DAFTAR ISI
I. Ramadhan Bersama RosuluLLOH saw ... 1
Khutbah RosuluLLOH saw Menyambut Bulan Suci Ramadhan ... 1
Kisah RosuluLLOH saw dan Pengemis Yahudi Buta ... 2
Sifat‐Sifat RosuluLLOH saw ... 2
Makan dan Minum RosuluLLOH saw ... 3
Tidur RosuluLLOH saw ... 4
Membela Kehormatan Orang Lain ... 5
Bicara RosuluLLOH saw ... 5
Rumah RosuluLLOH saw ... 5
Kerabat RosuluLLOH saw ... 6
Apa yang Dikerjakan RosuluLLOH saw? ... 7
Canda RosuluLLOH saw ... 8
Petunjuk‐petunjuk dan Keagungan Akhlaq RosuluLLOH saw ... 8
Tangis RosuluLLOH saw ... 9
Rendah Hati (Tawadhu) ... 9
Sifat‐Sifat Hilim, Rifiq dan Sabar ... 10
Pembantu RosuluLLOH saw ... 11
Hadiah dan Tamu ... 12
Kasih Sayang RosuluLLOH saw terhadap Anak‐Anak ... 13
Putri‐Putri RosuluLLOH saw ... 14
Banyak Mengingat ALLOH ... 14
Tetangga ... 15
Pergaulan yang Baik ... 15
Keberanian dan Kesabaran RosuluLLOH saw ... 15
Kisah RosuluLLOH saw dan Uang Delapan Dirham ... 16
Kisah RosuluLLOH saw dan Penagih Hutang ... 17
Sifat Kasih RosuluLLOH saw terhadap Binatang ... 17
Kisah RosuluLLOH saw mendatangi Kafilah Dagang ... 18
Wahyu Terakhir kepada RosuluLLOH saw ... 18
Yaa RosuluLLOH (Raihan) ... 21
Rindu Rosul (Bimbo) ... 21
RosuluLLOH (The Zikr) ... 22
II. Dasar Tilawah Al‐Qur’an (Metode Al‐Bana) ... 23
A. Menghafal Huruf Hijaiyyah 1 ... 23
B. Bunyi Vokal 1 ... 25
C. Menghafal Huruf Hijaiyyah 2 ... 25
D. Bunyi Vokal 2 ... 27
E. Akhiran “N” (Tanwin) ... 28
F. Bacaan Panjang (Mad) ... 29
G. Vokal Mati (Sukun) ... 31
H. Tanda Huruf Ganda (Tasydid) ... 32
III. Tahsin Tilawah (Metode QRQ) ... 33
A. Konsisten terhadap Pembacaan Mad dan Ghunnah ... 33
B. Fasih dalam mengucapkan huruf‐huruf hijaiyyah ... 35
C. Mampu Membaca Ayat‐ayat Ghoribah Secara Baik dan Benar ... 37
IV. Hadits Arba’in Nawawiyyah ... 41
V. Tafsir Jalalain ... 55
Surat Al‐Faatihah ... 55
Surat Al‐Waaqi’ah ... 56
VI. Fikih Spesial Ramadhan ... 65
A. Yang Membatalkan Wudhu ... 65
B. Yang Membatalkan Sholat ... 65
C. Jawaban Bagi Orang Yang Mendengar Adzan dan Qomat ... 65
D. Rukun Dua Khutbah ... 66
E. Jenazah ... 66
F. Ayat‐ayat Waris ... 66
G. Yang Berhak Menerima Zakat ... 68
BAB I
Ramadhan Bersama RosuluLLOH saw
Khutbah RosuluLLOH saw Menyambut Bulan Suci Ramadhan
Wahai manusia, sungguh telah datang pada kalian bulan ALLOH dengan membawa Berkah, Rahmat dan Maghfirah. Bulan yang paling mulia disisi ALLOH.
Hari‐harinya adalah hari‐hari yang paling utama. Malam‐malamnya adalah malam‐malam yang paling utama. Jam demi jamnya adalah jam‐jam yang paling utama. Inilah bulan ketika kita diundang menjadi tamu ALLOH dan dimuliakan oleh‐NYA.
Di bulan ini nafas‐nafas kita menjadi tasbih, tidur kita menjadi ibadah, amal‐amal kita diterima, dan doa‐doa kita diijabah.
Bermohonlah kepada ALLOH Rabbmu dengan niat yang tulus dan hati yang suci agar ALLOH membimbing kita untuk melakukan shiyam dan membaca Kitab‐Nya. Celakalah orang yang tidak mendapat ampunan ALLOH di bulan yang agung ini.
Kenanglah dengan rasa lapar dan haus apabila kita kelaparan dan kehausan di hari kiamat. Bersedekahlah kepada kaum fakir dan miskin.
Muliakanlah orang‐orang tua kita, sayangilah yang muda, sambungkanlah tali persaudaraan, jaga lidah, tahan pandangan kita dari apa yang tidak halal kita memandangnya, dan jaga pendengaran kita dari apa yang tidak halal kita mendengarnya.
Kasihilah anak‐anak yatim, niscaya dikasihi manusia anak‐anak yatimmu. Bertaubatlah kepada ALLOH dari dosa‐dosa yang telah kita perbuat. Angkatlah tangan ketika berdoa dengan penuh kerendahan hati pada waktu shalat‐sholat kita, karena itulah saat‐saat yang paling utama ketika ALLOH Azza wa Jalla memandang hamba‐ hamba‐Nya dengan penuh kasih.
ALLOH akan menjawab seruan kita ketika kita menyeru‐NYA, menyambut kita ketika kita memanggil‐NYA dan mengabulkan permintaan kita ketika kita berdoa kepada‐NYA.
Wahai manusia, sesungguhnya diri‐dirimu tergadai karena amal‐amalmu, maka bebaskanlah dengan istighfar. Punggung‐punggungmu berat karena beban (dosa) mu, maka ringankanlah dengan memperpanjang sujudmu.
Ketahuilah ALLOH ta'ala bersumpah dengan segala kebesaran‐NYA bahwa DIA tidak akan mengazab orang‐ orang yang shalat dan sujud, dan tidak akan mengancam mereka dengan neraka pada hari manusia berdiri di hadapan ROBB al‐alamin.
Wahai manusia, barang siapa di antara kalian memberi buka kepada orang‐orang mukmin yang berpuasa di bulan ini, maka di sisi ALLOH nilainya sama dengan membebaskan seorang budak dan dia diberi ampunan atas dosa‐dosa yang lalu.
Jagalah dirimu dari api neraka walaupun hanya dengan sebiji kurma. Jagalah dirimu dari api neraka walaupun hanya dengan seteguk air.
Wahai manusia, siapa yang membaguskan akhlaknya di bulan ini ia akan berhasil melewati shirothol mustaqim pada hari ketika kaki‐kaki tergelincir. Siapa yang meringankan pekerjaan orang‐orang yang dimiliki tangan kanannya (pegawai atau pembantu) di bulan ini, ALLOH akan meringankan pemeriksaan‐NYA di Hari Kiamat.
Barangsiapa menahan kejelekannya di bulan ini, ALLOH akan menahan murka‐NYA pada hari ia berjumpa dengan‐NYA.
Barang siapa memuliakan anak yatim di bulan ini, ALLOH akan memuliakanya pada hari ia berjumpa dengan‐ NYA.
Barang siapa menyambungkan tali persaudaraan (silaturahmi) di bulan ini, ALLOH akan menghubungkan dia dengan rahmat‐NYA pada hari ia berjumpa dengan‐NYA.
Barang siapa memutuskan kekeluargaan di bulan ini, ALLOH akan memutuskan rahmat‐NYA pada hari ia berjumpa dengan‐NYA.
Barangsiapa melakukan shalat sunat di bulan ini, ALLOH akan menuliskan baginya kebebasan dari api neraka.
Barangsiapa melakukan shalat fardu, baginya ganjaran seperti melakukan 70 shalat fardu di bulan lain.
Barangsiapa memperbanyak shalawat kepadaku di bulan ini, ALLOH akan memberatkan timbangannya pada hari ketika timbangan meringan.
Barangsiapa di bulan ini membaca satu ayat Al‐Quran, ganjarannya sama seperti mengkhatam Al‐Qur’an pada bulan‐bulan yang lain.
Wahai manusia, sesungguhnya pintu‐pintu surga dibukakan bagimu, maka mintalah kepada Tuhanmu agar
tidak pernah menutupkannya bagimu; Pintu‐pintu neraka tertutup, maka mohonlah kepada Rabbmu untuk tidak akan pernah dibukakan bagimu. Setan‐setan terbelenggu, maka mintalah agar ia tak lagi pernah menguasaimu.
