• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I. PENDAHULUAN. akhir tahun 1970an hingga sekarang. Pada awal kariernya, Iwan Fals banyak

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I. PENDAHULUAN. akhir tahun 1970an hingga sekarang. Pada awal kariernya, Iwan Fals banyak"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Iwan Fals adalah salah satu musisi asal Indonesia, yang beraliran balada dan country yang sangat melegenda sampai sekarang. Lewat lagu yang ia nyanyikan, Iwan Fals berusaha memotret suasana sosial kehidupan Indonesia di akhir tahun 1970an hingga sekarang. Pada awal kariernya, Iwan Fals banyak membuat lagu yang lirik-liriknya bertema kritikan pada pemerintah, beberapa lagu itu bahkan bisa dikategorikan terlalu keras pada masanya sehingga perusahaan rekaman yang memayunginya tidak berani memasukkan lagu-lagu tersebut dalam album untuk di jual bebas. Selama Orde Baru, banyak jadwal acara konser Iwan Fals yang dilarang dan dibatalkan oleh aparat pemerintah, karena lirik-lirik lagunya dianggap dapat memancing kerusuhan dan stabilitas negara.

Iwan FalsSebagai pengarang lagu, telah mengeluarkan albumnya dari periode tahun 1979-2010 serta album-album yang dibuat kumpulan maupun yang diaransemen ulang dan juga kumpulan lagu single-nya. Iwan fals merupakan pengarang yang mengandalkan kekuatan dalam lirik lagunya. Ciri khas yang terdapat dalam lirik lagu Iwan Fals adalah penggunaan “tema” yang selalu berhubungan dengan kehidupan yang selalu dijumpai. Dalam mencipta lagu, Iwan mendapat inspirasi dari koran, televisi, keadaan sekitar dan alam, dengan demikian masyarakat dapat mengerti maksud lagu-lagu Iwan Fals.

(2)

Melalui musik, manusia mengekspresikan perasaan, harapan, aspirasi, dan cita-cita, yang me-representasikan pandangan hidup dan semangatnya. Iwan Fals merupakan sosok yang cukup konsisten dalam perjuangan menggugat Orde Baru. Kritik-kritik pedas dan lugas selalu dilontarkan dalam setiap karyanya. Kharisma seorang Iwan Fals sangat besar, dia sangat dipuja oleh kaum „akar rumput‟. Kesederhanaannya menjadi panutan para penggemarnya yang tersebar diseluruh nusantara. Para penggemar fanatik Iwan Fals bahkan mendirikan sebuah yayasan pada tanggal 16 Agustus 1999 yang disebut Yayasan Orang Indonesia atau biasa dikenal dengan seruan Oi. Yayasan ini mewadahi aktivitas para penggemar Iwan Fals.

Iwan fals merupakan individu yang mencoba menggunakan musik sebagai pengungkap realita dan juga kritik terhadap pemerintah. Musisi asal Bandung yang merintis karir di musik dari mulai ngamen dan festival ke festival ini, dikenal sebagai salah satu maestro dalam urusan lagu-lagu yang bernuansa kritik sosial dan politik. Dalam konteks pemerintahan era Orde Baru, sungguhlah luar biasa adanya musisi yang berani mempopulerkan lagu-lagu bernuansa kritik.

Pada perkembangannya syair-syair dan kekuatan bahasa yang dipakai dalam lagu Iwan Fals dengan bertemakan kritik terhadap pemerintah ternyata lebih menarik minat pendengarnya, terutama bagi kalangan pemuda-pemuda yang bosan dan resah terhadap pemerintahan. Peneliti disini tertarik untuk mengangkat sebuah lagu Iwan Fals yang berjudul “Isi Rimba Tak Ada Tempat Berpijak Lagi” yang dibuat pada tahun 1982. Berdasarkan liriknya berkisah tentang hutan yang dahulunya masih alami, sangat indah dan rimbun oleh pepohonan yang belum

(3)

terjamah tangan jail manusia yang kemudian merusak hutan itu sendiri seperti sekarang dengan melakukan pembangunan yang pesat tanpa melihat lingkungan sekitar.

