• Tidak ada hasil yang ditemukan

JURNAL SOSIO AGRI PAPUA VOL 3 NO 2 DESEMBER 2014

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "JURNAL SOSIO AGRI PAPUA VOL 3 NO 2 DESEMBER 2014"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

Aldrino Yarangga, Ihwan Tjolli, Afia E. Tahoba 89

STUDI KOMPARATIF TINGKAT PRODUKSI KAKAO PADA MASYARAKAT

ASLI PAPUA DAN NON PAPUA DI DISTRIK KEMTUK GRESI

Aldrino Yarangga1), Ihwan Tjolly2), Afia E. Tahoba3)

ABSTRAK

Provinsi Papua merupakan salah satu provinsi yang sedang melakukan kegiatan pengembangan kakao karena memiliki potensi lahan yang memadai untuk bercocok tanam kakao disamping itu, peran pemerintah yang berupaya dalam peningkatan taraf hidup masyarakat di provinsi Papua. Distrik Kemtuk Gresi merupakan salah satu distrik di kabupaten Jayapura yang memiliki produksi kakao terbanyak setelah distrik Yapsi. Perkembangan kakao di Distrik Kemtuk Gresi melibatkan masyarakat Papua dan masyarakat non Papua yang bertempat tinggal di distrik Kemtuk Gresi. Hanya saja petani kakao non Papua berkembang lebih maju dibandingkan dengan petani kakao asli Papua. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat produksi kakao pada masyarakat asli Papua dan non Papua di Distrik Kemtuk Gresi serta faktor-faktor sosial ekonomi dan budaya yang mempengaruhinya. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif dengan teknik studi kasus. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa rata – rata produksi petani asli Papua di lebih rendah dibandingkan rata – rata produksi petani non Papua. Faktor-faktor yang berpengaruh nyata terhadap produksi petani asli Papua adalah jumlah anggota keluarga dan modal, sedangkan pada petani non Papua factor-faktor yang mempengaruhi produksi kakaonya adalah modal, lahan dan curahan kerja. Kata Kunci : Produksi Kakao, Petani Papua, Petani Non Papua, Komparatif, Modal, Lahan,

Curahan Kerja, Anggota Keluarga PENDAHULUAN

Sektor perkebunan turut memberikan saham yang amat besar dan berharga dalam menegakkan perekonomian rakyat dan negara Indonesia, serta memainkan peran yang makin lama makin penting dalam pembangunan nasional. Peran perkebunan dalam pembangunan nasional, antara lain dalam a) upaya peningkatan pendapatan petani, b) penyediaan lapangan kerja dalam jumlah yang besar, c) pemerataan pembangunan di daerah-daerah, d) penciptaan efek ganda yang mendorong perkembangan berbagai industri-industri jasa, perkembangan komoditas perkebunan khususnya perkebunan kakao merupakan sektor pertanian yang memberikan sumbangan terhadap devisa dengan dan bersaing dengan negara-negara perkembang ( Mangoensoekarjo, 2005). Kakao juga berperan dalam mendorong pengembangan wilayah dan pengembangan agroindustri. Pada tahun 2002, perkebunan kakao telah menyediakan lapangan kerja dan sumber pendapatan bagi sekitar 900 ribu kepala keluarga petani yang sebagian besar berada di Kawasan Timur Indonesia (KTI) serta memberikan sumbangan devisa terbesar ke

tiga sub sektor perkebunan setelah karet dan minyak sawit (PT Agromedia pustaka, 2004).

Provinsi Papua merupakan salah satu provinsi yang sedang melakukan kegiatan pengembangan kakao karena memiliki potensi lahan yang memadai untuk bercocok tanam kakao disamping itu, peran pemerintah yang berupaya dalam peningkatan taraf hidup masyarakat di provinsi Papua. Pemerintah mengharapkan adanya peningkatan taraf hidup orang Papua, adanya peningkatan kesejahteraan, tingkat ekonomi yang semakin baik serta mutu pendidikan yang baik. Perkembangan perkebunan kakao di Indonesia secara khusus di provinsi Papua dengan melibatkan distrik – distrik sebagai perkebunan kakao, untuk mempercepat terwujudnya pemberdayaan, peningkatan kualitas dan partisipasi penduduk asli Papua dalam semua sektor perkebunan kakao. Pemerintah Provinsi Papua mengeluarkan Instruksi Nomor 1 tahun 2006 tentang Gerakan Wajib Tanam Kakao (GWTK). Sejak tahun 2006 Pemerintah Kabupaten Jayapura telah memberikan bantuan bibit Kakao sebanyak 10,9 juta bibit kakao kepada lebih dari 12.469 KK petani (Anon, 2010).

(2)

Aldrino Yarangga, Ihwan Tjolli, Afia E. Tahoba 90 Distrik Kemtuk Gresi merupakan

salah satu distrik di kabupaten Jayapura yang memiliki produksi kakao terbanyak setelah distrik Yapsi. Produksi kakao di Distrik Yapsi memiliki produksi kakao tahun 2010 sebanyak 1142.000 ton/thn sedangkan distrik Kemtuk Gresi memiliki produksi kakao sebanyak 841.10 ton/thn di Kabupaten Jayapura (BPS, 2010). Perkembangan kakao di distrik Kemtuk Gresi tidak hanya melibatkan masyarakat Papua tetapi masyarakat non Papua yang bertempat tinggal di distrik Kemtuk Gresi. Hanya saja petani kakao non Papua berkembang lebih maju dibandingkan dengan petani kakao asli Papua. Hal ini ditunjukkan dengan banyaknya petani non Papua yang memiliki pendapatan yang lebih besar yang bisa diamati dibandingkan petani non Papua. Perbedaan ini dapat di tunjukan dari kondisi rumah dimana masyarakat Papua memiliki kondisi rumah yang tidak layak huni dibandingkan dengan masyarakat non Papua. Tidak hanya itu, masyarakat non Papua memiliki usaha sampingan yang lebih berkembang dan maju dibandingkan masyarakat asli Papua. Perbedaan ini bisa disebabkan oleh perbedaan tingkat produksi masyarakat asli Papua dan non Papua, sehingga perlu dilakukan penelitian studi perbandingan ( comparative ) tingkat produksi kakao masyarakat asli Papua dan masyarakat non Papua.