Kisah RosuluLLOH saw dan Pengemis Yahudi Buta
Di sudut pasar Madinah Al‐Munawarah, terdapatlah seorang pengemis Yahudi buta yang setiap harinya apabila ada orang yang mendekatinya ia selalu berkata, "Wahai saudaraku jangan dekati Muhammad, dia itu orang gila, dia itu pembohong dan penipu, dia itu tukang sihir, dia sesat dan menyesatkan, apabila kalian mendekatinya pasti kalian akan dipengaruhinya!".
Sementara itu, setiap pagi RosuluLLOH saw mendatanginya dengan membawa makanan, dan tanpa berkata sepatah kata pun RosuluLLOH saw kemudian menyuapi dengan makanan yang dibawanya kepada pengemis itu walaupun pengemis itu selalu berpesan agar tidak mendekati orang yang bernama Muhammad. Apabila makanan itu agak keras dan susah untuk dikunyah, maka RosuluLLOH saw pun melembutkannya terlebih dahulu. Setelah pengemis itu kenyang lalu RosuluLLOH saw menyelimuti dan membelainya hingga pengemis itu pun tertidur.
RosuluLLOH saw melakukan hal ini hingga menjelang Beliau wafat. Setelah kewafatan RosuluLLOH saw, tidak ada lagi orang yang membawakan makanan setiap pagi kepada pengemis Yahudi buta itu.
Suatu hari Abubakar r.a berkunjung ke rumah anaknya Aisyah r.ha. Beliau bertanya kepada anaknya, "Anakku, adakah sunnah kekasihku yang belum aku kerjakan?", Aisyah r.ha menjawab pertanyaan ayahnya, "Wahai ayah, engkau adalah seorang ahli sunnah, hampir tidak ada satu sunnah pun yang belum ayah lakukan, kecuali satu sunnah saja". "Apakah Itu?", tanya Abubakar r.a. “Setiap pagi RosuluLLOH saw selalu pergi ke ujung pasar dengan membawakan makanan untuk seorang pengemis Yahudi buta yang berada di sana", kata Aisyah r.ha.
Ke esokan harinya Abubakar r.a. pergi ke pasar dengan membawa makanan untuk diberikannya kepada pengemis
itu. Abubakar r.a mendatangi pengemis itu dan memberikan makanan itu kepada nya. Seperti biasa pengemis itu memberikan nasehat kepada Abubakar agar tidak mendekati Muhammad karena Muhammad itu adalah orang gila, pembohong, penipu dan tukang sihir.
Ketika Abubakar r.a. mulai menyuapinya, si pengemis marah sambil berteriak, "Siapa kamu..??". Abubakar r.a menjawab, "Aku orang yang biasa." "Bukan!!, engkau bukan orang yang biasa mendatangiku!!", jawab si pengemis Yahudi buta itu. “Karena apabila ia datang kepadaku, tidak susah tangan ini memegang dan tidak susah mulut ini mengunyah. Orang yang biasa mendatangiku itu selalu menyuapiku, tapi terlebih dahulu dihaluskannya makanan tersebut, setelah itu ia menyuapiku langsung dengan tangannya sendiri dengan penuh kasih sayang. Dan setelah aku kenyang, aku pun diselimutinya dan diusap‐usap tanganku hingga aku tertidur.", pengemis itu melanjutkan perkataannya.
Abubakar r.a. tidak dapat menahan air matanya, ia terkenang kepada RosuluLLOH saw , terbayang akan kemuliaan dan ketinggian akhlaq Beliau, ia menangis sambil berkata kepada pengemis itu, “Aku memang bukan orang yang biasa datang padamu, aku adalah salah seorang dari sahabatnya, orang yang mulia itu telah tiada. Ia adalah Muhammad RosuluLLOH saw .”
Setelah pengemis itu mendengar cerita Abubakar r.a. ia pun menangis dan kemudian berkata, “Benarkah demikian?, Selama ini aku selalu menghinanya, memfitnahnya, ia tidak pernah memarahiku sedikitpun, ia mendatangiku dengan membawa makanan setiap pagi, ia begitu mulia....” Ia tak mampu melanjutkan kata‐katanya lagi dan kemudian pingsan di hadapan Abubakar r.a. Setelah siuman Pengemis Yahudi buta tersebut akhirnya bersyahadat dihadapan Abubakar r.a.
Sifat‐Sifat RosuluLLOH saw
Kita dekati rumah Nabi dan mengetuk pintu, kita khayalkan seakan‐akan kita mendengar langsung dari orang yang pernah bertemu RosuluLLOH saw, bertatap muka atau hidup bersama beliau. Biarkan orang itu menggambarkan kepada kita sifat dan fisik RosuluLLOH saw, seakan‐akan kita melihatnya secara langsung, agar kita melihat pancaran sinar matanya yang agung dan senyumannya yang menawan.
Diriwayatkan oleh al‐Barra’ bin Azib ra.,
“Setahuku, RosuluLLOH saw itu adalah orang yang paling tampan wajahnya, paling bagus akhlaqnya. Tidak tinggi sekali dan juga tidak pendek” (HR. Bukhari)
“RosuluLLOH saw adalah orang yang sedang (tingginya), jarak antara kedua bahunya menandakan beliau lelaki yang gagah, rambutnya panjang menyentuh ujung telinganya, aku melihat (wajahnya) kemerah‐ merahan. Belum pernah aku melihat sesuatu lebih bagus dan indah dari RosuluLLOH saw”
Dari Abi Ishaq as‐Sabi’i bahwasanya seseorang pernah bertanya kepada al‐Barra’ bin Azib, “Adakah wajah
RosuluLLOH saw seperti pedang (mengkilat)?” Dijawabnya, “Tidak. Tetapi (ia) seperti bulan purnama”
Anas bin Malik r.a. meriwayatkan,
“Belum pernah aku menyentuh sesuatu baik sutera maupun tenunan lainnya yang lebih halus dan lembut dari telapak tangan RosuluLLOH saw . dan belum pernah aku mencium wewangian yang lebih harum seperti aroma tubuh RosuluLLOH saw .”
Diantara sifat‐sifat beliau adalah malu. Malu dalam hal yang pantas untuk malu, tetapi tegas dalam hal yang
menyangkut akhlaq dan kebenaran. sampai‐sampai sahabat Abu Said al‐Khudri mengatakan,
“RosuluLLOH saw lebih pemalu dari seorang perawan dalam pingitan. Bila beliau melihat sesuatu yang tidak disukai, kami tahu dari raut wajahnya.” (HR. Bukhari)
Demikianlah gambaran fisik RosuluLLOH saw dan akhlaq beliau yang disempurnakan oleh ALLOH swt. Perpaduan agung antara penciptaan (khilqoh) dan perangai (akhlaq).
Makan dan Minum RosuluLLOH saw
Hidangan lezat dan mewah mengalir dari rumah ke rumah di antara orang‐orang kaya dan para pemimpin dari abad ke abad. RosuluLLOH saw dikenal sebagai pemimpin. Datang kepada beliau unta‐unta penuh muatan, zakat, emas dan perak. Dengan kekuasaan yang sangat besar ini, bagaimanakah cara makan RosuluLLOH saw? Samakah dengan para pemimpin dan para raja umumnya?
Jangan heran bahwa bahwa sebenarnya RosuluLLOH saw tidak pernah kenyang. Makan hanya sekedarnya saja, bahkan beliau sering kekurangan makanan sehingga memaksanya untuk berpuasa. Anas bin Malik bercerita kepada kita, “sesungguhnya tidak pernah terdapat dalam makan siang RosuluLLOH saw atau makan malamnya, roti dan daging, kecuali sangat sedikit dan kekurangan.” (HR.
Tirmidzi)
Diriwayatkan dari Aisyah beliau berkata,
“Keluarga Muhammad belum pernah kenyang dari roti dan gandum selama dua hari berturut‐turut sampai RosuluLLOH saw meninggal.” (HR. Muslim)
Dalam riwayat lain dikatakan,
“Tidak pernah keluarga Muhammad itu merasakan kenyang, sejak beliau tiba di Madinah, dan makanan yang layak, sampai beliau dipanggil Yang Mahakuasa.”
(Muttafaq ‘alaih)
Bahkan, kerap kali beliau tidur tanpa sesuatu pun mengisi perutnya. Diriwayatkan dari ibnu Abbas,
“Bahwa RosuluLLOH saw melewatkan malam‐ malamnya bersama keluarga tanpa makan malam, kalaupun ada roti, itu pun roti kering yang terbuat dari gandum.” (HR. Muslim)
Masalahnya bukan kekurangan. Akan tetapi, sering kali harta melimpah datang, baik melalui rampasan perang maupun lainnya, namun karena ALLOH telah membimbing beliau kepada kesempurnaan akhlaq, yang berbicara kemudian adalah kemurahan dan kedermawanan beliau.
