• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONSUMSI DI PROVINSI SUMATERA UTARA. Hotmaria Sitanggang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONSUMSI DI PROVINSI SUMATERA UTARA. Hotmaria Sitanggang"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

Analisis Faktor … (Hotmaria Sitanggang, 145:164) 145

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONSUMSI DI PROVINSI SUMATERA UTARA

Hotmaria Sitanggang Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh PDRB, inflasi, suku bunga deposito dan jumlah penduduk terhadap konsumsi masyarakat provinsi Sumatera Utara. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan analisis OLS (Ordinary Least Square). Pengujian menggunakan Uji statistik meliputi uji t, uji F dan R-square serta uji asumsi klasik. dimana semua pengujian menggunakan alat bantu program Eviews 5.0. Hasil estimasi menunjukkan pengaruh variabel bebas sebesar R2 = 0,9514. Artinya 95,14% PDRB, SBD, Inflasi dan Jumlah Penduduk mempengaruhi Konsumsi di Sumatera Utara. Hasil analisis data juga menunjukkan bahwa

PDRB dan jumlah penduduk berpengaruh positif dan signifikan pada α=5% terhadap konsumsi di Sumatera Utara. Variabel suku bunga berpengaruh negatif dan signifikan terhadap konsumsi di Sumatera Utara. Variabel inflasi tidak signifikan terhadap konsumsi di Sumatera Utara.

Kata Kunci : Konsumsi, PDRB, Suku Bunga, Inflasi, Jumlah

Penduduk.

Abstract

This research aimed to analyze the affect of PDRB, inflation, deposits interest rates, and the total population towards society consumption in North Sumatera Province. Methodology analysis which was used in this research was OLS (Ordinary Least Square) analysis. The test used statistical test include t-test, F-test, R-square as well as the classical assumption where all the tests using Eviews 5,0. The result of estimation shown that the affect of independent variable R2 = 0,9514. The mean was 95,14%, PDRB, SBD, Inflation and Society Population affected of consumption in North Sumatera. The result of this analysis data also shown that the GRDP and total society affected positively and significant on α =5%. Variable interest rates

(2)

Analisis Faktor … (Hotmaria Sitanggang, 145:164) 146

affected negatively and significant to consumption in North Sumatera. While variable inflation were not significant towards consumption in North Sumatera.

Keywords : Consumption, PDRB, Interest Rates, Inflation, Total Society.

A. Pendahuluan

Pengeluaran konsumsi rumah tangga merupakan salah satu variabel makro ekonomi yang merupakan pembelanjaan yang dilakukan oleh rumahtangga atas barang-barang akhir dan jasa-jasa dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan dari orang-orang yang melakukan pembelanjaan tersebut atau juga pendapatan yang dibelanjakan. Keputusan konsumsi rumah tangga mempengaruhi keseluruhan perilaku perekonomian baik dalam jangka panjang maupun jangka pendek (Mankiw,2007:446). Hal ini diakibatkan karena konsumsi agregat merupakan penjumlahan dari pengeluaran seluruh rumah tangga yang ada dalam perekonomian merupakan pengeluaran agregat yang terpenting. Dimana konsumsi adalah komponen terbesar pengeluaran agregat yang secara normal mencapai sekitar 65% dari GNP (Dernsburg, 1994:71). Sejalan dengan Dornbusch and Fischer (2004:307) menyatakan bahwa konsumsi menempati lebih dari 60% permintaan agregat, lebih dari jika semua sektor lain digabungkan.

Perkembangan pengeluaran konsumsi masyarakat provinsi Sumatera Utara dari tahun 1993 - 2012 mengalami peningkatan dari tahun ketahun, Perkembangan konsumsi masyarakat dapat dilihat pada grafik di bawah ini:

Sumber: BPS Prov. Sumatera Utara.

Gambar 1.Perkembangan Konsumsi Masyarakat 1993 - 1912 50,000,000.00 100,000,000.00 19 93 19 95 19 97 19 99 20 01 20 03 20 05 20 07 20 09 20 11 Rupiah

(3)

Analisis Faktor … (Hotmaria Sitanggang, 145:164) 147 Dari Gambar 1 dapat diketahui bahwa perkembangan konsumsi di provinsi Sumatera Utara dari tahun 1993 - 2012 menunjukkan kecenderungan peningkatan dari tahun ke tahun. Hal ini terjadi karena kondisi perekonomian yang dipengaruhi oleh pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi. Namun jika dilihat dari segi laju pertumbuhannya maka perkembangan konsumsi di provinsi Sumatera Utara mengalami tren peningkatan yang sangat berfluktuatif dari tahun 1993 – 2012. Adanya fluktuasi pertumbuhan konsumsi masyarakat tersebut menunjukkan bahwa terdapat faktor – faktor yang mempengaruhi perubahan konsumsi masyarakat.

Jika dilihat dari segi rata-rata petumbuhan mulai tahun 1993 sampai dengan tahun 2010 maka rata-rata pertumbuhan konsumsi sebesar 5,05% lebih besar dari pada rata-rata pertumbuhan PDRB yaitu sebesar 4,06%. Sedangkan menurut teori konsumsi Keynes mengatakan apabila pendapatan mengalami kenaikan maka konsumsi juga akan mengalami kenaikan tetapi dengan jumlah yang lebih kecil (Nanga, 2005:109). Hal ini menyatakan bahwa konsumsi tidak hanya dipengaruhi oleh PDRB tetapi juga dipengaruhi oleh faktor-faktor yang lainnya. Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Bagaimana pengaruh PDRB, inflasi, suku bunga deposito dan jumlah penduduk terhadap konsumsi masyarakat provinsi Sumatera Utara?

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: Untuk menganalisis pengaruh PDRB, inflasi, suku bunga deposito dan jumlah penduduk terhadap konsumsi masyarakat provinsi Sumatera Utara.