Hutan merupakan jantung kehidupan bagi setiap makhluk, terutama hewan. Manusia juga memerlukan hutan untuk ketergantungan hidupnya, karena hutan terdapat sumber daya alam yang dibutuhkan oleh manusia untuk kelangsungan hidupnya. Seiring dengan waktu manusia terkadang lupa dengan fungsi hutan dan lebih mementingkan pembangunan semata. Pembangunan itu sendiri adalah rangkaian usaha pertumbuhan dan perubahan yang terencana dan dilakukan secara sadar oleh suatu bangsa, negara dan pemerintah, menuju modernitas dalam rangka pembinaan bangsa, namun kegiatan usaha itu haruslah terencana dan dilakukan secara sadar, karena segala sesuatu yang terencana mulai dari bagaimana bentuk yang diinginkan hingga bagaimana nantinya menghadapi masalah yang akan datang.

Saat sistem pembangunan itu diterapkan pada sebuah tempat untuk memajukan suatu negara, manusia terkadang lupa dengan lingkungan sekitarnya. Disini seorang Iwan Fals berusaha untuk mengkritik pembangunan yang telah merusak lingkungan hutan dengan lagu yang dibuatnya dengan merealitakan kondisi yang ada saat hal itu terjadi dengan lirik lagunya.

Pada bagian lirik “Isi Rimba Tak Ada Tempat Berpijak Lagi” seorang Iwan Fals menggambarkan tentang keadaan hutan pada saat hal itu terjadi secara nyata. Disini ia berusaha untuk menjelaskan secara gamblang mengenai penggusuran hutan yang terjadi di Indonesia. Hutan-hutan yang sebagai tempat hidup flora dan

(4)

fauna dimusnakan hanya untuk membangun sebuah kota.

Penulis memilih lagu “Isi Rimba Tak Ada Tempat Berpijak Lagi” karena ada kaitannya dengan kondisi saat ini, dimana pembangunan besar-besaran terus dilakukan tanpa mempertimbangkan dampak dan efek yang akan terjadi, lalu penulis tertarik untuk meninjau lirik lagu ini dengan permainan bahasa Ludwig Wittgenstein. Dalam penelitian ini penulis akan memaparkan bentuk-bentuk permainan bahasa yang terkandung dalam lirik “Isi Rimba Tak Ada Tempat Berpijak Lagi”

1. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah tersebut di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan yang akan dikaji yakni sebagai berikut:

a) Bagaimana perjalanan musik Iwan Fals

b) Bagaimana konsep pemikiran language games Wittgenstein?

c) Bagaimana lirik Lagu “Isi Rimba Tak Ada Tempat Berpijak Lagi” Iwan Fals Ditinjau Dari Konsep Permainan Bahasa Wittgenstein

2. Keaslian Penelitian

Pada skripsi ini akan lebih menjelaskan secara mendalam mengenai bagaimana Iwan Fals menggunakan permainan bahasa yang unik pada setiap liriknya yang menyindir dan mengkritik, dan bagaimana lirik “Isi Rimba Tak Ada Tempat Berpijak Lagi” ditinjau dari karya Wittgenstein Philosophical

Investigations dengan pendekatan pada permainan bahasanya, dengan

menggunakan jenis penelitian eksplanatif penulis berusaha untuk menjelaskan fenomena pembangunan yang terjadi pada saat itu, dimana Iwan Fals

(5)

mengungkapkannya dalam bentuk lagu “Isi Rimba Tak Ada Tempat Berpijak Lagi” dan dalam lirik lagu tersebut penulis akan meninjaunya dari aspek permainan bahasa Wittgenstein.

Sejauh penelusuran dan pengamatan mengenai karya-karya ilmiah di lingkungan Fakultas Filsafat Universitas Gadjah Mada dan buku yang beredar, penulis menemukan karya terkait dengan language games Wittgenstein yakni: a) Konsep Language Games Ludwig Wittgenstein Dalam Syair Musik Rock “QUEEN” karya Wilang Agustin Arsita, 2011. Skripsi ini menjelaskan mengenai bagaimana Queen Menggunakan permainan bahasa yang unik pada setiap liriknya, dan bagaimana penampilan band Queen dalam setiap konsernya dalam menyampaikan pesan dilagunya.

b) Permainan Bahasa dalam Rap di Film “8 Miles” ditinjau dari Language

Games Ludwig Wittgenstein, Maia Dania, 2008. Skripsi ini berupa studi tentang permaianan bahasa dalam Rap di Film “8 Miles” yang dipopulerkan oleh Eminem,

skripsi ini hanya menjelaskan permainan bahasa dalam bagian rap nya, dimana seorang Eminem menggunakan kata-kata berupa singing catches yang mengandung unsur-unsur permainan bahasa.

