MENGUKUR KEPUASAN PEMIRSA TV9 SURABAYA
(Studi Survei Kepuasan Pemirsa TV9 di Kota Surabaya)
TESIS
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Magister dalam Program Studi Komunikasi Penyiaran Islam
Oleh : Anisah Nur Aini NIM. F17214198
PASCASARJANA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA
ABSTRAK
Tesis dengan judul Mengukur Kepuasan Pemirsa TV9 Surabaya. Judul tesis ini dilatar belakangi oleh kondisi minimnya survei mengenai pemirsa TV lokal terutama di wilayah Surabaya. TV lokal yang dipilih adalah TV9 Surabaya, sebab TV9 Surabaya memiliki keunikan dibandingkan TV lokal lainnya yang berada di Surabaya. Keunikan tersebut merupakan keunggulan kompetitif media channel TV9 yang bisa dikembangkan. Namun untuk melakukan pengembangan akan potensi media TV9 maka membutuhkan adanya penelitian awal yang mencakup informasi yang berkaitan dengan deskripsi respon pemirsa TV9 selama ini terkait dengan hal-hal apa saja yang merupakan harapan pemirsa serta hal-hal apa saja yang telah terpuaskan dari tayangan TV9. Oleh karena itu, penelitian ini mengangkat judul “Mengukur Kepuasan Pemirsa TV9 Surabaya” dengan rumusan masalah yang diangkat adalah bagaimana harapan serta kepuasan masyarakat Surabaya dalam menonton TV9 Surabaya. Tujuan dari tesis ini adalah mengetahui kondisi apa saja yang sudah terpuaskan dan yang belum terpuaskan dari tayangan-tayangan di TV9 Surabaya. Penelitian ini merupakan survei kepuasan pemirsa dengan menggunakan metode kuantitif deskriptif. Pengumpulan data disebar dengan menggunakan angket kepada 100 responden yang memenuhi kriteria sebagai pemirsa TV9 dan memiliki identitas NU dengan cara purposive sampling. Metode pengolahan data dengan menggunakan uji beda wilcoxon untuk mengetahui kesenjangan antara harapan dan kepuasan, cross tabulation dan statistik frekuensi dalam menjelaskan informasi karakteristik pemirsa. Hasil penelitian ini menemukan item-item dari indikator yang diukur membutuhkan perbaikan agar dapat memuaskan harapan pemirsa TV9 Surabaya. Rekomendasi untuk penelitian selanjutnya diharapkan mampu menggali dan mengembangkan potensi televisi lokal yang ada di Surabaya terutama TV9 pada khususnya.
ABSTRACT
The title of this thesis is motivated by the lack of a survey on the condition of the
local TV viewers, especially in the area of Surabaya. Local TV is selected TV9
Surabaya, because TV9 Surabaya is unique compared to other local TV in
Surabaya. The uniqueness of a media channel TV9 competitive advantage that
could be developed. But to make the development of the potential of the TV9
media requires initial research that includes information relating to the description TV9 audience response over time with regard to things what are the expectations of viewers as well as things that have satisfied any of impressions
TV9. Therefore, this study raised the title "Measuring the Audience Satisfaction
TV9 Surabaya" with the formulation of the issues raised is how the expectations
and satisfaction of the people watching TV9 Surabaya in Surabaya. The purpose
of this thesis was to determine what conditions are already satisfied and
unsatisfied of broadcasts on TV9 Surabaya. This study is a survey of viewers'
satisfaction by using descriptive quantitative method. Collecting data using a
questionnaire distributed to 100 respondents who meet the criteria as TV9
viewers and have an identity NU by purposive sampling.Data processing method
using Wilcoxon different test to determine the gap between expectations and satisfaction, cross tabulation and frequency statistics in explaining the
characteristics of audience information. The results of this study found items of
the indicators measured in need of improvement in order to satisfy the
expectations of viewers TV9 Surabaya. Recommendations for further research are
expected to be able to explore and develop the potential of local television in Surabaya especially TV9 in particular.
DAFTAR ISI
PERNYATAAN KEASLIAN ... ii
PERSETUJUAN ... iii
PENGESAHAN TIM PENGUJI... iv
PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN ... v
ABSTRAK ... vi
ABSTRACT ... vii
UCAPAN TERIMA KASIH ... viii
DAFTAR ISI ... xii
DAFTAR TABEL ... xiv
DAFTAR DIAGRAM ... xv
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 7
C. Tujuan Penelitian ... 7
D. Manfaat Penelitian ... 7
E. Penelitian Terdahulu ... 8
F. Sistematika Pembahasan ... 12
BAB II KERANGKA TEORETIK ... 14
A. Tinjauan Pustaka ... 14
1. Pemirsa ... 14
2. Televisi ... 17
3. Kepuasan Pemirsa ... 21
4. Uses and Gratifications ... 25
5. Perilaku Pengambilan Keputusan ... 32
6. Penggunaan Media (Media Uses) ... 33
7. Tinjauan Teori Dakwah ... 37
B. Pendekatan Teori Sosial ... 43
1. Identitas ... 43
3. Karakteristik Masyarakat Kota ... 51
C. Hipotesa ... 57
D. Kerangka Konsep ... 58
BAB III METODE PENELITIAN... 59
A. Definisi Operasional Variabel ... 59
1. Identitas Responden... 59
2. Pola Pengambilan Keputusan ... 64
3. Pola Menonton Pemirsa TV9 Surabaya ... 65
B. Metode Penelitian ... 66
1. Jenis dan Tipe Penelitian ... 66
2. Lokasi dan Waktu ... 66
3. Populasi dan Sampel... 66
4. Teknik Pengambilan Sampel ... 68
5. Kriteria Responden ... 69
6. Jenis Data... 69
7. Teknik Pengumpulan Data ... 69
8. Variabel Penelitian ... 70
9. Skala Instrumen ... 76
10. Instrumen Penelitian ... 77
11. Teknik Analisis ... 87
BAB IV ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN ... 88
A. Profil TV9 Surabaya ... 88
B. Temuan Data Penelitian ... 95
1. Karakter Pemirsa ... 95
2. Pola Pengambilan Keputusan Pemirsa TV9 ... 110
3. Pola Pemirsa dalam Menonton TV9... 123
4. Kualitas Penayangan TV9 ... 171
C. Harapan Pemirsa ... 230
1. Dimensi Informasi ... 230
2. Dimensi Identitas Pribadi ... 231
3. Dimensi Integrasi dan Interaksi Sosial ... 232
4. Dimensi Hiburan ... 232
D. Pemenuhan Harapan Pemirsa TV9 ... 233
2. Dimensi Identitas Pribadi ... 234
3. Dimensi Integrasi dan Interaksi Sosial ... 235
4. Dimensi Hiburan ... 236
E. Pengukuran Kepuasan Pemirsa TV9 Surabaya ... 237
1. Dimensi Informasi ... 237
2. Dimensi Identitas Pribadi ... 240
3. Dimensi Integrasi dan Interaksi Sosial ... 243
4. Dimensi Hiburan ... 245
F. Perbandingan Total Dimensi ... 247
G. Analisis Temuan berdasarkan data Statistik ... 248
H. Analisis berdasarkan Tinjauan Teori ... 253
BAB V PENUTUP ... 257
A. Kesimpulan ... 257
B. Saran ... 257
DAFTAR KEPUSTAKAAN ... 259
DAFTAR RIWAYAT HIDUP PENULIS ... 262
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Jumlah Populasi Pemirsa TV9 ... 67Tabel 2. Jenis Kelamin ... 95
Tabel 3. Usia ... 96
Tabel 4. Pekerjaan ... 97
Tabel 5. Pendapatan ... 98
Tabel 6. Pendidikan ... 99
Tabel 7. Etnis ... 100
Tabel 8. Status Pernikahan ... 101
Tabel 9. Status dalam Keluarga ... 102
Tabel 10. Intensitas Ibadah ... 103
Tabel 11. Minat Agama... 104
Tabel 12. Total Tingkat Religiusitas ... 105
Tabel 13. Aktif Berorganisasi ... 106
Tabel 14. Tingkat Keaktifan Berorganisasi ... 106
Tabel 15. Total Keaktifan Berorganisasi ... 106
Tabel 16. Wilayah Tempat Tinggal Kecamatan ... 107
Tabel 17. Wilayah Tempat Tinggal Kelurahan ... 108
Tabel 18. Pola Pengambilan Keputusan Menonton TV9 ... 110
