• Tidak ada hasil yang ditemukan

Laporan Diff Count

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Laporan Diff Count"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PRAKTIKUM HEMATOLOGI

HITUNG JENIS LEUKOSIT

(DIFF COUNT)

OLEH :

NAMA

: DWI SRI YANI PURWANTI

NIM

: P07134014038

SEMESTER

: IV (EMPAT)

JURUSAN ANALIS KESEHATAN

POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR

(2)

Tanggal : 16 & 23 Mei 2016

Tempat : Laboratorium Hematologi JAK Poltekkes Denpasar

PRAKTIKUM II

HITUNG JENIS LEUKOSIT (DIFF COUNT)

I. TUJUAN

a. Tujuan Instruksional Umum

Mahasiswa dapat mengetahui cara menghitung jenis-jenis leukosit. b. Tujuan Instruksional Khusus

1. Mahasiswa dapat melakukan hitung jenis leukosit dengan baik dan benar.

2. Mahasiswa dapat membedakan jenis-jenis leukosit

II. METODE

Diff count

III. PRINSIP

Apusan darah diamati dengan mikroskop binokuler pada pembesaran objektif 100x dengan penambahan oil imersi. Diff count dilakukan pada counting area dimana eritrosit menyebar merata. Bentuk-bentuk leukosit dihitung hingga 100 sel.

IV. DASAR TEORI

Darah merupakan komponen esensial makhluk hidup yang merupakan bagian terpenting dalam system transport. Dalam keadaan fisiologik, darah selalu ada dalam pembuluh darah sehingga dapat menjalankan fungsinya sebagai: pembawa oksigen(oksigen carrier), mekanisme pertahanan tubuh terhadap infeksi dan mekanisme hemostatis. Darah terdiri atas dua komponen utama yaitu plasma darah yang merupakan bagian cair darah yang sebagian besar terdiri atas air, elektrolit dan protein darah, sedangkankan butir darah (blood corpuscles) terdiri atas eritrosit, leukosit dan trombosit.

(3)

Pada pembentukan leukosit (jalur mieloid) pada awalnya mieloblast menjadi progranulosit (neutrofil), eosinofil maupun basofil selanjutnya menjadi promielosit kemudian menjadi metamielosit. Semua aktifitas ini secara normal dijumpai dalam sumsum tulang dan pada perkembangan di darah tepi akna menjadi stab/band serta segmen. Sedangkan trombosit terbentuk dari pecahan sitoplasma megakarioblast (Anonim, 2010).

Darah dapat dibuat preparat apus dengan metode supra vital yaitu suatu metode untuk mendapatkan sediaan dari sel atau jaringan yang hidup. Sel-sel darah yang hidup dapat mengisap zat-zat warna yang konsentrasinya sesuai dan akan berdifusi ke dalam sel darah tersebut, selanjutnya zat warna akan mewarnai granula pada sel bernukleus polimorf (Anonim, 2012).

Tujuan pemeriksaan sediaan apus darah tepi antara lain menilai berbagai unsur sel darah tepi seperti eritosit, leukosit, dan trombosit dan mencari adanya parasit seperti malaria, tripanasoma, microfilaria dan lain sebagainya. Sediaan apus yang dibuat dan dipulas dengan baik merupakan syarat mutlak untuk mendapatkan hasil yang baik (Arjatmo Tjokronegoro, 1996).

Bahan pemeriksaan yang terbaik adalah darah segar yang berasal dari kapiler atau vena, yang dihapuskan pada kaca obyek. Pada keadaan tertentu dapat pula digunakan darah EDTA. (Arjatmo Tjokronegoro, 1996)

Kriteria preparat yang baik :

1. Lebar dan panjangnya tidak memenuhi seluruh kaca benda sehingga masih ada tempat untuk pemberian label.

2. Secara granulapenebalannya nampak berangsur-angsur menipis dari kepala ke arah ekor.

3. Ujung atau ekornya tidak berbentuk bendera robek.

4. Tidak berulang-ulang karena bekas lemak ada di atas kaca benda. 5. Tidak terputus-putus karena gerakan gesekan yang ragu-ragu.

6. Tidak terlalu tebal (karena sudut penggeseran yang sangat kecil) atau tidak terlalu tipis (karena sudut penggeseran yang sangat besar).