B. Kajian Pustaka

Konsumsi adalah komponen terbesar pengeluaran agregat (Dernsburg, 1994:71). Konsumsi merupakan pembelanjaan atas barang-barang dan jasa-jasa yang dilakukan oleh rumah tangga dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan dari orang yang melakukan pembelanjaan. Pembelanjaan masyarakat atas makan, pakaian, dan barang-barang kebutuhan mereka yang lain digolongkan pembelanjaan atau konsumsi. Pengeluaran rumah tangga untuk memenuhi kebutuhannya disebut konsumsi rumah tangga (Deliarnov, 1995:72). Dan barang-barang yang di produksi untuk digunakan oleh

(4)

Analisis Faktor … (Hotmaria Sitanggang, 145:164) 148 masyarakat untuk memenuhi kebutuhan dinamakan barang konsumsi (Dumairy, 2004).

Mankiw (2007:447) menyatakan dalam teorinya Keynes mengandalkan analisis statistik, dan juga membuat dugaan-dugaan tentang konsumsi berdasarkan intropeksi dan observasi kausal. Persamaan konsumsi Keynes sering ditulis sebagai berikut :

C = ̅ + cY, ̅> 0, 0 < c < 1 Dimana C adalah konsumsi, Y adalah pendapatan disposibel, ̅ adalah konstanta dan c adalah kecenderungan mengkonsumsi marjinal (Mankiw, 2007:448).

Teori konsumsi yang dikembangkan oleh Milton Friedman didalam bukunya yang berjudul A Theory of the Consumption Function tahun 1957 yang dikenal dengan teori pendapatan permanen tentang konsumsi mengemukakan bahwa pengeluaran konsumsi sekarang atau current consumption bergantung pada pendapatan sekarang atau current income dan pendapatan yang diperkirakan dimasa yang akan datang atau anticipated future income (Nanga, 2005:119). Jadi teori konsumsi pendapatan permanen adalah kestabilan konsumsi yang akan dijaga sepanjang hidup, dimana tingkat kekayaan dan pendapatan yang dibelanjakan sekarang dan kemudian tetap (Dornbusch, 2004:313).

Teori dengan hipotesis siklus hidup dikemukakan oleh Franco Modigliani yang dikenal dengan Hipotesis Daur Hidup atau Life Cycle Hypothesis yang menyatakan bahwa konsumsi seseorang selain dari pendapatan juga bergantung pada kekayaannya, hal mana kekayaan ini di dapat dari penyisihan pendapatan yang tidak dikonsumsi yaitu tabungan dan atau dari kekayaan warisan/ turun temurun. Hipotesis daur hidup melihat bahwa individu merencanakan perilaku konsumsi dan tabungan mereka untuk jangka panjang dengan tujuan mengalokasikan konsumsi mereka dengan cara terbaik yang mungkin selama masa hidup mereka (Dornbusch, 1996:238). Modigliani menekankan bahwa pendapatan bervariasi secara sistematis selama kehidupan seseorang dan tabungan membuat konsumen dapat mengalihkan pendapatan dari masa hidupnya ketika pendapatan tinggi ke masa hidup ketika pendapatan rendah (Mankiw, 2007:461).Teori siklus hidup membagi pola konsumsi seseorang menjadi tiga bagian yaitu (1) sebelum seseorang dapat menghasilkan sendiri pendapatan maka ia akan mengalami tabungan negatif atau dissaving, (2) dimana

(5)

Analisis Faktor … (Hotmaria Sitanggang, 145:164) 149 seseorang berusia kerja dan dapat menghasilkan sendiri pendapatan maka dalam kondisi ini orang tersebut mengalami saving, (3) saat dimana seseorang pada usia tua dan tidak mampu lagi untuk menghasilkan sendiri pendapatan maka pada saat ini orang tersebut kembali mengalami dissaving (Nanga, 2005:117). Sehingga orang cenderung meminjam dana pada saat mereka muda untu membiayai pendidikan dan kebutuhan rumah tangga lain dan pada usia pertengahan mereka melunasinya (Mc earchern, 2000:178). Teori siklus hidup memandang tabungan dan pembongkaran tabungan (dissaving) sebagai tanggapan yang tujuannya untuk menstabilkan konsumsi sepanjang hidup (Dernsburg, 1994:90).

Teori konsumsi yang dikemukakan oleh James S. Duesenberry dalam bukunya yang berjudul Income, Saving dan the Theory of Consumer Behaviour tahun1949 yang dikenal sebagai teori pendapatan relatif tentang konsumsi (relative income theory of consumption) atau lebih dikenal dengan hipotesis pendapatan relatif mengatakan bahwa pengeluaran konsumsi dari individu atau rumah tangga tidak bergantung pada pendapatan sekarang dari individu tetapi lebih tergantung pada tingkat pendapatan tertinggi yang pernah dicapai seseorang sebelumnya (Nanga, 2005:113). James Duesenberry menyebutkan ada dua karakteristik penting dari perilaku konsumsi rumah tangga yaitu adanya sifat saling ketergantungan (interdependent) diantara rumah tangga dan tidak dapat diubah-ubah (irreversibility) sepanjang waktu.

Model Tobin

Fungsi yang paling sering digunakan dalam meneliti konsumsi berdasar data cross-section adalah bentuk log-linier yaitu :

Dimana Ct dan Yt merupakan pengeluaran konsumsi dan pendapatan

rumah tangga ke i dengan asumsi bahwa ei ~ (N (0, σ2

). Dari fungsi di atas koefisien a1 secara langsung menunjukkan besarnya elastisitas

pendapatan.

Dalam penelitiannya pertama Tobin menghitung elastisitas pendapatan terhadap makanan dan selanjutnya elastisitas pendapatan digunakan untuk mengestimasi bentuk reduced dari model runtun waktu. Model yang digunakan Tobin dalam penelitiannya adalah :

(6)

Analisis Faktor … (Hotmaria Sitanggang, 145:164) 150 Dimana Cit, Yit dan Nit merupakan konsumsi makanan, pendapatan

disposibel dan jumlah anggota keluarga ke i di tahun t.

