BAB I BAB I
PENDAHULUAN PENDAHULUAN
1.1
1.1 Latar Belakang MasalahLatar Belakang Masalah
Saat ini terjadi pergeseran penyakit dari penyakit menular ke penyakit tidak Saat ini terjadi pergeseran penyakit dari penyakit menular ke penyakit tidak menular, salah satunya yaitu hipertensi atau penyakit tekanan darah tinggi. Hipertensi menular, salah satunya yaitu hipertensi atau penyakit tekanan darah tinggi. Hipertensi merupakan penyakit yang dapat disebabkan oleh perubahan gaya hidup seperti merupakan penyakit yang dapat disebabkan oleh perubahan gaya hidup seperti mengkonsumsi makanan cepat saji, pola makan yang tidak teratur, kurang sehat, mengkonsumsi makanan cepat saji, pola makan yang tidak teratur, kurang sehat, alkohol, stres yang tidak terkontrol, dan kurangnya aktivitas fisik yang dipengaruhi alkohol, stres yang tidak terkontrol, dan kurangnya aktivitas fisik yang dipengaruhi oleh perkembangan jaman saat ini. Hipertensi dapat diartikan naiknya tekanan darah oleh perkembangan jaman saat ini. Hipertensi dapat diartikan naiknya tekanan darah systole
systole di atas 140 mmHg dandi atas 140 mmHg dan diastolediastole di atas 90 mmHg pada dua kali pengukuran di atas 90 mmHg pada dua kali pengukuran dengan selang waktu lima menit dalam keadaan cukup istirahat atau tenang dengan selang waktu lima menit dalam keadaan cukup istirahat atau tenang (Kementrian Kesehatan RI, 2013).
(Kementrian Kesehatan RI, 2013). Data yang di dapat dari AHA
Data yang di dapat dari AHA (America Heart Association)(America Heart Association) pada tahun 2013, pada tahun 2013, penduduk Amerika yang
penduduk Amerika yang berusia di atas 20 tahuberusia di atas 20 tahun menderita hipertensi telah menn menderita hipertensi telah mencapaicapai 74,5 juta jiwa, sedangkan Asia Tenggara dapat dilihat dari data statistik menyatakan 74,5 juta jiwa, sedangkan Asia Tenggara dapat dilihat dari data statistik menyatakan 158.434.748 atau 24,7% penduduk Asia Tenggara mengalami hipertensi (WHO, 2015). 158.434.748 atau 24,7% penduduk Asia Tenggara mengalami hipertensi (WHO, 2015). Data prevalensi hipertensi di Indonesia untuk penduduk dari umur 18 tahun ke atas Data prevalensi hipertensi di Indonesia untuk penduduk dari umur 18 tahun ke atas sebesar 25,8%
sebesar 25,8% dari 248.818.100 jumlah penduduk dari 248.818.100 jumlah penduduk (Riskesdas, 2013). Dalam (Riskesdas, 2013). Dalam ProfilProfil Kesehatan Provinsi Bali tahun 2016 , Dinas Kesehatan Provinsi Bali menyatakan Kesehatan Provinsi Bali tahun 2016 , Dinas Kesehatan Provinsi Bali menyatakan hipertensi menempati peringkat ke 2 berdasarkan pola 10 besar penyakit di puskesmas hipertensi menempati peringkat ke 2 berdasarkan pola 10 besar penyakit di puskesmas dengan jumlah kunjungan sebanyak 89,394 kunjungan selama tahun 2016. Jumlah dengan jumlah kunjungan sebanyak 89,394 kunjungan selama tahun 2016. Jumlah penderita hip
penderita hipertensi dengan ertensi dengan umur ≥18 umur ≥18 tahun tahun pada pada tahun tahun 2016 2016 yaitu 54,944 yaitu 54,944 penderitapenderita dengan 27,542 laki-laki dan 27,402
dengan 27,542 laki-laki dan 27,402 perempuan. Kabupaten Buleleng menempati posisiperempuan. Kabupaten Buleleng menempati posisi tertinggi penderita hipertensi t
tertinggi penderita hipertensi terbayak pada usia ≥18 tahun dengan jumlah kasuserbayak pada usia ≥18 tahun dengan jumlah kasus sebanyak 14,700 penderita
sebanyak 14,700 penderita hipertensi sedangkan hipertensi sedangkan untuk untuk kabupaten Gianyar menempatikabupaten Gianyar menempati posisi ke 3 jumlah penderita hipertensi dengan 5,867 penderita di tahun 2016.
