• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PERTIMBANGAN HAKIM PADA PUTUSAN PENGADILAN NEGERI JOMBANG NOMOR 23/PID.B/2016/PN.JBG TENTANG PENGGELAPAN DALAM JABATAN.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PERTIMBANGAN HAKIM PADA PUTUSAN PENGADILAN NEGERI JOMBANG NOMOR 23/PID.B/2016/PN.JBG TENTANG PENGGELAPAN DALAM JABATAN."

Copied!
92
0
0

Teks penuh

(1)

TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PERTIMBANGAN HAKIM PADA PUTUSAN PENGADILAN NEGERI JOMBANG NOMOR 23/PID.B/2016/PN.JBG TENTANG PENGGELAPAN DALAM JABATAN

SKRIPSI

Oleh ABDUL MAJID NIM : C03212001

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

JURUSAN HUKUM PUBLIK ISLAM PRODI HUKUM PIDANA ISLAM

(2)

TINJAUAN HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PUTUSAN

PENGADILAN NEGERI JOMBANG NOMOR

23/PID.B/2016/PN.JBG TENTANG PENGGELAPAN DALAM

JABATAN

SKRIPSI

Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan

Dalam Menyelesaikan Program Strata Satu Ilmu Syari’ah dan Hukum

Oleh: Abdul Majid NIM. C03212001

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Fakultas Syari’ah dan Hukum

Jurusan Hukum Publik Islam Prodi Hukum Pidana Islam

(3)
(4)
(5)
(6)
(7)

ABSTRAK

Skripsi yang berjudul “Tinjauan Hukum Pidana Islam Terhadap Putusan

Pengadilan Negeri Jombang Nomor 23/Pid.B/2016/Pn.Jbg Tentang Penggelapan Dalam Jabatan” Skripsi ini merupakan hasil dari penelitian kepustakaan untuk menjawab dua pertanyaan, yaitu bagaimana pertimbangan hakim pada putusan Pengadilan Negeri Jombang No.23/Pid.B/2016/PN.JBG tentang penggelapan dalam jabatan dan bagaimana tinjaun hukum pidana Islam terhadap

pertimbangan hakim dalam putusan Pengadilan Negeri Jombang

No.23/Pid.B/2016/PN.JBG tentang penggelapan dalam jabatan.

Sedangkan untuk menganalisis hasil penelitian menggunakan teknik deskriptif analisis verifikatif, yaitu dengan cara memaparkan data dengan jelas dalam hal ini data terkait dengan putusan Pengadilan Negeri Jombang No.23/Pid.B/2016/PN.JBG tentang penggelapan jabatan, kemudian dianalisis dan diverifikasi dengan konsep hukum pidana Islam.

Kesimpulan dari hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis dapat diketahui bahwa Hakim menjatuhkan hukuman telah mempertimbangkan pidana kepada terdakwa sudah sesuai dengan kadar kesalahan dan sudah mencerminkan dengan rasa keadilan masyarakat mengingat pasal 374 KUHP, yang tertuang dalam amar putusan perkara Nomor 23/PID.B/2016/PN.JBG tentang penggelapan dalam jabatan dengan menjatuhkan pidana penjara selama 1 (satu) tahun 4 (empat)

bulan. Hal ini dalam pandangan hukum pidana Islam termasuk jarimah ta’z>ir,

Penerapan hukuman ta’zi>r pada tindak pidana penggelapan dalam jabatan pada

putusan Pengadilan Negeri Jombang dirasa sesuai jika diterapkan dalam konteks

pidana islam, karena ta’zi>r merupakan hukuman yang dijatuhkan serta besar

kecilnya ditentukan oleh ulil amri.

(8)

DAFTAR ISI

Halaman

SAMPUL DALAM ... i

PERNYATAAN KEASLIAN ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

PENGESAHAN ... iv

MOTTO ... v

PERSEMBAHAN ... vi

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TRANSLITERASI ... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi dan Batasan Masalah ... 8

C. Rumusan Masalah ... 9

D. Kajian Pustaka ... 10

E. Tujuan Penelitian ... 13

F. Kegunaan Hasil Penelitian ... 14

G. Definisi Operasional ... 14

H. Metode Penelitian ... 16

I. Sistematika Pembahasan ... 20

BAB II KONSEP HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP TINDAK PIDANA PENGGELAPAN DALAM JABATAN ... 23

A. Konsep Jari>mah ... 23

B. Konsep Jarimah Ta’zi>r ... 28

(9)

xi

BAB III DESKRIPSI PERKARA TENTANG PENGGELAPAN DALAM

JABATAN PERKARA NOMOR 23/PID.B/2016/PN.JBG

PUTUSAN PENGADILAN NEGERI JOMBANG ... 48

A. Gambaran Umum Pengadilan Negeri Jombang ... 48

B. Deskriptif Kasus tentang Penggelapan dalam Jabatan Perkara Nomor 23/PID.B/2016/PN.JBG Putusan Pengadilan Negeri Jombang ... 48

C. Pertimbangan Hukum Hakim ... 62

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PERTIMBANGAN HAKIM PADA PUTUSAN PENGADILAN NEGERI JOMBANG NOMOR 23/PID.B/2016/PN.JBG TENTANG PENGGELAPAN DALAM JABATAN ... 69

A. Analisis Pertimbangan Hakim pada Putusan Pengadilan Negeri Jombang No.23/Pid.B/2016/PN.JBG tentang Penggelapan dalam Jabatan ... 69

B. Analisis Hukum Pidana Islam terhadap Pertimbangan Hakim dalam Putusan Pengadilan Negeri Jombang No.23/Pid.B/2016/PN.JBG tentang Penggelapan dalam Jabatan ... 76

BAB V PENUTUP ... 80

A. Kesimpulan ... 80

B. Saran ... 82

DAFTAR PUSTAKA ... 83

(10)

BAB II

KONSEP HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP TINDAK PIDANA PENGGELAPAN DALAM JABATAN

A. Konsep Jari>mah 1. Definisi

Menurut bahasa kata jari>mah berasal dari kata “jarama” kemudian menjadi bentuk masdar “jara>matan” yang artinya: perbuatan dosa, perbuatan salah atau kejahatan. Pelakunya dinamakan dengan “ja>rim”, dan yang dikenai perbuatan itu adalah “mu’jrom ‘alaihi”, di sisi lain jari>mah mengandung pengertian sebagai perbuatan yang buruk, jelek, atau dosa. Jadi, pengertian jari>mah secara harfiah sama halnya dengan pengertian jina>yah yakni perbuatan yang diharamkan dengan kata lain tindakan yang dilarang atau dicegah oleh syara’ (hukum Islam), dan apabila dilakukan perbuatan tersebut mempunyai konsekuensi membahayakan agama, jiwa, akal, kehormatan, dan harta benda. Dalam banyak kesempatan fuqaha seringkali menggunakan kata jina>yah dengan maksud jari>mah. Kata jina>yah merupakan bentuk verbal noun (masdar) dari kata jana. Secara etimologi jana> berarti berbuat dosa atau salah, sedangkan jina>yah diartikan perbuatan dosa atau perbuatan salah. Kata jana> juga berarti “memetik buah dari pohonnya”. Orang yang berbuat jahat disebut ja>ni> dan orang yang dikenai perbuatan disebut mujna> ‘alaih. Kata jina>yah dalam istilah hukum sering disebut dengan delik atau tindak pidana.1

Jari>mah (tindak pidana) didefinisikan oleh Imam Ahmad sebagai berikut :

اق جيدخ نب عفار نع اَبح نب ىيحي نب دَ حم نع ىيحي انربخأ اق دي ي انثَدح

س

رثك َ ر ث يف عطق َ وقي مَلس هيلع ََ ىَلص ََ وسر تعم

(11)

24

Telah menceritakan kepada kami Yazid berkata; telah mengabarkan kepada kami Yahya dari Muhammad bin Yahya bin Habban dari Rafi' bin Khadij berkata; saya mendengar Rasulullah saw. bersabda: "Tidak ada potong tangan dalam kasus pencurian buah dan lemak kurma". (HR Ahmad).2

Dari definisi di atas, jelaslah bahwa Imam al-Mawardi memasukkan

qis{ha>sh dan diya>t ke dalam tindak pidana hudu>d, sekalipun para ulama

yang lain membedakannya, diantara ulama dewasa ini yang sependapat

dengan pendapat Imam al-Mawardi adalah ‘Abd al-‘Aziz’ Amir. Ia

beralasan bahwa qis{ha<sh dan diya<t itu sama-sama di tentukan sebagai

jari>mah dan hukumnya ditentukan oleh al-Quran dan al-Hadist.3

Dalam menemukan sanksi hukum bagi pelaku tindak pidana

penggelapan dalam hukum Islam terdapat pada fiqih jina>yah, yaitu ta’zi>r

yang berarti hukuman terhadap pelaku yang tidak ditentukan secara tegas

bentuk sanksinya di dalam nash. Hukuman ini dijatuhkan untuk

memberikan pelajaran terhadap terpidana agar ia tidak mengulangi

kejahatan yang pernah dilakukan.4

2. Unsur-Unsur Jari>mah

Jari>mah itu memiliki unsur umum dan unsur khusus. Unsur umum

jari>mah adalah unsur-unsur yang terdapat pada setiap jenis jari<mah,

sedangkan unsur khusus jari>mah adalah unsur-unsur yang hanya terdapat

pada jenis jari>mah tertentu dan tidak terdapat pada jenis jari>mah yang

2Ahmad Muhammad Yusuf, Ensiklopedi Tematis ayat al-Quran dan Hadits, (KH. Achmad

Sunarto), Jilid VII, (Jakarta: Widya Cahaya, 2009), 203.