Dalam penelitiannya Tobin menghadapi permasalahan dalam meneliti kelompok keluarga dengan pendapatan tinggi dan juga kelompok keluarga pendapatan rendah. Untuk pendapatan rendah hal ini dikarenakan keluarga miskin sering mendapat bantuan pangan. Untuk pendapatan tinggi dimungkinkan karena model Tobin tidak memasukkan faktor kekayaan, tabungan dan sumber daya lain yang dimiliki keluarga.

Fungsi Konsumsi

Salah satu hubungan yang penting pada semua ilmu makro ekonomi adalah fungsi konsumsi. Fungsi konsumsi menunjukkan hubungan antara tingkat pengeluaran konsumsi dengan tingkat pendapatan pribadi yang siap dibelanjakan (Samuelson, 2004:129). Dalam teori makro ekonomi dikenal berbagai variasi tentang model fungsi konsumsi. Fungsi konsumsi yang paling dikenal dan sangat sering ditemukan dalam buku makro ekonomi adalah fungsi konsumsi Keynes yaitu ;

C=f(Yd) Fungsi konsumsi yang diperkenalkan oleh Keynes ini menghubungkan konsumsi dengan pendapatan saat ini (Mankiw, 2007:450). Karena konsumsi bergantung pada pendapatan maka konsumsi merupakan fungsi dari pendapatan (Mc eachern, 2000:173). Fungsi konsumsi yang dikembangkan berdasarkan teori daur hidup adalah:

C = αW + βY Dimana α adalah kecenderungan mengkonsumsi marginal dari kekayaan, W adalah kekayaan riil, β adalah kecenderungan mengkonsumsi marginal dari pendapatan dan Y adalah pendapatan (Mankiw, 2007:462).

Pengaruh PDRB Terhadap Konsumsi

Pendapatan merupakan faktor terpenting dan penentu utama (main determinant) dari konsumsi (Nanga, 2005:123). Teori yang dikemukakan oleh Keynes dinamakan absolute income hypothesis

atau hipotesis pendapatan mutlak didasarkan atas hukum psikologis yang mendasar tentang konsumsi yang menyatakan apabila pendapatan mengalami kenaikan maka konsumsi juga akan

(7)

Analisis Faktor … (Hotmaria Sitanggang, 145:164) 151 mengalami kenaikan (Nanga, 2005:109). Ciri-ciri penting dari konsumsi rumah tangga dalam teori pendapatan mutlak tersebut yaitu bahwa faktor terpenting yang menentukan besarnya pengeluaran rumah tangga baik perorangan maupun keseluruhan adalah pendapatan (Herlambang, 2001:211). Fungsi konsumsi menunjukkan terdapat hubungan positif antara tingkat disposible income dalam perekonomian dengan jumlah belanja konsumsi dimana faktor lain yang mempengaruhi konsumsi diasumsikan konstan (Mc earchern, 2000:174). Kajian ekonomi juga telah menunjukkan bahwa pendapatan merupakan penentu utama dari konsumsi (Samuelson, 2004:128).

Berdasarkan latar belakang dan uraian teoritis yang telah dipaparkan diatas, maka hipotesis dari penelitian ini adalah : Produk Domestik Regional Bruto, dan Jumlah Penduduk berpengaruh positif dan signifikan terhadap Konsumsi, sedangkan Suku Bunga Deposito dan Inflasi berpengaruh negatif dan signifikan terhadap konsumsi di Provinsi Sumatera Utara, cateris paribus.

C. Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan kajian tentang bagaimana Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), inflasi, suku bunga, dan jumlah penduduk mempengaruhi perkembangan konsumsi masyarakat di Provinsi Sumatera Utara selama tahun 1993 – 2012.

Jenis data yang digunakan dalam kajian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari berbagai lembaga dan instansi, antara lain berasal dari Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Sumatera Utara dan kantor Bank Indonesia Medan. Data dalam penelitian ini merupakan data time series.

Faktor – faktor yang mempengaruhi Konsumsi di Provinsi Sumatera Utara selama tahun 1993-2012 yang digunakan dalam penelitian ini dikembangkan dengan menggabungkan fungsi konsumsi Keynesian, Singh (2004) dan Guritno (1998) adalah :

K = f (PDRB, SBD, INF, JP)

Selanjutnya fungsi diatas dispesifikasi dalam model estimasi dengan menggunakan OLS (Ordinary Least Square) dengan model regresi linier berganda yaitu:

Log(Y) = a + b1 Log(X1) + b2 Log(X2)+ ...+ bn Log(Xn) + µ

Melalui substitusi variabel konsumsi sebagai dependen variable dan variabel PDRB, Suku Bunga Deposito, Inflasi dan

(8)

Analisis Faktor … (Hotmaria Sitanggang, 145:164) 152 Jumlah Penduduk sebagai independen variable kedalam model, maka diperoleh model penelitian ini adalah sebagai berikut:

Log(K) = β01Log(PDRB)+β2Log(SBD)+β3Log(INF) +β4 Log(JP)+

dimana :

K = Konsumsi (diukur dalam satuan Milyar Rupiah) PDRB = PDRB (yang diukur dalam satuan Milyar Rupiah). SBD = Suku Bunga Deposito (diukur dalam satuan % ) INF = Tingkat Inflasi (diukur dalam satuan % )

JP = Jumlah Penduduk (dalam satuan Jiwa) β0 = Konstanta

β1-β4 = Koefisien Regresi  = Error term

Data statistik dalam penelitian ini diolah dengan menggunakan program Eviews 5.0 yang dibuat khusus untuk membantu pengolahan data sekaligus mengurangi human error, dengan tingkat signifikansi 95% atau α 0.05.

