• Tidak ada hasil yang ditemukan

A00125

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan " A00125"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

PT. SINAR KASIH 11:34:55, Rabu, 6 Mei 2015

BERANDA TENTANG KAMI KONTAK REDAKSI IKLAN INFORMASI KARIR INDEKS

INDONESIA DUNIA HAM RELIGI EKONOMI MEDIA OLAHRAGA SAINS BUDAYA LAYANAN PUBLIK OPINI ANALISIS EDITORIAL INSPIRASI FLORA & FAUNA FOTO

Penulis: Theofransus Litaay 00:00 WIB | Kamis, 30 April 2015

OPINI

KAA dan Arsitektur Baru

Lembaga Pembangunan Asia

KABAR TERBARU

Ditjen Pajak Masih

Optimis Capai Target Rp

1.294 Triliun

JAKARTA, SATUHARAPAN.COM – Kritik bertubi­tubi dialamatkan kepada Direktorat Jenderal Pajak me... 

(2)

SATUHARAPAN.COM  –  Beberapa  hari  acara  peringatan  60  tahun  Konperensi  Asia­ Afrika  di  Jakarta  dan  Bandung  menunjukkan  bahwa  peringatan  ini  bukanlah  acara seremonial biasa. Walaupun ada kandungan nostalgia historis sebagai sumber semangat kebangkitan negara­negara yang 60 tahun lalu baru saja merdeka, tetapi lebih utama lagi telah berkembang menjadi suatu solidaritas baru untuk pembangunan. 

Salah satu hal yang menonjol adalah kuatnya semangat Selatan­Selatan yang dibangun melalui  berbagai  gagasan  reformasi  kelembagaan  dunia.  Dalam  pidato  pembukaan, Presiden  Joko  Widodo  secara  khusus  menyinggung  tentang  kelemahan  PBB  secara kelembagaan tidak efektif menjembatani berbagai kepentingan, serta tidak seimbangnya peran  lembaga  pembangunan  yang  selama  ini  dimonopoli  oleh  World  Bank,  IMF  dan

Pendeta

Dipenjara Iran

Doakan AS di

Hari Ultah

(+Video)

Badan Usaha

Pelabuhan dan

Pelayaran Wajib

Lapor Keuangan

Penerbitan Surat

Uji Tipe

Kendaraan

Gunakan IT

Aceh Utara akan

Larang Pria

Wanita

Boncengan

Motor

Wagub DKI:

Persoalan APTB

Harus

Diselesaikan

(3)

ADB dalam mengelola kepentingan negara­negara Asia dan Afrika. 

Beberapa  pemimpin  negara  peserta  dalam  pidato  mereka  menyebutkan  nama Asian Infrastructure  Investment  Bank  (AIIB)  sebagai  alternatif  baru  lembaga  pembangunan internasional, yang kulminasinya dalam pidato para pemimpin di Bandung pada Jumat 24 April  2015.  Jika  demikian,  apakah  yang  dimaksudkan  dengan  AIIB  ini?  Siapakah  yang berada  di  baliknya?  Bagaimana  dinamika  yang  muncul  di  sekitarnya?  Bagaimana kepentingan Indonesia dalam hal ini?

AIIB baru saja terbentuk pada 24 Oktober 2014 atas inisiatif Tiongkok dan berpusat di Beijing.  Diharapkan  bahwa  pada  akhir  tahun  2015  nanti  AIIB  sudah  bisa  beroperasi secara  penuh.  Lembaga  ini  didukung  oleh  banyak  negara  untuk  menyediakan  bantuan bagi pembangunan infrastruktur di Asia. Pendirian AIIB dilakukan melalui Memorandum of  Understanding  (MoU)  dari  21  negara  termasuk  Tiongkok,  India,  dan  Singapura, Thailand,  Malaysia,  Vietnam.  Indonesia  baru  menandatangani    MoU  AIIB    pada  bulan selanjutnya  karena  sebelumnya  masih  disibukkan  dengan  agenda  pemilu  Presiden. Negara­negara  non­Asia  seperti  Inggris,  Jerman,  Perancis,  Italia,  dan  Australia  telah menyatakan dukungan mereka terhadap lembaga baru ini. 

Amerika  Serikat  (AS),  Jepang,  dan  Kanada  belum  berpartisipasi  dalam  lembaga  ini. Keberatan AS disebabkan karena mereka masih mengkhawatirkan aspek tata kelola dari lembaga AIIB ini, yang belum cukup jelas bagi mereka. 

