• Tidak ada hasil yang ditemukan

Klasifikasi Dan Pola Demam

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Klasifikasi Dan Pola Demam"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

DEFINISI, KLASIFIKASI DAN POLA DEMAM DEFINISI, KLASIFIKASI DAN POLA DEMAM Edi

Edi Kurnawan/I11Kurnawan/I11110013110013

Definisi Definisi

 International

 International Union Union of of Physiological Physiological Sciences Sciences Commission Commission for for Thermal Thermal PhysiologyPhysiology mendefinisikan demam sebagai suatu keadaan peningkatan suhu inti, yang sering (tetapi tidak  mendefinisikan demam sebagai suatu keadaan peningkatan suhu inti, yang sering (tetapi tidak  seha

seharusrusnyanya) ) mermerupaupakan kan babagian gian dardari i resresponpons s perpertahtahanaanan n orgorganianisme sme mulmultisetiselullular ar (( host host )) terhadap invasi mikroorganisme atau benda mati yang patogenik atau dianggap asing oleh terhadap invasi mikroorganisme atau benda mati yang patogenik atau dianggap asing oleh host 

host . El-Rahdi dan kawan-kawan mendefinisikan demam (pireksia) dari segi patofisiologis. El-Rahdi dan kawan-kawan mendefinisikan demam (pireksia) dari segi patofisiologis dan klinis. Secara patofisiologis demam adalah peningkatan

dan klinis. Secara patofisiologis demam adalah peningkatan thermoregulatory set point thermoregulatory set point  daridari  pusat

 pusat hipotalamus hipotalamus yang yang diperantarai diperantarai oleholeh interleukininterleukin 1 1 (IL(IL-1)-1). . SedSedangangkan kan secsecara ara kliklinisnis demam adalah peningkatan suhu tubuh 1

demam adalah peningkatan suhu tubuh 1ooC atau lebih besar di atas nilai rerata suhu normal diC atau lebih besar di atas nilai rerata suhu normal di

tempat pen

tempat pencatatancatatan. . SebagSebagai respons terai respons terhadap pehadap perubahrubahanan  set  set point point  ini, terjadi proses aktif ini, terjadi proses aktif  untuk mencapai

untuk mencapai  set  set point point yang baru. Hal ini dicapai secara fisiologis dengan meminimalkanyang baru. Hal ini dicapai secara fisiologis dengan meminimalkan  pelepasan panas dan memproduksi panas.

 pelepasan panas dan memproduksi panas.1,21,2

Suhu tubuh normal bervariasi sesuai irama suhu circardian (variasi diurnal). Suhu Suhu tubuh normal bervariasi sesuai irama suhu circardian (variasi diurnal). Suhu terendah dicapai pada pagi hari pukul 04.00 – 06.00 dan tertinggi pada awal malam

terendah dicapai pada pagi hari pukul 04.00 – 06.00 dan tertinggi pada awal malam hari pukulhari pukul 16.00 – 18.00. Kurva demam biasanya juga mengikuti pola diurnal ini.

16.00 – 18.00. Kurva demam biasanya juga mengikuti pola diurnal ini.1,21,2 Suhu tubuh jugaSuhu tubuh juga

dipengaruhi oleh faktor individu dan lingkungan, meliputi usia, jenis kelamin, aktivitas fisik  dipengaruhi oleh faktor individu dan lingkungan, meliputi usia, jenis kelamin, aktivitas fisik  dan suhu udara ambien. Oleh karena itu jelas bahwa tidak ada nilai tunggal untuk suhu tubuh dan suhu udara ambien. Oleh karena itu jelas bahwa tidak ada nilai tunggal untuk suhu tubuh normal. Hasil pengukuran suhu tubuh bervariasi tergantung pada tempat pengukuran (

normal. Hasil pengukuran suhu tubuh bervariasi tergantung pada tempat pengukuran ( TabelTabel 1

1).).3,43,4

Tabel 1.