Berkata Ibnu Harits, “RosuluLLOH saw sholat ashar bersama kami kemudian beliau bergegas masuk ke dalam rumah. Tak lama kemudian keluar dan kami pun bertanya lalu beliau menjawab, ‘Di rumah aku meninggalkan emas dari hasil sedekah, maka aku enggan untuk menyimpannya sampai aku membagi‐bagikannya.’” (HR.
Muslim)
Sungguh suatu kedermawanan yang luar biasa, melalui tangan beliau yang agung. Seperti yang diceritakan oleh Anas bahwa RosuluLLOH saw tidak pernah menolak permintaan seseorang. Pernah suatu kali datang seorang laki‐laki kemudian Rasul memberinya sekumpulan kambing di antara dua bukit. Lalu laki‐laki itu pulang menemui kaumnya dan berteriak lantang, “Wahai kaumku, masuklah kalian ke dalam Islam, sesungguhnya Muhammad memberikan pemberian kepada seseorang sehingga dia tidak takut menjadi fakir.” (HR. Muslim)
Walaupun beliau dermawan dan suka bersedekah, akan tetapi keadaan beliau sendiri sangat patut untuk kita renungkan. Anas bin Malik berkata,
“Tidak pernah RosuluLLOH saw duduk menghadap meja makan yang penuh hidangan, sampai beliau wafat. Dan tidak pernah beliau makan roti yang enak dan lembut sampai wafat.” (HR. Bukhari)
Aisyah menuturkan bahwa suatu hari RosuluLLOH saw datang kepadanya lalu berkata, “Apakah ada sesuatu yang bisa dimakan?” Aisyah menjawab, “Tidak ada.” RosuluLLOH saw berkata, “Kalau begitu aku puasa.” (HR.
Muslim) Diriwayatkan pula bahwa kadang‐kadang beliau
bersama keluarga selama sebulan penuh hanya mengisi perutnya dengan kurma dan air. (HR. Bukhari Muslim)
Dengan makanan yang sangat sedikit ini beliau banyak bersyukur kepada ALLOH atas segala nikmat yang diberikan‐NYA. Beliau juga berterima kasih kepada orang‐ orang yang telah membuat makanan itu dan belum pernah RosuluLLOH saw menegur mereka kalau salah. Oleh karena itu, disebutkan dalam berbagai riwayat bahwa beliau tidak pernah mencela makanan. Tidak pernah menegur tukang masak, tidak pernah menolak makanan yang disediakan dan tidak pernah meminta sesuatu yang tidak ada. Beliau seorang nabi yang tidak mementingkan perut.
Diriwayatkan dari Abi Huroiroh, “Belum pernah RosuluLLOH saw mencela suatu makanan. Kalau beliau suka, makanan itu dimakannya, dan kalau beliau tidak suka, ditinggalkannya.” (Muttafaq ‘alaih)
Berkata Ibnu Taimiyyah, “Adapun tentang makanan dan pakaian, maka sebaik‐baik petunjuk tentang hal tersebut adalah petunjuk dari RosuluLLOH saw . Akhlaq beliau dalam hal makanan adalah makan sedikit dari yang beliau suka, tidak menolak makanan yang disediakan, tidak
mencari‐cari makanan yang tidak disediakan. Beliau makan daging dan roti yang dihidangkan. Namun, apabila terdapat dua makanan dengan warna yang berbeda, beliau hanya makan satu saja. Beliau juga tidak menolak makanan yang manis dan lezat. Dalam sebuah hadits dikatakan, “Aku berpuasa dan aku berbuka, aku tidur dan aku bangun, aku makan daging dan aku mengawini perempuan. Maka barang siapa yang tidak suka dengan sunahku, dia bukan termasuk golonganku.”
ALLOH menyuruh agar makanan yang baik‐baik dan bersyukur kepada‐NYA. Maka barangsiapa yang mengharamkan makanan yang baik, maka dia telah melampaui batas, dan barang siapa yang tidak bersyukur, dia telah mengambil hak ALLOH. Metode RosuluLLOH saw
dalam hal makanan adalah tidak bermewah‐mewah dan tidak terlalu irit, sehingga terkesan seperti seorang pertapa, sedangkan Islam tidak menganjurkan seseorang untuk menjalani kehidupan bertapa.
Setiap yang halal adalah baik dan setiap yang baik adalah halal. ALLOH menghalalkan kepada kita segala sesuatu yang baik dan mengharamkan segala sesuatu yang jelek. ALLOH mengharamkan segala sesuatu yang berdampak negatif kepada kita dan membolehkan segala sesuatu yang bermanfaat kepada kita.
Singkatnya, konsep Islam tentang makanan adalah mengacu kepada hal yang lebih bermanfaat dan meningkatkan kepada ketakwaan.
Tidur RosuluLLOH saw
Diriwayatkan oleh Ubay bahwa RosuluLLOH saw bersabda,
“Apabila salah seorang di antara kamu hendak masuk ke dalam kamar tidurnya atau hendak tidur, hendaklah mengambil ujung selimut dan menyempurnakannya untuk melingkupi seluruh tubuhnya dan hendaklah menyebut nama ALLOH karena sesungguhnya dia tidak mengetahui apa yang akan terjadi sesudah itu dalam tidurnya dan apabila dia hendak memiringkan badannya, hendaklah dia memiringkan badannya pada sisi kanan dan hendaklah berkata, ‘Mahasuci ENGKAU ya ALLOH Tuhanku, karena ENGKAU aku meletakkan sisi badanku dan karena ENGKAU aku mengangkatnya. Jika ENGKAU merenggut jiwaku maka ampunilah dia dan ENGKAU melepaskannya jagalah sebagaimana ENGKAU menjaga hamba‐hamba‐MU yang saleh’” (HR. Muslim)
Sebagian dari petunjuk beliau kepada umat Islam, “Bila kamu hendak tidur berwudhulah kamu sebagaimana kamu berwudhu untuk sholat dan miringkanlah badanmu pada sisi sebelah kanan.”
(Muttafaq ‘alaih)
Dan diriwayatkan oleh Aisyah,
“RosuluLLOH saw apabila naik ke tempat pembaringan setiap malam, menyandingkan kedua belah tangannya serta meniupnya dan dibacakan di antaranya surat al‐ Ikhlas, al‐Falaq dan an‐Naas, kemudian beliau mengusapnya dengan kedua belah tangan itu, seluruh tubuhnya. Mulai dari kepada, wajah, dan anggota lain yang bisa diusap. RosuluLLOH saw mengulanginya sebanyak tiga kali.” (HR. Bukhari)
Dari Anas bin Malik bahwa RosuluLLOH saw ketika menjelang tidur berdo’a,
“Segala puji bagi ALLOH yang telah memberi makan dan minum dan menjaga kita serta mencukupi segala
kebutuhan kita, betapa banyak orang yang tidak tercukupi kebutuhannya dan tidak punya tempat tinggal.” (HR.
Muslim)
Dan diriwayatkan dari Abi Qotadah bahwa,
“Bila RosuluLLOH saw datang dari bepergian tengah malam, beliau tidur miring pada sisi kanan dan apabila beliau pulang dari bepergian sebelum mendekati waktu subuh, beliau tidak tidur. Beliau hanya memiringkan badannya dan menegakkan lengannya sambil meletakkan kepalanya di atas telapak tangan.” (HR. Muslim)
Sambil mensyukuri nikmat ALLOH yang diberikan kepada kita, marilah kita renungkan bagaimana sebenarnya tempat tidur RosuluLLOH saw, pemungkas segala Nabi, dan sebaik‐baik makhluk ALLOH yang ada di muka bumi. Diriwayatkan dari Aisyah,
“Tempat di mana RosuluLLOH saw tidur di atasnya, hanyalah sebuah tikar sederhana yang terbuat dari kulit yang diisi dengan sabut.” (HR. Imam Ahmad)
Suatu ketika datang sejumlah sahabat kepada RosuluLLOH saw kemudian mereka beranjak dari tempat itu Umar melihat ada bekas anyaman tikar kasar pada sisi kanan perut RosuluLLOH saw. Kemudian Umar menangis. RosuluLLOH saw bertanya, “Apa yang membuatmu menangis, wahai Umar?” Umar menjawab, “Demi ALLOH, saya tahu bahwa Anda makhluk paling mulia, lebih mulia di mata ALLOH dari pada Kisra dan Kaisar. Mereka berdua bermain‐main dengan dunia dan hidup dalam kemewahan, sedangkan Anda wahai RosuluLLOH saw, tidur di tempat seperti ini?” Rasul menjawab, “Bukankah engkau rela mereka memperoleh dunia sedang kita memperoleh akhirat?” “Ya”, jawab Umar. “Itulah yang sebenarnya (sedang) terjadi”, Kata RosuluLLOH saw.” (HR.