Terhadap  sikap  AS  tersebut,  Profesor  Joseph  Stiglitz  (peraih  Nobel  ekonomi,  profesor pada Columbia University) menyebutkan bahwa AS keliru secara strategik jika menolak ikut serta dalam AIIB. Beberapa media bahkan menyebutkan bahwa AS perlu meninjau ulang  posisinya  karena  dua  alasan,  politik  luar  negeri  AS  menempatkan  Asia  sebagai prioritas dan karena adanya dukungan para sekutu AS di Asia bagi AIIB. Menurut Stiglitz, AS  terlalu  menekankan  pada  kepentingan  perdagangan  di  Asia  dan  melupakan kepentingan infrastruktur yang merupakan kebutuhan sebagian besar negara Asia.

Kelahiran AIIB tidaklah terlepas dari gagasan akan reformasi kelembagaan dunia secara politik dan ekonomi. AIIB sendiri dipengaruhi kebangkitan Tiongkok secara ekonomi dan politik yang semakin kuat baik di Asia maupun secara global. Namun walau semakin kuat

Mei 4, 2015

5 Mei 2015

GALERI FOTO INDONESIA

(4)

pengaruhnya, peran Tiongkok dalam pengambilan keputusan di lembaga pembangunan seperti ADB, Bank Dunia, dan IMF.  Data yang ada menunjukkan bahwa meskipun peran Tiongkok  untuk  berperan  mendanai  pembangunan  melalui  ADB  sangat  diharapkan, namun  Tiongkok  hanya  memiliki  hak  suara  (voting right)  sebesar  5,47  persen  di  ADB, sedangkan  AS  dan  Jepang  masing­masing  memiliki  13  persen  hak  suara (dikombinasikan menjadi 26 persen). 

Tidaklah  mengherankan  akan  dukungan  berbagai  negara  tersebut,  karena  investasi Tiongkok  sebesar  50  miliar  US  Dollar  di  AIIB  menjadikan  kapasitas  AIIB  sangat  kuat untuk  menandingi  Bank  Dunia.  Dalam  situasi  sekarang  ini  di  mana  semakin  sulit menemukan sumber pendanaan pembangunan. Tiongkok bahkan telah mengajak India untuk memperkuat kelembagaan AIIB menjadi 100 miliar US Dollar.

Dukungan  Asia  bagi  AIIB  diharapkan  membawa  manfaat  berupa  peningkatan  standar kehidupan  melalui  pembangunan  infrastruktur,  sebagaimana  yang  telah  dialami  oleh Tiongkok. Negara non­Asia seperti Inggris melihat adanya peluang ekonomi bagi mereka lewat  partisipasi  mereka  dalam  AIIB.  Sekutu  AS  seperti  India  dan  Singapura  ikut mendukung AIIB karena melihat adanya peluang investasi infrastruktur.

AIIB sering diumpamakan sebagai New Silk Road (jalan sutera baru). Menurut pendapat Barclays  (lembaga  keuangan  Inggris),  kehadiran  AIIB  sebagai  relasi  kerjasama  yang interdependen berbasis kepentingan ekonomi merupakan Jalan Sutera baru. Manfaatnya akan mendekatkan relasi politik, membangun saling pemahaman yang menguntungkan, dan  menciptakan  stabilitas  jangka  panjang  di  kawasan  ini.  Pada  akhirnya  akan mengurangi risiko geopolitik dan menurunkan peluang konflik militer. 

Menurut Business  Insider,  AS  tentunya  tidak  akan  menerapkan  pembalasan  terhadap sekutunya  yang  mendukung  AIIB,  sehingga  relasi  para  sekutu  dengan  AS  akan  tetap terpelihara  sedangkan  para  sekutu  bisa  memperluas  kerjasama  dengan  Tiongkok. Dengan demikian bisa dikatakan bahwa kelahiran AIIB diharapkan menciptakan stabilitas kawasan di Asia.

Manfaat AIIB bagi Indonesia adalah menyediakan dukungan bagi program langsung yaitu pembangunan  infrastruktur,  sehingga  masyarakat  dapat  secara  langsung  merasakan

(5)

Tweet 2 Bagikan 0

Pengamat: KAA 2015 Perlihatkan Jokowi Antitesis Yudhoyono

Tutup KTT, Jokowi Sebut KAA Forum Terbesar di Luar PBB

KAA – Presiden Jokowi Serukan Reformasi Arsitektur Keuangan Global

Mengembalikan Semangat KAA

manfaat  investasi  asing  secara  langsung.  Sistem  keuangan  global  yang  ada  saat  ini (menurut Stiglitz) tidak mampu menjawab kebutuhan pendanaan pembangunan secara langsung.