7. Pewarnaan yang baik (Imam Budiwiyono 1995).

Untuk melakukan hitung jenis leukosit, pertama membuat sediaan apus darah yang diwarnai dengan pewarna Giemsa, Wright atau May Grunwald. Amati di bawah mikroskop dan hitung jenis-jenis leukosit hingga didapatkan 100 sel. Tiap jenis sel darah putih dinyatakan dalam persen (%). Jumlah absolut dihitung dengan mengalikan persentase jumlah dengan hitung leukosit, hasilnya dinyatakan dalam sel/μL.

Adapun jenis-jenis dari leukosit antara lain: 1. Granula

(4)

a. Neutrofil

Neutrofil (Polimorf), sel ini berdiameter 12–15 μm memilliki inti yang khas padat terdiri atas sitoplasma pucat di antara 2 hingga 5 lobus dengan rangka tidak teratur dan mengandung banyak granula merah jambu (azuropilik) atau merah lembayung. Granula terbagi menjadi granula primer yang muncul pada stadium promielosit, dan sekunder yang muncul pada stadium mielosit dan terbanyak pada neutrofil matang. Kedua granula berasal dari lisosom, yang primer mengandung mieloperoksidase, fosfatase asam dan hidrolase asam lain, yang sekunder mengandung fosfatase lindi dan lisosom. (Hoffbrand, A.V & Pettit, J.E, 1996). Fungsi dari neutrofil ini yaitu:

 Menanggapi mikroba.

 Antibiotik dalam tubuh.

 Berfungsi dalam proses peradangan.

 Menghancurkan mikro organisme dan benda asing dengan memakannya atau fagositosis.

 Sebagai sel pertahanan tubuh dalam melawan infeksi.

 Membantu menghapuskan stimulus yang berbahaya penyebab matinya sel (nekrosis).

 Membuat daerah yang kekurangan racun

b. Eosinofil

Sel ini serupa dengan neutrofil kecuali granula sitoplasmanya lebih kasar dan berwarna lebih merah gelap (karena mengandung protein basa) dan jarang terdapat lebih dari tiga lobus inti. Mielosit eosinofil dapat dikenali tetapi stadium sebelumnya tidak dapat dibedakan dari prekursor neutrofil. Waktu perjalanan dalam darah untuk eosinofil lebih lama daripada untuk neutropil. Eosinofil memasuki eksudat peradangan dan nyata memainkan peranan istimewa pada respon alergi, pada pertahanan melawan parasit dan dalam pengeluaran fibrin yang terbentuk selama peradangan. (Hoffbrand, A.V & Pettit, J.E, 1996). Fungsi dari eosinofil ini yaitu:

 Mencegah alergi.

 Menghancurkan antigen antibody.

(5)

 Berperan dalam respon alergi

c. Basofil

Basofil hanya terlihat kadang-kadang dalam darah tepi normal. Diameter basofil lebih kecil dari neutrofil yaitu sekitar 9-10 μm. Jumlahnya 1% dari total sel darah putih. Basofil memiliki banyak granula sitoplasma yang menutupi inti dan mengandung heparin dan histamin. Fungsi dari basofil ini yaitu:

 Basofil berfungsi memberi reaksi antigen dan alergi dengan mengaktifkan atau mengeluarkan histamin sehingga terjadi peradangan.

 Mencegah adanya penggumpalan dalam pembuluh darah.

 Membantu dalam memperbaiki luka.

 Memperbesar pembuluh darah.

2. Tidak Bergranula

a. Monosit

Rupa monosit bermacam-macam, dimana ia biasanya lebih besar daripada leukosit darah tepi yaitu diameter 16-20 μm dan memiliki inti besar di tengah oval atau berlekuk dengan kromatin mengelompok. Sitoplasma yang melimpah berwarna biru pucat dan mengandung banyak vakuola halus sehingga memberi rupa seperti kaca. Granula sitoplasma juga sering ada. Prekursor monosit dalam sumsum tulang (monoblas dan promonosit) sukar dibedakan dari mieloblas dan monosit. (Hoffbrand, A.V & Pettit, J.E, 1996). Fungsi dari monosit ini yaitu:

 Menghancurkan sel-sel asing.

 Mengangkat jaringan yang telah mati.

 Membunuh sel-sel kanker.

 Pembersih dari fagositosis yang dilakukan neutrofil.

 Meransang jenis sel darah putih yang lain dalam melindungi tubuh.

 Menunjukkan perubahan dalam kesehatan pasien dengan banyak sedikitnya monosit dalam tubuh.