3 Sayyid Sabiq, Fikih Sunnah, (Moh. Nabhan Husein), Jilid IV, (Bandung: PT. Al-Ma’arif, 1993),

85.

(12)

25

lain. Unsur umum jari>mah itu, seperti telah dikemukakan diatas, terdiri

atas: unsur formal (al-rukn al-syar’i>), yakni telah ada aturannya; (al-rukn

al-ma>di>), yakni telah ada perbuatannya; dan (al-rukn al-adabi>), yakni ada

pelakunya. Setiap jari>mah hanya dapat dihukum, jika memenuhi ketiga

unsur (umum) di atas5.

Unsur khusus jari>mah adalah unsur yang terdapat pada sesuatu

jari{}>mah, namun tidak terdapat pada jari>mah lain. Sebagai contoh,

mengambil harta orang lain secara diam-diam dari tempatnya dalam

jari>mah pencurian, atau menghilangkan nyawa manusia oleh manusia

lainnya dalam jari>mah pembunuhan.6

3. Bentuk-bentuk Jari<mah

Jari>mah itu dapat dibagi menjadi beberapa macam dan jenis sesuai

dengan aspek yang ditonjolkan. Pada umumnya, para ulama membagi

Jari>mah berdasarkan aspek berat dan ringannya hukuman serta ditegaskan

atau tidaknya oleh al-Quran atau al-Hadist. Atas dasar ini, mereka

membaginya menjadi tiga macam, yaitu:7

1. Jari>mah hudu<d,

2. Jari>mah qis{ha<sh/diya<t, dan

3. Jari>mah ta’zi>r.

5 A. Djazuli, Fiqh Jinayah, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1996). 24. 6 Ibid., 63.

(13)

26

Jari>mah h{udu>d, lebih lanjut, meliputi: perzinaan, qadzaf (menuduh

zina), minum khamr (meminum minuman keras), pencurian, perampokan,

pemberontakan, dan murtad.

Jari>mah qis}ha>sh/diya>t, meliputi: pembunuhan sengaja, pembunuhan

semi sengaja, pembunuhan karena kesalahan, pelukan sengaja, dan

pelukan semi sengaja dan pembunuhan karena kesalahan. Alasannya

al-Quran hanya mengenal kedua jenis jari>mah tersebut. Jari>mah ta’zi>r

terbagi menjadi tiga bagian :

1. Jari>mah hudu>d atau qis}ha>sh/diya>t yang subhat atau tidak memenuhi

syarat, namun sudah merupakan maksiat. Misalnya, percobaan

pencurian, percobaan pembunuhan, pencurian dikalangan keluarga,

dan pencurian aliran listrik.

2. Jari>mah-jari>mah yang ditentukan oleh al-Quran dan al-Hadist, namun

tidak ditentukan sanksinya. Misalnya, penghinaan, saksi palsu, tidak

melaksanakan amanah, dan menghina agama.

3. Jari>mah-jari>mah yang ditentukan oleh ulil amri untuk kemaslahatan

umum. Dalam hal ini, nilai ajaran Islam dijadikan pertimbangan

penentuan kemaslahatan umum. Persyaratan kemaslahatan ini secara

terinci diuraikan dalam bidang studi ushul fiqh. Misalnya,

pelanggaran atas peraturan lalu lintas.8

Jari>mah dapat ditinjau berdasarkan niat pelakunya. Dari aspek ini,

jari>mah dibagi menjadi dua, yaitu: jari>mah yang disengaja (jari>mah

8 A. Djazuli, Fiqh Jinayah, (Upaya Menanggulangi dalam Islam), (Jakarta: PT. Raja Grafindo

(14)

27

masqhudah) dan Jari>mah karena kesalahan (jari>mah ghayr

al-maqshudah jari>mahal-khatha’).9

Jari>mah juga dapat dilihat dari segi mengerjakannya, yaitu dengan

cara berbuat atau melakukan tindak pidana. Jari>mah jenis ini disebut

dengan jari>mah i>jabi>yah (delict comisionis). Contohnya mencuri

membunuh, merampok, dan sebagainya. Dalam jari>mah jenis ini

seseorang melakukan maksiat, karena melakukan hal-hal yang dilarang.

Jari>mah jenis lainnya adalah dengan cara tidak melakukan hal-hal yang

diperintahkan, seperti tidak melaksanakan amanah, tidak membayar zakat

bagi orang yang telah wajib membayarnya, dan tidak melaksanakan

shalat. Jari>mah jenis ini disebut dengan jari>mah salabiyah (delict

ommisionis). Dari aspek ini, terdapat juga jari>mah bentuk ketiga, yaitu

yang disebut sebagai jari>mah ijabiyah taqa’u bi thariq al-salab (delict

commisionis per ommisionem commisa). Jari>mah bentuk ketiga ini

sebagaimana dicontohkan oleh mazhab Maliki, Syafi’i, dan Hambali,

adalah seseorang menahan tawanan dan tidak memberinya makanan dan

minuman hingga meninggal, dan hal ini dimaksudkannya untuk

membunuhnya. Orang yang menahan itu dikategorikan sebagai pembunuh

sengaja. Sama halnya dengan kasus seorang ibu yang tidak memberi air

susu kepada anaknya dengan maksud untuk membunuhnya.10

Pembagian jari>mah yang juga penting adalah bertolak dari aspek

korban kejahatan. Sehubungan dengan ini, dibedakan apakah korbannya

(15)

28

itu masyarakat atau perorangan. Jika yang menjadi korban masyarakat,

maka para ulama menyebutnya sebagai hak Allah atau hak jamaah;

sedangkan, jika yang menjadi korbannya perorangan, disebut sebagai hak

adami atau haqq al-afra>d.

B. Konsep Jarimah Ta’zi>r

1. Definisi

Kata ta’zi>r merupakan bentuk masdar dari kata “azara” yang artinya

menolak. Sedangkan menurut istilah adalah pencegahan dan pengajaran

terhadap tindak pidana yang tidak ada ketentuannya dalam had, kifarat

maupun qis}ha>sh.11

Ta’zi>r merupakan salah satu bentuk hukuman yang diancam kepada

pelaku tindak kejahatan yang dijelaskan dalam fiqh jinayat. Ia merupakan

hukuman ketiga setelah hukuman qisas-diyat dan hukuman hudud. Makna

ta’zi>r juga bisa diartikan mengagungkan dan membantu, seperti yang

difirmankan Allah SWT:

رقوتوه ر عتو لوسرو َللاباونم تل

ايصأ ً ر بهوحبستوه

Artinya: “.Supaya kamu sekalian beriman kepada Allah dan Rasul -Nya, menguatkan (agama)-Nya, membesarkan-Nya. dan bertasbih kepada-Nya di waktu pagi dan petang.” (Q.S. Al-Fath ayat 9).12

Maksud dari kata tu’azziru>hu dalam ayat ini adalah

mengagungkannya dan menolongnya. Adapun yang dimaksud dengan

11 Marsum, Fiqh Jinayat, (Hukum Pidana Islam),... 139.

12Depertemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Jakarta: PT.

(16)

29

ta’zi>r mnurut terminologi fikih Islam adalah tindakan edukatif terhadap

pelaku perbuatan dosa yang tidak ada sanksi h}ad dan kafarat atau dengan

kata lain, ta’zi>r adalah hukuman yang bersifat edukatif yang ditentukan

oleh hakim atas pelaku tindak pidana atau pelaku perbuatan maksiat yang

hukumannya belum ada. Mengingat persyaratan dilaksanakannya

hukuman masih belum terpenuhi dalam tindakan-tindakan tersebut.13

Dalam uraian yang lalu telah dijelaskan bahwa dilihat dari hak yang

dilanggar, Jari>mah ta’zi>r dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu:

a. Jari>mah ta’zi>r yang menyinggung hak Allah.

b. Jari>mah ta’zi>r yang menyinggung hak individu.14

Dari segi sifatnya, Jari>mah ta’zi>r dapat dibagi menjadi tiga bagian,

yaitu:

a. Ta’zi>r karena melakukan perbuatan maksiat.

b. Ta’zi>r karena melakukan perbuatan yang membahayakan kepentingan

umum.

c. Ta’zi>r karena melakukan pelanggaran.15

Disamping itu, dilihat dari segi dasar hukum (penetapannya), ta’zi>r

juga dapat dibagi menjadi tiga bagian, yaitu sebagai berikut:

a. Jari>mah ta’zi>r yang berasal dari Jari>mah-Jari>mah hudu>d dan qis}ha>sh,

tetapi syarat-syaratnya tidak terpenuhi, atau ada syubhat, seperti

pencurian yang tidak mencapai nishab, atau oleh keluarga sendiri.

13 Sayyid Sabiq, Fikih Sunnah, (Bandung: PT Alma’arif, 2004), 159.

14 Marsum, Jarimah Ta’zir Perbuatan Dosa dalam Hukum Pidana Islam, (Yogyakarta: Fakultas

Hukum UII, 1988). 34.

(17)

30

b. Jari>mah ta’zi>r yang jenisnya disebutkan dalam nas syara’ tetapi

hukumannya belum ditetapkan, seperti riba, suap, dan mengurangi

takaran dan timbangan.

c. Jari>mah ta’zi>r yang baik jenis maupun sanksinya belum ditentukan

oleh syara’.16

Jenis ketiganya ini sepenuhnya diserahkan kepada ulil amri, seperti

pelanggaran disiplin pegawai pemerintah. Abdul Aziz Amir membagi

Jari>mah ta’zi>r secara rinci dibagi menjadi beberapa bagian, yaitu:

a. Jari>mah ta’zi>r yang berkaitan dengan pembunuhan

Pembunuhan diancam dengan hukuman mati. Apabila hukuman

mati (qis}ha>sh) dimaafkan maka hukumannya diganti dengan diat.