Tabel 19. Program Acara TV9 Pilihan Pemirsa ... 123
Tabel 21. Intensitas Menonton dalam Seminggu ... 148
Tabel 22. Jam Menonton ... 158
Tabel 23. Kualitas Sinyal TV9 ... 171
Tabel 24. Kualitas Gambar TV9 ... 182
Tabel 25. Kualitas Suara TV9 ... 194
Tabel 26. Kualitas Acara TV9 ... 207
Tabel 27. Ketepatan Jam Penayangan ... 218
Tabel 28. Uji Wilcoxon Indikator Pada Dimensi Informasi ... 237
Tabel 29. Total Indikator pada Dimensi Informasi ... 239
Tabel 30. Uji Wilcoxon Indikator Pada Dimensi Identitas Pribadi ... 241
Tabel 31. Total Indikator Dimensi Identitas Pribadi ... 242
Tabel 32. Uji Wilcoxon Indikator Dimansi Integrasi dan Interaksi Sosial ... 244
Tabel 33. Total Indikator Dimensi Integrasi dan Interaksi Sosial ... 244
Tabel 34. Uji wilcoxon Indikator Pada Dimensi Hiburan... 246
Tabel 35. Total Indikator Dimensi Hiburan ... 247
Tabel 36. Uji Wilcoxon Total Dimensi ... 248
DAFTAR DIAGRAM
Diagram 1.Jenis Kelamin ... 96Diagram 2. Usia Responden ... 97
Diagram 3. Pekerjaan ... 98
Diagram 4. Pendapatan ... 99
Diagram 5. Pendidikan ... 100
Diagram 6. Etnis... 101
Diagram 7. Status Pernikahan ... 102
Diagram 8. Status dalam Keluarga... 103
Diagram 9. Intensitas Ibadah... 104
Diagram 10. Wawasan Agama ... 105
Diagram 11. Total Tingkat Religius... 105
Diagram 12. Total Keaktifan Berorganisasi... 107
Diagram 13. Wilayah Tempat Tinggal Kecamatan... 108
Diagram 14. Wilayah Tempat Tinggal Kelurahan ... 110
Diagram 15. Pola Pengambilan Keputusan Menonton TV9 ... 111
Diagram 16. Crosstab Jenis Kelamin dengan Pola Pengambilan Keputusan Menonton ... 112
Diagram 17. Crosstab Usia dengan Pola Pengambilan Keputusan Menonton ... 113
Diagram 18. Crosstab Pekerjaan dengan Pola Keputusan Menonton ... 114
Diagram 19. Crosstab Pendapatan dengan Pola Keputusan Menonton ... 115
Diagram 20. Crosstab Pendidikan dengan Pola Keputusan Menonton... 116
Diagram 21. Crosstab Etnis dengan Pola Pengambilan Keputusan Menonton .. 117
Diagram 22. Crosstab Status Pernikahan dengan Pola Pengambilan Keputusan Menonton ... 118
Diagram 24. Crosstab Intensitas Ibadah dengan Pola Pengambilan Keputusan
Menonton ... 120
Diagram 25. Crosstab Minat Agama dengan Pola Pengambilan Keputusan Menonton ... 120
Diagram 26. Crosstab Aktif Organisasi dengan Pola Pengambilan Keputusan Menonton ... 121
Diagram 27. Crosstab Wilayah Tempat Tinggal Kecamatan dengan Pola Pengambilan Keputusan Menonton ... 122
Diagram 28. Crosstab Wilayah Tempat Tinggal Kelurahan dengan Pola Pengambilan Keputusan Menonton ... 122
Diagram 29. Program Acara Pilihan Pemirsa ... 123
Diagram 30. Program Acara Pilihan Pemirsa ... 124
Diagram 31. Crosstab Jenis Kelamin dengan Pilihan Acara... 125
Diagram 32. Crosstab Usia dengan Pilihan Acara ... 126
Diagram 33. Crosstab Pekerjaan dengan Pilihan Acara... 127
Diagram 34. Crosstab Pendidikan dengan Pilihan Acara ... 129
Diagram 35. Crosstab Etnis dengan Pilihan Acara ... 130
Diagram 36. Crosstab Status Pernikahan dengan Pilihan Acara... 131
Diagram 37. Crosstab Posisi dalam Keluarga dengan Pilihan Acara ... 132
Diagram 38. Crosstab Intensitas Ibadah dengan Pilihan Acara ... 133
Diagram 39. Crosstab Minat Agama dengan Pilihan Acara ... 134
Diagram 40. Crosstab Aktif Organisasi dengan Pilihan Acara ... 135
Diagram 41. Crosstab Wilayah Tempat Tinggal Kecamatan dengan Pilihan Acara ... 136
Diagram 42. Crosstab Wilayah Tempat Tinggal Kelurahan dengan Pilihan Acara ... 136
Diagram 43. Durasi Menonton ... 137
Diagram 44. Crosstab Jenis Kelamin Laki-laki dengan Durasi Menonton ... 138
Diagram 45. Crosstab Jenis Kelamin Perempuan dengan Durasi Menonton ... 138
Diagram 46. Crosstab Usia dengan Durasi Menonton ... 139
Diagram 47. Crosstab Pekerjaan dengan Durasi Menonton ... 140
Diagram 48. Crosstab Pendapatan dengan Durasi Menonton ... 141
Diagram 49. Crosstab Pendidikan dengan Durasi Menonton ... 142
Diagram 50. Crosstab Etnis dengan Durasi Menonton ... 143
Diagram 51. Crosstab Status Pernikahan dengan Durasi Menonton ... 143
Diagram 52. Crosstab Posisi dalam Keluarga dengan Durasi Menonton ... 144
Diagram 53. Crosstab Intensitas Ibadah dengan Durasi Menonton ... 145
Diagram 54. Crosstab Minat Agama dengan Durasi Menonton ... 145
Diagram 55. Crosstab Aktif Organisasi dengan Durasi Menonton... 146
Diagram 56. Crosstab Wilayah Tempat Tinggal Kecamatan dengan Durasi Menonton ... 147
Diagram 57. Crosstab Wilayah Tempat Tinggal Kelurahan dengan Durasi Menonton ... 147
Diagram 58. Frekuensi Menonton dalam Seminggu... 148
Diagram 59. Crosstab Jenis Kelamin dengan Frekuensi Menonton ... 149
Diagram 61. Crosstab Pekerjaan dengan Frekuensi Menonton ... 151
Diagram 62. Crosstab Pendapatan dengan Frekuensi Menonton... 152
Diagram 63. Crosstab Pendidikan dengan Frekuensi Menonton ... 152
Diagram 64. Crosstab Etnis dengan Frekuensi Menonton ... 153
Diagram 65. Crosstab Status Pernikahan dengan Frekuensi Menonton ... 154
Diagram 66. Crosstab Posisi dalam Keluarga dengan Frekuensi Menonton ... 155
Diagram 67. Crosstab Intensitas Ibadah dengan Frekuensi Menonton ... 155
Diagram 68. Crosstab Minat Agama dengan Frekuensi Menonton ... 156
Diagram 69. Crosstab Aktif Organisasi dengan Frekuensi Menonton ... 157
Diagram 70. Crosstab Wilayah Tempat Tinggal Kecamatan dengan Frekuensi Menonton ... 157
Diagram 71. Crosstab Tempat Tinggal Kelurahan dengan Frekuensi Menonton 158 Diagram 72. Jam Menonton ... 159
Diagram 73. Crosstab Jenis Kelamin dengan Jam Menonton... 160
Diagram 74. Crosstab Usia dengan Jam Menonton ... 161
Diagram 75. Crosstab Pekerjaan dengan Jam Menonton... 161
Diagram 76. Crosstab Pendapatan dengan Jam Menonton ... 162
Diagram 77. Crosstab Pendidikan dengan Jam Menonton ... 163
Diagram 78. Crosstab Etnis dengan Jam Menonton ... 164
Diagram 79. Crosstab Status Pernikahan dengan Jam Menonton ... 165
Diagram 80. Crosstab Posisi dalam Keluarga dengan Jam Menonton ... 166
Diagram 81. Crosstab Intensitas Ibadah dengan Jam Menonton ... 167
Diagram 82. Crosstab Minat Agama dengan Jam Menonton ... 168
Diagram 83. Crosstab Aktif Organisasi dengan Jam Menonton ... 169
Diagram 84. Crosstab Tempat Tinggal Kecamatan dengan Jam Menonton ... 170
Diagram 85. Crosstab Tempat Tinggal Kelurahan dengan Jam Menonton ... 170
Diagram 86. Kualitas Sinyal yang ditangkap ... 171
Diagram 87. Crosstab Jenis Kelamin dengan Kualitas Sinyal ... 172
Diagram 88. Crosstab Usia dengan Kualitas Sinyal ... 173
Diagram 89. Crosstab Pekerjaan dengan Kualitas Sinyal ... 174
Diagram 90. Crosstab Pendapatan dengan Kualitas Sinyal ... 175
Diagram 91. Crosstab Pendidikan dengan Kualitas Sinyal ... 175
Diagram 92. Crosstab Etnis dengan Kualitas Sinyal ... 176
Diagram 93. Crosstab Status Pernikahan dengan Kualitas Sinyal ... 177
Diagram 94. Crosstab Posisi dalam Keluarga dengan Kualitas Sinyal ... 178
Diagram 95. Crosstab Intensitas Ibadah dengan Kualitas Sinyal ... 179
Diagram 96. Crosstab MInat Agama dengan Kualitas Sinyal ... 179
Diagram 97. Crosstab Aktif Organisasi dengan Kualitas Sinyal ... 180
Diagram 98. Crosstab Tempat Tinggal Kecamatan dengan Kualitas Sinyal ... 181
Diagram 99. Crosstab Tempat Tinggal Kelurahan dengan Kualitas Sinyal ... 181