c) Language Games Ludwig Wittgenstein dalam Komunitas Pengguna Putaw dalam Film “Bingkisan untuk Presiden” , Dini Putrisari, 2008

d) Bentuk-Bentuk Permainan Bahasa Ludwig Wittgenstein dalam Novel “Dealova” karya Dyan Nuranindya, Zulfa Emma Chaifa, 2009.

e) Permainan Bahasa dalam Manga “Death Note” Karya Tsugami Ohba Ditinjau dari Language Games Ludwid Wittgenstein, Robbi Rakhmadi tahun 2009

(6)

Penulis hanya menemukan 2 skripsi yang sama-sama meninjau lirik lagu dalam bentuk permainan bahasa Wittgenstein, namun penulis belum menemukan pembahasan objek material yang serupa, yang membedakkan skripsi ini dengan skripsi sebelumnya adalah penulis berusaha untuk memaparkan permaianan bahasa yang terkandung dalam setiap kalimat di syair “Isi Rimba Tak Ada Tempat Berpijak Lagi” dan menghubungkannya dengan fenomena pembangunan dan keadaan sosial pada saat lagu itu dibuat.

3. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah: a. Bagi penulis

Diharapkan dengan adanya penelitian ini penulis dapat lebih mencerap, menghayati dan memahami makna dari syair dalam setiap musik serta menambah wawasan mengenai permainan bahasa Ludwig Wittgenstein.

b. Bagi akademisi

Penelitian ini memberikan pengetahuan yang lebih mendalam mengenai

language games Ludwig Wittgenstein.

c. Bagi masyarakat

Diharapkan dengan adanya penelitian ini masyarakat dapat lebih mencerap, menghayati dan memahami makna dari syair dalam setiap music, mengarahkan generasi muda untuk mencari-membangun jati diri dengan cara yang lebih positif, dengan berkarya, memahami serta menambah wawasan mengenai language gamesLudwig Wittgenstein.

(7)

B. Tujuan Penelitian

Sebagai suatu penelitian ilmiah, penelitian ini bertujuan untuk menjawab persoalan yang terdapat dalam rumusan masalah yaitu :

1. Memaparkan dengan lebih jelas mengenai perjalanan musik Iwan fals.

2. Menjelaskan permainan bahasa Wittgenstein dalam karyanya Philosophical Investigations

3. Menjelaskan lirik “Isi Rimba Tak Ada Tempat Berpijak Lagi” ditinjau dari

Language games Wittgenstein.

C. Tinjauan Pustaka

Kajian mengenai lirik lagu antara lain dilakukan oleh Yayah. B. Muningsah Lumintaintang. Hasil penelitiannya yaitu “Bahasa Indonesia dalam Lirik Lagu” dan dimuat dalam majalah Bahasa dan Sastra Th XV Nomor 3. Hasil penelitiannya mencakup kesesuaian tekanan kata dengan tekanan/irama lagu, pengucapan, ketidaktepatan bentukan dan pilihan kata, kerapian struktur kalimat, dan kedwibahasaan (Hermintoyo, 2003:14)

Penelitian mengenai lirik lagu juga sering dibahas sebagai kajian didalam skripsi. Salah satu pembahasan mengenai lirik lagu di Fakultas Filsafat UGM adalah skripsi yang membahas lirik -lirik lagu dalam musik rock Quuen oleh Wilang Agustin Arsita “Konsep Language Games Ludwig Wittgenstein Dalam Syair Musik Rock Queen” (2011), Pada penelitian ini Wilang melihat jenis, dan fungsi permainan bahasa pada lirik lagu Queen dan mengungkapkan bentuk-bentuk permainan bahasa dalam beberapa syair dari hits andalan.

(8)

Sosiawan Leak mengatakan Perjalanan hidup seorang yang kaya keragaman dinamika hingga menemukan makna perubahan bagi dirinya, sekaligus berperan dan membagi kemaslahatan dalam proses perubahan di luar dirinya, selalu menarik untuk disimak (milik siapapun perjalanan hidup itu). Buku yang menyajikan perjalanan salah satu ikon “musik perlawanan” (terhadap rezim politik, rezim estetik, dan rezim industri) ini menjadi patut disimak secara seksama, lantaran di dalamnya termuati persoalan-persoalan perubahan tersebut.