Pengobatan untuk pasien hipertensi dapat dilakukan dengan farmakologis dan non farmakologis. Pengobatan farmakologis menggunakan obat-obatan penurun tekanan darah secara medis atau konvensional sedangkan pengobatan non farmakologis meliputi pengobatan diluar obat medis seperti olahraga, diet seimbang, berhenti merokok, mengendalikan stres dan terapi tradisional komplementer atau terapi komplementer. Terapi tradisional komplementer atau terapi komplementer diakui secara legal melalui peraturan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 103 tahun 2014 Tentang Pelayanan Kesehatan Tradisional dan Kementerian Kesehatan RI mengeluarkan Permenkes No 1144 tahun 2010 tentang pembentukan Direktorat Bina Pelayanan Kesehatan Tradisional, Alternatif dan Komplementer yang menjadi dasar pengembangan terapi komplementer. Kemudian berdasarkan hasil Riskesdas tahun 2013 proporsi rumah tangga yang memanfaatkan pelayanan kesehatan tradisional sebesar 30,4% dengan jenis pelayanan yang paling banyak digunakan adalah keterampilan tanpa alat sebesar 77,8% dan ramuan sebesar 49%. Kondisi ini menunjukkan bahwa pelayanan kesehatan tradisional mempunyai potensi yang cukup besar dan perlu mendapat perhatian yang serius sebagai bagian dari pembangunan kesehatan nasional. Hal ini dapat dikembangkan melalui terapi komplementer seperti akupresur.
Terapi tradisional komplementer adalah penerapan kesehatan tradisional yang memanfaatkan ilmu biomedis dan biokultural dalam penjelasannya serta manfaat dan keamanannya terbukti secara ilmiah (Kemenkes RI, 2015). Akupresur merupakan terapi komplementer yang sedang dipromosikan melalui puskesmas-puskesmas melalui program kesehatan tradisional dan komplementer (Kestradkom).
Akupresur berasal dari kata occus dan pressure, yang berarti jarum dan menekan, sehingga akupresur dapat diartikan memberi rangsangan (stimulasi) titik akupuntur dengan teknik penekanan atau teknik mekanik (Kementerian Kesehatan RI, 2012). Akupresur telah mengalami perkembangan yang pesat di seluruh dunia, den gan diakuinya secara legal oleh badan kesehatan dunia yaitu WHO, selain itu di Indonesia juga mengalami perkembangan dengan adanya pembentukan program kesehatan yang
dibuat oleh Kementerian Kesehatan RI yang diberi nama Kesehatan Tradisional dan Komplementer (Kestradkom).
Saat ini terapi akupresur juga dapat dilakukan di puskesmas yang dilaksanakan dalam program Kesradkom atau Kesehatan Tradisional dan Komplementer, sesuai dengan arahan dari Menteri Kesehatan. Pelaksanaan terapi akupresur dalam bentuk promosi kesehatan telah dilakukan di setiap puskesmas akan tetapi dalam bentuk pelaksanaan terapi secara langsung belum semua puskesmas melakukannya. Hal ini mungkin dikarenakan belum adanya kerjasama antara dokter yang memberikan terapi medis dengan pemberi pelayanan kesehatan dalam bentuk terapi komplementer yaitu akupresur.
Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk meneliti pengaruh akupresur terhadap tekanan darah pada pasien hipertensi.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dalam latar belakang maka dapat diambil rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu “apakah ada pengaruh akupresur terhadap tekanan darah pada pasien hipertensi ?”
1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui pengaruh akupresur terhadap tekanan darah pada pasien hipertensi.
1.3.2 Tujuan Khusus
1.3.2.1Mengidentifikasi tekanan darah (sistole-diastole) sebelum dan setelah diberikan akupresur terhadap tekanan darah pada pasien dengan hipertensi kelompok eksperimen di Bali.
1.3.2.2 Mengidentifikasi tekanan darah (sistole-diastole) pre-test dan post-test pada pasien dengan hipertensi kelompok kontrol di Bali.
1.3.2.3 Menganalisa perbedaan tekanan darah (sistole-diastole) pada lansia dengan hipertensi kelompok eksperimen sebelum dan setelah diberikan akupresur di Bali.
1.3.2.4 Menganalisa perbedaan tekanan darah (sistole-diastole) pre-test dan post-test pada pasien dengan hipertensi kelompok kontrol di Bali.