Diagram 100. Kualitas Gambar TV9 ... 182
Diagram 101. Crosstab Jenis Kelamin dengan Kualitas Gambar ... 183
Diagram 102. Crosstab Usia dengan Kualitas Gambar ... 184
Diagram 103. Crosstab Pekerjaan dengan Kualitas Gambar ... 185
Diagram 104. Crosstab Pendapatan dengan Kualitas Gambar... 185
Diagram 106. Crosstab Etnis dengan Kualitas Gambar ... 187
Diagram 107. Crosstab Status Pernikahan dengan Kualitas Gambar ... 188
Diagram 108. Crosstab Posisi dan Keluarga dengan Kualitas Gambar ... 189
Diagram 109. Crosstab Intensitas Ibadah dengan Kualitas Gambar ... 190
Diagram 110. Crosstab Minat Agama dengan Kualitas Gambar ... 191
Diagram 111. Crosstab Aktif Organisasi dengan Kualitas Gambar ... 192
Diagram 112. Crosstab Tempat Tinggal Kecamatan dengan Kualitas Gambar . 193 Diagram 113. Crosstab Tempat Tinggal Kelurahan dengan Kualitas Gambar ... 193
Diagram 114. Kualitas Suara TV9 ... 194
Diagram 115. Crosstab Jenis Kelamin dengan Kualitas Suara ... 195
Diagram 116. Crosstab Usia dengan Kualitas Suara ... 196
Diagram 117. Crosstab Pekerjaan dengan Kualitas Suara ... 197
Diagram 118. Crosstab Pendapatan dengan Kualitas Suara ... 198
Diagram 119. Crosstab Pendidikan dengan Kualitas Suara ... 199
Diagram 120. Crosstab Etnis dengan Kualitas Suara... 200
Diagram 121. Crosstab Status Pernikahan dengan Kualitas Suara ... 201
Diagram 122. Crosstab Posisi dalam Keluarga dengan Kualitas Suara ... 202
Diagram 123. Crosstab Intensitas Ibadah dengan Kualitas Suara... 203
Diagram 124. Crosstab Minat Agama dengan Kualitas Suara ... 204
Diagram 125. Crosstab Aktif Organisasi dengan Kualitas Suara ... 205
Diagram 126. Crosstab Tempat Tinggal Kecamatan dengan Kualitas Suara ... 206
Diagram 127. Crosstab Tempat Tinggal Kelurahan dengan Kualitas Suara ... 206
Diagram 128. Kualitas Acara TV9... 207
Diagram 129. Crosstab Jenis Kelamin dengan Kualitas Acara... 208
Diagram 130. Crosstab Usia dengan Kualitas Acara ... 209
Diagram 131. Crosstab Pekerjaan dengan Kualitas Acara... 209
Diagram 132. Crosstab Pendapatan dengan Kualitas Acara ... 210
Diagram 133. Crosstab Pendidikan dengan Kualitas Acara ... 211
Diagram 134. Crosstab Etnis dengan Kualitas Acara ... 212
Diagram 135. Crosstab Status Pernikahan dengan Kualitas Acara... 213
Diagram 136. Crosstab Posisi dalam Keluarga dengan Kualitas Acara ... 214
Diagram 137. Crosstab Intensitas Ibadah dengan Kualitas Acara ... 215
Diagram 138. Crosstab Minat Agama dengan Kualitas Acara ... 216
Diagram 139. Crosstab Aktif Organisasi dengan Kualitas Acara ... 216
Diagram 140. Crosstab Tempat Tinggal Kecamatan dengan Kualitas Acara ... 217
Diagram 141. Crosstab Tempat Tinggal Kelurahan dengan Kualitas Acara ... 218
Diagram 142. Ketepatan Waktu Penayangan TV9 ... 219
Diagram 143. Crosstab Jenis Kelamin dengan Ketepatan Waktu Penayangan .. 220
Diagram 144. Crosstab Usia dengan Ketepatan Waktu Penayangan ... 221
Diagram 145. Crosstab Pekerjaan dengan Ketepatan Waktu Penayangan ... 222
Diagram 146. Crosstab Pendapatan dengan Ketepatan Waktu Penayangan... 223
Diagram 147. Crosstab Pendidikan dengan Ketepatan Waktu Penayangan ... 224
Diagram 148. Crosstab Etnis dengan Ketepatan Waktu Penayangan ... 225
Diagram 150. Crosstab Posisi dalam Keluarga dengan Ketepatan Waktu
Penayangan ... 226
Diagram 151. Crosstab Intensitas Ibadah dengan Ketepatan Waktu Penayangan ... 227
Diagram 152. Crosstab Minat Agama dengan Ketepatan Waktu Penayangan ... 227
Diagram 153. Crosstab Aktif Organisasi dengan Ketepatan Waktu Penayangan228 Diagram 154. Crosstab Tempat Tinggal Kecamatan dengan Ketepatan Waktu Penayangan ... 229
Diagram 155. Crosstab Tempat Tinggal Kelurahan dengan Ketepatan Waktu Penayangan ... 229
Diagram 156. Harapan Pemirsa Pada Dimensi Informasi ... 230
Diagram 157. Harapan Pemirsa Pada Dimensi Identitas Pribadi ... 231
Diagram 158. Harapan Pemirsa Pada Dimensi Integrasi dan Interaksi Sosial ... 232
Diagram 159. Harapan Pemirsa Pada Dimensi Hiburan ... 232
Diagram 160. Pemenuhan Pada Dimensi Informasi ... 233
Diagram 161. Pemenuhan Pada Dimensi Identitas Pribadi ... 234
Diagram 162. Pemenuhan Pada Dimensi Integrasi dan Interaksi Sosial ... 235
Diagram 163. Pemenuhan Pada Dimensi Hiburan ... 236
Diagram 164. Pengukuran Kepuasan Pada Dimensi Informasi ... 237
Diagram 165. Pengukuran Kepuasan Pada Dimensi Identitas Pribadi ... 240
Diagram 166. Pengukuran Kepuasan Pada Dimensi Integrasi dan Interaksi Sosial ... 243
Diagram 167. Pengukuran Kepuasan Pada Dimensi Hiburan ... 245
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dakwah adalah ajakan atau seruan kepada yang baik dan yang lebih baik. Dakwah mengandung ide tentang progresivitas, sebuah proses terus-menerus menuju kepada yang baik dan yang lebih baik dalam mewujudkan dakwah tersebut.1 Perintah berdakwah tertera dalam al-Quran Surah An-Nahl
ayat 125 :2
“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan
pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.”
Serta tertera dalam al-Quran Surah Al-Qashash ayat 873
“Dan janganlah sekali-kali mereka dapat menghalangimu dari (menyampaikan) ayat-ayat Allah, sesudah ayat-ayat itu diturunkan kepadamu, dan serulah mereka kepada (jalan) Tuhanmu, dan janganlah sekali-kali kamu termasuk orang-orang yang
mempersekutukan Allah.”
1 Wahyu Ilaihi, Komunikasi Dakwah, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010), 17. 2 al-Quran, 16: 125
Kedua ayat di atas menjelaskan bahwa diwajibkan untuk menyerukan kebenaran dan berdakwah kepada seluruh umat manusia. Menyerukan kebenaran dapat dilakukan dengan berbagai cara baik melalui lisan, tulisan dan perbuatan.4 Menyampaikan dakwah membutuhkan media perantara untuk menyalurkan informasi agar informasi atau isi dakwah tersampaikan kepada
Mad’u.
Pada era sekarang banyak bermunculan media dakwah salah satunya dengan menggunakan media televisi. Televisi merupakan media komunikasi massa yang paling banyak digunakan oleh masyarakat Indonesia. Berdasarkan hasil survei AC Nielsen pada tahun 2014, secara keseluruhan konsumsi media di kota-kota di Indonesia menunjukkan bahwa televisi masih menjadi medium utama yang dikonsumsi masyarakat Indonesia dengan prosentase (95%), berikutnya internet (33%), Radio (20%), Surat Kabar (12%), Tabloid (6%), dan Majalah (5%).5
Media televisi merupakan media utama yang digunakan masyarakat dalam mendapatkan informasi. Saat ini banyak menjamur channel televisi yang tidak hanya berskala Nasional namun juga berskala Lokal di daerah masing-masing. Surabaya yang dikenal sebagai kota terbesar ke dua setelah Jakarta dengan jumlah penduduk sebesar 2.765.4876 juga mengalami
perkembangan dengan maraknya televisi lokal. Tercatat saat ini televisi lokal
4 Asmuni Syukir, Dasar-Dasar dan Strategi Dakwah Islam (Surabaya: Al-Ikhlas, 1983), 104. 5Nielsen, “Nielsen : Konsumsi Media lebih Tinggi Di Luar Jawa”, Nielsen Press Room (21 Mei
2014), 1.
yang ada di Surabaya diantaranya7: SBO TV (36 UHF), TV EDUKASI 2 (37 UHF), RTV SURABAYA (38 UHF), KOMPAS TV SURABAYA (40 UHF), TV9 SURABAYA (42 UHF), SURABAYA TV (44 UHF), BBS TV (46 UHF), AREK TV (48 UHF), NET JAWA TIMUR (58 UHF), JTV SURABAYA (60 UHF), INEWS TV SURABAYA (62 UHF).
