• Tidak ada hasil yang ditemukan

WahyuMemandu Ilmu

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "WahyuMemandu Ilmu"

Copied!
603
0
0

Teks penuh

(1)

Pandangan

K e i l m u a n U I N

Wahyu Memandu Ilmu

(2)

Perpustakaan Nasional RI : Katalog Dalam Terbitan (KDT) Tim Editor,

PANDANGAN KEILMUAN UIN : Wahyu Memandu Ilmu / cet.1 - Bandung: Gunung Djati Press, 2006

xvi + 400 hlm : 17 x 24 cm

PANDANGAN KEILMUAN UIN : Wahyu Memandu Ilmu Oleh : Tim Editor Cetakan I, Januari 2006 Hak Cipta pada : UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Diterbitkan oleh GUNUNG DJATI PRESS Bandung JI. A.H. Nasution No. 105 Bandung

Copyright 2006 GUNUNG DJATI PRESS Hak cipta dilindungi undang-undang

All right reserved

Disain sampul & tata letak : Pepen Noor Bintang Isi di luar tanggung jawab percetakan Dago 300, 11. Ir. H. Juanda No. 300

(3)

Telp. (022) 70177283 ISBN 979-9263-31-10

(4)

TIM EDITOR

Pandan

gan

K e i l m u a n I I I N

Wahyu Memandu

Ilmu

(5)

GUNUNG DJATI PRESS 2006

(6)

PENGANTAR EDITOR

Puji syukur yang sa:tgat mendalam kami panjatkan kehadirat Allah Swt., berkat rahmat

dan hidayah-Nya hingga buku PANDANGAN

KEIIJV[UAN UIN, Wahyu Memandu Ilmu dapat

diterbitkan yang merupakan produk KONSORSIUM BIDANG II-MU UIN Sunan Gunung Djati Bandung. Salah satu mandat dari Rektor kepada Konsorsium ini

ialah melakukan kajian-kajian dalam rangka

menyiapkan konsep-konsep untuk memenuhi kebutuhan lembaga pendidikan tinggi negeri Islam, atas dasar perubahan status LAIN menjadi UIN.

Kini segenap civitas akademika Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Gunung Djati Bandung semakin menyadari akan perlunya menjadikan lembaga pendidikan tinggi ini sebagai avant-garde perubahan kehidupan masyarakat yang lebih bermakna dan beimartabat sesuai dengan dinamika keislaman, kemoderenan, dan keindonesiaan yang diridhai Allah Swt. Kesadaran itu, tampaknva, telah menemukan momennva yang sangat tepat bersamaan dengan peralihan status lembaga pendidikan tinggi negeri Islam ini dari institut menjadi universitas. Perubahan status ini membawa implikasi yang sangat luas terhadap kegiatan akademik di lembaga pendidikan tinggi Islam ini yang berpusat pada visi utamanya sebagai perguruan tinggi yang menjadi pusat (center

of excellence) dalam menghasilkan saran yang memiliki al-ak,blak al-karimah, kearifan .spiritual, keluasan ilmu, dan kematangan pro fesional.

Menyadari pentingnya mempertahankan dan mengembangkan almamater yang sudah memberi kontribusi besar terhadap pembinaan sumberdava manusia khususnya dalam melahirkan pemikir-pemikir

(7)

muslim di Republik Indonesia ini, maka peralihan statusnya menjadi universitas menjadi momentum yang sangat penting bagi manajemen dan segenap civitas academica UIN Sunan Gunung Djati untuk mengayunkan langkah lebih cepat (singkil) dan bekerja keras menuju terwujudnva lembaga pendidikan tinggi negeri Islam yang memiliki dava swing tinggi seiring dengan kemajuan ilmu dan teknologi.

Bertitik tolak dari optimisme ini, maka pekerjaan pertama yang

(8)

Vl Pandangan Keilmuan UIN

hams diselesaikan oleh Konsorsium Bidang Ilmu UIN sebelum dan setelah resmi menjadi universitas adalah merumuskan Pandangan Keilmuan yang menjadi dasar penyelenggaraan kegiatan akademik di lembaga pendidikan LIN ini. Landasan ini sangat penting untuk menentukan wilayah kajian yang menjadi pusat perhatian (concern) utama UIN ini sehingga memiliki ciri khas tersendiri yang membe-dakannya secara jelas dengan lembaga pendidikan tinggi umum lainnya di Indonesia khususnya dan bahkan di dunia Internasional.

Universitas Islam Negeri ini disebut khas karena paradigma kelimuan yang dikembangkannya tampak berbeda dengan perguruan tinggi umum. Penyebutan nama Islam pada UIN, bukan sekedar identitas yang membedakannya dari universitas umum, melainkan karena paradigma keilmuan yang dianutnya. UIN ini ingin mengaktualisasikan sifat universalitas ajaran Islam yang tidak mengenal clik6fomi antara ilmu ilmu umum dan ilmu agama. Pemahaman terhadap dikotomi keilmuan itu sekalipun telah digugat oleh para pendukungnya sencliri, ternyata hingga kini masih sulit dihilangkan. Padahal dalam visi Keilmuan Queaniyyah dan Kawniyyah, tidak dikenal adanya dikotomi ilmu agama dan ilmu umum. Atas dasar pcmikiran ini, kehadiran UIN Sunan Gunung Djati diharapkan secara nvata memberi warna universalitas ajaran Islam dan sekaligus menghilangkan pandangan dualisme kelimuan. Buku ini sengaja disusun untuk memberikan gambaran bagaimana proses mencari dan menentukan wilayah kajian yang menjadi concern utama UIN Sunan Gunung Djati setelah menjadi universitas yang tetap rnengemban fungsi utamanya sebagai lembaga pendidikan tinggi agama Islam. Konsorsium UIN Sunan Gunung Djati berusaha menghimpun gagasan-gagasan konstruktif

(9)

dari berbagai pemikir yang ahli dalam bidang mereka masing-masing. Sebagian dari gagasan tersebut telah dikaji secara cermat dalam Seminar, Lokakarya

(Workshop), Forum Diskusi Terbatas, konsultasi

dan pendalaman dari berbagai pcngalaman yang dilakukan UIN Jakarta, Yogyakarta, Malang, Riau dan Makasar.

Gagasan-gagasan yang dikemukakan oleh para pembicara dalam seminar, lokakarya atau diskusi terbatas tersebut, sebagaimana tertuang dalam makalah mereka masing-masing, sengaja dimuat dalam

(10)

Pengantar Editor VII buku ini untuk memberi kesempatan kepada pihak-pihak yang ingin mengetahui bagaimana pergumulan pemikiran yang berkembang di kalangan warga civitas academica LAIN/UIN Sunan Gunung Djati, khususnva para dosen lembaga pendidikan ini, menyangkut konstruksi fundamental bangunan keilmuan yang hendak dikembangkan di lembaga ini menyusul perubahannya menjadi sebuah universitas.

Sebagian isi buku ini berasal dari makalah-makalah yang telah dipresentasikan dalam seminar, lokakarya maupun rangkuman diskusi terbatas sesuai dengan tema kajian yang diperlukan. Sebagiannya diambil tulisan para ahli dalam bidang masing-masing, baik berupa buku maupun jurnal ilrniah untuk melengkapi berbagai ide yang sempat mengemuka dalam seminar, lokakarya tetapi tidak terakomodasi secara memadai dalam tulisan para pemakalah dalam forum tersebut. Tambahan ini selain dimaksudkan untuk melengkapi bahasan seputar paradigma keilmuan yang menjadi perhatian utama sistem penyelenggaraan kegiatan akademik UIN Sunan Gunung Djati, juga dimaksudkan untuk memberi kesempatan lebih luas kepada kalangan dosen baik UIN maupun lainnva untuk ikut menyumbangkan gagasan mereka sebagai bentuk tanggung jawab mereka menjadikan UIN sebagai pesat kajian Islam yang mampu melahirkan sarjana muslim seperti yang dicita-citakan itu.

Kehadiran buku ini diharapkan dapat memperkava wacana seputar paradigma keilmuan Islam yang selama ini banvak mengundang pertanyaan menyangkut baik substansi ilmu-ilmu keislaman sebagai disiplin ilmu yang mandiri maupun

peran ilmu-ilmu keislaman dalam mendorong

kemajuan peradaban dan kebudavaan umat manusia berhadapan dengan kemajuan ilmu-ilmu

(11)

sekuler (umum) yang semakin pesat. Tentu saja buku

ini "tak memadai" untuk mampu menjawab

pertanyaan-pertanyaan besar di atas. Namun demikian, buku ini setidaknya dapat mengisi celah yang kosong dalam pembahasan tentang persoalan-persoalan utama yang perlu diluruskan dalam dunia pendidikan, yakni bahwa ilmu atau sains perlu dikembangkan terus-menerus secara benar dan dimanfaatkan secara benar pula agar dapat memberi manfaat sebesar-besarnya bagi kehidupan manusia seluruhnya. Untuk mewujudkan hal ini maka ilmu dan agama harus bersinergi secara harmonic. Ikhtiar ke arah sinergi

(12)

Viii Pandangan Keilmuan UIN

ilmu dan agama inilah yang menjadi sajian utama buku ini.

