• Tidak ada hasil yang ditemukan

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Proses Pengambilan Keputusan Hidup Membiara: Studi Kasus Pada Biarawati Katolik dan Buddha

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Proses Pengambilan Keputusan Hidup Membiara: Studi Kasus Pada Biarawati Katolik dan Buddha"

Copied!
97
0
0

Teks penuh

(1)

213

(2)

Pedoman Wawancara

Pengambilan Keputusan Membiara

1.

Mengenali masalah

a.

Individu mulai menyadari adanya kesempatan bagi dirinya

untuk menjalani hidup membiara

1)

Adanya kehampaan dalam dirinya sebelum menjalani hidup

dalam biara.

2)

Adanya perasaan menjadi lebih baik jika menjalani hidup

membiara.

3)

Pandangan individu pada kehidupan membiara

b.

Melihat bahwa tantangan dalam membiara sebagai peluang

bagi individu.

1)

Mulai menyadari akan adanya resiko yang mungkin

dihadapi kedepan saat memutuskan hidup membiara

2)

Mulai mempertimbangkan akan kehidupan membiara

dengan melihat resiko yang mungkin terjadi.

2.

Mencari alternatif

a.

Individu mulai mencari informasi sebelum mengambil

keputusan membiara

1)

Mencari

informasi-informasi

dari

berbagai

sumber

mengenai kehidupan membiara, dan mencari orang-orang

(3)

2)

Siapa sajakah orang-orang yang memberi informasi atau

pengetahuan akan hidup membiara.

3)

Informasi digunakan sebagai pengetahuan individu untuk

mengambil keputusan.

3.

Menimbang alternatif

a.

Individu

mempertimbangkan

resiko-resiko

dari

keputusannya untuk membiara

1)

Melihat sisi positif dan negatif dari pengambilan keputusan

hidup membiara.

2)

Mulai mengambil keputusan yang sesuai dengan tujuannya.

3)

Perasaan partisipan dan keluarga jika mengambil keputusan

membiara.

4.

Menimbang komitmen

a.

Individu menjalankan keputusan yang diambilnya dan

berhati-hati pada celaan yang ada.

1)

Partisipan mulai menjalani hidup membiara yang sudah

menjadi keputusannya.

2)

Partisipan bersiap untuk menerima resiko dan konsekuensi

dari pengambilan keputusannya.

(4)

b.

Individu mulai menyampaikan keputusannya pada

orang lain.

Individu menyampaikan secara langsung pada

orang-orang terdekat mengenai keputusannya untuk hidup

membiara dan menjadi biarawati.

5.

Menghadapi umpan balik

a.

Individu tanpa ragu-ragu mengambil keputusan

Partisipan dengan mantap mengambil keputusan untuk

menjalankan hidup membiara dan menjadi biarawati.

b.

Mempertahankan

pada

keputusan

yang

telah

diambilnya

(5)

Partisipan 1 Wawancara 1

(P1W1)

Waktu : Jumat, 16 November 2012; pukul 10.30-11.43 WIB

Lokasi : Panti Asuhan 2, Salatiga

MTU : Selamat pagi suster? 1

P : Pagi. 2

MTU : Seperti kesepakatan sebelumnya, hari ini saya akan mewawancarai suster mengenai pengambilan keputusan suster untuk hidup membiara.

3 4 5

P : Iya. 8

MTU : Baik suster, bisa kita mulai? 9

P : Iya, silahkan. 10

MTU : Baik, pertama-tama bisa suster ceritakan, kapan suster tertarik untuk hidup membiara dan menjadi seorang suster?

11 12 13

P : Bagaimana ya, saat saya melihat seorang suster itu kayak anggun banget, kayak bahagia begitu

berpakaian putih, kok bisa seperti itu bagaimana ya, saya pingin tahu. Trus saya SD dan SMP kebetulan, SMP itu kebetulan kepala sekolah kami suster. Kelas satu kelas dua saya masih tinggal di rumah keluarga terus kelas 3 saya masuk asrama, diasrama itu

digembleng bener-bener sama suster ya, hidup doanya teratur, belajar, istirahat, makan jadi teratur, terus saya jadi ada tertarik juga untuk menjadi suster, tapi dalam hati saya, saya tidak ungkapkan, jadi disimpan dalam hati, terus saat kelas 3 SMP itu, bapak besar saya masih hidup, dia bilang kamu mau jadi suster ya, saya tidak langsung bilang iya, saya lihat dulu kalau saya memang ada panggilan saya mau masuk tapi kalau tidak ada, saya tidak masuk, lalu dia bilang “kamu pasti bisa”……..Sebenarnya saya SMP itu di kota di Ende, tapi saya takut kalau meneruskan SMA di kota saya tidak bisa belajar, jadi ya biar nanti saja jika memang orang tua punya biaya untuk kuliah saya, kuliahnya nanti baru di kota, jadi saya memilih SMA di desa saja. Terus saya SMA di Bai, disana memang asrama tuh bebas tidak ada diatur-atur lagi kayak di asrama seperti waktu SMP, paling hari minggu, terus

(6)

doa pribadi, misa jumat pertama itu juga ada. Ya namanya apa ya, udah SMA itu kan pergaulan juga sudah, apa ya… pacaran tu, juga ada memang, dan memang panggilan saya itu hilang disana, saya tidak ada panggilan lagi.

38 39 40 41 42

MTU : Hmmm, jadi pada saat SMP panggilan itu ada, dan saat SMA sempat hilang?

43 44

P : He…eh, sempat hilang…hilang…, ya mungkin

pergaulan juga ya, dan teman-teman juga kita hidup diluar tidak terarah, asrama memang ada tapi kan, kepala asramanya orang awam, kita bebas, mau belajar kita belajar sendiri, masak sendiri, asrama itu kan kayak kost-kostan gitu. Waktu itu juga ada dari salah satu kesusteran disana, melakukan aksi panggilan, tapi memang kami gak ada tertarik, kami tidak ada satu pun yang daftar, tidak ada, dan saya saat itu tidak ada, tidak ada niat lagi ke situ kayak hilang gitu. Setelah itu saya tamat, keluarga saya itu kan tidak mampu untuk biayai kuliah, sudah saya memikirkan begini, kalau saya di luar saya tidak bisa untuk bekerja seperti orang di luar kan diluar itu kerjanya macam-macam ya, ya selain dulu kan masuk MUDIKA, kan masuk MUDIKA muda mudi katolik itu kegiatannya juga banyak berkebun, bercocok tanam, nah kalau kita diluar itu hidupnya apa ya, itu orang tidak lama hidupnya akan cepat menikah, ya kadang tergantung juga dari keputusan pribadi seseorang, saat itu saya tidak mau tinggal diluar sudah, waktu itu saya juga pingin kerja, dan saya waktu itu bekerja di SPSS, kerja di Biara SPSS di Ende, kerja sebagai karyawati, satu bulan saya percobaan di dapur memasak, sudah selama dua bulan, ada suster yang melihat saya beda dengan teman-teman lain, karyawati lain kan mereka Cuma tamat SMP, SD, begitu, saya disitu memang tamat SMA, saat itu yang tamat SMA ada sekitar tiga sampai empat orang, ada juga kami sempat dekat juga dengan calon suster SPSS, teman saya itu ajak saya “ayo masuk sini, ikut di SPSS dengan saya (menjadi suster), saya jawab, “saya kalau di SPSS tidak bisa”, terus dia bertanya, lalu mau masuk dimana, “ya saya

(7)

lihat dulu, mungkin ada biara yang cocok untuk saya”, saya bilang begitu

79 80

MTU : Suster, kalau boleh tahu Biara SPSS itu apa bedanya dengan biara lain?

81 82

P : SPSS itu, Abdi Roh Kudus, jadi mereka dalam biara itu, satu kamar sendiri, hidup dalam biara,mereka tidak seperti kami, di dalam itu ruangan khusus untuk mereka kamar tidur sendiri, kamar mandi sendiri, pakaian dicucikan oleh karyawati, jadi namanya biara itu kan hidup dalam tembok biara, nah kalau kami kan hidup di tengah-tengah masyarakat, hidup membaur dengan umat dengan masyarakat.

83 84 85 86 87 88 89 90

MTU : Berarti saat itu suster belum menemukan biara yang cocok dengan suster?

91 92

P : Belum, memang teman saya itu mengajak masuk di

biara SPSS, dan waktu itu ada empat biara lain yang ada di sana, tapi keempat ini saya tidak ada tertarik, saya tidak ada satu pun yang saya tertarik. Terus tiba-tiba tahun 1994, saya kerja di SPSS itu sejak saya tamat 92, angkatan 92, saya kerja sejak bulan Juni, dan kebetulan saat itu ada tiga suster dari biara AM untuk cari panggilan, cari panggilan kan tidak ada keluarga, tidak ada umat yang mereka kenal untuk nginap, nah mereka nginap di SPSS yang kebetulan saya kerja disana, dan dari ketiga suster ini ada teman saya yang sama-sama tamat SMA dan satu kelas. Saat bulan Juni saya sempat pulang, dan saya tanya pada kakak ipar saya mengenai teman saya, dan katanya dia sudah di Malang, sekarang dia sudah pakai kerudung, pakai pakaian, sudah terima cincin, dan salib, nah saya bingung kan namanya masuk biara kan ada prosesnya, prosesnya itu kan dua tahun tiga tahun itu baru terima pakaian, terima kerudung, terima cincin, terima kalung salib, tapi kok langsung, saya

penasaran, biara apa sih, saya penasaran. Tapi saya tidak tahu visi misinya apa, karyanya apa saya belum tahu, dan tiba-tiba suster ini datang, saya tu tidak tahu, apa memang kehendak Tuhan juga tiba-tiba ketemu dengan teman saya itu, setelah itu saya bertemu dengan ketiga suster ini, dan wawancara dan mereka juga kasih brosur, dan dijelaskan visi misinya hidup

(8)

bersama dengan anak, kita ini melayani anak-anak cacat, hidup serumah dengan mereka. Sudah, saya tu pingin, sudah saya masuk disini saja, saya tuh pingin melayani seperti ini. Saat saya ambil keputusan masuk dalam biara AM, saya kirim surat ke orang tua, saya minta ijin ke mereka, kami kan sembilan

bersaudara, memang kami bersebelas, tetapi

meninggal dua, tinggal kami bersembilan, saya nomor tujuh, saya minta ijin orang tua, apakah orang tua mengijinkan saya untuk menjadi suster, kalau

mengijinkan saya juga masuk suster, tapi kalau orang tua dan keluarga tidak mengijinkan berarti saya tidak bisa. Saya minta persetujuan dari orang tua, mereka setuju, ya sudah.