Masing-masing televisi lokal yang berkembang memiliki karakteristik yang berbeda diantaranya : 1) SBO TV (Suroboyo Televisi) memiliki
positioning atau kekhasan sebagai televisi yang melekat dengan kultur serta
gaya hidup masyarakat kota Surabaya8. 2) Kompas TV Surabaya menyuguhkan tayangan televisi inspiratif dan menghibur untuk keluarga Indonesia dengan menekankan pada eksplorasi Indonesia baik kekayaan alam, khasanah budaya, Indonesia kini, hingga talenta berprestasi.9 3) JTV
menekankan pada tayangan lokal dengan karakter khas masyarakat Jawa Timur. Program yang disuguhkan banyak melibatkan masyarakat sebagai peserta10. 4) Arek TV dimaknai sebagai TV yang direaktualisasi agar relevan dengan konteks kekinian. Program yang disuguhkan bertemakan egaliter, berani terbuka, semangat kolegial yang tinggi11. 5) Surabaya TV
menyuguhkan program-program seputar Berita Ekonomi Bisnis yang informatif dan mendukung dunia usaha Surabaya dan Jawa Timur pada
7 Daftar Stasiun Televisi Lokal di Indonesia, dalam
https://id.wikipedia.org/wiki/Daftar_stasiun_televisi_lokal_di_Indonesia (20 Mei 2016).
8 SBO TV : PAST, PRESENT, AND FUTURE, dalam http://sbotvblog.blogspot.com (8 Januari
2016), 2
9Kompas TV,”Company Profile“, dalam http://www.kompas.tv/front/profile/ (20 Mei 2016), 1. 10JTV,”Company Profile”, dalam http://jtv.co.id/about-us/ (8 Januari 2016),1.
umumnya12. 6) TV9 yaitu televisi bernuansa Religi yang menekankan pada program acara yang santun, menyejukkan.13
Sekian banyak televisi lokal yang menjamur di Surabaya, TV9 memiliki perbedaan dalam menyajikan program-program tayangan dengan menampilkan nuansa religi, talkshow religi, sinema religi dan sebagainya14. Sebagai perusahaan dan media televisi lokal, TV9 menekankan identitas perusahaan dengan memberikan informasi kepada publik secara jujur, terpercaya dan mendakwahkan kebaikan. Sedangkan beberapa stasiun televisi lokal lainnya lebih menekankan lifestyle kekinian dan cenderung menonjolkan kultur dari kota Surabaya.
Namun di tengah maraknya televisi lokal yang berkembang termasuk di Surabaya, terdapat penilaian masyarakat berkenaan dengan televisi lokal yang keberadaannya masih berada jauh di bawah televisi nasional berdasarkan penelitian dari AGB Nielsen pada semester pertama tahun 2007, pemirsa masih menaruh perhatian besar pada televisi nasional dengan prosentase 97,6% sedangkan perhatian untuk televisi lokal hanya 6,4%.15 Data tersebut menunjukkan bahwa keberadaan televisi lokal dalam persaingan penyiaran masih berada di bawah televisi nasional. Untuk melakukan peningkatan kualitas penayangan program-program acara pada televisi lokal membutuhkan penelitian survei khalayak berkaitan bagaimana kadar
12Surabaya TV, dalam https://id.wikipedia.org/wiki/Surabaya_TV (20 Mei 2016), 1.
13 Hakim Jayli, Televisi Kaum Santri, Konsep Baru Bisnis dan Tayangan Televisi di Gerbang Era
TV Digital (Surabaya: TV9 Surabaya, 2013), 19.
14Ibid., 30.
15AGB Nielsen Media Research, “Mampukah TV Lokal Bertahan di Tengah Dominasi TV
kepuasan pemirsa yang nantinya dijadikan pijakan untuk melakukan evaluasi dan pengembangan program-program acara televisi yang sesuai dengan
positioning dan segmentasi televisi lokal yang bersangkutan namun masih
mengena di hati pemirsa.
Saat ini tidak banyak penelitian survei khalayak yang dilakukan oleh televisi lokal. Khususnya di sini yang menjadi sorotan penulis adalah TV9 sebagai televisi religi pertama yang memiliki positioning yang berbeda dari kebanyakan televisi lokal di Surabaya. Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan penulis belum ada lembaga survei yang melakukan penelitian survei berkenaan dengan TV9 Surabaya terutama yang berkaitan dengan karakteristik pemirsanya. Adapun survei akan pemirsa TV9 pernah sekali dilakukan oleh Instansi media TV9 yang dipublish pada tahun 2013, lebih dari 3 tahun lalu belum terdapat penelitian terkini mengenai karakteristik pemirsa TV9. Segmentasi pasar yang dibidik oleh TV9 adalah spesifik pada komunitas Nahdiyin16 yaitu Kalangan Perempuan (Muslimat NU), Perempuan Muda (Fatayat NU), Pemuda (Gerakan Pemuda Anshor), Pelajar (IPNU dan IPPNU), Pesantren (RMI), Pengelola Pendidikan Formal (LP Ma’arif), Pengurus Takmir Masjid (LTMNU), Seniman Bela Diri (LPS Pagar Nusa),
Thoriqoh (Jam’iyyah Thoriqoh An Nahdiyah), Buruh (SARBUMUSI),
Sarjana (ISNU), Profesi Guru (PERGUNU), Seniman dan Budayawan (LESBUMI). Dari komunitas tersebut diperoleh jumlah pemirsa TV9 sebesar
16Hakim Jayli, Televisi Kaum Santri, Konsep Baru Bisnis dan Tayangan Televisi di Gerbang Era
2.548.30417. Diketahui bahwa jumlah pemirsa televisi di Surabaya dan sekitarnya sebesar 8.224.000 di mana menempati posisi kedua terbesar setelah pemirsa Jabodetabek18. Merupakan peluang yang besar dalam meraih
market share pemirsa Surabaya di mana TV9 mengambil market share
pemirsa surabaya sebesar 30%.
Untuk mengukur kualitas penayangan acara TV9 pada kalangan pemirsa Surabaya maka membutuhkan penelitian tentang survei kepuasan pemirsa untuk mengetahui posisi kepuasan pemirsa terhadap tayangan yang disajikan TV9 saat ini dengan menggunakan data-data penelitian terkini. Survei tersebut dilaksanakan agar mendapatkan data dan informasi spesifik pemirsa TV9 Surabaya. Sebagai langkah awal, survei ini dapat dijadikan sebagai pijakan pengembangan agar dapat bersaing serta meningkatkan kualitas atau mutu tayangan yang dapat diterima dengan baik bagi kalangan
Nahdiyin dan masyarakat Surabaya, maka dari itu penulis tertarik untuk
melakukan penelitian survei khalayak pemirsa TV9 berkaitan dengan kepuasan dalam melihat tayangan di TV9. Dalam penelitian ini nantinya akan berfokus pada aspek-aspek dalam program tayangan TV9 yang sudah puas sesuai dengan harapan pemirsa dan mana yang belum sesuai dan butuh untuk ditingkatkan lagi.
17 Ibid., 40.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah dalam penelitian ini, yaitu :
1. Apa harapan masyarakat Surabaya dalam menonton TV9 ?
2. Bagaimana kepuasan masyarakat Surabaya terhadap acara siaran TV9 ?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian yang dicapai dalam penelitian ini, yaitu :
1. Mengetahui harapan masyarakat Surabaya dalam menonton TV9 Surabaya.
2. Mengetahui kepuasan masyarakat Surabaya terhadap acara siaran TV9.
D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis
Menerapkan teori pengukuran kepuasan pemirsa dalam konteks khalayak atau pemirsa TV9 Surabaya. Penelitian survei tingkat kepuasan pemirsa pada TV9 diharapkan dapat membantu khasanah ilmu dalam pengukuran kepuasan pemirsa televisi dalam hal ini yaitu pengukuran kepuasan pemirsa pada televisi lokal religi TV9 Surabaya.
2. Manfaat Metodologis
Mengetahui validitas survei kepuasan pemirsa TV9 Surabaya dalam riset komunikasi massa.
a. Memberikan gambaran sebagai acuan dalam meningkatkan kepuasaan pemirsa TV9 pada masyarakat Surabaya.
b. Memberikan tambahan data bagi TV9 dalam melakukan evaluasi maupun peningkatan kualitas penayangan.
c. Memberikan masukan bagi TV9 dalam menyusun program-program acara selanjutnya yang sesuai dengan segmen dan positioning yang bermuatan positif, mendidik, informatif.
E. Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu yang penulis cantumkan adalah penelitian yang berpijak pada adanya kesamaan jenis penelitian, teori, metode dan obyek penelitian yang mengacu pada pemirsa media televisi. Penelitian tersebut diantaranya :
Pertama, penelitian yang dilakukan oleh Farida Milhana dengan judul Analisa Kebutuhan Khalayak Surabaya terhadap Program Acara Televisi19. Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui kebutuhan-kebutuhan pemirsa Surabaya dalam menonton channel dan program acara. Sedangkan tujuan khusus penelitian ini adalah megetahui cluster-cluster atau kelompok-kelompok pemirsa sesuai dengan karakteristik kebutuhannya. Jenis penelitian yang digunakan adalah survei deskriptif. Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini bahwa Penduduk kota Surabaya terdiri dari 3 cluster psikografis di mana antara 3 cluster tersebut tidak terdapat perbedaan yang terlalu
19 Farida Milhana, “Analisa Kebutuhan Khalayak Surabaya Terhadap Program Acara Televisi”,
menonjol terhadap program acara televisi yang dibutuhkan. Secara garis besar masyarakat Surabaya telah merasa puas dengan program acara televisi saat itu. Berdasarkan temuan penelitian ini yaitu pihak televisi lokal perlu menyusun strategi produksi acara dengan memadukan kandungan lokal dengan kemasan Nasional.
Kedua, penelitian yang ditulis oleh Prima Rini dengan judul “Pengaruh Isi Berita, Kualitas Penyiaran dan Kemasan Terhadap Kepuasan Pemirsa
Metro TV dan TV One”20. Tujuan dalam penelitian ini adalah mengetahui
perbedaan isi berita, kualitas penyiaran, kemasan dan kepuasan pemirsa, serta faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kepuasan pemirsa atas isi berita, kualitas penyiaran dan kemasan Metro TV dan TV One. Teori yang digunakan adalah Uses and Gratification dengan metode analisis data menggunakan Sample T-test dan analisa regresi berganda. Kesimpulan dari penelitian tersebut adalah bahwa isi berita yang meliputi kualitas penyiaran, kemasan dan kepuasan pemirsa Metro TV tidak berbeda dibandingkan Pemirsa TV One. Faktor yang berpengaruh dominan terhadap Kepuasan Pemirsa TV One dan gabungan kedua program berita adalah isi berita, sedangkan untuk Metro TV adalah isi Berita dan kualitas penyiaran dan untuk TV One diposisi kedua adalah kemasan. Kesimpulan hasil penelitian Metro TV dan TV One mempunyai kualitas yang sama atas Isi Berita, Kualitas Penyiaran dan Kemasan kecuali Indikator Smart lebih baik terhadap pemirsa
20Prima Rini, “Pengaruh Isi Berita, Kualitas Penyiaran dan Kemasan Terhadap Kepuasan Pemirsa
TV One. Faktor yang paling dominan berpengaruh terhadap TV One adalah Isi Berita dan Metro TV adalah Kemasan.
Ketiga, karya tesis dari Heather Yuille yang berjudul “The Uses and
Gratifications of Dance Reality Television Shows”21. Tujuan Penulisan Tesis
tersebut adalah untuk mengetahui alasan pemirsa menonton acara pertunjukan tari di televisi. Teori yang digunakan adalah Uses and Gratification dengan menggunakan metode kuantitatif, Statistik Frekuensi serta menggunakan analisis faktor sebagai komponen utamanya. Kesimpulan penelitian menunjukkan bahwa pemirsa sering menonton Reality Show Tari di televisi. Pemirsa yang menonton memiliki alasan yang berbeda-beda terutama pada masing-masing pemirsa yang intensitasnya jarang menonton acara tersebut.
Keempat, jurnal Internasional yang ditulis oleh Carmen Berne Manero,
Esperanza Garcia Uceda dan Victor Orive Serrano yang berjudul
“Understanding the Consumption of Television Programming: Development
and Validation of a Structural Model for Quality, Satisfaction and Audience
Behavior”22, tujuan yang disebutkan dalam jurnal adalah untuk melakukan
analisis dan mengidentifikasi hubungan struktur yang mendasari konstruksi kepuasan dan kualitas dalam rangka untuk mendapatkan pemahaman lebih mendalam tentang perilaku pemirsa televisi. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori perilaku konsumen untuk mengupas tentang
21 Heather Yuille, “The Uses and Gratifications of Dance Reality Television Shows”, (Tesis
--Universitas of Nevada, Las Vegas, 2012).
22 Carmen BerneManero, Esperanz a Garcia Uceda, Victor Orive Serrano, “Understanding the
Consumption of Television Programming : Development and Validation of a Structural Model for
pengulangan perilaku saat mengalami kepuasaan serta menggunakan Teori Model Pengulangan Kualitas Kepuasaan Pengkonsumsian Program Televisi. Metode yang digunakan adalah model persamaan struktural menggunakan analisis faktor eksploratori. Kesimpulan penelitian tersebut menunjukkan adanya hubungan sebab akibat antara variabel dan mengkonfirmasi keabsahan prediksi model yang diusulkan.
Terakhir, merupakan jurnal yang ditulis oleh Mehmet Ozer Demir,
Zuhal Gok Demir dengan Judul “The Uses and Gratifications Approach of
TV Series Viewers In Turkey”23. Tujuan dari jurnal tersebut adalah untuk
mengetahui kebiasaan pemirsa Turki dalam menonton serial televisi. Teori yang digunakan adalah Uses and Gratification. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa pemirsa puas terhadap program acara yang memenuhi kebutuhan spesifik mereka. Namun ditemukan bahwa serial televisi juga menampilkan hal-hal yang tidak diperlukan oleh pemirsa. Hasil penayangan yang tidak diinginkan oleh pemirsa cenderung diabaikan dan yang awalnya pemirsa aktif dalam tayangan tersebut menjadi tidak aktif.
Berdasarkan penelitian terdahulu penulis hendak mengukur kepuasan Pemirsa TV9 Surabaya dengan menggunakan teori Uses and Gratifications yang sesuai untuk mengukur kesenjangan kepuasan pemirsa akan informasi dan motif dalam mengkonsumsi tayangan televisi di TV9. Tidak hanya menggunakan teori Uses and Gratifications sebagai teori utama untuk
23 Mehmet Ozer Demir, Zuhal GOK DEMIR, “The Uses and Gratifications Approach of TV
mengukur namun penulis menggunakan pendekatan teori sosial identitas sosial dan karakteristik masyarakat kota untuk membedah fenomena yang didapatkan.
F. Sistematika Pembahasan
Pertama kali dipaparkan oleh penulis adalah latar belakang masalah, hal ini penting karena menjadi titik tolak penelitian ini baik yang merupakan gambaran akan fakta-fakta permasalahan tentang televisi lokal. Kemudian menampilkan fakta keunikan TV9 dibandingkan dengan stasiun televisi lokal lainnya yang menarik untuk diteliti. Penulis menampilkan nilai penting penelitian ini yang dijelaskan dalam tujuan dan kegunaan secara teoritis, metodologis dan praktis. Pada bagian ini ditampilkan beberapa penelitian terdahulu yang sejenis baik dari penelitian nasional maupun internasional sebagai referensi dan menunjukkan keotentikan penelitian ini.
Pada bab selanjutnya penulis akan memaparkan kajian konseptual akan kepuasan pemirsa televisi serta memaparkan teori utama Uses and
Gratification. Hal ini dibutuhkan sebagai pijakan dalam menggambarkan alur
bekerjanya teori yang nantinya digunakan dalam melakukan analisis.
Berikutnya penulis melanjutkan pada bab metodologi yang membahas desain penelitian mulai dari sumber data dan populasi, variabel penelitian, metode pengumpulan data serta teknis analisis data.
responden. Selanjutnya penulis memaparkan data-data dan temuan di lapangan yang diperoleh dari beberapa uji dan analisis data yang dilakukan. Serta membahas tentang analisis data dan sekilas hasil-hasil pemaknaan data-data yang ditemukan di lapangan.
BAB II
KERANGKA TEORETIK
A. Tinjauan Pustaka
1. Pemirsa
Pemirsa atau dalam kosa kata bahasa Inggris yaitu “audience” atau dalam bahasa Indonesia lebih dikenal dengan istilah khalayak. Audience adalah sekumpulan orang yang menjadi pembaca, pendengar, dan pemirsa berbagai media atau komponen beserta isinya, seperti pendengar radio atau penonton televisi atau dengan kata lain audience adalah pengguna media massa.1 Dalam arti lain bahwa Audience merupakan obyek atau pasar dari media massa yang menyajikan produk yang ditawarkan. Audience atau pemirsa dilayani oleh media di mana media sebagai sarana penyalur informasi yang dibutuhkan.