Buku ini merupakan hasil dari kerja keras berbagai pihak yang hermula dari ide Rektor UIN Sunan Gunung Djati untuk menghimpun pikiran-pikiran tentang pandangan keilmuan yang menjadi ciri khas lembaga UIN ini. Keinginan beliau yang sangat besar untuk menerbitkan buku ini dibuktikan dengan kesedian beliau menulis pengantar sekaligus juga rnenyumbang makalah kunci yang kemudian menjadi salah satu bagian dari buku ini. Atas dasar ini maka tim editor inenyampaikan pengharga.an dan ucapan terima kasih yang sebesarbesamya.

Dukungan yang tidak ternilai dari berbagai pihak yang menjadikan usaha penerbitan buku ini sebagai salah satu agenda penting daiam rangka perubahan IAIN menjadi UIN sudah scpatutnya mendapat ucapan terima kasih sebanyak-banyaknya.

Semoga buku ini memberi manfaat bagi para pembacanya.

(13)

Bandung, Januari 2006 Tim Editor

(14)

KATA PENGANTAR

Karakteristik trans formasi ke arah pengembangan IAIN menjadi UIN Sunan Gunung Djati Bandung dan mencanangkan Research University,, langkah

pertama yang dilakukan adalah usaha pembinaan atmosfir akademik dari teaching university pada

research universi). Para dosen dan mahasiswa diharapkan hidup dan belajar dalam lingkungan yang mendukung terwujudnya suasana kehidupan yang luput dari sekat-sekat pikiran non-akademik. Konsorsium Bidang Ilmu UIN telah mengupayakan hasil kajian tentang Epistemologi Keilmuan UIN yang menjadi landasan pengembangan keilmuan, kurikulum, dan proses pembelajaran sehari-hari. Muatan dan cakupan kajian yang termuat dalam buku ini meliputi aspek-aspek sains, ilmu sosial, dan humaniora, di samping pembo-botan aspek kajian bernuansa agama serta muatan nilai-nilai, bahkan dengan pengayaan dari warisan kebudayaan dan peradaban masa lalu Islam mencakup apa yang disebut Islamic Culture and Civilization. Kompilasi makalah-makalah para pakar ini merupakan himpunan dari hasil forum Konsorsium melalui seminar, diskusi panel, lokakarya, maupun dialog terbatas, hasilnya kami anggap sangat berbobot sesuai dengan harapan.

UIN Sunan Gunung Djati Bandung masa mendatang harus melengkapi dirinya dengan suatu "Sistem Basis Data Pengetahuan" yang kosmopolit, netral, tanpa sekat-sekat aliran atau mazhab

Dengan basis data demikian, UIN diharapkan dapat berfungsi betul-betul sebagai pelayan yang menyediakan suatu yang dibutuhkan dan diharapkan masyarakat. Pendekatan demikian akan memberi akses terhadap perkembangan kemajuan umat dalam proses

(15)

penciptaan dan pengembangan ilmu pengetahuan agama, sains, teknologi dan seni pada lingkup akademik yang lebih luas.

Tentu saja, UIN harus ditopang oleh adanya modus dan manajemen, serta SDM yang semakin handal. Saat ini pemanfaatan teknologi komunikasi dan informasi menjadi suatu keniscayaan.

Penyelenggaraan e-learning dengan

mempertimbangkan agama dalam pengembangan keilmuannya akan menjadi suatu keniscayaan dan

(16)

X Pandangan Keilmuan UIN

diupayakan agar ilmu pengetahuan agama Islam bisa diakses oleh setiap yang membutuhkannya setiap saat dan di mana saja.

Konsorsium Bidang Ilmu UIN Sunan Gunung Djati ini sudah menunjukkan karya yang signifikan bagi keperluan pengembangan keilmuan Isla.mi secara integratif holistik, sebagaiinana langkah pengembangan UIN ke depai, r—T-fla (a motor penggerak

pengembangan akademik UIN Sunan Gunung Djati adalah Konsorsium ini. Upaya ke arah pendekatan integratif-holistik dalam pengembangan keilmuan UIN tersebut sebagai upaya menjembatani dikhotomi ilmu-ilmu umum dengan agama. Apabila hal itu tercapai, pada akhirnya UIN Sunan Gunung Djati Bandung kiranya bisa mengantarkan alumninya menjadi sarjana yang merniliki keagungan akhlak, kearifan spiritual, keluasan ilmu, dan kematangan profesional._

Para pakar telah menyampaikan pokok-pokok pikirannya dengan terbuka, bebas, dan responsif amat memuaskan, hingga forum konsorsium bisa mengambil pokok-pokok pikiran bernas itu guna membangun basis epistemologi keilmuan UIN, sebagai upaya integrasi ilmu dan agama, antara paradigma ayat-ayat Qur'aniyyah dan Kauniyyah.

Civitas Akademika Universitus Islam Negeri (UIN) Sunan Gunung Djati Bandung selayaknya bersyukur bahwa perubahan IAIN menjadi UIN yang ditetapkan berdasarkan SK Presiden No 57 Tahun 2005, tertanggal 10 Oktober 2005, bisa berjalan dengan baik dan lancar. Proses perubahan JAIN menjadi UIN yang berjalan mulus ini, berkat kerja sama semua pihak, khususnya antar civitas akademika yang saling mendukung. Melihat apa yang dilakukan seluruh civitas akademika dalam mengupayakan perubahan ke UIN tersebut, nampak jelas bahwa yang dicita-citakan bukanlah sekedar

(17)

mengubah nama, yang lebih penting dari itu, mengubah paradigma keilmuan yang sesuai dengan perkembangan dan tuntutan zaman. Gedung-gedung baru yang lebih representatif memang hams dibangun, peralatan dan media pendidikan yang barn harus diadakan, tetapi itu semua bersifat suplementer, yang lebih substantif lagi adalah membangun paradigma barn keilmuan UIN.

Isi kandungan buku ini telah memetakan kembali paradigma keilmuan baru yang integratif dan holistik, kemudian dielaborasi dalam

(18)

Kota Pengantar

filosofi Roda selaras dengan pendekatan integratif dan holistik itu, bagaimana filosofi Roda itu bisa menjadi landasan pengembangan kurikulum dan silabinya, proses pembelajaran dan penilaian, serta menjadi pedoman adrninHTrasi akademiknya. Tindak lanjutnya, isi buku ini selayaknya dijadikan acuan bagi para dosen dan civitas akademika seluruh fakultas, jurusan, dan program studi, hingga UIN Sunan Gunung Djati Bandung memiliki kesamaan visi dalam mengembangkan misi keilmuan, sekaligus menjadi potensi kekuatan yang dimiliki UIN dalam membangun peradaban Baru menuju masyarakat madani yang damai dan dinamis.

Kendati dalam menggarap karya seperti ini telah menyita waktu, tenaga, pikiran, biaya dengan proses yang panjang, namun tentu saja dalam bagian-bagian tertentu tak luput dari ketidaksempurnaan, masib banyak yang hares diperbaiki, dirumuskan, dan dikembangkan. Karena itu kritik dan saran dari semua pihak sangat diharapkan demi penvempurnaan esensi dan substansinva.

Kita semua berharap agar cita-cita UIN mewujudkan center for excellence dalam bidang pengembangan keilmuan dan keislaman yang integratif-holistik dapat segera terwujud. Buku ini sebagai master perlu kita rujuk bersama dengan kesediaan para dosen dan rnahasiswa, juga khalavak pembaca untuk secara kritis menvemputnakan berhagai kekurangannya. Semoga ridha Allah Swt. menyertai amal usaha kita. Amin.

(19)

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG Rektor,

Prof. Dr. H. Nanat Fatah Natsir, MS. NIP. 150 189 152

(20)

DAFTAR ISI

Pengantar Editor — v Kata Pengantar — ix Daftar Isi xiii

BAGIAN I : KERANGKA DASAR KEILMUAN • Merumuskan Landasan Epistemologi

Pengintegrasian Ilmu Qur'aniyyah dan Kawniyyah Nanat Fatah Natsir — 1

• Filsafat Pengetahuan Islami Ahmad Tafsir — 17

• Universitas Islam Negeri Mengintegrasikan Ilmu (Sains Tauhidullah)

Juhaya S. Praja — 91

• Kelanjutan dari Integrasi Ulumuddunya dan Ulurnuddin Herman Soewardi — 113

• Pengetahuan Wahyu dan Integrasinya dengan Sains Pada UIN A. Hidayat — 123

• Hubungan Organik Ilmu dan Iman dalam Islam Nurcholish Madjid — 147

• Epistemologi Akal Arab Ahmad Hasan Ridwan — 167

• Merajut Kembali Ikatan Esensial Ilmu-ilmu Keislaman Melalui UIN

A. Darun Setiady 203

BAGIAN II : VISI, MISI DAN TUJUAN • Filosofi Berdirinva Universitas Islam Negeri (UIN) Fisher Zulkarnain — 219

(21)

XiV Pandangan Keilmuan UIN

• Apresiasi Terhadap Visi Integrasi

Keilmuan UIN Rochmat Mulyana — 223

Visi, Misi dan Strategi

Pengembangan UIN Iskandar Engku

—, 227

BAB III : LANDASAN PENGEMBANGAN KURIKULUM

• Integrasi Ilmu Agama dalam Sistem Kurikulum UIN Rachmat Syafe'i — 241

• Kerangka Keilmuan UIN SGD Bandung

A. Djazuli — 249

• Posisi dan Kontribusi Ilmu dalam Kehidupan Manusia

Cik Hasan Bisri — 253

• Epistemologi Tafsir Emansipatoris Dalam Kerangka Keilmuan UIN

Chozin Nasuha — 281

• Prinsip Epistemologi Qur'ani (Upaya Reintegrasi Ilmu Agama dan Ilmu Umum)