K.H. Abdurrahman Wahid (2008) dalam buku “Menelisik Perjalanan Batin Iwan Fals” perjalanan batin Iwan Fals patut dihargai, karena pada dasarnya ia senantiasa berjuang untuk sesuatu yang lebih baik bagi bangsa kita. Rasa tanggung jawabnya yang besar sebagai seorang seniman, telah membawa dorongan untuk memperjuangkan hal-hal yang abstrak/rohaniyah. Dipandang dari sudut itulah masyarakat harus mengusahakan agar Iwan Fals tetap berkiprah, sebagai kiprah yang menunjukkan di hadapan kita, adanya kemampuan dan kemauan untuk meratakan jalan bagi impian yang menunjukkan bobot sebenarnya dari anak manusia bernama Iwan Fals.

D. Landasan Teori

Bahasa adalah alat yang paling penting/utama bagi seorang filsuf serta merupakan media untuk analisis dan refleksi. Oleh karena itu bahasa sangat

sensitive terhadap kekaburan serta kelemahan-kelemahan lainnya, sehingga

banyak filsuf menaruh perhatian untuk menyempurnakannya. Hal ini terutama dengan timbulnya aliran filsafat analitika bahasa yang memandang bahwa problema-problema filosofis akan menjadi terjelaskan manakala menggunakan

(9)

analisis terminologi gramatika, bahkan kalangan filsuf analisis bahasa menyadari banyak ungkapan-ungkapan filsafat yang sama sekali tidak menjelaskan apa-apa. Berdasarkan hal tersebut maka banyak kalangan filsuf terutama para tokoh filsafat analitika bahasa menyatakan bahwa tugas utama filsafat adalah analisis konsep-konsep (Kaelan, 2002:80). Permainan bahasa merupakan pemikiran yang fundamental dalam Philosophical Investigations, karena hal itu merupakan suatu titik awal yang menjelaskan bagaimana memahami penggunaan bahasa dalam kehidupan manusia. (Kaelan, 2004:138)

Wittgenstein berpandangan bahwa bahasa logika ternyata mengandung kelemahan karena tidak mampu menyentuh seluruh realitas dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu ia mengalihkan perhatiannya kepada keanekaragaman bahasa biasa (ordinary language) dan cara penggunaannya. (Djojosuroto, Kinayati, 2006:38)

Philosophical Investigations merupakan suatu bentuk filsafat bahasa biasa

yang paling kuat, sekaligus sebagai penunjuk jalan atas terbukanya pemikiran filsafat yang menaruh perhatian terhadap bahasa biasa (ordinary language). Buku karya Wittgenstein tersebut berisi banyak thesis dan berbagai jenis pernyataan-pernyataan, ada yang telah dikembangkan lebih lanjut dan terdapat juga ungkapan-ungkapan yang masih orisinil. Salah satu thesis pokok sebagai essensi dari pandangan Wittgenstein yang kedua ini adalah bahwa “makna sebuah kata itu adalah penggunannya dalam bahasa dan bahwa makna bahasa itu adalah penggunaannya dalam hidup” (Wittgenstein, 1958, par. 23)

(10)

Hakikat dalam teori language games Wittgenstein sebenarnya adalah makna bahasa terletak pada penggunaannya dalam kehidupan manusia yang bersifat kompleks, beraneka ragam, dan tidak terbatas. Ia mendeskripsikan hakikat permainan bahasa tersebut dalam kehidupan manusia antara lain dengan memberikan perintah, mematuhi perintah, melaporkan suatu kejadian, berspekulasi mengenai suatu peristiwa, menguji hipotesis, menyusun cerita, bermain akting dan berdoa dalam konteks kehidupan manusia lainnya.

Dalam buku Filsafat Bahasa: Mengungkap Hakikat Bahasa, Makna dan Tanda, yang dimaksud dengan language games disini, bahwa “berbicara bahasa merupakan suatu aktivitas atau suatu bentuk kehidupan” (that the speaking

language is part of an activity, or on form of life). Inti dari gagasan ini adalah

bahwa suatu jenis bahasa tertentu terdiri dari kata-kata dan memiliki aturan pemakaiannya tersendiri (tata bahasa), seperti dalam suatu permainan (Hidayat Ahmad, Asep, 2006:74).