(6)

b. Limfosit

Sebagian besar limfosit yang terdapat dalam darah tepi merupakan sel kecil yang berdiameter kecil dari 10μm. Intinya yang gelap berbentuk bundar atau agak berlekuk dengan kelompok kromatin kasar dan tidak berbatas tegas. Nukleoli normal terlihat. Sitoplasmanya berwarna biru-langit dan dalam kebanyakan sel, terlihat seperti bingkai halus sekitar inti. Kira-kira 10% limfosit yang beredar merupakan sel yang lebih besar dengan diameter 12-16μm dengan sitoplasma yang banyak yang mengandung sedikit granula azuropilik. Bentuk yang lebih besar ini dipercaya telah dirangsang oleh antigen, misalnya virus atau protein asing. (Hoffbrand, A.V & Pettit, J.E, 1996). Fungsi dari limfosit ini yaitu:

 Menghasilkan antibody.

 Mengaktifkan sistem kekebalan tubuh.

 Mengeluarkan bahan kimia dan menghancurkan pathogen.

 Melindungi sel normal tubuh.

 Mengetahui patogen tertentu.

 Berubah menjadi antibodi (sel Plasma).

 Melawan kanker

Hitung jenis leukosit digunakan untuk mengetahui jumlah berbagai jenis leukosit. Terdapat lima jenis leukosit, yang masing-masingnya memiliki fungsi yang khusus dalam melawan patogen. Sel-sel itu adalah neutrofil, limfosit, monosit, eosinofil, dan basofil. Hasil hitung jenis leukosit memberikan informasi yang lebih spesifik mengenai infeksi dan proses penyakit. Hitung jenis leukosit hanya menunjukkan jumlah relatif dari masing-masing jenis sel. Untuk mendapatkan jumlah absolut dari masing-masing jenis sel maka nilai relatif (%) dikalikan jumlah leukosit total (sel/μl).

Hitung jenis leukosit berbeda tergantung umur. Pada anak limfosit lebih banyak dari netrofil segmen, sedang pada orang dewasa kebalikannya. Hitung jenis leukosit juga bervariasi dari satu sediaan apus ke sediaan lain, dari satu lapangan ke lapangan lain. Kesalahan karena distribusi ini dapat mencapai 15%.

(7)

Bila pada hitung jenis leukosit, diperoleh eritrosit berinti lebih dari 10 per 100 leukosit, maka jumlah leukosit/µl perlu dikoreksi. Berikut ini merupakan beberapa hasil yang mungkin diperoleh pada hitung jenis leukosit.

Berikut ini merupakan beberapa hasil yang mungkin diperoleh pada hitung jenis leukosit:

a. Netrofilia

Netrofilia adalah suatu keadaan dimana jumlah netrofil melebihi nilai normal. Penyebab biasanya adalah infeksi bakteri, keracunan bahan kimia dan logam berat, gangguan metabolik seperti uremia, nekrosia jaringan, kehilangan darah dan kelainan mieloproliferatif.

Banyak faktor yang mempengaruhi respons netrofil terhadap infeksi, seperti penyebab infeksi, virulensi kuman, respons penderita, luas peradangan dan pengobatan. Infeksi oleh bakteri seperti Streptococcus hemolyticus dan Diplococcus

pneumoniae menyebabkan netrofilia yang berat, sedangkan infeksi oleh Salmonella typhosa dan Mycobacterium tuberculosis tidak menimbulkan netrofilia. Pada

anak-anak netrofilia biasanya lebih tinggi dari pada orang dewasa. Rangsangan yang menimbulkan netrofilia dapat mengakibatkan dilepasnya granulosit muda keperedaran darah dan keadaan ini disebut pergeseran ke kiri atau shift to the left.

Pada infeksi ringan atau respons penderita yang baik, hanya dijumpai netrofilia ringan dengan sedikit sekali pergeseran ke kiri. Sedang pada infeksi berat dijumpai netrofilia berat dan banyak ditemukan sel muda. Infeksi tanpa netrofilia atau dengan netrofilia ringan disertai banyak sel muda menunjukkan infeksi yang tidak teratasi atau respons penderita yang kurang.

