• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV ANALISIS SOSIAL EKONOMI DAN LINGKUNGAN - DOCRPIJM 1519104725Bab IV Analisis Sosek dan Lingkungan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB IV ANALISIS SOSIAL EKONOMI DAN LINGKUNGAN - DOCRPIJM 1519104725Bab IV Analisis Sosek dan Lingkungan"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

161

BAB IV

ANALISIS SOSIAL EKONOMI DAN LINGKUNGAN

4.1. Analisis Sosial

Aspek sosial pada perencanaan pembangunan bidang Cipta Karya diharapkan mampu melengkapi kajian perencanaan teknis sektoral. Salah satu aspek yang perlu ditindaklanjuti adalah isu kemiskinan. Kajian aspek sosial lebih menekankan pada manusianya sehingga yang disasar adalah kajian mengenai penduduk miskin, mencakup data eksisting, persebaran, karakteristik, sehingga kebutuhan penanganannya, seperti tertuang pada tabel berikut ini.

4..1.1. Pengarusutamaan Gender

Gender adalah perbedaan-perbedaan sifat, peranan, fungsi dan status antara laki-laki dan perempuan yang bukan berdasarkan pada perbedaan biologis, tetapi berdasarkan sosial budaya yang dipengaruhi oleh struktur masyarakat yang luas. Dalam mewujudkan keadilan dan kesetaraan gender, Pemerintah Indonesia mendorong pengarusutamaan gender di setiap bidang pembangunan nasional, termasuk di antaranya dalam bidang Cipta Karya. Instruksi Presiden Nomor 9 Tahun 2000 tentang Pengarusutamaan Gender mengamanatkan semua Kementerian, dan Lembaga, Pemerintah Daerah Provinsi, Kabupaten, dan Kota untuk melaksanakan pengarusutamaan gender, sehingga seluruh proses penyusunan perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi dari seluruh kebijakan, program dan kegiatan di seluruh sektor pembangunan mempertimbangkan aspek gender.

(2)

162

Tabel 4.1. Jumlah Penduduk menurut Jenis Kelamin di Kabupaten Belitung Tahun 2016

No. Kecamatan Jumlah Penduduk

Laki-Laki Perempuan Total

1 Membalong 14.385 13.259 27.644

2 Tanjungpandan 51.012 48.251 99.263

3 Badau 7.942 6.893 14.835

4 Sijuk 16.027 14.661 30.688

5 Selat Nasik 3.262 3.027 6.289

Jumlah 92.628 86.091 178.719

Sumber : BPS Kabupaten Belitung, 2017

Tabel 4.2. Jumlah Angkatan Kerja dan Tingkat Pengangguran Penduduk Berumur 15 Tahun Ke Atas Menurut Jenis Kelamin, 2016

No. Uraian Laki-Laki Perempuan Jumlah

1. Angkatan Kerja yang Bekerja 53.927 29.976 83.903

2. Pencari Kerja 3.411 604 4.015

3. Jumlah Angkatan Kerja 57.338 30.580 87.918

4. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja 84,80 49,03 67,64

5. Tingkat Pengangguran 5,95 1,98 4,57

Sumber : BPS Kabupaten Belitung, 2017

(3)

163

gender dilakukan melalui peran serta gender memberikan pembinaan mulai dari tingkat keluarga, sekolah, lingkungan terhadap prilaku hidup bersih dan sehat, Cuci Tangan Pakai Sabun, program CLTS (Community Led Total Sanitation).

Bagaimanapun isu terkait penagrusutamaan gender harus tetap menjadi perhatian dan dikembangkan mengingat adanya kecenderungan peningkatan perbandingan jumlah penduduk laki-laki dan perempuan di Kabupaten Belitung.

