Nasabah terhormat,
Terima kasih atas kepercayaan Anda menjadi Nasabah setia Commonwealth Bank.
Pada edisi e-Market Perspective ini, kami mengulas mengenai pergerakan pasar selama bulan Oktober 2015 yang menunjukkan bagaimana ekspektasi pasar di awal kuartal 4 hingga penghujung akhir tahun 2015 ini. Kami melihat hingga penghujung 2015 ini, pemulihan ekonomi domestik mulai terlihat seiring dengan akselerasi belanja Pemerintah dan membaiknya konsumsi masyarakat. Namun gejolak pasar global masih cukup tinggi, seiring dengan keputusan penundaan kenaikan suku bunga oleh The Fed pada FOMC Meeting bulan lalu. Pergerakan IHSG dan Obligasi cukup sejalan dengan pergerakan di pasar global. Dengan level valuasi yang cukup menarik dan adanya beberapa katalis yang dinilai dapat mendorong pasar bergerak positif ke depan, kami melihat adanya peluang untuk memanfaatkan setiap momentum dan membangun portofolio yang ideal sesuai dengan tujuan investasi dan profil risiko Anda.
Jika Anda membutuhkan informasi lebih lanjut mengenai strategi dan rekomendasi produk-produk investasi, Anda dapat menghubungi Relationship Manager kami di cabang terdekat.
Rian Kaslan
US Jobs Report, Mendorong Sentimen di Pasar Modal Regional
Kepemilikan Asing Pada Obligasi Indonesia dan Pergerakan Yield SUN 10yr
Sepanjang bulan Oktober 2015, IHSG bergerak sangat dinamis. IHSG sempat mencapai kenaikan tertinggi di pertengahan Oktober 2015 sebesar 11,2%, didorong FOMC meeting September 2015 yang kembali menunda kenaikan bunga The Fed dan rilisnya US
job report di awal Oktober 2015, yang menunjukkan penambahan
US non farm payroll September sebesar 137K di bawah rata-rata tahun 2015 sebesar 179K. Untuk kedua kalinya data payroll AS mengalami perlambatan, sehingga mendorong optimisme pasar akan penundaan kenaikan bunga The Fed hingga tahun 2016 mendatang.
Namun kemudian, statement Yellen The Fed mengenai masih terbukanya kemungkinan The Fed untuk mempertimbangkan kenaikan suku bunga pada FOMC meeting Desember 2015 mendatang, mendorong pasar koreksi dan akhirnya IHSG ditutup +5,48% selama 1 bulan ke level 4.455,2 diakhir Oktober 2015.
Pasar obligasi juga mengalami kenaikan, ditunjukkan dengan Abtrindo Index yang naik +4,86% selama 1 bulan Oktober 2015. Dengan kenaikan harga obligasi tersebut, maka yield SUN tenor 10 tahun yang sebelumnya sempat spike ke level 9,8%, langsung mengalami penurunan kembali ke range 8,9% di akhir Oktober 2015. Bahkan pada awal November 2015 ini sudah bergerak pada kisaran 8,5% – 8,7%.
Kepemilikan asing di obligasi Pemerintah yang diperdagangkan mengalami kenaikan tipis sebesar Rp4.3 Triliun menjadi Rp528.8 Triliun atau asing memiliki 37,1% dari obligasi Pemerintah yang diperdagangkan.
MARKET REvIEW – OcTObER 2015
Sumber: Bloomberg,
Sumber: Bloomberg, diolah Commonwealth Bank
11,2% Rp Tn % % 560 540 520 500 480 460 440 420 12.0 10.0 8.0 6.0 4.0 2.0 -7.9 7.2
Foreign ownership in Gov Bond 30-Dec-14 29-Jan-15 25-Feb-15 31-Mar 30-Jul-15
-15 31-Aug-15 29-Apr -15 29-Sep-15 30-Oct-15 29/5/2015 30/6/2015
Yield SUN 10yr
7.1 7.4 7.7
8.2 8.3
8.5 8.8
9.8
US Jobs Report, Mendorong Sentimen di Pasar Modal Regional
Sumber: Bloomberg,
Grafik di atas menunjukkan pergerakan pasar global yang dipengaruhi US Jobs report. Data non farm payroll AS selama Agustus dan September 2015, menunjukkan kenaikan masing-masing sebesar 153K dan 137K, di bawah angka rata-rata tahun 2015 sebesar 179K. Hal ini tentunya mendorong sentimen positif di pasar dan ekspektasi akan penundaan kenaikan bunga The Fed.
US Non Farm Payroll
Sumber: BLS, Bloomberg,
October had The Largest Monthly Payroll Gain in 2015
450 400 350 300 250 200 150 100 50 0 MoM Change, ‘000s Jan-12 Jan-13
Non Farm Payrolls Non Farm Payrolls (12MMA)
Jan-14 Jan-15
Jul-12 Jul-13 Jul-14 Jul-15
Selanjutnya di bulan Oktober 2015 ini, angka penambahan
payroll AS mengalami lonjakan yang signifikan sebesar 271K
membuat rata-rata dalam 3 bulan terakhir naik menjadi 187K. Untuk pertama kalinya, tingkat upah mengalami akselerasi (hourly earning) naik +2,5% YoY. Sementara itu angka Unemployment rate turun ke level 5%. Hal ini tentunya mendorong pasar kembali bereaksi negatif. ekspektasi akan kenaikan suku bunga The Fed meningkat dengan probabilitas sebesar 68%, dari sebelumnya 56% sebelum rilisnya Jobs
report.
