• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. 2003), hlm Muh. Zuhri, Telaah Matan Hadis; Sebuah Tawaran Metodologis, (Yogyakarta: LESFI, 3 Muh. Zuhri, op. cit., hlm.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. 2003), hlm Muh. Zuhri, Telaah Matan Hadis; Sebuah Tawaran Metodologis, (Yogyakarta: LESFI, 3 Muh. Zuhri, op. cit., hlm."

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

1 A. Latar Belakang

Hal terpenting mempelajari sebuah agama adalah mempelajari sumber ajarannya. Bagi orang Islam, sumber ajarannya adalah al-Qur’an, yang dicatat dalam mushaf dan Sunnah Rasulullah (petunjuk Muhammad dalam melaksanakan al-Qur’an) yang dicatat dalam kitab-kitab hadis.1

Karena itu, bagi orang Islam keduanya menjadi sumber ajaran Islam.2 Bahkan dikatakan pula bahwa keduanya merupakan wahyu Ilahi. Biasa kita dengar al-Qur’an itu wahyu yang matluw, dibacakan oleh jibril kepada

Muhammad Saw., sedangkan hadis disebut wahyu yang ghairu matluw.

Ada perbedaan persepsi antara al-Qur’an dengan hadis. Informasi bahwa sebuah penjelasan terkandung dalam al-Qur’an surat tertentu dan ayat tertentu pula, tidak mengandung keraguan orang, apakah ayat dimaksud otentik atau tidak. Akan halnya hadis, bila disebut “Hadis inilah yang menjadi acuan”, maka pertanyaan berikutnya adalah siapa yang meriwayatkan hadis itu? atau, apakah hadis itu otentik berasal dari Rasulullah? Sepertinya, ada diskriminasi sikap terhadap kedua sumber ajaran Islam itu. Tetapi agaknya memang harus begitu.3

Diantara perbedaan yang signifikan dijelaskan oleh M. Taufiq Shidqi dalam buku Kontroversi Hadis di Mesir karya G.H.A. Juynboll bahwa:

- Al-Qur’an tidak dapat dipalsukan, sedangkan Sunnah dapat.

- Teks al-Qur’an telah ditegaskan kesahihannya dengan cara mutawatir, sedangkan Sunnah hanya sebagian saja yang ditegaskan dengan cara mutawatir.

1 Muh. Zuhri,

Telaah Matan Hadis; Sebuah Tawaran Metodologis, (Yogyakarta: LESFI, 2003), hlm. 1

2 Sebagaimana dalam hadis Nabi riwayat Malik bin Anas, ﻡﹸﺘﹾﻜﺴﻤﹶﺘﺎﻤ ﺍﻭﱡﻠِﻀﹶﺘ ﻥﹶﻟ ِﻥﻴﺭﻤَﺃ ﻡﹸﻜﻴِﻓ ﹸﺕﹾﻜﺭﹶﺘ ِﻪﻴِﺒﹶﻨ ﹶﺔﱠﻨﺴﻭ ِﷲﺍ ﺏﺎﹶﺘِﻜ ﺎﻤِﻬِﺒ al-Muwatta’, jilid II, (Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyyah, t.th)., hlm. 899

3 Muh. Zuhri,

(2)

- Al-Qur’an ditulis selama masa hidup Nabi atas perintah Nabi, Nabi melarang penulisan Sunnah.4

Oleh karena itu, terhadap hadis harus ada pembuktian apakah ia benar-benar berasal dari Rasulullah. Sebab sungguhpun hadis itu disandarkan kepada beliau, tetapi tidak semuanya benar-benar otentik dari beliau, yang dalam istilah ilmu hadis disebut hadis maudhu’.