Dijelaskan bahwa dalam setiap permainan bahasa dijumpai berbagai aturan yang berlaku dalam setiap konteks kehidupan. Hal ini mengimplikasikan bahwa kebenaran gramatikal, sebagaimana dikembangkan linguistic tidak menjamin kebenaran penggunaan dalam kehidupan manusia, atau dengan lain perkataan tidak terdapat suatu korelasi antara kebenaran gramatikal dengan kebenaran dalam penggunaannya dalam kehidupan manusia (Kaelan, 2004:183).

Keanekaragaman dalam kehidupan manusia memerlukan bahasa yang digunakan dalam konteks tertentu. Aturan tersebut ada dalam language games

(11)

untuk tercapainya pemaknaan yang tepat dan memberikan ciri khas terhadap suatu

language games sehingga berbeda dengan language games yang lain, dan setiap

language games pasti mencerminkan suatu rules of the game.

Dikutip dari buku Filsafat Bahasa, “Karena dalam sebuah permainan ada aturan, maka dalam permainan bahasa pun ada aturannya. Kesalahan makna yang digunakan oleh seseorang adalah karena ia tidak memperhatikan aturan dalam permainan bahasa. Dalam penggunaan sehari-hari, bahasa memiliki keanekaragaman, maka konsekuensinya aturannya pun bermacam-macam” (Hidayat Ahmad, Asep, 2006:75).

Dituliskan dalam Filsafat Bahasa:Masalah dan Perkembangannya bahwa dalam kehidupan sehari-hari, acapkali kita menjumpai kata atau ungkapan bahasa yang sama namun dipergunakan dalam pelbagai bidang kehidupan atau dipergunakan dalam pelbagai bentuk permainan bahasa. Penggunaan kata atau kalimat atau yang sama dalam pelbagai cara bukanlah berarti memiliki makna yang sama, melainkan memiliki dasar-dasar kemiripan yang sifatnya umum. Walaupun secara struktur ungkapan kalimat atau kata memiliki kemiripan namun dalam penerapan dan penggunaan yang berbeda maka akan memiliki konsekuensi makna yang berbeda dan sangat tergantung kepada konteks kehidupan yang berkaitan dengan ragam bahasa tertentu (Kaelan, 2002:150). Ini biasa disebut sebagai family resemblances atau “aneka kemiripan keluarga”. Jadi walaupun terdapat ungkapan yang sama, namun sebenarnya berbeda maknanya tergantung pada situasi dan konteks yang bersangkutan.

(12)

Dalam Philosophical Investigations dituliskan bahwa singing catches dan mengubah sebuah bahasa ke bahasa lain (translating) sebagai salah satu bentuk language games yang menarik untuk dianalisis struktur bahasanya. (Wittgenstein, 1958, par. 23) Menurut Wittgenstein, permainan bahasa tidak dapat dipisahkan dengan setiap pengalaman dan perasaan manusia, serta realitas yang dibayangkan. (Kaelan, 2004:138). Bahkan dalam prinsip logika bahasanya ia meletakkan ungkapan ketuhanan sebagai permainan bahasa yang bersifat “mistis”.

E. Metode Penelitian

1. Bahan dan Materi Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian eksplanatif tentang lagu ”Isi Rimba Tak Ada Tempat Berpijak Lagi”, dengan pendekatan pada permainan bahasa Ludwig Wittgenstein. Bahan dan materi penelitian ini sebagian besar bersumber dari buku, majalah, dan laporan penelitian, sebagai berikut :

a. Data primer :

1. Karya Wittgenstein, “Philosophical Investigation”. 2. Album “Opini” Iwan Fals

3. Buku Untold Story Iwan Fals b. Data sekunder :

Berupa buku artikel, atau jurnal yang membahas mengenai yang berkaitan dengan tema penelitian baik yang berhubungan dengan objek material maupun yang berkaitan dengan objek formal penelitian yang digunakan sebagai pendukung untuk melengkapi dan menambah data penelitian

(13)

2. Jalan Penelitian

a. Dalam melakukan penelitian, penulis melalui tiga tahap, yang meliputi : b. Pengumpulan data, yaitu pengumpulkan data yang diperlukan dalam penelitian yang berkaitan dengan objek kajian penelitian.

c. Pengelompokkan data, yaitu mengolah semua data yang terkumpul dengan klasifikasi dan deskripsi agar sesuai dengan apa yang akan diteliti.

d. Penyusunan penelitian, melakukan penyusunan data penelitian secara sistematis dan analitis.