Berdasarkan perbedaan tersebut, maka tujuan penelitian ini adalah: (1) Mengetahui tingkat produksi kakao pada masyarakat asli Papua maupun masyarakat non Papua di Distrik Kemtuk Gresi di Kabupaten Jayapura Provinsi Papua. (2) Mengetahui faktor-faktor sosial, ekonomi dan budaya yang mempengaruhi produksi kakao di Distrik Kemtuk Gresi.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan di empat kampung yaitu, Kampung Kwansu, Kampung Nanbom, Kampung Karya Bumi dan Kampung Benyum Jaya 1. Penelitian ini dilaksanakan kurang lebih 1 tahun. Metode penilitian yang digunakan adalah metode

deskriptif dengan teknik studi kasus. Subyek penelitian ini adalah petani asli Papua dan non Papua yang melakukan kegiatan usaha tani kakao yang berdomisili di kampung-kampung tersebut. Metode pengambilan contoh dalam penelitian ini dilakukan dengan dua tahap. Tahap pertama dilakukan pemilihan kampung secara purposive, dengan pertimbangan empat kampung tersebut merupakan daerah sentra produksi kakao. Tahap kedua pengambilan sampel responden dilakukan secara acak sederhana dengan presentase 17% untuk setiap sampel pada masing – masing kampung tersebut. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan analisis regresi untuk melihat hubungan pengaruh antara produksi kakao dengan factor-faktor yang mempengaruhinya seperti pada persamaan berikut ini:

Y = Produksi, X1 = Umur

X2 = Jumlah anggota keluarga X3 = Pengalaman

X4 = Pendidikan Formal X5 = Pendidikan Non Formal X6 = Modal

X7 = Lahan X8 = Curahan Kerja

e = Kesalahan (disturbance term) HASIL DAN PEMBAHASAN Produksi Kakao Petani Non Papua dan Petani Asli Papua

Produksi adalah hasil fisik yang dihasilkan oleh bekerjanya beberapa faktor produksi sekaligus yaitu tanah, modal dan tenaga kerja. Produksi usahatani dapat berupa hasil tanaman, peternakan dan perikanan. Produksi merupakan salah satu dari kegiatan ekonomi yang bertujuan untuk menghasilkan suatu produk melalui suatu proses yang dinamakan produksi (Mubyarto, 1989).

Produksi kakao di 4 kampung yang menjadi lokasi penelitian ini meliputi biji kakao basah dan biji kakao kering. Produksi kakao tertinggi terjadi pada bulan Juni sampai dengan bulan Juli.

(3)

Aldrino Yarangga, Ihwan Tjolli, Afia E. Tahoba 91 Tabel 1. Total Produksi Kakao Petani Asli Papua dan Non Papua

No. Responden

Produksi

Petani Non Papua Petani Asli Papua Total (Kg/Tahun) Rata-rata (Kg/Tahun) Total (Kg/Tahun) Rata-rata (Kg/Tahun) 1 BKB 30.300 977,41 22.730 733,22 2 BKK 9.700 312,90 7.710 248,70 Total 40.000 1290,32 30.440 981,93

Sumber : Data Primer Tahun 2013

Tabel 1 menunjukkan bahwa produksi kakao petani non Papua lebih tinggi di bandingkan petani asli Papua. Perbedaan ini disebabkan oleh adanya beberapa faktor yang mempengaruhi tingkat produksi dari petani asli Papua maupun petani non Papua, salah satunya yaitu curahan kerja. Curahan kerja yang di curahkan pada petani asli Papua lebih

sedikit dibandingkan dengan petani non Papua, selain itu penggunaan modal petani asli Papua relatif kecil dibanding petani non Papua. Hal ini ditunjukkan dengan penggunaan alat-alat pertanian serta sarana produksi yang lebih banyak digunakan oleh petani non Papua dibandingkan petani asli Papua.

Umur

Tabel 2. Sebaran Responden Menurut Umur Petani Asli Papua dan Petani Non Papua Kelompok Umur

(Tahun)

Petani Asli Papua (Kampung Nanbom dan

Kwansu )

Petani Non Papua (Kampung Bernyum Jaya 1 dan

Karya Bumi)

Jumlah (Jiwa) Nisbah (%) Jumlah (Jiwa) Nisbah (%)

<`15 0 0 0 0

15 – 49 7 22,52 14 45,61

> 55 24 77,41 17 54,83

Total 31 100 31 100

Sumber : Data Primer 2013

Tabel 2 menunjukkan bahwa jumlah responden non Papua yang berusia produktif jauh lebih besar dibandingkan dengan responden asli Papua. Pada usia produktif secara ekonomi seseorang memiliki potensi bekerja yang besar dalam melaksanakan kegiatan produksi guna memenuhi kebutuhan hidupnya. Suku non Papua terdiri dari

suku-suku pendatang yaitu Jawa, Kalimantan, dan Toraja sedangkan untuk suku asli Papua yang dimaksudkan terdiri dari suku Biak dan suku asli yaitu suku Bano. Sebagian besar responden asli Papua (96,7 %) dan responden non Papua (70,56 %) memiliki mata pencaharian utama sehari-hari sebagai petani. Jumlah Anggota Keluarga

Tabel 3. Sebaran Responden Menurut Jumlah Anggota Keluarga Petani Asli Papua dan Non Papua

No Jumlah Anggota Keluarga (Jiwa)

Petani Asli Papua Petani Non Papua Jumlah (Jiwa) Nisbah (%) Jumlah (Jiwa) Nisbah (%) 1. < 5 8 25,80 5 16,12 2. 5 – 8 23 74,19 26 83,87 3. > 8 0 0 0 0 Total 31 100 31 100

(4)

Aldrino Yarangga, Ihwan Tjolli, Afia E. Tahoba 92 Tabel 3 menunjukkan bahwa baik

responden asli Papua maupun responden non Papua memiliki jumlah anggota keluarga sebagian besar berjumlah 5-8 jiwa. Hal tersebut dikarenakan ada beberapa faktor yang mempengaruhi tingginya jumlah anggota keluarga untuk responden asli Papua yaitu di mana program-program dari pemerintah belum diterapkan dalam kehidupan masyarakat asli Papua, sedangkan

untuk responden non Papua masih adanya pengaruh unsur budaya di dalamnya.Rata-rata jumlah anggota keluarga responden yang ada diempat lokasi penelitian ini merupakan tanggungan kepala keluarga. Hal ini menggambarkan bahwa semakin besar jumlah anggota keluarga dalam rumahtangga akan mempengaruhi responden untuk meningkatkan produksi.

