang

mempengaruhi observasi lingkungan rumah. Berdasarkan Tabel 6, didapatkan faktor yang paling dominan adalah Pengetahuan sanitasi dengan nilai p yaitu 0.003 (p<0.05). Pengetahuan sanitasi memiliki OR sebesar 2.959 yang berarti memilki pengetahuan sanitasi

yang baik dapat mempengaruhi

lingkungan rumah menjadi sehat

sebesar 2.959 kali lipat dari

(10)

JIMKI PMC-KI Special Volume 1, 2020

7

Tabel 5. Analisa Bivariat Observasi Rumah Sehat

Variabel

Observasi Rumah Sehat

Jumlah p-value

Tidak Sehat Sehat

n % n % Pekerjaan Pemilik 20 12.8 42 26.9 62 0.071 Karyawan 44 28.2 50 32.1 94 Pendidikan Tidak Sekolah 3 1.9 2 1.3 5 0.046 SD 10 6.4 5 3.2 15 SMP 13 8.3 10 6.4 23 SMA 28 17.9 54 34.6 82 Perguruan Tinggi 10 6.4 21 13.5 31 Tarif Sewa < 150.000 9 5.8 24 21.2 33 0.043 150.000-500.000 39 25 57 36.5 96 > 500.000 16 10.3 11 7.1 27 Pengetahuan Sanitasi Kurang Baik 41 26.3 32 20.5 73 0.001 Baik 23 14.7 60 38.5 83 Perilaku Sanitasi Kurang Baik 31 19.9 33 21.2 64 0.116 Baik 33 21.2 59 37.8 92 Sikap Sanitasi Kurang Baik 31 19.9 28 17.9 59 0.023 Baik 33 21.2 64 41 97 Perilaku Sanitasi Kurang Baik 31 19.9 33 21.2 64 0.116 Baik 33 21.2 59 37.8 92 Pengetahuan Higiene Kurang Baik 34 21.8 35 22.4 69 0.062 Baik 30 19.2 57 36.5 87 Sikap Higiene Kurang Baik 22 14.1 21 13.5 43 0.112 Baik 42 26.9 71 45.5 113 Perilaku Higiene Kurang Baik 13 8.3 16 10.3 29 0.645 Baik 51 32.7 76 48.7 127

(11)

e-ISSN: 2721-1924

ISSN: 2302-6391

JIMKI PMC-KI Special Volume 1, 2020

8

4. PEMBAHASAN

Tarif sewa kamar di homestay

berhubungan dengan kualitas

lingkungan homestay, dibuktikan dengan

uji chi-square (p=0.043). Menariknya

homestay dengan harga tarif yang relatif

tinggi tidak menunjukan kualitas

kesehatan yang lebih baik. Grafik

menunjukan bahwa, dari 27 homestay

yang tarifnya di atas 500.000 sebanyak 41% berada di kategori lingkungan

sehat. Pada kelompok homestay yang

tarifnya berkisar 150.000-500.000

didapatkan 59% lingkungan homestay

masuk kategori sehat. Pada kelompok

homestay dengan tarif sewa dibawah 150.000 didapatkan 72% lingkungan

homestay dalam kategori sehat. Sekilas, hasil deskripsi di atas menunjukkan harga tarif tidak mutlak menentukan kualitas lingkungan yang ditawarkan

homestay. Hal ini mungkin dapat terjadi karena kesehatan lingkungan ditentukan oleh banyak faktor.

Hasil uji chi-square menunjukan

tingkat pendidikan pengelola homestay

berhubungan dengan kualitas

lingkungan homestay (p=0.046). Hal ini

sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Theodora (2017) di Pulau Ende, di mana terdapat hubungan antara tingkat pendidikan dan tindakan kepala keluarga dengan kualiatas sanitasi lingkungan. Pengetahuan tidak lepas dari proses

pendidikan.[xiv] Tingkat pendidikan pada

penelitian ini adalah pendidikan formal

terakhir yang diselesaikan oleh

responden. Menurut Rahmawati (2017)

30% pembentukan karakter dan

peningkatan ilmu pengetahuan didapat

dari sekolah sebagai lembaga

pendidikan formal. Semakin tinggi

pendidikan seseorang diharapkan dapat meningkatkan tingkat pengetahuannya.