Kenaikan harga saham dan obligasi ini seiring penguatan Rupiah, dari level Rp14.700/USD menguat tajam ke level Rp13.600 USD. Apabila dilihat, pergerakan IHSG ini sangat sejalan dengan pergerakan di pasar global, dengan magnitude atau sensitivitas yang lebih besar. Hal ini merupakan salah satu karakteristik pasar di Emerging Market.
Data Tenaga Kerja AS yang Solid di awal November 2015 ini mendorong Penguatan Dollar Index dan sentimen negatif di Pasar Modal
Dollar Index langsung menunjukkan peningkatan sebesar 1,26%
dan mendorong pasar bergerak volatile. Tentunya, hal tersebut dapat menekan mata uang Rupiah, yang sebelumnya sempat mengalami penguatan hampir 10% sepanjang Oktober 2015. Gejolak pasar mau tidak mau kita hadapi sepanjang ketidakpastian akan kenaikan suku bunga The Fed masih cukup tinggi.
Memasuki penghujung akhir tahun 2015 ini, gejolak pasar masih cukup tinggi, khususnya dari faktor pasar global, Namun diprediksi tekanannya lebih bersifat terbatas bila dibandingkan tekanan di bulan September 2015.
Pergerakan pasar masih dalam tren yang positif walaupun belum ada katalist kuat yang dapat mendorong rally berkelanjutan. Berikut ini beberapa justifikasi yang mendukung prediksi di atas.
Memang bukan suatu headline baru, namun tetap menjadi catatan untuk kita. Mengingat ekonomi China memiliki peranan penting terhadap ekonomi dunia.
Namun kami masih mempertahankan ekspektasi bahwa kenaikan bunga The Fed masih bersifat terbatas atau bahkan masih ditunda hingga tahun 2016.
Mengingat momentum pemulihan ekonomi AS masih belum sepenuhnya solid, dilihat dari level participation rate tenaga kerja, penguatan mata uang Dollar yang mulai mempengaruhi aktivitas industri dan juga perlambatan di ekonomi global. Sumber: Bloomberg
Sumber: Bloomberg
Sumber: Bloomberg
Masih relatif rendahnya Participation Rate Tenaga Kerja AS (62%)
Not a new story : Ekonomi china Masih Melambat
Global Market Outlook
Data tenaga kerja AS memang terlihat mengalami pemulihan yang cukup solid. Namun ada beberapa justifikasi yang perlu kita perhatikan.
December Liftoff Odds Skyrocket After Strong Jobs Report
MARKET OUTlOOK – NOv TO DEc 2015
100%90% 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0%
Current Nov.5 1 Week
Ago 1 Month Ago 2 Months Ago 4 Months Ago 6 Months Ago 68.0% 71.2% 85.0% December Meeting January Meeting March Meeting
Probability of Fed Rate Move: Fed Funds Futures
56.0% 62.2% 76.5% 50.0% 57.0% 71.6% 37.4% 44.9% 60.4% 57.4% 63.3% 75.8% 58.7% 64.5% 78.7% 70.3% 76.8% 87.0% Pertama, nilai upah (hourly earning) yang mulai menunjukkan pertumbuhan, lebih banyak disebabkan kenaikan upah untuk menarik Participation rate. Mengingat saat ini participation rate bergerak di level terendah sejak 1977, saat perempuan AS mulai memasuki dunia kerja. Namun rendahnya participation rate juga terkait sruktur kependudukan AS (besarnya generasi yang pensiun).
Kedua, pemulihan ekonomi AS dinilai masih bersifat mixed sehingga mendorong The Fed berhati-hati dalam menaikkan bunga. Tingkat pertumbuhan ekonomi AS pada QQ3 mencapai 1,5% (vs estimasi 3%) dan inflasi 0,2% (vs estimasi 2%). Pemulihan ekonomi AS dikhawatirkan terkendala penguatan mata uang Dollar.
The Fed juga perlu menunggu langkah Pemerintah AS untuk menggantikan The Fed sebagai driver atau pendorong pertumbuhan ekonomi AS melalui government spending. Dengan adanya hutang baru AS senilai USD1,6 Triliun yang bisa dirilis tahun depan.
Di bawah ini terlihat konsensus bloomberg kembali meningkat ekspektasinya akan potensi kenaikan bunga di bulan Desember 2015 mendatang.
Data neraca perdagangan yang baru dirilis awal November 2015 ini masih menunjukkan aktivitas industri yang melambat. ekspor China mengalami penurunan -6,9% YoY dan impor China turun -18,8% YoY. Hal ini kembali mendorong spekulasi pasar akan
easing.