120 121 122 123 124 125 126 127 128 129 130 131 132 133

MTU : Dari kesembilan saudara, hanya suster ya yang sekarang menjadi suster?

134 135

P : Iya, hanya saya sendiri, dan memang ditempat saya itu satu-satunya susternya baru saya, kalau imamnya 2 tapi susternya baru saya. Saat menerima keputusan, saya langsung, saya juga sempet bohong ya, sempet bohong sama suster yang disana (SPSS), saya sebenarnya sudah direncanakan dikuliahkan untuk kebidanan, sudah daftar, sudah tes tinggal tunggu masuknya, tapi saya punya panggilan lebih kuat, akhirnya saya tinggalkan untuk profesi itu untuk kemudian masuk di komunitas AM

136 137 138 139 140 141 142 143 144 145

MTU : Kalau boleh tahu suster, komunitas A ini, apakah tidak ada hidup membiaranya, dan langsung ditahbisakan dan hidup dalam masyarakat?

146 147 148

P : Untuk kami komunitas AM itu, langsung, langsung

dalam pembinaan.

149 150

MTU : Tapi juga sempat novis dulu suster? 151

P : Iya, tapi gak lama, kalau sekarang ada perkenalan postulan, habis postulan nanti novis, lalu profesi, jadi dulu kami novis langsung profesi.

152 153 154

MTU : Saat itu suster pembinaan novis berapa tahun? 155

P : Kalau novis waktu itu satu tahun, tapi sekarang dua tahun.

156 157

MTU : Saya ingin mengajak, suster untuk mengingat lagi, saat dalam pembinaan, bisa suster ceritakan saat masih menjadi novis?

(9)

P : Waktu itu, sekitar ada 15 orang novis calon suster, di pembinaan, diperkenalkan cara berdoa, hidup dengan anak-anak, itu dilatih selama satu tahun itu.

161 162 163

MTU : Selama satu tahun menjalani novis itu, bagaimana perasaan suster?

164 165

P : Perasaan waktu itu, ada perasaan dua-duanya, ada perasaan senang ada perasaan pingin pulang juga.

166 167

MTU : Rasa senang seperti apa 168

P : Senang melihat anak-anak, bertemu dengan suster-suster yang lain, bergabung, dan bisa sampai disini (Malang), impian saya tercapai, maksudnya saya kan punya cita-cita ingin menjadi suster kok bisa tercapai seperti itu perasaan saya waktu itu. Terus tidak senangnya waktu itu saya, kalau saya sakit, saya ingat semua dirumah, soalnya kalau saya sakit saya ingat semua dirumah yang lebih saya ingat itu mama, kalau saya sakit itu di rumah mama saya pasti ada. Saya juga tahun 1995 saya sempat pulang, pulang itu karna bapak saya sakit, tapi saya pulang saya sudah terima kerudung, kalung salib, dan cicncin di rumah saat itu 3 bulan. Kemudian saya ditugaskan untuk membuka baru di daerah itu, saya sendiri.

169 170 171 172 173 174 175 176 177 178 179 180 181 182

MTU : Berarti suster yang memang merintis dari awal dibangunnya panti?

183 184

P : Iya, kami bertiga suster juga, sekitar 1997-2000, kamudian kami kembali ke Malang, kami dikuliahkan jurusan PLB, pendidikan luar biasa. Kemudian dari tahun 2000 sampai 2002 awal saya dipindahkan di Maumere lagi, terus 2002 Februari saya pindah ke Madiun sampai 2007 September, kemudian dari 2007 Oktober sampai sekarang, saya di sini.

185 186 187 188 189 190 191

MTU : Luar biasa perjalanan suster ya, dari suster 9 bersaudara hanya suster yang memiliki keinginan untuk menjadi seperti sekarang. Apakah sempat mungkin sebelum orang tua dan keluarga menyetujui untuk menjadi suster, sempat tidak mereka melarang?

192 193 194 195 196

P : Gak tau ya, waktu itu tu setelah saya mengirim surat ke rumah, misalnya saya mengirim surat hari ini, besok tuh mamak saya, kaka saya nomor 3 sama nomor 5, sama adek saya yang bungsu mereka langsung datang ke Ende (sambil tersenyum), saat

(10)

mereka sampai sana saya tuh kaget, kenapa harus datang, lha mamak saya bilang, kan surat saya mereka baca bersama keluarga, mereka minta persetujuan bersama-sama, jadi ini dia punya niat seperti ini apakah kita mau mendukung dia, terus mereka serentak mengatakan iya, ya kalo ini memang sudah jalannya mereka mendukung, ya mereka bilang kalau memang sudah punya pilihan seperti ini ya jalani terus, jangan menolah ke belakang, jangan ingat kami, hidup kami seperti ini, kamu harus menjalani hidup kamu disana.

202 203 204 205 206 207 208 209 210 211 212

MTU : Bagaimana perasaan suster, saat mendengar hal tersebut dari keluarga?

213 214

P : Ya rasa sedih ada ya, karena disana itu kalau ada anaknya yang mau masuk biara, biasanya kumpul-kumpul ya, kumpul-kumpul-kumpul-kumpul keluarga, umat, untuk doa bersama, terus acara makan-makan bersama, saya juga waktu itu dirumah tidak lama, cuma 3 malam dan karena sejak lama saya hidup dalam asrama, waktu itu kan kita makan-makan bersama sebagai perpisahan, dalam hati saya juga sempat saya mampu tidak ya menjalani ini, tapi karena doa keluarga dan pesan dari bapak besar saya yang mengatakan “ingat pilihanmu”.

215 216 217 218 219 220 221 222 223 224

MTU : Wahhh… keluarga luar biasa mendukung ya suster… 225

P : Iya, tapi memang ada saudara, bukan dari keluarga inti tidak setuju ya, sempet mereka berkata bahwa begini “ah sekolah-sekolah sudah sampai SMA kok tidak bantu orang tua malah masuk biara, kan kalau disana mereka berpikir kalau masuk biara kan terlepas ya dengan keluarga, tidak melihat kebelakang lagi, dan hidup untuk berkarya. Terus ada pengalaman saat saya berkarya melayani orang-orang yang didesa saat itu belum ada kendaraan, tiap hari saya berjalan kaki pergi untuk berkarya, pergi untuk mengunjungi dan terapi anak-anak di rumah-rumah mereka masing-masing. Sempat om kandung bilang begini, “kenapa tidak ikut masuk sama teman-temanmu di SPSS kan enak, kenapa memilih panggilan seperti ini tiap hari jalan terus kok miskin sekali”, sampai bilang begitu, lalu saya bilang, “ya tidak apa-apa om, Tuhan pasti punya rencana untuk saya, tidak mungkin Tuhan

(11)

meninggalkan saya, saya pilih jalan ini, pasti Tuhan akan membantu saya.

243 244

Partisipan 1 Wawancara 2 (P1W2)

 Waktu : Jumat, 23 November 2012; pukul 11.30-11.43 WIB  Lokasi : Panti Asuhan 2, Salatiga

MTU : Selamat pagi suster... 1

P : Selamat pagi, ini pintunya saya tutup saja (pintu samping panti), biar anak-anak tidak pada masuk dan berisik.

2 3 4

MTU : Oiya suster... Baik, begini, setelah wawancara yang pertama, ada beberapa hal yang belum saya mengerti dan tanyakan sehingga diperlukan untuk wawancara kedua.

5 6 7 8

P : Oh iya, tidak apa. 9

MTU : Suster, saat wawancara pertama, suster sempat menyebutkan bapak besar, saya kurang mengerti, apakah bapak besar itu bapak kandung atau bapak rohani?

10 11 12 13

P : Bukan... bukan bapak rohani, bapak saya dengan bapak yang meninggal itu (bapak besar) itu masih kakak adik, masih satu turunan.

14 15 16

MTU : Oh, jadi seperti om begitu ya? 17

P : He...eh, masih keluarga dari bapak gitu, kalau kami punya di NTT itu kan kakak dari bapak, dipanggilnya bapak besar, kalo adek dari bapak dipanggilnya bapak kecil, kalau di sini kan pakde, pakle gitu.

18 19 20 21

MTU : Bagaimana hubungan suster dengan bapak besar, sehingga bapak besar ini tahu bahwa suster ingin menjadi seorang suster?

22 23 24

P : Sangat dekat sekali. 25

MTU : Apakah suster pernah bilang pada bapak besar mengenai keinginan menjadi seorang suster?