Sebenarnya format AIIB mengambil format Bank Dunia mula­mula (pasca Perang Dunia ke­2) di Eropa. Waktu itu Bank Dunia masih secara langsung mendanai pembangunan infrastruktur di Eropa. Dengan adanya AIIB, maka akan mengurangi hegemoni sumber pembiayaan  pembangunan.  Dunia  telah  berubah,  sumber  pembiayaan  pembangunan juga mengalami difersifikasi. Termasuk melalui lahirnya AIIB.

Penulis adalah pemimpin redaksi Jurnal Studi Pembangunan Interdisipliner KRITIS  dan dosen fakultas hukum Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga. 

 BACK   NEXT 

BERITA TERKAIT OPINI

37
(6)

Lagu Amazing Grace Temani Langkah 8 Napi ke Tempat Eksekusi

Delegasi Muslim Afghanistan

Berkunjung ke PGI

Manny Pacquiao: Saya Bertinju untuk Menyenangkan Hati Tuhan

Betulkah Eksekusi Mati untuk Tutupi Kinerja Buruk Kabinet ?

TERPOPULER

OPINI

OPINI lainnya >>

Masalah

Narkoba:

Kegagalan

BNN 

KAA dan

Arsitektur

Baru

Lembaga

Pembangunan

Asia

(7)

ANALISIS

ANALISIS lainnya >>

Kewarganegaraan

Menurut

Hannah

Arendt

Perempuan:

Antara

Emansipasi

dan

Diskriminasi

Monster

Dingin

Kekuasaan

EDITORIAL

EDITORIAL lainnya >>

Agenda

Siapa Di

Belakang

Polri?

Mengapa

Vonis Mati

di Indonesia

Diprotes?

Dilema

Prostitusi

dan

Lokalisasi

INSPIRASI

INSPIRASI lainnya >>

Belajar dari

Mayweather dan

Mourinho

Ini Dunia Bapa

Perdagangan

Manusia

Memaknai Mukjizat

dari Eksekusi

(8)

INDONESIA DUNIA HAM RELIGI EKONOMI MEDIA OLAHRAGA SAINS BUDAYA LAYANAN PUBLIK OPINI ANALISIS EDITORIAL INSPIRASI FLORA & FAUNA FOTO

TENTANG KAMI KONTAK REDAKSI IKLAN

INFORMASI KARIR INDEKS

Gabung bersama kami

Facebook

Twitter

Google +

© Copyright 2012  SatuHarapan.Com  All Rights Reserved.

Referensi

Dokumen terkait

• Memberikan dukungan pembangunan sistem infrastruktur dengan memprioritaskan sistem infrastruktur provinsi/kab/kota seperti SPAM regional, SPAM perkotaan, dan SPAM kawasan

Dengan mengetahui kesulitan pelafalan konsonan bahasa Indonesia yang dialami oleh pembelajar BIPA asal Tiongkok, diharapkan adanya penyesuaian materi dan metode pengajaran

Dengan mengetahui kesulitan pelafalan konsonan bahasa Indonesia yang dialami oleh pembelajar BIPA asal Tiongkok, diharapkan adanya penyesuaian materi dan metode pengajaran

• Dukungan pembangunan infrastruktur regional dan lokal yang diperlukan untuk menghubungkan infrastruktur nasional dengan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi (klaster industri)

Strategi tersebut berupa bantuan/dukungan pemerintah terdapat proyek infrastruktur Semarang Middle Ring Road agar pembangunan sarana infrastruktur dengan melibatkan

MISI TUJUAN SASARAN KEBIJAKAN 8.3 Meningkatnya dukungan rencana percepatan dan perluasan pembangunan infrastruktur sosial ekonomi terhadap rencana pembangunan

Komite Standar Akuntansi Pemerintahan 12.. Suatu entitas harus menilai kemungkinan manfaat ekonomi di masa datang yang5. diharapkan atau jasa potensial dengan menggunakan

Dari perspektif defensif-ofensif, BRI (Belt and Road Initiative) dapat dilihat sebagai strategi ofensif yang ditujukan untuk memperluas kekuatan dan pengaruh Tiongkok dalam sistem internasional. Tiongkok menggunakan kekuatan ekonominya untuk mendanai proyek infrastruktur negara-negara di berbagai kawasan Asia, Afrika, dan