Tabel 1. Suhu normal pada tempat yang berbedaSuhu normal pada tempat yang berbeda

Tempat Tempat  pengukuran

 pengukuran Jenis termometer Jenis termometer 

R

Reennttaanngg; ; rreerraattaa suhu normal ( suhu normal (ooC)C) Demam Demam ((ooC)C) A

Akkssiillaa AAiir r rraakkssaa, , eelleekkttrroonniikk 3344,,7 7 – – 3377,,33; ; 3366,,44 3377,,44 S

Suubblliinngguuaall AAiir r rraakkssaa, , eelleekkttrroonniikk 3355,,5 5 – – 3377,,55; ; 3366,,66 3377,,66 R

Reekkttaall AAiir r rraakkssaa, , eelleekkttrroonniikk 3636,,6 6 – – 3377,,99; ; 3377 3388 T

Teelliinnggaa EEmmiissi i iinnffrra a mmeerraahh 3355,,7 7 – – 3377,,55; ; 3366,,66 3377,,66

Suhu rektal normal 0,27

Suhu rektal normal 0,27oo – 0,38– 0,38ooC (0,5C (0,5oo – 0,7– 0,7ooF) lebih tinggi dari suhu oral. Suhu aksilaF) lebih tinggi dari suhu oral. Suhu aksila

kurang lebih 0,55

kurang lebih 0,55ooC C (1(1ooF) lebih rendah dari suhu oral.F) lebih rendah dari suhu oral.55 Untuk kepentingan klinis praktis,Untuk kepentingan klinis praktis,

 pasien dianggap demam bila suhu rektal mencapa

 pasien dianggap demam bila suhu rektal mencapai 38i 38ooC, suhu oral 37,6C, suhu oral 37,6ooC, suhu aksila 37,4C, suhu aksila 37,4ooC,C,

atau suhu membran tympani mencapai 37,6

atau suhu membran tympani mencapai 37,6ooC.C.11Hiperpireksia merupakan istilah pada demamHiperpireksia merupakan istilah pada demam

yang digunakan bila suhu tubuh melampaui

yang digunakan bila suhu tubuh melampaui 41,141,1ooC (106C (106ooF).F).55

Pola demam Pola demam

Int

Interperpretretasi asi polpola a demdemam am sulsulit it karkarena ena berberbagbagai ai alaalasansan, , di di antantaraaranya nya anaanak k telatelahh mendapat antipiretik sehingga mengubah pola, atau pengukuran suhu secara serial dilakukan mendapat antipiretik sehingga mengubah pola, atau pengukuran suhu secara serial dilakukan di

di temtempat pat yanyang g berberbedbeda. a. AkaAkan n tettetapi api bilbila a polpola a demdemam am dapdapat at dikdikenaenali, li, walawalaupuupun n tidtidak ak   patognomonis

 patognomonis untuk untuk infeksi infeksi tertentu, tertentu, informasi informasi ini ini dapat dapat menjadi menjadi petunjuk petunjuk diagnosis diagnosis yangyang  berguna (

(2)

Tabel 2. Pola demam yang ditemukan pada penyakit pediatrik 

Pola demam Penyakit

Kontinyu Demam tifoid, malaria falciparum malignan Remitten Sebagian besar penyakit virus dan bakteri Intermiten Malaria, limfoma, endokarditis

Hektik atau septik Penyakit Kawasaki, infeksi pyogenik   Quotidian Malaria karena P.vivax

Double quotidian Kala azar, arthritis gonococcal ,  juvenile rheumathoid arthritis,  beberapa drug fever (contoh karbamazepin)

Relapsing atau periodik Malaria tertiana atau kuartana, brucellosis Demam rekuren  Familial Mediterranean fever 

Penilaian pola demam meliputi tipe awitan (perlahan-lahan atau tiba-tiba), variasi derajat suhu selama periode 24 jam dan selama episode kesakitan, siklus demam, dan respons terapi. Gambaran pola demam klasik meliputi:1,2,6-8

• Demam kontinyu (Gambar 1.) atau sustained fever  ditandai oleh peningkatan suhu tubuh yang menetap dengan fluktuasi maksimal 0,4oC selama periode 24 jam. Fluktuasi

diurnal suhu normal biasanya tidak terjadi atau tidak signifikan.

Gambar 1.Pola demam pada demam tifoid (memperlihatkan bradikardi relatif)

• Demam remiten ditandai oleh penurunan suhu tiap hari tetapi tidak mencapai normal dengan fluktuasi melebihi 0,5oC per 24 jam. Pola ini merupakan tipe demam yang paling

sering ditemukan dalam praktek pediatri dan tidak spesifik untuk penyakit tertentu (Gambar 2.). Variasi diurnal biasanya terjadi, khususnya bila demam disebabkan oleh  proses infeksi.