Ahmad)
Membela Kehormatan Orang Lain
Tempat berkumpul yang paling mulia adalah majelis taklim dan zikir. RosuluLLOH saw sering berkumpul bersama sahabat untuk memberi petunjuk dan pengajaran kepada mereka. Dalam majelis itu beliau meluruskan kesalahan, mengingatkan yang lupa, dan memberikan segala petunjuk kebaikan. Dalam majelis itu juga beliau melarang gosip, gunjingan dan adu domba. Beliau tidak rela bila seseorang menceritakan aib orang lain.
Diriwayatkan oleh Utban bin Malik, “RosuluLLOH saw berdiri untuk sholat kemudian berkata, ‘Dimana Malik Ibnu dakhsyam?’ Seseorang menjawab, ‘Dia adalah munafik yang tidak suka kepada ALLOH dan Rasul‐NYA.’ Kemudian RosuluLLOH saw berkata, ‘Jangan begitu, bukankah di telah mengatakan tiada Tuhan selain ALLOH dan mengharap ridho ALLOH? Sesungguhnya, ALLOH mengharamkan masuk neraka bagi orang yang mengatakan laa ilaha illaLLOH untuk mencari keridhoan ALLOH.’” (Muttafaq ‘alaih). Beliau mengulanginya hingga tiga kali.
RosuluLLOH saw memperingatkan agar kita jangan sampai bersaksi palsu dan memotong hak orang lain.
Diriwayatkan dari Abu Bakar Ash‐Shiddiq bahwa RosuluLLOH saw bersabda, “Maukah kalian kuberitakan tentang dosa yang paling besar?” Kami mengiyakannya, lalu beliau berkata, “Yaitu menyekutukan ALLOH dan durhaka kepada orang tua.” Waktu itu beliau bersandar ke tembok lalu duduk dan berkata, “Ingatlah juga, kesaksian palsu (bohong).” Beliau terus mengulanginya sampai kami berkata, mudah‐mudahan beliau diam. (Muttafaq ‘alaih)
Walaupun beliau sangat mencintai istrinya, beliau tetap tidak rela kalau di antara mereka ada yang bergunjing. Aisyah meriwayatkan, “Aku berkata kepada RosuluLLOH saw, ‘Cukuplah bagimu tentang Shafiyah begini dan begitu...’ Sebagian perawi menyebutnya pendek. Lalu beliau berkata, ‘Kamu telah mengatakan suatu kalimat yang seandainya dicampur dengan air laut, akan kucampur.’” (HR. Abu Dawud)
RosuluLLOH saw memberi kabar gembira kepada orang yang membela kehormatan orang lain melalui sabdanya, “Barang siapa yang membela saudaranya yang sedang digunjingkan, maka orang itu berhak untuk dibebaskan oleh ALLOH dari Neraka.” (HR. Ahmad)
Bicara RosuluLLOH saw
Sekarang mari kita lihat bagaimana RosuluLLOH saw berbicara. Sebelumnya, dengarlah apa yang dikatakan Aisyah r.a.,
“RosuluLLOH saw tidak pernah berbicara penuh sebagaimana bicaramu ini (cerewet), tetapi beliau berbicara dengan perkataan yang pas, jelas, padat sehingga bisa dihafal oleh orang yang ada di sekitarnya.”
(HR. Abu Daud)
RosuluLLOH saw selalu berbicara dengan mudah dan sopan serta lemah lembut, karena beliau ingin agar orang lain mengerti arah pembicaraannya. Beliau sangat menjaga perbedaan‐perbedaan di antara umatnya sehingga tidak menimbulkan kesalahpahaman. Beliau sangat peka bahwa pemahaman dan cara berfikir umatnya berbeda‐beda. Oleh karena itu, beliau memilih untuk bersikap halim (menerima perbedaan walaupun tidak sesuai dengan isi hati) dan sabar, sehingga menyenangkan lawan bicaranya.
Diriwayatkan dari Aisyah,
“RasluluLLOH selalu berbicara dengan perkataan yang jelas yang bisa difahami orang yang mendengar”
Renungkanlah bagaimana Rasul yang agung itu begitu lembut dan bersahabat, lapang dada serta terbuka. Beliau rela mengulang perkataannya agar dimengerti oleh orang lain. Diriwayatkan oleh Anas bin Malik,
“RosuluLLOH saw sering mengulang perkataannya sampai tiga kali supaya dimengerti dan dipahami” (HR.
Bukhari)
RosuluLLOH saw juga suka bercanda dengan para sahabat untuk mengurangi rasa takut karena sebagian diantara mereka ada yang takut kepada yang lain.
Diriwayatkan dari Ibnu Mas’ud r.a. bahwasanya RosuluLLOH saw pernah didatangi seorang laki‐laki yang sangat ketakutan hingga gemetar seluruh tubuhnya. Laki‐ laki itu lalu ditenangkan oleh RosuluLLOH saw sambil berkata,
“Tenanglah karena aku bukanlah seorang raja. Aku adalah anak seorang wanita yang memakan daging kering (dendeng)” (HR. Ibnu Majah)
Rumah RosuluLLOH saw
Kita sekarang berada di dalam rumah Nabi dan melihat apa yang pernah disampaikan oleh sahabat‐sahabat tentang keadaan rumah ini dan apa‐apa yang ada di dalamnya.
Kita menyadari bahwa sebenarnya kurang pantans mengitari pandangan di rumah RosuluLLOH saw, tetapi sebagai umat yang diwajibkan untuk mencontoh gaya hidup RosuluLLOH saw, kita ingin melihat lebih dekat perilaku beliau sehari‐hari.
Di dalam rumah itu tidak ada apa‐apa, kecuali kesederhanaan dengan modal iman. Tidak ada gambar atau lukisan pada dinding seperti yang ada zaman sekarang ini. Sabda beliau,
“Malaikat tidak akan masuk ke dalam rumah yang di dalamnya terdapat anjing dan lukisan” (HR. Bukhari)
Mari kita layangkan pandangan ke arah lain. Adakah perabot yang mewah di sana? Zaid bin Tsabit, “Anas bin Malik, pelayan RosuluLLOH saw pernah memperlihatkan kepadaku tempat minum RosuluLLOH saw yang terbuat dari kayu yang keras yang dipatri dengan besi, lalu Anas berkata,’Wahai Tsabit, inilah tempat minum RosuluLLOH saw’” (HR. Tirmidzi) “Dengan gelas kayu itulah RosuluLLOH saw minum air, perasan kurma, madu dan susu” (HR. Tirmidzi). dari Anas bin Malik,
“Bahwasanya Rasul minum sebanyak tiga teguk dan bernafas di luar gelas, tidak di dalam gelas ketika sedang minum.” (Mutafaq ‘alaih)
Sedangkan, perabot lain yang tampak adalah baju besi yang biasa dipakai RosuluLLOH saw saat perang. Akan tetapi, tak lama sebelum beliau meninggal, baju besi itu
digadaikan kepada seorang Yahudi dengan 30 sha’ gandum seperti yang diceritakan Aisyah. Dan ketika RosuluLLOH saw wafat, baju itu berada di tangan Yahudi dan belum ditebusnya.
Salah satu akhlaq beliau yang perlu dicontoh adalah jika datang bepergian diwaktu malam, beliau tidak langsung masuk ke rumah secara tiba‐tiba, agar tidak mengejutkan istri dan keluarganya, melainkan terlebih dahulu menunggu sampai pagi. Dan seperti biasanya, tidak lupa beliau mengucapkan salam ketika masuk ke dalam rumah.
Pikirkanlah dengan mata yang jeli dan hati yang jernih sabda beliau,
“Berbahagialah orang yang dituntun masuk ke dalam Islam, dan kehidupannya cukup serta menerima apa yang ALLOH berikan.” (HR. Tirmidzi)
“Barang siapa yang berada dalam keadaan aman di tengah kaumnya, sehat tubuhnya, ada yang akan di makan hari itu, maka sepertinya dunia telah digiring kepadanya dengan segala isinya” (HR. Tirmidzi)
Kerabat RosuluLLOH saw
Nabi Muhammad saw terkenal sebagai sosok yang luar biasa dalam menyambung kekeluargaan atau silaturahim. Bahkan, sebagai orang yang paling sempurna dalam hal menyambung dan mempererat tali silaturahim ini sampai‐ sampai kaum Quraisyi memujinya dan memberi gelar ash‐ Shidiq – al‐Amin sebelum beliau diangkat sebagai Rasul. Khadijah, istri tersayang, menyebutnya sebagai “orang yang menyambung kekeluargaan dan berkata dengan benar”.