Sumber: Bloomberg
China Doubles Down on 6.5 Percent Growth Target by 2020
16 14 12 10 8 6 4 2 0 -2 1980 1985 1990 1995 2000 2005 2010 2015 2020 BloombergBriefs.com Real GDP growth Contribution from TFP Contribution from labor
Potential growth Contribution from capital
Sumber: Bloomberg/Shanghai Shipping Exchange
Shanghai Exports Trending Lower This Year
2011 2012 2013 2014 2015
Shanghai (export) Containerized Freight Index SHSPSCFI Index <GO>
1,600 1,400 1,200 1,000 800 600 400 BloombergBriefs.com
Target pertumbuhan ekonomi China masih dalam tren melambat. Pemerintah China menurunkan target dari level 7% menjadi 6,5% dalam 5 tahun ke depan
Data ekonomi AS masih bersifat mixed dengan tren pemulihan ekonomi yang positif. Hal ini mendorong sentimen akan kenaikan bunga The Fed.
Namun penguatan Dollar index dan pelemahan pasar global dapat mengganggu pemulihan ekonomi AS (khususnya pasar ekspor). ekspektasi akan kenaikan bunga AS bersifat terbatas dan bertahap. Hal ini dilakukan untuk menghindari goncangan pasar.
Dengan kenaikan bunga AS dimasa mendatang, bukan berarti akhir dari segalanya. Belum terjadi tightening moneter karena dikhawatirkan dapat mengganggu pemulihan ekonomi. Bahkan ke depannya, Pemerintah AS juga menjadi driver atau pendorong pertumbuhan ekonomi melalui government spending. Dengan adanya hutang baru AS senilai USD1.6 Triliun yang bisa dirilis tahun depan.
Akhirnya, dapat diambil beberapa kesimpulan:
Pemerintah dan Kongres AS sepakat “debt ceiling is removed”, di mana dalam 2 tahun ke depan AS bisa menambah level hutang. China juga terus mengurangi kepemilikannya pada
Bond AS. Kedua hal ini menjadi faktor yang dapat mendorong
pelemahan Dollar Index, ditambah dengan level Dollar Index yang sudah dinilai over valued. Namun overall effect-nya apakah hal ini mendorong pelemahan Dollar Index secara sustain, akan sangat bergantung pada sentimen risiko global. Tarik ulur inilah yang mendorong global financial volatility background.
Perlambatan ekonomi China dan Emerging Market lainnya mendorong tarik ulur antara persepi atas global liquidity dari spekulasi akan kebijakan moneter agresif (stimulus) dengan kekhawatiran pasar akan meningkatnya valuasi ditengah masih rendahnya potensi pertumbuhan.
Lemahnya ekonomi global, artinya demand komoditas masih rendah sehingga membuat harga komoditas belum mengalami peningkatan. Outlook inflasi masih relatif rendah, mendukung pergerakan yield obligasi.
Setelah melalui serangkaian tekanan hingga QQ3/2015, pergerakan pasar saham, obligasi dan mata uang Rupiah menjadi lebih positif selama bulan Oktober 2015 ini. Selanjutnya apakah masih ada ruang gerak yang mendukung rebound hingga akhir QQ4/2015 ini, ditengah tingginya volatilitas pasar global?. Terdapat beberapa faktor yang mulai memperlihatkan pergerakan positif.
Are we prepared for the bottoming Out Trend?
Equity Market Outlook
Pertumbuhan ekonomi Indonesia terlihat mulai stabilize pada QQ3/2015 ini. Setelah mengalami perlambatan dalam 2 kuartal sebelumnya, ekonomi mulai tumbuh membaik sebesar 4,73%
YoY hingga QQ3/2015, dibandingkan sebelumnya 4,67% YoY.
Hal ini dapat dilihat sebagai salah satu tanda-tanda pemulihan ekonomi (bottoming out trend), yang didorong akselerasi belanja Pemerintah dan pemulihan konsumsi domestik.
Belanja pemerintah meningkat 6,6% YoY dibandingkan rata-rata historis sebesar 1,5% dalam 5 kuartal terakhir. Infra spending menunjukkan peningkatan, dari 14% selama 6 bulan terakhir menjadi 40%.
Ekonomi Indonesia Mulai Mempelihatkan Peningkatan
GDP 1Q15 2Q15 3Q15
Domestic Private Consumption 2,75% 2,66% 2,67%
Government 0,17% 0,18% 0,54% Investment 1,38% 1,14% 1,47% export -0,21% -0,03% -0,16% Import 0,53% 1,63% 1,33% Others 0,11% -0,90% -1,12% Total 4.72% 4.67% 4.73%
Konsumsi domestik tumbuh stabil pada 4,96% YoY, di tengah gejolak pelemahan Rupiah. Indikator lainnya yang mendukung pemulihan pada konsumsi domestik ke depannya adalah terlihat pada meningkatnya nilai Pajak Pertambahan Nilai (PPN). Pertumbuhan volume penjualan retailer (Same Sales Store
Growth – SSSG) mulai meningkat, misalnya Ace Hardware
meningkat +1,6% YoY per-September 2015 dibandingkan rata-rata -1,9% YoY dalam 5 bulan terakhir, Alfa Mart naik +12% YoY per-September 2015 dibandingkan +4,2% per-Juni 2015. Terlihat juga tren perbaikan pada penjualan di sektor semen yang meningkat +2,7% YoY dibandingkan rata-rata 5 bulan terakhir sebesar -4,6% YoY. Mulai meningkatnya konsumsi ini disinyalir sebagai multiplier effect dari akselerasi belanja negara.