1.3.2.5 Menganalisa pengaruh akupresur terhadap penurunan tekanan darah (sistole-diastole) pada pasien yang mengalami hipertensi di Bali.
1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Praktis 1.4.1.1 Untuk Perawat
Hasil penelitian diharapkan dapat dijadikan acuan oleh perawat agar menggunakan terapi akupresur untuk menurunkan tekanan darah pada pasien dengan hipertensi.
1.4.1.2 Untuk tempat Penelitian
Hasil penelitian diharapkan dapat dijadikan acuan b agi tempat penelitian dalam memberikan pelayanan keperawatan mengenai penanganan hipertensi secara non farmakologi pada penderita hipertensi.
1.4.1.3 Untuk penderita hipertensi dan keluarga
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada penderita hipertensi dan keluarga mengenai terapi akupresur sebagai salah satu cara dalam menurunkan tekanan darah pada pasien hipertensi.
1.4.2 Manfaat Teoritis
1.4.2.1 Untuk ilmu pengetahuan
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan informasi yang berarti bagi bidang keperawatan, khususnya keperawatan komplementer mengenai terapi akupresur yang merupakan salah satu cara dalam menurunk an tekanan darah pada penderita hipertensi.
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat dijadikan acuan d an bahan informasi bagi peneliti selanjutnya yang ingin meneliti mengenai terapi akupresur yang merupakan salah satu cara dalam menurunkan tekanan darah pada penderita hipertensi.
1.5 Keaslian Penelitian
1. Penelitian yang dilakukan oleh Heny Budi Hastuti (2015) dari Stikes Kusuma Husada Surakarta tentang Pengaruh Daun Seledri dan Daun Belimbing Wuluh Terhadap Tekanan Darah pada Lansia Hipertensi di Desa Pondok Kecamatan Ngadirijo Kabupaten Wonogiri. Peneliti Heni menggunakan metodelogi dengan pendekatan experiment semu atau quasi experiment dengan rancangan one group pre and post test design. Sample yang digunakan sebanya 34 lansia dengan teknik purposive sampling. Alat analisi yang digunakan dengan analisis paired simple t-test. Hasil darah systole sebelum perlakuan 170,74 mmHg dan rata-rata tekanan darah diastole sebelum perlakuan sebesar 94,41 mmHg, hasil tekanan darah sistole sesudah perlakuan 153,38 mmHg dan rata-rata tekanan darah diastole sesudah perlakuan sebesar 89,26 mmHg dan terdapat pengaruh signifikan daun seledri dan daun belimbing wuluh terhadap penurunan tekanan darah pada lansia di Desa Pondok Kecamatan Ngadirijo Kabupaten Wonogiri.
2. Penelitian oleh Andi Dwi Setiawan (2014) dari Stikes Majapahit Mojokerto tentang pengaruh Seduhan Daun Alpukat Terhadap Tekanan Darah Di Desa Sedati Kecamatan Ngoro Kabupaten Mojokerto, peneliti Andi, metodologi yang digunakan pada penelitian ini adalah quasy-experiment dengan rancang bangun Non equivalent control group design, dengan sample 42 responden menggunakan simple random sampling. Variable independen adalah pemberian seduhan daun alpukat, variable dependent ialah tekanan darah pada penderita hipertensi. Penelitian ini mengguanakan uji statistik dengan uji Wilcoxon signed rank test. Hasil penelitian menunjukan bahwa tekanan darah pada kelompok perlakuan setelah pemberian seduhan daun alpukat terhadap penurunan menjadi ringan yaitu
12 orang (57,1%), hampir setengah mengalami penurunan menjadi sedang yaitu 6 orang (28,6%) dan sebagian kecil yang mengalami p enurunan menjadi normal yaitu 3 orang (14,3%) sedangkan pada kelompok control tekanan darah hampir keseluruhan masi tetap mengalami hipertensi sedang yaitu 17 orang (81,0%) dan sebagian kecil tetap dengan hipertensi buruk yaitu 4 orang (19,0%). Hasil uji wilcoxon signed rank test dengan bantuan SPSS versi 16 pada kelompok perlakuan, didapatkan p = 0,000<0,05 (α) sehingga H0 ditolak artinya ada pengaruh pemberian seduhan daun alpukat terhadap penurunan tekanan darah tinggi pada pasien hipertensi di Desa Sedati Kecamatan Ngoro Kabupaten Mojokerto.