Gambar 2.Demam remiten

• Pada demam intermiten suhu kembali normal setiap hari, umumnya pada pagi hari, dan  puncaknya pada siang hari (Gambar 3.). Pola ini merupakan jenis demam terbanyak 

(3)

Gambar 3.Demam intermiten

• Demam septik  atau hektik  terjadi saat demam remiten atau intermiten menunjukkan  perbedaan antara puncak dan titik terendah suhu yang sangat besar.

• Demam quotidian, disebabkan oleh P. Vivax, ditandai dengan paroksisme demam yang terjadi setiap hari.

• Demam quotidian ganda (Gambar 4.)memiliki dua puncak dalam 12 jam (siklus 12  jam)

Gambar 4.Demam quotidian

• Undulant fever  menggambarkan peningkatan suhu secara perlahan dan menetap tinggi selama beberapa hari, kemudian secara perlahan turun menjadi normal.

• Demam lama ( prolonged fever ) menggambarkan satu penyakit dengan lama demam melebihi yang diharapkan untuk penyakitnya, contohnya > 10 hari untuk infeksi saluran nafas atas.

• Demam rekuren adalah demam yang timbul kembali dengan interval irregular pada satu  penyakit yang melibatkan organ yang sama (contohnya traktus urinarius) atau sistem

organ multipel.

• Demam bifasik  menunjukkan satu penyakit dengan 2 episode demam yang berbeda (camelback fever pattern, atau saddleback fever ). Poliomielitis merupakan contoh klasik  dari pola demam ini. Gambaran bifasik juga khas untuk leptospirosis, demam dengue, demam kuning, Colorado tick fever ,  spirillary rat-bite fever  (Spirillum minus), dan  African hemorrhagic fever (Marburg, Ebola, dan demam Lassa).

•  Relapsing  fever dan demam periodik :

o Demam periodik ditandai oleh episode demam berulang dengan interval regular 

atau irregular. Tiap episode diikuti satu sampai beberapa hari, beberapa minggu atau beberapa bulan suhu normal. Contoh yang dapat dilihat adalah malaria (istilah tertiana digunakan bila demam terjadi setiap hari ke-3, kuartana bila demam terjadi setiap hari ke-4) (Gambar 5.)dan brucellosis.

(4)

Gambar 5. Pola demam malaria

o  Relapsing fever adalah istilah yang biasa dipakai untuk demam rekuren yang

disebabkan oleh sejumlah spesies Borrelia ( Gambar 6.)dan ditularkan oleh kutu (louse-borne RF) atau tick (tick-borne RF).

Gambar 6. Pola demam Borreliosis (pola demam relapsing )

Penyakit ini ditandai oleh demam tinggi mendadak, yang berulang secara tiba-tiba berlangsung selama 3 – 6 hari, diikuti oleh periode bebas demam dengan durasi yang hampir sama. Suhu maksimal dapat mencapai 40,6oC pada tick-borne

 fever  dan 39,5oC pada louse-borne. Gejala penyerta meliputi myalgia, sakit

kepala, nyeri perut, dan perubahan kesadaran. Resolusi tiap episode demam dapat disertai Jarish-Herxheimer reaction (JHR) selama beberapa jam (6 – 8 jam), yang umumnya mengikuti pengobatan antibiotik. Reaksi ini disebabkan oleh pelepasan endotoxin saat organisme dihancurkan oleh antibiotik. JHR sangat sering ditemukan setelah mengobati pasien syphillis. Reaksi ini lebih jarang terlihat  pada kasus leptospirosis, Lyme disease, dan brucellosis. Gejala bervariasi dari

demam ringan dan fatigue sampai reaksi anafilaktik  full-blown.

o Contoh lain adalah rat-bite fever yang disebabkan oleh Spirillum minus dan

Streptobacillus moniliformis. Riwayat gigitan tikus 1 – 10 minggu sebelum awitan gejala merupakan petunjuk diagnosis.

o Demam Pel-Ebstein (Gambar 7.), digambarkan oleh Pel dan Ebstein pada 1887,

 pada awalnya dipikirkan khas untuk limfoma Hodgkin (LH). Hanya sedikit  pasien dengan penyakit Hodgkin mengalami pola ini, tetapi bila ada, sugestif 

untuk LH. Pola terdiri dari episode rekuren dari demam yang berlangsung 3 – 10 hari, diikuti oleh periode afebril dalam durasi yang serupa. Penyebab jenis demam ini mungkin berhubungan dengan destruksi jaringan atau berhubungan dengan anemia hemolitik.