Akselerasi belanja negara diestimasi meningkat signifikan pada QQ4/2015 seiring seasonality QQ4 mengejar akhir tutup anggaran tahun 2015 dan percepatan tender untuk infra budget di tahun 2016.
Pertumbuhan investasi juga diharapkan meningkat seiring meningkatnya investor’s confidence, realisasi paket stimulus dan tax amnesty. Walaupun belanja negara dan investasi hanya memberikan kontribusi 10% dan 30% terhadap pertumbuhan PDB, namun multiplier effect-nya diestimasi dapat meningkatkan konsumsi.
Sebagai turunan dari kondisi makro ini maka diestimasi pertumbuhan terbesar ada pada sektor transportasi, konstruksi dan manufacturing. Sektor konstruksi meningkat 6,82% dibandingkan 5,35% di QQ2/2015. Sedangkan sektor
manufacturing dan transportasi masing-masing meningkat
sebesar 4% dan 7%. Sumber: CEIC
...dan Pemulihan Konsumsi Domestik
Peningkatan Penjualan Semen Sumber: Various Source
Sumber: Various Source
Didorong Peningkatan Government Expenditure
Gov Capital Expenditure (YoY%)
Private Consumption and VAT (YoY%)
80 60 40 20 0 (20) (40) (60) 80 60 40 20 0 -20 6.0 5.5 5.0 4.5 4.0 3.5 3.0 2.5 2.0 1Q14 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 1Q15 2Q15 2Q15 1Q15 2Q14 vAT growth Private Consumption-RHS 2Q15 3Q14 4Q14 3Q15 10.0 8.0 6.0 4.0 2.0 -(2.0) (4.0) (6.0) (8.0) (10.0)
Mar-13 Jul-13 Nov-13 Mar-14 Jul-14 Nov-14 Mar-15 Jul-15
8.7 6.5 1.3 6.0 3.6 4.2 2.2 3.0 3.9 (0.8) (0.9) (5.6) (7.5)
Cement consumption growth excluding the new player (% YoY)
excluding the new player Including new player
Kinerja keuangan emiten hingga QQ3 tahun 2015 belum menunjukkan suatu pemulihan yang signifikan. Masih relatif inline dengan estimasi konsensus setelah serangkaian downgrade yang dilakukan Analyst.
Pada sektor properti, tahun 2015 ini merupakan tahun yang cukup berat bagi sebagian besar pemain properti, perlambatan ekonomi yang cukup mempengaruhi daya beli, ketatnya penyaluran kredit dan likuiditas perbankan, keterlambatan penyelesaian proyek dari tekanan pelemahan mata uang dan kerugian kurs serta sentimen pajak sangat mempengaruhi pencapaian laba emiten.
Pada sektor perbankan, earning masih menunjukkan perlambatan sekitar -1% YoY didorong kenaikan biaya provisi (pencadangan).
Net interest margin (NIM) relatif lebih baik meningkat 23 bps ke
level 6.39% didukung pertumbuhan kredit yang mulai meningkat 10,7% YoY dan penurunan suku bunga dana. Kualitas kredit masih terjaga dengan baik pada level 2,5%, namun perlu mengantisipasi peningkatan NPL.
Pada sektor konsumsi, terlihat adanya perlambatan pertumbuhan
revenue dari 5,3% di QQ2/2015 menjadi 3,8% di QQ3/2015,
didorong faktor seasonality setelah lebaran dan menurunnya daya beli konsumen.
Outlook akan stabilitas makro ekonomi juga turut mendukung. Current Account Deficit (CAD) hingga QQ3/2015 terus
memperlihatkan perbaikan dari level peak-nya -2% terhadap PDB di tahun 2013 lalu.
Tingkat inflasi juga terus memperlihatkan penurunan, diestimasi mencapai level di bawah 4%. Hal ini tentunya memberikan ruang gerak bagi penurunan suku bunga di tahun mendatang.
Lalu bagaimana dengan pergerakan mata uang Rupiah? Sejalan dengan meningkatnya confidence investor, maka ada view perbaikan yang positif kedepannya.
Pergerakan Rupiah memang masih relatif volatile seiring pergerakan mata uang Dollar Index, namun cenderung lebih stabil dibandingkan tekanan yang dihadapi selama bulan Agustus-September 2015 lalu. Beberapa faktor yang mempengaruhi antara lain perbaikan pada neraca perdagangan dan meningkatnya local
fund flow.