Penelitian ini menunjukkan

adanya hubungan antara pengetahuan

dan sikap sanitasi homestay dengan

lingkungan rumah sesuai dengan hasil uji

bivariat chi-square. Hasil ini

menunjukkan bahwa apabila masyarakat mengerti dan menyetujui bahwa sanitasi itu dapat menjadikan rumah lebih sehat walaupun perilaku sanitasi didapatkan

tidak memiliki hubungan terhadap

lingkungan rumah. Tetapi menurut

Purwaningrum et al (2018), bahwa

tingkat pengetahuan dan sikap

mempunyai hubungan yang kuat dan

positif dengan

perilaku warga dalam pemenuhan

komponen rumah sehat. [xv]

Menurut Notoatmodjo (2010),

terdapat enam tingkat pengetahuan yaitu tahu, memahami, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. Dari

tingkatan-tingakatan tersebut, pengelola homestay

yang menjadi sampel penelitian baru mengenal dua dari enam tingkatan tersebut yaitu tahu dan memahami higiene. Hal ini dilihat dari hasil

pengukuran pengetahuan pengelola

homestay dari instrument kuesioner. Menurut hasil pengukuran, diketahui dari

total 156 sampel pengelola homestay

55,8% memiliki pengetahuan baik

mengenai higiene.xvi

Perilaku digolongkan menjadi dua

yaitu bentuk pasif dan bentuk aktif.xvii

Menurut hasil pengukuran di mana dari total sampel 156 ditemukan 81,4% memiliki perilaku baik mengenai higiene. Ketiadaan hubungan antara perilaku

higiene dan kualitas lingkungan

homestay terjadi akibat perilaku baik yang dimiliki pengelola berbentuk pasif di mana perilaku tidak diikuti tindakan konkrit.

Tabel 6. Uji Multivariat

Variabel p-value OR CI 95 % Lower Upper Pengetahuan Sanitasi 0.003 2.959 1.431 6.120 Sikap Sanitasi 0.386 1.384 0.664 2.887 `Perilaku Sanitasi 0.234 1.535 0.758 3.108 Pengetahuan Higiene 0.187 1.595 0.798 3.188 Sikap Higiene 0.278 1.532 0.709 3.307 Perilaku Higiene 0.614 0.793 0.321 1.955

(12)

JIMKI PMC-KI Special Volume 1, 2020

9

Tidak adanya hubungan antara

pengetahuan, sikap, dan perilaku

pengelola dengan kualitas lingkungan

homestay disebabkan pengetahuan,

sikap, dan perilaku mengenai higiene

yang dimiliki pengelola tidak

diaplikasikan dalam pengelolaan

homestay setiap harinya

5. SIMPULAN

Terdapat hubungan antara

pengetahuan dan sikap sanitasi

pengelola homestay terhadap

lingkungan rumah homestay.

Tidak terdapat hubungan antara perilaku sanitasi dan PSP (Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku) Higiene pengelola

homestay terhadap lingkungan rumah

homestay.

6. SARAN

a. Untuk masyarakat, masyarakat disarankan untuk menerapkan

perilaku sanitasi dapat

berhubungan dengan

lingkungan rumah sehingga

apabila mempunyai sanitasi

yang baik maka rumah akan menjadi lebih sehat.

b. Untuk pengelola homestay,

disarankan untuk meningkatkan higienitas dalam pengelolaan

homestay. Peningkatan

higienitas bisa dimulai dengan

pemberian edukasi seperti

pelatihan hidup bersih dan sehat

kepada tenaga pengelola

homestay. Namun, Edukasi saja

tidak cukup. Pemilik perlu

membuat peraturan internal

mengenai standar pelayanan sehingga terjadi peningkatan pula pada penerapan higiene

oleh pengelola homestay.

c. Untuk pemangku kebijakan,

Para pemangku kebijakan dapat

membentuk suatu aturan

mengenai standar homestay

khususnya terhadap higiene, sanitasi serta kesehatan rumah

sehingga dapat menjaga

kesehatan dari wisatawan pula. Selain itu regulasi terhadap

ketenagakerjaan juga perlu

diperketat mengingat masih

adanya pekerja-pekerja yang di bawah umur.

d. Untuk peneliti lain, para peneliti

bisa melakukan penelitian

lanjutan terutama pada variabel higiene dan variabel lain yang berhubungan dengan kesehatan

wisatawan pada homestay.