Menurut Yusuf Qardhawi, as-Sunnah atau hadis Nabi merupakan penafsiran praktis terhadap al-Qur’an, implementasi realistis dan juga implementasi idealisme Islam. Pribadi Nabi Muhammad sendiri merupakan penafsiran al-Qur’an, dan penerjemahan Islam.5 Oleh karena itu para ulama hadis (Muhaddisin) mengartikan istilah hadis6 dengan segala sesuatu yang

disandarkan kepada Nabi Muhammad, baik berupa sabda, tindakan maupun taqrir.7

Pada masa Rasulullah Saw., para sahabat tidak merasa kesulitan dalam memahami hadis Nabi, karena jika terdapat hal-hal yang tidak dimengerti oleh mereka dapat segera mendapat jawaban langsung dari rasulullah Saw..

Setelah Rasulullah wafat, timbullah beberapa persoalan yang belum pernah dialami di zaman Rasul masih hidup. Hal ini yang memaksa para sahabat untuk berijtihad melakukan istinbath hukum lewat al-Qur’an dan

4 G.H.A. Juynboll,

Kontroversi Hadis di Mesir, Terj. Ilyas Hasan, (Bandung: Mizan, 1999), hlm. 37

5 Yusuf Qardhawi,

Bagaimana Memahami Hadis Nabi, terj. M. al-Baqir, (Bandung: Karisma, 1993), hlm. 17

6 Dalam hal ini, ulama muhaddisin mensinonimkan antara al-Hadis dan as-Sunnah, yang

mana kedua kata tersebut bisa digunakan secara bergantian. Walaupun kalau dilihat dari akar kesejarahan kedua istilah itu mempunyai perbedaan yang cukup tajam, baik dari etimologis maupun dari segi terminologi. Lihat Subhi al-Salih, Ulum al-Hadis wa Mustalahuh, (Beirut: Dar al-‘Ilm, 1977), hlm. 3

7 Istilah

taqrir berasal dari bentuk masdar dari kata kerja qarrara, secara etimologis taqrir berarti penetapan, pengakuan atau persetujuan. Lihat Muhammad bin Mukarram bin Manzur, Lisan al-‘Arab, juz VI (Mesir al-Dar al-Misriyyah, t.th.), hlm. 394. Dalam Ulumu al-Hadis, istilah taqrir adalah perbuatan sahabat Nabi yang dibenarkan ataupun tidak dikoreksi oleh Nabi. Dengan kata lain bahwa taqrir adalah sikap Nabi yang membiarkan atau mendiamkan suatu perbuatan yang dilakukan para sahabatnya, tanpa memberikan penegasan apakah beliau membenarkan atau mempermasalahkannya atau bahkan Nabi memperkuat dan menganggap bahwa perbuatan itu adalah sebuah perbuatan yang dianggap baik. Dengan demikian, segala perbuatan sahabat yang diakui Nabi dianggap sebagai sesuatu yang disandarkan kepada Nabi. Lihat, Utang Ranuwijaya, Ilmu Hadis, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 1996), hlm. 15. Bandingkan dengan Muhammad ‘Ajjaj al-Khatib, Ushul al-Hadis ‘Ulumuh wa Mustalahuh (Ttp: Dar al-Fikr, 1989), hlm. 20

(3)

hadis. Diantara persoalan yang timbul adalah: pertama, perselisihan soal “imamah” (pimpinan kaum muslimin) dan syarat-syarat serta siapa yang

berhak memegangnya. Golongan Syiah memonopoli imamah kepada Ali r.a. dan keturunannya, sedangkan golongan Khawarij dan Mu’tazilah menganggap, bahwa orang yang berhak memangku jabatan imamah ialah orang yang terbaik dan paling cakap, meskipun ia budak atau bukan orang Arab (Quraisy).8

Setelah terjadi pembunuhan atas diri Usman r.a., timbul perselisihan yang lain sekitar persoalan dosa besar. Apa hakekatnya dan bagaimana hukum orang yang mengerjakannya. Dalam perkembangannya persoalan ini mempengaruhi masalah keimanan, apa pengertian dan bagaimana batasnya serta pertalian dengan perbuatan lahir.