Namun hal yang sangat penting disini untuk menjaga gejolak mata uang Rupiah adalah meningkatkan keyakinan investor untuk berinvestasi di Indonesia.
Tingkat keyakinan investor dan pelaku bisnis ini sangat penting menunjang pergerakan mata uang Rupiah ke depannya. Sesuai hasil conference yang dilakukan beberapa broker asing, tingkat keyakinan investor asing terhadap Indonesia dinilai kembali meningkat. Berbagai perusahaan multinasional dari US, Jepang dan Korea masih berencana merealisasikan investasi dalam 3-5 tahun ke depan di berbagai sektor.
Paket stimulus yang diluncurkan Pemerintah juga memberikan dukungan positif atas kepastian iklim berbisnis di Indonesia, khususnya pada kebijakan penetapan perhitungan minimum upah tenaga kerja (UMP) dan deregulasi kebijakan buruh lainnya. Paket stimulus ke-6 yang terakhir diumumkan Pemerintah masih konsisten mendorong pemulihan ekonomi melalui deregulasi dan Kinerja Emiten belum “Pick Up” Hingga QQ3/2015,
Namun Memberikan Ruang “Upgrade” Seiring Pemulihan Pertumbuhan Ekonomi
Stabilitas Makro Ekonomi juga turut mendukung
Meningkatnya Keyakinan Investor, dengan Iklim bisnis yang lebih baik dan Paket Stimulus Pemerintah
Sesuai hasil survei dari lembaga riset konsumen, penurunan daya beli terlihat dari penurunan nilai konsumsi, switching pada produk yang lebih murah (unbranded) atau menunda konsumsi sampai adanya program diskon.
Untuk emiten di sektor consumer staple, penurunan harga komoditas dan penghematan belanja iklan cukup mendukung profitabilitas perusahaan. Sebagian besar emiten sektor konsumsi mengurangi aktivitas promosi, belanja iklan rata-rata turun -18% QoQ, seiring seasonality setelah musim lebaran usai. Namun belanja iklan diprediksi kembali meningkat di tahun 2016, untuk mengantisipasi potensi peningkatan daya beli konsumen. Dengan demikian setelah serangkaian earning downgrade, yang sudah mencapai -25% selama 12 bulan terakhir dan tanda tanda pemulihan ekonomi didorong akselerasi belanja Pemerintah maka ada ruang gerak “upgrade” atau “earning surprise” pada beberapa kuartal ke depan. Meskipun tidak serta merta namun pelaku bisnis perlu menangkap peluang tersebut.
Peningkatan revenue lebih didorong kenaikan
harga jual, bukan dari volume penjualan.
Risiko volatilitas mata uang Rupiah juga masih membayangi pergerakan pasar modal ke depannya.
Tarik ulur sentimen di pasar global dapat dengan mudah mempengaruhi nilai tukar Rupiah. Penyebabnya, struktur
Balance of Payment kita yang masih cukup bergantung
pada portfolio inflow. Portfolio inflow bersifat jangka pendek Risiko pasar global dari ketidakpastian kenaikan bunga dan perlambatan ekonomi China.
Risiko domestik dari membengkaknya defisit anggaran Pemerintah. Hingga 5 November 2015 YTD, Pemerintah sudah menerbitkan Rp456 Triliun atau hampir 99% dari target issuance tahun ini dengan asumsi defisit anggaran sebesar -2,23% terhadap PDB. Namun dengan realisasi defisit anggaran sebesar Rp259 Triliun atau -2,2% terhadap PDB di September 2015 maka ada potensi risiko membengkaknya defisit hingga -2,5% terhadap PDB.
Salah satu sumber peningkatan defisit tersebut karena realisasi pendapatan Pemerintah masih cukup rendah, khususnya dengan target pajak 2015 yang terlalu ambisius.
Namun tetap harus tetap diingat beberapa risiko yang perlu diwaspadai :
Risk Need to be Watch
Government Revenue FY14-15F
Sumber: Ministry of Finance 230 210 190 170 150 130 110 90 70 50
Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec
FY14 Realised Rp1,551M FY15 Target Rp1,762M
FY14 FY15
Walaupun sudah relatif menurun, masih ada potensi penurunan, bila dibandingkan range level pergerakan yield pada awal tahun 2015 ini sekitar 7-7,5%. Belum lagi dengan level inflasi yang diestimasi di bawah 4% memberikan ruang gerak pada penurunan suku bunga BI.
Dari sudut spread premium terhadap yield US Treasury masih cukup lebar (selisih 100 – 150 bps terhadap rata-rata spread
premium dalam 5 tahun terakhir).
Kami terus mempertahankan pandangan yang positif pada pasar obligasi. Dengan level volatilitas yang lebih rendah sehingga memberikan level pertumbuhan nilai investasi yang lebih tinggi, bila dilihat dari sudut risk adjusted return.