(5)

Gambar 7. Pola demam penyakit Hodgkin (pola Pel-Ebstein).

Klasifikasi demam

Klasifikasi demam diperlukan dalam melakukan pendekatan berbasis masalah.2

Untuk kepentingan diagnostik, demam dapat dibedakan atas akut, subakut, atau kronis, dan dengan atau tanpa localizing signs.7

Tabel 3. dan Tabel 4. memperlihatkan tiga kelompok  utama demam yang ditemukan di praktek pediatrik beserta definisi istilah yang digunakan.1

Tabel 3. Tiga kelompok utama demam yang dijumpai pada praktek pediatrik 

Klasifikasi Penyebab tersering Lama demam pada

umumnya Demam dengan localizing signs Infeksi saluran nafas atas <1 minggu Demam tanpa localizing signs Infeksi virus, infeksi saluran kemih <1minggu  Fever of unknown origin Infeksi, juvenile idiopathic arthritis >1 minggu

Tabel 4. Definisi istilah yang digunakan

Istilah Definisi

Demam dengan localization Penyakit demam akut dengan fokus infeksi, yang dapat didiagnosis setelah anamnesis dan pemeriksaan fisik 

Demam tanpa localization Penyakit demam akut tanpa penyebab demam yang jelas setelah anamnesis dan pemeriksaan fisik 

Letargi Kontak mata tidak ada atau buruk, tidak ada interaksi dengan  pemeriksa atau orang tua, tidak tertarik dengan sekitarnya Toxic appearance Gejala klinis yang ditandai dengan letargi, perfusi buruk,

cyanosis, hipo atau hiperventilasi

Infeksi bakteri serius Menandakan penyakit yang serius, yang dapat mengancam  jiwa. Contohnya adalah meningitis, sepsis, infeksi tulang dan

sendi, enteritis, infeksi saluran kemih, pneumonia

Bakteremia dan septikemia Bakteremia menunjukkan adanya bakteri dalam darah, dibuktikan dengan biakan darah yang positif, septikemia menunjukkan adanya invasi bakteri ke jaringan, menyebabkan hipoperfusi jaringan dan disfungsi organ

• Demam dengan localizing signs

Penyakit demam yang paling sering ditemukan pada praktek pediatrik berada pada kategori ini (Tabel 5.). Demam biasanya berlangsung singkat, baik karena mereda secara spontan atau karena pengobatan spesifik seperti pemberian antibiotik. Diagnosis dapat ditegakkan melalui anamnesis dan pemeriksaan fisik dan dipastikan dengan pemeriksaan sederhana seperti pemeriksaan foto rontgen dada.1

(6)

Kelompok Penyakit

Infeksi saluran nafas atas ISPA virus, otitis media, tonsillitis, laryngitis, stomatitis herpetika

Pulmonal Bronkiolitis, pneumonia

Gastrointestinal Gastroenteritis, hepatitis, appendisitis Sistem saraf pusat Meningitis, encephalitis

Eksantem Campak, cacar air  

Kolagen  Rheumathoid arthritis, penyakit Kawasaki

 Neoplasma Leukemia, lymphoma

Tropis Kala azar, cickle cell anemia

• Demam tanpa localizing signs

Sekitar 20% dari keseluruhan episode demam menunjukkan tidak ditemukannya localizing signs pada saat terjadi. Penyebab tersering adalah infeksi virus, terutama terjadi selama beberapa tahun pertama kehidupan. Infeksi seperti ini harus dipikirkan hanya setelah menyingkirkan infeksi saluran kemih dan bakteremia. Tabel 6. menunjukan  penyebab paling sering kelompok ini.1 Demam tanpa localizing signs umumnya memiliki

awitan akut, berlangsung kurang dari 1 minggu, dan merupakan sebuah dilema diagnostik  yang sering dihadapi oleh dokter anak dalam merawat anak berusia kurang dari 36 bulan.6

Tabel 6. Penyebab umum demam tanpa localizing signs

Penyebab Contoh Petunjuk diagnosis

Infeksi Bakteremia/sepsis

Sebagian besar virus (HH-6)