Apabila hukuman diat dimaafkan juga maka ulil amri berhak

menjatuhkan hukuman ta’zi>r apabila hal iti dipandang lebih maslahat.

b. Jari>mah ta’zi>r yang berkaitan dengan pelukaan

Menurut Imam Malik, hukuman ta’zi>r dapat digabungkan dengan

qis}ha>sh dalam Jari>mah pelukaan, karena qis}ha>sh merupakan hak

adami, sedangkan ta’zi>r sebagai imbalan atas hak masyarakat.

Disamping itu ta’zi>r juga dapat dikenakan terhadap Jari>mah pelukaan

apabila qis}ha>sh nya dimaafkan atau tidak bisa dilaksanakan karena

suatu sebab yang dibenarkan oleh syara’.

c. Jari>mah ta’zi>r yang berkaitan dengan kejahatan terhadap kehormatan

dan kerusakan akhlak.17

(18)

31

Jari>mah ta’zi>r macam yang ketiga ini berkaitan dengan Jari>mah

zina, menuduh zina, dan penghinaan. Diantara kasus perzinaan yang

diancam dengan ta’zi>r adalah perzinaan yang tidak memenuhi syarat

untuk dikenakan hukuman had, atau terdapat syubhat dalam

pelakunya, perbuatannya, atau tempat (objeknya).

d. Jari>mah ta’zi>r yang berkaitan dengan harta

Jari>mah yang berkaitan dengan harta adalah Jari>mah pencurian

dan perampokan. Apabila kedua Jari>mah tersebut syarat-syaratnya

telah dipenuhi maka pelaku dikenakan hukuman had. Akan tetapi,

apabila syarat untuk dikenakannya hukuman had tidak terpenuhi

maka pelaku tidak dikenakan hukuman had, melainkan hukuman

ta’zi>r.

e. Jari>mah ta’zi>r yang berkaitan dengan kemaslahatan individu

Jari>mah ta’zi>r yang termasuk dalam kelompok ini, antara lain

seperti saksi palsu, berbohong (tidak memberikan keterangan yang

benar) di depan sidang pengadilan, menyakiti hewan, melanggar hak

privasi orang lain (misalnya masuk rumah orang lain tanpa izin).

f. Jari>mah ta’zi>r yang berkaitan dengan keamanan umum

Jari>mah ta’zi>r yang termasuk dalam kelompok ini adalah:

1) Jari>mah yang mengganggu keamanan negara.

2) Suap

(19)

32

3) Tindakan melampaui batas dari pegawai atau pejabat yang lalai

dalam menjalankan kewajiban.

4) Pelayanan yang buruk dari aparatur pemerintah terhadap

masyarakat.

5) Melawan petugas pemerintah dan membangkang terhadap

peraturan, seperti melawan petugas pajak, penghinaan terhadap

pengadilan, dan menganiaya polisi.

6) Melepaskan narapidana dan menyembunyikan buronan

(penjahat).

7) Pemalsuan tanda tangan dan stempel.

8) Kejahatan yang berkaitan dengan ekonomi, seperti penimbunan

bahan-bahan pokok, mengurangi timbangan dan takaran, dan

menaikkan harga dengan semena-mena.18

2. Macam-macam Ta’zi>r

Dalam hukum Islam, hukuman ta’zi>r yang terbagi menjadi beberapa

macam-macam diantaranya:

a. Hukuman Mati

Pada dasarnya, hukuman ta’zi>r menurut hukum Islam bertujuan

untuk mendidik. Hukuman ta’zi>r diperbolehkan jika ketika diterapkan

biasanya akan aman dari akibatnya yang buruk. Artinya, ta’zi>r tidak

sampai merusak/membinasakan. Karena itu, tidak boleh ada hukuman

(20)

33

mati (qalt) atau pemotongan anggota badan (qalt) dalam hukuman

ta’zi>r . Sebagian besar fuqoha memberikan pengecualian dari aturan

umum tersebut yaitu memperbolehkan penjatuhan hukuman mati

sebagai hukuman ta’zi>r manakala kemaslahatan umum menghendaki

demikian atau kerusakan yang diakibatkan oleh pelaku tidak bisa

ditolak kecuali dengan jalan membunuhnya, seperti menjatuhkan

hukuman mati kepada mata-mata, penyeru bid’ah (pembuat fitnah)

dan residivis yang berbahaya.

Karena hukuman mati merupakan suatu pengecualian dari aturan

hukuman ta’zi>r, hukuman tersebut tidak boleh diperluas atau

diserahkan seluruhnya kepada hakim seperti halnya

hukuman-hukuman ta’zi>r yang lain. Hal ini karena penguasa harus

menentukan macam tindak pidana yang boleh dijatuhi hukuman mati.

Para fukaha telah berijtihad dalam menentukan tindak pidana-tindak

pidana tersebut. Mereka menetapkn bahwa hukuman mati tidak boleh

dijatuhkan kecuali apabila kebutuhan menuntut diterapkannya

demikian, yakni manakala pelaku terus mengulangi tindak pidananya

dan tidak ada harapan untuk memperbaikinya atau bila

membunuhnya adalah suatu kebutuhan untuk mencegah kerusakan

dan memelihara kemaslahatan masyarakat darinya.19

Ulama Hanafiyah secara umum membolehkan hukuman mati

sebagai ta’zi>r dengan menamakan hukuman ini sebagai hukuman

(21)

34

politik (siyasah). Sebagian Ulama Hanabilah, khususnya Ibnu

Taimiyah dan muridnya, Ibnu Qayyim, dan sebagian kecil ulama

Malikiyah, mengadopsi pendapat ini, kebanyakan tindak pidana yang

diperbolehkan oleh ulama Hanafiyah untuk dijatuhi hukuman mati,

baik sebagai hukuman ta’zi>r maupun hukuman politik, oleh ulama

madhab yang lain dianggap sebagai hukuman h{udu>d atau qis}ha>sh.

Karena itu, apa yang dianggap sebagai suatu kelonggaran dalam

madhab Hanafi, itu tidak lain merupakan kelonggarang yang jelas.

Misalnya, Ulama’ Hanafiyah memperbolehkan penjatuhan hukuman

mati sebagai hukuman ta’zi>r terhadap tindak pidana pembunuhan dan

tindak pidana homo seksual.

b. Hukuman Dera (Jild)

Hukuman dera merupakan salah satu hukuman pokok dalam

hukum Islam dan juga merupakan hukuman yang ditetapkan untuk

tindak pidana hudud dan ta’zi>r. Hukuman ini bahkan merupakan

hukuman yang diutamakan bagi tindak pidana ta’zi>r yang

berbahaya.20 Sebab-sebab pengutamaan hukuman hukuman tersebut

adalah beberapa hal berikut ini.

1) Lebih banyak berhasil dalam memberantas para pelaku

berbahaya yang biasa melakukan tindak pidana.

2) Hukuman dera mempunyai dua batas, yaitu batas tertinggi dan

batas terendah. Hakim bisa memilih jumplah dera yang terletak

(22)

35

antara keduanya yang sesuai dengan tindak pidana dan keadaan

diri pelaku sekaligus.

3) Dari segi pembiayaan pelaksanaannya, hukuman dera tidak

merepotkan keuangan negara dan tidak pula menghentikan daya

usaha pelaku ataupun penyebabnya keluarganya terlantar

sebagaimana yang diakibatkan oleh hukuan kurungan. Ini karena

hukuman dera dilaksanakan seketika dan sesudah itu pelaku bisa

langsung bebas.

4) Hukuman dera dapat menghindarkan pelaku dari akibat-akibat

buruk penjara, seperti rusaknya akhlak, kesehatan, dan terbiasa

menganggur bermalas-malasan.

c. Batas Tertinggi (Maksimal) Hukuman Dera.

Para fukaha berbeda pendapat dalam menetapkan batas tertinggi

hukuman dera dala tindak pidana ta’zi>r. Menurut pendapat yang

populer dalam mazhab maliki, penentuan batas tertinggi diserahkan

kepada penguasa karena hukuman ta’zi>r didasarkan pada

kemaslahatan masyarakat dan atas dasar berat ringannya tindak

pidana sehingga penguasa dapat melakukan ijtihad. Berdasarkan hal

ini, Imam Malik membolehkan penjatuhan hukuman dera tidak lebih

dari seratus kali. Sementara itu, Imam Abu Hanifah dan Muhammad

berpendapat bahwa batas tertinggi hukuman dera dalam tindak

pidana ta’zi>r adalah 39 kali, sedangkan menurut Abu Yusuf, sebanyak

(23)

36

mencapai hukuman hudud, ia termasuk orang-orang yang melampaui

batas”.21

Perbedaan di antara fukoha tersebut terjadi karena menurut Abu

Hanifah dan Muhammad, lafal hudud dalam hadist tersebut ialah

hudud (batas tertinggi) bagi siapapun, sedangkan empat puluh dera

merupakan batas tertinggi bagi bagi seorang hamba yang melakukan

tindak pidana qasaf. Bila jumplah tersebut dikurangi satu, akan

menjadi batas tertinggi hukuman ta’zi>r, taitu 39 kali. Adapun

menurut Abu Yusuf, lafal hudud adalah batas tertinggi bagi

orang-orang merdeka dan sedikit-sedikitnya adalah delapan puluh kali dera.

Karena itu, apabila dilakukan analogi, seharusnya batas tertinggi

hukuman dera adalah 79 kali dera. Akan tetapi, Abu Yusuf

mengikuti tindakan Ali Bin Abi Thalib yang menjadikan batas

tertinggi tindak pidana ta’zi>r sebanyak 75 kali dera. Artinya, batas

terendah untuk orang merdeka (delapan puluh kali dera) dikurangi

lima.