Kumpulan penonton, pembaca, pendengar, dan pemirsa, inilah yang disebut sebagai audience dalam bentuk yang paling dikenal dan menjadi perhatian seluruh penelitian media. Pembagian kriteria audience menurut Denis McQuail digolongkan menjadi tiga diantaranya2 :
Pertama, audience yang terbesar adalah audience yang memiliki jumlah populasi yang mampu menerima informasi dari media tertentu. Semisal semua yang memiliki pesawat televisi maka orang tersebut dijadikan
1 Endang S, Audience Research: Pengantar Studi Penelitian terhadap Pembaca, Pendengar dan
Pemirsa (Yogyakarta: Andi Offset, 1993), 28.
sebagai audience televisi. Kedua, terdapat audience yang benar-benar menerima hal-hal yang ditawarkan atau diinformasikan dengan kadar yang berbeda-beda seperti pemirsa televisi reguler maka bentuk penerimaan hal yang ditawarkan oleh pemirsa televisi reguler akan berbeda apabila dibandingkan dengan pemirsa yang hanya memiliki televisi saja. Selanjutnya terdapat audience sebenarnya yang mencatat penerimaan isi, dan yang terakhir jumlahnya lebih kecil dari audience yang mencatat penerimaan isi, yaitu audience yang benar-benar mengendapkan hal-hal yang ditawarkan dan diterima dalam taraf ini
audience memasuki tahap pemahaman.
Pendapat lain disampaikan oleh Melvin De Fleur dan Sandra
Ball-Rokeach dalam Nurudin3 yang mengkaji interaksi audience terhadap isi
media. Ketiga perspektif tersebut adalah sebagai berikut: Pertama, Perspektif yang memandang bahwa setiap audience memiliki sikap dan psikologis (kondisi kejiwaan) yang berbeda-beda (Individual Differences
Perspective). Perbedaan tersebut dipengaruhi oleh kehendak bebas dalam
memilih stimuli dari lingkungan sehingga mempengaruhi pemaknaan dan memunculkan respon yang berbeda. Perspektif ini mengambil ide dasar dari stimulus-response, yang memiliki anggapan bahwa tidak ada audience yang relatif sama, makanya pengaruh media massa pada
masing-masing individu berbeda dan tergantung pada kondisi psikologi individu itu yang berasal dari pengalaman masa lalunya.
Dengan kata lain, masing-masing audience berbeda dalam menanggapi pesan yang berasal dari media. Dalam diri individu audience terdapat apa yang disebut Konsep Diri, konsep diri mempengaruhi perilaku komunikasi, terhadap pesan yang bagaimana masing-masing audience bersedia membuka diri, mempersepsi pesan dan mengingat pesan. Oleh karena itu, konsep diri audience mempengaruhi ketertarikan (terpaan selektif), persepsi dan ingatan yang selektif (tidak semuanya dapat diingat hanya hal-hal tertentu yang sesuai dengan konsep diri).
Kedua, Perspektif ini melihat bahwa di dalam masyarakat terdapat
kelompok-kelompok sosial berdasarkan kesamaan tertentu (Social
Categories Perspektive). Kekhasan kesamaan kelompok sosial tersebut
sinetron, bapak-bapak menonton tayangan olahraga, Kaum Islam yang religius menonton tanyangan religi.4
Ketiga, Persektif ini menyatakan bahwa audience dipengaruhi oleh
hubungan secara informal yang terjalin, sehingga akan memiliki efek ketika merespon pesan dari media massa. Kondisi tersebut akan mempengaruhi bentuk pengambilan keputusan audience dalam menonton tayangan tertentu, yakni dengan mempertimbangkan hubungan sosial yang terjalin secara informal di lingkungan sekitarnya.5
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pemirsa dalam konteks ini adalah pemirsa yang merupakan khalayak yang tergolong dalam populasi pemirsa televisi. Masing-masing pemirsa memiliki persepsi yang berbeda-beda terhadap terpaan media di mana hal-hal yang dapat mempengaruhi adalah adanya konsep diri pemirsa, terdapat kategori-kategori tertentu dalam kelompok sosial yang mempengaruhi, serta adanya kedekatan atau relasi yang mempengaruhi pemilihan dan penerimaan informasi dari media.
2. Televisi
a. Televisi
Televisi adalah alat penangkap siaran bergambar, yang berupa audiovisual dan penyiaran videonya secara broadcasting. Istilah ini berasal dari bahasa Yunani yaitu tele (jauh) dan vision (melihat),
dengan kata lain berarti “melihat jauh”, karena pemirsa berada jauh dari studio televisi6. Sedangkan menurut Adi Badjuri7 menyatakan
bahwa televisi adalah media pandang sekaligus media pendengar (audio-visual), yang dimana orang tidak hanya memandang gambar yang ditayangkan televisi, tetapi sekaligus mendengar atau mencerna.
b. Kelebihan Televisi
Sebagai media massa dan merupakan titik pusat kemajuan media massa (konvergensi) dari media radio, surat kabar, industri musik, pertunjukan panggung, dan sebagainya, televisi memiliki kekuatan yang sangat besar dibandingkan jenis media massa lainnya. Kelebihan media televisi dibandingkan media massa yang disebutkan sebelumnya antara lain sebagai berikut8:
1) Bersifat Dengar Pandang
Tidak seperti halnya media radio yang hanya bisa dinikmati melalui indera dengar, media televisi bisa dinikmati pula secara visual melalui indera penglihatan. Faktor melihat itu menjadi sangat penting, karena seperti dikatakan oleh Confisius, “saya mendengar maka saya lupa; saya melihat maka saya ingat”, dan
saya melakukan maka saya paham”. Dengan melihat sendiri,
6 Ilham Zoebazary, Kamus Istilah Televisi dan Film (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2010),
255.
seseorang merasa terlibat secara langsung dalam suatu peristiwa sehingga memiliki kekuatan sugestif yang tinggi. 9
2) Menghadirkan Realitas Sosial
Televisi memiliki kemampuan menghadirkan realitas sosial seolah-olah seperti aslinya, atau dalam istilah Piliang10 sebagai
hiperealitas. Kemampuan teknologi kamera dalam merekam
realitas sebagaimana aslinya, menjadikan tayangan televisi memiliki pengaruh sangat kuat pada diri pemirsa.
3) Simultaneous
Media televisi adalah kemampuan menyampaikan segala sesuatu secara serempak sehingga mampu menyampaikan informasi kepada banyak orang yang tersebar diberbagai tempat dalam waktu yang sangat persis.11
4) Memberi Rasa Intim atau Kedekatan
Tayangan program televisi secara umum disajikan dengan pendekatan yang persuasif terhadap khalayaknya. Dengan menggunakan sapaan yang memberi kesan dekat, tidak berjarak,
9 Ibid.
10
Piliang, Dunia yang Dilipat Tamasya Melampaui Batas-batas Kebudayaan (Bandung: Jalasutra, 2006), 49.
bahasa tutur sehari-hari, gesture yang wajar menciptakan suasana intim antara presenter program dengan khalayak.12
5) Menghibur
Meskipun secara konseptual fungsi televisi sama dengan media massa lainnya, yaitu informatif, edukatif, dan menghibur, namun fungsi terbesar dari media televisi adalah menghibur. Berbagai studi menunjukkan bahwa motif utama orang menonton televisi adalah mencari hiburan, setelah itu mencari informasi, dan paling akhir adalah mencari pengetahuan/ pendidikan.13
c. Kelemahan Televisi
Televisi memiliki kelemahan dimana media televisi terikat waktu tontonan. Televisi tidak bisa melakukan kritik sosial dan pengawasan sosial secara langsung dan vulgar. Pengaruh televisi lebih cenderung menyentuh aspek psikologis massa. Bersifat
“transitory”, karena sifat ini membuat isi pesannya tidak dapat
[image:35.595.115.517.262.680.2]dimemori oleh pemirsanya14. Lain halnya dengan media cetak, informasi dapat disimpan dalam bentuk kliping dan narasi dari gambar tersebut.
12 Ibid. 13 Ibid.
14Iswandi Syahputra, Jurnalistik Infotaiment : Kancah Baru Jurnalistik dalam Industri Televisi
Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa televisi merupakan salah satu media massa elektronik yang dapat menyiarkan siarannya dalam bentuk gambar atau video serta suara yang berfungsi memberikan informasi, menghadirkan realitas sosial, memberikan informasi secara serempak pada waktu yang sama meskipun di tempat yang berbeda, dapat memberikan rasa intim terhadap pemirsanya serta memberikan hiburan kepada khalayak luas (pemirsa). Namun disamping itu televisi juga memiliki kelemahan tidak bisa melakukan pengawasan secara langsung, hanya cenderung memberikan efek psikologis massa bagi pemirsa.
3. Kepuasan Pemirsa
a. Tinjauan Teori Kepuasan
Fokus utama dalam pembahasan mengenai kepuasan mutu pelayanan adalah pelanggan. Pelanggan memegang peranan yang cukup penting untuk mengukur tingkat kepuasan mutu pelayanan. Menurut kamus manajemen15definisi pelanggan adalah orang atau
badan usaha atau lembaga yang berulang-ulang mengadakan transaksi bisnis dengan pihak tertentu.