Ali Masrur Abdul Ghaffar — 307

• Paradigma Keilmuan UIN : Re-Integrasi Koherensi Ilmu dengan Aktualitas Kehidupan

Ahmad Zayadi — 311

• Pendapat Para Ahli Sekitar Integrasi Ilmu-ilmu Agama dan Ilmu Umum

M. Subandi — 317

• Model Ilmu Kependidikan UIN

E. Koswara 325

• Epistemologi Hadits : Al-Takhrij Sebagai Metode

Studi Hadits

(22)

• Integrasi Ilmu Umum Dengan Ilmu Agama

(23)

Daftar lsi XV

• Argumen Filosofis dan Paradigma Keilmuan Bahasa Arab M. Salim Umar — 361 • Integrasi Sosiologi Wardi Bachtiar — 367 • Sosiologi Untuk UIN Mudor Effendi — 379

• Pohon Ilmu Dakwah Islam : Reformulasi Disiplin dan Subdisiplin Bidang Ilmu Dakwah

(24)

24 Pandangan Keilmuan UIN

MERUMUSKAN

LANDASAN EPISTEMOLOGI

PENGINTEGRASIAN ILMU QUR'ANIYYAH

DAN KAWNIYYAH

Nanat Fatah Natsirt

A. Pendahuluan

Pada zaman klasik, Islam telah melahirkan peradaban Islam yang in* sehingga pada saat itu peradaban Islam menguasai peradaban dunia yang disebabkan terintegrasi dan holistiknya pemahaman ulama terhadap ayat-ayat qur'aniyyah dan ayat-ayat kawniyyah. Oleh karena itu, tidak ada dikhotomi antara ilmu-ilmu agama dan ilmu-ilmu umum, kalaupun ada dikhotomi sebatas pengklasifikasian ilmu saja, bukan berarti pemisahan. Ia tidak men • in • kari .• - • validitas dan status ilmiah masin•masin

-• . - • •1 - _

CB •

rseb t Seperti yang pernah dilakukan oleh Al Ghazali (W. 1111) dan Ibn Khaldun (W. 1406). Al-Ghazali dalam kitabnya Ihya' al-Ulum Ad-Din menyebut kedua jenis ilmu tersebut sebagai ilmu gar'iyyah dan ghair ,ryar'iyyah (AlGhazali 17). Ilmu

Diar'iyyah sebagai fardu bagi setiap muslim untuk menuntutnya dan ilmu glair gar'ilyah sebagai ilmu fardu

kilayah. Sementara Ibn Khaldun menyebut keduanya

sebagai al-nagliyah dan al-ulum al-aq4ah (Ibn Khaldun : 1981:342-343). Al-Ghazali dan Ibn Khaldun menggunakan konsep ilmu yang integral dan holistik dalam fondasi tauhid yang menurut Ismail al-Faruqi

(25)

sebagai esensi peradaban Islam yang menjadi pemersatu segala keragaman apapun yang pernah diterima Islam dari luar. (al-Faruqi, 1986: 73). Dikhotomi yang mereka lakukan hanyalah sekedar penjenisan bukan pemisahan apalagi penolakan validitas yang satu terhadap yang lain sebagai bidang

' NANAT FATAH NATSIR, Drs., MS., Dr., Prof.,

(26)

26 Pandangan Keilmuan UIN

disiplin ilmu. Akibatnya pada zaman klasik Islam tidak terdapat dualisme sistem pendidikan. Pada saat itu, tidak ada madrasah atau universitas hanya memberikan pelajaran dalam ilmu umum dan tidak ada madrasah atau universitas yang hanya mengajarkan ilmu-ilmu agarna. Madrasah dan universitas kurikulumnya terintegrasi dan holistik mencakup ilmu-ilmu agama dan umum.

Ketika Et-nu-Emu sekuler posivistik diperkenalkan

ke dunia Islam lewat imperialisme Barat, terjadilah dikhotomi yang sangat ketat antara ihnu-ilmu agama sebagai yang dipertahankan dan dikembangkan ria

lam lembaga-lembaga pendidikan Islam pesantren di satu pihak dan ilmu-ilmu umum sekuler sebagaimana diajarkan di sekolah-sekolah umum yang diprakarsai pemerintah di pihak lain. Dikhotomi ini menjadi

sangat tajam, karena telah

terjadineagingliatarlaadapi ter valaitas dan status ihniah yang satu atas van lain. Di sekolah-sekolah umum, kita masih mengena pemisahan yang ketat antara ilmu-ilmu urnum, seperti fisika, matematika, biologi, sosiologi dengan ilmu-ilmu agama, seperti tafsir, hadits, filth dan lain-lain, seakan-akan muatan religius itu hanya ada pada mata pelajaran-mata pelajaran agama sementara ilmu-ilmu umum semuanya dan netral dilihat dan sudut agama. Oleh karena itu perlu dilakukan upaya-upaya untuk mengintegrasikan ilmu-ilmu agama dan ilmu-ilmu urnum dalam suatu sistem pendidikan yang terpadu maka transformasi IAIN menjadi UIN pada dasarnya dalam upaya memadukan atau mengintegrasikan ilmu agama dan ilmu umum dalam satu sistem pendidikan.

B. Transformasi IAIN Sunan Gunung Djati menjadi UIN

Jauh menengok ke belakang, pencanangan dan rancangan IAIN menjadi UIN diawali ketika IAIN Sunan Gunung Djati mengajukan usulan pembukaan prodi-prodi urnum kepada Departemen Pendidikan Nasional, sebagai persyaratan yang hares dipenuhi sesuai dengan PP. 60/1999, IAIN Sunan Gunung Djati sebenarnya telah rnemenuhi persyaratan akademik dan administratif sebagai Universitas. Oleh karenanya, berbagai penyempurnaan proposal dan proses

(27)

penelitian berkas usulan pembukaan program studi umum oleh Direktorat Pendidikan Tinggi Pendidikan Nasional hingga selesai dan berakhir dengan ditandatanganinya Keputusan Bersama Mendiknas dan Menag.

(28)

Nanat Fatah Natsir 3

Tentunya berbagai rekomendasi dari instansi terkait dalam berbagai forum seperti Ortala (Organisasi dan Tata Laksana) yang melibatkan Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara (Menpan), Departemen Agama, Departemen Keuangan, Bappenas, dan lain-lain di Jakarta untuk membahas lebih lanjut usuLan dari IAIN Sunan Gunung Djati Bandung, dari waktu ke waktu terus diupayakan agar IAIN segera diresmikan menjadi UIN dengan penuh liku-liku perjuangan dan perdebatan, hingga berakhir dengan ditetapkannya IAIN Sunan Gunung Djati menjadi UIN Sunan Gunung Djati Bandung, berda-sarkan Peraturan Presiden RI. Nomor 57 Tahun 2005 tertanggal 20 Oktober 2005.

Sejak IAIN merumuskan untuk

mengembangkan dirinya menjadi UIN, banyak pertanyaan yang sangat kritis, mengapa IAIN hams berubah. Berbagai jawaban, komentar dan kritik pro-kontra telah mewarnai perjalanan IAIN ketika diajukan untuk diubah jadi UIN. Berbagai jawaban yang bernada penuh kekhawatiran dan pesimisme hingga yang optimisme yang membuka peluang dan harapan baru pun muncul. Media massa pun tak ketinggalan untuk terus memberi support tentang apa dan bagaimana sebenamya yang terjadi di lingkungan PTAI di negeri ini.

Kalau direnungkan secara mendasar bahwa setiap terjadi proses "perubahan", kekhawatiran dan

kecemasan, antara pesimisme dan optimisme tidak bisa ditutup-tutupi. Sebelum Senat Institut menye-tujui konversi IAIN ke UIN, kekhawatiran dan kecemasan tampak dalam diskusi Sidang Senat dan lebih-lebih di luar forum sidang Senat.

Cerita panjang yang tidak kalah menarikdlikuti adalah bagaimana pengajuan proposal untuk

(29)

menweroleh perubahan status yang melewati berbagai pihak seperti Departemen Agama, Bappenas, Departemen Keuangan, Departemen Kehakiman dan HAM, dan Setneg sendiri. Perbaikan proposal terdahulu hingga penyempurnaan akhir dilakukan terus menerus. Proses panjang tersebut menjadi bagian yang tak tergambarkan di sini, namun menjadi dinamika tersendiri bagi seluruh civitas akademika untuk melakukan upaya penguatan peran UIN sejak ditetapkannya ke depan.

Dalam konteks perubahan status menjadi UIN, Islam masih tetap menjadi tugas utama. Main mandate-nya tidak boleh dan tidak perlu

(30)

digeser oleh Vidermandate-rya. Hanya saja kualitas dan koleksi perpustakaan, buku literatur yang digunakan, jaringan kelembagaan, pengembangan metodologi pengajaran dan penelitian serta mentalitas keilmuan para dosen dan mahasiswanya perlu memperoleh titik fokus penekanan yang lebih daripada sebelurnnya sesuai dengan kultur akademik yang ada pada universitas. Inilah tantangan bagi kita untuk melakukan

pembenahan secara menyeluruh dan

memerlukan dukungan berbagai pihak guna mencapainya.