Pengalaman

Tabel 4. Sebaran Responden Menurut Pengalaman Usahatani Petani Asli Papua dan Petani Non Papua

No Pengalaman Usahatani (Tahun)

Petani Asli Papua Petani Non Papua Jumlah (Jiwa) Nisbah (%) Jumlah (Jiwa) Nisbah (%) 1. < 5 0 0 0 0 2. 5 – 15 1 3,22 31 100 3. > 15 30 96,77 0 0 Total 31 100 31 100

Sumber : Data Primer 2013

Tabel 4 menunjukkan bahwa petani Papua mempunyai pengalaman usahatani jauh lebih lama dibandingkan petani non Papua. Perbedaan ini disebabkan petani asli Papua yang berada di Kampung Nanbom dan

Kampung Kwansu mempunyai mata pencaharian utama sebagai petani dan pekerjaan tersebut sudah dilakukan secara turun-temurun dengan kondisi geografis yang mendukung baik iklim maupun tanah.

Pendidikan

Tabel 5. Sebaran Responden Menurut Pendidikan Formal Petani Asli Papua dan Non Papua No Tingkat Pendidikan Formal

Petani Asli Papua Petani Non Papua Jumlah (Jiwa) Nisbah (%) Jumlah

(Jiwa) Nisbah (%) 1. SD 13 41,53 7 22,58 2. SMP 14 45,16 7 22,58 3. SMU/SMK 4 12,50 14 45,16 4. PT 0 0 3 9,67 Total 31 100 31 100

Sumber : Data Primer 2013

Tabel 5 menunjukkan bahwa pendidikan formal responden asli Papua cenderung lebih rendah dibandingkan dengan responden non Papua. Perbedaan ini disebabkan oleh beberapa faktor yang mempengaruhi tingkat pendidikan petani responden asli Papua dimana fasilitas sarana

dan prasarana pendidikan yang masih kurang, jarak tempuh menuju fasilitas pendidikan yang jauh, kurangnya kesadaran akan pentingnya pendidikan dan juga motivasi dari orang tua yang kurang untuk mendukung pendidikan anak yang lebih baik.

(5)

Aldrino Yarangga, Ihwan Tjolli, Afia E. Tahoba 93 Tabel 6. Sebaran Responden Menurut Pendidikan Non Formal Petani Asli Papua dan Petani

Non Papua

No Tingkat Pendidikan Non Formal

Petani Asli Papua Petani Non Papua Jumlah (Jiwa) Nisbah (%) Jumlah (iwa) Nisbah (%) 1. Penyuluhan Pertanian 18 58,06 16 51,61

2. Pendidikan dan Pelatihan 2 6,45 4 12,90

3. Tidak Ada 11 35,48 11 35,48

Total 31 100 31 100

Sumber : Data Primer 2013

Tabel 6 menunjukkan bahwa baik responden asli Papua maupun responden non Papua telah mengikuti tingkat pendidikan non formal dengan perbedaan yang tidak signifikan. Hal ini di karenakan penyuluhan

yang diberikan oleh pemerintah relatif dilakukan secara bersama-sama atau dilakukan pada satu tempat dan tidak membeda-bedakan petani Papua dan non Papua.

Modal

Tabel 7. Rata-rata Total Modal Tetap Responden Non Papua dan Responden Asli Papua Jenis Peralatan

Rata-rata Nilai Modal Tetap (Rp/Tahun) Petani Kakao

Non Papua Asli Papua

Cangkul 24.959,68 12.701,61

Sekop 15.685,48 12.701,61

Handsprayer 74.516,13 23.225,81

Parang 19.818,55 9.455,64

Total 134.979,84 58.084,67

Sumber : Data Primer 2013

Tabel 7 menunjukkan rata-rata nilai modal tetap dari peralatan yang digunakan oleh petani non Papua lebih besar dibandingkan petani asli Papua. Hal ini

disebabkan petani non Papua lebih intensif didalam melakukan pemeliharaan tanaman kakao.

Tabel 8. Rata-rata Modal Variabel Responden Asli Papua dan Petani Non Papua Jenis Faktor

Produksi (Variabel)

Rata-rata Nilai Modal Variabel (Rp) Petani Kakao

Asli Papua Non Papua

6 Bulan Tahun 6 Bulan Tahun

Pupuk 233,22 466,45 268.548,4 537.096,8

Obat-obatan 169,35 338,70 208,871 417,74

Total 402,57 805,15 268.757,27 537.514,54

Sumber : Data Primer 2013

Tabel 8 menunjukkan rata-rata nilai modal variabel yang dikeluarkan oleh responden asli Papua jauh lebih kecil dibandingkan responden non Papua. Hal ini di karenakan ketidakmampuan dari petani

asli Papua untuk membeli faktor-faktor produksi yang digunakan dalam proses usahatani kakao akibat harga sarana produksi yang dianggap mahal serta tidak adanya bantuan dari pemerintah.

(6)

Aldrino Yarangga, Ihwan Tjolli, Afia E. Tahoba 94 Lahan

Tabel 9. Sebaran Responden Menurut Luas Lahan Petani Non Papua dan Petani Asli Papua. No. Luas Lahan

(Ha)

Responden Non Papua Responden Asli Papua Jumlah (Jiwa) Nisbah (%) Jumlah (Jiwa) Nisbah (%)

1 <1 0 0 0 0

2 >1 31 50 31 50

Total 31 100 31 100

Sumber : Data Primer, 2013

Tabel 9 menunjukkan bahwa rata-rata seluruh responden baik reponden non Papua maupun responden asli Papua

memiliki luas lahan kakao sebesar 1 Ha. Hanya saja produktivitas lahannya relatif berbeda.

Tenaga Kerja

Tabel 10. Rata-rata Curahan Kerja Petani Non Papua dan Petani Asli Papua

Tahapan Kegiatan Rata-rata Curahan Kerja Dalam Keluarga Petani Asli Papua Petani Non Papua Pembukaan & Pengolahan Lahan 14,45 10,16

Penanaman 6,30 3,36 Pemangkasan 3,47 20,03 Pemupukan 1,60 2,32 Pengendalian Gulma 21,36 28,67 Panen 12,27 19,16 Pemecahan Buah 1,22 2,50 Fermentasi 2,09 2,48 Pengeringan 2,09 2,48 Sortasi 0,40 1,61 Pemasaran 0,25 0,25 Total 65,54 93,07 Rata-rata 2,11 3,00

Sumber : Data Primer 2013

Tabel 10 menunjukkan bahwa total rata-rata curahan kerja petani non Papua lebih tinggi dibandingkan total rata-rata curahan kerja petani asli Papua karena jumlah anggota keluarga petani non Papua relative lebih banyak dibandingkan petani asli Papua. Hal ini sejalan dengan pendapat Soerhadjo dan Patong (1991) bahwa semakin banyak jumlah anggota keluarga maka akan semakin banyak pula jumlah kerja yang dicurahkan sehingga produksi yang dihasilkan akan semakin tinggi.

Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Produksi Kakao

Petani Asli Papua

Berdasarkan hasil pengolahan data primer, maka untuk mengetahui pengaruh faktor umur (X1), Jumlah Anggota Keluarga (X2), Pengalaman (X3), Tingkat Pendidikan Formal (X4), Non Formal (X5), Modal (X6), Lahan (X7) dan Curahan Kerja (X8) secara bersama-sama terhadap tingkat produksi (Y) digunakan uji F.

Koefisien regresi linear berganda antara variabel bebas dengan variabel terikat (tingkat produksi) disajikan pada Tabel 11.

(7)

Aldrino Yarangga, Ihwan Tjolli, Afia E. Tahoba 95 Tabel 11. Koefisien Regresi Linear Berganda Antara Variabel Bebas Dengan Variabel Terikat

Petani Asli Papua

Variabel Koefisien Regresi Thitung Ttabel 0.05 0.01 X1 7.311 1.456 1,697 2,597 X2 70.796 2.037 X3 2.130 0.530 X4 19.399 1.145 X5 -226.677 -1.449 X6 0.001 3.997 X7 37.316 0.230 X8 0.603 0.638 Constanta : -562.960 R2 : 97,0

Hasil pengujian statistik hubungan antara Umur (X1), Jumlah Anggota Keluarga (X2), Pengalaman (X3), Pendidikan formal (X4), Pendidikan Non Formal (X5), Modal (X6), Lahan (X7), Curahan Kerja (X8) dengan Produksi (Y) dapat ditulis dalam bentuk persamaan berikut :

Y = 562.960 + 7.311 X1 + 70.796 X2 + 2.130 X3 + 19.399 X4 – 222.677 X5 + 0.001 X6 + 37.316 X7 + 0.603 X8

Untuk mengetahui tingkat keberartian pengaruh variabel bebas secara bersama-sama terhadap tingkat produksi dapat dilihat pada analisis varian atau uji statistik F. analisis varian uji F disajikan pada tabel 20.

Tabel 12. Analisis Ragam Hubungan Antara Variabel Bebas Dengan Produksi Kakao Petani Asli Papua

ANOVAb

Model Squares Sum of Df Square Mean F Sig. Ftab 1 Regression 5572028.132 8 69658.536 89.293 .000a 2,44

Residual 172255.739 22 7801.072 Total 5744283.871 30

a. Predictors: (Constant), curahan kerja, pendidikan non formal, pengalaman, lahan, umur, pendidikan formal, jumlah anggota keluarga, modal

b. Dependent Variable: produksi kakao total Berdasarkan hasil analisis varian uji F diketehaui Fhitung (89.293) lebih besar daripada Ftabel (2,44). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa variabel bebas yang terdiri dari Umur (X1), Jumlah Anggota Keluarga (X2), Pengalaman (X3), Pendidikan Formal (X4), Pendidikan Non Formal (X5), Modal (X6), Lahan (X7) dan Curahan Kerja (X8) secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap tingkat produksi petani kakao asli Papua pada taraf kepercayaan 95%. Hal ini mengandung pengertian, apabila variabel

bebas ditambah atau dikurangi, maka dapat meningkatkan atau mengurangi tingkat produksi petani kakao asli Papua. Koefisien determinasi (R2) sebesar 97,0% berarti 97% variasi produksi kakao petani asli Papua dapat dijelaskan oleh variabel bebas, sisanya sebesar 3% dijelaskan oleh variabel lain diluar model.

Secara parsial pengaruh masing-masing variabel ditunjukkan oleh uji t student seperti yang terlihat pada tabel berikut :

(8)

Aldrino Yarangga, Ihwan Tjolli, Afia E. Tahoba 96 Tabel 13. Hubungan Parsial Variabel Bebas Terhadap Variabel Terikat Responden Asli Papua

Variabel Thitung 0.05 Ttabel 0.01 Peluang Keterangan X1 1.456 1.697 2.597 0.159 Tidak Nyata X2 2.037 0.054 Nyata X3 0.530 0.601 Tidak Nyata X4 1.145 0.264 Tidak Nyata X5 -1.449 0.162 Tidak Nyata X6 3.997 0.001 Nyata X7 0.230 0.820 Tidak Nyata X8 0.638 0.530 Tidak Nyata Umur (X1)

Nilai Thitung variabel umur (X1) sebesar 1.456 dengan tingkat signifikansi 0.159 (p > 0.05). Berarti tidak berpengaruh nyata terhadap tingkat produksi petani kakao asli Papua. Hal ini disebabkan karena setiap penambahan umur sebesar satu satuan tidak berarti petani akan lebih mampu memperoleh hasil yang lebih tinggi kalu tidak didukung oleh pengetahuan dan ketrampilan khusus mengenai usahatani kakao (Rumbiak, 2005). Jumlah Anggota Keluarga(X2)

Nilai Thitung variabel jumlah anggota keluarga(X2) sebesar 2.037 dengan tingkat signifikansi 0.054 (p < 0.01). Berarti berpengaruh nyata terhadap tingkat produksi petani kakao asli Papua. Menurut Sukarni (1989) rumahtangga adalahsekelompok orang yang tinggal dibawah atau didalam satu bangunan yang memiliki dapur atau anggaran rumahtangga, maka itu bila jumlah anggota keluarga dipandang sebagai tenaga kerja yang mempunyai potensi produksi maka semakin banyak anggota keluarga terutama yang produktif dapat meningkatkan produksi. Pengalaman (X3)

Nilai Thitung variabel pengalaman (X3) sebesar 0.530 dengan tingkat signifikansi 0.601 (p > 0.05). Berarti tidak berpengaruh nyata terhadap tingkat produksi petani kakao asli Papua. Hal ini disebabkan karena pengalaman yang dimiliki petani belum dapt diterapkan berdasarkan pengetahuan dan ketrampilan pada kegiatan usahataninya. Faktor pengalaman tidak berpengaruh terhadap produksi dikarenakan penggunaan alat-alat produksi yang sudah dilakukan secara turun temurun tidak membutuhkan suatu ketrampilan khusus

dalam penggunaanya, sehingga tidak dibutuhkan pengalaman yang tinggi untuk menggunakan alat-alat tersebut (Tan, 2010). Pendidikan Formal (X4)

Nilai Thitung variabel pendidikan formal (X4) sebesar 1.145 dengan tingkat signifikansi 0.264 (p > 0.05). Berarti tidak berpengaruh nyata terhadap tingkat produksi petani kakao asli Papua. Hal inidisebabkan oleh pendidikan yang diterima oleh petani tidak dapat diterapkan karena tidak sesuai dengan bidang usahatani yang dikelolahnya (Rumbiak, 2005).