Pada infeksi berat dan keadaan toksik dapat dijumpai tanda degenerasi, yang sering dijumpai pada netrofil adalah granula yang lebih kasar dan gelap yang disebut granulasi toksik. Disamping itu dapat dijumpai inti piknotik dan vakuolisasi baik pada inti maupun sitoplasma

b. Eosinofilia

Eosinofilia adalah suatu keadaan dimana jumlah eosinofil melebihi nilai normal. Eosinofilia terutama dijumpai pada keadaan alergi. Histamin yang dilepaskan

(8)

pada reaksi antigen-antibodi merupakan substansi khemotaksis yang menarik eosinofil. Penyebab lain dari eosinofilia adalah penyakit kulit kronik, infeksi dan infestasi parasit, kelainan hemopoiesis seperti polisitemia vera dan leukemia granulositik kronik.

c. Basofilia

Basofilia adalah suatu keadaan dimana jumlah basofil melebihi nilai normal. Basofilia sering dijumpai pada polisitemia vera dan leukemia granulositik kronik. Pada penyakit alergi seperti eritroderma, urtikaria pigmentosa dan kolitis ulserativa juga dapat dijumpai basofilia. Pada reaksi antigen-antibodi basofil akan melepaskan histamin dari granulanya.

d. Limfositosis

Limfositosis adalah suatu keadaan dimana terjadi peningkatan jumlah limfosit melebihi nilai normal. Limfositosis dapat disebabkan oleh infeksi virus seperti morbili, mononukleosis infeksiosa; infeksi kronik seperti tuberkulosis, sifilis, pertusis dan oleh kelainan limfoproliferatif seperti leukemia limfositik kronik dan makroglobulinemia primer.

e. Monositosis

Monositosis adalah suatu keadaan dimana jumlah monosit melebihi nilai normal. Monositosis dijumpai pada penyakit mieloproliferatif seperti leukemia monositik akut dan leukemia mielomonositik akut; penyakit kollagen seperti lupus eritematosus sistemik dan reumatoid artritis; serta pada beberapa penyakit infeksi baik oleh bakteri, virus, protozoa maupun jamur.

Perbandingan antara monosit : limfosit mempunyai arti prognostik pada tuberkulosis. Pada keadaan normal dan tuberkulosis inaktif, perbandingan antara jumlah monosit dengan limfosit lebih kecil atau sama dengan 1/3, tetapi pada tuberkulosis aktif dan menyebar, perbandingan tersebut lebih besar dari 1/3.

(9)

Netropenia adalah suatu keadaan dimana jumlah netrofil kurang dari nilai normal. Penyebab netropenia dapat dikelompokkan atas 3 golongan yaitu meningkatnya pemindahan netrofil dari peredaran darah, gangguan pembentukan netrofil dan yang terakhir yang tidak diketahui penyebabnya.

Termasuk dalam golongan pertama misalnya umur netrofil yang memendek karena drug induced. Beberapa obat seperti aminopirin bekerja sebagai hapten dan merangsang pembentukan antibodi terhadap leukosit. Gangguan pembentukan dapat terjadi akibat radiasi atau obat-obatan seperti kloramfenicol, obat anti tiroid dan fenotiasin; desakan dalam sum-sum tulang oleh tumor. Netropenia yang tidak diketahui sebabnya misal pada infeksi seperti tifoid, infeksi virus, protozoa dan rickettisa; cyclic neutropenia, dan chronic idiopathic neutropenia.

g. Limfopenia

Pada orang dewasa limfopenia terjadi bila jumlah limfosit kurang dari nilai normal. Penyebab limfopenia adalah produksi limfosit yang menurun seperti pada penyakit Hodgkin, sarkoidosis; penghancuran yang meningkat yang dapat disebabkan oleh radiasi, kortikosteroid dan obat-obat sitotoksis; dan kehilangan yang meningkat seperti pada thoracic duct drainage dan protein losing enteropathy.

h. Eosinopenia dan lain-lain

Eosinopenia terjadi bila jumlah eosinofil kurang dari nilai normal. Hal ini dapat dijumpai pada keadaan stress seperti syok, luka bakar, perdarahan dan infeksi berat; juga dapat terjadi pada hiperfungsi korteks adrenal dan pengobatan dengan kortikosteroid.

Pemberian epinefrin akan menyebabkan penurunan jumlah eosinofil dan basofil, sedang jumlah monosit akan menurun pada infeksi akut. Walaupun demikian, jumlah basofil, eosinofil dan monosit yang kurang dari normal kurang bermakna dalam klinik. Pada hitung jenis leukosit pada pada orang normal, sering tidak dijumlah basofil maupun eosinofil.