Dengan demikian, maka perselisihan dalam soal dosa besar (pembunuhan) sudah bercorak agama yang sebelumnya bercorak politik dan kemudian menjadi pembicaraan yang penting dalam teologi Islam. perselisihan ini telah menimbulkan beberapa golongan antara lain: Khawarij, Murjiah dan Mu’tazilah.9

Persoalan-persoalan teologi yang tadinya bermula dari issue-issue

politik pada kenyataannya mencoba mempengaruhi opini publik melalui hadis untuk suatu kepentingan tertentu. Sehingga dalam perjalanannya, hadis Nabi melintasi “ kawasan hitam ”, yakni dalam kenyataannya hadis yang ada dalam beberapa kitab begitu banyak dan beragam, ada yang sahih, ada yang dhaif, bahkan ada yang maudhu’. Kajian terhadap hadispun menjadi kebutuhan guna memperoleh keotentikan sebuah hadis serta dapat dipahami secara benar.

Di antara kitab syarah hadis ada yang secara rinci menjelaskan tentang fiqh, tauhid, ibadah, akhlaq dan lain-lain, ada yang tidak secara rinci. Hal ini dikarenakan keberadaan seseorang pada lingkungan budaya, kondisi sosial, dan perkembangan ilmu mempunyai pengaruh yang besar dalam memaknai atau menafsirkan hadis-hadis Nabi.

8 A. Hanafi,

Theologi Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1974), hlm. 18

9

(4)

Kecenderungan seseorang juga berbeda-beda, sehingga apa yang dihidangkan dari pesan-pesan Nabi dapat berbeda antara satu dengan yang lain. Jika si fulan memiliki kecenderungan teologi, syarahnya banyak berbicara tentang teologi, kalau kecenderungan si fulan adalah hukum, maka syarah yang dihidangkannya bernuansa hukum. Demikian seterusnya.

Berikut ini beberapa contoh kitab hadis yang menjelaskan tentang persoalan fiqh, yang lazim disebut kutub al-ahkam10 yaitu, antara lain:

ƒ Al-Ahkam al-kubra karya Abu Muhammad al-Asybili (581) ƒ Al-Ahkam karya Abd al-Ghani al-Maqdisi (600)

ƒ Al-Muntaqa fi al-Ahkam karya Abd al-Salam al-Harani (652) ƒ Dan kitab-kitab al-Ahkam lainnya.11

Contoh lain kitab hadis yang membahas persoalan tertentu berkaitan dengan akhlak yaitu, antara lain:

ƒ Kitab Dzaman al-Ghibah karya Abu Bakar al-Baghdadi (281) ƒ Kitab Akhlaq al-Nabi karya Abu al-Syaikh al-Ashbahani ƒ Kitab al-Zuhd karya Abdullah bin al-Mubarak

Di antara kitab syarah hadis yang banyak digunakan kaum muslimin khususnya diperguruan tinggi Islam adalah Fath Bāri Syah Shahīh al-Bukhāri. Dalam kitab ini Ibnu Hajar al-‘Asqalani yang notabene bermazhab sunni, dalam memberikan penjelasan hadis didalamnya mengikut sertakan pendapat-pendapat mazhabnya disamping mazhab lain.

Ibnu Hajar al-‘Asqalani adalah ulama hadis, sejarawan ahli fikih dan pemikir Islam abad ke-sembilan Hijriyyah yang dikenal sangat produktif. Keproduktifannya ini bisa dilihat dari beberapa karyanya yang sebagian besar dalam bidang ilmu hadis. Meskipun demikian, tampaknya pemikirannya di bidang teologi amat menarik untuk dijadikan bahan kajian, karena bermula dari sinilah Ibnu Hajar al-‘Asqalani membangun seluruh bidang pemikirannya