IAIN memiliki lima fakultas (Fakultas Adab, Dakwah, Syariah, Tarbiyah, Ushuluddin), sejak sernula berdiri (1968-2005) memang telah dengan sengaja dibina, dipelihara, dibesarkan, dikembangkan secara terus-menerus. Sampai sekarang, masing-masing fakultas telah mempunyai sejumlah tenaga pengajar yang cukup kuat, dan dosendosen tetap bergelar magister dan doktor yang cukup memadai. Usaha untuk mengembangkan tenaga pengajar yang sudah ada tetap berlangsung hingga sekarang, baik ke luar negeri maupun di dalam negeri. Untuk itu, kekhawatiran akan termarginalisasikannya lima fakultas yang ada sekarang tidak cukup beralasan. Bahkan dalam rangka konversi ke UIN, kelima fakultas yang ada terus diperkuat dengan standar metodologi dan epistemologi bare yang selevel dengan pendidikan, pengajaran, dan penelitian di universitas pada umumnya dengan berbagai penyesuaian di sana-sini (akan diuraikan lebih lanjut) sehingga mempunyai days tawar keluar yang lebih bagus dan kompetitif.

Dal= rancang bangun, fakultas yang berada di bawah UIN nantinya akan mengalami perubahan sesuai dengan prinsip dasar "Miskin struktur, kaya

(31)

fungsi" seperti yang diminta oleh Kementerian Pendidikan Nasional saat memverifikasi prodi-prodi umum yang diusulkan untuk dibuka di UIN Sunan Gunung Djati dan deputi Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara (MENPAN) saat melakukan rapat inter departemental untuk rnembahas draft rancangan Keputusan Presiden. Dalam diskusi forum think tank IAIN yang melibatkan seluruh pimpinan fakultas dan insdtut dan para pakar di IAIN sampai pada kesimpulan bahwa untuk memperkuat fakultas agama yang ada di UIN adalah dengan cam memadukan fakultas agama yang ada dengan kelompok ilmu atau program studi ilmu-ilmu sosial dan humaniora pada fakultas-fakultas yang ada sekarang ini.

(32)

Nana!' Fatah Natsir 5

C. Pandangan Keilmuan UIN: Wahyu Memandu Ilmu

Firman Allah Swt dalam AI-Qur'an : Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi dan silih bergantitya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, yaitu orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaaan berbaring, dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi senga berkata : Ya Tuba,: kami, tidaklah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Mahasad Engkau, maka peliharalah kami dari siksa api neraka (QS. All Inman : 190-191).

Dan Aku tidak menciptakan fin dan Manusia melainkan supaya menyembah-Ku (QS. Adz Zariyat : 56).

Dalam upaya integrasi ilmu agama dan ilmu umum UIN Sunan Gunung Djati Bandung, di bawah ini

digambarkan dengan metafora RODA: 32 Pardangan Kelimuan U!N

(33)

Bagaimana ilustrasi filosofi RODA ini yang sekaligus menandai adanya titik-titik persentuhan, antara ilmu dan agama. Artinya, pada titik-titik persentuhan itu, kita dapat membangun juga kemungkinan melakukan integrasi keduanya. Bagaimana pula dengan pandangan mengenai ilmu. Dalam teori ilmu (theory of knowledge), suatu pembagian yang amat populer untuk memaharni ilmu adalah pembagian menjadi

(34)

34 Pandangan Keilmuan UIN

bidang bahasan ontologi, epistemologi, dan aksiologi. Maka lokus pandangan keilmuan UIN Sunan Gunung Djati Bandung yang utuh itu dibingkai dalam metafora sebuah roda. Roda adalah simbol dinamika dunia ilmu yang yang memiliki daya berputar pada porosnya dan berjalan melewati relung permukaan bumf. Roda adalah bagian yang esensial dari sebuah makna kekuatan yang berfungsi penopang beban dari suatu kendaraan yang bergerak dinamis.

Fungsi roda dalam sebuah kendaraan ini diibaratkan fungsi UIN Bandung pada masa mendatang yang mampu menjadi sarana dalam integrasi antara ilmu dan agama dalam konstalasi perkembangan budaya, tradisi, teknologi dan pembangunan bangsa sebagai tanggungjawab yang diembannya. Kekuatan roda keilmuan UIN Bandung ini dapat memacu kreativitas untuk melihat kitab suci sebagai sumber ilham keilmuan yang relevan dengan bidang kehidupan secara dinamis. Karenanya, agar ilmu dan agama mampu selalu mentransendesi dirinya dalam upaya memajukan keluhuran budaya, kelestarian tradisi, penguasaan teknologi dan pembangunan bangsa seining dengan perubahan global dalam kerangka memenuhi kepentingan kognitif dan praktis dan keduanya.

Metafora roda sebagai komponen vital sebuah kendaraan melambangkan kesatuan utuh dad unsur-unsur yang paralel saling menguatkan dan menserasikan. Secara fisik sebuah roda adalah bagian as (tarns), velg (dengan jari-jarinya) dan ban lux. (ban karet). Tiga bagian ini bekerja simultan dalam kesatuan yang harmonis, yakni tata kerja roda. Fungsi roda sebagai penopang beban memiliki cara kerja yang unik yang paralel sating menguatkan dan menserasikan. Ketika roda itu berputar, maka komponen-komponen yang melekat padanya ikut

(35)

bekerja sesuai dengan fungsinya. Jika dihampiri ilustrasi itu antara ilmu dan agama dengan berbagai cara pendekatan dan pandangan, tampak tidak saling menafikan, melainkan bisa sating mengoreksi dan memperkaya.

Metafora filosofi pengembangan sistem kerja dan semangat akademik UIN Sunan Gunung Djati Bandung di masa depan mengacu pada rincian "Filosofi Roda" ini sebagai berikut.

Pertama, as atau pours roda melambangkan titik sentral kekuatan akal budi manusia yang bersumber dari nilai-nilai ilahiyah, yaitu Allah

(36)

Nanat Fatah Natsir 36

sebagai sumber dari segala sumber. Titik sentral ini mencerminkan pusat pancaran nilai-nilai keutamaan yang berasal dari pemilik-Nya (Allah Swt), sekaligus titik tujuan seluruh ikhtiar manusia. Dengan kata lain tauhidullah sebagai pondasi pengembangan seluruh ilmu. Sebab itu, ibarat gaya sentrzfugal (gaya dari dalam

menuju luar) yang terdapat dalam putaran roda, pancaran semangat inilah yang di isi nilai-nilai ilahiyah menjadi sumbu kekuatan utama dalam proses integrasi keilmuan UIN. Dari titik inilah paradigma keilmuan UIN berasal, meskipun dalam perkembangannya dalam dunia ilmu ternyata tak sepenuhnya ditentukan oleh argumentasi-argumentasi logis, tetapi banyak pula dipengaruhi unsur sosiologis dan psikologis dengan menampakkan keragaman bentuk yang berbeda dan problematik.

Poros roda melambangkan titik inti pencapaian tujuan akhir. Ibarat gaya sentripetal (gaya dari luar menuju

dalam) pada sebuah roda yang berputar, mencerminkan identitas keilmuan UIN Sunan Gunung Djati Bandung yang dinamik pada derajat kedalaman tertentu merupakan hasil pengujian dengan kebenaran hakildnya yang lebih komprehensif dan menyentuh inti kehidupan yang bersumberkan pada nilai-nilai ilahiyah. Kurikulum yang dikembangkan ke arah penemuan (invention) dan

pewarisan (discovery) khazanah keislaman merupakan

hakikat ilmu pengetahuan dalam upaya integrasi keilmuan UIN Sunan Gunung Djati Bandung.

Karena itu, pros roda melambangkan titik awal

sekaligus titik akhir dan upaya integrasi keilmuan UIN Sunan Gunung Djati Bandung. Proses integrasi_ keilmuan UIN Sunan Gunung Djati Bandung mengsdepankan corak nalar rasional dalam menggali khazanah ilmu pengetahuan Islam yang bersumlun

_

-wihyu untuk menciptakan hasil kreasi ilmu Islami yang kontemporer, dan corak berfikir kritis dan selektif terhadap ilmu pengetahuan konterrlporer

(37)

Nanat Fatah Natsir 37

yang berkembang untuk menemukan benang emas ilmu pengetahuan dan teknologi dengan nilai-nilai yang Ism aemikian ayat-ayat qur'aniyyah dan ayat-ayat kawniyyaK sebagai sumber ilmu yang terintegrasi dan holistik yang kedua-duanya bersumber dari Allah Swt. sebagai sumber segala sumber kebenaran

• as ran yang sejati. Dua cora . .

-sebuah roda

50.,J

0 1 "1

(38)

38 Pandangan Keilmuan ERN

Kedua, velg roda yang terdiri dari sejumlah jari-jari, lingkaran bagian dalam dan lingkaran luar melambangkan rumpun ilmu dengan beragam jenis disiplin yang berkembang saat ini. Setiap ilmu memiliki karakteristiknya masing-masing yang memudahkan kita untuk membedakan satu dengan yang lainnya. Tetapi dalam perbedaan itu terdapat fungsi yang sama, yakni ilmu sebagai alat untuk memahami hakikat hidup. Selain itu, semua ilmu memiliki fungsi serupa dalam wilayah empirik dan alat untuk memahami realitas kehidupan. Oleh karena itu, walaupun bermacam-macam disiplin ilmu tidak menunjukan keterpisahan, tetapi hanya pengklasifikasian ilmu saja sebab hakekatnya sumber ilmu semua dari Allah Swt.