Hal ini dapat kita lihat sejak dini di masa beliau ditinggal oleh ibu bapaknya. Sejak kecil beliau sudah melaksanakan hak dan kewajiban sebagai anak, yaitu berziarah ke makam ibunya. Waktu itu beliau masih berumur tujuh tahun. Abu Hurairah berkata, “Pernah RosuluLLOH saw berziarah ke makam ibunya. Lalu menangis dan membuat orang disekelilingnya juga menangis karena tangisannya, kemudian beliau berkata,
‘Aku minta izin kepada Tuhan untuk meminta ampun atas ibuku. Tapi tidak diberi izin. Kemudian aku minta izin untuk menziarahi makamnya, lalu aku diizinkan, maka ziarahilah kuburan, karena itu akan mengingatkan kamu kepada kematian’” (HR. Muslim)
Betapa kecintaan beliau sangat dalam kepada kaum kerabat. Betapa beliau sangat antusias untuk mendakwahi mereka agar masuk Islam dan memberikan mereka jalan hidayah serta menyelamatkan mereka dari api neraka. Dan beliau rela menanggung segala resikonya, dicaci dan disiksa. Sungguh tantangan yang sangat berat.
Dari Abu Hurairah diceritakan, “Ketika turun ayat ‘dan peringatkanlah olehmu kaum kerabatmu yang terdekat’
(QS. asy‐Syuara : 24) RosuluLLOH saw segera memanggil
dan mengumpulkan kaum kerabatnya. Ditengah‐tengah mereka, beliau berkata,
‘Wahai Bani (keturunan) Abdi Syams, wahai Bani Ka’ab bani Lu’ay, selamatkan dirimu dari api neraka. Wahai Bani Abdi Manaf, selamatkan diri kalian dari api neraka! Wahai Bani Hasyim, selamatkanlah diri kalian dari api neraka! Wahai Bani Abdul Muttholib, jagalah diri kalian dari siksa neraka! Wahai Fatimah anakku, selamatkan dirimu dari api neraka! Karena aku tidak bisa membela kalian kelak di hadapan ALLOH, walaupun kalian kaum kerabatku, kecuali aku akan meneteskan air‐air kekeluargaan ini semampuku untuk menjaga hubungan dengan kalian di dunia’” (HR.
Muslim)
RosuluLLOH saw tidak pernah bosan dan jemu untuk mengajak orang yang paling dihormatinya, yaitu pamannya Abu Tholib, untuk memeluk Islam. Sampai detik‐detik terakhir menjelang kematian Abu Tholib, RosuluLLOH saw masih mengulang ajakannya untuk mengucapkan dua kalimat syahadat.
Ketika Abu Tholib di ambang kematian, di sekelilingnya ada Abu Jahal dan Abdullah bin Abi Umayyah, masuklah RosuluLLOH saw untuk mengulangi ajakannya,
“Wahai paman, katakanlah tiada Tuhan selain ALLOH karena kalimat ini sebagai pembelaanku terhadap paman di hadapan ALLOH.”
Abu Jahal dan Abdullah bin Abi Umayyah langsung menyela, “Abu Tholib, apakah engkau akan meninggalkan agama nenek moyangmu Abdul Muthalib?” Begitu terus berulang‐ulang sampai akhirnya Abu Tholib terbawa ke dalam keyakinan mereka, dan meninggal dengan keyakinan agama nenek moyang. Namun walaupun begitu, seperti yang diriwayatkan oleh Bukhari, Muslim dan Ahmad, RosuluLLOH saw masih memintakan ampun kepada ALLOH atas pamannya. Beliau tidak jemu beristigfar,
“Aku akan terus beristigfar untuk paman selama aku tidak dilarang oleh ALLOH”
Maka turunlah ayat ini “Tidak boleh bagi seorang nabi dan orang‐orang beriman, beristigfar untuk orang‐orang musyrik, walaupun mereka adalah kerabat dekat, setelah di ketahui bahwa mereka adalah penghuni neraka jahannam” (QS. al‐Qashash:113) juga turun ayat berikut ini, “Sesungguhnya engkau Muhammad, tidak bisa memberi hidayah kepada orang yang engkau sukai, akan tetapi ALLOH‐lah yang memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki‐NYA.” (QS. al‐Qashash:56) Maka berhentilah RosuluLLOH saw mendoakan dan beristigfar untuk kaum kerabatnya.
Inilah sebagian dari ilustrasi agung, rahmat bagi umat, dan contoh yang pas bagi loyalitas dan ketundukannya pada ALLOH walaupun harus menimpa keluarga sendiri.
Seorang nabi yang datang kepada kita...
Setelah putus asa dan jeda waktu yang cukup lama dari rasul‐rasul sebelumnya...
Dan setelah berkala‐kala itu disembah di muka bumi...
Sebuah pelita terang petunjuk kebenaran sejati memancarkan sinar kemilau, bak kilatan cahaya pedang...
Memperingatkan kami akan api neraka dan kabar gembira... surga.
Mengajar kami Islam dan kepada ALLOH kami bersyukur...
Apa yang Dikerjakan RosuluLLOH saw?
Rumah adalah cerminan tempat tinggal yang menggambarkan bagusnya akhlaq penghuninya, kesempurnaan peradabannya, kebaikan pergaulannya, kejernihan hatinya, serta keseluruhan pribadinya. Dibalik tembok atau pagar, orang tidak bisa melihat aktivitas penghuni rumah secara jelas. Semuanya berjalan secara alami. Yang hitam akan terlihat hitam, yang putih akan terlihat putih. Nah, sampai dimanakah khayalan kita ketika membayangkan keseharian RosuluLLOH saw di rumah beliau? Bagaimana sang Rasul Agung itu menghabiskan waktunya di rumah bersama keluarganya?
Aisyah pernah ditanya, “Apa yang dikerjakan RosuluLLOH saw di rumah?” Dijawabnya,
“Seperti layaknya manusia biasa. Beliau menambal bajunya, memerah susu kambingnya, dan mengerjakan sendiri pekerjaan rumahnya.” (HR. Ahmad dan Tirmidzi)
Inilah prototipe tawadhu dan ketidak sombongan serta ketidak sewenang‐wenangan terhadap orang lain. Beliau aktif mengerjakan sendiri pekerjaannya dan ikut membantu keluarga dalam menyelesaikan pekerjaannya. Anda mungkin tidak percaya, bagaimana mungkin makhluk pilihan yang agung itu memperbaiki sendiri terompahnya yang rusak, menambal sendiri bajunya yang robek, menyapu dan membantu mencuci pakaian? Itulah kenyataannya. Bahkan, di sinilah justru letak keagungan akhlaqnya dan kemurnian cintanya terhadap sesama.
Lihatlah, betapa di rumahnya tidak ada makanan yang cukup untuk di makan sekeluarga. An‐Nu’man bin Basyir menceritakan keadaan Rasul, “Sungguh saya telah melihat bagaimana RosuluLLOH saw tidak menemukan daqal (korma yang jelek) untuk dimakan hari itu.” (HR. Muslim)
Dan Aisyah pernah meriwayatkan,
“Kami keluarga Muhammad sudah biasa tidak menghidupkan perapian selama sebulan. Kami hanya makan dari Aswadaani, yaitu korma dan air.” (HR.
Bukhari)
Tapi hal itu tidak menjadikan beliau malas, apalagi berhenti dari mengingat ALLOH dan bersyukur. Dunia ada di genggamannya. Apalah arti dunia bagi beliau.
Ketika Bilal sudah mengumandangkan “hayya alash sholah”, RosuluLLOH saw segera bergegas ke masjid sebagai imam. Al‐Aswad bin Yazid berkata, “Aku bertanya kepada ibunda Aisyah, apa yang dikerjakan Nabi di rumahnya?” Jawabnya,
“Beliau sibuk dengan pekerjaan keluarganya. Tetapi jika mendengar azan, beliau segera keluar rumah.” (HR.
Muslim)
Belum pernah RosuluLLOH saw shalat fardhu di rumahnya kecuali shalat sunnah. Jadi selama hidupnya belum pernah meninggalkan berjama’ah di masjid, kecuali pada hari beliau dipanggil menghadap ALLOH kala sakit. Sungguh berbeda dengan kita yang biasa melaksanakan shalat fardu di rumah. Beliau mengingatkan, “Terangilah rumahmu dengan bacaan Al‐Qur’an dan shalat sunnah.”
(HR. Bukhari) Sedangkan shalat fardu, sebaiknya di masjid.
Saking cintanya kepada umatnya, beliau sangat menganjurkan untuk selalu shalat berjamaah di masjid dan jangan sampai tidak berjamaah. Dalam sebuah hadits dikatakan,
“Sungguh aku bermaksud menyuruh orang‐orang untuk shalat berjamaah dan menyuruh salah seorang di antara mereka menjadi imam. Dan aku mengajak yang lainnya untuk mengumpulkan kayu bakar untuk membakar rumah orang yang tidak berjamaah bersama mereka.”