UCAPAN TERIMAKASIH

Terima kasih kepada

pihak-pihak yang telah membantu

terlaksananya penelitian ini, terutama

para pengelola homestay yang bersedia

menjadi subjek dan para kolaborator yang telah membantu pengumpulan data dalam penelitian ini. Kolaborator pada penelitian ini yaitu, Abdurrahman Nur Prasetyo, Adhe Sugandhi, Almira Arasa, Alwi Maher Shahab, Annisa Illona Arini, Aryo Bimanto, Atemi, Augrey Prawita Libertyana, Bella Rizki Dayanti, Dea Desmonda, Devita Anggaraini, Dicky

Dewantoro, Eling Nurdianti, Elrian

Syaputra, Elsa Nur Rahma D., Enrique Aldrin, Fairuz Syafa, Faiz Rojifaikar Putra Nurtyas, Fiorentina Wahyutama, Fauzia

Nurunnisa, Galuh Shafira Savitri,

Hidayatika Sholehah, Ida Ayu Amanda Dewi Wikannanda, I Gede Ananta Widjaksana, I Gede Wikania Wira Wiguna, Indah Mardiana, Indria Savitri, I Nyoman Tri Pramartha, I Putu Wirasatya Eka Putra, Jasmine Tartila, Kadek Ayu Trishanti Devi, Kadek Dhiyo Mamhista Kumara, Kadek Virginia Mas Cahya Dewi, Komang Ariningrum Dwita Lestari A., Karolus Provesialitus Daya, Luthfan Ahnaf Ghaus, Luthfia Arifatul Faizah, Made Pradipa Yodyartha Pinatih, Made Syanindita Putri Larasati, Maghfiroh Arif, M. Arif Hadi Khoiruddin, M. Asyam Fawwaz Akbar, M. Fiqih Maulana Muchtar, M. Izzatul Imaduddin, M. Ridho Devantoro, M. Yuda Nugraha, Nadia Kirana, Nadya Pramesti, Nadya Windi Hapsari, Nahriyati Safira Salsabila, Ni Kade Sari Cihnawati, Niken Larasati, Ni Komang Surya Sanistiasih Budaya, Niluh Dika Jelita, Nur Adzhani, Nur Rafida, Oktavia Adiyani, Prayoga Aditama, Putu Febi Apriliona, Putu Feby Miswari Dewi,

Putu Illiomar Hiranyagarbha, Putu

Nandika Tungga Yudanti Mahardani, Puji Mar’atus Sholikah, Rafi Alwan H, Rahma Nur Amelia, Roihan Mohamad Iqbal, Roisya Nur Farhania, Rusdiyanah, Salwa Nabilah Cholfa, Sherlina Rintuik Tirta Ayu, Shiwi Linggarjati, Tivalen Dwiara

(13)

e-ISSN: 2721-1924

ISSN: 2302-6391

JIMKI PMC-KI Special Volume 1, 2020

10

Utami Riralvi, Vita Yuniar Saraswati, Victoria Tasya Arifa Guardiola, Wahidin Nawawi, Widya Ona Lestari, Windy Silvia Murti, Yustika Sari, dan Zeita Fauzia.

DAFTAR PUSTAKA

1. Ardan Adhi Chandra D. Tiga Tahun

Jokowi-JK, Pariwisata Sumbang

Devisa Terbesar Kedua [Internet]. detikfinance. 2018 2 Juli 2018. <https://finance.detik.com/berita- ekonomi-bisnis/d-3687715/tiga- tahun-jokowi-jk-pariwisata-sumbang-devisa-terbesar-kedua>

2. Kementerian Pariwisata. Rencana

Strategis Tahun 2018-2019. Jákarta; 2018 h.23

3. Badan Pusat Statistik. Jumlah

kunjungan wisman ke Indonesia Desember 2017 mencapai 1,15 juta

Kunjungan. 2 Juli 2018 https://www.bps.go.id/pressrelease/2 018/02/01/1468/jumlah-kunjungan-wisman-ke-indonesi a-desember- 2017-mencapai-1-15-juta-kunjungan--.html

4. Hindrawan, L, Ordiyasa, I. Sistem

Panduan Pemilihan Transportasi dan Akomodasi Pariwisata untuk Wilayah Yogyakarta Berbasis Mobile. Seminar Nasional Teknologi Informasi dan Multimedia. 2013. h.14-29

5. Brahmisiwi, I. Pengaturan Investasi

Semi Kelola di Bidang Perdagangan Jasa Akomodasi Wisata. Thesis. Universitas Udayana. 2015. h. 53-54

6. Badan Pusat Statistik. Laporan

Perekonomian Indonesia 2018.