Pendidikan Non Formal (X5)

Nilai Thitung variabel pendidikan non formal (X5) sebesar -1.449 dengan tingkat signifikansi 0.162 (p > 0.05). Berarti tidak berpengaruh nyata terhadap tingkat produksi petani kakao asli Papua. Hal ini dikarenakan sebagian besar petani asli Papua mengikuti penyuluhan yang berkaitan dengan tanaman kakao kurang dari 2 kali, sehingga dalam menerapkan teknik budidaya kakao kurang mendapat perhatian dari petani. Menurut Efferson dalam Kartika (2004), bahwa dalam pengembangan usahatani diperlukan adanya ketrampilan (kursus atau latihan) sebagai faktor utama dalam menjalankan organisasi dan operasi agar dapat memberikan produksi yang tinggi. Modal (X6)

Nilai Thitung variabel modal (X6) sebesar 3.997 dengan tingkat signifikansi 0.001 (p < 0.05). Berarti berpengaruh nyata terhadap tingkat produksi petani kakao asli Papua. Menurut Tan (2003) petani yang memiliki modal yang cukup akan mempunyai peluang dalam memperbesar hasil

(9)

Aldrino Yarangga, Ihwan Tjolli, Afia E. Tahoba 97 produksinya sehingga produksi yang

diperoleh akan semakin meningkat. Lahan (X7)

Luas lahan berpengaruh positif terhadap produksi kakao di Distrik Kemtuk Gresi, dimana nilai koefisien regresinya sebesar 37.316, hal ini sesuai dengan pendapat Soekartawi (1994) yang menyatakan bahwa luas lahan mempunyai hubungan yang positif, artinya bila lahan diperluas maka produksi akan meningkat. Nilai Thitung variabel lahan (X7) sebesar 0.230 dengan tingkat signifikansi 0.820 (p > 0.05). Berarti tidak berpengaruh nyata terhadap tingkat produksi petani kakao asli Papua. Hal ini disebabkan oleh kurangnya ketrampilan petani asli Papua dalam pemanfaatan luas lahan yang digunakan dalam usahatani kakao.

Curahan Kerja (X8)

Nilai Thitung variabel curahan kerja (X8) sebesar 0.638 dengan tingkat signifikansi 0.530 (p > 0.05). Berarti tidak berpengaruh nyata terhadap tingkat produksi petani kakao asli Papua.hal ini disebabkan karena produksi kakao dipengaruhi oleh penggunaan jumlah tenaga kerja oleh petani asli Papua dari dalam keluarga yang lebih sedikit dibandingkan petani non Papua. Berdasarkan pengujian statistik nilai Thitung -2.067 lebih kecil dari Ttabel sebesar 1.697, hal ini berarti bahwa tidak terdapat pengaruh yang signifikan terhadap tingkat produksi. Hal ini dapat dijelaskan bahwa uji t berfungsi untuk mengetahui pengaruh variabel bebas yang terdapat didalam model secara terpisah (parsial) terhadap variabel terikat (Anon, 2012)

Koefisien regresi yang bertanda positif menunjukkan bahwa umur (X1), jumlah anggota keluarga (X2), pengalaman (X3), pendidikan formal (X4), modal (X6), lahan (X7) dan curahan kerja (X8) berpengaruh secara positif terhadap tingkat produksi kakao, sedangkan pendidikan non formal (X5) yang bertanda negatif berpengaruh negatif terhadap tingkat produksi kakao. Hal ini mengandung pengertian bahwa semakin tinggi faktor umur, jumlah anggota keluarga, pengalaman, pendidikan formal, modal, lahan dan curahan kerja maka semakin tinggi tingkat produksi kakao asli Papua, sedangkan semakin tinggi pendidikan non formal maka akan mengurangi tingkat produksi petani asli Papua. Hal ini dikarenakan petani asli Papua tidak memahami atau tidak menerapkan hasil dari mengikuti penyuluhan terhadap budidaya kakao, sehingga walaupun petani asli Papua semakin tinggi mengikuti pendidikan non formal (penyuluhan dan pelatihan) maka akan semakin mengurangi tingkat produksi kakao.

Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Produksi Kakao

Petani Non Papua

Berdasarkan hasil pengolahan data primer, maka untuk mengetahui pengaruh faktor umur (X1), Jumlah Anggota Keluarga (X2), Pengalaman (X3), Tingkat Pendidikan Formal (X4), Non Formal (X5), Modal (X6), Lahan (X7) dan Curahan Kerja (X8) secara bersama-sama terhadap tingkat produksi (Y) digunakan uji F. Koefisien regresi linear berganda antara variabel bebas dengan variabel terikat (tingkat produksi) disajikan pada Tabel 14.

Tabel 14. Koefisien Regresi Linear Berganda Antara Variabel Bebas Dengan Variabel Terikat Non Papua

Variabel Koefisien Regresi Thitung Ttabel

0.05 0.01 X1 0.936 0.382 1,697 2,597 X2 39.522 1.464 X3 21.007 0.996 X4 -1.461 -0.282 X5 43.957 0.888 X6 0.001 11.939

(10)

Aldrino Yarangga, Ihwan Tjolli, Afia E. Tahoba 98 X7 158.344 2.026 X8 2.982 2.540 Constanta : -548.590 R2 : 97,9

Hasil pengujian statistik hubungan antara Umur (X1), Jumlah Anggota Keluarga (X2), Pengalaman (X3), Pendidikan formal (X4), Pendidikan Non Formal (X5), Modal (X6), Lahan (X7), Curahan Kerja (X8) dengan Produksi (Y) dapat ditulis dalam bentuk persamaan berikut : Y = 548.590 + 0.936 X1 + 39.522 X2 + 21.007 X3 – 1.461 X4 + 43.957 X5 + 0.001 X6 + 158.344 X7 + 2.928 X8 Keterangan : X1 : Umur

X2 : Jumlah Anggota Keluarga

X3 : Pengalaman X4 : Pendidikan Formal X5 : Pendidikan Non Formal X6 : Modal

X7 : Lahan

X8 : Curahan Kerja

Untuk mengetahui tingkat keberartian pengaruh variabel bebas secara bersama-sama terhadap tingkat produksi dapat dilihat pada analisis varian atau uji statistik F. analisis varian uji F disajikan pada Tabel 15. Tabel 15. Analisis Ragam Hubungan Antara Variabel Bebas Dengan Produksi Kakao Non