Dalam mazhab Syafi’i terdaapat tiga pendapat. Pendapat

pertama sesuai dengan pendapat Abu Hanifah dan Muhammad.

Pendapat kedua sesuai dengan pendapat Abu Yusuf. Adapun

pendapat ketiga mengatakan bahwa hukuman dera dalam tindak

pidana ta’zi>r boleh lebih dari 75 kali, akan tetapi tidak boleh lebih

dari seratus kali, dengan syarat ta’zi>r tersebut hampir sejenis dengan

(24)

37

tindak pidana hudud (yang dijatuhi hukuman hudud). Contohnya,

tindak pidana bermain-main dengan perempuan (bercumbu) dijatuhi

hukuman dera yang kurang dari hukuman hudud tindak pidana zina

walaupun boleh lebih dari hukuman hudud tindak pidana qasaf.

Dalam mazhab hambali ada lima pendapat. Tiga diantaranya

sama dengan pendaapat mazhab syafi’i. Pendapat yang ke empat

mengatakan bahwa hukuman dera tidak boleh menyyamai hukuman

yang dijatuhkan terhadap tindak pidana lain yang sejenis, tetapi boleh

melebihi hukuman tindak pidana lain yang tidak sejenis

dengannnya.22

d. Hukuman Kawalan (Penjara Kurungan)

Ada dua macam hukuman kawalan dalam hukum Islam, yaitu

yaitu hukuman kawalan terbatas (waktunya) dan hukuman kawalan

tidak terbatas.

1) Hukuman kawalan terbatas. Hukum Islam menetapkan hukuman

kawalan terbatas untuk untuk pidana ta’zi>r biasa dan juga pidana

ringan/biasa. Sebagaimana telah disebutkan sebelumnya bahwa

para fuqoha lebih mengutamakan hukuman dera dari pada

hukuman lain atas pidana yang sangat berbahaya atau pelaku

sangat berbahaya yang tidak hanya dapat diberantas dengsn

hukuman dera. Batas terendah hukuman ini ialah satu hari,

sedangkan batas tertinggi tidak ada kesepakatan para fuqaha.

(25)

38

Sebaian ulama berpendapat bahwa batas tertinggi tidak lebih dari

enam bulan, sebagian lain berpendapat bahwa batas tertinggi

diserahkan penguasa.

2) Hukuman kawalan (kurungan) tidak terbatas. Hukuman tidak

terbatas ini adalah orang yang berbahaya, yang terbiasa

melakukan tindak pidana (mu’tadul irjam), orang yang biasa

melakukan tindak pidana pembunuhan, penganiayaan, dan

pencurian, atau orang yang tindak pidananya tidak dicegah

dengan hukuman biasa, terhukum terus dikurung sampai ia

menampakkan tobat dan baik pribadinnya atau sampai ia mati.

e. Hukuman pengasingan (at – Tagri>b wal-Ib’a>d)

Hukuman pengasingan merupakan salah satu jenis hukuman

ta’zi>r. Untuk jariman-jarimah selain zina, hukuman ini diterapkan

apabila perbuatan pelaku dapat menjalar atau merugikan orang lain.

Hukuman pengasingan ini tidak boleh diperpanjang waktunya. Sebab

tidak ada nash yang menerangkan batas maksimal bagi sanksi

pengasingan. Meski demikian, tatkala menjatuhkan sanksi

pengasingan bagi pezina (laki-laki dan perempuan) yang statusnya

ghairu muhshan, syara’ telah menetapkan satu tahun lamanya. Dan

meskipun nafiy bukanlah had yang wajib (dalam kasus zina), akan

tetapi imam boleh menyandarkan pengasingan kepada jilid, meskipun

syara’ tidak menjadikannya lebih dari 1 tahun.23

(26)

39

Selain itu tidak ada nash yang melarang penjatuhan sanksi

pengasingan lebih dari waktu tersebut. Namun dengan syarat

batas waktu tersebut tidak dianggap mukim (menetap) menurut

kebiasaan.

Pengasingan hanya terjadi di dalam batas Daulah Islamiyah saja.

Jadi, pengasingan tidak boleh dilakukan di luar batas Daulah

Islamiyah. Jika itu terjadi berarti telah keluar dari negeri Islam

menuju negeri kufur. Lebih baik, negara menetapkan tempat tertentu

untuk pengasingan. Dengan demikian, pengasingan yang paling tepat

untuk dijadikan sanksi haruslah berupa pengusiran, yang bisa

mengucilkan seseorang, supaya pengusiran tersebut benar-benar

menyakitkan terpidana, sehingga sanksi tersebut bisa berfungsi

sebagai pencegah.

f. Hukuman Pemboikotan (Al-Hijri)

Pemboikotan, yaitu seorang penguasa menginstruksikan

masyarakat untuk tidak berbicara dengan seseorang dalam batas

waktu tertentu. Ini dilakukan berdasarkan dalil pada peristiwa yang

menimpa tiga orang sahabat yang tidak turut berperang. Ketika

mengetahui hal itu, Rasulullah saw melarang kaum Muslim untuk

berbicara dengan mereka. Ini merupakan sanksi bagi mereka. Umar

(27)

40

dan memerintahkan masyarakat untuk tidak berbicara dengannya.

Namun demikian, sanksi ini diberlakukan jika sanksi tersebut bisa

menjadi pencegah, yakni bagi mereka yang memiliki perasaan.24

g. Hukuman Salib

Sanksi ini berlaku dalam satu kondisi, yaitu jika sanksi bagi

pelaku kejahatan adalah hukuman mati. Terhadapnya boleh dijatuhi

hukuman salib. Ia (terhukum) tidak dilarang untuk makan, minum,

wudu, dan salat dengan isyarat. Masa penyaliban ini tidak boleh lebih

dari tuga hari. Di antara sumber hukumnya adalah sunnah fi’liyah,

dimana Nabi pernah menjatuhkanhukuman salib sebagai ta’zi>r yang

dilakukan di suatu pegunungan Abu Nab.

h. Hukuman Denda (Ghuramah)

Hukuman denda bisa merupakan hukuman pokok yang berdiri

sendiri dan dapat pula digabungkan dengan hukuman pokok lainnya.

Penjatuhan hukuman denda bersama-sama dengan hukuman yang lain

bukan merupakan hal yang dilarang bagi seorang hakim yang

mengadili perkara jarimah ta’zi>r, karena hakim diberi kebebasan yang

penuh dalam masalah ini. Dalam hal ini hakim dapat

mempertimbangkan berbagai aspek, baik yang berkaitan dengan

jarimah, pelaku, situasi, maupun kondisi tempat dan waktunya.

Syariat Islam tidak menetapkan batas terendah atau tertinggi

dari hukuman denda. Hal ini sepenuhnya diserahkan kepada hakim

(28)

41

dengan mempertimbangkan berat ringannya jarimah yang dilakukan

oleh pelaku. Apabila seorang qodli telah menetapkan sanksi tertentu,

maka ia tidak boleh membatalkan ketetapannya. Dalam kondisi

semacam ini, yakni dalam kondisi pelaku dosa tidak mampu

membayar ghuramah (ganti rugi), yang lebih tepat adalah denda

harus diambil dari harta yang ada padanya, itupun jika ada. Namun

jika ternyata tidak ada, maka ditunggu sampai ia memiliki harta,

baru kemudian ghuramah (ganti rugi) tersebut diserahkan kepada

negara.

i. Hukuman-hukuman yang lain

Ancaman merupakan salah satu hukuman ta’zi>r, dengan syarat

akan membawa hasil dan bukan ancaman kosong. Contohnya seperti

ancaman akan dijilid atau dipenjara, atau dijatuhi hukuman yang

lebih berat, apabila pelaku mengulangi perbuatannya. Termasuk

juga ancaman apabila hakim menjatuhkan keputusannya, kemudian

pelaksanaannya ditunda sampai waktu tertentu. Selain ancaman,

teguran, dan peringatan, juga merupakan hukuman ta’zi>r yang dapat

dijatuhkan oleh hakim, apabila dipandang perlu. Disamping

hukuman yang telah disebutkan, terdapat

hukuman-hukuman ta’zi>r yang lain. Hukuman-hukuman tersebut adalah sebagai

berikut.

1) Peringatan keras.

(29)

Hukuman-hukuman ta’zi>r yang telah disebutkan di atas

merupakan hukuman-hukuman yang paling penting, yang mungkin

diterapkan untuk semua jenis jarimah ta’zi>r. Akan tetapi, di samping

itu masih ada hukuman- hukuman lain yang sifatnya spesifik dan

tidak bisa diterapkan pada setiap jarimah ta’zi>r . Di antara hukuman

tersebut adalah pemecatan dari jabatan atau pekerjaan, pencabutan

hak-hak tertentu, perampasan alat-alat yang digunakan untuk

melakukan jarimah, penayangan gambar penjahat di muka umum dan

lain-lain.26

j. Hukum peringatan (al-wa’su) Hukuman yang lebih ringan darinya.

Dalam hukum Islam, hukuman peringatan termasuk kategori

hukuman ta’zi>r. Hakim boleh hanya menghukum pelaku dengan

hukuman peringatan bila hukuman ini cukup membawa hasil, yakni

memperbaiki pribadi pelaku dan mencegahnya untuk mengulangi

perbuatannya (berefek jera). Dalam hukum Islam, masih ada

hukuman ta’zi>r yang lebih ringan dari peringatan, yaitu disiarkannya

nama pelaku pidana atau dihadapkannya pelaku ke muka pengadilan

sebagai bentuk hukuman ta’zi>r.

k. Hukuman Pengucilan.