(Mutafaq ‘alaih)
Betapa pentingnya shalat berjama’ah. Sampai‐sampai di kesempatan lain beliau bersabda, “Barangsiapa yang mendengar azan dan tidak memenuhi panggilan‐NYA (untuk berjama’ah), tidak sah shalatnya kecuali ada halangan.” (Mutafaq ‘alaih) Halangan yang dimaksud di sini adalah sakit atau dalam keadaan tidak aman. Sekarang bandingkan dan hitunglah, berapa banyak di tempat Anda orang yang berjama’ah? Atau mereka yang tidak mengerjakan shalat, padahal tidak ada halangan apa pun kecuali malas, menonton TV, dan alasan lain yang diada‐ adakan
Canda RosuluLLOH saw
Di tengah kesibukan mengurusi umat, perang, keluarga, dan masalah‐masalah duniawi, RosuluLLOH saw selalu memberi dan menakar sesuatu sesuai dengan haknya. Beliau memberikan anak kecil haknya untuk disayang dan dimanja. Belian bermain dan bercanda bersama mereka, membuat mereka ceria dan senang.
Diriwayatkan oleh Abu Hurairah, “Mereka (anak‐anak itu) berkata, ‘Ya RosuluLLOH saw, mengapa engkau bercanda dengan kami?’” Dijawab oleh RosuluLLOH saw,
‘Ya. Akan tetapi aku selalu berkata benar, walaupun dalam senda gurau.‘ (HR. Ahmad)
Di antara canda beliau, adalah apa yang diriwayatkan oleh Anas bin Malik bahwa beliau memanggilnya dengan, “wahai orang yang berkuping dua” (HR. Abu Dawud)
Seorang anak kecil bernama Abu Umair adalah anak Ummu Sulaim yang sering diajak bercanda oleh RosuluLLOH saw. Suatu hari anak ini kelihatan bersedih, karena burung pipitnya mati. Lalu RosuluLLOH saw berkata, “Hai Abu Umair, apa yang dilakukan burung pipitmu?” (Muttafaq ‘alaih)
Ada juga senda gurau beliau dengan orang dewasa. Seorang badui (yang sudah dewasa) bernama Zahir bin Hiram sedang menjual dagangannya. Dia termasuk lelaki yang buruk rupanya. Lalu RosuluLLOH saw memeluknya dari arah belakang dan menutup matanya dengan telapak tangannya, tentu dengan maksud bercanda, sehingga Zahir
berteriak, “Lepaskan aku... siapa ini?” Setelah mengetahui bahwa yang mendekapnya adalah RosuluLLOH saw dia merapatkan dadanya ke dada Rasul dan beliau masih saja mencandainya, “Siapa yang mau beli budak (seperti kamu) ini?” Zahir berkata, “Ya RosuluLLOH saw kalau begitu aku tidak laku?” Jawab Nabi, “Ya. Kamu disisi ALLOH mahal harganya.” (HR. Ahmad)
Namun, walaupun RosuluLLOH saw sering bercanda, beliau tidak pernah tertawa sampai terbahak‐bahak. Bila ada hal yang lucu, beliau hanya tersenyum. Seperti yang dikatakan Aisyah,
“Aku belum pernah melihat Rasul tertawa lebar, sampai gusinya kelihatan. Tapi beliau cukup tersenyum”.
(Muttafaq ‘alaih)
Akan tetapi, wajah RosuluLLOH saw yang ceria dan murah senyum itu akan berubah merah padam, bila melihat kemungkaran atau hak‐hak ALLOH diinjak‐injak dan dihina. Aisyah menceritakan, “Waktu datang dari bepergian, tiba‐tiba RosuluLLOH saw melihat tabir di serambi kamarku yang bergambar patung, wajahnya tiba‐ tiba merah karena marah dan segera melepasnya sambil berkata,
“Wahai Aisyah! Sesungguhnya orang yang paling berat siksanya di hari kiamat adalah orang yang membuat sesuatu menyerupai ciptaan ALLOH” (Muttafaq ‘alaih)
Petunjuk‐petunjuk dan Keagungan Akhlaq RosuluLLOH saw
Gerak‐gerik seseorang mencerminkan ketajaman akal dan kejernihan hatinya. Kita bisa menilai keadaan seseorang melalui tingkah laku dan perangainya.
Orang yang paling mengenal akhlaq RosuluLLOH adalah Aisyah, istri tercinta, putri sahabat terbaiknya, Abu Bakar ash‐Shiddiq. Aisyah sangat memahami tingkah laku Nabi serta segala hal yang menyangkut kehidupan suaminya itu baik lahir maupun batin. Karena dialah yang paling dekat dengan Nabi, baik di waktu tidur, bangun, sakit dan sehatnya. Di waktu suka maupun duka.
Dengarlah komentar istri tercinta ini,
“RosuluLLOH saw bukan orang yang suka berkata keji, buruk perangai dan bukan orang yang suka berkeliaran di pasar, bukan pula orang yang membalas kejelekan dengan kejelekan, akan tetapi orang yang suka memaafkan dan melupakan kesalahan.” (HR. Ahmad)
Al‐Husain bin Ali, cucu Nabi, menceritakan bagaimana keagungan kakeknya itu dalam sebuah riwayat, “Aku bertanya kepada Ayah (Ali bin Abi Tholib) tentang bagaimana RosuluLLOH saw di tengah‐tengah sahabatnya. Ayah berkata, ‘RosuluLLOH saw selalu menyenangkan, santai dan terbuka, mudah berkomunikasi dengan siapapun, lemah lembut dan sopan, tidak keras dan tidak
lunak, tidak pernah mencela, tidak pernah menuntut dan menggerutu, tidak mengulur waktu dan tidak tergesa‐ gesa. Beliau meninggalkan tiga hal: riya, boros, dan sesuatu yang tidak berguna. Dan tidak pernah mencaci seseorang dan menegur karena kesalahannya, tidak mencari kesalahan orang lain, tidak berbicara kecuali yang bermanfaat dan berpahala. Kalau beliau berbicara, maka yang lain diam dan menunduk seperti ada burung di atas kepalanya, tidak pernah disela atau dipotong pembicaraanya, membiarkan orang menyelesaikan pembicaraannya, tertawa bersama mereka yang tertawa, heran bersama orang yang heran, rajin dan sabar menghadapi orang‐orang yang tidak sopan, segera memberi apa‐apa yang diperlukan orang yang berkesusahan, tidak menerima pujian kecuali dari yang pernah dipuji olehnya.” (HR. Tirmidzi)
Dari sekian keagungan yang dimiliki RosuluLLOH saw, satu saja diikuti dan diteladani, niscaya akan menjadi investasi kebaikan yang tak akan pernah mendatangkan sesuatu kecuali kebaikan pula. Pilihlah diantaranya, jika tidak mampu semuanya. Selain itu, di antara sekian jalan yang pantas kita teladani adalah pengajaran yang diberikan RosuluLLOH saw tentang masalah‐masalah agama dalam berbagai perbincangan dengan para sahabatnya. Di antara pesan yang sering beliau lontarkan
adalah, “Barangsiapa yang mati sedangkan dia menyekutukan ALLOH, maka dia masuk neraka.” (HR.
Bukhari) Begitu juga sabda beliau,
“Seorang Muslim adalah orang yang orang lain selamat dari perkataan dan tangannya, dan seorang yang berhijrah adalah orang yang berhijrah dari apa yang dilarang ALLOH.” (Muttafaq ‘alaih)
Tidak kalah pentingnya perkataan beliau,
“Berilah kabar gembira pada orang yang berjalan di kegelapan menuju masjid bahwa kelak akan diberi cahaya
yang sempurna di hari kiamat.” (HR. Tirmidzi dan Abi
Dawud)
Juga di antara persan beliau,
“Lawanlah orang‐orang musyrik itu dengan hartamu, jiwamu dan perkataanmu.” (HR. Abu Dawud)
“Hendaklah seseorang itu menjaga perkataannya supaya tidak salah dan terjerumus ke dalam neraka, walaupun dia harus berpisah menjauh dari timur dan barat.” (Muttafaq ‘alaih)
Tangis RosuluLLOH saw
Banyak sekali kita jumpai orang menangis, baik laki‐laki maupun perempuan. Namun yang perlu diperhatikan adalah bagaimana seharusnya menangis dan untuk apa kita menangis. Menangis tidak sekedar mengeluarkan air mata, melainkan tujuannya harus jelas.