Papua

ANOVAb

Model Squares Sum of Df Mean Square F Sig. Ftab 1 Regression 1.005E7 8 1255641.848 124.454 .000a 2.44

Residual 221961.988 22 10089.181 Total 1.027E7 30

a. Predictors: (Constant), curahan kerja, pendidikan non formal, pengalaman, lahan, umur, pendidikan formal, jumlah anggota keluarga, modal

b. Dependent Variable: produksi kakao total

Berdasarkan hasil analisis varian uji F diketahui Fhitung (124.454) lebih besar daripada Ftabel (2,44). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa variabel bebas yang terdiri dari Umur (X1), Jumlah Anggota Keluarga (X2), Pengalaman (X3), Pendidikan Formal (X4), Pendidikan Non Formal (X5), Modal (X6), Lahan (X7) dan Curahan Kerja (X8) secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap tingkat produksi petani kakao non Papua pada taraf kepercayaan 95%. Hal ini mengandung pengertian, apabila variabel

bebas ditambah atau dikurangi, maka dapat meningkatkan atau mengurangi tingkat produksi petani kakao non Papua. Koefisien determinasi (R2) sebesar 97,9% berarti 98% variasi produksi kakao petani asli Papua dapat dijelaskan oleh variabel bebas, sisanya sebesar 2% dijelaskan oleh variabel lain diluar model.

Secara parsial pengaruh masing-masing variabel ditunjukkan oleh uji t student seperti yang terlihat pada Tabel 16.

Tabel 16. Hubungan Parsial Variabel Bebas Terhadap Variabel Terikat Responden Non Papua Variabel Thitung Ttabel Peluang Keterangan

0.05 0.01

X1 0.382 1.697 2.597 0.706 Tidak Nyata

X2 1.464 0.157 Tidak Nyata

X3 0.996 0.330 Tidak Nyata

(11)

Aldrino Yarangga, Ihwan Tjolli, Afia E. Tahoba 99 X5 0.888 0.384 Tidak Nyata X6 11.939 0.000 Nyata X7 2.026 0.055 Nyata X8 2.540 0.019 Nyata Umur (X1)

Umur memiliki pengaruh yang positif terhadap produksi kakao, artinya bahwa peningkatan umur akan meningkatkan produksi kakao dan besar perubahan sebesar koefisisan parameter. Namun yang terlihat variabel umur memiliki nilai Thitung variabel umur (X1) sebesar 0.382 dengan tingkat signifikansi 0.706 (p > 0.05). Berarti tidak berpengaruh nyata terhadap tingkat produksi petani kakao non Papua. Hal ini disebabkan menurunnya daya atau tenaga dari petani untuk melakukan kegiatan usahatani dalam meningkatkan produksi kakao.

Jumlah Anggota Keluarga (X2)

Jumlah anggota keluarga berpengaruh positif terhadap produksi kakao, dimana nilai koefisien regresinya sebesar 39.522. Hal ini menunjukan berarti penambahan 1% jumlah anggota keluarga maka akan diikuti dengan peningkatan jumlah produksi kakao sebesar 39.522. Namun yang terlihat variabel jumlah anggota keluarga memiliki nilai Thitung variabel jumlah anggota keluarga (X2) sebesar 1.464 dengan tingkat signifikansi 0.157 (p > 0.05). Berarti tidak berpengaruh nyata terhadap tingkat produksi petani kakao non Papua. Hal ini dikarenakan jumlah anggota keluarga yang dimiliki oleh petani non Papua tidak memiliki potensi produksi terutama yang produktif.

Pengalaman (X3)

Variabel pengalaman berpengaruh positif terhadap produksi kakao dengan nilai koefisien regresinya 21.007 yang menunjukan bahwa penambahan 1% variabel pengalam maka akan menaikan produksi kakao sebesar 21.007. Namun nilai Thitung variabel pengalaman (X3) sebesar 0.996 dengan tingkat signifikansi 0.330 (p > 0.05). Berarti tidak berpengaruh nyata terhadap tingkat produksi petani kakao non Papua. Hal ini berarti bahwa pengalaman usahatani yang diterapkan selama ini pada

petani non Papua tidak diikuti dengan pengetahuan baru dan ketrampilan yang mampu meningkatkan produksi dari usahataninya.

Pendidikan Formal (X4)

Variabel pendidikan formal berpengaruh negatif terhadap produksi dengan koefisien regresinya sebesar -1.461 artinya jika pendidikan formal bertambah 1% maka akan menurunkan produksi sebesar 1.461. Nilai Thitung variabel pendidikan formal (X4) sebesar -0.282 dengan tingkat signifikansi 0.781 (p > 0.05). Berarti tidak berpengaruh nyata terhadap tingkat produksi petani kakao non Papua. Hal ini tidak berpengaruh nyata karena pendidikan yang diterima oleh petani tidak dapat diterapkan karena tidak sesuai dengan bidang usahatani yang dikelolahnya (Rumbiak, 2005).

Pendidikan Non Formal (X5)

Nilai Thitung variabel pendidikan non formal (X5) sebesar 0.888 dengan tingkat signifikansi 0.781 (p > 0.05). Berarti tidak berpengaruh nyata terhadap tingkat produksi petani kakao non Papua. Hal ini dikarenakan penerapan yang dilakukan oleh petani terhadap usahatani kakao tidak sesuai dengan apa yang telah didapat dari mengikuti penyuluhan ataupun pelatihan.

Modal (X6)

Variabel modal berpengaruh positif terhadap produksi kakao dengan koefisien regresinya sebesar 0.001 yang artinya jika modal ditambahkan 1 rupiah, maka akan meningkatkan produksi sebesar 0.001 kg. Nilai Thitung variabel modal (X6) sebesar 11.939 dengan tingkat signifikansi 0.000 (p < 0.05). Berarti berpengaruh nyata terhadap tingkat produksi petani kakao non Papua. Hal tersebut sependapat dengan Suratiyah (2006) dalam pengertian ekonomi, modal adalah barang ekonomi yang dapat dipergunakan untuk memproduksi kembali atau modal adalah barang ekonomi yang dapat

(12)

Aldrino Yarangga, Ihwan Tjolli, Afia E. Tahoba 100 dipergunakan untuk mempertahankan atau

meningkatkan produksi. Lahan (X7)

Lahan sebagai salah satu faktor produksi yang merupakan pabrik hasil-hasil pertanian yaitu tempat dimana proses produksi berjalan dan darimana hasil produksi keluar (Mubyarto, 1989). Variabel lahan bertanda positif dengan koefisien regresinya 158.344 yang artinya setiap penambahan 1% luas lahan maka akan diikuti dengan peningkatan produksi kakao sebesar 158.344. Nilai Thitung variabel lahan (X7) sebesar 2.026 dengan tingkat signifikansi 0.055 (p < 0.05). Berarti berpengaruh nyata terhadap tingkat produksi petani kakao non Papua. Hal ini disebabkan oleh pemanfaatan luasan lahan oleh petani non Papua lebih baik dibandingkan petani asli Papua.