(10)

V. ALAT DAN BAHAN

a. Alat

1. Mikroskop Binokuler b. Bahan

1. Sediaan Hapusan Darah (Preparat Indirect) 2. Oil Imersi

3. Tissue Lensa

VI. CARA KERJA

1. Semua alat dan bahan yang diperlukan dipersiapkan. 2. Mikroskop dihidupkan dengan menekan tombol on.

3. Sediaan apusan darah yang telah diwarna atau dicat diletakkan di atas meja mikroskop.

4. Sediaan diamati pada pembesaran lensa objektif 10x untuk emnemukan lapang pandang.

5. Pembesaran lensa objektif diubah ke pembesaran 100x dengan penambahan oil imersi.

6. Diamati sediaan apus darah, dicari daerah counting area (daerah pembacaan dimana pada daerah ini eritrosit tampak tersebar merata.

7. Penghitungan jenis leukosit dilakukan pada counting area dengan penghitungan sebanyak 100 sel leuosit, meliputi basosil, eosinofil, neutrofil stab, neutrofil segmen, limfosit, dan monosit.

8. Hasil diff count dinyatakan dalam %.

VII. NILAI RUJUKAN

N o

Jenis Leukosit Persentase (%)

1 Eosinofil 1-4 % 2 Basofil 0-1 % 3 Stab 2-5 % 4 Segment 36-66 % 5 Limfosit 22-40 % 6 Monosit 4-8 %

(11)

Kode Sampel: Preparat 614 Lp

Sel 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 %

Basofil 0%

Eosinofil I 1%

Stab/Batang II III IIII II II I I II 18% Segmen IIII IIII IIII IIII I IIII IIII IIII II III IIII IIII 47% Limfosit II I III II IIII I II I II 18% Monosit I III II I III II III I 16% Jumlah 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 100

Foto jenis-jenis Leukosit yang diperoleh

Eosinofil

Neutrofil Segmen

(12)

Monosit

VIII. PEMBAHASAN

Leukosit atau sel darah putih (white blood cell) adalah sel darah yang mengandung inti, disebut juga sel darah putih. Rata-rata jumlah leukosit dalam darah manusia normal adalah 5000-9000/mm3. Leukosit terdiri dari dua golongan utama, yaitu agranular dan granular.

Leukosit agranular mempunyai sitoplasma yang tampak homogen, dan intinya berbentuk bulat atau berbentuk ginjal. Leukosit granular mengandung granula spesifik (yang dalam keadaan hidup berupa tetesan setengah cair) dalam sitoplasmanya dan mempunyai inti yang memperlihatkan banyak variasi dalam bentuknya. Terdapat 2 jenis leukosit agranular yaitu; limfosit yang terdiri dari sel-sel kecil dengan sitoplasma sedikit, dan monosit yang terdiri dari sel-sel yang agak besar dan mengandung sitoplasma lebih banyak. Terdapat 3 jenis leukosit granular yaitu neutrofil, basofil, dan asidofil (eosinofil).

Hitung jenis leukosit dilakukan pada counting area, mula-mula dengan pembesaran 100x kemudian dengan pembesaran 1000x dengan minyak imersi. Pada hitung jenis leukosit hapusan darah tepi yang akan digunakan perlu diperhatikan hapusan darah harus cukup tipis sehingga eritrosit dan leukosit jelas terpisah satu dengan yang lainnya, hapusan tidak boleh mengandung cat, dan eritrosit tidak boleh bergerombol (Ripani,2010).

Pemeriksaan hitung jenis leukosit merupakan bagian dari tes darah lengkap (complete blood count, CBC) yang bermanfaat untuk :

 Menilai kemampuan tubuh untuk merespon dan menghilangkan infeksi.

 Mendeteksi keparahan reaksi alergi dan obat ditambah respon terhadap jenis parasit dan infeksi lainnya.

 Mengevaluasi reaksi terhadap infeksi virus dan respon kemoterapi.

 Mengidentifikasi berbagai tahap leukemia.

Indikasi dilakukannya pemeriksaan hitung jenis leukosit adalah:

(13)

 Pemeriksaan dasar bagi penderita yang menjalani pengobatan di rumah sakit (pemeriksaan rutin).