RosuluLLOH saw sering menangis. Padahal kalau beliau mau, dunia ini ada di genggamannya. Sedangkan di Surga, beliau berada di tingkat yang paling tinggi. Jadi untuk apa beliau menangis? Tangisan RosuluLLOH saw adalah tangisan seorang hamba yang tunduk dan bersyukur. Beliau menangis ketika berdoa atau saat membaca Al‐ Qur’an. Getaran hati karena khusyu dan rindu kepada ALLOH, mampu melelehkan air matanya. Hatinya telah menyatu dengan ma’rifatuLLOH.
Diriwayatkan dari Muthrif bin Abdillah bahwa bapaknya berkata,
“Aku pernah mendatangi RosuluLLOH saw, waktu itu aku dapati beliau sedang sholat. Dan aku mendengar tangisnya seperti orang merintih.” (HR. Abu Dawud)
Abdullah bin Mas’ud berkata, “RosuluLLOH saw berkata padaku, ‘Bacakanlah kepadaku Al‐Qur’an’ Jawabku, ‘Ya RosuluLLOH saw, mengapa aku yang membacakan Al‐Qur’an kepadamu, bukankah Al‐Qur’an diturunkan kepadamu?’ RosuluLLOH saw berkata, ‘Aku ingin mendengarnya dari orang lain’ Lalu kubaca surat an‐ Nisaa. Ketika kubacakan sampai pada ayat ‘Dan kami datang kepadamu sebagai saksi atas mereka (ayat 41)’, aku melihat air mata RosuluLLOH saw berjatuhan dalam isak tangis.” (HR. Bukhari)
Karena seringnya menangis saat membaca Al‐Qur’an, 18 helai janggot beliau memutih atau ubanan. Ketika di tanya oleh Abu Bakar, beliau menjawab, “Surat Hud, al‐ Waqi’ah, al‐Mursalat, an‐Naba, dan at‐Takwir, semuanya telah membuatku ubanan.” (HR. Tirmidzi)
Rendah Hati (Tawadhu)
“Akhlaq beliau adalah Al‐Qur’an” (HR. Muslim) Begitu kata Aisyah ketika ditanya tentang akhlaq Rosul. Siapa pun pasti mengakui bahwa tidak ada seorang pun di dunia ini yang paling bagus akhlaqnya daripada RosuluLLOH saw. Beliau bersabda,
“Aku diutus oleh ALLOH untuk menyempurnakan akhlaq yang mulia.” (HR. Ahmad)
Walaupun begitu RosuluLLOH saw sangat rendah hati. Diriwayatkan oleh Umar ibnul‐Khoththob bahwa beliau bersabda,
“Janganlah kalian menjunjung aku seperti halnya orang Nasrani mengkultuskan Isa bin Maryam. Aku hanyalah seorang hamba. Maka katakanlah, ‘aku, hamba ALOH dan Rasul‐NYA’” (HR. Abu Dawud)
Anas bin Malik meriwayatkan, “Orang‐orang memanggil RosuluLLOH saw dengan sebutan ya RosuluLLOH, wahai yang paling mulia, anak dari orang yang paling baik, junjungan kita. Lalu beliau pun bersabda,
‘Wahai sekalian manusia, berkatalah dengan bahasa kalian, jangan mau diperdaya setan. Aku adalah
Muhammad. Hamba ALLOH dan Rasul‐NYA. Aku tidak suka kalian mengangkat aku di atas kedudukan yang diturunkan ALLOH kepadaku.’” (HR. Nasa’i)
Sebagian orang mengultuskan RosuluLLOH saw setinggi langit, sampai berkeyakinan bahwa beliau mengetahui hal‐hal yang ghaib, mengabulkan do’a, menyembuhkan penyakit, bisa mendatangkan manfaat dan madarat, sebagainya.
Padahal, ALLOH berfirman dalam Al‐Qur’an, “Katakanlah Muhammad, ‘Aku tidak mempunyai manfaat dan madharat kecuali atas kehendak ALLOH. Dan seandainya aku mengetahui barang ghaib, niscaya aku memperbanyak diri dari kebaikan dan tidak akan datang kepadaku kejelekan.’” (QS. Al‐A’raaf:188)
Rosul kita adalah Rosul yang rendah hati. Bersama memikul beban, berjuang berpeluh debu bersama sahabat. Beliaulah raja bagi para pendekar rendah hati. Diriwayatkan bahwa Anas bin Malik berkata, “Para sahabat yang mau berdiri menyambut kedatangan RosuluLLOH saw, tidak jadi berdiri, ketika tahu bahwa RosuluLLOH saw tidak mau dihormati seperti itu.” (HR. Ahmad)
Pernah suatu hari, seperti diceritakan Anas, beliau meladeni seorang perempuan tua yang miskin dengan penuh perhatian. Perempuan itu datang dan berkata, “Aku mempunyai hajat (ada keperluan) denganmu” Rasul menjawab, “Duduklah di mana pun kau suka aku akan meladenimu untuk keperluanmu.” (HR. Abu Dawud)
Abu Hurairah meriwayatkan bahwasanya RosuluLLOH saw bersabda,
“Kalau aku diundang atau diajak untuk makan kaki kambing, aku datang. Dan jika dihadiahkan kepadaku kaki kambing, aku terima.” (HR. Bukhari)
Lihatlah betapa beliau tidak memilih‐milih undangan. Siapapun orang itu, kaya atau miskin. Walaupun hanya disuguhi kaki kambing. Inilah peringatan kepada orang‐ orang yang sombong dan congkak, terutama pemimpin yang angkuh yang memilih‐milih undangan. Beliau sangat
benci kepada orang yang sombong. Dari Abdullah bin Mas’ud bahwa RosuluLLOH saw bersabda,
“Tidak akan masuk surga orang yang dihatinya ada setitik kesombongan” (HR. Muslim)
Kesombongan adalah jalan pintas menuju neraka. Na’udzubillah! Sampai‐sampai walaupun anya sebesar biji zarah! Renungkanlah, betapa besar akibat dari kesombongan dan kecongkakan baik di dunia maupun di akhirat.
Abu Hurairah meriwayatkan bahwa RosuluLLOH saw bersabda,
“Ketika seseorang berjalan dengan sombongnya dan takjub kepada dirinya sendiri dan dengan rambut yang disisir, berlagak dalam jalannya, maka ALLOH tiba‐tiba membenamkannya ke tanah, sehingga turun dan tenggelam sampai hari kiamat.” (Muttafaq ‘alaih)
Sifat‐Sifat Hilim, Rifiq dan Sabar
Keras, kasar dan kejam, sangat dibenci oleh RosuluLLOH saw. Beliau menganjurkan kita untuk menyuruh pada kebaikan dan mencegah kemunkaran dengan jalan yang baik dan lemah lembut. Sebab, dengan berbuat baik kepada orang lain, tidak mungkin orang berbuat jahat kepada kita. Kalau bisa, walaupun disakiti, jangan dibalas. Bahkan balaslah dengan kebaikan. Inilah sifat Hilim yang dianjurkan RosuluLLOH saw.
Sebagaimana sudah disinggung, bahwa RosuluLLOH saw tidak pernah membalas dendam pribadi, tidak pernah memukul kecuali dalam perang. (HR. Ahmad)
Diriwayatkan dari Anas, “Aku berjalan bersama RosuluLLOH saw, beliau memakai kain sorban tebal buatan Najran yang beliau lilitkan di lehernya, tiba‐tiba ada orang desa menarik selendang tersebut dengan keras dan kasar, sehingga aku melihat bekasnya di bahu beliau, lalu orang itu berkata, ‘Wahai Muhammad! Berilah padaku harta ALLOH yang ada padamu!’ RosuluLLOH saw menoleh dan tertawa, kemudian menyuruh untuk memberi uang pada orang tersebut.” (Muttafaq ‘alaih)
Sewaktu beliau pulang dari perang hunain, orang‐ orang Badui desa mengikutinya dan meminta sesuatu dari RosuluLLOH saw, sampai‐sampai RosuluLLOH saw berkata, “Demi ALLOH, seandainya aku punya ternak sebanyak kayu‐kayu kecil ini, aku bagikan semuanya kepada kalian. Sehingga kalian tidak menemukan aku pelit, penakut, dan pembohong.” (HR. Al‐Baghawi)
RosuluLLOH saw tidak cepat marah dan memaklumi orang yang berbuat salah karena tidak tahu atau lupa. Abu Hurairah meriwayatkan bahwa suatu hari orang Badui desa datang ke masjid dan kencing di dalamnya. Orang‐ orang yang melihatnya marah dan berhambur mau memukulnya. Tetapi dicegah oleh RosuluLLOH saw,
“Biarkan dia, dan siramlah bekas kencingnya. Kita diutus bukan untuk memberatkan tapi untuk mempermudah.”
Inilah contoh dari sifat Rifiq.