Masih ada potensi penurunan yield bila dibandingkan range level awal tahun 2015
Sumber: Bloomberg
Sumber: Bloomberg
Penguatan Rupiah yang cukup signifikan selama Oktober 2015, mendorong pergerakan positif pada harga obligasi. Terlihat dari
yield SUN tenor 10yr sempat peak di level 9,8% pada akhir
September 2015 langsung turun menjadi 8,4 – 8,8% pada Oktober 2015.
Hal ini sejalan dengan ekspektasi kami sebelumnya, bahwa ketika
market mengalami kepanikan berlebihan, ada suatu peluang
atau momentum untuk masuk pada valuasi yang rendah. Hal ini dilakukan secara bertahap dan semakin meningkat positif seiring penguatan Rupiah.
Pasar Obligasi bergerak Positif, Seiring Penguatan Rupiah
Bond Market Outlook
insentif investasi di berbagai sektor ekonomi. Dalam paket ke-6 ini, 3 kebijakan dengan fokus pada investasi di Free Trade Zone (FTZ), sumber daya air, sektor makanan dan farmasi.
Selanjutnya, investor asing masih mengharapkan bukti realisasi / eksekusi, tidak hanya kebijakan saja. Namun setidaknya berbagai paket stimulus ini diharapkan dapat mendorong pemulihan ekonomi. Walaupun memang masih ada bottleneck pada level implementasi.
Berbagai dinamika perkembangan tersebut tentunya membuat pasar menjadi lebih atraktif, apalagi pada level valuasi yang masih cukup rendah (-1 SD) yakni Pe Ratio 13.8x (est. ePS Y+1).
ANAlISA vAlAS
Minutes pertemuan the Fed tanggal 18 November lalu menghasilkan statement dari Federal Open Market Committee yang menyatakan bahwa kenaikan suku bunga di bulan Desember mungkin merupakan langkah yang tepat. Pasar memperkirakan peluang kenaikan suku bunga di bulan Desember sebesar 74%.
Namun justru USD tidak menguat pada saat minutes ini dirilis seiring aksi profit taking di market karena proyeksi kenaikan suku bunga pertama The Fed sudah mulai bisa diantisipasi market, sehingga dibutuhkan sinyal proyeksi suku bunga lanjutan setelah kenaikan suku bunga pertama dari The Fed baru dapat menjadi katalis positif utama US Dollar.
Pergerakan USD/IDR hingga bulan November 2015 tergolong cukup stabil dengan range antara 13550 - 13750. Laju inflasi kembali melambat ke level terendah dalam 1 tahun dan outlook pertumbuhan ekonomi yang cenderung berada di bawah ekspetasi kemungkinan akan mendorong Bank Sentral Indonesia untuk memangkas suku bunga, Meski demikian analis memperingatkan bahwa ada kemungkinan juga bank sentral akan mempertahankan tingkat suku bunga dalam beberapa bulan ke depan akibat
USD/IDR
kecemasan mengenai rupiah dan mengerem arus modal keluar menjelang kenaikan suku bunga oleh Federal Reserve. Pasar berasumsi bahwa kenaikan suku bunga di AS akan mendorong investor untuk menarik modal keluar dari pasar negara berkembang seperti Indonesia mengingat aset AS yang menjadi lebih menarik. Diperkirakan nilai tukar Rupiah akan cenderung melemah di rentang 13,650 – 14200 pada kisaran bulan November - Desember ini.
Rekomendasi Investasi
balance of Payment 20 15 10 5 0 -5 -10 -15 150 120 90 60 30 0 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1* Q2** 2010 2011 2012 2013 2014* 2015 Billion USD *provisional figures **very provisional figuresCap & Fin Account Overall Balance
Curr. Account Reserve Assets (RHS)
Billion USD
Pada pasar saham, mempertimbangkan katalist dari pasar global dan domestik, dengan level valuasi IHSG masih cukup rendah, maka kami terus optimis pada pasar saham dan meningkatkan alokasi pada pasar saham dari 20-40% menjadi 30-50% sesuai
risk appetite dari Nasabah.
Adapun risiko yang mendorong gejolak pasar masih cukup tinggi sehingga pendekatan market timing dapat dilakukan.
Pada pasar obligasi, Mempertimbangkan potensi risk adjusted return, maka alokasi tetap dijaga lebih besar pada obligasi atau
reksadana berbasis obligasi (50-60%). valuasi masih cukup menarik pada level yield SUN tenor 10 tahun sebesar 8,6%, masih ada ruang gerak di atas fair yield yang dihitung dari yield
US Treasury dan spread (risk premium) sekitar 8,2%. Apalagi bila
dihitung spread dari level inflasi 6% dan potensi penurunan BI
rate.
Namun secara tactical, pendekatan market timing tetap perlu dilakukan dengan range level yield, kenaikan menuju level 8,8 – 9% masuk akumulasi dan penurunan ke level 8,2-8,4% dapat
rebalancing.
Nasabah dapat mengkombinasikannya dengan obligasi-obligasi berdurasi pendek atau Reksadana berdurasi pendek bila mengalami kesulitan meng-collect secara langsung di pasar; sebagai porsi pada defensive asset.
dibandingkan Foreign Direct Investment (FDI). Positifnya, Current
Account Deficit kita terus menunjukkan perbaikan, namun disisi
lain FDI masih cukup lemah dan belum mampu menutup defisit dari Balance of Payment.