Apabila granulosit imatur meningkat dalam hitung jenis lekosit, keberadaan ini disebut ‘pergeseran ke kiri’ (shift to the left). Istilah ini berasal dari penelitian-penelitian awal yang menggunakan tabulasi untuk melaporkan jumlah masing-masing jenis sel. Jenis sel diurutkan dari sel blast sebelah kiri menuju ke netrofil di sebelah kanan. Sel imatur dalam jumlah besar menyebabkan peningkatan di kolom sebelah kiri yang dalam keadaan normal kosong kecuali beberapa sel batang. Dengan demikian, apabila sel imatur banyak, jumlah bergeser di kolom sebelah kiri.

Terjadinya peningkatan jumlah leukosit (leukositosis) menunjukkan adanya proses infeksi atau radang akut, misalnya pneumonia, meningitis, tuberculosis, tonsillitis, apendiktis, dll. Sedangkan penurunan jumlah leukosit (leucopenia) dapat terjadi pada infeksi virus, malaria, dan alkoholik. Selain itu penurunan dan peningkatan jumlah leukosit dapat disebabkan oleh mengkonsumsi jenis obat-obatan tertentu.

Adapun cara dari praktikum ini adalah disiapkan preparat indirect yang akan diamati kemudian diletakkan preparat pada meja objek, digunakan lensa objektif perbesaran 10x untuk mencari lapang pandang pada daerah counting area. Daerah counting area ini biasanya terdapat mendekati ujung lidah dari sediaan apus darah. Setelah lapang pandang pada counting area ditemukan preparat ditetesi dengan menggunakan oil imersi kemudian lendsa objektif dipindahkan ke perbesaran 100x untuk mengamati lebih jelas adanya kelainan warna eritrosit yang akan dilakukan pada pembesaran ini. Penambahan oil imersi ini bertujuan untuk menaikkan indeks bias cahaya sehingga objek dapat terlihat dengan jelas. Setelah itu dilakukan pengamatan terhadap kelainan bentuk dan ukuran eritrosit. Hitung jenis leukosit dilakukan pada counting area dengan tujuan agar jenis-jenis leukosit dapat diamati secara jelas karena penyebarannya merata. Seratus leukosit dihitung dan diklasifikasikan melalui penggunaan push-down differential counter. Hasil hitung jenis berdasarkan 100 sel hanya bermakna untuk keadaan normal, yaitu normal jumlah leukosit dan normal morfologinya.

(14)

Pada praktikum hitung jenis leukosit ini, dari 5 jenis leukosit hanya ditemukan 4 jenis saja yaitu neutrofil, eosinofil, limfosit dan monosit sedangkan basofil tidak ditemukan dalam 100 leukosit yang telah dihitung.

1. Neutrofil: sel ini berukuran 12-15 μl, berbentuk bulat dan berbatas tegas. Inti sel berlobus 2 sampai 5, dihubungkan satu sama lain oleh benang kromatin. Neutrofil dengan inti berlobus dinamakan neutrofil segmen. Kadang-kadang di daerah tepi juga dijumpai neutrofil dengan inti berbentuk huruf C, U atau S yang dinamakan neutrofil batang atau stab. Sitoplasma sel ini luas, terwarnai pink pucat, dan bergranula halus yang terwarnai ungu muda. Sel ini yang paling banyak terdapat dalam sirkulasi sel darah putih dan lebih cepat merespons adanya infeksi dan cedera jaringan daripada jenis sel darah putih lainnya. Selama infeksi akut, neutrofil berada paling depan di garis pertahanan tubuh. Neutrofil yang beredar di darah tepi terbanyak adalah segmen, yaitu neutrofil yang matur, sedangkan batang atau stab yang merupakan neutrofil imatur dapat bermultiplikasi dengan cepat selama infeksi akut. Pada praktikum didapat jumlah neutrofil batang 18% dan neutrofil segmen 47%, total jumlah neutrofil 65%. Dibandingkan dengan nilai rujukan jumlah neutrofil batang melebihi nilai normal dan neutrofil segmen diperoleh dalam jumlah yang normal.

a. Peningkatan jumlah neutrofil disebut neutrofilia dapat terjadi karena respon fisiologik terhadap stress, misalnya karena olah raga, pajanan ke panas atau dingin yang ekstrem, setelah perdarahan atau hemolisis akut, stress emosi akut, atau melahirkan. Keadaan patologis yang menyebabkan neutrofilia antara lain infeksi akut (lokal dan sistemik), radang atau inflamasi, kerusakan jaringan, gangguan metabolik, penyakit hodgkin, leukemia mielositik, hemolytic disease of newborn (HDN), kolesistitis akut, apendisitis, pankreatitis akut. Pengaruh obat seperti epinefrin, digitalis, histamine, heparin, digitalis, sulfonamide, litium, kortison, ACTH, toksin, bisa, dan logam berat.

b. Penurunan jumlah neutrofil disebut neutropenia dijumpai pada penyakit virus (hepatitis, influenza, campak dll), hipersplenisme, leukemia, agranolositosis, anemia dan pengaruh obat-obatan golongan antibiotika dan agen imunosupresif.