25 Ahmad WardiMuslich, Hukum Pidana Islam...,268.

26 Ahmad Wardi Muslich, Pengantar dan Asas-Asas Hukum Pidana Islam,(Jakarta: Sinar Grafika,

(30)

43

Diantara hukuman ta’zi>r dalam hukum Islam adalah hukuman

pengucilan (hajr) sebagai hukuman yang dijatuhkan kepada istri.

Dalam sejarah, Rasulullah pernah menjatuhkan hukuman pengucilan

terhadap tiga orang yang tidak ikut serta dalam perang tabuk, yaitu

ka’ab bin malik, miratah bin Rubai’ih al-amiri dan hilal bin umaiyah.

Ketiganya di kucilkan lima puluh hari dan tidak di ajak bicara sampai

akhirnya turun wahyu.

3. Unsur-Unsur

Unsur-unsur dijatuhkannya hukuman ta’zi>r bagi pelaku Jari>mah,

antara lain:

a. Nas al-Qur’an dan hadis yang melarang perbuatan dan

mengancamkan hukuman terhadapnya, dan unsur ini biasanya disebut

sebagai unsur formil (rukun syara’).

b. Adanya tingkah laku yang membentuk Jari>mah, baik berupa

perbuatan-perbuatan nyata ataupun sikaptidak berbuat. Dan unsur ini

biasanya disebut sebagai unsur materil.

c. Pelaku adalah orang mukallaf, yaitu orang yang dimintai pertanggung

jawabannya atas perbuatan Jari>mah tersebut. Dan unsur ini biasanya

disebut unsur moril.27

C. Tindak Pidana Penggelapan dalam Jabatan Menurut KUHP

(31)

44

1. Penggelapan

Penggelapan jabatan adalah penyalahgunaan wewenang karena jabatan

atau kedudukannya yakni yang bersangkutan melakukan perbuatan yang

bertentangan dengan hak dan kewajibannya.28 Tindak pidana

menyalahgunakan wewenang, jabatan atau amanah tersebut adalah tindak

pidana yang dilakukan oleh seseorang yang memiliki jabatan atau

kedudukan. Seseorang tersebut menyalahgunakan kewenangan, kesempatan,

atau sarana yang ada padanya, karena jabatan atau kedudukan tersebut

bertujuan menguntungkan diri sendiri atau orang lain.

Oleh karena itu dalam hal ini tindak pidana penggelapan diatur dalam

pasal 372 dan 374 KUHP, yaitu :

Barang siapa dengan sengaja dan melawan hukum memiliki barang

sesuatu yang seluruhnya atau sebagian adalah kepunyaan orang lain, tetapi

yang ada dalam kekuasaannya bukan karena kejahatan diancam karena

penggelapan, dengan pidana penjara paling lama empat tahun atau pidana

denda paling banyak sembilan ratus rupiah.29

Unsur- unsur dari pasal tersebut yaitu :

a. Unsur “Barang siapa”, adalah menunjuk kepada pelaku tindak pidana, dimana Pelaku ini adalah subyek hukum yang dapat mempertanggungjawabkan perbuatannya baik jasmani maupun rohani.

b. Unsur “Dengan Sengaja”, bahwa kesengajaan yang dimaksud haruslah meliputi seluruh unsur subjektif dari pasal ini.

28Nur Basuki Minarno, Penyalahgunaan Wewenang dan Tindak Pidana Korupsi dalam

Pengelolaan Keuangan Daerah, 38.

(32)

45

c. Unsur “Memiliki secara melawan hukum (Zich Wederrechtelijk Toeeigenen)”, adalah menunjukkan sifatnya yang melawan hukum dari perbuatan yang telah dilakukan oleh pelaku, dimana menurut Profesor Strijd Met datgene berarti bertentangan dengan kepatutan di dalam pergaulan masyarakat.

d. Unsur “Suatu Benda”, adalah bahwa perbuatan menguasai bagi dirinya sendiri secara melawan hukum itu harus ditujukan kepada “benda-benda yang berwujud dan bergerak”

e. Unsur “Yang seluruhnya atau sebagian milik orang lain”, adalah tidak setiap benda berwujud dan bergerak yang dapat dijadikan objek dari kejahatan penggelapan, oleh karena itu benda tersebut harus memenuhi syarat dimiliki oleh orang lain dari si pelaku itu sendiri.

f. Unsur “yang ada dalam kekuasaannya bukan karena kejahatan”, adalah sesuatu benda itu dapat berada dibawah kekuasaan seseorang tidaklah selalu karena kejahatan, misalnya karena adanya perjanjian sewa-menyewa, pinjam-meminjam, dan sebagainya.

Pasal 374 KUHP: Penggelapan yang dilakukan oleh orang yang

penguasaannya terhadap barang disebabkan karena ada hubungan kerja atau

karena pencarian atau karena mendapat upah untuk itu, diancam

dengan pidana penjara paling lama lima tahun.

Unsur- unsur dari pasal tersebut sama dengan Pasal 372 Kitab Undang-

undang Hukum Pidana namun ditambahkan dengan unsur yang memberatkan

yaitu :

(33)

46

b. “Mata pencahariannya”. Bahwa, unsur dikarenakan mata pencahariannya, adalah apabila seseorang itu melakukan sesuatu perbuatan bagi orang lain secara terbatas dan tertentu.

c. “Mendapat imbalan jasa”. Bahwa, unsur dikarenakan mendapat imbalan

jasa, apabila seseorang itu melakukan sesuatu perbuatan tertentu bagi

orang lain, dan untuk mana ia telah mendapat upah.

2. Pencurian

Disebutkan dalam Pasal 362 KUHP bahwa :

“Barang siapa mengambil barang sesuatu, yang seluruhnya atau sebagian kepunyaan orang lain, dengan maksud untuk dimiliki secara melawan hukum, diancam karena pencurian, dengan pidana penjara paling lama lima tahun atau pidana denda paling banyak sembilan ratus rupiah”.30

Pencurian mempunyai beberapa unsur yaitu:

a. Unsur objektif, terdiri dari: Perbuatan mengambil, Objeknya suatu benda,

unsur keadaan yang menyertai/melekat pada benda, yaitu benda tersebut

sebagian atau seluruhnya milik orang lain.

b. Unsur-unsur subjektif, terdiri dari: Adanya maksud, Yang ditujukan untuk

memiliki, Dengan melawan hukum

Suatu perbuatan atau peristiwa, baru dapat dikualifisir sebagai

pencurian apabila terdapat semua unsur tersebut diatas.31 Dari adanya unsur

perbuatan yang dilarang mengambil ini menunjukkan bahwa pencurian

adalah berupa tindak pidana formil. Mengambil adalah suatu tingkah laku

positif/perbuatan materiil, yang dilakukan dengan gerakan-gerakan otot yang

30 Pasal 362 KUHP, R. Soesilo, (Bogor: Politeia, 1991)

(34)

47

disengaja yang pada umumnya dengan menggunakan jari-jari dan tangan

yang kemudian diarahakan pada suatu benda, menyentuhnya, memegangnya,

dan mengangkatnya lalu membawa dan memindahkannya ketempat lain atau

(35)

BAB III

DESKRIPSI PERKARA TENTANG PENGGELAPAN DALAM JABATAN PERKARA NOMOR 23/PID.B/2016/PN.JBG PUTUSAN PENGADILAN

NEGERI JOMBANG

A. Gambaran Umum Pengadilan Negeri Jombang

Pengadilan Negeri Jombang sudah ada sejak jaman Hindia Belanda

yang pada waktu itu bernama Landraad berkantor disebelah Timur

Alon-alon Mojokerto dan berdekatan dengan kantor Kabupaten Mojokerto yang

daerah wilayah hukumnya meliputi Kota, Kabupaten Mojokerto dan

Kabupaten Jombang.

Selanjutnya pada tahun 1954 diadakan pemisahan daerah hukum

dimana untuk Kabupaten Jombang telah didirikan Pengadilan Negeri

Jombang dan Pengadilan Negeri Mojokerto tetap meliputi daerah Kota dan

Kabupaten Mojokerto. Tahun 1970 Kantor Pengadilan Negeri Jombang

secara resmi pindah dari Kantor lama ke Kantor baru di Jalan KH Wahid

Hasyim No. 135 Jombang sampai sekarang.1

B. Deskriptif Kasus tentang Penggelapan dalam Jabatan Perkara Nomor

23/PID.B/2016/PN.JBG Putusan Pengadilan Negeri Jombang

Bahwa terdakwa Adi Sudarto, pada sekitar tanggal 10 Juli 2015

sampai dengan tanggal 27 Oktober 2015 atau setidak-tidaknya pada suatu

(36)

49

waktu dalam tahun 2015, bertempat di kantor penjualan PT Sinar Sosro

Jombang yang beralamat di Jl. Raya Balong Besuk No 9-11 Ds. Ceweng

Kec. Diwek Kabupaten Jombang atau setidak-tidaknya pada suatu tempat

yang masih termasuk dalam daerah hukum Pengadilan Negeri Jombang

yang berwenang memeriksa dan mengadili perkara ini dengan sengaja dan

melawan hukum memiliki barang sesuatu yang sesebagian milik orang lain,

dan barang tersebut ada dalam kekuasaannya bukan karena kejahatan, yang

dilakukan oleh orang yang penguasaannya terhadap barang disebabkan

karena ada hubungan kerja atau karena pencarian atau karena mendapat

upah untuk itu, yang dilakukan oleh terdakwa bahwa pada waktu dan

tempat tersebut di atas. awalnya terdakwa Adi Sudarto yang bekerja pada

PT Sinar Sosro berdasarkan Surat keputusan Promosi tetap karyawan

nomor: 117/PR/PERS-KPWJT/SS/07/12 tanggal 3 Juli 2012, yang

mempunyai tugas meliputi penjualan tunai, penjualan kredit, melakukan

penagihan penjualan kredit dan menerima pembayaran dari pelanggan.