Metafora velg roda dengan berbagai komponennya persis seperti ciri dan fungsi ilmu tadi. Jari-jari roda ibarat sejumlah disiplin ilmu yang menopang hakekat hidup yang berada pada lingkaran bagian dalam kehidupan kita. Begitu juga, kajian dalam beragam disiplin ilmu dapat menyentuh kehidupan nyata yang berada pada lingkaran luar kehidupan manusia dan alam semesta. Karenanya, ilmu —baik yang berkembang dari ayat-ayat Kawniyyah maupun Qurraniyyah— berada dalam satu kepemilikan, yakni mink Allah Swt, bersumber dari kehendak-Nya dan dimanfaatkan manusia sebagai fasilitas hidupnya.

Metafora velg ini mencerminkan sikap optimisme bahwa integrasi keilmuan UIN Sunan Gunung Djati Bandung sang-at relevan dengan hakikat keterkaitan dan keterikatan ilmu. Ilmu pengetahuan yang satu dengan yang lainnya bekerja sama secara simultan dan holistik guna meno-pang tantangan perkembangan zaman. Disparitas perbedaan dalam satuan wilayah keilmuan UIN Sunan Gunung Djati Bandung yang beraneka warna (colorful) disbanding

(39)

Nanat Fatah Natsir 39

perguruan tinggi lain yang hanya mengungkap ayat-ayat kawniyyah tidak lagi menjadi bagian dikhotomis dalam implementasi proses pendidikannya.

Selain itu, harapan dan optimisme yang tersirat dalam metapora velg sebuah roda tercermin dari dinamika velg yang berputar. Putaran ini melambangkan bahwa setiap ilmu yang dikembangkan di UIN Sunan Gunung Djati Bandung selalu memperluas cakrawala cakupannya. Ilmu-ilmu itu tidak berhenti pada prestasinya yang telah dicapai saat ini, tetapi secara terus menerus melakukan pembaharuan pada dirinya sesuai dengan perkembangan zaman. Dinamika inilah

(40)

40 Pandangan Keilmuan ERN

merupakan titik singgung atau arsiran antar ilmu yang dapat cliternukan secara jelas. Ibarat pergeseran posisi sebuah jari-jari roda yang menyentuh area tempat putaran jari-jari lainnya, ilmu yang satu akan saling mengisi dengan ilmu lainnya atau korelasi.

Ketiga, ban luar yang terbuat dad karet

melambangkan realitas kehidupan yang tidak terpisahkan dad semangat nilai-nilai ilahiyah dan gairah kajian ilmu. Pada sisi luar ban ini dilambangkan tiga istilah, yaitu iman, ilmu dan amal shaleh sebagai cita-cita luhur yang menjadi target akhir dad profil lulusan UIN. Kekuatan iman berfungsi sebagai jangkar yang dipancang kokoh dalam setiap pribadi lulusan UIN Sunan Gunung Djati Bandung. Kekuatan iman ditanamkan melalui suatu upaya pcndidikan yang komplementer, mencakup berbagai ikhtiar untuk membangun situasi kampus yang ilmiah dan religius. Kekuatan ilmu merupakan basis yang dimiliki UIN Sunan Gunung Djati Bandung yang mencerminkan dinamika kampus sebagai zona pergumulan para ilmuwan dan cendekiawan yang dapat tumbuh subur dengan menaruh harapan besar pada pengembangan ilmu pengetahuan yang melahirkan generasi 'aliman. Indikator kesuburan ilmu pada lulusan tidak hanya diukur oleh ciri-ciri kecerdasan nalar, tetapi juga oleh komitmen dalam menggunakan ilmu sebagai pembirnbing tingkah laku yang memilild al-akhlak al-karimah.

Sedangkan amal shaleh sebagai wujud perilaku yang terbimbing oleh iman dan ilmu. Seperti haInya iman dan ilmu, amal shaleh merupakan buah dari proses pendidikan yang dibangun di atas konsep integrasi keilmuan UIN Sunan Gunung Djati Bandung dengan kekuatan energi yang terpancar dad nilai-nilai Ilahi. Amal shaleh pars lulusan benar-benar mencitrakan ketauladanan dan dampak yang

(41)

Nanat Fatah Natsir 41

luas bagi masyarakat yang membutuhkannya. Ibarat sisi luar ban yang menempel pada permu-kaan bumf, amal shaleh ini akan benar-benar teruji dalam realitas kehidupan nyata.

Dasar pembidangan ilmu yang dikembangkan oleh UIN Sunan Gunung Djati Bandung nantinya berorientasi pada usaha memadukan : pertama,

hubungan organis semua disiplin ilmu pada suatu landasan keislaman; kedua, hubungan yang integral diantara semua disiplin ilmu; ketiga, saling keterkaitan secara holistik semua disiplin ilmu untuk mencapai tujuan umum pendidikan nasional;

(42)

42 Pandangan Keilmuan ERN

pengetahuan yang disampaikan berdasarkan ayat-ayat queaniyyah dan kawniyyah menjadi landasan pandangan hidup yang menyatu dalam sate tarikan nafas keilmuan dan keislaman; kelima, kesatuan pengetahuan yang diproses dan cara pencapaiannya dikembangkan secara ilmiah akademis; keenam,

pengintegrasian wawasan keislaman, kemodernan, dan keindonesiaan dalam spesialisasi dan disiplin ilmu rnenjadi dasar bagi seluruh pengembangan disiplin akademis. Semua itu diabadikan untuk kesejahteraan manusia secara bersama-sama yang merupakan tiga komponen utama dari peneguhan iman, ilmu, dan amal shaleh. Dengan ungkapan lain, implementasi

proses belajar rnengajar pada UIN Sunan Gunung Djati Bandung dapat menghasilkan kualifikasi sarjana yang memiliki keagungan al-Akhlak al-Karimah, kearifan spiritual, keluasan ilmu, dan kernatangan Profesional. Bila metafora roda dalam keilmuan UIN dilihat dari sate aspek mata kuliah, maka dapat digambarkan segitiga berikut:

Qur'an Hadits

Filsafat Kealaman, Humaniora dan

Kemasyarakatan

Setelah kita melihat kedua gambar di atas, sebagaimana juga UIN Sunan Kalijaga. Yogyakarta, baik RADA maupun MATA KULIAH, kita melihat

(43)

kemungkinan titik temu antara keduanya. Nantinya lewat temuan-temuan terbarunya, ilmu dapat merangsang agama untuk senantiasa tanggap memikirkan ulang keyaldnankeyaldnannya secara baru dan dengan begitu menghindarkan agama itu sendiri dari bahaya stagnasi dan pengaratan. Di sarnping

(44)

temuan-Nene Fatah Nalsir 11

temuan Iptek pun dapat memberi peluang barn bagi agama untuk makin mewujudkan konsep-konsepnya secara nyata, di sini letaknya peran wahyu memandu ilmu.

Pada dasarnya, ilmu pengetahuan manusia secara umum hanya dapat dikategorikan menjadi tiga wilayah pokok: Natural Sciences, Social Sciences, dan Humanities. Oleh karenanya, untuk pembenan sebuah universitas, Departemen Pendidikan Nasional mensyaratkan dipenuhinya 6 program studi umum dan 4 program studi sosial. Persyaratan ini bagus, tetapi para ilmuwan sekarang mengeluh tentang output yang dihasilkan oleh model pendidikan universitas yang berpola demikian. Sama halnya keluhan orang terhadap alumni perguruan tinggi agama yang hanya mengetahui soal-soal normatif doktrinal agama, tetapi kesulitan rnernaharni empirisasi agama sendiri, lebih-lebih empirisasi agarna orang lain, maka UIN

sebagai jawabannya yang tepat.

D.

Integrasi Epistemologi Ilmu Qur'aniyyah dan Kawniyyah

Integrasi ilmu Queaniatyy_ ilmu Kawniyyah dalam suatu

leirtsgapendidik k a n s a a k e d u . • . • • u s • d a n i l m u u m u m s e k . u l e r , s!yerti yang sedang berjalan selama ini, baik di PTIS rnaupun di TAIN. Karena itu ilmu agama dan ilmu umum berjalan sendiri-sendiri seperrti

tidak ada hubungannya Untuk mencapai tingkat

integrasi epistemologis ilmu agama dan ilmu umum menurut Kartanegara (2005) integrasi harus dilakukan pada level : integrasi ontologis, integrasi klasifikasi ilmu dan integrasi metodologis.

1.