Uji Kesesuaian (Test Of Goodness Of Fit) yaitu uji statistik untuk mengetahui seberapa baik garis regresi menjelaskan datanya. Analisis data dalam uji kesesuaian dilakukan berdasarkan uji t yaitu uji secara individu (partial test), uji F yaitu uji secara keseluruhan (over all test) dan perhitungan nilai koefisien determinan (R2)

Pengujian ini untuk melihat adanya pengaruh dari masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen. Uji statistik t pada dasarnya untuk menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel independen dalam menerangkan variasi variabel terikat. Hipotesis nol (Ho) yang akan di uji adalah apakah suatu parameter (α1)

sama dengan nol, atau Ho : α1 = 0, artinya suatu variabel independen

bukan merupakan penjelas yang signifikan terhadap variabel independen. Hipotesis alternatifnya (Ha) parameter suatu variabel

tidak sama dengan nol, atau Ha : α1 ≠ 0, artinya variabel tersebut

merupakan penjelas yang sigifikan terhadap variabel dependen.

Adapun cara untuk melakukan uji t adalah dengan membandingkan nilai probability t-statistik dengan α = 0,10, 0,05 dan 0,01. Dimana jika nilai probability t-statistik lebih kecil dari α, maka variabel independen tersebut memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen.

(9)

Analisis Faktor … (Hotmaria Sitanggang, 145:164) 153

D. Hasil Penelitian

1. Perkembangan Tingkat Konsumsi

Konsumsi masyarakat dalam penelitian ini adalah jumlah konsumsi yang dibelanjakan rumah tangga dari tahun 1993 - 2012. Konsumsi rumah tangga di Sumatera Utara selama tahun penelitian tersebut dideskripsikan melalui gambar berikut ini.

Sumber : BPS Prov. Sumatera Utara

Gambar 2. Perkembangan Tingkat Konsumsi di Sumut

Gambar 1. Periode 1993 - 2012 menunjukkan perkembangan tingkat konsumsi masyarakat yang semakin meningkat. Pada awal tahun penelitian yaitu tahun 1993 jumlah konsumsi masyarakat propinsi Sumatera Utara sebesar Rp. 30.811.702,33 milyar. Peningkatan jumlah konsumsi msyarakat seiring dengan peningkatan jumlah penduduk yang terus meningkat, hingga tahun 2012 peningkatan jumlah konsumsi rumah tangga sebesar Rp. 79.721.334,01 milyar.

Sumber : BPS Prov. Sumatera Utara, diolah

Gambar 3. Pertumbuhan Tingkat Konsumsi di Sumatera Utara

30, 811, 702. 33 32, 225, 880. 19 32,048,355.11 33, 125, 416. 09 34, 612, 394. 02 38, 525, 645. 90 40, 862, 064. 57 40, 075, 042. 17 41, 924, 741. 68 43, 510, 947. 36 45, 131, 874. 95 47, 217, 507. 64 50, 500, 351. 13 53, 771, 629. 72 58, 465, 863. 77 63, 566, 633. 01 68, 475, 416. 56 74,120,391.29 74, 017, 173. 18 79, 721, 334. 01 50,000,000.00 100,000,000.00 1993 1995 1997 1999 2001 2003 2005 2007 2009 2011 Tahun Rupiah -5 0 5 10 15 19 94 19 96 19 98 20 00 20 02 20 04 20 06 20 08 20 10 20 12 4.59 -0.55 3.36 4.49 11.31 6.06 -1.93 4.62 3.78 3.73 4.62 6.95 6.48 8.73 8.72 7.72 8.24 -0.14 7.71 Tahun Persen

(10)

Analisis Faktor … (Hotmaria Sitanggang, 145:164) 154 Dari gambar 2 menunjukkan pertumbuhan tingkat konsumsi rumah tangga selama tahun 1993 hingga tahun 2012, dimana pada tahun 1994 pertumbuhan tercatat sebesar 4,59 persen. Sementara di tahun 1995 terjadi penurunan hingga sebesar 0,55 persen. Peningkatan pertumbuhan konsumsi terjadi di tahun 1998 hingga mencapai 11,31 persen, sedangkan penurunan pertumbuhan konsumsi terjadi di tahun 2012 sebesar 7,71 persen.Secara umum peningkatan pertumbuhan konsumsi di Sumatera Utara selama tahun 1993 hingga tahun 2012 adalah positif.

PDRB propinsi Sumatera Utara cenderung mengalami kenaikan. Tahun 1993 PDRB atas dasar harga konstan tahun 2000 di Sumatera Utara mencapai Rp. 58.215.,45 milyar, relatif meningkat secara signifikan pada tahun 2012 sebesar Rp. 134.460,10 milyar. Gambar 3. berikut memberikan penjelasan kenaikan PDRB atas dasar harga konstan 2000 dari tahun 1993 sampai tahun 2012.

Sumber : BPS Prov. Sumatera Utara, diolah

Gambar 4. Perkembangan PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2000 di Sumatera Utara Tahun 1993-2012

Dari gambar 3. menunjukkan Perkembangan PDRB atas dasar konstan tahun 2000 di Sumatera Utara selama tahun 1993 hingga tahun 2012 menunjukkan kearah perkembangan yang positif dalam setiap tahunnya. Namun, di sisi lain jika dianalisis perkembangan pertumbuhan PDRB atas dasar harga konstan 2000 di propinsi

5 8 ,2 1 5 .4 5 6 1 ,9 4 2 .0 2 6 4 ,7 5 3 .8 0 6 7 ,7 1 4 .7 3 6 8 ,0 6 5 .4 0 6 6 ,3 3 2 .6 8 6 8 ,9 1 0 .0 8 6 9 ,1 5 4 .1 1 7 1 ,9 0 8 .3 6 7 5 ,1 8 9 .1 4 7 8 ,8 0 5 .6 1 8 3 ,3 2 8 .9 5 8 7 ,8 9 7 .7 9 9 3 ,3 4 7 .4 0 9 9 ,7 9 2 .2 7 1 0 6 ,1 7 2 .3 6 1 1 1 ,5 5 9 .2 2 1 1 8 ,6 4 0 .9 0 1 2 6 ,5 9 0 .2 1 1 3 4 ,4 6 0 .1 0 50,000.00 100,000.00 150,000.00 1993 19951997 1999 2001 2003 20052007 2009 2011 Tahun Milyar Rp

(11)

Analisis Faktor … (Hotmaria Sitanggang, 145:164) 155 Sumatera Utara selama tahun 1993 hingga tahun 2012 dideskripsikan pada gambar 5 berikut.