Dalam aspek pemberdayaan masyarakat, aspek gender dan kemiskinan, isu strategis yang menjadi dasar pertimbangan adalah:

1. Tingginya tingkat efektifitas dari pemberdayaan masyarakat melalui kelompok masyarakat pemilah sampah serta pokmas-pokmas persampahan pada tingkat bawah dalam memanage sampah skala rumah tangga dalam mendukung pelaksanaan program persampahan pola 3R untuk mengurangi timbulan sampah langsung disumbernya. Keberhasilan ini juga didukung peran aktif pemerintah dalam pelatihan ketrampilan masyarakat dan fasilitasi dukungan sarana dan prasarana salah satunya dengan pengadaan komposter aerob skala rumah tangga; 2. Masih kurangnya kepedulian masyarakat dalam peran serta pengelolaan

persampahan melalui Pokmas Peduli Sampah;

3. Pemberdayaan masyarakat dan kemiskinan dalam program sanitasi salah satunya dengan program Sanitasi Lingkungan Berbasis Masyarakat (SLBM);

4. Peranan pendidikan di sekolah diharapkan memasukkan kurikulum / kegiatan yang menyangkut 3R yang bisa bekerjasama dengan organisasi yang terkait dengan pengolaan sampah.

(4)

164

6. Pembiayaan pembangunan Instalasi Penjernihan Air Limbah (IPAL) Komunal bersifat sharing antara pemerintah dan masyarakat.

7. Masyarakat dan beberapa lembaga swadaya, komunitas dan elemen masyarakat yang memiliki peran penting dalam penanganan masalah-masalah persampahan di Kota Tanjungpandan;

8. Kurangnya kesadaran masyarakat dalam menciptakan lingkungan yaitu membuang limbah langsung ke saluran drainase dan sungai.

9. Dalam kampanye PHBS : memberdayakan keluarga untuk melaksanakan PHBS, mengembangkan kegiatan-kegiatan yang mendukung terwujudnya Rumah Tangga Sehat (mengacu pada 10 indikator PHBS di rumah tangga), melakukan pendataan Rumah Tangga Sehat yang ada di wilayahnya oleh Kader Posyandu.

10. Pengembangan layananan sanitasi di seluruh pelosok areal perkotaan dengan prioritas pada kawasan permukiman yang memiliki risiko tinggi terhadap gangguan kesehatan masyarakat, dan permukiman yang dihuni masyarakat berpenghasilan rendah;

11. Pengembangan layanan sanitasi berbasis masyarakat, khususnya di kawasan-kawasan hunian yang sulit dilayani;

12. Dukungan lembaga formal dan informal di masyarakat (kecamatan, desa/kelurahan, RT/RW, PKK, puskesmas, posyandu, karang taruna, Pengajian/Yassinan), tokoh masyarakat, tokoh agama, sudah ada sebagai sarana sosialisasi program dan pengelolaan sanitasi. Perempuan diberi kesempatan untuk menyampaikan usulan dan mengambil keputusan dalam pengadaan sarana sanitasi di rumah tangga. Sudah ada pembagian tugas dan tukar peran antara laki-laki dan perempuan untuk berbagai jenis kegiatan rumah tangga;

(5)

165

14. Dukungan SKPD terkait sanitasi cukup tinggi terhadap pembangunan sanitasi kota dalam bentuk dana operasional, program, perangkat kerja, dll;

15. Sosialisasi pada masyarakat tentang pengelolaan sarana sanitasi belum memadai.

16. Adanya program-program pemberdayaan masyarakat dan perempuan; 17. Keterbatasan tenaga personil dalam pemberdayaan masyarakat;

18. Perlunya pelatihan penguatan kapasitas masyarakat dalam pengelolaan sanitasi dari pihak luar;

19. Pembinaan Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) dalam pengelolaan sanitasi;

20. Keterlibatan masyarakat dan kaum perempuan dalam pengelolaan sanitasi masih kurang;

21. Kemampuan masyarakat untuk membangun prasarana sanitasi dasar masih rendah;

22. Pendidikan masyarakat yang rendah mengurangi kecepatan pembangunan prasarana dan sarana sanitasi;

23. Kurangnya kemampuan, keterampilan, profesionalisme, dan standar kompetensi dari SDM pengelola prasarana dan sarana Air Limbah baik dibidang teknis, management, dan hubungan masyarakat;

24. Masyarakat miskin kurang mendapat perhatian dalam pengelolaan sanitasi.

25. Meningkatkan pengetahuan dan pemahaman masyarakat dalam pengelolaan sanitasi berbasis masyarakat.

26. Meningkatkan peran serta masyarakat dalam kegiatan sanitasi.

27. Meningkatkan peran serta masyarakat dalam promosi dan sosialisasi penyebarluasan informasi sanitasi.

(6)

166

4.1.2. Identifikasi Kebutuhan Penanganan Sosial pada Pasca Pelaksanaan Pembangunan Bidang Cipta Karya

Aspek sosial terkait dengan pengaruh pembangunan infrastruktur bidang Cipta Karya kepada masyarakat baik pada tahap perencanaannya, tahap pelaksanaan pembangunannya, maupun pada tahap setelah atau pasca pembangunanpengelolaan.