10

Al-Ahkam merupakan jamak dari hakama (hukum), adalah istilah dalam sebuah kitab hadis yang menghimpun hadis-hadis hukum yang diambil dari kitab-kitab pokok dan disusun berdasarkan bab-bab fikih. Lihat, Mahmud at-Tahhan, Metode Tahrij dan Penelitian Sanad Hadis, terj. Ridwan Nasir, (Surabaya: Bina Ilmu, 1995), hlm. 88

11

(5)

yang lain. Juga melihat Ibnu Hajar sendiri adalah pakar hadis, bagaimana beliau menafsirkan hadis-hadis Nabi tentang teologi.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, cukup menarik untuk mengetahui lebih jauh penjelasan Ibnu Hajar tentang hadis-hadis teologi dalam kitab Fath al-Bāri Syarh Shahīh al-Bukhāri.

Untuk menjawab permasalahan ini, perlu dirumuskan masalah sebagi berikut: Bagaimana pengaruh paham teologi terhadap Ibnu Hajar dalam kitabnya Fath al-Bāri syarh shahīh al-Bukhāri.

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

Tujuan utama yang hendak dicapai dari penelitian ini adalah: untuk mendapatkan kejelasan pemetakan ke dalam manakah pemikiran teologi Ibnu Hajar al-‘Asqalani dalam kitab Fath al-Bāri Syarh Shahīh al-Bukhāri dikategorikan. Apakah teologinya bercorak rasional sebagaimana yang telah dikembangkan oleh Mu’tazilah dan Maturidiah Samarkand atau bercorak tradisional sebagaimana yang telah dikembangkan oleh Asy’ariah dan Maturidiah Bukhara.

Adapun kegunaan penelitian ini antara lain:

1. Untuk menambah khasanah pemikiran Islam yang berkaitan dengan teologi Islam.

2. Diharapkan dapat memperbanyak khasanah keilmuan, terutama dalam bidang hadis, lebih-lebih pembahasan ini sangat relevan dengan disiplin ilmu yang penulis tekuni selama ini.

D. Penjelasan Judul

Ada beberapa istilah dalam rumusan judul ini yang dirasakan perlu diberikan penjelasan sebagai berikut:

1. Pengaruh

Istilah pengaruh dalam rumusan judul ini dimaksudkan sebagai kecenderungan pemikiran teologi Ibnu Hajar al-‘Asqalani pada paham

(6)

teologi atas pemahaman hadis-hadis teologi dalam kitab Fath al-Bāri. Dalam kamus besar Indonesia dijelaskan sebagai daya yang ada atau timbul dari sesuatu (orang, benda) yang ikut membentuk watak, kepercayaan, atau perbuatan seseorang.12

2. Paham

Mempunyai arti sebagi berikut: 1. Pengertian, 2. Pendapat, 3. aliran, 4. Pandai dan mengerti.13 Istilah paham dalam rumusan judul ini dimaksudkan sebagai aliran, haluan atau pandangan seseorang.

3. Teologi

Adalah pengetahuan ketuhanan (mengenai sifat-sifat Allah, dasar-dasar kepercayaan kepada Allah dan agama terutama berdasar-dasar pada kitab-kitab suci).14

4. Syarah

Lafaz ini diambil dari bahasa Arab syaraha yasyrahu syarhan,

yang berarti menjelaskan, menafsirkan, menerangkan.15 Syarah dalam judul ini dimaksudkan pada hadis Nabi khususnya pada kitab yang akan diteliti (Fath al-Bāri).