Sumber : BPS Prov. Sumatera Utara, diolah

Gambar 5. Pertumbuhan PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2000 di Sumatera Utara Tahun 1993-2012

Di awal tahun penelitian yaitu tahun 1994 tercatat pertumbuhan PDRB atas dasar harga konstan tahun 2000 di Sumatera Utara sebesar 6,40 persen, namun terjadi penurunan di tahun 1995 hingga sebesar 4,54 persen. Tahun 1996 meskipun terjadi peningkatan, namun peningkatan tersebut tidak signifikan, yaitu sebesar 4,57 persen. Tahun 1997 kembali terjadi penurunan hingga sebesar 0.52 persen, puncak runtuhnya perekonomian Sumatera Utara akibat dampak krisis ekonomi adalah di tahun 1998, dimana pertumbuhan PDRB anjlok hingga turun ke level -2,55 persen. Kondisi ini hanya berselang setahun, dimana di tahun 1999 PDRB Sumatera Utara kembali meningkat mencapai 3,89 persen, namun di tahun berikutnya, yaitu tahun 2000 kembali pertumbuhan PDRB terpuruk hingga ke level 0,35 persen.

Kinerja perekonomian Sumatera Utara kembali menunjukkan pengaruh yang positif, dimana PDRB di tahun 2001 meningkat kembali ke level 3,98 persen. Kondisi ini terus meningkat hingga tahun 2005 hingga mencapai level 5,74 persen. Meskipun di tahun 2006 terjadi penurunan hingga ke level 5,48 persen, namun di tahun 2007 meningkat hingga 6,90 persen. Pertumbuhan di tahun 2007 ini merupakan pertumbuhan PDRB tertinggi selama periode tahun 1993 hingga tahun 2012. 6.40 4.54 4.57 0.52 -2.55 3.89 0.35 3.98 4.56 4.81 5.74 5.48 6.20 6.90 6.39 5.07 6.35 6.70 6.22 -5 0 5 10 19 94 19 95 19 96 19 97 19 98 19 99 20 00 20 01 20 02 20 03 20 04 20 05 20 06 20 07 20 08 20 09 20 10 20 11 20 12 Persen

(12)

Analisis Faktor … (Hotmaria Sitanggang, 145:164) 156 Tahun 2008 dan tahun 2009 terjadi penurunan PDRB, masing-masing sebesar 6,39 persen di tahun 2008 dan sebesar 5,07 persen di tahun 2009. Tahun 2010 PDRB kembali meningkat sebesar 6,35 persen, serta di tahun 2011 dan tahun 2012 masing-masing PDRB sebesar 6,70 persen dan 6,22 persen.

Sumber : Bank Indonesia

Gambar 6. Perkembangan Suku Bunga Deposito di Sumatera Utara Tahun 1993-2012

Jika dianalisis gambar 5 diatas menunjukkan bahwa suku bunga deposito di tahun 1993 sebesar 14,20 persen menurun di tahun 1994 sebesar 12,99 persen. Tahun 1995 dan 1996 meningkat masing-masing sebesar 16,28 persen dan 16,70 persen. Tahun 1997 kembali turun hingga sebesar 15,74 persen. Tahun 1998 hingga tahun 1999 kembali meningkat masing-masing sebesar 16,06 persen dan 17,62 persen.

Di tahun 2000 suku bunga deposito anjlok hingga sebesar 10,90 persen, kembali meningkat di tahun 2001sebesar 14,26 persen. Tahun 2001 hingga tahun 2003 posisi suku bunga deposito kembali turun, bahkan penurunan tertinggi selama tahun penelitian yaitu sebesar 5,59 persen di tahun 2003. Tahun 2004 dan tahun 2005 kembali meningkat menjadi 6,03 persen di tahun 2004 dan 10,63 persen di tahun 2005. Tahun 2006 hingga tahun 2007 posisi suku bunga deposito di Sumatera Utara bergeser sedikit hingga pada posisi 8,56 persen di tahun 2006 dan 6,91 persen di tahun 2007. Namun di tahun 2008 posisi suku bunga deposito berada pada posisi 9,93 persen. Posisi suku bunga deposito kembali meningkat hingga pada level 6,65 persen di tahun 2009 dan 6,29 persen di tahun 2010. Di tahun 2011

14.20 12.99 16.28 16.70 15.74 16.06 17.62 10.90 14.26 11.03 5.59 6.03 10.63 8.56 6.91 9.93 6.65 6.29 6.45 6.00 5.00 10.00 15.00 20.00 19 93 19 94 19 95 19 96 19 97 19 98 19 99 20 00 20 01 20 02 20 03 20 04 20 05 20 06 20 07 20 08 20 09 20 10 20 11 20 12 Tahun Persen

(13)

Analisis Faktor … (Hotmaria Sitanggang, 145:164) 157 dan tahun 2012 posisi suku bunga deposito masing-masing sebesar 6,45 persen dan 6,00 persen.

Berdasarkan data BPS perkembangan tingkat inflasi di Sumatera Utara Indonesia selama tahun 1993 hingga tahun 2012 disajikan pada gambar 6. berikut.