Satisfaction adalah kata dari bahasa latin, yaitu satis yang berarti
enough atau dengan cukup dan facere yang berarti to do atau
melakukan. Jadi produk atau jasa yang bisa memuaskan adalah produk atau jasa yang sanggup memberikan sesuatu yang dicari konsumen pada tingkat cukup.16
Menurut Kotler, kepuasan adalah perasaan senang atau kecewa seseorang yang berasal dari perbandingan antara kesannya terhadap kinerja atau hasil suatu produk dan harapan-harapannya. Jadi kepuasan merupakan fungsi dari kesan kinerja dan harapan. Jika kinerja berada dibawah harapan, pelanggan tidak puas. Jika kinerja memenuhi harapan, pelanggan puas. Jika kinerjanya melebihi harapan, pelanggan amat puas atau senang. 17
Menurut Supranto pengertian kepuasan atau ketidakpuasan pelanggan merupakan perbedaan antara harapan dan kinerja yang dirasakan. Jadi, pengertian kepuasan pelanggan berarti bahwa kinerja suatu barang atau jasa sekurang-kurangnya sama dengan apa yang diharapkan.18
Kepuasan pelanggan adalah hasil akumulasi dari konsumen atau pelanggan dalam menggunakan produk atau jasa. Setiap transaksi atau pengalaman baru akan memberikan pengaruh terhadap kepuasan pelanggan, dengan demikian kepuasan pelanggan mempunyai dimensi waktu karena hasil akumulasi. Siapapun yang
16 Irawan, 10 Prinsip Kepuasan Pelanggan (Jakarta: PT. Elex Media Komputindo, 2003), 2-3. 17 P Kotler, Manajemen Pemasaran. Jilid I (Jakarta: Prenhalindo, 1997).
18 J. Supranto, Pengukuran Tingkat Kepuasan Pelanggan: Untuk Menaikkan Pangsa Pasar
terlibat dalam urusan kepuasan pelanggan, la telah melibatkan diri dalam urusan jangka panjang. Upaya memuaskan pelanggan adalah pengalaman panjang yang tidak mengenal batas akhir.19
b. Konsep umum kepuasan pelanggan
Puas dan tidak puasnya konsumen merupakan dampak dari perbandingan antara harapan konsumen sebelum pembelian dengan sesungguhnya diperoleh konsumen dari produk yang dibeli tersebut.20
Ketika kosumen membeli atau menggunakan suatu produk, maka ia memiliki harapan tentang bagaimana produk tersebut berfungsi (Product Perfomance). Produk akan berfungsi sebagai berikut:
1) Produk berfungsi lebih baik dari yang diharapkan, ini disebut sebagai diskonfirmasi positif (Positif Disconfirmation). Jika ini terjadi maka konsumen akan merasa puas.
2) Produk berfungsi seperti yang di harapkan, inilah yang disebut sebagai konfirmasi sederhana (Simple Disconfirmation). Produk tersebut tidak memberikan rasa puas dan produk tersebut tidak mengecewakan konsumen, dengan kata lain konsumen memiliki perasaan netral.
19 Irawan, 10 Prinsip Kepuasan Pelanggan,4.
20 Ujang Sumarwan, Perilaku Konsumen Teori dan Penerapannya dalam Pemasaran (Bogor:
3) Produk berfungsi lebih buruk dari yang diharapkan, inilah yang disebut diskonfirmasi negatif (Negatif Disconfirmation). Produk yang berfungsi buruk, tidak sesuai dengan harapan konsumen akan menyebabkan kekecewaan, sehingga konsumen merasa tidak puas.
c. Kepuasan Pemirsa
Pada tinjauan teori kepuasan bahwa penilaian kepuasan dengan mengukur kesenjangan antara harapan dan kenyataan. Puas idealnya mendapatkan kenyataan melebihi dari yang diharapkan. Dalam konteks kepuasan pemirsa televisi maka dinyatakan puas apabila kenyataan tayangan yang ditonton melebihi harapan sebelum melihat tayangan tersebut.
membandingkan kesenjangan antara harapan sebelum melihat televisi dengan kenyataan yang didapatkan setelah melihat tayangan televisi.
4. Uses and Gratifications
Uses and Gratifications merupakan teori yang menjelaskan motif
penggunaan media oleh audience atau pemirsa. Motif awal penggunaan media inilah yang dinamakan sebagai harapan pemirsa ketika sebelum melihat tayangan televisi, sedangkan kepuasannya adalah hasil respon pemirsa, apakah hasilnya melebihi, sama atau kurang dari harapan. Motif awal penggunaan media dijadikan awal sebagai pijakan pengukuran kepuasan pemirsa.
Teori Uses and Gratifications dibangun berdasarkan asumsi-asumsi yang didasari akan konsep audiens. Audience atau pemirsa bersifat aktif dalam memilih media untuk memenuhi kebutuhannya dan kebutuhan tersebut dapat terpuaskan melalui penggunaan media maupun non media.21 Adapun asumsi-asumsi dasar dari teori tersebut menurut Katz,
Gurevitch, Hass, Dominick maupun McQuail dalam Rakhmat adalah:
Pemirsa dianggap aktif, artinya Pemirsa menggunakan media massa (televisi) karena memiliki tujuan tertentu yaitu a) Dalam proses pemilihan media, pemirsa memilih media berdasarkan pertimbangan kebutuhan personal. Pemirsa dalam konteks ini dikatakan aktif dalam
21 Jalaludin Rakhmat, Metode Penelitian Komunikasi (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2001),
memilih media. b) Banyaknya pilihan bentuk media massa dan sumber-sumber lain yang dapat memenuhi kebutuhan pemirsa, maka menyebabkan terjadinya persaingan antar media massa dan sumber-sumber lain. Sedangkan kebutuhan pemirsa yang mampu dipenuhi oleh media hanyalah bagian dari kebutuhan manusia yang luas. c) Dalam pemilihan media massa, Pemirsa memilih berdasarkan kepentingan dan motif-motif tertentu yang sesuai dengan kondisinya. Atau dengan kata lain bahwa pemirsa memiliki motif imbalan atau gratifikasi yang mereka harapkan saat menonton tayangan televisi.22
McQuail dan Windahl menjelaskan bahwa yang paling penting dari
teori gratifikasi penggunaan media adalah ide bahwa media menawarkan
“imbalan” yang bisa diharapkan (dapat diprediksi) oleh khalayak, dengan dasar pengalaman menggunakan media di masa lalu. Ide tersebut menyediakan cara untuk menjelaskan perilaku penggunaan media massa.
Menurut para pendirinya, Elihu Katz, Jay G. Blumler dan Michael
Gurevitch23 Uses and Gratifications meneliti asal mula motif secara
psikologis dan sosial yang menimbulkan harapan tertentu dari media massa atau sumber-sumber lain dan menimbulkan pemenuhan motif dan akibat-akibat lain. Lebih lanjut William J. Mcguire dalam Jalaludin Rakhmat menjelaskan bahwa berdasarkan berbagai aliran dalam psikologi motivasional ada setidaknya 16 motif. Motif ini terbagi menjadi dua kelompok besar yakni motif kognitif dan motif afektif. a)
22 Ibid
Motif kognitif terdiri dari: konsistensi, atribusi, kategorisasi, otonomi, simulasi, teologis, utilitarian. b) Motif Afektif antara lain adalah reduksitas, ekspresif, egodefensif, pengukuhan, penonjolan, afiliasi, identifikasi dan peniruan.
Sebagai makhluk sosial, motif manusia terbukti dari lingkungan sosialnya. Lingkungan sosial ini antara lain terdiri dari karakteristik demografis, kelompok-kelompok sosial yang diikuti dan karakteristik personal seseorang. Littlejohn menjelaskan bahwa dalam sudut pandang
uses and gratifications, Pemirsa sangat sadar memiliki
kebutuhan-kebutuhan tertentu dan berusaha memenuhi dengan menggunakan media atau dengan cara lain. Selain sadar dengan kebutuhannya, pemirsapun mampu menyadari alat pemenuhan kebutuhan yang bagaimana yang digunakan untuk memenuhi motif-motif tersebut.24
Penelitian tentang teori Uses and Gratifications sebetulnya sudah dimulai sejak tahun 1940an ketika para peneliti tertarik untuk mengetahui mengapa audience atau pemirsa memiliki pola penggunaan media yang berbeda-beda.25 Penelitian Uses and Gratifications pada awalnya hanya
berupa penelitian deskriptif yang berusaha mengklasifikasikan respons pemirsa terhadap penggunaan media ke dalam beberapa kategori26.
Wimmer dan Dominick menyebutkan baru pada tahun 1950an
hingga 1960an penelitian uses and gratifications ini lebih menfokuskan
24 Stephen W. Littlejohn, Karen A. Foss, Teori Komunikasi.(Salemba: Humanika, 2009) 25 Ibid.
pada identifikasi variabel-variabel psikologis dan sosial yang diperkirakan sebagai precursors dalam perbedaan pola komunikasi media massa. Beberapa penelitaian pada periode ini, disebutkan oleh Ruggerio, dilakukan oleh banyak peneliti dengan subyek dan obyek yang bervariasi.