Jakarta. 2018 h. 144

7. Liputan6.com. Liburan Tak harus

Menginap di Hotel, Sewa Rumah Malah Lebih Asyik. 2018 28 Juli 2018. <https://www.liputan6.com/properti/re ad/3037544/liburan-tak-harus- menginap-di-hotel-sewa-rumah-malah-lebih-asyik>

8. Achmadi, U. Manajemen Penyakit

Berbasis Wilayah. Jakarta: Penerbit Buku Kompas, 2005. h.55-61

9. International Society of Travel

Medicine. Body of Knowledge for the

Practice of Travel Medicine - 2012 by Physicians, Nurses and Other Travel Health Professionals. International Society of Travel Medicine. 201528

Juli 2018.

h.35<http://www.istm.org/bodyofkno wledge>

10. Kementrian Kesehatan RI. Profil

Kesehatan Kesehatan Indonesia

2016. 2017 h.30

11. Gandamayu, Bagus Maha, Agustini, Luh Putu Inca Buntari Agustini ,

Kusuma, Dian Shanti. Gambaran

Masalah Kesehatan Wisatawan Asing yang Berkunjung ke Pusat Pelayanan

Kesehatan 2015. Jurnal Ners

LENTERA. 2016;4(2).h.13-18

12. Hakim A.R, Khan A. Problematika

Penyakit Pribumi bagi Para

Wisatawan Asing di Kota Manado.

ISM, 2010.h. 24-28

13. Rizqi Putri Kurniasih, Nurjazuli,

Yusniar Hanani D. Hubungan Higiene

dan Sanitasi Makanan dengan

Kontaminasi Bakteri Escherichia Coli dalam Makanan di Warung Makan

Sekitar Terminal Borobudur,

Magelang. Jurnal Kesehatan

Masyarakat, 2015.h.22-26

14. Theodora, FJ, Padmawati, RS.

Hubungan Antara Pendidikan,

Pendapatan dan Perilaku denan Kualitas Sanitasi Lingkungan pada Masyarakat Pulau di Kecamatan Pulau Ende Kabupaten Ende Provinsi Nusa Tenggara Timur. Repository UGM. 2017 h.33

15. Purwaningrum, SW, Rini, TS, Saurina N. Hubungan Tingkat Pengetahuan, Sikap dengan Perilaku Warga dalam

Pemenuhan Komponen Rumah

Sehat. Jurnal Kesehatan Masyarakat.

2018. 12(1) h. 4

16. Notoatmodjo, Soekidjo. Ilmu Perilaku

Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta, 2010.h.23

17. Notoatmodjo, Soekidjo. Promosi

Kesehatan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta, 2012. H. 56-58.

(14)

Gambar

Tabel 2. Karakteristik Pengelola
Tabel 4. Sanitasi dan Higiene  Pengelola  Variabel  n  %  Pengetahuan Sanitasi  Kurang Baik  41  26.3  Baik  23  14.7  Perilaku Sanitasi  Kurang Baik  31  19.9  Baik  33  21.2  Sikap Sanitasi  Kurang Baik  31  19.9  Baik  33  21.2  Perilaku Sanitasi  Kuran
Tabel 6. Uji Multivariat

Referensi

Dokumen terkait

Pemberian pelayanan informasi tentang data obat, data supplier, data konsumen, data golongan serta pembuatan laporan yang dalam kenyataannya masih menggunakan

Guru perlu mengerti tentang pentingnya peta konsep dalam proses belajar dan memberi kesempatan kepada siswa untuk mengingat kembali tentang apa saja yang mereka

”Windor GlassCo”, merupakan suatu perusahaan kaca yang memproduksi kusen alumunium dan kusen kayu dengan berbagai ukuran. Untuk menghasilkan produk itu diperlukan 3 macam

Perilaku tidak menggunakan kondom pada pria pelanggan pekerja seks lebih banyak pada pria tidak kawin, berumur ≥ 41 tahun, berpendidikan SD, bekerja sebagai buruh

Dari hasil penelitian menunjukkan pengetahuan suami sesudah diberikan pendidikan kesehatan MOP paling paling banyak adalah kategori baik yaitu sejumlah 13

[r]

Selaku Kepala SMA Yuppentek 1 Tangerang yang telah memberikan kesempatan, motivasi, arahan, bimbingan dan semangat untuk studi yang dengan rasa kekeluargaan yang sangat mendalam

Dalam kepentingan yang lebih teknis, banjir dapat di sebut sebagai genangan air yang terjadi di suatu lokasi yang diakibatkan oleh : (1) perubahan tata guna lahan di Daerah