Sumber : BPS

Gambar 7. Perkembangan Tingkat Inflasi Sumatera Utara Tahun 1993-2012

Perkembangan tingkat inflasi Sumatera Utara dari tahun 1993 hingga tahun 2012 secara umum tidak mengalami peningkatan ataupun penurunan yang signifikan. Dimana pada tahun 1993 tingkat inflasi sebesar 9,75 persen terus mengalami peningkatan hingga tahun 1997 masing-masing sebesar 8,28 persen di tahun 1994, 7,24 persen di tahun 1995, 8,70 persen di tahun 1996 dan 13,10 persen di tahun 1997. Tahun 1998 yang merupakan krisis ekonomi berdampak pula pada tingkat inflasi di Sumatera Utara. Akibatnya tingkat inflasi pada tahun 1998 menembus angka 83,56 persen.

Berakhirnya krisis ekonomi di tahun 1998, ditandai dengan turunnya secara signifikan tingkat inflasi di tahun 1999 berada pada level 1,37 persen. Hingga tahun 2002, posisi tingkat inflasi pada level 5,73 persen di tahun 2000, 14,79 persen di tahun 2001 dan 9,59 persen di tahun 2002. Tahun 2003 mencapai level 4,23 persen sementara di tahun 2004 sebesar 6,80 persen.

Tahun 2005 tingkat inflasi kembali mengalami peningkatan hingga ke posisi 22,41 persen. Tahun 2006 hingga tahun 2012 berturut-turut tingkat inflasi sebesar 6,11 persen tahun 2006; 6,60 persen di tahun 2007; 10,72 persen di tahun 2008 dan 2,61 persen di

50.00 100.00 19931995199719992001 2003 2005 2007 2009 2011 9.75 8.28 7.24 8.70 13.10 83.56 1.37 5.73 14.79 9.59 4.23 6.80 22.41 6.11 6.60 10.72 2.61 8.00 3.67 3.86 Tahun Persen

(14)

Analisis Faktor … (Hotmaria Sitanggang, 145:164) 158 tahun 2009; 8,00 persen di tahun 2010; 3,67 persen di tahun 2011 dan sebesar 3,86 persen di tahun 2012.

Hasil Uji Prasyarat Analisis

Estimasi model dalam penelitian ini menggunakan perangkat lunak Eviews 5.0 dengan metode OLS untuk melihat Model konsumsi (K) dimana, Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), Suku Bunga Deposito (SBD), inflasi (INF), dan Jumlah Penduduk (JP) mempunyai pengaruh terhadap konsumsi rumah tangga (K) di Sumatera Utara. Dari hasil estimasi model peneltian selanjutnya akan di uji analisis ekonomi, analisis statistik dan analisis ekonometrika dengan model yang dilakukan dengan estimasi persamaan regresi linier barganda (OLS). Model regressi juga harus memenuhi asumsi clasiccal normal liniear regression model sering disebut juga sebagai uji kenormalan atau uji normalitas. Uji normalitas dengan menggunakan Jarque-Bera (J-B) Test. Suatu model dianggap berdistribusi normal bila nilai probabilitas J-B hitung lebih besar dari α = 0,05.

Berdasarkan gambar 8 dibawah menunjukan nilai probabilitas J-B hitung untuk Konsumsi rumah tangga (K) di Sumatera Utara adalah 2.548782 dengan nilai probabilitas sebesar 0,279601 lebih besar dari α = 0,05. Ini berarti model penelitian memiliki data berdistribusi normal.

Didalam penelitian ini pengujian terhadap gejala autokorelasi dengan Uji Durbin-Watson (D-W test). Model penelitian dianggap tidak mengandung gejala autokorelasi bila probability Obs* R-Squared lebih besar dari tingkat signifikan (α = 5%) atau nilai Obs*R-Squared lebih besar dari Chi-Squared ( . DW tabel pada taraf signifikan α = 0,05, dengan jumlah sampel n = 120 serta jumlah variabel bebas k = 4 adalah nilai dL = 0,8943 dan dU = 1,8283. Nilai hitung DW = 1.918358, berada di sebelah dL yang berarti berada pada daerah tidak ditolak. Berdasarkan hasil estimasi model nilai DW adalah sebesar 1.918358 berada pada area tidak ditolak.

Salah satu penyimpangan terhadap asumsi klasik adalah terdapatnya multikolinieritas, atau terjadinya hubungan linier yang sempurna (perfect) atau exact diantara beberapa atau semua variabel bebasnya.

(15)

Analisis Faktor … (Hotmaria Sitanggang, 145:164) 159

Tabel 1. Nilai Matriks Korelasi Variabel-Variabel Bebas

PDRB SBD INF JP

PDRB 1.000000 0.165022 -0.570216 0.049165 SBD 0.165022 1.000000 0.209271 0.344115 INF -0.570216 0.209271 1.000000 -0.291231 JP 0.049165 0.344115 -0.291231 1.000000

Sumber: Hasil Pengolahan Data

Dari tabel nilai matriks korelasi menunjukkan bahwa tidak terdapat multikolineritas data. Suatu variabel dikatakan terdapat multikolineritas apabila korelasi antar kedua variabel lebih dari nilai R squared. Berdasarkan hasil perhitungan regresi maka tidak ada variabel yang memiliki nilai lebih tinggi dari 0.95 untuk fungsi Konsumsi.

Nilai VIF yang semakin besar menunjukkan masalah multikolinearitas yang semakin serius. Kaidah yang digunakan adalah jika VIF lebih besar dari 10 dan R2j lebih besar dari 0,90 maka variabel tersebut memiliki kolinearitas yang tinggi.

Tabel 2. Nilai VIF dari Korelasi Variabel-Variabel Bebas

PDRB SBD INF JP

PDRB

SBD 1.027995

INF 1.481803 1.0458

JP 1.002423 1.13432 1.092676

Sumber: Hasil Pengolahan Data

Dari nilai VIF dari korelasi variabel-variabel bebas pada tabel 4.2 tidak terdapat variabel yang memiliki nilai VIF yang lebih besar dari 10, jadi tidak ada variabel yang terjadi kolinieritas ganda

(multicollinearity).