(15)

2. Eosinofil: sel berukuran 12-15 μm dengan inti sel umumnya terdiri dari 2 lobus. Sitoplasmanya luas, memiliki banyak granula yang besar, bulat, homogen, terwarnai merah-jingga dan tersusun padat berkelompok. Kadang-kadang sel tampak rusak dengan granula-granula berserakan. Pada praktikum diperoleh jumlah eosinofil sebanyak 1% yang berarti normal.

a. Peningkatan jumlah eosinofil disebut eosinofilia, dapat dijumpai pada penyakit alergi (asma, hay fever, reaksi obat, vaskulitis alergika, serum

sickness), penyakit parasitik (trikinosis, ekinokokus, cacing kait, amoebiasis

dll), penyakit kulit, kanker, flebitis, tromboflebitis, leukemia mielositik kronik, emfisema, dan penyakit ginjal.

b. Penurunan jumlah eosinofil dapat dijumpai pada stress, pemberian steroid per oral atau injeksi, luka bakar, syok, hiperfungsi adrenokortikal.

3. Limfosit: sel ini dikenal ada dua macam berdasarkan ukurannya, yaitu limfosit kecil dan limfosit besar. Limfosit kecil berukuran 7-10 μm (hampir sama dengan eritrosit), bentuknya bulat. Inti sel bulat atau berlekuk, menempati sebagian besar ruang sel, kromatin padat, terwarnai ungu donker. Sitoplasma sedikit/sempit, terwarnai biru pucat (pada sebagian besar kasus tampak sebagai cincin tipis di sekitar inti), dan tidak mengandung granula. Pada praktikum diperoleh jumlah limfosit sebanyak 18 % yang berarti berada dibawah nilai rujukan.

a. Jumlah limfosit meningkat disebut limfositosis, terjadi pada infeksi kronis dan virus. Limfositosis yang berat umumnya disebabkan karena leukemia limfositik kronik.

b. Limfosit mengalami penurunan jumlah disebut leukopenia, terjadi selama sekresi hormon adenokortikal atau pemberrian terapi steroid yang berlebihan.

4. Monosit: sel berukuran 15-25 μm (paling besar di antara jenis lekosit yang lain), bentuknya ireguler. Inti sel bentuknya bervariasi (memanjang, berindentasi, atau melipat seperti ginjal), tidak beraturan dan terwarnai ungu. Sitoplasma luas, terwarnai biru pucat, mengandung granula-granula halus seperti debu dan biasanya terwarnai kemerahan. Kadang-kadang tampak vakuola di dalamnya. Monosit adalah baris pertahanan kedua terhadap infeksi bakteri dan benda asing. Bentuk-bentuk

(16)

imatur yang ditemukan dalam sirkulasi pada keadaan stress monositik atau poliferasi sumsum tulang yang abnormal, memiliki granula yang lebih azurofilik daripada bentuk matang. Monosit berespons lambat selama fase infeksi akut dan proses inflamasi, dan terus berfungsi selama fase kronis dari fagosit. Pada praktikum diperoleh jumlah monosit sebanyak 16% yang menunjukkan hasil ini melebihi nilai rujukan yang ada.

a. Peningkatan jumlah monosit disebut monositosis, dapat dijumpai pada penyakit infeksi (mononukleosis infeksiosa, parotitis, herpes zoster, endokarditis bakterial subakut, ricketsia, sifilis), penyakit parasitik (demam bintik Rocky Mountain, toksoplasmosis, bruselosis), anemia (sel sabit, hemolitik), leukemia monositik, kanker, SLE, arthritis rheumatoid, kolitis ulserasi, sarkoid, enteritis regional.

b. Sedangkan penurunan jumlah monosit dijumpai pada leukemia limfositik dan anemia aplastik.