Kemudian menyerahkan uang pembayaran atau tagihan penjualan

kredit dari para pelanggan kepada PT Sinar Sosro, kemudian dalam

melaksanakan tugasnya tersebut, pada sekitar tanggal 10 Juli 2015 sampai

dengan tanggal 27 Oktober 2015, terdakwa menerima pemesanan produk

PT Sinar Sosro dari para pelanggan yang menjadi tanggung jawab

terdakwa, dan pembayarannya dilakukan dengan secara kredit, selanjutnya

terdakwa melakukan penagihan kepada para pelanggan yang melakukan

(37)

50

membayar pembelian produk PT Sinar Sosro tersebut dengan cara

menyerahkan sejumlah uang pembayaran kepada PT Sinar Sosro melalui

terdakwa yang mana hal tersebut adalah merupakan tugas terdakwa,

dimana para pelanggan yang telah menyerahkan uang kepada terdakwa

tersebut, yakni:2

6 Askan Wisnu Wardana Jombang 8.600.000

7 Askan Wisnu Wardana Jombang 4.275.000

8 Askan Wisnu Wardana Jombang 4.085.000

9 Askan Wisnu Wardana Jombang 1.275.000

10 Askan Wisnu Wardana Jombang 2.125.000

11 Askan Wisnu Wardana Jombang 3.400.000

12 Askan Wisnu Wardana Jombang 2.822.500

13 Askan Wisnu Wardana Jombang 3.570.000

14 Askan Wisnu Wardana Jombang 4..275.000

15 Mama Ii Jombang 2.250.000

16 Mama Ii Jombang 2.250.000

17 Teratai Tamtama Jombang 2.125.000

18 Teratai Tamtama Jombang 2.125.000

19 Teratai Tamtama Jombang 1.825.000

20 Teratai Tamtama Jombang 2.987.500

21 Teratai Tamtama Jombang 1.275.000

(38)

44 Vika Stikip Patimura Jombang 1.780.000

45 Sri Kedungtimongo Megaluh 2.150.000

Jumlah 126.820.500

Selanjutnya terdakwa juga melakukan pemesanan produk PT Sinar

Sosro dengan menggunakan nama pelanggan yang tidak sebenarnya yakni

(39)

52

Sinar Sosro, melainkan terdakwa membuat faktur dengan menggunakan

nama pelanggan tersebut untuk melakukan pemesanan barang, selanjutnya

produk pesanan tersebut terdakwa serahkan atau terdakwa jual kepada

pihak lain, yang mana nama pelanggan yang terdakwa gunakan namanya

tersebut yakni :3

No NAMA ALAMAT NOMINAL

1 Sinar Langgeng Seroja Jombang 2.938.000

2 Sinar Langgeng Seroja Jombang 1.422.000

3 Rin Tambak Beras Jombang 1.280.000

4 Rin Tambak Beras Jombang 2.352.000

5 Smu 3/Budi Dr Sutomo Jombang 2.065.000

6 Kasmaji Bedahlawak 1.800.000

7 Kasmaji Bedahlawak 2.8.30.000

8 Kasmaji Bedahlawak 2.790.000

9 Kasmaji Bedahlawak 1.911.000

10 Eva Undar Jombang 2.744.000

11 Sma 1 Jombang 2.312.500

12 Vika Stikip Jombang 2.332.500

13 Vika/Erna Stikip Jombang 1.590.000

14 Cafe Delapan Undar Jombang 2.374.000

15 Smk Pgri2 Jombang 1.982.000

16 Fitri/Cak Dul Tunggorono 3.332.500

17 Fitri/Cak Dul Tunggorono 2.610.000

18 Fitri/Cak Dul Tunggorono 1.665.000

19 Fitri/Cak Dul Tunggorono 2.635.000

20 Fitri/Cak Dul Tunggorono 2.550.000

21 Fitri/Cak Dul Tunggorono 1.520.000

(40)

53

22 Fitri/Cak Dul Tunggorono 9.25.000

Jumlah 47.460.500

Sesuai ketentuan sistem operasional prosedur PT Sinar Sosro setelah

menerima uang pembayaran dari para pelanggan tersebut seharusnya

terdakwa menyerahkan uang tersebut kepada PT Sinar Sosro, lalu tanpa

meminta ijin terlebih dahulu dan sepengetahuan PT Sinar Sosro, terdakwa

langsung menggunakan uang tersebut untuk kepentingan terdakwa.

Selanjutnya juga terdakwa yang telah menerima uang hasil penjualan

produk PT Sinar Sosro dengan menggunakan nama pelanggan yang tidak

memesan, terdakwa juga tidak menyerahkan uang hasil penjualan dari

pemesana dengan menggunakan nama pelanggan yang tidak memesan

tersebut kepada PT Sinar Sosro, melainkan tanpa meminta ijin terlebih

dahulu dan sepengetahuan PT Sinar Sosro, terdakwa menggunakan uang

tersebut untuk kepentingan pribadi terdakwa.

Di samping itu terdakwa mengetahui uang pembayaran dari para

pelanggan tersebu bukanlah milik terdakwa melainkan milik PT Sinar

Sosro, namun demikian terdakwa tetap saja menggunakan uang tersebut

untuk kepentingan pribadi terdakwa karena terdakwa membutuhkan uang

tersebut. Bahwa akibat perbuatan terdakwa membuat PT Sinar Sosro

mengalami kerugian kurang lebih sebesar Rp. 174.281.000,- (seratus tujuh

puluh empat juta dua ratus delapan puluh satu ribu rupiah) perbuatan

(41)

54

yang berbunyi:4 Penggelapan yang dilakukan oleh orang yang memegang

barang itu berhubungan dengan pekerjaannya atau jabatannya atau karena

ia mendapat upah uang, dihukum penjara selama-lamanya lima tahun”.

Setelah pembacaan surat dakwaan oleh Penuntut Umum tersebut,

terdakwa menyatakan telah mengerti akan maksud dan isinya dan terdakwa

menyatakan tidak mengajukan tanggapan/eksepsi terhadap surat dakwaan

Penuntut Umum tersebut, bahwa untuk membuktikan dakwaannya, di

persidangan Jaksa Penuntut Umum telah mengajukan bukti saksi yang

masing-masing telah didengar keterangan dibawah sumpah yang pada

pokoknya menerangkan sebagai berikut:5

1) Saksi Andi Setiawan.

Saksi menyatakan kenal dengan terdakwa namun tidak ada

hubungan keluarga dengan terdakwa, di sini saksi sebagai pimpinan

PT. Sinar Sosro dan terdakwa adalah karyawan PT. Sinar Sosro

Jombang sebagai sales yang mempunyai tugas meliputi penjualan

tunai, penjualan kredit, melakukan penagihan dan menerima

pembayaran dari pelanggan kredit dan selanjutnya menyerahkan uang

pembayaran dari para pelanggan kepada kasir PT. Sinar Sosro. Saksi

mengetahui baghwa terdakwa sekitar tanggal 10 Juli 2015 sampai

dengan 27 Oktober 2015 bertempat di kantor penjualan PT. Sinar

Sosro Jombang di Jalan Raya Balong Besuk No. 9-11 Desa Ceweng,

4 R. Soesilo, Kitab undang-undang Hukum Pidana (KUHP), (Bogor: Politeia 1991). 259

(42)

55

Kecamatan Diwek, Kabupaten Jombang telah menggunakan uang

setoran pelanggan milik PT. Sinar Sosro.

Pada awal kejadian terdaftar faktur piutang yang tidak dilunasi

pelanggan yang merupakan wilayah terdakwa sampai dengan 3 bulan

dan selanjutnya oleh karena setelah 3 bulan juga belum dilunasi oleh

para pelanggan kemudian saksi melakukan pemeriksaan terhadap para

pelanggan tersebut dan pada saat dilakukan pemeriksaan ternyata

para pelanggan telah membayar uang tagihan kepada terdakwa

namun terdakwa tidak menyetorkannya kepada perusahaan PT. Sinar

Sosro, dan selanjutnya dilakukan pemeriksaan terhadap terdakwa dan

terdakwa mengakui jika tidak menyetorkan uang tagihan para

pelanggan kepada kasir PT. Sinar Sosro.

Selain tidak menyetorkan uang tagihan para pelanggan kepada

bagian kasir, terdakwa juga menggunakan nama pelanggan dalam

membuat faktur dan memesan barang kepada PT. Sinar Sosro, namun

produk tersebut terdakwa jual kepada orang lain dan uang hasil

penjualannya juga tidak terdakwa setorkan kepada kasir PT. Sinar

Sosro.

Di samping itu terdakwa menggunakan uang hasil penjualan

produk PT. Sinar Sosro tanpa seijin dari PT. Sinar Sosro, pada saat

menggunakan uang hasil penjualan produk sosro tersebut, terdakwa

masih sebagai karyawan PT. Sinar Sosro Jombang. Akibat perbuatan

(43)

56

sebesar Rp 174.281.000,- Setelah mendengar keterangan dari saksi

Andi Setiawan di atas, terdakwa menyatakan benar.

2) Saksi Sugeng Aribawa.