26 27

P : Saya ndak bilang, hanya waktu itu dia sempet bilang gini, tapi saya gak jawab iya, dia bilang “nanti kamu jadi suster saja ya”, bilang gitu. Sebetulnya dia sudah

(12)

daftarin saya sekolah di Ende, tapi dalam pikiran dan hati saya kan, ah saya tidak mau sekolah di kota, ketimbang saya sekolah di kota nanti saya hanya main saja, pergi jalan-jalan terus saya tidak ingat belajar, lebih baik sekolah di desa dulu, nanti kalau memang ada biaya ya kuliah di kota boleh, tapi saya belum sempet tamat beliau sudah duluan meninggal ya sudah.

31 32 33 34 35 36 37

MTU : Jadi suster gak bilang keinginan untuk menjadi suster pada bapak besar, tapi tiba-tiba bapak besar bertanya seperti itu?

38 39 40

P : Ndak bilang, iya dia bertanya seperti itu tiba-tiba. Makanya saya saat beliau meninggal itu saya sangat kehilangan sekali, awal saya menajdi seorang suster ini, saya sempat, aduh seandainya bapak besar masih ada, saya memang paling bahagia. Saya tuh seperti di lindungi, bapak besar ini kan orangnya dengan siapa saja tuh orangnya baik gitu (menekankan kata-katanya), suster-suster yang di SPSS itu pun

menganggap bapak besar ini seperti keluarga sendiri, dia tidak pandang asal keluarga sendiri, tidak, orang yang datang sama dia, dia anggap keluarganya sendiri.

41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51

MTU : Oh, jadi bapak besar ini memiliki hubungan yang dekat dengan para suster ya?

52 53

P : Iya kan bapak besar ini hidup di biara ya. Bapak besar ini seorang pastur SVD.

54 55

MTU : Apa bapak besar ini salah satu yang menginspirasi suster untuk mejadi seorang suster?

56 57

P : Iya, gimana ya, bapak besar ini, saya tidak bisa mengungkapkan dengan kata-kata, saya dan beliau itu dekat sejak SD, tapi saat SD belum terlalu dekat, saat SMP itu, saat SMP kan saya sering pergi ke biaranya, kalau libur tuh sambil pergi ke biaranya pergi liburan di sana, kadang-kadang 1 minggu, pernah juga SMP dia datang mengunjungi saya.

58 59 60 61 62 63 64

MTU : Kemarin suster mengatakan bahwa dari sembilan bersaudara dalam keluarga suster, hanya suster yang mengambil profesi suster, apakah saudara suster yang lain juga pernah didorong oleh bapak besar untuk menjadi seorang suster, seperti perlakuan bapak besar pada suster?

65 66 67 68 69 70

(13)

MTU : Saat suster memutuskan untuk menjadi seorang suster, siapa yang paling pertama suster beritahu mengenai hal itu?

72 73 74

P : Orang di rumah. 75

MTU : Boleh lebih spesifik suster, siapa? 76

P : Waktu itu kan saya tulis surat, jelas di rumah kalau mereka menerima surat itu mereka kumpul semua, satu orang yang baca, yang lain dengarkan.

77 78 79

MTU : Ooo, kalau dari teman-teman suster ada yang diberitahu?

80 81

P : Kalau teman itu...(sambil tertawa), teman-teman itu mereka gak tau ya, kan saya tutup mati, maksudnya saya gak mau beritahu gitu, jadi disimpen sendiri, tapi temen-temen saya itu kayaknya feelingnya kuat, soalnya kan mereka melihat kok saya dekat banget sama suster yang baru datang itu, mereka bilang, “kamu mau jadi suster itu ya (AM)?”, “siapa bilang saya mau jadi suster?”, “kok deket gitu?”, saya bilang enggak, ya akhirnya mereka tahu sendiri saat 1 minggu sebelum saya keluar dari situ (SPSS), bahkan suster yang di biara itu (SPSS) saya bohong sih, seandainya saya tidak bohong mungkin saya tidak diijinkan untuk masuk komunitas AM. Persis 1 minggu saya mau keluar, suster itu bilang “saya tahu kamu bohong”, terus saya bilang “suster kalau saya tidak bohong mungkin saya tidak bisa keluar dari sini”, bahkan saya bilang ke mereka saya mau kuliah di Kupang, mereka bilang “buat apa kuliah di Kupang jauh-jauh, udah di sini kamu sambil kerja sambil kuliah, biar nanti biayanya kami yang biayai.”

82 83 84 85 86 87 88 89 90 91 92 93 94 95 96 97 98 99 100 101

MTU : Jadi yang diberitahu pertama kali benar-benar keluarga, teman-teman tidak ada yang diberitahu ya. Oke, kalau di keluarga suster siapa yang paling berperan dalam suster mengambil keputusan ini?

102 103 104 105

P : Yang berperan ya kakak-kakak saya, mereka yang

mengumpulkan keluarga, mereka terus bilang kalau memang panggilan dia, kita harus mendukung. Saat ada kumpul-kumpul keluarga sebelum saya pergi, ya mungkin mereka juga sedih ya, bagaimana saya yang tidak pernah kumpul keluarga, sudah mau pergi lagi, saya waktu itu sedih juga ya. Waktu itu mereka juga

(14)

pernah bilang kok saya pergi jadi suster, tapi saya menjanjikan, saya minta doa, saya akan jalan terus ke depan, dan saya harap keluarga di rumah juga baik-baik.

113 114 115 116

MTU : Kalau di keluarga sendiri, siapa yang paling dekat? 117

P : Yang paling dekat dengan saya ya, maksudnya kalau saya punya masalah atau apa cerita gitu, itu kakak yang nomor enam, kalau memang ada masalah, saya cerita sama dia, dan itu juga yang pertama kali tau saya mau jadi suster dia juga, kan dia juga waktu itu salah satu karyawan di biara di Ende.

118 119 120 121 122 123

MTU : Apakah keluarga langsung menyetujui pilihan suster, bagaimana saat itu proses mereka menyetujui?

124 125

P : Saya tidak tahu waktu itu saya tidak ada di rumah, tapi waktu itu lewat 2 hari setelah saya kirim surat ke rumah, saya juga kaget, mamak dan kakak saya nomor tiga dan nomor lima, sama adek bungsu saya itu datang ke biara ke Ende, saya kaget, lho mereka ini buat apa, terus mamak saya langsung bilang sambil nangis, dia bilang begini, “ya saya datang karena dekat di sini, kalau besok-besok sudah pergi jauh tidak mungkin saya bisa datang gitu.” Ya saya mau bagaimana, saya harus mengikuti keputusan ini.

126 127 128 129 130 131 132 133 134 135

MTU : Bagaimana perasaan suster waktu melihat mamak menangis?

136 137

P : Ya sedih juga ya, mau bagaimana ya namanya anak

sama ibu, ya sedih.

138 139

MTU : Apakah ada keraguan saat melihat mamak menangis? 140

P : Saya tidak ada rasa ragu ya, mungkin kan saya punya keinginan itu dari tamat SMA itu, setelah di SPSS itu, mau masuk itu juga tidak mungkin, saat waktu itu ada orang cari panggilan di biara AM ini, saya pikir ini ni. Ya saat diadakan perpisahan dengan keluarga itu memang sedih, saya memang sedih tapi ya...

141 142 143 144 145 146

MTU : Saya mengajak suster untuk berandai-andai, andaikan saat suster mengirimkan surat untuk keluarga, mereka tidak setuju untuk pilihan suster?

147 148 149

P : Kalau mungkin mereka gak setuju, ya saya ikut mereka, yah mungkin mereka tau saya, mereka juga lebih tau hidup saya, kalau mereka tidak setuju tidak mungkin saya...

(15)

MTU : Lalu bagaimana perasaan suster andaikan saat itu tidak diijinkan?

154 155

P : Kalau tidak diijinkan pasti kecewa berat ya, kecewa sekali kalau memang gak diijinkan, yang pasti kalau gak diijinkan saya gak seperti ini, saya gak tau dimana.

156 157 158

MTU : Jika suster tidak diijinkan menjadi seorang suster oleh keluarga, ada gak terbesit keinginan lain atau pilihan lain?

159 160 161

P : Mungkin saya jadi bidan, karena di SPSS sebenarnya saya dikuliahkan, tapi saya tidak jadi masuk karena saya lebih memilih di komunitas AM (sambil tertawa), saya lebih kuat keinginan untuk jadi suster, saya mau masuk ke sini (AM) itu, saya pernah bermimpi Bunda Maria datang dia itu pegang kepala saya, tidak omong apa terus hilang, waktu itu saya tidur, lalu saya bangun saya ingat mimpi itu waktu saya masih di SPSS, waktu itu saya cerita pada mamak saya, lalu saya ingat mimpi ini saat saya mau masuk ke biara AM.

162 163 164 165 166 167 168 169 170 171

MTU : Saat suster mengirim surat ke keluarga, ada kekhawatiran gak dalam diri suster?

172 173

P : Saya waktu itu gak ada, karena saya pikir pasti mereka senang sekali karena diantara sembilan bersaudara ada yang mau jadi suster, itu pasti mereka senang, pikiran saya seperti itu.

174 175 176 177

MTU : Saat pertama kali suster melihat seorang suster yang membuat suster terkagum-kagum itu saat SD atau SMP?

178 179 180

P : Saat SD saat saya liburan ke bapak besar, suster itu sudah tua... sekali bantu-bantu masak di dapur.

181 182

MTU : Bagaimana sih perasaan suster sehingga saat suster melihat suster yang sudah tua itu, suster bilang kok kayaknya hidupnya damai?

183 184 185

P : Iya ya, waktu itu saya melihat suster ini tidak ada beban dalam hidupnya, kok kayaknya hidupnya damai, hidupnya aman, maksudnya kok kayaknya tidak ada beban dia mikir apa gitu, mungkin hanya mikirnya berdoa berdoa gitu, suster itu hidupnya kayak tenang seperti itu.