5. Ibnu Hajar al-‘Asqalani

Adalah tokoh yang menjadi pengarang obyek kitab yang akan diteliti. Nama lengkapnya al-Hafidh Ahmad bin Ali al-‘Asqalani bin Hajar.16 Penjelasan lebih lanjut tentang tokoh ini diuraikan pada bab III di bawah sub judul riwayat hidup dan karya-karya Ibnu Hajar al-‘Asqalani. 6. Studi

Berasal dari bahasa Inggris study yang berarti belajar, penyelidikan, memikirkan.17 Dimaksudkan dalam judul ini adalah

12 Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa,

Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, cet. III, 1990), hlm. 664

13

Ibid., hlm. 636

14

Ibid., hlm. 932

15 Warson al-Munawwir,

Kamus al-Munawir, Unit Pengadaan Buku-buku Ilmiah Keagamaan, (Yogyakarta: Ponpes al-Munawwir, Krapyak, 1984), hlm. 756-757

16 Ibnu Hajar al-‘Asqalani,

Bulugh al-Maram, (Semarang: Toha Putra, t.th.), hlm. ي

17 John M Echols, Hassan Shadily,

Kamus Inggris Indonesia, cet. XIII, (Jakarta: Gramedia, 1984), hlm. 563

(7)

mengkaji secara detail obyek yang diteliti kemudian dirumuskan dalam bentuk suatu konsep.

7. Fath al-Bāri syarh shahīh al-Bukhāri

Merupakan obyek penelitian ini, yaitu kitab yang memuat penjelasan-penjelasan terhadap hadis Nabi dari hasil pemahaman Ibnu Hajar al-‘Asqalani terhadap hadis kumpulan Imam al-Bukhari dalam kitab shahihnya. Dari beberapa hadis ini hanya diambil sebagian hadis-hadis teologi sebagai bahan penelitian.

Walhasil arti judul skripsi diatas adalah penjelasan Ibnu Hajar atas penafsiran – penafsiran hadis teologi dalam kitabnya Fath al-Bāri Syarh Shahīh al-Bukhāri. Dalam hal ini, apakah Ibnu Hajar cenderung ke paham teologi Asy’ariyah atau lebih condong ke Mu’tazilah dan atau kepada paham teologi yang lain.

E. Tinjauan Kepustakaan

Dari berbagai literatur yang telah penulis baca dan teliti, memang banyak yang mengkaji masalah teologi, namun di sini penulis mencoba menegaskan kembali, terutama untuk mengetahui bagaimana pemikiran Ibnu Hajar ‘Asqalani ketika menjelaskan hadis-hadis teologi dalam kitab Fath al-Bāri syarh shahīh al-Bukhāri.

Adapun kitab-kitab dan buku-buku atau karya ilmiah yang membahas tentang teologi telah banyak ditemukan, diantaranya adalah kitab syarh al-Ushūl al-Khamsah merupakan hasil karya Abdul Jabbar bin Ahmad, dimana dalam tulisannya diterangkan lima dasar agama yang meliputi: at- Tauhīd, ‘Adl, Wa’d wa Wa’īd, Manzilu baina manzilataini, Amr bi al-Ma’rūf wa al-Nahi ‘An Munkar.

Juga dijelaskan beberapa pendapat ulama ahli kalam, dan tulisan ini menjadi salah satu sumber kepustakaan yang ada relevansinya dengan skripsi ini.

(8)

Harun Nasution dalam bukunya yang berjudul Teologi Islam, Sejarah, Analisa Perbandingan, dalam pembahasannya ia memaparkan persoalan teologi berikut aliran-aliran teologi dan sejarah munculnya paham teologi.

Buku lain yang menyinggung masalah teologi adalah buku teologi Islam (ilmu kalam) yang disusun oleh A. Hanafi. Dalam bukunya ia banyak berkomentar tentang teologi mulai dari pengertian, lapangan teologi Islam, kritik terhadap teologi Islam dan aliran-aliran teologi Islam.

Dalam disertasi yang berjudul pemikiran kalam al-Baqillani, studi tentang persamaan dan perbedaannya dengan al-Asy’ari, karya Dr. Ilhamuddin MA., dalam kajiaannya beliau hanya mengupas perbedaan dan persamaan dan persamaan teologi antara al-Baqillani engan al-Asy’ari. Meskipun al-Baqillani sendiri adalah tokoh teologi aliran Asy’ariyah, namun pemikiran teologinya cenderung kepada rasional.