Curahan Kerja (X8)

Variabel curahan kerja bertanda positif terhadap produksi kakao yang artinya bahwa peningkatan curahan kerja akan meningkatkan produski kakao. Nilai Thitung variabel curahan kerja (X8) sebesar 2.928 dengan tingkat signifikansi 0.019 (p < 0.01). Berarti berpengaruh nyata terhadap tingkat produksi petani kakao non Papua. Hal ini dikarenakan penggunaan tenaga kerja oleh petani non Papua yang lebih banyak dibandingkan dengan petani asli Papua Berdasarkan pengujian statistik nilai Thitung -1.513 lebih kecil dari Ttabel sebesar 1.697, hal ini berarti bahwa tidak terdapat pengaruh yang signifikan terhadap tingkat produksi. Hal ini dapat dijelaskan bahwa uji t berfungsi untuk mengetahui pengaruh variabel bebas yang terdapat didalam model secara terpisah (parsial) terhadap variabel terikat (Anon, 2012)

Koefisien regresi yang bertanda positif menunjukkan bahwa umur (X1), jumlah anggota keluarga (X2), pengalaman

(X3), pendidikan non formal (X5), modal (X6), lahan (X7) dan curahan kerja (X8) berpengaruh secara positif terhadap tingkat produksi kakao, sedangkan pendidikan formal (X4) yang bertanda negatif berpengaruh negatif terhadap tingkat produksi kakao. Hal ini mengandung pengertian bahwa semakin tinggi faktor umur, jumlah anggota keluarga, pengalaman, pendidikan non formal, modal, lahan dan curahan kerja maka semakin tinggi tingkat produksi kakao non Papua, sedangkan semakin tinggi pendidikan formal maka akan mengurangi tingkat produksi petani non Papua.

Perbandingan Tingkat Produksi Kakao Petani Asli Papua dan Petani Non Papua

Hasil analisis tingkat perbandingan produksi antara petani asli papua dan petani non Papua menunjukan bahwa total produksi kakao petani asli Papua sebesar 30.320 kg/thn dan petani non Papua sebesar 40.000 kg/thn dengan perbedaan total sebeesar 9.680 kg/thn. Secara deskriptif berdasarkan perbandingan total antara kedua kelompok menunjukan terdapat perbedaan produksi, namun nyata tidaknya perbedaan tersebut perlu dilihat secara statistik.

Perbedaan produksi kakao antara petani asli Papua dan petani non Papua, dimana produksi kakao petani asli Papua lebih rendah dibandingkan petani non Papua, dikarenakan dari hasil analisis statistik adanya tiga variabel X (Dependent) dari delapan variabel X (Dependent) yang diteliti yang berpengaruh signifikan terhadap variabel Y (Independent) untuk petani non Papua, sedangkan untuk petani asli Papua hanya dua variabel X (Dependent) dari delapan variabel X (Dependent) yang berpengaruh terhadap variabel Y (Independent). Penjelasan diatas dapat dilihat pada Tabel 17 .

(13)

Aldrino Yarangga, Ihwan Tjolli, Afia E. Tahoba 101 Tabel 17. Pengaruh Variabel Dependent Terhadap Variabel Independent

Variabel X (Dependent)

Hubungan Pengaruh Variabel X (Dependent Terhadap Y (Independent)

Produksi

Petani Asli Papua Petani Non Papua X1 Umur Tidak Signifikan Tidak Signifikan X2 Jumlah Anggota Keluarga Signifikan Tidak Signifikan X3 Pengalaman Tidak Signifikan Tidak Signifikan X4 Pendidikan Formal Tidak Signifikan Tidak Signifikan X5 Pendidikan Non Formal Tidak Signifikan Tidak Signifikan

X6 Modal Signifikan Signifikan

X7 Lahan Tidak Signifikan Signifikan X8 Curahan Kerja Tidak Signifikan Signifikan

Tabel 17 merupakan hasil analisis statistik menunjukan bahwa pada petani asli Papua perubahan variabel X2 (Jumlah Anggota Keluarga) dan X6 (Modal) yang berpengaruh signifikan terhadap produksi kakao, sedangkan perubahan variabel X1 (Umur), X3 (Pengalaman), X4 (Pendidikan Formal), X5 (Pendidikan Non Formal), X7 (Lahan), X8 (Curahan Kerja) tidak berpengaruh terhadap produksi kakao petani asli Papua. Untuk petani non Papua sendiri perubahan variabel X6 (Modal), X7 (Lahan) dan X8 (Curahan Kerja) berpengaruh signifikan terhadap produksi kakao, sedangkan X1 (Umur), X2 (Jumlah Anggota Keluarga), X3 (Pengalaman), X4 (Pendidikan Formal) dan X5 (Pendidikan Non Formal) tidak berpengaruh secara signifikan terhadap produksi kakao petani non Papua.

SIMPULAN DAN SARAN Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa : 1. Rata – rata produksi petani asli Papua di

Kampung Nanbom dan Kampung Kwansu lebih rendah dibandingkan rata – rata produksi petani non Papua di Kampung Benyum Jaya 1 dan Kampung Karya Bumi.

2. (a) Berdasarkan hasil dari uji F (simultan) pada variabel – variabel bebas terhadap variabel terikat pada petani asli Papua dan petani non Papua sama – sama memiliki pengaruh yang signifikan. (b)Berdasarkan hasil uji T atau secara parsial untuk petani

asli Papua sendiri yang berpengaruh nyata adalah faktor jumlah anggota keluarga dan modal, sedangkan pada petani non Papua faktor modal, lahan dan curahan kerja yang berpengaruh nyata.

Saran

1. Perlu adanya perhatian pemerintah daerah untuk membantu dalam hal penyediaan sarana produksi yang berhubungan dengan pemeliharaan kakao agar petani – petani kakao mampu meningkatkan produksi kakao terlebih khusus kepada petani asli Papua agar mampu bersaing dengan petani non Papua.