186 187 188 189 190 191

MTU : Apakah saat SD, saat suster melihat suster yang lanjut usia pertama kali itu, suster langung berpikir ingin menjadi seorang suster?

(16)

P : Iya, waktu itu sempat mikir juga, tapi SD kan, saat itu saya SD mau ke SMP tahun 86.

195 196

MTU : Bagaimana suster memelihara keinginan suster untuk menjadi seorang suster?

197 198

P : Waktu itu kan pernah yang saya bilang pernah hilang kan (saat SMA keinginan hilang), ya terus kan tamat SMA kan kerja di SPSS, di SPSS itu kan muncul lagi, kan di SPSS kan hidup doanya teratur, ada jam doa, jadi keinginan saya muncul lagi. Waktu itu kan ada teman saya yang juga calon suster SPSS mengajak saya untuk masuk menjadi suster SPSS, tapi saya tidak mau, saya bilang “mungkin ada biara yang cocok dengan saya”. Ya sudah dia bilang “saya mau masuk SPSS karena saya memang ingin masuk SPSS” kata dia. Sampai sekarang kami masih sering kontak.

199 200 201 202 203 204 205 206 207 208 209

MTU : Saat suster dari komunitas AM datang, kenapa suster langsung tertarik?

210 211

P : Ya itu tadi saya tertarik lewat brosur, kan suster yang kepala, yang tiga itu kan jelaskan mendetail, hidup serumah dengan anak, sekamar, satu meja makan sama anak-anak, mereka kan yang cacat, yang kakinya buntung, yang tidak punya tangan, saya tuh senang jadi suster untuk melayani mereka.

212 213 214 215 216 217

MTU : Wah kalau saya pikir sangat berat ya suster pekerjaannya?

218 219

P : Memang suster SPSS yang wakil itu sempet bilang saya, “apakah kamu bisa merawat anak-anak seperti itu”, ya saya jawab, “saya coba dulu jikalau saya tidak bisa ya saya mundur, tetapi suster, selagi saya mampu dan kuat saya bisa.”

220 221 222 223 224

MTU : Yang mendasari suster benar-benar memilih profesi menjadi suster di komunitas AM ini apa?

225 226

P : Pelayanan. 227

MTU : O iya suster, saat bapak besar itu bilang untuk menjadi suster saja itu, saat SD atau SMP?

228 229

P : Saat SMP, kebetulan suster asrama SMP saat itu juga dekat dengan bapak besar saya, sempet pesan sama suster itu, ya nanti ponakan saya itu dia mau jadi suster tolong kamu bimbing dia, padahal saya gak bilang punya keinginan menjadi suster. Makanya saat saya ketemu sama ibu asrama saya itu dia kaget (sambil

(17)

tertawa), dia kira saya di SPSS karena kan pernah ketemu juga di SPSS, dia kaget saya jadi suster di kumunitas AM. Kan dia kuliah di UPI Malang, dia kaget, dia keluar kampus tuh dia ngeliat kami, kami tuh kan ada lima, namanya masih calon kan kami masih bersih-bersih halaman itu tuh, kan kampusnya berhadapan dengan rumah pusat (AM), ya udah dia kaget, kan sempat ketemu, dia bilang “hah kok kamu di biara AM?”, dia sempet marah-marah juga, tapi saya bilang “ya suster saya masuk komunitas AM”, terus dia bilang “kok kamu bisa dan kuat?”, ya saya bilang ya biar saja.

236 237 238 239 240 241 242 243 244 245 246 247

MTU : Suster saat suster awal SD memiliki keinginan untuk menjadi suster, apakah keinginan itu terus menguat?

248 249

P : Yah, sempet hilang juga, waktu, saya tuh sekolahnya putus-putus, yah namanya orang tuatidak mampu ya, saya tuh kelas 1 ke kelas 2, saya sempat keluar, bahkan saya saat ujian sempat tidak ikut karena SPP belum di bayar, yah namanya juga dari keluarga petani ya, tapi saya tuh memang punya niat untuk sekolah, dulu sempat saya putus asa, keinginan untuk menjadi suster sempat gak ingat karena banyaknya masalah. Saya tuh lebih kuat lagi keinginan itu tuh, saat bapak besar saya meninggal itu, itu kayaknya saya ada apa mungkin, tapi saya tidak ungkap, saya tidak ungkap mungkin saya janji dalam hati, saya tidak tahu, waktu itu memang sempet bilang gini “bapak saya ikut bapak seperti yang bapak omong ke saya itu”, tapi memang saya tidak ungkap, waktu itu saya hanya menangis saja, hanya menangis didepannya dia itu, terus setiap kali saya pulang itu pasti pergi bakar lilin, janji pada bapak, minta doa untuk saya tetap kuat seperti bapak gitu.

250 251 252 253 254 255 256 257 258 259 260 261 262 263 264 265 266 267 268

MTU : Bapak besar meninggal itu saat suster kelas berapa? 269

P : Waktu saya SMA kelas satu. 270

MTU : Berarti keinginan suster masih kuat ya waktu SMA kelas satu kelas dua, dan sempat hilang saat di SMA kelas tiga, begitu suster?

271 272 273

P : He...em (sambil mengangguk). 274

MTU : Suster pernah gak selama pelatihan novis timbul keraguan bahwa suster tidak kuat menjalani kehidupan

(18)

membiara? 277

P : Pernah, ada...ada, saat awal-awal itu memang banyak tantangan berat, pernah saya itu benar-benar gak kuat, tapi karena doa dari teman-teman, saya sendiri, seandainya orang mungkin kalau tidak kuat mungkin keluar.

278 279 280 281 282

MTU : Tantangan seperti apa? 283

P : Situasi komunitas, situasi pribadi, dari lingkungan, kadang dari keluarga, kadang saya pikir untuk apa saya jadi suster kalau keluarga saya ada masalah, tapi memang saya ada kekuatan dengan mengingat motivasi awal saya.

284 285 286 287 288

MTU : Apa yang membuat suster kuat? 289

P : Dari komunitas, mereka bantu doa, bantu sharing, mengingat kembali motivasi awal. Kalau saya putus asa, kalau saya merasa berat kehidupan kedepan itu, saya mengingat motivasi awal, sudah sampai seperti ini sayang jika dilepaskan.

290 291 292 293 294

MTU : Apakah hubungan dengan Tuhan semakin dekat? 295

P : Hahaha..., iya saya merasa saat saya ada masalah tantangan, malah saya semakin kuat. Tuhan itu baik sama saya setiap saya doa itu selalu terkabul, untuk tantangan kedepan dapat membuat saya lebih kuat lagi.

296 297 298 299 300

Partisipan 1 Wawancara 3 (P1W3)

 Waktu : Senin, 11 Pebruari 2013; pukul 10.00-10.45 WIB  Lokasi : Panti Asuhan 2, Salatiga

MTU : Selamat pagi suster? 1

P : Pagi… 2

MTU : Suster pernah mengatakan bahwa suster mengambil keputusan hidup membiara juga tidak terlepas dari pengaruh dari dukungan orang-orang disekitar suster seperti keluarga, teman komunitas, nah bisa ceritakan secara spesifik, dalam hal apa saja bentuk dukungan mereka?

3 4 5 6 7 8

P : Mereka mendukung saya lewat doa dan memotivasi

saya.

(19)

MTU : Baik, dukungan tersebut seberapa besar pengaruhnya bagi suster dalam mengambil keputusan?

11 12

P : Ya mereka mendukung saya lewat doa, ya mungkin

bukan doa secara berkelompok, tapi mereka ada yang berdoa secara pribadi mendoakan saya, kalau saya pulang mereka keluarga itu kumpul ya seperti itu mba.

13 14 15 16

MTU : Apakah tanpa dukungan mereka suster akan lanjut? 17

P : Yah kalau memang mereka gak mendukung saya, gak

mungkin saya lanjut terus.

18 19

MTU : Apa yang suster lihat pada orang tua suster yang mendukung suster ?

20 21

P : Wah saya sama orang tua saya deket banget mba,

bahkan bapak saya itu inginnya saya tu tugasnya di sana aja biar deket sama keluarga, kalau saya pulang liburan atau pas ada tugas di sana, mereka inginnya saya gak cepet-cepet pulang ke sini (Salatiga), biar saya lama-lama di sana. Menjelang saya selang satu minggu mau pulang mereka tu kayak sedih banget, mereka senang kalau saya dekat mereka. Mereka sangat menyayangi saya.

22 23 24 25 26 27 28 29 30

MTU : Lalu bagaimana dengan saudara-saudara suster? 31

P : Mereka pun mendukung, mereka itu sangat sayang

sama saya.

32 33

MTU : Baik, suster juga pernah bercerita bahwa suster mengalami tantangan saat menjalani kehidupan membiara, bagaimana tantangan tersebut

mempengaruhi suster dalam mengambil keputusan?

34 35 36 37

P : Saya itu ya saya tuh selalu ingat kalau saya

mendapatkan tantangan yang berat saya selalu maju, pokoknya kalau saya sepertinya mau keluar saya inget sama… ih kenapa saya hidup seperti ini, kok kenapa saya seperti ini, tapi saya ingat lagi yang menyuruh kau masuk itu siapa kan saya yang mau, saya berpikir di situ, saya mikir lagi untuk apa saya memilih hidup di luar lagi pula toh kehidupan di luar juga sama dengan orang hidup di dalam komunitas. Saya merasa kalau saya mendapatkan tantangan saya merasa lebih… apa ya… saya melihat kembali apa… hikmahnya di balik tantangan itu bahwa dengan tantangan ini memberi lebih…lebih memberi kekuatan atau mendorong saya agar lebih kuat untuk

(20)

bisa menghadapi masalah tersebut. 52

MTU : Berarti saat ada tantangan suster malah maju tidak menyerah gitu ya?