Untuk itulah Pemerintah sangat berkomitmen mendorong investasi dengan berbagai paket stimulus yang telah dikeluarkannya, diharapkan dapat memberikan kemudahan, percepatan dan insentif pajak berinvestasi di Indonesia.
USD/JPY
JPY bergerak dengan kecenderungan melemah dengan range 120.00 – 123.70 sampai bulan November ini. Ditopang oleh anjloknya tingkat ekspor, masih bertahannya tingkat inflasi di level rendah dan turunnya harga minyak dunia masih memicu ekpektasi akan adanya stimulus tambahan dari BOJ di bulan Desember ini. Minutes Bank Sentral Jepang yang dirilis kemarin ini menunjukkan bahwa Jepang ada kemungkinan baru bisa mencapai inflasi stabil dikisaran 2% hingga tahun fiskal 2017 karena melambatnya pertumbuhan
ekonomi di negara berkembang dan dibebani oleh kenaikan pajak penjualan. BoJ masih mempertahankan target pembelian aset tahunan di level 80 Triliun Yen.
Diperkirakan USD/JPY akan cenderung bergerak dengan rentang 121.90 – 125.50 pada bulan November - Desember 2015 dengan kecenderungan JPY melemah.
GbP/USD
Poundsterling bergerak dengan kecenderungan melemah di bulan November ini, disebabkan oleh rilis beberapa data ekonomi yang dibawah estimasi dan komentar dari Presiden Bank Sentral Inggris Mark Carney yang mengatakan bahwa BOe masih akan terus berkomitmen untuk menjaga suku bunga di level rendah dalam beberapa waktu kedepan, pertumbuhan upah kerja yang terkuat selama 4 tahun terakhir tetap menjaga potensi kenaikan suku bunga di tahun depan. Satu-satunya yang bisa menjadi faktor mundurnya
kenaikan suku bunga inggris adalah kondisi inflasi global yang semakin menurun. Beberapa negara yang mempunyai ekonomi dengan skala besar bahkan sudah masuk kedalam kondisi deflasi. Diperkirakan GBP/USD akan cenderung bergerak dalam rentang 1.4850 – 1.5350 pada kurun waktu bulan November - Desember 2015.
*Data di atas hanya bersifat indikatif dan dapat berubah sewaktu-waktu tergantung kondisi pasar. Entry Point
Profit Taking Cut Loss
USD/IDR EUR/USD GBP/USD AUD/USD USD/JPY
REcOMMENDATION
Expected buying level 13.600 - 13.650 1.0450 - 1.0500 1.5000 - 1.5050 0.7000 - 0.7050 121.50 - 122.00 Expected selling level 14.000 - 14.1000 1.0700 - 1.0750 1.5200 - 1.5250 0.7300 - 0.7350 123.50 - 124.00 Long profit taking @ 14.000 and above 1.0700 and above 1.5200 and above 0.7300 and above 123.50 and above Short profit taking @ 13.650 and below 1.0500 and below 1.5050 and below 0.7050 and above 122.00 and below Long cut loss @ 13.450 - 13.500 1.0300 - 1.0350 1.4900 - 1.4950 0.6850 - 0.6900 120.00 - 120.50 Short cut loss @ 14.150 - 14.200 1.0850 - 1.0900 1.5350 - 1.5400 0.7450 - 0.7500 125.00 - 125.50
AUD/USD
EUR/USD
Pada awal bulan November ini, serangkaian data ekonomi dirilis membaik dibandingkan bulan lalu membuat outlook penurunan suku bunga Australia kembali mengecil sampai akhir tahun. Untuk jangka waktu pendek AUD masih cenderung akan melemah terhadap mata uang lainnya, dikarenakan potensi kenaikan suku bunga US yang cukup besar di tanggal 16 Desember 2015. Ditambah lagi dengan harga minyak dan komoditi yang kembali
Nilai tukar euro terhadap USD cenderung melemah di bulan November ini, dipicu oleh peluang potensi kenaikan suku bunga US di bulan Desember sebesar 74%, Kondisi perkenomian terkini Zona euro sendiri tidak terlalu bagus. Data inflasi dirilis turun menjadi -0.1(deflasi) hal ini memicu meningkatnya ekspetasi akan adanya tambahan stimulus dari Bank Sentral eropa (eCB) di bulan Desember ini. Komitmen eCB untuk menggelontorkan stimulus
turun ke level yang cukup rendah membuat ekspetasi di market berkembang bahwa akan adanya penyesuaian antara nilai tukar AUD dengan harga komoditi yang anjlok terutama bijih besi. Diperkirakan AUD/USD akan cenderung bergerak dengan rentang 0.6830 – 0.7350 pada kurun waktu bulan November - Desember 2015.
sebesar 60 Miliar eUR per bulan sampai September 2016 juga berisiko menekan eur lebih lanjut untuk jangka waktu panjang. Diperkirakan eUR/USD akan cenderung bergerak dalam rentang 1.0250 – 1.0680 pada kurun waktu bulan November - Desember 2015 dengan kecenderungan melemah.