Pada taraf perencanaan, pembangunan infrastruktur permukiman seharusnya menyentuh aspek-aspek sosial yang terkait dan sesuai dengan isu-isu yang marak saat ini, seperti pengentasan kemiskinan serta pengarusutamaan gender. Sedangkan pada saat pembangunan kemungkinan masyarakat terkena dampak sehingga diperlukan proses konsultasi, pemindahan penduduk dan pemberian kompensasi, maupun permukiman kembali.

Kemudian pada tahapan setelah selesainya atau pasca pembangunan perlu diidentifikasi apakah keberadaan infrastruktur bidang Cipta Karya tersebut membawa manfaat atau peningkatan taraf hidup bagi kondisi sosial ekonomi masyarakat di sekitar prasarana yang sudah terbangun dan memberikan dampak positif.

Output kegiatan pembangunan bidang Cipta Karya seharusnya memberi manfaat bagi masyarakat. Manfaat tersebut diharapkan minimal dapat terlihat secara kasat mata dan secara sederhana dapat terukur, seperti kemudahan mencapai lokasi pelayanan infrastruktur, waktu tempuh yang menjadi lebih singkat, hingga pengurangan biaya yang harus dikeluarkan oleh penduduk setempat hanya untuk mendapatkan akses pelayanan tersebut.

(7)

167

Tabel 4.3. Identifikasi Kebutuhan Penanganan Aspek Sosial Pasca Pelaksanaan Pembangunan Bidang Cipta Karya

No. Sektor Program/

Program Peningkatan Kualitas Kawasan Permukiman

Pembangunan Infrastruktur Permukiman Kab. Belitung (KP) PISEW Kabupaten Belitung

4 Kec. di Kab. Belitung

2015 40.000

Pembangunan Infrastruktur Permukiman Kab. Belitung (UB) P2KP Kab. Belitung

Kec. Tanjungpandan

2015 20.000

Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Kws.

Tanjung Pandan Kab. Belitung Tanjungpandan Kec. 2017 20.000

Pembangunan dan Pengembangan Kawasan Permukiman Perdesaan

Pembangunan PSP Permukiman Perdesaan Kws. Membalong Kab. Belitung

Penataan Bangunan Kawasan Strategis Peningkatan Kawasan Perkotaan Kabupaten Belitung

Air Minum Pembangunan SPAM di Kawasan Rawan Air Kaps. 2,5 LPD Lokasi Kws Kacang Butor Kec.

Badau Desa Kacang Botor 2016 800

Kaps. 2,5 LPD Lokasi Desa Sungai Padang Kec.

Sijuk Desa Sungai Padang 2016 800

Pembangunan SPAM Kawasan Rawan Air Kaps.

10 LPD Lokasi Desa Air Seruk Kec. Sijuk Air Seruk 2016 3.200

Pembangunan SPAM Ibu Kota Kecamatan (IKK)

Pembangunan SPAM IKK Lokasi IKK Selat Nasik Selat Nasik 2017 3.200

Pemanfaatan Idle SPAM Perkotaan

Optimalisasi SPAM Lokasi Kec. Badau Badau 2016

Optimalisasi SPAM Lokasi Kec. Tanjung Pandan Tanjungpandan 2016

Optimalisasi SPAM Lokasi IKK Selat Nasik Selat Nasik 2017

Pemanfaatan Idle SPAM di Kawasan Rawan Air

Optimalisasi SPAM Lokasi Kws Bantan Kec.