2. Perlu adanya tinjauan kembali mengenai UU Otonomi Khusus No 21 demi kemajuan orang asli Papua dalam hal ini pada bidang pertanian agar para petani asli Papua mampu bersaing dengan petani non Papua.

DAFTAR PUSTAKA

Anon, 2010. Produksi Kakao Di Papua. http:

www.Whatindonews.com/id/post/

View/detail/1189. 14/04/2013.

Anon, 2012. Skripsi Dengan Analisis Regresi Linear Berganda. http:

www.akitansipendidi.com.02/07/2014. Anon, 2012. Budidaya

kakao.www.papua.go.id. 11/09/2013. Anonimous, 2002. Bahan Ajar Usaha Tani.

(Tidak diterbitkan)

Anonimous, 2010. Metedo Menanam Kakao.

(14)

Aldrino Yarangga, Ihwan Tjolli, Afia E. Tahoba 102 BPS Kab. Jayapura, 2010. Hasil Produksi

Tanaman Perkebunan Di Kabupaten Jayapura. Badan Pusat Statistik Kabupaten Jayapura.

BPS Kab. Jayapura, 2011. Kependudukan DiKabupaten Jayapura. Badan Pusat Statistik Kabupaten Jayapura. Daniel, M, 2004. Pengantar Ekonomi

Pertanian. Penerbit Bumi Aksara. Jakarta.

Hanafiah. Dkk., 1978. Tataniaga Hasil Pertanian. Penerbit UI.

Kartika, 2004. Analisis Produksi dan Efisiensi Usaha Perkebunan Kakao Rakyat Sebagai Komoditi Unggulan Di Kawasan Agropolitan Kabupaten Jayapura. Universitas Negeri Papua. (Tidak diterbitkan)

Mardikanto, T, 1990. Dasar-Dasar Penyuluhan Pertanian. Surakarta. Universitas Sebelas Maret.

Marzuki, C, 1999. Metodologi Riset. Penerbit Erlangga. Jakarta.

Mubyarto, 1989. Pengantar Ekonomi Pertanian. LP3ES. Jakarta.

Nazir, M, 2005. Metode Penelitian. Penerbit Ghalia Indonesia.

Ong Kheng Oei, 1987. Teknologi Pengolahan Primer Biji Kakao.

http://www.apedproject.org.

09/11/2013.

Rachmat, M, 1996. Struktur penguasaan Lahan di Pedesaan. Jurnal Struktur dan Dinamika Penguasaan Lahan 2 : 1-16. Rohan, 1963. Teknologi Pengolahan Primer

Biji Kakao.

http://www.aped-Project.org. 09/11/2013.

Rosyidi, S, 2011. Pengantar Teori Ekonomi. Dicetak Di Kharisma Putra Utama.

Rumbiak, P, 2005. Analisis Produksi Padi Ladang (Oryza sativa) DiKampung Anggresi DistrikManokwari Kabupaten Manokwari. Universitas Negeri Papua. (Tidak diterbitkan) Siregar, dkk, 2010. Budi Daya Cokelat.

Penerbit Penebar Swadaya. Suratiyah, K, 2006. Ilmu Usaha Tani.

Penerbit Swadaya.

Soeharjo dan Patong, 1973. Sendi-Sendi Pokok Usaha Tani. Lembaga Penerbitan Universitas Hasanudin Ujung Pandang.

Soeharjo dan Patong, 1986. Sendi-Sendi Pokok Usaha Tani. Penerbit Universitas Hasanudin. Soekartawi, 2006. Analisis Usahatani :

Penerbit Universitas Indonesia (UI-PRESS). Jakarta

Soekartawi, 1994. Teori Ekonomi Produksi dengan Pokok Bahasan Analisi Fungsi Produksi Cobb-Douglas. Rajawali. Jakarta

Tim Mahasiswa KKL, 2012. Studi Sosial Ekonomi Pedesaan Di Desa Raringis Distrik Langowan Barat Kabupaten Minahasa. Laporan Kuliah Kerja Lapang, UNIPA, Manokwari.

Tan, H, 2003. Analisis Tingkat Produksi dan Pendapatan Nelayan Di Kelurahan Danaweria Distrik Fak-Fak Kabupaten Fak-Fak. Universitas Negeri Papua. (Tidak diterbitkan) Tan, L, 2010. Produksi Udang dan

Faktor-faktor Yang Mempengaruhinya Pada Masyarakat Kampung Tanah Merah Distrik Simuri Kabupaten Teluk Bintuni. Universitas Negeri Papua. (Tidak diterbitkan).

Gambar

Tabel 2. Sebaran Responden Menurut Umur Petani Asli Papua dan Petani Non  Papua  Kelompok Umur
Tabel 4.  Sebaran Responden Menurut Pengalaman Usahatani Petani Asli Papua dan Petani Non  Papua
Tabel 7. Rata-rata Total Modal Tetap Responden Non Papua dan Responden Asli Papua  Jenis Peralatan
Tabel  9  menunjukkan  bahwa  rata- rata-rata  seluruh  responden  baik  reponden  non  Papua  maupun  responden  asli  Papua
+5

Referensi

Dokumen terkait

84 melakukan urbanisasi ke Kota Nabire, dengan demikian terdapat hubungan antara urbanisasi (permanen/non permanen) terhadap faktor pendorong ketersediaan fasilitas di daerah,

Kontribusi pendapatan usahatani tanaman pangan di Kampung Buk Distrik Buk Kabupaten Sorong 2020 dari total keseluruhan pendapatan rumah tangga yang diperoleh masyarakat petani

Beberapa potensi yang dimiliki oleh STMIK MUSIRAWAS untuk mendapatkan pengakuan secara nasional salah satunya dapat dilihat dari kerjasama-kerjasama yang selama ini telah

Makalah ini bertujuan untuk mendokumentasikan toponimi yang dimunculkan pada sejumlah lagu populer sehingga dapat menjadi rekomendasi bagi pemerintah daerah terkait,

Lokasi penelitian ditentukan secara senganja (purposive) kegiatan penelitian ini dilaksanakan selama 1 bulan, mulai dari tanggal 6 desember 2013 sampai 7 februari

Institusi daerah tingkat provinsi yang tupoksinya terkait dengan bidang pengembangan ekonomi berbasis lahan adalah Bappeda Provinsi Papua Barat, Bappedalda Provinsi Papua

Penelitian ini menemukan bahwa rata-rata kinerja perusahaan masih rendah jika dibandingkan dengan kepuasan bermitra atau tingkat kepentingan petani kopi dalam kemitraan..