Saksi adalah kasir PT. Sinar Sosro yang bertugas menerima uang

tagihan hasil penjualan setiap hari dari para sales dan terdakwa

adalah karyawan PT. Sinar Sosro Jombang sebagai sales yang

mempunyai tugas meliputi penjualan tunai, penjualan kredit,

melakukan penagihan dan menerima pembayaran dari pelanggan

kredit dan selanjutnya menyerahkan uang pembayaran dari para

pelanggan kepada kasir PT. Sinar Sosro. Terdakwa sekitar tanggal 10

Juli 2015 sampai dengan 27 Oktober 2015 bertempat di kantor

penjualan PT. Sinar Sosro Jombang di Jalan Raya Balong Besuk No.

9-11 Desa Ceweng, Kecamatan Diwek, Kabupaten Jombang telah

menggunakan uang setoran pelanggan milik PT. Sinar Sosro.

Awal kejadian terdaftar faktur piutang yang tidak dilunasi

pelanggan yang merupakan wilayah terdakwa sampai dengan 3 bulan

dan selanjutnya oleh karena setelah 3 bulan juga belum dilunasi oleh

para pelanggan kemudian saksi melakukan pemeriksaan terhadap para

pelanggan tersebut dan pada saat dilakukan pemeriksaan ternyata

para pelanggan telah membayar uang tagihan kepada terdakwa

namun terdakwa tidak menyetorkannya kepada perusahaan PT. Sinar

Sosro, dan selanjutnya dilakukan pemeriksaan terhadap terdakwa dan

(44)

57

pelanggan kepada kasir PT. Sinar Sosro, selain tidak menyetorkan

uang tagihan para pelanggan kepada bagian kasir, terdakwa juga

menggunakan nama pelanggan dalam membuat faktur dan memesan

barang kepada PT. Sinar Sosro, namun produk tersebut terdakwa jual

kepada orang lain dan uang hasil penjualannya juga tidak terdakwa

setorkan kepada kasir PT. Sinar Sosro. Alasan terdakwa tidak

menyetorkan hasil penjualan kepada kasir karena para pelanggan

belum menyerahkan uang tagihan.

Terdakwa menggunakan uang hasil penjualan produk PT. Sinar

Sosro tanpa seijin dari PT. Sinar Sosro. Pada saat menggunakan uang

hasil penjualan produk sosro tersebut, terdakwa masih sebagai

karyawan PT. Sinar Sosro Jombang, akibat perbuatan terdakwa pihak

PT. Sinar Sosro Jombang mengalami kerugian sebesar Rp

174.281.000,- setelah mendengar keterangan dari saksi Sugeng

Aribawa di atas, terdakwa menyatakan benar dan mengakuinya.

3) Saksi Moch. Bahrul Efendi;

Bahwa saksi adalah karyawan PT. Sinar Sosro di bagian SPV

Administrasi dan terdakwa adalah karyawan PT. Sinar Sosro

Jombang sebagai sales yang mempunyai tugas meliputi penjualan

tunai, penjualan kredit, melakukan penagihan dan menerima

pembayaran dari pelanggan kredit dan selanjutnya menyerahkan uang

pembayaran dari para pelanggan kepada kasir PT. Sinar Sosro,

(45)

58

2015 bertempat di kantor penjualan PT. Sinar Sosro Jombang di Jalan

Raya Balong Besuk No. 9-11 Desa Ceweng, Kecamatan Diwek,

Kabupaten Jombang telah menggunakan uang setoran pelanggan

milik PT. Sinar Sosro, awal kejadian terdaftar faktur piutang yang

tidak dilunasi pelanggan yang merupakan wilayah terdakwa sampai

dengan 3 bulan dan selanjutnya oleh karena setelah 3 bulan juga

belum dilunasi oleh para pelanggan kemudian saksi melakukan

pemeriksaan terhadap para pelanggan tersebut dan pada saat

dilakukan pemeriksaan ternyata para pelanggan telah membayar uang

tagihan kepada terdakwa namun terdakwa tidak menyetorkannya

kepada perusahaan PT. Sinar mengakui jika tidak menyetorkan uang

tagihan para pelanggan kepada kasir PT. Sinar Sosro, selain tidak

menyetorkan uang tagihan para pelanggan kepada bagian kasir,

terdakwa juga menggunakan nama pelanggan dalam membuat faktur

dan memesan barang kepada PT. Sinar Sosro, namun produk tersebut

terdakwa jual kepada orang lain dan uang hasil penjualannya juga

tidak terdakwa setorkan kepada kasir PT. Sinar Sosro.

Terdakwa menggunakan uang hasil penjualan produk PT. Sinar

Sosro tanpa seijin dari PT. Sinar Sosro untuk kepentingan pribadi

terdakwa, pada saat menggunakan uang hasil penjualan produk sosro

tersebut, terdakwa masih sebagai karyawan PT. Sinar Sosro

(46)

59

mengalami kerugian sebesar Rp 174.281.000,- atas keterangan saksi

diatas, terdakwa menyatakan benar dan mengakuinya.

4) Saksi Agus Santoso;

Bahwa saksi Andi Setiawan pernah mendatangi saksi untuk

menagih uang pembayaran atas pembelian produk sosro, pada saat

penagihan saksi mengatakan kepada saksi Andi Setiawan jika saksi

telah membayar kepada terdakwa, saksi tidak mengetahui jika uang

penagihan tersebut sudah terdakwa setorkan ke bagian kasir PT.

Sinar Sosro atau belum, akibat perbuatan terdakwa PT. Sinar Sosro

mengalami kerugian, namun saksi tidak mengetahui jumlah

kerugiannya, atas keterangan saksi diatas, terdakwa menyatakan

benar dan mengakuinya.

5) Saksi Yanto;

Saksi Andi Setiawan pernah mendatangi saksi untuk menagih

uang pembayaran atas pembelian produk sosro, pada saat penagihan

saksi mengatakan kepada saksi Andi Setiawan jika saksi telah

membayar kepada terdakwa, saksi tidak mengetahui jika uang

penagihan tersebut sudah terdakwa setorkan ke bagian kasir PT.

Sinar Sosro atau belum. Akibat perbuatan terdakwa PT. Sinar Sosro

mengalami kerugian, namun saksi tidak mengetahui jumlah

kerugiannya. Atas keterangan saksi diatas, terdakwa menyatakan

(47)

60

6) Saksi Fitri Soelastri;

Bahwa saksi kenal dengan terdakwa namun tidak ada hubungan

keluarga dengan terdakwa. Bahwa saksi Andi Setiawan pernah

mendatangi saksi untuk menagih uang pembayaran atas pembelian

produk sosro, pada saat penagihan saksi mengatakan kepada saksi

Andi Setiawan jika saksi telah membayar kepada terdakwa, saksi

tidak mengetahui jika uang penagihan tersebut sudah terdakwa

setorkan ke bagian kasir PT. Sinar Sosro atau belum, akibat

perbuatan terdakwa PT. Sinar Sosro mengalami kerugian, namun

saksi tidak mengetahui jumlah kerugiannya. Atas keterangan saksi

diatas, terdakwa menyatakan benar dan mengakuinya.

Selanjutnya menimbang bahwa terdakwa telah memberikan

keterangan di depan persidangan yang pada pokoknya menerangkan

sebagai berikut:6

Terdakwa diperiksa di penyidik dan telah menandatangani Berita

Acara Pemeriksaan, terdakwa adalah karyawan PT. Sinar Sosro

Jombang sebagai sales yang mempunyai tugas meliputi penjualan

tunai, penjualan kredit, melakukan penagihan dan menerima

pembayaran dari pelanggan kredit dan kemudian menyerahkan uang

pembayaran dari para pelanggan kepada kasir PT. Sinar Sosro.

Terdakwa telah menggunakan uang pembayaran atas pembelian

produk Sosro dari Para Pelanggan, dalam menggunakan uang tagihan

(48)

61

dari para pelanggan dengan cara awalnya terdakwa melakukan

penagihan piutang terhadap para pelanggan yang membeli secara

kredit, kemudian pelanggan tersebut menyerahkan uang pembayaran

tersebut kepada terdakwa, kemudian setelah menerima uang dari para

pelanggan tersebut, terdakwa tidak menyetorkan ke bagian kasir PT.

Sinar Sosro, melainkan terdakwa bawa sendiri. Selain tidak

menyetorkan uang dari penagihan para pelanggan, terdakwa juga

membuat faktur fiktif, yaitu terdakwa membuat faktur untuk

memesan produk PT. Sinar Sosro dengan menggunakan nama orang

lain, kemudian terdakwa menyerahkan faktur tersebut kepada sales

pengiriman dan kemudian setelah barang dikirim ke alamat sesuai

permintaan terdakwa, selanjutnya terdakwa menerima pembayaran

atas pembelian barang tersebut , dan terdakwa juga tidak

menyetorkan uang tersebut ke bagian kasir.

Seluruh uang yang seharusnya terdakwa setorkan ke bagian kasir

terdakwa gunakan untuk kepentingan pribadi terdakwa, terdakwa

menggunakan uang tersebut tanpa ijin dari PT. Sinar Sosro Jombang,

akibat perbuatan terdakwa PT. Sinar Sosro Jombang mengalami

kerugian Rp. 174.281.000,- pada saat kejadian status terdakwa masih

sebagai karyawan PT. Sinar Sosro, terdakwa mengakui perbuatannya,

merasa menyesal dan berjanji tidak akan mengulangi lagi

(49)

62

C. Pertimbangan Hukum Hakim

Didalam persidangan Penuntut Umum telah mengajukan barang

bukti berupa 6 (enam puluh tujuh) faktur atas nama Andi Setiawan serta

menimbang, bahwa barang bukti tersebut telah disita menurut peraturan

perundang-undangan yang berlaku sehingga menurut Majelis Hakim barang

bukti tersebut dapat dipertimbangkan lebih lanjut, untuk mempersingkat

uraian, maka keterangan saksi-saksi dan terdakwa serta segala yang yang

termuat dalam berita acara persidangan, dianggap secara lengkap menjadi

satu kesatuan dalam putusan ini bahwa dari hasil pemeriksaan di

persidangan, berdasarkan keterangan saksi-saksi, keterangan terdakwa serta

dikaitkan dengan adanya barang bukti yang diajukan di depan persidangan,

maka diperoleh fakta-fakta hukum sebagai bahwa benar terdakwa adalah

karyawan PT. Sinar Sosro yang bertugas di bagian sales dan memperoleh

gaji tiap bulannya dari PT. Sinar Sosro.