Integrasi Ontologis

Kepercayaan pada status ontologis, atau • I SS

(45)

g-keberadaan objek-objek ilmu pengetahuan akan menjadi basis ontologis dari epistemologis yang akan dibangunnya. Misalnya ketidakpercayaan ilmuwan barat (Laplace, Darwin, Freud, Durkheim dan Mark) terhadap keberadaan metafisik, rnenyebabkan mereka membatasi subject matter ilmu (sains) hanya pada bidang pisik-empiris atau dunia positif (Roslton : 248). Deng-an basis ontologis seperti itu, mereka pun menciptakan Idasifikasi ih-nu dan rnetode keilmuan yang cocok dengan pandangan ontologis mereka (Kartanegara, 210:2005). Sebaliknya, banyak diantara

(46)

46 Pandangan Keilmuen U/N

ilmuwan dan filosof muslim, yang percaya bahwa yang ada, yang rill, bukanlah hanya benda-benda fisik, melainkan juga entitas-entitas metafisik (immateriil). Ini mempunyai status ontologis yang sama kuatnya seperti halnya entitas-entitas fisik. Al Farabi (W. 150) misalnya, percaya bahwa yang ada (maujuudat) ini membentang dan yang metafisik sampai fisik (Bakar : 931). Dalam istilah Ibn. Sabin disebut marotib al wujud (1978 : 112-119). Al Farabi dalam buku al madinah alfadhllah menunjukan hirarki atau tertib wujud ini sebagai berikut : (a) Tuhan yang merupakan sebab keberadaaan segenap wujud lainnya; (b) para rnalaikat yang merupakan wujud yang sama sekali immaterial; (c) benda-benda langit atau benda-benda angkasa; (d) benda-benda bumi. (Bakar 1997: 18).

Rangkaian wujud (maujuudat) yang dipercaya adanya oleh al Farabi, dan diikuti juga oleh filosof-filosof muslim lainnya seperti Ibn Sina, Ibn Rusyd, Suktowardi (W. 1191) dan lain-lain. Mulla Shadra (W. 1641) menyata.kan bahwa semua wujud dari wujud Tuhan sampai pada wujud-wujud material pada hakekatnya satu, dan hanya berbeda dalam gradasinya karena perbedaan esensinya, tetapi bukan perbedaan eksistensial (1996:647). Karena wujud yang beraneka itu pada hakekatnya satu dan terpadu (integrated), merekapun hares dikaji secara terpadu sebagai sebuah kesatuan.

2. Integrasi Klasifikasi Ilmu

Integrasi klasifikasi ilmu berkaitan juga dengan integrasi ontologisnya. Ibn Sina dan at Farabi sepakat untuk membagi yang ada (malyudat) ke dalam tiga katagori (a) wujud yang secara niscaya tidak terampur dengan gerak dan mated; (b) wujud yang dapat bercampur dengan materi dan gerak, tetapi

(47)

dapat juga memiliki wujud yang terpisah dari keduanya; (c) wujud yang secara niscaya bercampur dengan gerak materi. Dad ketiga pembagian jenis wujud di atas sebagai basis ontologis muncullah tiga kelompok besar ilmu : (a) ilmu r n e t a f i s i k a ; ( b ) m a t e m a t i k a ; d a n ( c ) a l a m . A l F a r a b i membangun tiga kelompok ilmu tersebut secara terperinci, tetapi tetap terpadu. Demikian jaga Ibn Khaldun membagi ilmu ke dalam dua bagian besar (a) ilmu agama (nagli) dan (b) ilmu-ilmu rasional (agli). Ilmu nagli terdiri dari (1) tafsir al-Qur'an dan hadits; (2) ilmu fiqh yang

(48)

meliputi fiqh, fara'id, dan ushul al fiqh; (3) ilmu kalam; (4) tafsir ayat-- ayat mutasyabihat; (5) tasawuf; (6) tabir mimpi (ta'bir al-ru"yah). Ilmuilmu aq1i (rasional) terbagi kepada empat bagian : logika, fisika, matematika, dan metafisika. (Ibn Khaldun, 1981:343-390). Sedangkan kelompok ilmu praktis menurut Ibn Khaldun adalah etika, ekonomi, dan politik dan termasuk ilmu budaya (ulum al-umron) yaitu ilmu sosiologi. (Issawi dan Leaman, 1998 : 222).

3. Integrasi Metodologis

Integrasi ilmu agama dan ilmu umum (sekuler) dalam level metodologis yang tentunya dalam aplikasinya berhubungan dengan integrasi ontologis dan klasifikasi ilmu. Metode ilmiah yang dikehendaki ilmuwan barat, berbeda secara signifikan dengan metode ilmiah yang dikembangkan para ilmuwan muslim. Ilmuwan barat hanya menggunakan metode ilmiahnya dengan observasi yang bisa dijangkau oleh indera manusia. Sedangkan para ilmuwan muslim menggunakan tiga metode, yaitu (1) metode observasi atau eksperimen (tajriibi) seperti halnya yang digunakan di barat; (2) metodologi demonstratif atau logis (burhaani); dan (3) metode intuitif (iaani) yang masing-masing bersumber pada indera akal dan hati. Untuk objekobjek yang bersifat fisik ilmuwan muslim menggunakan metode observasi (W.866) metode observasi digunakan dilaboratorium kimia dan fisikanya, misalnya Ibn Haitsam (W. 1038) melakukan eksperimen dalam bidang optik mengenai cahaya dan menghasilkan teori yang brilian tentang penglihatan (vision) yang terkenal dalam karya besarnya Al-Manaazhir. Kitabnya ditulis dalam tujuh jilid merupakan karya monumental yang pengaruhnya dapat dilihat dari karya-karya astronom barat seperti Roger Bacon, Vitello, Kepler.

(49)

Demikian juga Ibn Sina telah

melakukan penelitian ratusan jenis tumbuhan dan berbagai macam hewan dilihat dari manfaat medis yang ditulis dalam kitab AI-Qhanun fi al-thib yang sekarang masih jadi pegangan para ilmuwan barat di bidang kedokteran sebagai Grand Theory. Demikian juga Ibn Khaldun yang meneliti tentang jatuh bangunnya suatu bangsa yang ditulis dalam kitab

Mukaddirnah.

Ibn Hazm (W. 1165) dan Ibn Taimiyyah (W. 1332) telah dikenal perintis metode ilmiah modern, terutama metode induksi sebagai

(50)

14 Pandangan ;Cadman ON

pelengkap metode deduksi yang digunakan filosof Yunani yang cenderung berhenti pada pemikiran spekulatif.

Metode demonstratif atau logis (burhan), yaitu metode rasional atau logis yang digunakan untuk menguji kebenaran dan kekeliruan dari seluruh pernyataan atau teori-teori ilmiah dan filosofis dengan cara trtemperhatikan keabsahan dan akurasi pengambilan sebuah kesimpulan ilmiah dengan memperhatikan validitas premis mayor dan minornya yang keduanya mernpunyai unsur yang sama yang disebut midie term (al-badd al-ausath).

Metode ini dalam logika disebut silogisme (al qiyas).

Kemudian metode intuitif (ivfani). Kalau metode observasi berkaitan dengan pengamatan inderawi metode demonstratif dengan akal, maka metode intuitif dengan intuisi atau had (qolb). Ciri khas metode intuitif ini adalah langsung. Metode intuitif ini dapat dianalisis melalui : (1) pengetahuan intuitif bisa dicapai melalui pengalaman yaitu dengan mengalami atau merasakan sendiri objeknya. Oleh karena itu metode ini disebut dauqi (rasa) bukan melalui penalaran. Contoh tentang perasaan cinta. Cinta tidak dapat dipahami lewat akal, tetapi lewat hati (intuisi) contoh cintanya seorang sufi kepada Tuhan kasus Rabi'ah al-Adawiyah. (2) ihnu hudhuri. Pengetahuan intuitif ditandai oleh hadirnya subjek di dalam diri si subjek oleh karena itu disebut presensial. Berbeda dengan metode rasional yang memahami objek-objek melalui simbol-simbol, rumus-rumus. Pengenalan intuitif melalui segala bentuk simbol dan menembus sampai ke jantung objeknya. (3) pengalaman eksistensial berbeda dengan kecenderungan akal dan metode rasionalnya yang mengenal melalui katagorisasi dan generalisasi yang mengabaikan partikularisasi objeknya. Metode intuisi mengenal objeknya secara intim kasus per kasus

(51)

contoh menurut akal tiga jam dimana

saja kapan saja akan sama kualitasnya karena itu akal akan mengabaikan kenyataan bahwa perjalanan Bandung-Jakarta selama tiga jam memakai kendaraan bagi yang sedang berpacaran, tidak akan sama artinya dengan orang yang sendirian.

Suhrawardi menyebutkan tiga macam kemampuan manusia. Ada yang seperti para sufi memiliki dzauqi

yang sangat dalam tetapi tidak mampu mengungkapkannya dalam bahasa filosofis. Ada juga yang seperti para filosof, mempunyai kemampuan mengekpresikan

(52)

pikiran mereka secara filosofis, tetapi tidak memiliki pengalaman mistik yang mendalam Dan terakhir para muta'allih yang memiliki pengalaman mistik yang mendalam seperti para sufi, dan rnempunyai kemampuan bahasa filosofis yang optimal seperti yang dimiliki para filosof. Menurut Suhrawardi kelompok ketiga inilah yang dinilai sebagai kelompok tertinggi dari para pencari kebenaran (Hossenziai, 1990:37). Dengan demikian pengembangan keilmuan UIN ke depan diharapkan rnelahirkan ilmuwan-ilmuwan muslim tipe kedga tersebut.

jadi berdasarkan uraian di atas terdapat, tiga cara atau tiga metode dalam epistetnologi Islam untuk menangkap atau mengetahui objek-objek ilmu yaitu melalui indera, akal dan had yang semuanya dilandasi oleh nilai-nilai Tauhidullah.N

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman Ibn Khaldun, The Muqaddimah : An Introduction to History, terjemah Franz Rosenthal, Princceton, N.J. Princiton University Press Bollingen series, 1981. Al- Farabi, Ara AN AI-Madinah Al-Fadhilah.