PT Bank Commonwealth (PTBC). PTBC harus dijamin untuk dibebaskan dari tanggung jawab, termasuk tetapi tidak terbatas pada penuntutan hukum oleh pihak ketiga. PTBC beserta direkturnya, karyawannya dan perwakilannya dalam Lampiran ini selanjutnya bersama-sama disebut sebagai “Grup” “Laporan ini diterbitkan semata-mata untuk tujuan informasi dan tidak boleh ditafsirkan sebagai suatu ajakan atau penawaran untuk membeli efek atau instrumen keuangan.. Laporan ini telah disusun tanpa mempertimbangkan tujuan, situasi keuangan dan kapasitas untuk menanggung kerugian, pengetahuan, pengalaman atau kebutuhan orang-orang tertentu yang mungkin menerima laporan ini. Tidak ada anggota dari Grup yang melakukan atau harus melakukan penilaian kelayakan atau penyesuaian laporan untuk penerima laporan ini yang karenanya tidak mendapatkan manfaat dari perlindungan peraturan dalam hal ini. Laporan ini bukan nasihat atau petunjuk. Semua penerima laporan ini harus, sebelum bertindak atas dasar informasi dalam laporan ini, mempertimbangkan kewajaran/kelayakan dan kesesuaian informasi, dengan memperhatikan tujuan-tujuan mereka sendiri, situasi keuangan dan kebutuhan, dan, jika perlu mencari profesional yang tepat, memperhatikan kondisi valuta asing atau nasihat keuangan tentang isi laporan ini sebelum membuat keputusan investasi. Kami percaya bahwa informasi dalam laporan ini adalah benar dan setiap pendapat, kesimpulan atau rekomendasi yang cukup telah diadakan atau dibuat, berdasarkan informasi yang tersedia pada saat kompilasi, tetapi tidak ada pernyataan atau jaminan, baik tersurat maupun tersirat, yang dibuat atau disediakan untuk akurasi, kehandalan atau kelengkapan setiap pernyataan yang dibuat dalam laporan ini. Setiap pendapat, kesimpulan atau rekomendasi yang ditetapkan dalam laporan ini dapat berubah sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan dan mungkin berbeda atau bertentangan dengan, kesimpulan pendapat atau rekomendasi yang diungkapkan oleh Grup di tempat lain. Kami tidak berkewajiban untuk, dan tidak,memberitahukan perkembangan terkini atau terus mengikuti informasi terkini yang terdapat dalam laporan ini. Grup tidak menerima tanggung jawab untuk setiap kerugian atau kerusakan yang timbul akibat dari penggunaan seluruh atau setiap bagian dari laporan ini. Setiap penilaian, proyeksi dan prakiraan yang terkandung dalam laporan ini didasarkan pada sejumlah asumsi dan perkiraan dan tunduk pada kontinjensi dan ketidakpastian. Asumsi dan perkiraan yang berbeda dapat mengakibatkan hasil material yang berbeda pula. Grup tidak mewakili atau menjamin bahwa salah satu proyeksi penilaian atau prakiraan, atau salah satu dasar asumsi atau perkiraan, akan dipenuhi. Kinerja masa lalu bukan merupakan indikator yang dapat diandalkan untuk kinerja masa depan. Grup tidak menjamin kinerja dari produk investasi atau pembayaran kembali modal dengan produk yang didistribusikan oleh PTBC. Investasi dalam produk ini bukan merupakan simpanan atau kewajiban lainnya dari Grup atau anak perusahaannya dan setiap jenis produk investasi memiliki resiko investasi termasuk hilangnya pendapatan dan modal yang diinvestasikan. Contoh yang digunakan dalam komunikasi ini hanya untuk ilustrasi. Semua materi yang disajikan dalam laporan ini, kecuali bila ditentukan lain, berada di bawah hak cipta Grup. Tak satu pun dari materi, maupun isinya, maupun salinannya, dapat diubah dengan cara apapun, ditransmisikan ke, disalin atau didistribusikan kepada pihak lain, tanpa izin tertulis dari perusahaan terkait yang menjadi bagian dalam Grup. Grup, berikut agennya, asosiasinya dan kliennya memiliki atau telah memiliki posisi panjang atau pendek pada efek atau instrumen keuangan lainnya yang disebut di sini, dan dapat setiap saat melakukan pembelian dan / atau penjualan terhadap kepentingan atau surat berharga dalam kapasitasnya sebagai prinsipal atau agen, termasuk menjual atau membeli dari klien atas dasar pokok dan dapat terlibat dalam transaksi yang tidak konsisten dengan laporan ini. Silahkan melihat website kami di www.commbank.co.id untuk informasi lebih lanjut. Jika Anda ingin berbicara dengan seseorang mengenai instrumen keuangan yang dijelaskan dalam laporan ini, silakan hubungi kami hubungi Call Centre kami di 021 15000 300 atau email kami di [email protected].