53 54

P : Iya…iya… 55

MTU : Suster sebelumnya pernah bercerita pada wawancara sebelumnya bahwa, suster pernah merasakan ingin pulang atau keluar dari komunitas/kehidupan membiara saat suster melihat ada masalah dalam keluarga suster. Nah usaha apa yang suster lakukan untuk mengatasi masalah dalam keluarga?

56 57 58 59 60 61

P : Kalau saya seperti itu ya saya masuk kapel terus saya duduk, duduk di depan kapel itu, saya duduk

diam…saya duduk diam saya gak ngomong apa-apa saya berdoa……(mengucapkan doa yang pernah dipanjatkan dengan suara yang sangat pelan), hanya Engkau yang tau, hanya Engkau yang memberikan jalan keluarnya memberikan yang terbaik, jadi saya berdoa seperti itu, pokoknya kalau saya mendapat tantangan saya duduk di kapel, kalau gak di kapel di kamar dan merenung dengan tenang.

62 63 64 65 66 67 68 69 70 71

MTU : Lalu bagaimana suster jika suster mengalami masalah dalam komunitas, usaha apa yang di lakukan untuk mengatasinya?

72 73 74

P : Saya kalau punya masalah dengan komunitas, dengan

teman, atau mungkin dengan perawat, misalnya mereka melakukan kesalahan, itu pertama saya diam dulu, saya lihat mereka apakah mereka sadar

kesalahan mereka kalau mereka gak sadar saya beritahu, kenapa saya diam seperti ini karena kamu begini, lalu saya bawa ke dalam doa, ke dalam doa, Tuhan seperti ini keadaannya kiranya Tuhan ampuni mereka dan juga saya, dan Tuhan buka jalan buka hati mereka biar mereka menyadari kesalahan yang mereka lakukan. Saya itu kalau punya masalah saya ke kapel duduk diam saya merenung, itu kayaknya lega, itu kayaknya maslaah-masalah itu semuanya habis.

75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 86 87 88

MTU : Ya suster, nah itu tantangan yang terjadi dalam keluarga dan komunitas, lalu bagaimana saat terjadi fase pasang surut dalam diri pribadi suster, usaha apa yang suster lakukan untuk mengatasinya sehingga

(21)

suster tetap yakin dengan keputusan suster? 93

P : Saya kalau mengalami fase pasang surut begitu saya menyibukan dengan pekerjaan dan juga berdoa seperti tadi, nanti lupa sendiri.

94 95 96

MTU : Suster kalau di dalam lingkungan komunitas siapa sih yang terus memotivasi suster untuk lanjut?

97 98

P : Oh ya tentunya pimpinan, pimpinan terus memotivasi

kami, teman juga.

99 100

MTU : Bagaimana suster memandang pimpinan suster itu? 101

P : Saya memandang pimpinan, pimpinan saya itu

sebenarnya sudah meninggal, pimpinan saya itu aduh… seperti figur seorang ibu, saya anggap seperti ibu saya sendiri, orangnya kan orang Jawa ya, lembut dia, kalau kita sakit atau kita ada apa orangnya itu perhatian, terus kalau saya pergi libur itu dia bilang “ya baik-baik ya, sehat, nanti pulang ya (balik lagi)” takut gak balik lagi, nanti pulang ya jangan di sana terus.

102 103 104 105 106 107 108 109 110

MTU : Usianya berapa? 111

P : Dia umur 70an, setiap bulan itu mesti ke makamnya pergi doa gitu, kadang sampe sekarang pun walau beliau gak ada, kalau saya lagi kritis sakit atau ada suster yang sakit saya doa sama dia, “aduh ibu kenapa sih kok suster ini kakak ini kok sakit terus, apa yang harus saya buat”, terus “ibu tahu kan situasi sekarang seperti ini”, kadang saya ngomong seperti berhadapan padahal saya ngomong pada gambarnya hehehe (sambil tertawa), atau kalau saya ke Malang saya ngomong “ibu saya mau ke Malang, sampe ketemu di Malang ya” giu saya ngomog.

112 113 114 115 116 117 118 119 120 121 122

MTU : Berarti hubungan suster dengan suster pemimpin itu dekat sekali ya?

123 124

P : Iya saya dekat banget, waktu itu kan pas saya

ditugaskan di sini, beliau sudah digantikan kan karena dia sakit-sakitan makanya di ganti, makanya saya waktu itu saat hari rabu ketemu saya..ketemu saya.. kok rabu besoknya dia meninggal itu, kok sedih banget saya. Sebelum meninggal itu saya berangkat dari sini ke Malang, saya itu peluk dia, dia tanya “kok kamu ke sini”, kan saya panggil ibu, saya bilang “iya bu saya ke sini, mau beli keperluan”, dia bilang

(22)

“kamu baik-baik ya”, “ibu doakan saya ya”, dia bilang “iya saya doakan kamu”. Saya diberitahu minggu besoknya udah gak ada itu mendadak banget, sebelum saya tau itu saya sedang mengerjakan laporan, saya gak tau apa dia ingin saya kesana atau bagaimana, saya itu melakukan pekerjaan itu kayak ngambang, kayak gak ada pekerjaan yang bisa di buat gitu, aneh dengan tinta mengetik kan baru beli saya mengetik kok tidak keluar tintanya kok malah kosong, padahal ini kan tinta baru, terus teman saya ada yang sms Lud kamu ke sini ibu sudah kritis, iya besok pagi aja, tapi mungkin ibu ingin saya pergi kesana, saya ngetik itu bekerja itu tidak bisa. Akhirnya saya doa, saya lepas pekerjaan saya pergi ke Malang, sampe Jombang di bis itu saya menangis, saya menangis, sebelum saya sampai beliau sudah meninggal. Setelah beliau meninggal saya pernah mimpi beliau dua kali, datang menemui saya, dia bilang bilang pada saya “kamu baik-baik ya”. Dia itu baik… banget, perhatian banget.

(23)

Partisipan 2 Wawancara 1 (P2W1)

 Waktu : Jumat, 15 Pebruari 2013; pukul 10.05-11.09 WIB  Lokasi : Panti Asuhan, Salatiga

MTU : Selamat pagi suster… 1

P : Pagi mba. 2

MTU : Suster, sejak kapan suster memiliki ketertarikan akan kehidupan membiara?

3 4

P : Sejak sekolah dasar kelas tiga saya tertarik kehidupan membiara sejak kelas tiga. Saya melihat seorang suster saat di gereja. Kemudian saya ikut pembinaan, lalu masuk dalam biara PRR. Tapi gak lama saya waktu itu sakit, terus disuruh pulang sama keluarga dan diijinkan oleh pemimpin biara, setelah saya pulang dan waktu sembuh saya ditawarkan sama keluarga mau balik lagi ke biara atau mau kuliah aja, waktu itu om saya yang menawarkan, saya tanya kuliah di mana, terus katanya di IPI di Malang, akhirnya saya pilih kuliah. Nah di kampus itu kan ada kita pergi ke panti-panti gitu, setiap beberapa kali dalam seminggu, di situ saya lihat langsung mereka anak-anak yang cacat, di situ kami biasanya bantu bersih-bersih panti, bantuin kasih makan, setelah pulang dari situ saya putuskan saya pengen jadi suster, biar bisa rawat langsung mereka, akhirnya saya masuk komunitas AM.

5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21

MTU : Saat itu, apa yang dilihat dari suster tersebut? 23

P : Pokoknya mereka itu saya lihatnya itu sopan, anggun seperti itu, rajin berdoa, kelihatan… itu saya tertarik itu di situ.

24 25 26

MTU : Bagaimana perasaan suster saat melihat suster-suster tersebut?

27 28

P : Gak tau ya mba, pokoknya saat melihat itu pingin jadi suster.

29 30

MTU : Baik, suster saat kelas tiga SD itu, keinginan untuk hidup membiara dan menjadi suster itu apakah selalu ada?

31 32 33

P : Oh… setelah kelas tiga SD keinginan itu hilang tow, tidak ada. Jadi setelah kelas tiga SD itu sudah tidak

(24)

ada niat tidak ada kepikiran itu, gak sampe kepikiran untuk masuk dalam kehidupan membiara. Waktu kelas tiga SD ya liat terus tertarik gitu tapi kan masih anak-anak jadi cuma begitu saja, aa… terus muncul lagi pas SMA kelas dua.

36 37 38 39 40

MTU : Apa yang membuat keinginan itu muncul kembali? 41

P : aa… karena itu kan saya nengok kakak kelas saya, dia kan tinggal di kesusteran tow he..eh.., terus saya ada.. ingin lagi kan ha..ah.. ingin lagi, ya muncul tiba-tiba, jadi saya ikut pembinaan. Awalnya saya tanya apakah di biara itu ada pembinaan calon suster gak, terus katanya biasanya ada tapi setiap minggu, jadi saya ikut setiap minggu.

42 43 44 45 46 47 48

MTU : Jadi kakak kelas suster itu tinggal di biara PRR ya suster?

49 50

P : e.. he..eh.. dia tinggal asramanya bukan masuk jadi suster.

51 52

MTU : Nah apakah suster saat memiliki keinginan untuk hidup membiara saat SMA dan suster mengikuti pembinaan, apakah suster memberitahu keluarga?