Terdakwa telah menggunakan uang hasil penjualan produk PT. Sinar

Sosro, yang mana seharusnya uang tersebut disetorkan oleh terdakwa ke

bagian kasir PT. Sinar Sosro, menggunakan uang milik PT. Sinar Sosro

tersebut saat terdakwa masih bekerja sebagai pelayan sales di PT. Sinar

Sosro Jombang, terdakwa menggunakan uang hasil penjualan produk PT.

Sinar Sosro tanpa ijin dari PT. Sinar Sosro Jombang, tidak memiliki hak

atas uang hasil penjualan produk PT. Sinar Sosro walaupun terdakwa

(50)

63

Sosro Jombang mengalami kerugian sebesar Rp. 174.281.000,- mengakui

terus terang perbuatannya dan berjanji tidak akan mengulanginya lagi.

Berdasarkan fakta-fakta sebagaimana terurai diatas, kini Majelis

Hakim akan mempertimbangkan apakah tindakan terdakwa telah

memenuhi atau tidak seluruh unsur-unsur dari pasal yang didakwakan

kepadanya, serta menimbang, bahwa terdakwa dihadapkan ke persidangan

oleh Jaksa Penuntut Umum berdasarkan surat dakwaan yang secara

alternatif yang melanggar pasal 374 KUHP atau pasal 378 KUHP dan

bahwa oleh karena dakwaan Penuntut Umum disusun secara alternatif,

maka memberikan keleluasaan Majelis Hakim untuk memilih salah satu

dakwaan yang mendekati fakta hukum yang terungkap di Persidangan,

serta menimbang, bahwa sesuai fakta hukum yang terungkap di

persidangan maka Majelis Hakim akan mempertimbangkan dakwaan

kesatu sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam pasal 374 KUHP

yang unsur-unsurnya adalah sebagai berikut.

1) “Barang Siapa”, bahwa yang dimaksud “barang siapa” adalah setiap

orang sebagai subjek hukum pendukung hak dan kewajiban yang

diajukan ke depan persidangan, karena didakwa melakukan suatu

perbuatan pidana, Menimbang bahwa sesuai dengan surat dakwaan

dari Jaksa Penuntut Umum, maka yang diajukan ke persidangan

adalah terdakwa Adi Sudarto telah membenarkan identitas tersebut,

(51)

64

perbuatannya,dapat dipertanggungjawabkan dimuka hukum, sehingga

dengan demikian unsur “barang siapa” ini telah terbukti;

2) “Dengan sengaja dan melawan hukum memiliki sesuatu barang yang

seluruhnya atau sebagian kepunyaan orang lain dan yang ada dalam

kekuasaannya bukan karena kejahatan”, mempunyai arti bahwa

berdasarkan keterangan saksi-saksi serta keterangan terdakwa sendiri,

dan adanya bukti surat dan barang bukti yang diajukan di dalam

persidangan bahwa benar terdakwa adalah karyawan PT. Sinar Sosro

Jombang yang bertugas di bagian sales dan memperoleh gaji tiap

bulannya dari PT. Sinar Sosro, terdakwa telah menggunakan uang

hasil penjualan produk PT. Sinar Sosro, yang mana uang hasil

penjualan produk PT. Sinar Sosro tersebut seharusnya terdakwa

setorkan kepada bagian kasir PT. Sinar Sosro, terdakwa dalam

menggunakan uang hasil penjualan tersebut terdakwa lakukan dengan

cara pada awalnya terdakwa melakukan penagihan piutang terhadap

para pelanggan yang membeli secara kredit, kemudian pelanggan

tersebut menyerahkan uang pembayaran tersebut kepada terdakwa,

kemudian setelah menerima uang dari para pelanggan tersebut,

terdakwa tidak menyetorkan ke bagian kasir PT. Sinar Sosro,

melainkan terdakwa bawa sendiri, selain tidak menyetorkan uang dari

penagihan para pelanggan, terdakwa juga membuat faktur fiktif,

yaitu terdakwa membuat faktur untuk memesan produk PT. Sinar

(52)

65

menyerahkan faktur tersebut kepada sales pengiriman dan kemudian

setelah barang dikirim ke alamat sesuai permintaan terdakwa,

selanjutnya terdakwa menerima pembayaran atas pembelian barang

tersebut, dan terdakwa juga tidak menyetorkan uang tersebut ke

bagian kasir, terdakwa juga menggunakan uang hasil penjualan

produk PT. Sinar Sosro tersebut tanpa ijin dari PT. Sinar Sosro,

akibat perbuatan terdakwa PT. Sinar Sosro Jombang mengalami

kerugian Rp. 174.281.000,-, uang tersebut dapat/berada di dalam

kekuasaan terdakwa karena terdakwa mendapatkan tugas oleh

pimpinan PT. Sinar Sosro untuk menjual produk baik secara tunai

ataupun kredit serta melakukan penagihan dan menerima pembayaran

dari Para Pelanggan kemudian disetorkan kepada bagian kasir, jadi

uang yang ada pada terdakwa bukan karena kejahatan, sehingga

dengan demikian unsur ini telah terbukti.

3) “Penguasaan Terhadap Barang yang Disebabkan Ada Hubungan

Kerja atau Karena Pencaharian Karena Mendapat Upah Untuk Itu”,

berarti bahwa berdasarkan keterangan para saksi, petunjuk serta

barang bukti yang diajukan, bahwa terdakwa bekerja di PT. Sinar

Sosro sebagai sales dan memperoleh gaji tiap bulannya dari PT. Sinar

Sosro. Terdakwa bekerja sebagai sales yang bertugas menjual produk

baik secara tunai ataupun kredit serta melakukan penagihan dan

menerima pembayaran dari Para Pelanggan kemudian disetorkan

(53)

66

terbukti, dikarenakan semua unsur-unsur dalam dakwaan primair dari

Jaksa Penuntut Umum tersebut telah terbukti, berdasarkan

pertimbangan-pertimbangan tersebut di atas Majelis Hakim

berpendirian dan berpendapat, bahwa terdakwa telah terbukti secara

sah dan meyakinkan, bersalah melakukan tindak pidana sebagaimana

tersebut dalam dakwaan kesatu, yaitu melanggar pasal 374 KUHP,

oleh karena dakwaan kesatu Jaksa Penuntut Umum telah terbukti

secara sah dan meyakinkan, maka dakwaan Jaksa Penuntut Umum

selebihnya atau yang kedua tidak perlu dibuktikan dan

dipertimbangkan lagi lebih lanjut. Karena selama pemeriksaan di

persidangan, Majelis Hakim tidak menemukan fakta-fakta yang dapat

memaafkan dan membenarkan terdakwa serta perbuatannya, maka

terdakwa dianggap sebagai subjek hukum yang mampu bertanggung

jawab dan harus mempertanggung jawabkan perbuatannya tersebut,

sehingga terdakwa haruslah dinyatakan bersalah dan dijatuhi pidana,

serta karena terdakwa dalam hal ini ditahan, maka berdasarkan pasal

33 KUHP, Majelis Hakim berpendapat, bahwa lamanya terdakwa

ditahan haruslah dikurangkan seluruhnya dari pidana yang dijatuhkan

kepada terdakwa menjalani hukumannya, Majelis Hakim menetapkan

terdakwa tetap berada dalam tahanan. Serta menimbang bahwa

mengenai barang bukti yang diajukan dalam persidangan, akan

ditentukan statusnya dalam amar putusan bahwa oleh karena

Referensi

Dokumen terkait

Nilai koefisien determinasi ditunjukkan oleh nilai R yang menunjukkan korelasi berganda, yaitu faktor pola komunikasi keluarga, percaya diri, introversi, dan harga

Berdasarkan indeks tersebut diketahui bahwa tanah di lahan pasir pantai Samas yang telah ditambah tanah lempung dan pupuk kandang, dan digunakan sebagai lahan pertanian selama

Algoritma K-Nearest Neighbor dapat diterapkan dalam sistem pendukung keputusan seleksi Paskibraka untuk melakukan klasifikasi dalam menentukan status diterima atau tidak

Penyajian laporan perubahan aset neto dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) Nomor 18 mengenai dana pensiun yang sebelumnya telah di bahas pada tinjauan pustaka

Mereka tidak dapat memahami bahawa keputusan mungkin boleh dibuat dan seringkali dapat dicapai dengan cara lain, dengan keputusan yang sama baik, atau bahkan lebih

Pada kondisi setelah diberi perlakuan metode pembelajaran brainstorming, kelompok perlakuan memiliki pencapaian kreativitas sebesar 80%, sedangkan untuk kelompok kontrol

sehingga tidak bisa menyatakan semangat kepada diri sendiri. 4) Konseli menganggap tugas- tugas yang ada adalah beban sehingga sering mengeluh dan mengerjakan

Namun yang membedakan bahwa penelitian yang telah dilakukan oleh Diding lebih terfokus pada pengaruh pembiayaan terhadap produktivitas sedangkan penelitian yang dilakukan