Uji Model

Analisis statistik digunakan untuk melihat validasi dari model yang digunakan dalam penelitian ini. Pengujian secara statistik dilakukan terhadap hasil regresi model. Adapun pengujian secara statistik meliputi pengujian terhadap besaran t-Statistik F Statistik , dan nilai

R2. Dalam penelitian ini hasil estimasi regresi untuk fungsi konsumsi seperti tampak pada table 4.3 di bawah ini.

(16)

Analisis Faktor … (Hotmaria Sitanggang, 145:164) 160

Tabel3. Hasil Uji Model Konsumsi

Dependent Variable: K Method: Least Squares Date: 09/06/13 Time: 22:22 Sample: 1991 2012

Included observations: 22 Weighting series: INF

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C -7.410854 2.799484 -2.647221 0.0169 PDRB 1.699643 0.453997 3.743734 0.0016 SBD -0.069184 0.030998 -2.231913 0.0394 INF 0.032791 0.006705 4.890843 0.0001 JP 2.110472 0.337880 6.246219 0.0000 Weighted Statistics

R-squared 0.951421 Mean dependent var 6.322030 Adjusted R-squared 0.939990 S.D. dependent var 23.48668 S.E. of regression 5.753505 Akaike info criterion 6.534212 Sum squared resid 562.7480 Schwarz criterion 6.782176 Log likelihood -66.87633 F-statistic 28.32326 Durbin-Watson stat 1.918358 Prob(F-statistic) 0.000000

Unweighted Statistics

R-squared 0.233533 Mean dependent var 4.485305 Adjusted R-squared 0.053188 S.D. dependent var 3.874657 S.E. of regression 3.770206 Sum squared resid 241.6457 Durbin-Watson stat 1.831858

Sumber: Hasil Estimasi Model

Hasil analisis regresi konsumsi (K) dapat di tuliskan dalam persamaan linier sebagai berikut :

K = -7.410854+1.699643*PDRB-0.069184*SBD+0.032791*INF+2.110472*JP

(17)

Analisis Faktor … (Hotmaria Sitanggang, 145:164) 161 Hasil estimasi Konsumsi (K), variabel bebas Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), Inflasi (INF) dan Jumlah Penduduk (JP) berpengaruh positif dan signifikan pada α = 5 persen terhadap konsumsi rumah tangga (K) di Sumatera Utaraa, sedangkan variabel suku bunga deposito (SBD) berpengaruh negatif dan signifikan terhadap Konsumsi rumah tangga (K) di Sumatera Utara pada α = 10 persen.

Uji F atau uji serepak ini dilakukan untuk melihat pengaruh variabel bebas secara simultan atau bersama-sama terhadap variabel terikat. Dari hasil estimasi model untuk Konsumsi diperoleh nilai F hitung sebesar 28.32326 dengan tingkat probabilitas sebesar 0.000000. Hal ini menunjukkan bahwa variabel bebas untuk Konsumsi yaitu PDRB, SBD, INF, dan JP secara simultan dan signifikan bersama-sama mempengaruhi variabel terikatnya yaitu Konsumsi pada tingkat derajat kepercayaan sebesar 95%.

Uji koefisien determinasi (R2) digunakan untuk melihat seberapa besar variasi variabel bebas dapat menerangkan variabel terikat. Dari hasil estimasi untuk Konsumsi diperoleh nilai R2 sebesar 0.951421. Hal ini memberikan makna bahwa sebesar 95,14% variabel Konsumsi dapat dijelaskan oleh variabel PDRB, SBD, INF, dan JP. Sedangkan sisanya sebesar 4,86% dijelaskan oleh variabel lain diluar model.

E. Penutup

Hasil analisis dapat diambil kesimpulan yaitu: 1) Dari nilai koefisien determinasi pada hasil estimasi maka variabel konsumsi di Sumatera Utara mampu dijelaskan oleh variabel-variabel Produk Domestik Regional Bruto, suku bunga deposito, inflasi dan jumlah penduduk mampu dijelaskan dengan model yang digunakan. 2) Variabel-variabel yang digunakan menjelaskan variabel konsumsi menunjukkan arah pengaruh yang sesuai dengan hipotesis. Produk Domestik Regional Bruto dan jumlah penduduk berpengaruh positif dan signifikan dan inflasi berpengaruh positif dan signifikan sedangkan suku bunga deposito berpengaruh negatif dan signifikan terhadap konsumsi. 3) Besarnya nilai koefiasien variabel-variabel yang menjelaskan variabel konsumsi, yang terbesar adalah variabel jumlah penduduk, diikuti berturut-turut oleh variabel PDRB, suku bunga deposito dan inflasi.

(18)

Analisis Faktor … (Hotmaria Sitanggang, 145:164) 162

DAFTAR PUSTAKA

Attanasio, O. P, 1999, “Consumption, in Handbook of Macroeconomics”, ed by J.B. Taylor, and M. Woodford, vol 1B,

Elsevier Science North-Holland, New York and Oxford, pp. 741-812.

Anwar, Khairil, 2001, “Dampak Krisis Moneter Terhadap Konsumsi Masyarakat Provinsi Aceh”, Unsyiah, Banda Aceh.

---, 2007, “Analisis Determinan Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga Masyarakat Miskin di Kabupaten Aceh Utara”,

Universitas Sumatera Utara, USU-Medan.

Boediono, 2000, “Ekonomi Moneter”, Edisi 3, BPFE, Yogyakarta.

Bank Indonesia, “Statistik Ekonomi Keuangan Indonesia”, Berbagai

Edisi Tahun Penerbitan 2000-2008.

---, “Laporan Tahunan”, Berbagai Tahun Penerbitan

2000-2008.