Pada praktikum yang telah dilakukan terdapat beberapa perbedaan hasil antara yang dilakukan secara manual dengan yang dilakukan menggunakan alat elektronik/automatik di laboratorium RSUP Sanglah. Hal ini disebabkan oleh berbagai macam faktor baik dilakukan oleh praktikan karena kesalahan pengamatan dan beberapa faktor lain seperti berikut ini:

 Pembuatan sediaan apus kurang baik, misalnya tetesan darah terlalu banyak atau sedikit, cara mendorong kaca pengapus tersendat-sendat, kaca pengapus tidak menempel tepat pada kaca objek, sudut kaca pengapus terlalu besar atau sebaliknya.

 Kaca objek kotor atau berlemak

 Pengecatan kurang baik, misalnya larutan cat terlalu atau terlalu basa yang menyebabkan hasil pewarnaan terlalu merah atau biru, pembilasan kurang bersih. (Riswanto, 2013)

(17)

1. Hitung jenis leukosit secara manual dilakukan dengan cara diamati dibawah mikroskop pada pembesaran objektif 100x (dengan oil imersi). Diff count dilakukan pada counting area dan jenis-jenis leukosit dihitung hingga 100 sel. 2. Jenis-jenis leukosit dapat dibedakan menjadi lima leukosit yang utama, yaitu

neutrofil, eosinofil, basofil, limfosit, dan monosit.

3. Pada praktikum hitung jenis leukosit diperoleh neutrofil 65% (Normal), eosinofil 1% (Normal), limfosit 18% (< Normal), dan monosit 16% (Monositosis).

VII. DAFTAR PUSTAKA

Effendi Z. 2003.Peranan leukosit sebagai anti inflamasi alergik dalam tubuh. [pdf]. Tersedia: http://library.usu.ac.id/download/fk/histologi-zukesti2.pdf

Gandasoebrata.R. Penuntun Laboratorium Klinik. Dian Rakyat. Jakarta. 1967

Hendrawan, Enki. 2012. Hitung Jenis Leukosit. [online]. tersedia : https://www.

scribd.com/doc/94305564/Hitung-Jenis-Leukosit Diakses 26 Mei 2016

Riswanto, 2013. Pemeriksaan Laboratorium Hematologi. Yogyakarta: Alfamedia & Kanal Medika.

Tjokronegoro, Arjatmo dan Hendra Utama. 1996. Pemeriksaan Hematologi. Sederhana. FKUI: Jakarta.

Widayati, dkk. 2010. Laporan Praktikum Anatomi Fisiologi Manusia Sediaan Apus

Darah. Jakarta: Jurusan Farmasi Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan

Alam Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka

Yuli. 2013. Hitung Jenis Leukosit (Differential Count) Dan Evaluasi Hapusan

Darah Tepi (HDT).[online]. tersedia : https://yullyanalis.wordpress.com/

2013/06/28/hitung-jenis-leukosit-differential-count-dan-evaluasi-hapusan-darah-tepi-hdt/ Diakses 26 Mei 2016

(18)

Denpasar, 30 Mei 2016

Praktikan,

Dwi Sri Yani Purwanti P07134014038

LEMBAR PENGESAHAN Mengetahui,

Pembimbing I Pembimbing II

(19)

Pembimbing III Pembimbing IV

Ketut Adi Santika, A. Md. Ak Luh Putu Rinawati, A.Md.Ak

Pembimbing V

Referensi

Dokumen terkait

BPRS Hikmah Wakilah yaitu dengan memberikan motivasi kerja kepada pegawai dalam bentuk reward (hadiah). Pemberian reward pada pegawai akan memicu peningkatan

Dari uraian diatas, seperti yang telah kita pelajari tentang agama Katolik mulai dari aspek histories atau sejarah agama Katolik itu sendiri, lalu aspek teologis serta dari

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proses pelaksanaan perlindungan hukum klub PSIS Semarang kepada pemain sepak bola yang didasarkan atas perjanjian kontrak pemain.. Dan

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian fraksi n-heksan dan PE terhadap penurunan kadar glukosa darah tikus jantan yang diinduksi aloksan

Didalam penjelasan Dokumen Pengadaan yang berisi gambar – konstruksi, ketentuan pelaksanaan bestek diharapkan Penyedia betul – betul teliti

data dalam satuan usaha mungkin mengharuskan auditor untuk meminta “wadah” penyimpanan informasi yang dapat digunakan dalam keperluan tinjauan atau untuk melaksanakan

According to the system approach, Bahasa Indonesia, which belongs to the cultural subsystem, serves the function as an official language and a national language.. All

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan rahmat karunia-Nya sehingga penulis dapat dapat menyelesaikan penyusunan Tugas