Membalong Desa Bantan 2016

Optimalisasi SPAM Lokasi Kws Simpang Rusa Kec. Membalong

Desa Simpang Rusa

2016

Pembangunan SPAM di Kawasan Strategis

Pembangunan SPAM Lokasi Kws Tanjung Batu Desa Sungai

Samak 2017 3.200

4 Penyehatan Lingkungan Permukiman

Perencanaan Teknis Manajemen Persampahan Kab. Belitung

Tanjungpandan 2016

Penyusunan DED Drainase Lingkungan Permukiman Kab. Belitung

Tanjungpandan 2016

Perencanaan Infrastruktur Pengembangan PLP Di

Selat Nasik Kab. Belitung Selat Nasik 2016

Penyusunan Outline Plan Sistem Pengelolaan Air

(8)

168 4.2. Analisis Ekonomi

Infrastruktur merupakan roda penggerak pertumbuhan ekonomi dan dipandang sebagai lokomotif pembangunan nasional dan daerah. Peran infrastruktur dalam pembangunan dapat dilihat dari kontribusinya terhadap pertumbuhan ekonomi yang implikasinya terhadap peningkatan kualitas hidup masyarakat. Secara makro ketersediaan pelayanan infrastruktur mempengaruhi marginal productivity of private capital dan secara mikro pengaruh pelayanan infrastruktur adalah mengurangi biaya produksi. Pengaruh infrastruktur terhadap peningkatan kualitas hidup dan kesejahteraan manusia, adalah peningkatan nilai konsumsi, peningkatan produktivitas tenaga kerja dan akses kepada lapangan kerja, serta peningkatan kemakmuran. Infrastruktur Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) merupakan salah satu bentuk pelayanan pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa infrastruktur memang dapat mendorong pertumbuhan ekonomi. Hal ini terlihat dari elastisitasnya yang relatif besar, terutama irigasi, listrik dan jalan. Banyak manfaat yang dapat diperoleh dari melakukan analisis ekonomi terhadap pembangunan infrastruktur Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) bidang Cipta Karya, antara lain:

1. Dapat dijadikan referensi dalam pengalokasian anggaran

2. Dapat dijadikan masukan bagi pimpinan departemen dalam penyusunan kebijakan pembangunan infrastruktur Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat ke depan

3. Mengetahui sektor mana yang paling berpengaruh dalam pertumbuhan ekonomi baik secara makro maupun secara mikro

4. Mengetahui sektor mana yang paling banyak menyerap tenaga kerja baik secara makro ataupun secara mikro

(9)

169

Dari beberapa analisis yang telah dilakukan berbagai pihak terhadap Sektor Air Bersih yang meliputi pengadaan dan penyaluran air bersih, Sektor Bangunan, meliputi penyiapan lahan, konstruksi gedung, pemukiman (tempat tinggal) dan non pemukiman, pembangunan instalasi publik dan kegiatan lainnya, Sektor Prasarana Pertanian, meliputi bangunan pengairan, Sektor Jalan Jembatan & Pelabuhan, meliputi bangunan jalan, jembatan, kereta api dan dermaga misalnya diperoleh kesimpulan bahwa pembangunan sektor Air Bersih, sektor bangunan meningkatkan sektor lainnya, sektor jalan dan jembatan berperan membuka lapangan kerja disektornya sendiri maupun sektor sektor lainnya memberikan efek penggandaan (Multiplier effect) yaitu meningkatkan total output terhadap sektor tersebut, sektor lainnya, perekonomian dan penyerapan tenaga kerja. 4.3. Analisis Lingkungan

(10)

170

lingkungan sangat rentan terjadi, sehingga diperlukan suatu dokumen pengelolaan lingkungan agar dapat menekan seminimal mungkin dampak besar dan negatif yang timbul karena pembangunan infrastruktur.

Menurut UU No. 32/2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, Kajian Lingkungan Hidup Strategis, yang selanjutnya disingkat KLHS, adalah rangkaian analisis yang sistematis, menyeluruh, dan partisipatif untuk memastikan bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan telah menjadi dasar dan terintegrasi dalam pembangunan suatu wilayah dan/atau kebijakan, rencana, dan/atau program. KLHS perlu diterapkan di dalam RPIJM antara lain karena:

1. RPIJM membutuhkan kajian aspek lingkungan dalam perencanaan pembangunan infrastruktur.

2. KLHS dijadikan sebagai alat kajian lingkungan dalam RPIJM adalah karena RPIJM berada pada tataran Kebijakan/Rencana/Program. Dalam hal ini, KLHS menerapkan prinsip-prinsip kehati-hatian, dimana kebijakan, rencana dan/atau program menjadi garda depan dalam menyaring kegiatan pembangunan yang berpotensi mengakibatkan dampak negatif terhadap lingkungan hidup

(11)