Infeksi saluran kemih Malaria

Tampak sakit, CRP tinggi, leukositosis Tampak baik, CRP normal, leukosit normal Dipstik urine Di daerah malaria PUO ( persistent   pyrexia of  unknown origin) atau FUO  Juvenile idiopathic arthritis

Pre-articular, ruam, splenomegali, antinuclear factor tinggi, CRP tinggi

Pasca v aksinasi Vaksinasi triple, campak Waktu demam terjadi berhubungan dengan waktu vaksinasi

 Drug fever  Sebagian besar obat Riwayat minum obat, diagnosis eksklusi

• Persistent Pyrexia of Unknown Origin (PUO)

Istilah ini biasanya digunakan bila demam tanpa localizing signs bertahan selama 1 minggu dimana dalam kurun waktu tersebut evaluasi di rumah sakit gagal mendeteksi  penyebabnya.  Persistent pyrexia of unknown origin, atau lebih dikenal sebagai  fever of 

unknown origin (FUO) didefinisikan sebagai demam yang berlangsung selama minimal 3 minggu dan tidak ada kepastian diagnosis setelah investigasi 1 minggu di rumah sakit.1

Daftar Pustaka

1.

El-Radhi AS, Carroll J, Klein N, Abbas A. Fever. Dalam: El-Radhi SA, Carroll J, Klein  N, penyunting. Clinical manual of fever in children. Edisi ke-9. Berlin: Springer-Verlag;

(7)

2.

Fisher RG, Boyce TG. Fever and shock syndrome. Dalam: Fisher RG, Boyce TG,  penyunting. Moffet’s Pediatric infectious diseases: A problem-oriented approach. Edisi

ke-4. New York: Lippincott William & Wilkins; 2005.h.318-73.

3.

El-Radhi AS, Barry W. Thermometry in paediatric practice. Arch Dis Child 2006;91:351-6.

4.

Avner JR. Acute Fever. Pediatr Rev 2009;30:5-13.

5.

Del Bene VE. Temperature. Dalam: Walker HK, Hall WD, Hurst JW, penyunting. Clinical methods: The history, physical, and laboratory examinations. Edisi ke-3. :Butterworths;1990.h.990-3.

6.

Powel KR. Fever. Dalam: Kliegman RM, Behrman RE, Jenson HB, Stanton BF,  penyunting. Nelson textbook of pediatrics. Edisi ke-18. Philadelphia: Saunders Elsevier;

2007.h.

7.

Cunha BA. The clinical significance of fever patterns. Inf Dis Clin North Am 1996;10:33-44

8.

Woodward TE. The fever patterns as a diagnosis aid. Dalam: Mackowick PA,  penyunting. Fever: Basic mechanisms and management. Edisi ke-2. Philadelphia:

Gambar

Gambar 2. Demam remiten
Gambar 5. Pola demam malaria
Tabel 3. Tiga kelompok utama demam yang dijumpai pada praktek pediatrik 
Tabel 6. Penyebab umum demam tanpa localizing signs

Referensi

Dokumen terkait

Kejang demam atau febrile convulsion ialah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu rectal di atas 38 C) yang disebabkan oleh proses ekstrakranium

suhu tubuh anak demam sebelum dan setelah diberi kompres bawang merah..

Aspirin juga dapat menghambat aktivitas trombosit (berfungsi dalam pembekuan darah) dan dapat memicu risiko perdarahan sehingga tidak dianjurkan untuk menurunkan suhu tubuh pada

Demam merupakan keadaan terjadinya suhu tubuh di atas variasi sirkadian yang normal sebagai akibat dari perubahan pada pusat termoregulasi yang terletak dalam hipotalamus

Berdasarkan teori di atas dapat disimpulkan bahwa kejang demam merupakan gangguan neurologis yang terjadi pada anak yang terjadi akibat kenaikan suhu tubuh

Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh seperti suhu rektal di atas 38 °C yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranial.

METODE Subjek yang digunakan pada studi kasus ini yaitu 1 pasien yang mengalami demam typhoid yang mengalami peningkatan suhu tubuh > 38oC yang akan dilakukan pengukuran suhu tubuh

PENANGANAN DEMAM PADA ANAK DI RUMAH OLEH: AYUNDA EKA KARNITA SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PATIA HUSADA BLITAR PENGERTIAN Demam adalah peningkatan suhu tubuh melebihi normal..