53 54 55

P : Belum, sama sekali belum, cuma saya beritahu kakak itu… bilang “masa kamu…gak boleh…kamu kan jurusan IPA”, saya kan jurusan Fisika, saya diam-diam saja.. tapi saya diam-diam ikut pembinaan itu hehe… diam-diam…

56 57 58 59 60

MTU : Hmm, kalau boleh tahu suster berapa bersaudara? 61

P : Tujuh. 62

MTU : Oke, yang diberitahu itu kakak nomor berapa? 63

P : Kakak yang nomor tiga, saya sendiri nomor enam. 64

MTU : Apakah hanya kakak nomor tiga saja yang diberitahu? 65

P : Iya… 66

MTU : Lalu, setelah ikut pembinaan suster memberitahu orang tua?

67 68

P : Iya. 69

MTU : Bagaimana reaksi mereka? 70

P : Hmmm.. sebelum… waktu itu kan saya beritahu

sudah.. ini tow.. sudah lulus om saya itu guru agama setuju sekali sama bapak itu setuju sekali, nah mamak ini yang gak setuju… tapi ya mamak juga ya lama-lama ikut setuju lah. Mamak saya sudah meninggal, mamak meninggal itu waktu saya SMP kelas tiga

(25)

hmm.. 77

MTU : SMP kelas tiga mamak sudah meninggal, berarti mamak gak tahu suster ikut pembinaan?

77 78

P : ee… he..eh... iya mamak belum tau.. 79

MTU : Berarti bapak suster reaksinya setuju sekali ya dengan keputusan suster?

80 81

P : Iya bapak itu setuju sekali. 82

MTU : Nah suster kan tujuh bersaudara, nah yang keenam saudara suster itu bagaimana reaksi mereka setelah mengetahui keputusan suster?

83 84 85

P : Mereka mengikuti saja. 86

MTU : Berarti reasksi mereka mendukung semua sejak awal? 87

P : Ya… memang kalau kita di sana kan, kalau anak

perempuan itu kan kalau kita masuk biara kan kita tidak punya keturunan dan mungkin mereka rasa awalnya kayak apa..kecewa.. keliatan muka pada sedih kayak begitu… tapi ya lama-lama mereka ikut juga sih keputusan. Ya kalau memang itu keputusan kamu ya jalani saja he..eh..kami mendukung.

88 89 90 91 92 93 94

MTU : Kalau boleh tau suster di dalam keluarga suster paling dekat dengan siapa?

95 96

P : Kalau saya itu kan dipiara, saya sejak kecil

dipiara..saya paling dekat itu sama mamak kecil saya (tante), adek dari mamak saya gitu lho.. ha..eh.. terus saya lebih dekat dengan mamak piara saya gitu ha..eh..

97 98 99 100

MTU : Nah, apakah mamak kecil itu setuju dengan keputusan suster untuk hidup membiara?

101 102

P : Oh.. setuju, memang awalnya ya..berat ya, awalnya

berat, terus kan saya.. mereka ikut saya hehe… 103 104

MTU : Usaha apa yang suster lakukan sehingga mereka setuju dengan keputusan suster?

105 106

P : E….itu kan dari saya, saya sudah memutuskan…..

mereka ikut aja hehe… 107 108

MTU : Apa suster meyakinkan mereka? 109

P : ee..ha..eh.. meyakinkan mereka 110

MTU : Sulit apa tidak suster meyakinkan mereka? 111

P : Ya dengan kita penuh dengan keyakinan dan kita harus doa, doa terus, doa untuk mendapatkan hati mereka supaya mereka setuju he eh gitu hehe…

112 113 114

MTU : Lama gak suster untuk meyakinkan mereka akan keputusan yang suster ambil?

(26)

P : …..e..agak lama juga sih ya (sambil tertawa), memberikan pengertian pada mereka ha..eh.. ya memang agak..agak..lama sih, tapi ya akhirnya juga mereka setuju mendukung.

117 118 119 120

MTU : Suster siapa sih yang memiliki peran yang besar bagi suster, sehingga suster mengambil keputusan hidup membiara?

121 122 123

P : Itu bapak saya bapak, bapak itu….. bapak itu orangnya kuat doa….. pokoknya setiap setiap jam doa, sampe sekarang pun umur 80 tahun tapi tetep doa doa kuat. Yah sejak saya awal memberitahu kalau saya punya niat untuk masuk biara dia setuju. Itu saya kan sering sakit sering sakit, kakak saya yang lain bilang “sudah keluar saja, pulang saja”, kalau seperti itu bapak saya bilang “ya..kalau kamu suruh keluar keluar aja, tapi nanti besok kamu tanggung jawabnya sama Tuhan Allah”, bapak saya ngomong gitu sama kakak-kakak saya.

124 125 126 127 128 129 130 131 132 133 134

MTU : Baik suster, lalu apakah suster pernah mengalami fase pasang surut dalam proses menuju kehidupan

membiara?

135 136 137

P : Ya ada sih, waktu itu ada ada dari temen saya, temen deket saya, saya kan punya kenalan itu…kami dari…kenalan itu dari SMP kelas 2 sampe tamat pun masih aaa… gitu… awalnya tidak tidak mendukung tow tapi kemudian dia mendukung.

138 139 140 141 142

MTU : Apakah ketidaksetujuan mereka membuat suster mundur dari niatan hidup membiara?

143 144

P : Oh.. itu.. saya itu nekat, keinginan ya.. bagaimanapun ya akan gitu… Nah kalau setelah di dalam itu (dalam komunitas) itu banyak pasang surutnya.

145 146 147

MTU : Itu baru saja mau saya tanyakan suster hehe.., baik apa yang mungkin menjadi tantangan bagi suster saat di komunitas?

148 149 150

P : Hal yang berat buat saya itu..apa..dalam komunitas antara bersama… pokoknya antar sesama gitu, itu yang membuat…membuat… aa…waktu itu hampir mau hampir mau..hampir mau keluar.. waktu itu juga pernah apa..aa..tinggalkan tinggalkan komunitas pergi ke tempat lain, setelah itu memang waktu itu saya sudah..saya sudah tidak kuat lagi di dalam komunitas

(27)

itu saya mau pergi saja, pergi saja sudah pokoknya sudah tidak kuat lagi kayaknya mau pergi saja, waktu saya pergi pun gak memberitahu siapa-siapa, tapi saya pergi bukan ke rumah orang tua tapi di rumah

komunitas di tempat lain masih rumah punya

komunitas tapi di tempat lain gitu, setelah itu.. setelah saya pergi diam-diam, malemnya itu saya memutuskan apakah saya harus tinggalkan tinggalkan panggilan atau… malam itu sepanjang malam saya tidak bisa tidur saya doa, saya doa rosario dan saya duduk sepanjang malam itu paginya saya… kan waktu itu di rumah itu cuma ada satu orang tow aa.. satu orang saja, saya masih tidur tow, paginya, waktu itu kan belum bawa hp, jadi saya telpon ke wartel, pagi-pagi saya telpon dari wartel saya telpon keluarga ini mamaknya kakak ipar saya kakak yang nomor tiga ini, mamak itu kan aktif aktif kegiatan-kegiatan di gereja kan aktif, terus saya telpon, saya bilang “saya di sini ini saya tidak kuat lagi saya mau..saya mau keluar saja mengundurkan diri saja”, mamak saya bilang

“kenapa?, kamu tidak boleh begitu, kamu ada masalah ya ? kalau kamu ada masalah kamu ketemu sama pimpinan saja tow, sama pimpinan omong minta pindah ke tempat lain kalau kamu gak cocok kamu pindah ke tempat lain saja, ya nanti kami doakan kamu tidak boleh pikir untuk keluar kalau kamu sudah memilih itu ya teruskan. Pokoknya kamu kembali kamu ketemu dengan pimpinan nanti ceritakan apa masalah kamu, pimpinan yang putuskan mau pindahkan atau bagaimana”. Sudah saya pulang kembali ke rumah itu bagaimana ya saya ini, bagaimana mamak ini… saya belum memberitahu keluarga saya, saya mau kembali itu rasanya berat kembali ke komunitas itu, memang malamnya itu pimpinan menelpon, tanya ke teman itu, ditanya saya ada di rumah itu tidak, oh ada di sini tapi dia tidur, tadi dia datang itu kepala pusing padahal saya duduk di samping, terus ini setelah dari wartel, temen saya dari gereja belum pulang, sambil tunggu teman saya saya pikir ulang bagaimana ya saya ini apa kembali ke sana, saya pikir-pikir, akhirnya ya sudah apapun yang terjadi

(28)

saya kembali ke sana, pokoknya saya hadapi saja, sekitar jam sepuluh saya kembali lagi ke komunitas itu, terus saya ke sana itu, orang yang pokoknya yang tidak suka dengan saya itu di asrama itu kan gak ketemu, saya langsung ke pimpinan. Mereka pagi itu sudah gossip bilang saya sudah minggat, terus saya bicara sama pimpinan terus “Em” itu saya baru datang “Em, apa sih kamu itu kok katanya kamu minggat, Em ngopo sih kamu?”, terus saya disuruh duduk “ngopo tow kamu itu? cerita”, baru saya ceritakan semua, setelah cerita semua, “sekarang kamu pilih mau pindah ke asrama mana?”, saya bilang saya gak mau pilih ibu, pokoknnya ibu suruh saya di mana saja saya ikut, akhirnya ibu tunjukan satu tempat, saya kesitu terus.. dua dua bulan saja saya di rumah itu di asrama yang baru terus saya pindah lagi ke tempat yang sama, tapi orang itu sudah pindah ke tempat lain, saya pindah lagi ke asrama lama sampai dua tahun dari tahun 2000 sampai tahun 2002, saya ngurus di sekolah terus saya ngurus di kapel. Saya dua tahun di situ saya

dipindahkan ke Flores, di Flores itu sepuluh tahun.