171

Tabel 4.4. Kriteria Penapisan KLHS Usulan Program/Kegiatan RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Belitung Tahun 2015-2019

No. Kriteria Penapisan Uraian Pertimbangan Penilaian Kesimpulan

1 2 3 4

1 Perubahan Iklim Usulan kegiatan RPIJM merupakan suatu

upaya untuk mengantipasi dampak perubahan iklim, seperti kegiatan penyediaan air minum sebagai upaya memberikan pelayanan air minum pada daerah sulit air bersih, kemudian kegiatan penyediaan

Tidak Signifikan

Drainase sebagai upaya mengurangi dampak meluasnya genangan akibat curah hujan yang tinggi.

2 Kerusakan,

kemerosotan dan/atau kepunahan

keanekaragaman hayati

Usulan kegiatan RPIJM tidak

bersinggungan dengan kawasan lindung yang berkaitan dengan lingkungan hayati.

Tidak Signifikan

3 Penurunan mutu dan

kelimpahan sumber daya alam

Usulan kegiatan RPIJM justru berupaya menjaga kualitas dan kelimpahan sumber daya air baku, melalui kegiatan penyediaan drainase berbasis konservasi air tanah serta penyediaan IPAL Komunal untuk menjaga kualitas air tanah dari pencemaran air limbah domestik.

Tidak Signifikan

4 Peningkatan alih fungsi

kawasan hutan dan/atau lahan

Usulan kegiatan RPIJM tidak

menyebabkan alih fungsi kawasan hutan atau lahan produktif.

Tidak Signifikan

5 Peningkatan jumlah

penduduk miskin atau terancamnya

keberlanjutan

penghidupan kelompok masyarakat

Usulan kegiatan RPIJM justru sebagai upaya penanggulangan kemiskinan melalui program-program peningkatan swadaya masyarakat seperti kegiatan PNPM dan kegiatan-kegiatan penyediaan infrastruktu r dasar pada kawasan kumuh dan masyarakat

Tidak Signifikan

6 Peningkatan resiko

terhadap kesehatan dan keselamatan manusia

Usulan kegiatan RPIJM justru berupaya meningkatkan kualitas lingkungan permukiman menjadi lebih layak huni bagi masyarakat.

Tidak Signifikan

(12)

172 AMDAL, UKL-UPL dan SPPLH

Pengelompokan atau kategorisasi proyek mengikuti ketentuan yang telah ditetapkan dalam Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 5 tahun 2012 tentang jenis rencana usaha dan/atau kegiatan Wajib AMDAL dan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat No. 10 Tahun 2008 Tentang Penetapan Jenis Rencana Usaha Dan/Atau Kegiatan Bidang Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat yang wajib dilengkapi dengan Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup, yaitu:

1. Proyek wajib AMDAL

2. Proyek tidak wajib AMDAL tapi wajib UKL-UPL 3. Proyek tidak wajib UKL-UPL tapi SPPLH

Checklist kebutuhan analisis perlindungan lingkungan pada program kegiatan RPIJM Bidang Cipta Karya disajikan pada tabel di bawah ini.

Tabel 4.5. Checklist Kebutuhan Analisis Perlindungan Lingkungan pada Program Cipta Karya

No. Komponen Kegiatan Lokasi Amdal UKL/UPL SPPLH

1 2 3 4 5 6

1 Pengembangan Permukiman

Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Kel. Parit, Damai,

Tanjungpendam dan Air Saga

- - V

Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan

(KOTAKU) skala Kota Kampong Damai - - V

Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Kel. Parit Parit - - V

Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan

Kel. Paal Satu Paal Satu - - V

Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan

Kel. Kampung Parit Kelurahan Parit - - V

Peningkatan PSD Perdesaan Desa Air Merbau Desa Air Membau - - V

Pembangunan dan Pengembangan Kawasan

Permukiman Perdesaan Desa Aik Pelempang Jaya Pelempang Jaua Desa Aik - - V

2 Penataan Bangunan dan Lingkungan

Pendampingan Pemeriksaan Keandalan Fisik

Bangunan Gedung Tanjungpandan - - -

Penataan Kawasan Destinasi Wisata Pantai Tanjung

Kelayang (KSPN Tanjung Kelayang) Keciput - V -

Penataan Kawasan Destinasi Wisata Pantai Tanjung

Kelayang (KSPN Tanjung Kelayang) Keciput - V -

Penataan Kawasan Pengembangan Destinasi Wisata

Tanjungpendam Tanjungpendam - V -

Fasilitasi Penyusunan DED Percontohan Ruang

(13)