Kesabaran RosuluLLOH saw dalam berjihad dan berdakwah sudah teruji dengan baik. Kita patut mencontoh beliau untuk sabar tidak dalam kepentingan pribadi. Aisyah meriwayatkan, “Dia berkata kepada RosuluLLOH saw, ‘Apakah ada saat bagimu yang lebih keras dari perang Uhud?’ Jawab beliau, ‘Ada. Yaitu permusuhan kaummu (Quraisy) di Aqobah. Ketika kutawarkan diriku pada Ibnu Abdi Jalail bin Abdi Kilal, ia tidak menerima diriku. Lalu aku pergi dalam keadaan sedih, lalu aku melihat di atas awan, jibril memanggilku, “Sesungguhnya ALLOH mendengar apa yang dikatakan kaummu kepadamu. Dan apa yang telah mereka lakukan terhadapmu. Aku diutus kepadamu untuk memerintah malaikat penjaga gunung untuk patuh pada perintahmu, lalu malaikat penjaga gunung itu mengucap salam kepadaku dan berkata, ‘Wahai Muhammad. ALLOH telah mendengar apa yang dikatakan oleh kaummu kepadamu. Aku ditugaskan oleh ALLOH untuk memenuhi perintahmu. Kalau engkau suka, dua gunung ini akan kubalikkan dan kukubur mereka’”’ Namun, RosuluLLOH saw menjawab, ‘Jangan. Aku hanya berharap semoga di antara anak cucu mereka ada yang mau menyembah ALLOH dan tidak menyekutukannya’” (Muttafaq ‘alaih)
Masya‐ALLOH! Betapa kasih sayang beliau telah menyatu dengan akal. Kadang‐kadang para penyeru dakwah tergesa‐gesa untuk mencapai. Karenanya, banyak dakwah yang gagal karena kurang kesabaran dan keteguhan hati akan perintah ALLOH. Selain kurang menanggung resiko. Ingatlah, 13 tahun RosuluLLOH saw menanggung beban berat di Mekah sampai akhirnya pindah ke Madinah.
Diriwayatkan dari Ibnu Mas’ud, “Aku melihat RosuluLLOH saw seakan‐akan seperti seorang nabi yang dipukul oleh kaumnya sampai berdarah, kemudian membersihkan wajahnya sambil berkata,
“Ya ALLOH, ampunilah kaumku karena mereka tidak tahu.”
Suatu hari seorang Yahudi datang kepada RosuluLLOH saw, sedangkan beliau berada di tengah par sahabat. Yahudi itu bernama Zaid bin Su’nah. Dia datang menagih hutang, lalu mencengkeram RosuluLLOH saw dan selendangnya, menatapnya dengan tajam dan kasar, “Wahai Muhammad, apakah kamu tidak mau membayar hakku?” Umar marah dan matanya seperti bola api, berkata dengan sengit. “Wahai musuh ALLOH, kamu berkata begitu kepada RosuluLLOH saw dan memperlakukannya seperti yang kulihat ini? Demi zat yang mengutus beliau dengan kebenaran. Seandainya RosuluLLOH saw tidak melarangku, niscaya kupenggal kepalamu dengan pedang ini.”
RosuluLLOH saw memandang Umar dengan tenang kemudian berkata, “Wahai Umar, aku dan dia perlu yang lebih dari ini, yaitu kau menyuruhku menepati pembayaran dan kau menyuruhnya menagihnya dengan baik. Pergilah wahai Umar dan cukupilah (bayarlah) haknya dan tambahkanlah kepalanya 20 sha korma.”
Ketika tahu bahwa Umar melebihinya 20 sha, si Yahudi berkata, “Untuk apa tambahan ini wahai Umar?” Umar menjawab, “Aku diperintahkan oleh RosuluLLOH saw untuk menambahkannya kepadamu karena kecongkakanmu.” Lalu si Yahudi berkata, “Apakah kamu
mengenalku?” “Tidak. Siapa kamu?”, tanya Umar. “Aku Zaid bin Sun’ah.” Umar tercengang, “Pendeta Yahudi?” “Apa yang membuatmu berbuat seperti ini?” Zaid menjawab, “Wahai Umar, aku memang sengaja untuk mengetahui kenabiannya. Aku melihat dua hal, lalu kutahu bahwa dia benar‐benar nabi. Pertama, beliau mengedepankan sifat hilimnya dari yang lain. Kedua, semakin aku kasar, beliau semakin sabar dan meladeni. Dan sekarang wahai Umar, saksikanlah bahwa aku rela ALLOH sebagai Tuhan, Islam sebagai agamaku, dan Muhammad adalah nabi! Dan aku akan memberi separo hartaku untuk kepentingan umat Islam.” Umar berkata, “Kepada sebagian umat, kalau untuk seluruh umat Islam tidak mencukupi dua kalimat syahadat.” (HR. Al‐Hakim)
Inilah sifat‐sifat beliau yang penuh dengan kesabaran, kerendahan hati, mengalah, dan bersahabat. Dalam sebuah hadits, Aisyah meriwayatkan, “Aku berumroh bersama nabi dari Madinah ke Mekah. Ketika sampai di Mekah, aku berkata, ‘Dengan bapak ibuku sebagai tebusan wahai RosuluLLOH saw, aku menggabungkan sholatku dan menyempurnakannya, aku berbuka dan aku puasa.’ RosuluLLOH saw hanya mengomentari, ‘Bagus, kalau begitu.’ Dan, tidak melarang atau menegurku.” (HR.
Nasa’i)
Pembantu RosuluLLOH saw
Kalau kebanyakan orang menganggap pembantu sebagai orang kecil, berkelas rendah dan orang yang bisa diperlakukan dengan semena‐mena, tidak demikian dengan RosuluLLOH saw. Beliau melihatnya dari segi ketakwaannya. Seorang pembantu, apabila dia bermain dan bertakwa adalah mulia di mata ALLOH.
“Mereka adalah saudara kalian. ALLOH menjadikan mereka di bawah kendali kalian, maka berikanlah kepada mereka makanan sebagaimana yang kalian makan. Dan berilah pakaian sebagaimana pakaian kalian. Dan janganlah sekali‐kali kalian menyuruh sesuatu diluar batas kemampuannya. Dan bila kalian menyuruh sesuatu, bantulah pekerjaannya semampu kalian.” (HR. Muslim)
Pernahkah Anda mendengar seseorang pembantu yang bangga dengan majikannya dan memujinya dengan tulus? Dialah pembantu RosuluLLOH saw .
Anas bin Malik berkata, “Aku menjadi pembantu RosuluLLOH saw selama sepuluh tahun. Belum pernah beliau berkata kasar kepadaku. Dan selama sepuluh tahun itu belum pernah berkata kepadaku, ‘Mengapa kamu melakukan ini?’ dan belum pernah beliau mengatakan ’Mengapa kamu tidak melakukannya atas sesuatu yang aku tinggalkan?’” (HR. Muslim)
Sepuluh tahun bukan waktu yang sebentar. Masa sepuluh tahun adalah waktu yang lama. Yang di dalamnya ada sedih dan gembira, suka dan suka, senang dan susah, cukup dan kurang. Dan selama masa sepuluh tahun itu belum pernah Anas dimarahi, atau ditanya mengapa begini, mengapa begitu. Tidak cukupkah ini sebagai contoh?
Adakah di dunia ini majikan yang tidak pernah marah? Bahkan, beliau selalu menyenangkan hati pembantunya dan mendo’akannya.
Berkata Anas bin Malik, “Ibuku pernah berkata kepada RosuluLLOH saw, ‘Wahai RosuluLLOH saw, Anas ini pembantumu, do’akanlah dia!’ Lalu RosuluLLOH saw berdo’a,
‘Ya ALLOH, berilah dia harta dan anak yang banyak. Dan berkatilah atas apa yang ENGKAU berikan.’” (HR.
Bukhari)
Setelah RosuluLLOH saw wafat, Anas pindah ke Basrah dan berketurunan di sana. Umurnya panjang sampai lebih dari seratus tahun. Hartanya melimpah dan cucunya ratusan. Sesuai dengan apa yang didoakan RosuluLLOH saw.
Walaupun RosuluLLOH saw terkenal sebagai pemberani, beliau tidak pernah menggunakan keberaniannya untuk hal yang bukan haknya. Apalagi kepada orang yang lemah dan para pembantu.
Aisyah meriwayatkan,
“Belum pernah RosuluLLOH saw memukul seseorang dengan tangannya, apalagi perempuan dan pembantu, kecuali dalam jihad (perang) meneguhkan kalimat ALLOH.”
(HR. Muslim)
Dalam sebuah hadits, Aisyah juga meriwayatkan dan mengulang kesaksiannya untuk sang makhluk pilihan bahwa,
“Belum pernah aku melihat RosuluLLOH saw membalas dendam atau menagih sesuatu yang bersifat