3. Analisis data

Data primer dan sekunder dikumpulkan, kemudian diklasifikasi dan dianalisis berdasarkan unsur-unsur metodis, meliputi interpretasi, induksi, deduksi, heuristika, bahasa inklusif atau analog, dan deskripsi. (Bakker dan Achmad Charis Zubair, Metode Penelitian Filsafat, 1990). Dalam penelitian penulis menggunakan unsur berikut :

i. Interpretasi : data tentang aktivitas pemakaian bahasa dalam syair lagu diinterpretasi sesuai konsep dasar language games dalam filsafat bahasa Ludwig Wittgenstein.

ii. Induksi dan deduksi : dilakukan dalam pengumpulan data tentang pemakaian bahasa dalam syair-syair lagu tersebut apakah sesuai dengan prinsip umum language games.

iii. Bahasa inklusif atau analog: berupaya untuk mengungkapkan hal-hal yang implisit dalam aktivitas penyusunan bahasa dalam syair-syair tersebut.

(14)

menyeluruh.

v. Komparasi : dengan pisau analisis language games peneliti akan berusaha membandingkan persamaan dan perbedaan dalam lirik “Isi Rimba Tak Ada Tempat Berpijak Lagi”

F. Hasil Yang Telah Dicapai

Hasil yang telah dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Memaparkan pemikiran Ludwig Wittgenstein, khususnya permainan bahasa dalam lagu “Isi Rimba Tak Ada Tempat Berpijak Lagi”

2. Menjabarkan pentingnya penggunaan bahasa yang baik dan benar sesuai konteks.

3. Memaparkan pentingnya bahasa sebagai bentuk ungkapan dan apresiasi dalam berkarya.

G. Sistematika Penulisan

Hasil penelitian ini akan dilaporkan dalam lima bab sebagai berikut: Bab pertama berisi tentang latar belakang dilakukannya penelitian ini, rumusan masalah yang hendak dijawab, tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan terhadap pustaka sebelumnya, landasan teori, dan metode yang digunakan dalam melakukan penelitian.

Bab kedua berisi tentang perjalanan musik Iwan Fals hinggga menjadi penyanyi yang terkenal dengan lirik-liriknya yang mengkritik pemerintah pada zaman itu.

(15)

Bab ketiga berisi tentang uraian pemikiran permainan bahasa oleh Ludwig Wittgenstein

Bab keempat berisi uraian tentang lirik lagu “Isi Rimba Tak Ada Tempat Berpijak Lagi” menurut permaianan bahasa Ludwig Wittgenstein beserta refleksi kritisnya.

Bab kelima berisi tentang kesimpulan yang merupakan ringkasan uraian dari bab-bab sebelumnya serta saran dari penulis.

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pemberian konsentrasi kitosan dalam media czapex memberikan pengaruh nyata terhap pertumbuhan diameter koloni miselia

Dengan membandingkan berat total pipa di dasar laut dengan gaya-gaya yang bekerja padanya serta membandingkan antara spesific gravity pipa dengan spesific gravity

Penerapan model pendukung keputusan Analytic Hierarchy Process (AHP) dalam program aplikasi ini akan membantu seorang pengambil keputusan untuk menentukan pemohon mana

Penelitian ini bertujuan untuk menguji secara empiris hipotesis yang berbunyi ada perbedaan sikap terhadap cybersex pada mahasiswa ditinjau dari jenis kelamin dimana sikap

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan menulis karangan pengalaman pribadi siswa kelas VII B SMP Negeri 3 Lembang sebelum dan sesudah menggunakan

Masih terdapatnya sebahagian besar siswa yang belum nemenfaatkan jasa kanscler sekelah untuk nsnyelesaikan masalah belajarnya.. Tidak semua guru, teman

KERANGKA TEORI DAN

regresi yang diperoleh dari penelitian ini menunjukan hasil bahwa, secara bersama-sama ke dua variabel Kemampuan dan Kepuasan Kerja berpengaruh terhadap tingkat