Al-Ghazali, lhya' ulum Ad-Din, jilid I Semarang : Taha Putra

Al-Farucli, Ismail R, The Culture Atlas of Islam. New York, Publishing Company; Collier Macmillan, Publisher, 1986.

Abdullah, Amin dkk, Kerangka Dasar Keil:man & Pengembangan Kurikulum, UIN Yogyakarta, 2004.

Menyatukan Kembali Ilmu-ilmu Agama dan Umum Upaya Mempertemukan Epistemologi Islam dan Umum, UIN Suka Press, 2003.

Bakar, Otsman, Hirarki Ilmu : Membangun Rangka Pikir Islamisasi ilmu, Bandung, Mizan, 1997,

Ihn Sina, Al-Qanun Fi Al-Thib, ed, Jibran, Beirut Muassat AI-Maarif, 1986.

Issawi, Charles & Leaman, Oliver, Ibn Khaldun, Abd Al-Rahman dalam Craig (ed)

Routladge Encyclopedia of Philosophy, London: New York Daudladge, 1998. Kartanegara, Mulyadhi, Integrasi Ilmu Sebuah Rekonstruksi Holistik, UIN Jakarta Press,

(53)

Pengantar Epistemologi Islam, Mizan, Bandung, 2003.

Roslton, Holmes, Science an Religion A Critical Survey, Philadelphia : Temple University Press, 1987.

Soewardi, Herman. ilmu Tauhidullah, 1995.

S. Pradja, Juhaya. Mengintegrasikan &nu pains Tauhidullah), Orasi llmiah Disampaikan Dalam Rangka Dies Natalis ke-37 IAIN Sunan Gunung Djati Bandung, 2005.

(54)

FILSAFAT PENGETAHUAN ISLAM!

Ahm a d Tafsir*

A. P endahuluan

Orang-orang yang mempelajari bahasa Arab mengalami sedikit kebingungan tatkala menghadapi kata "ilmu". Dalam bahasa Arab kata al ilm berarti pengetahuan (knowledge), sedangkan kata "ilmu" dalam bahasa Indonesia biasanya merupakan terjemahan science. Ilmu dalam arti science itu hanya sebagian dari dalam bahasa Arab. Karena itu kata science seharusnya diterjemahkan sains saja. Maksudnya ialah agar orang yang mengerti bahasa Arab tidak bingung membedakan kata ilmu (sains) dengan kata al-ibn yang berarti knowledge.

Dalam mata kuliah Filsafat Pengetahuan (Philosophy of Knowledge) yang didiskusikan tidak hanya pengetahuan sains (science), didiskusikan juga pengetahuan selain sains, disikusikan juga seluruh yang disebut pengetahuan termasuk pengetahuan yang "aneh-aneh" seperti pellet, kebal, santet, saefi, dan lain-lain.

Apa sih pengetahuan itu? Pengetahuan ialah semua yang diketahui. Menurut al-Quran, tatkala manusia dalam perut ibunya, ia tidak tahu apa-apa. Tatkala ia baru lahir pun barangkali ia belum juga tahu apa-apa. Kalaupun bayi yang baru lahir itu menangis, barangkali karena kaget saja, mungkin matanya merasakan silau, atau badannya merasa dingin. Dalam rahim tidak silau dan tidak dingin, lantas ia menangis.

(55)

Tatkala bayi itu menjadi orang dewasa, katakanlah ketika ia telah berumur 40 tahunan, pengetahuannya sudah banyak sekali. Begitu banyaknya, sampai-sampai ia tidak tahu lagi berapa banyak pengetahu-annya dan tidak tahu lagi apa saja yang diketahuinya, bahkan kadangkadang ia juga tidak tahu apa sebenarnya pengetahuan itu.

AHMAD TAFSIR, Drs., MA., Dr., Prof.,

(56)

18 Pandangan keilmuen UIN

Semakin bertambah umur manusia itu semakin banyak pengetahuannya. Dilihat dari segi motif, pengetahuan itu diperoleh melalui dua motif. Pertama, pengetahuan yang diperoleh begitu saja, tanpa niat, tanpa motif, tanpa keingintahuan dan tanpa usaha. Tanpa ingin tahu lantas ia tahu-tahu, tahu. Seorang sedang berjalan, tiba-tiba tertabrak becak. Tanpa rasa ingin tahu ia tahu-tahu tahu bahwa ditabrak becak, sakit. Kedua, pengetahuan yang didasari motif ingin tahu. Pengetahuan diperoleh karena diusahakan, biasanya karena belajar.

Dari mana rasa ingin tahu itu? Barangkali rasa ingin tahu yang ada pada manusia itu sudah built-in dalam penciptaan manusia. Jadi, rasa ingin tahu itu adalah takdir.

Manusia ingin tabu, lantas ia mencari. Hasilnya ialah ia tabu sesuatu. Sesuatu itulah pengetahuan. Yang diperoleh tanpa usaha tadi bagaimana? Ya, pengetahuan juga. Pokoknya, pengetahuan ialah semua yang diketahui, titik.

Salah satu tujuan perkuliahan Filsafat Pengetahuan ialah agar kita memahami kapling pengetahuan. Ini penting, karena, dengan mengetahui kapling pengetahuan, kita akan dapat memperlakukan masing-masing pengetahuan itu sesuai kaplingnya.

(57)

Yang akan dibahas berikut ini hanyalah pengetahuan yang diusahakan. Pengetahuan jenis ini sangat penting. Jadi, sejak baris ini pengetahuan tanpa usaha itu kita sisihkan dari pembahasan.

Seseorang ingin tahu, jika jeruk ditanam, buahnya apa. Ia menanam bibit jeruk. Ia tunggu beberapa tahun, dan temyata buahnya jeruk. Tahnlah ia bahwa jeruk berbuah jeruk. Pengetahuan jenis inilah yang disebut pengetahuan sains (scientific knowledge).

Sebenarnya pengetahuan sains tidaklah sesederhana itu. Pengetahuan sains hams berdasarkan logika (dalam anti rasional). Pengetahuan sains ialah pengetahuan yang rasional dan didukung bukti empiris. Namun, gejala yang paling menonjol dalam pengetahuan sains ialah adanya bukti empiris itu.

Dalam bentuknya yang sudah baku, pengetahuan sains itu mempunyai paradigma dan metode tertentu. Paradigmanya disebut paradigma sains (scientific paradigm) dan metodenya disebut metode ilmiah (metode sains, scientific method). Formula utarna dalam pengetahuan sains ialah buktikan bahwa itu rasional dan tunjukkan bukti

(58)

empirisnya.

Formula itu perlu sekali diperhatikan karena adakalanya kita menyaksikan bukti empirisnya ada, tetapi tidak rasional. Yang seperti ini bukanlah pengetahuan sains atau ilmu. Bila ada gerhana pukullah kentongan, gerhana itu akan hilang. Pernyataan itu memang dapat dibuktikan secara empiris. Coba saja, bila ada gerhana, pukul saja kentongan, lama-kelamaan gerhana akan hilang. Terbukti kan? Bukti empirisnya ? Tetapi itu bukan pengetahuan ilmiah (pengetahuan sains, pengetahuan ilmu) sebab tidak ada bukti rasional yang dapat menghubungkan berhenti atau hilangnya gerhana dengan kentongan yang dipukul. Pengetahuan seperti itu bukan pengetahuan sains, mungkin dapat kita sebut pengetahuan khayal. Tob jika kentongan tidak dipukul gerhana itu akan menghilang juga. Tidak ada pengaruh kentongan yang dipukul (X) terhadap menghilangnya gerhana (Y).

Dari sudut ini dapat pula kita ketahui bahwa obyek penelitian pengetahuan sains hanyalah obyek yang empiris sebab ia harus menghasilkan bukti empiris.

Kita kembali ke contoh jeruk. Jeruk ditanam buahnya jeruk. Pengetahuan jenis ini sudah berguna

(59)

bagi petani jeruk, bagi pedagang jeruk dan bagi seluruh manusia. Pengetahuan jenis ini sudah berguna dalam memajukan kebudayaan.

Pengetahuan ini benar asal rasional dan empiris. Inilah prinsip dalam mengukur benax tidaknya teori dalam sains. Dalam hal ini harap hati-hati jangan sampai tertipu oleh bukti empiris saja, seperti contoh gerhana dan kentongan tadi. Hams rasional-empiris. Gerhana tadi tidak rasional tetapi empiris. Jadi, pengetahuan sains ini, sekalipun tingkatnya rendah dalam struktur pengetahuan, ia berguna bagi manusia. Gunanya terutama untuk memudahkan kehidupan manusia. Teori-teori sains inilah yang diturunkan ke dalam teknologi. Teknologi, agaknya bukanlah sains, teknologi merupakan penerapan teori sains. Atau mungkin juga dapat dikatakan bahwa teknologi itu adalah sains terapan.

Selanjutnya. Sebagian orang, tidak begitu banyak, ingin tahu lebih jauh tentang jeruk tadi. Mereka bertanya, "Mengapa jeruk selalu berbuah jeruk?" Untuk menjawab pertanyaan ini kita tidak dapat melakukan penelitian empiris karena jawabannya tidak terletak pada

(60)

22 Pandangan keilmuen UIN

bibit, batang atau daun jeruk. Lantas bagaimana menjawab pertanyaan

Kita berpikir. Inilah jalan yang dapat ditempuh. Tidak hams berpikir di kebun jeruk; berpikir itu dapat dilakukan di mana saja. Yang dipikirkan memang jeruk, yaitu mengapa jeruk selalu berbuah jeruk, tetapi yang dipikirkan itu bukanlah jeruk yang empiris; yang dipikirkan itu adalah jeruk yang abstrak, yaitu jeruk pada umumnya.