199 200 201 202 203 204 205 206 207 208 209 210 211 212 213 214 215 216 217 218 219

MTU : Apa yang suster lakukan untuk tetap setia pada pilihan suster?

220 221

P : Ya, satu-satunya itu berdoa… berdoa ya berdoa supaya kita itu kuat, sambil berdoa,juga dukungan dari teman-teman yang lain kalau enggak bisa-bisa itu kan…..keluar.

222 223 224 225

MTU : O iya suster, saat pilihan suster untuk hidup membiara tidak mendapatkan sepenuhnya dukungan dari keluarga (kakak dan adik), bagaimana sih perasaan suster saat itu?

226 227 228 229

P : Iya, waktu itu ada yang tidak mendukung tapi saya punya prinsip, punya prinsip saya sudah memilih ini biar apapun resikonya saya akan hadapi begitu

230 231 232

MTU : Suster saat pertama kali melihat seorang suster, suster melihat mereka itu sopan, anggun, dan rajin berdoa, mengapa hal-hal itu menjadi hal yang penting buat suster?

233 234 235 236

P : Hehehehehe…..gimana ya hehehe….. pokoknya waktu

itu saya melihat mereka itu sopan, anggun, rajin berdoa….. pokoknya…. Waktu itu juga waktu saya

(29)

kelas enam ini, apa guru bahasa Indonesia minta ini lho aaa….. mengarang….. mengarang tentang cita-cita terus saya itu pilihan saya itu saya ingin mau jadi suster dan perawat nah dari dua pilihan itu, memang dari kecilnya sudah pingin begitu.

240 241 242 243 244

MTU : Baik suster, saat suster di biara PRR, dan suster keluar dan memilih untuk berkuliah di Malang, apakah keinginan itu juga hilang?

245 246 247

P : Waktu saya keluar dari biara itu, saya masih punya niat..punya niat.. tapi kan waktu itu kakak dan paman memberi alternatif buat saya saya pilih kuliah dan waktu itu tidak ada pikiran lagi untuk kembali ke biara PRR dan tidak ada…niat lagi untuk membiara. Waktu itu kan kakak tanya mau kursus, mau kuliah, atau mau kembali lagi, saya pilih kuliah. Nah waktu itu pas kaka kantar saya itu di kapal tiba di Kupang ketemu suster AM (komunitas AM), belum… saya belum tau itu AM atau biara apa ha ah…suster dua orang itu orang Timor semua ha terus waktu itu mereka kenalan terus mereka sebut, kami ini biara AM, terus kan kok AM itu di mana, o itu di ini Malang, o ini kakak saya bilang, adek ini juga mau masuk IPI Malang, terus suster bilang o pak, IPI itu dikelola oleh AM. Akhirnya kami sama-sama dengan suster itu, terus suster tanya ini adek sama bapak mau turun dimana, kami jawab kami itu mau masuk IPI itu bagaimana?, kita ke biara dulu, sampe Surabaya kita turun sama-sama naik travel, terus kita ke biara AM di Malang itu, kami turun langsung pimpinannya datang salaman trus suster yang itu bilang ini mau masuk IPI, terus kami diantar, saya itu terlambat training 2 hari saya terlambat, setelah kakak antar saya langsung ke Bandung.

248 249 250 251 252 253 254 255 256 257 258 259 260 261 262 263 264 265 266 267 268 269 270 271 272

MTU : Hmm.. oke suster juga bilang bahwa saat pertama suster masuk biara PRR kemudian keluar dan memilih kuliah dan kemudian memilih masuk pada komunitas AM, apa yang membuat suster lebih bertahan di AM daripada di PRR?

273 274 275 276 277

P : Saya itu kuatnya karna anak he em, kalo anak-anak itu kalau mau tinggalkan mereka itu gak tega, kita ini sudah normal kok kita ini melihat penderitaan

(30)

sedikit pun kita masih enak mereka itu penderitaannya luar biasa, anak-anak itu, kalau saya mau tinggalkan itu saya masih pikir tapi kadang juga saat emosi saat kita emosi kan kita sembarang mengambil keputusan, tapi kita kembali merenungkan kembali berdoa saat doa itu apa maksudnya keinginan kita untuk pergi itu hilang dengan berdoa gitu. Apalagi dengan anak yang kita rawat dari bayi itu rasanya kalau kita mau tinggalkan…mereka itu sudah kita anggap anak kita sendiri, kalau mau meninggalkan mereka itu berat, saya senangnya di AM itu dengan anak-anak itu memberikan penghiburan, saat hati geram rasa apa..kita pulang dari mana-mana lalu lihat mereka itu kita rasa semua itu hilang.

281 282 283 284 285 286 287 288 289 290 291 292 293 294

MTU : Suster seberapa besar dukungan dari bapak dan paman yang mendukung dari awal?

295 296

P : Bapak itu wah gak tau ya, saya juga, mereka itu kok mendukung ya, gimana ya mereka itu kuat doa, mereka itu bener-bener selalu mendukung, bapak itu selalu mendukung, a… baru-baru ini kan saya menceritakan ke mereka kalau ada temen-temen saya yang tinggalkan, teman saya, teman saya satu

kampung tow, he eh dia sudah di komunitas dia tinggalkan komunitas, nah saya cerita sama keluarga saya, kakak ini yang awalnya tidak mendukung ini saya sempat cerita itu, kakak bilang “kenapa mereka seperti ini?”, saya bilang “ya tidak tau lah katanya alasannya itu capek”, “lho semua orang di dunia ini harus capek, orang mau makan itu harus bekerja dulu baru dapet sesuatu, masak hanya itu, alasan itu tidak masuk akal, pokoknya kalau kamu merasa seperti itu kamu harus terus”, jadi saya itu tidak bisa kata-kata lagi, mau bicara gak bisa lagi hahahahaha…..

297 298 299 300 301 302 303 304 305 306 307 308 309 310 311 312 313

MTU : Oke suster, berarti keluarga sepenuhnya mendukung ya, nah bagaimana dukungan tersebut nyata dalam diri suster?

314 315 316

P : Apa ya, mereka itu mendukung doanya itu kuat, mereka berpesan kalau ada masalah kamu harus hadapi, jadi saya saat ada masalah saya ingat pesan mereka.

(31)

Partisipan 2 Wawancara 2 (P2W2)

 Waktu : Minggu, 10 Maret 2013; pukul 10.34-11.28 WIB  Lokasi : Panti Asuhan, Salatiga

MTU : Selamat pagi suster. 1

P : Pagi mba… 2

MTU : Suster kalau boleh saya tahu suster itu asalnya dari daerah mana ya?

3 4

P : Saya dari NTT di Atambua, saya di pulau Timornya. 5

MTU : Oh iya suster. Baik, suster pada wawancara yang pertama suster mengatakan saat suster mengambil keputusan hidup membiara, ayah setuju sedangkan ibu tidak setuju, nah kalau boleh tau yang dimaksud ibu di sini, ibu kandung suster atau ibu yang mengasuh suster (mamak kecil)? Karena suster sebelumnya juga cerita bahwa ibu kandung meninggal sebelum suster

mengambil keputusan hidup membiara.

6 7 8 9 10 11 12 13

P : Ooo itu, maksudnya itu mamak kecil saya, mamak

kandung saya kan meninggal dan belum tahu saya punya keinginan untuk hidup membiara, jadi mamak kecil saya waktu itu kan memang ada dia gak setuju saya memilih menjadi seperti ini.

14 15 16 17 18

MTU : Ohh jadi yang gak setuju itu mamak kecil ya, lalu suster kalau boleh tau suster anak ke berapa dari berapa bersaudara?

19 20 21

P : Saya anak ke enam dari tujuh bersaudara, tapi anak ke lima yang pas di atas saya itu sudah meninggal sejak masih kecil.

22 23 24

MTU : Apakah suster satu-satunya anak perempuan? 25

P : Enggak, dari ketujuh itu perempuannya empat dan laki-lakinya tiga.

26 27

MTU : Suster kalau boleh tau sejak kapan suster diasuh oleh mamak kecil?

28 29

P : Saya, diasuh, waktu itu sejak kecil, sejak usia….. aduh usia berapa saya gak tau pokoknya sejak masih bayi saya diasuh sama mamak kecil.

30 31 32

MTU : Bisa suster ceritakan alasan suster diasuh oleh mamak kecil?

(32)

P : Ohh… begini kan mamak kecil saya itu belum punya anak, sudah menikah tapi belum punya anak, jadi saya itu diasuh sama mamak kecil, istilahnya itu lho mba buat pancingan supaya mamak kecil bisa punya anak.

35 36 37 38

MTU : Oo, lalu sampai usia berapa suster diasuh oleh mamak kecil?

39 40

P : Waktu itu sampai saya kelas enam, karena saya sudah dengar-dengar begitu kalau mamak saya itu bukan mamak kandung saya tapi itu tante saya, terus kan sekolah saya kan waktu itu jauh dari rumah mamak kecil dan lebih dekat dengan rumah orang tua kandung saya, jadi saya sering pulang ke rumah.

41 42 43 44 45 46

MTU : Ooo, baik suster kalau begitu bagaimana sih relasi suster dengan mamak kecil itu?

47 48

P : Mamak itu dia itu eh apa itu… omongnya

banyak…cerewet gitu hehehe, jadi misalnya kalau udah ngomong itu banyak dan bapak kalau dengar biasanya ngomong, itu seperti radio begitu haha…

49 50 51 52

MTU : Lalu apakah suster dengan mamak kandung dan mamak

kecil suster merasa lebih dekat dengan yang mana?

53 54

P : Em…….ya karena sudah diasuh sejak kecil ya, jadi ya sama mamak kecil saya lebih dekat. Saya itu sudah dianggap anak pertamanya.