173

No. Komponen Kegiatan Lokasi Amdal UKL/UPL SPPLH

1 2 3 4 5 6

3 Pengembangan Air Minum

Pembangunan Jaringan Distribusi Utama dan SR dari

Sistem Kacang Botor - V -

Pengembangan Jaringan Perpipaan Distribusi Utama

PDAM Kabupaten Belitung - V -

Pembangunan Jaringan Distribusi Utama dan SR dari

Sistem Kacang Botor - V -

Pengembangan SPAM Perkotaan Tanjungpandan - V -

Optimalisasi SPAM IKK Selat Nasik - - V

Optimalisasi SPAM IKK Badau - - V

Pembangunan SPAM Berbasis Masyarakat Desa

Kembiri - - V

Pembangunan SPAM Berbasis Masyarakat Desa

Gunung Riting - - V

Pembangunan SPAM Berbasis Masyarakat Desa

Pelepak Pute - - V

Pembangunan SPAM Berbasis Masyarakat Desa

Lassar - - V

Pembangunan SPAM Berbasis Masyarakat Desa

Petaling - - V

Peningkatan SPAM Mempadin IKKÂ Sijuk dari 10L/d

ke 20L/d V - -

Pengadaan Peralatan Laboratorium dan Bangunan

UPTD SPAM - - V

Pemanfaatan Idle Capacity SPAM Kab. Belitung - - V - V

Pengembangan Jaringan SPAM IKK Sijuk - - V

Pembangunan Perpipaan JDU Kawasan KSPN

Tanjung Kelayang Provinsi Bangka Belitung - - V

Pembangunan SPAM Kawasan KSPN Tanjung

Kelayang Tanjungpandan Provinsi Bangka Belitung - - V

Optimalisasi SPAM Kawasan Tanjung Batu - - V

Pengembangan Jaringan Perpipaan di Kawasan

Industri Suge - - V

4 Penyehatan Lingkungan Permukiman Pembangunan Sarana Infrastruktur Sanitasi

Kecamatan Selat Nasik Selat Nasik

Pembangunan Drainase Lingkungan Kabupaten

Gambar

Tabel 4.1. Jumlah Penduduk menurut Jenis Kelamin di Kabupaten Belitung Tahun 2016
Tabel 4.3. Identifikasi Kebutuhan Penanganan Aspek Sosial Pasca
Tabel 4.4. Kriteria Penapisan KLHS Usulan Program/Kegiatan RPIJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Belitung Tahun 2015-2019
Tabel 4.5. Checklist Kebutuhan Analisis Perlindungan Lingkungan pada

Referensi

Dokumen terkait

Tabel 6 Distribusi Sebara Item Valid dan Gugur Skala Gaya Kepemimpinan Demokratis. Aspek Item

Hasil penelitian menunjukan bahwa secara simultan yang berpengaruh secara signifikan antara pembiayaan dan simpanan yaitu simpanan yang berpengaruh positif

Rasil analisis mendapatkan koefisien korelasi (rxy) sebesar 0,004 dengan p = 0,969 (p > 0,05) yang berarti bahwa tidak ada hubungan antara Persepsi pasien terhadap Pelayanan

Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan media pembelajaran matematika melalui software program Microsoft PowerPoint 2016 pada materi Bangun Ruang Sisi Datar

tingkat kemampuan kelompok tani yang bersangkutan, Hubungan yang bersifat melembaga itu mencerminkan perilaku pelayanan KUD oleh kelompok tani, Dalam pada itu Satuan Pengendali Bi-

Pola pangan rumah tangga akan mempengaruhi status gizi balita karena setiap makanan yang dikonsumsi keluarga berpengaruh terhadap pola konsumsi balita. Pola pangan balita dapat

Sales promotion kartu kredit yang memiliki cara pandang optimistis akan memandang suatu penolakkan yang diterima dari calon nasabahnya adalah karena calon nasabahnya

Laporan kinerja ini merupakan media pertanggungjawaban kinerja Pemerintah Kabupaten Solok yang berisi pencapaian target indikator Sasaran Strategis Rencana