Bila Anda berpikir secara serius, maka akan muncul jawaban. Ada dua kemungkinan jawaban. Pertama, jeruk selalu berbuah jeruk karena kebetulan. Jadi, secara kebetulan saja jeruk selalu berbuah jeruk. Inilah teori kebetulan yang terkenal itu. Teori ini lemah. Ia dapat ditumbangkan oleh teori kebetulan itu sendiri_ Kedua, jeruk selalu berbuah jeruk karena ada aturan atau hukum yang mengatur agar jeruk selalu berbuah jeruk. Para ahli mengatakan hukum itu ada dalam gen jeruk. Hukum itu tidak kelihatan. Jadi, tidak empiris, tetapi akal mengatakan hukum itu ada dan bekerja. Jeruk selalu berbuah jeruk karena ada hukum yang mengatur demildan. Inilah pengetahuan filsafat; ini bukan pengetahuan sains. Kebenaran pengetahuan filsafat hanya dapat dipertanggungjawabkan secara rasional. Bila rasional, benar, bila tidak, salah. Kebenarannya tidak pernah dapat dibuktikan secara empiris. Bila ia rasional dan empiris, maka ia berubah menjadi pengetahuan sains.

Obyek penelitiannya adalah obyek-obyek yang abstrak, karena obyeknya abstrak, maka temuannya juga abstrak. Paradigmanya ialah paradigma rasional (rational paradigm), metodenya metode rasional (Kerlinger menyebutnya method of reason).

Sampai di sini kita sudah mengenal dua macam pengetahuan, yaitu pertama pengetahuan sains yang

(61)

rasional empiris, dan keduapengetahuanfilsafat yang hanya rasional. (Perlu segera saya ingatkan bahwa ada kalanya pengetahuan filsafat itu berada pada level supra rasional).

Kita kembali ke jeruk kita. Jeruk ditanam buahnya jeruk. Ini pengetahuan sains. Jeruk selalu berbuah jeruk karena ada hukum yang mengatur demikian Ini pengetahuan filsafat.

Masih ada orang, amat kecil jumlahnya, ingin tahu lebih jauh lagi. Mereka bertanya "Siapa yang membuat hukum itu?" Pertanyaan ini sulit dijawab. Tetapi masih dapat dijawab oleh filsafat. Salah saw teori dalam filsafat mengatakan bahwa hukum itu dibuat oleh alam itu

(62)

sendiri secara kebetulan. Teori ini lemah, tadi sudah dikatakan. Teori lain mengatakan hukum itu dibuat oleh Yang Maha Pintar. Ini logis (dalam arti supra-rasional). Jadi, teori kedua ini benar secara filsafat. Ini masih pengetahuan filsafat. Yang Maha Pintar itu seringkali disebut Tuhan. Ini masih pengetahuan filsafat.

Masih ada orang, yang jumlahnya segelintir saja, ingin tahu lebih jauh lagi. Mereka bertanya "Siapa Tuhan itu, saya ingin mengenal-Nya, saya ingin melihat-Nya, saya ingin belajar langsung kepada-Nya"; tuntutan orang-orang "nekad" ini tidak dapat dilayani oleh pengetahuan sains dan tidak juga oleh pengetahuan filsafat. Obyek yang hendak mereka ketahui bukanlah obyek empiris dan tidak juga dapat dijangkau akal rasional. Obyek itu abstrak-supra-rasional atau meta-rasional. Kalau begitu bagaimana mengetahuinya?

Obyek abstrak-supra-rasional itu dapat diketahui dengan menggunakan rasa, bukan panca indera dan atau akal rasional. Bergson menyebut alat itu intuisi, Kant menyebutnya moral atau akal praktis, filosof muslim seperti Ibnu Sina menyebutnya akal mustafad, shufi-shei muslim menyebutnya galb, &Fug, kadang-kadang dhamir,

(63)

kadang-kadang sirr. Pengetahuan jenis ini memang aneh.

Paradigma-" nya saya sebut paradigma mistik (mystical paradigm), metodenya saya sebut metode latihan (tiadhah) dan metode yakin (percaya). Pengetahuan jenis ini saya sebut pengetahuan mistik (mistical knowlegde). Kebenarannya pada umumnya tidak dapat dibuktikan secara empiris, selalu tidak terjangkau pembuktian rasional.

Sekarang kita memiliki tiga macam pengetahuan, masing-masing memiliki obyek, paradigma, metode dan kriteria. Matrik berikut meringkas uraian di atas.

Pengetahuan Manusia

Pengetahuan Obyek Paradigma Metode Kriteria

sains filsafat mistik empiris abstrak-rasional abstrak-supra-rasional paradigms sains paradigma rasional paradigma mistik metode ilmiah Metode rasional latihan, percaya rasional-empiris Rasional rasa.iman,logis, kadang empiris Ahmad Tafsir 25

(64)

22 f2andangart Keifmuari VIN

Yang belum diurus di dalam uraian tentang pengetahuan di atas ialah pengetahuan seni (yaitu tentang indah tidak indah) dan etika (tentang balk dan tidak baik). Saya belurn tahu, di rnana kaplingnya dan bagairnana rnengkaplingkannya. Agaknya obyek pengetahuan seni adalah obyek empiris, abstrak-rasional, dan abstrak-supra-rasional; paradigmanya mungkin kumpulan tiga paradigma di atas, rnetodenya juga demikian, dan kriterianya ialah indah tidak indah. Mengenai pengetahuan tentang baik tidak-baik (etika), dugaan saya sampai scat ini, pengetahuan tentang baik tidak-baik itu sama dengan seni tali; ia menggunakan tiga paradigma di atas, metodenya juga demikian, dan ukurannya ialah balk dan tidak balk. Nah, balk dan tidak balk itu pun memiliki persoalan yang tidak sederhana; baik menurut apa? Buruk menurut siapa? Pada zaman (waktu) kapan? Saya menghatap ada ahli lain yang bersedia dan man serta mampu menyempurnakan matrik di atas.

Logis dan Rasional

Saya mengajarkan filsafat (sebagai dosen) sejak tahun 1970. Sampai dengan sekitar tahun 2000 saya menganggap "yang logis" adalah sama saja dengan "yang rasional." Selama lebih kurang 30 tahun itu, pokoknya, saya tnenyarnakan saja pengertian logis dan rasional. Atau lebih tepat saya katakan saya tidak tabu perbedaannya.

Sejak tahun 2001 saya melihat ada perbedaan antara kedua

itu. Adanya perbedaan itu dirnulai ketika saya membaca untuk kesekian kalinya buku Kant. Kant antara lain mengatakan bahwa rasional itu sebenarnya sesuatu yang masuk akal sebatas hukum alam. Sebenarnya, tatkala saya rnula-mula membaca Kant kira-kira tahun 1963, dan cukup intensif pada

(65)

tahun 1975, kata-kata Kant itu sudah saya temukan. Memang kebingungan telah muncul dalam pikiran saya tatkala memabaca itu tetapi kebingungan itu saya biarkan saja.

Tatkala saya menulis uraian ini, yaitu sejak permulaan tahun 2001, saya mulai "mendalami" dua istilah itu. Yang saya temukan ialah seperd uraian berikut ini.

Ternyata istilah logis dan rasional merupakan dua istilah yang sangat populer dalam arti dua istilah itu amat sering digunakan orang, baik is kaum terpelajar maupun kaum yang bukan tergolong terpelajar,

Referensi

Dokumen terkait

Pada hari ini Rabu tanggal Tiga Puluh bulan Maret tahun Dua Ribu Sebelas dimulai jam 09.00 Wita, kami yang bertanda tangan dibawah ini telah menyelenggarakan Acara Penjelasan

Menerima, mencatat, memproses dan menyimpan surat dan dokumen kegiatan layanan kesejahteraan mahasiswa meliputi asuransi kesehatan, dana kasih, uang duka, program keteladanan,

Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah efektif penggunaan model pembelajaran Two Stay Two Stray terhadap hasil belajar IPS pada peserta didik

Bila kemudian terbukti bahwa saya ternyata melakukan tindakan menyalin atau meniru tulisan orang lain seolah-olah hasil pemikiran saya sendiri, berarti gelar dan ijasah

UNTUK MEMBERIKAN REKOMENDASI PEMBUATAN PASPOR DALAM RANGKA MENGIKUTI PROGRAM IBADAH UMROH MELALUI SAHABAT UMROH SUKOHARJO. DEMIKIAN SURAT KETERANGAN INI KAMI TERBITKAN, AGAR

Maka dari beberapa penjelasan di atas, sedikit menyimpulkan bahwa Sistem Informasi Geografis adalah sebuah kesatuan komponen/perangkat yang berfungsi sebagai

Karakter Nobita yang pemalas dan takut, tidak terdapat pada ciri – ciri shio maupun unsur elemen yang sudah penulis cantumkan, namun adanya kemungkinan Nobita menjadi

Dalam upaya meningkatkan nilai-nilai kerjasama pada siswa sekolah menengah atas diperlukan bahan ajar yang tepat untuk diberikan kepada siswa.. Salah satu bahan ajar yang