Selanjutnya penulis juga menemukan sebuah buku berjudul memahami teologi Syi’ah. Telaah atas pemikiran teologi rasional Murtadha Muthahari, karya Drs. Syafi’I, MA. Dalam buku ini penulis berbicara tentang seputar persoalan-persoalan teologi klasik dan pemetakan kategori teologi Mutahhari.

Mengingat belum terdapat tulisan yang secara khusus membahas pemikiran teologi Ibnu Hajar al-Asqalani, maka skripsi ini berupaya menelaah pemikiran-pemikiran teologi Ibnu Hajar Asqalani dalam kitab hadis Fath al-Bari Shahih al-Bukhari.

F. Metode Penelitian 1. Jenis penelitian

Penelitian ini adalah jenis penelitian pustaka (library research)

yakni berusaha untuk mengupas secara konseptual tentang berbagai hal yang berkaitan dengan teologi Ibnu Hajar al-‘Asqalani dalam kitabnya Fath al-Bāri Syarh shahīh al-Bukhāri. Oleh karena itu penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif dengan kajian pustaka, yakni dengan cara menulis, mengedit, mereduksi, dan menyajikan data serta

(9)

menganalisanya.18 Data yang diambil dari berbagai sumber tertulis. Adapun sumber yang dimaksud adalah berupa buku-buku, bahan-bahan dokumentasi, dan lain sebagainya.19

2. Sumber penelitian

Oleh karena penelitian ini adalah penelitian pustaka, maka data diambil dari berbagai sumber tertulis sebagai berikut:

a. Sumber data primer

Merupakan sumber-sumber yang memberikan data langsung dari tangan pertama.20 Sumber primer penelitian ini adalah kitab Fath al-Bāri syarh shahīh al-Bukhāri.

b. Sumber data sekunder

Adalah sumber yang diperoleh, dibuat dan merupakan perubahan dari sumber pertama, sifat sumber ini tidak langsung. Sumber sekunder diambilkan dari data atau dokumen lain yang ada hubunganya dengan penelitian ini.

3. Metode analisis data

Data yang telah dikumpulkan agar dapat diperoleh kesimpulan maka dalam mengolah data-data tersebut penulis menggunakan metode sebagai berikut:

a. Metode deskriptif

Merupakan metode penelitian dalam rangka untuk menguraikan secara lengkap teratur dan teliti terhadap suatu obyek penelitian.21 Metode deskriptif dapat diartikan sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan atau melukiskan keadaan subyek atau obyek penelitian.

18 Noeng Muhajir,

Metode Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Rake Sarasin, 1993), hlm. 51

19 Hadari Nawawi,

Metode Penelitian Bidang Sosial, (Yogyakarta: Gajah Mada Pers, 1991). 30

20 Noeng Muhajir,

op. cit., hlm. 126

21 Sudarto,

Metodologi Penelitian Filsafat, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1990), hlm. 116

(10)

b. Metode content analisis

Metode ini sebagai kelanjutan dari metode pengumpulan data, yaitu metode penyusunan dan penganalisaan data secara sistematis dan obyektif.22 Metode ini juga merupakan jalan yang dipakai untuk mendapatkan ilmu pengetahuan ilmiah dengan mengadakan perincian terhadap obyek yang diteliti, atau cara penggunaan suatu obyek ilmiah tertentu dengan memilah-milah antara pengertian yang lain untuk memperoleh kejelasan.

c. Metode historis

Sebagaimana yang telah diketahui,bahwa penelitian yang dilakukan adalah berkenaan dengan sejarah masa lampau maka, dengan ini penulis mencoba memahami naskah atau peristiwa yang lampau, sehingga diharapkan rentang waktu telah membuat pembaca masa sekarang lebih obyektif dan selektif.23

G. Sistematika Penulisan Skripsi

Dalam rangka menguraikan pembahasan masalah di atas penulis menyusun kerangka pembahasan yang sistematis agar pembahasannya lebih terarah dan mudah difahami serta yang lebih penting lagi adalah jawaban permasalahan agar tercapai apa yang menjadi tujuan penulis.