Badan Pusat Statistik (BPS), “Indikator Ekonomi”, Berbagai tahun

Penerbitan 2000-2008.

---, “Statistik Tahunan”, Berbagai Tahun Penerbitan

2000-2008.

Domowitz dan Elbadawi, 2006, “An Error Approach to Money Demand (The Case of Sudah)”, Journal of Development

Economics, Vol 26 pp 257-275.

Dornbusch, R dan fisher, S, 2004, “Makroekonomi”, Edisi keempat,

Alih Bahasa Mulyadi, JA, Penerbit Erlangga, Jakarta.

Dumairy, 2004, “Perekonomian Indonesia”, Cetakan Keempat,

Penerbit Erlangga, Jakarta.

Godam, 2007, “Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Konsumsi/Pengeluaran Rumah Tangga-Pendidikan Ekonomi Dasar”,http://organisasi.org/faktor-yang-mempengaruhi-tingkat- konsumsi-pengeluaran-rumah-tangga-pendidikan-ekonomi-dasar

(19)

Analisis Faktor … (Hotmaria Sitanggang, 145:164) 163 Gujarati, Damodar, 1998, “Ekonometrika Dasar”, Alih Bahasa,

Sumarno Zain, Penerbit Erlangga, Jakarta.

Guritno, Mangkusubroto, 1998, “Teori Ekonomi Makro”, Yogyakarta,

STIE YKPN

Ilhamuddin, Tasdik, 2006, “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Rumah Tangga di Nangroe-Aceh Darussalam Tahun 2004”, Unsyiah, Banda Aceh.

Isnawati, Cut, 2001, “Dampak Krisis Ekonomi Terhadap Konsumsi dan Tabungan Masyarakat Aceh”, Unsyiah Banda Aceh.

Isyani & Mulidyah Hasmarini, 2005, “Analisis Konsumsi Masyarakat di Indonesia Tahun 1989-2002 (Tinjauan Terhadap Hypotesis Keynes dan Post Keynes”, Jurnal Ekonomi Pembangunan, Vol.

VI, Desember No. 2, pp. 143-162.

Insukrindo, 2003, “Ekonomi Uang dan Bank”, BPFE, UGM

Yogyakarta.

Khairani Siregar, 2008, “Analisis Determinan Konsumsi Masyarakat di Indonesia”, Tesis, USU-Medan.

Mankiw, N. Gregory, 2003, “Teori Makro Ekonomi”, Terjemahan,

Jakarta, Gramedia Pustaka Utama.

---, 2007, “Makro Ekonomi”, Jakarta, Erlangga.

Nanga, Muara, 2005, “Makro Ekonomi”, PT. Raja Grafindo Persada,

Jakarta.

Nicholson, Walter, 1991, “Teori Ekonomi Mikro I”, Terjemahan

Deliarnov, Rajawali, Jakarta.

Putong, Iskandar and Andjaswati ND, “Pengantar Ekonomi Makro”,

Mitra Wacana Media, Jakarta.

Rahmadana, M.Fitri, 2008, “Pengaruh Krisis Ekonomi Terhadap Pola Konsumsi Msyarakat di Indonesia”, Jurnal Visi Ekonomi, Vo;. 7

No.1.

Samuelson, paul A, 2004, “Ilmu Makro Ekonomi”, PT. Media Global

(20)

Analisis Faktor … (Hotmaria Sitanggang, 145:164) 164 Singh, Bimal, 2004, “Mpdelling Real Private Consumtion

Expenditure – An Empirical Study on Fiji”, Working paper,

Economic Departement Reserve Bank of Fiji, Fiji.

Suparmoko, M, 2001, “Pengantar Ekonomika Makro”, BPFE,

Yogyakarta.

Susanti, C Yuniar, 2000, “Analisis Pengaruh PDRB Terhadap Jumlah Konsumsi Masyarakat di Provinsi Daerah Istimewa Aceh”,

Journal Ekonomi Pembangunan, Volume 6 Nomor 3 hal. 332-345.

Rinanda, Teja, 2010, “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Konsumsi Masyarakat di Provinsi Sumatera Utara”, Tesis,

USU, Medan.

Veralisna dan Nila Rifai, 2008, “Analisis Faktor-Faktor Ekonomi

Makro Yang Mempengaruhi Tingkat Konsumsi Era

Gambar

Gambar 1.Perkembangan Konsumsi Masyarakat 1993 - 1912
Gambar 2. Perkembangan Tingkat Konsumsi di Sumut
Gambar 3. berikut memberikan penjelasan kenaikan PDRB atas dasar  harga konstan 2000 dari tahun 1993 sampai tahun 2012
Gambar 5. Pertumbuhan PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2000  di Sumatera Utara Tahun 1993-2012
+3

Referensi

Dokumen terkait

Rencana Kerja Madrasah ini kami susun secara strategis, realistis untuk jangka waktu 4 tahun, sehingga diharapkan dapat digunakan sebagai acuan untuk mencapai tujuan dan cita –

Dengan peternakan yang masih dikelola secara sederhana ini dapat kita ketahui bahwa kegiatan transaksi penjualan pada peternakan ini belum berjalan dengan baik Karena itu

Penulis berharap dengan adanya sistem pemesanan seperti ini dapat lebih cepat dan akurat dalam mengatasi segala macam masalah yang

 Apakah instrumen yang Saudara gunakan sudah sesuai dengan tujuan penelitianE.  Apakah pengolahan data sudah sesuai dengan

Dalam mempertahankan kelangsungan usaha industri kulit pengusaha melakukan variasi hasil produksi, kelangsungan usaha industri kerajinan kulit di daerah penelitian dipengaruhi

[r]

Faktor yang mendorong seorang perempuan yang sudah berkeluarga untuk bekerja antara lain faktor penghasilan untuk menambah penghasilan keluarga, faktor ekonomi

[r]