Schramm, Lyle dan Parker misalnya meneliti tentang penggunaan televisi
oleh anak-anak yang dipengaruhi oleh perkembangan mental anak bersangkutan dan hubungannya dengan orang tua dn teman-temannya.
Ruggerio pun mensiasati penelitian Katz dan Foulkes dalam
mengkonsepsikan penggunaan media massa sebagai pelarian sedangkan
Klapper menekankan pentingnya menganalisa efek dari penggunaan media
dari pada sekedar melebeli motif penggunaan seperti yang telah dilakukan banyak peneliti sebelumnya. Greenberg and Dominick dalam penelitian selanjutnya menyimpulkan bahwa ras dan kelas sosial berpengaruh pada bagaimana remaja menggunakan televisi sebagai bahan pelajaran informal.
Selama tahun 1970an banyak penelitian dengan intens menguji motivasi audience dan membangun tipologi-tipologi tambahan dalam penggunaan media untuk memperoleh kepuasan sosial dan psikologis. Hal ini merupakan jawaban dari kritik-kritik yang disampaikan oleh beberapa ilmuwan terhadap teori Uses and Gratifications.
Kritik yang disampaikan oleh Elliot, Swanson, serta Lometti,
Reeves and Bybee yang mengungkit bahwa teori Uses and Gratifications
yang membingungkan dan kegagalan dalam memperhitungkan persepsi
audience terhadap konten media. Beberapa contoh penelitian dari periode
ini antara lain penelitian Rosegreen yang menyatakan bahwa beberapa kebutuhan dasar berinteraksi dengan karakteristik personal dan lingkungan sosial seseorang akan menghasilkan beberapa permasalahan dan beberapa solusi. Masalah dan solusi yang ditimbulkan ini merupakan bagian dari perbedaan motif untuk pencarian gratifikasi yang muncul dari penggunaan media atau aktivitas lain. Secara bersamaan penggunaan media atau aktivitas lain dapat menghasilkan gratifikasi (atau non-gratifikasi) yang memiliki efek terhadap seseorang atau masyarakat yang akhirnya menciptakan proses yang baru.
Tahun 1980 dan 1990an banyak penelitian yang mulai menganalisis penemuan-penemuan dari penelitian terpisah dan menganggap bahwa penggunaan media massa sebagi sebuah komunikasi yang terintegrasi serta sekaligus merupakan fenomena sosial.27 Contoh-contoh yang mendukung penelitian pada tahun-tahun ini adalah penelitian yang dilakukan Eastman yang menganalisa hubungan antara penggunaan media televisi dengan gaya hidup audience, Ostman dan Jeffers menguji hubungan antara motivasi penggunaan televisi dengan gaya hidup khalayak dan genre musik untuk memprediksikan motivasi menonton.
Bantzs melakukan studi komparatif antara motivasi penggunaan media
secara umum dan menonton program televisi tertentu.
Pada tahun 1980-an pula Windahl mengemukakan terdapat perbedaan mendasar antara pendekatan efek secara tradisional dan pendekatan teori Uses and Gratifications di mana penelitian tentang efek sebelumnya selalu berangkat dari media massa namun pada penelitian Uses and Gratifications peneliti berangkat dari perspektif khalayak.
Windahl percaya untuk menggabungkan dua pendekatan ini dengan
mencari kesamaan dari keduanya dan menamai penggabungan ini dengan istilah conseffects. Berbeda dengan Wbster dan Wakshlag yang beupaya untuk meningkatkan validitas dari determinan struktural dengan cara menggabungkan perbedaan perspektif antara Uses and Gratifications dengan model pemilihan. Pendekatan ini melihat perubahan antara struktur program, pilihan konten media dan kondisi menonton dalam proses pemilihan program. Penelitian lain juga dilakukan oleh Dobos yang menggunakan model Uses and Gratificationas untuk mengamati kepuasan penggunaan dan pemilihan media dalam sebuah organisasi yang dapat memprediksikan pemilihan saluran televisi dan kepuasan dengan teknologi komunikasi tertentu.
Motif Penggunaan Media
kebutuhan. Mc Quail dalam buku Rachmat Kriyanto mengkategorikan motif pengonsumsian media sebagai berikut28 :
a. Motif informasi, pengguna dikatakan memiliki motif informasi apabila mereka :
1) Dapat mengetahui berbagai peristiwa dan kondisi yang berkaitan dengan lingkungan masyarakat terdekat
2) Dapat mengetahui berbagai informasi mengenai peristiwa dan kondisi yang berkaitan dengan keadaan dunia
3) Dapat mencari bimbingan menyangkut berbagai masalah 4) Dapat mencari bimbingan menyangkut berbagai pendapat 5) Dapat memperoleh rasa damai melalui penambahan
pengetahuan
b. Motif identitas pribadi, pengguna dikatakan memiliki motif identitas pribadi apabila mereka :
1) Dapat menemukan penunjang nilai-nilai yang berkaitan dengan pribadi manusia itu sendiri
2) Dapat mengidentifikasi diri dengan nilai-nilai dalam media 3) Memperoleh nilai lebih sebagai identitas pribadi
c. Motif integrasi dan interaksi sosial, pengguna dikatakan memiliki motif integrasi dan interaksi sosial apabila mereka :
1) Memperoleh pengetahuan yang berkenaan dengan empati sosial
28 Rachmat Krianto, Teknik Praktis Riset Komunikasi, Jakarta : Kencana Prenada Media Group,
2) Dapat menemukan bahan percakapan dan interaksi sosial dengan orang lain disekitarnya
3) Dapat menjalankan peran sosial sebagai identitas pribadi 4) Keinginan untuk dekat dengan orang lain
d. Motif hiburan, pengguna dikatakan memiliki motif hiburan apabila mereka
1) Dapat melepaskan diri dari permasalahan 2) Bisa bersantai dan mengisi waktu luang 3) Bisa menyalurkan emosi
4) Bisa mendapatkan hiburan dan kesenangan
Melalui 4 motif yang tertera pada uraian teori sebelumnya yang dijadikan sebagai pijakan teori utama mengukur kesenjangan harapan dan kenyataan yang didapatkan saat meihat tayangan televisi.
5. Perilaku Pengambilan Keputusan
pengambilan keputusan dalam memilih acara televisi yang akan ditonton menurut Rogers dalam Difusion of Innovations29tipe keputusan terbagi
menjadi: a) Pola Pengambilan Otoritas, yakni pola pengambilan keputusan dikarenakan adanya orang yang berkuasa atau berpengaruh sehingga tidak dapat berbuat sesuai dengan pilihan pribadi. b) Pola Pengambilan Individual, yakni pola pengambilan keputusan berdasarkan pilihan sendiri atau pilihan individu. Pola Pengambilan Individual dibagi menjadi dua yakni: Pertama, Pola Pengambilan Opsional, yakni pola pengambilan keputusan berdasarkan pertimbangan pribadi namun keputusan tersebut diperoleh dengan mempertimbangkan adanya pilihan-pilihan yang sudah tersedia yang sesuai dengan kondisi pertimbangan pribadi. Kedua, Pola Pengambilan Kolektif, yakni pola pengambilan keputusan yang berdasarkan pertimbangan keputusan bersama namun kondisi diri menerima keputusan bersama tersebut. Pengambilan secara kolektif sebagai fungsi untuk mempertegas dan meyakinkan pilihan. c) Pola Pengambilan Kontingensi, yakni pengambilan keputusan berdasarkan pertimbangan pilihan sebelumnya yang sudah ada (hanya mengikuti pilihan yang sudah ada sebelumnya).
6. Penggunaan Media (Media Uses)
Penggunaan media adalah jumlah waktu yang digunakan dalam berbagai jenis media yang dikonsumsi dan berbagai hubungan antara
individu (pemirsa) dengan isi media yang dikonsumsi atau dengan media secara keseluruhan.30
Terpaan tayangan diartikan sebagai penggunaan media oleh pemirsa yang meliputi jumlah waktu yang digunakan, jenis isi media serta hubungan antara pemirsa dengan media yang dikonsumsi atau media secara keseluruhan.31
Terpaan media (media exposure) diukur berdasarkan seberapa banyak waktu (berapa jam) dalam setiap harinya dihabiskan untuk menonton tayangan tersebut. Terpaan media meliputi: (media televisi, media radio, media surat kabar) ini dibuatkan kategori untuk mengukur tingkat terpaan tergolong tinggi dan rendahnya. Dalam konteks penelitian ini, terpaan yang dimaksud adalah terpaan yang berasal dari media televisi. Terpaan tergolong tinggi apabila lebih dari tiga jam sehari dalam menonton televisi, dan tergolong rendah apabila tiga jam atau kurang setiap harinya.32
Penelitian terpaan tayangan media televisi yakni penelitian yang berusaha mencari data pemirsa tentang seberapa lama, seberapa sering,
30 Jalaludin Rakhmat, Metode Penelitian Komunikasi (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2001),
66
31 Ibid.