Untuk memberikan arah yang tepat dan tidak memperluas obyek penelitian maka perumusan sistematika pembahasan di susun sebagai berikut:

Bab satu, sebagai pendahuluan, yang berisi tentang latar belakang masalah, permasalahan, tujuan dan kegunaan penelitian, penjelasan judul, tinjauan kepustakaan, metode penelitian dan sistematika penulisan skripsi.

Bab dua, penjelasan teori-teori teologi meliputi pengertian teologi, konsep imam, perbuatan-perbuatan Tuhan, sifat-sifat Tuhan, kekuasaan dan kehendak mutlak Tuhan, perbuatan manusia dan keadilan Tuhan.

22 Noeng Muhajir,

Metode Penelitian Kualitatif, (Yogyakarta: Bayu Indra Grafika, 1996), hlm. 49

23

(11)

Bab tiga, berisi biografi dan karya-karya Ibnu Hajar al-‘Asqalani, meliputi riwayat hidup, situasi politik di sekitar kehidupan Ibnu Hajar al-‘Asqalani, karya-karyanya, dan redaksi hadis-hadis teologi serta penjelasanya.

Bab empat, merupakan analisa pemikiran teologi Ibnu Hajar terhadap hadis-hadis teologi dalam kitab Fath al-Bāri kemudian diakhiri dengan corak pemikiran teologi Ibnu Hajar.

Bab lima, merupakan bab yang terakhir, yaitu penutup yang berisi kesimpulan, saran-saran dan kata penutup.

(12)

PENGARUH PAHAM TEOLOGI

DALAM SYARAH IBNU HAJAR

(Studi Kitab Fath al-Bāri Syarh Shahīh al-Bukhāri)

SKRIPSI

Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan Strata I Jurusan Tafsir Hadits

Disusun Oleh :

ABDUL LATIF Nim: 4100094

FAKULTAS USHULUDDIN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO

SEMARANG

Referensi

Dokumen terkait

Adapun tugas dan tanggung jawab asisten analis mikro yaitu: bertanggung jawab atas segala pembiayaan yang akan diberikan kepada nasabah, menandatangani persetujuan

Kamardi Arief, “Fungsi Sosial-Ekonomi Pasar Tradisional”, Skripsi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sriwijaya, 2013.. besar, tapi kehidupan mereka

Hasil penelitian memberi kesimpulan bahwa substitusi konsentrat oleh daun kering Kaliandra sampai 20% dalam ransum mempengaruhi kuantitas produksi susu 4% FCM tetapi

menunjukkan bahwa setiap taraf perlakuan, yaitu penambahan Dekstrin dan proporsi Asam Sitrat : Natrium Bikarbonat memberikan jumlah rangking kesukaan rasa yang

Tidak lama kemudian menyusul rombongan kolonis kedua, mereka juga disebut dalam Tambo Tinggi dan Tambo Adat Bayang nan Tujuh dan natulensi7 sidang Kerapatan Adat

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan pada tanggal 15 Mei 2013 di RW-06 Kelurahan Bawang, Kecamatan Pesantren, Kota Kediri menunjukkan bahwa dari hasil

Orang tua yang mempunyai pola asuh otoriter sebagian besar memiliki balita yang tingkat konsumsi makanan dalam kategori difisit, tapi sebagian besar juga balita terdapat

selaku Rektor Universitas Bakrie sekaligus Dosen Program Studi Teknik Sipil Universitas Bakrie yang juga telah memberikan pengetahuan-pengetahuan dalam bidang ilmu teknik