55 56 57

MTU : Kalau dengan mamak kandung bagaimana? 58

P : Mamak kandung saya itu ya gimana ya, ya biasa-biasa aja gitu…heem, waktu meninggal juga ya…sedih sih tapi ya gimana ya, ya gitu…

59 60 61

MTU : Suster lalu bagaimana relasi suster dengan bapak kandung suster?

62 63

P : Bapak, hubungannya ya baik ya, ya biasa, ya bapak itu rajin doanya.

64 65

MTU : Hmm, baik suster suster sebelumnya bercerita pada awalnya mamak kecil gak setuju ya saat awal-awal suster tertarik mengambil keputusan menjadi suster di biara PRR, nah tapi lama-lama kemudian setuju. Bagaimana sih prosesnya sampai mamak kecil itu setuju?

66 67 68 69 70 71

P : Bagaimana ya, ya memang awalnya tidak setuju tapi lama-lama mereka setuju, setelah melihat saya masuk dalam pelatihan ya akhirnya setuju juga.

72 73 74

(33)

setujunya itu karena apa? 76

P : Yah, mungkin mamak (mamak kecil) itu pikir kan saya anak paling pertama, jadi nanti siapa yang mungkin menjaga dan mengurus adik-adik begitu.

77 78 79

MTU : Usaha apa yang suster lakukan saat itu agar keluarga (mamak besar dan kakak-kakak) setuju?

80 81

P : Apa ya, ya saya itu nekat aja, saya ikut pembinaan, saya waktu itu lulus tesnya dan saya diterima, terus saya bilang sama mereka, ya saya akhirnya diijinkan, waktu itu sebelum saya pergi kan biasanya ada acara kumpul-kumpul gitu ya untuk perpisahan, ya saya gak tau ya dalam hati mereka, tapi saat itu mereka gak

mengucapkan mereka gak setuju.

82 83 84 85 86 87 88

MTU : Bisa diceritakan saat itu apa sih yang suster lakukan untuk meyakinkan keluarga?

89 90

P : Apa ya, ya setelah mereka melihat saya ikut pembinaan ya mereka juga setuju.

91 92

MTU : Ada gak waktu itu yang membantu suster agar keluarga setuju?

93 94

P : Ya ada, om saya itu, itu guru agama, om saya itu yang bilang sama kakak-kakak saya, bapak saya, kasih pengertian sama keluarga. Akhirnya keluarga juga setuju.

95 96 97 98

MTU : Saat itu suster waktu awal mengambil keputusan suster mantap gak?

99 100

P : iya saat itu pokoknya saya mau jadi suster, ya mantap. 101

MTU : Berarti tidak ada keraguan saat mengambil keputusan itu?

102 103

P : Hmmm.. waktu itu sempat ada ya…ada ragu juga ya…

Ada teman saya…teman ya… kami sudah dari SMP itu dekat, ya saya sempat kirim surat sama dia bilang kalau saya memutuskan memilih menjadi suster, waktu itu dia juga kaget gitu ya, dia bilang kenapa saya itu gak bilang punya keinginan seperti itu, kenapa saya itu memberi harapan sama dia, kan saya dengan orang tuanya kan sudah kenal juga. Tapi setelah masuk saya jadi novis begitu, sempat dia kirim surat bilang kalau dia mendukung saya, dia mendukung pilihan saya, dia bilang kalau memang sudah keputusan kamu itu ya jalani jangan menengok ke belakang begitu. Waktu itu saya ingat kalau pas dia itu sedang skripsi ya, waktu itu

(34)

pas saya kasih tau mau jadi suster, ya begitu heee… 117

MTU : Suster juga sebelumnya pernah menceritakan saat di komunitas ada tantangan yang besar yang membuat suster ingin meninggalkan hidup membiara, bisa suster ceritakan bagaimana perasaan suster saat itu?

118 119 120 121

P : Waktu itu ya, saat saya ada tantangan itu, saya satu malam itu saya gak bisa tidur, saya pikir bagaimana ya kalau saya keluar, kalau saya keluar apa yang akan saya lakukan di luar, saya juga ingat dengan saat-saat saya memutuskan pilihan ini, saya ingat juga suka dukanya menjalani ini, saya tidak bisa tidur. Saya besok pagi saya telpon keluarga, itu mamak besarnya kakak ipar saya, dia kan aktifis begitu ya di gereja, saya telpon bagaimana ini, dia bilang saya tidak boleh keluar, kalau ada masalah bilang sama pimpinan biar pimpinan yang bantu cari jalan keluar, apa mau dipindah atau

bagaimana, begitu, saya akhirnya tidak jadi keluar itu.

122 123 124 125 126 127 128 129 130 131 132 133

MTU : Lalu saat itu perasaan apa sih yang muncul suster? 134

P : Ya sedih juga, ya saya pikir kalau saya tinggalkan bagaimana apa yang saya lakukan di luar.

135 136

MTU : Berarti saat itu yang membantu meyakinkan suster adalah mamak besar dari kakak ipar ya suster?

137 138

P : Iya. 139

MTU : Suster saat di AM ini, suster merawat anak-anak itu apakah sudah terbiasa pengalaman mengurus anak-anak?

140 141 142

P : Iya kan saya itu juga sudah terbiasa mengurus adik-adik saya, mamak kecil saya kan buka usaha jadi sibuk, jadi sering pergi, saya yang di rumah jagain dan ngurus adik-adik.

143 144 145 146

MTU : Lalu suster bagaimana hubungan suster dengan keluarga dengan kakak-kakak?

147 148

P : Baik ya. 149

MTU : Kalau suster pulang itu, apakah bertemu dengan keluarga?

150 151

P : Iya bertemu, kalau saya pulang mereka pada datang dan kumpul, kalau mereka gak datang saya yang

mengunjungi mereka.

152 153 154

MTU : O iya suster waktu pertama keluarga tau suster masuk dalam pembinaan di biara PRR itu keluarga gak setuju ya seperti yang baru suster ceritakan, nah bagaimana

(35)

Partisipan 2 Wawancara 3 (P2W3)

 Waktu : Kamis, 4 April 2013; pukul 10.10-10.28 WIB  Lokasi : Panti Asuhan, Salatiga.

saat di AM, mereka setuju gak? 158

P : Waktu itu, kalau waktu saya di AM ini saya gak ada cerita sama mereka, jadi kan mereka taunya saya kuliah di IPI (Institut Pastoral Indonesia) padahal saya masuk jadi suster, waktu itu waktu saya jadi novis saya ditugaskan ke Atambua, terus mereka melihat saya, mereka juga kaget melihat saya sudah pakai kerudung, ya mereka kaget.

159 160 161 162 163 164 165

MTU : Suster berarti selama itu gak cerita sama keluarga? 166

P : Enggak, saya ada telpon mereka tapi saya gak bilang saya ikut di AM.

167 168

MTU : Apa sih reaksi mereka saat itu? 169

P : Ya mereka juga kaget, kok kamu sudah seperti ini, he… 170

MTU : Saat itu apakah suster sempat pulang, saat ditugaskan di Atambua?

171 172

P : Iya saya itu pulang, saya di rumah selama dua minggu. 173

MTU : Waktu itu mereka bertanya pada suster, bisa diceritakan?

174 175

P : Ya mereka tanya kok sudah seperti ini, kok gak bilang gitu, ya mereka kaget.

176 177

MTU : Mereka setuju gak dengan keputusan suster? 178

P : Mereka gak bilang apa-apa sih mereka kaget, waktu itu saya juga bawa anak yang cacat juga tinggal di rumah, ya mereka melihat anak itu, saya juga menceritakan kita ini karyanya merawat anak-anak miskin, cacat seperti itu, ya mereka setuju.

179 180 181 182 183

MTU : Selamat pagi suster… 1

P : Selamat pagi mba Maria… 2

MTU : Suster, sebelumnya suster pernah cerita, saat suster nekat ikut pembinaan, lulus, baru terbuka sama keluarga, baru bilang, nah kenapa suster saat itu bisa nekat?

3 4 5 6

(36)

itu kan dari…dari SD, dari SD kelas tiga tow, tapi karna setelah tamat SD terus hilang ya..apa gak ada lagi pikiran untuk itu, setelah SMA kelas dua baru saya…apa..ingin, keinginan itu mulai muncul lagi akhirnya saya ini apa, tanya teman yang tinggal dengan suster itu untuk pembinaan, akhirnya saya ikut

pembinaan gitu.

8 9 10 11 12 13 14

MTU : Apa sih yang mungkin membuat suster nekat, saat itu perasaan suster bagaimana?

15 16

P : Pokoknya perasaan itu pingin jadi, pingin jadi suster, ingin sekali gitu jadi suster.

17 18

MTU : Walaupun mungkin ada tantangan (keluarga tidak setuju) tetap ingin?

19 20

P : Ingin ha ah begitu. 21

MTU : Kenapa saat itu mesti nekat? 22

P : Ya memang saya pingin sekali ya untuk ini, mau masuk suster gitu, saya kan sebelumnya belum beritahu diam-diam saja ikut ini pembinaan, kemudian ikut tes, setelah lulus tes baru saya beritahu kalau saya sudah lulus begitu, nanti tanggal ini saya berangkat, berangkat ke Flores begitu.

23 24 25 26 27 28

MTU : Berarti, keinginannya sangat besar ya suster. Berarti suster tidak beritahu karna tidak diijinkan, makannya diam-diam begitu suster?

29 30 31

P : Iya, sebelumnya saya beritahukan kakak waktu kelas dua, saya sampaikan keinginan saya sama kakak, terus kata dia “buat apa kamu kan jurusan IPA, buat apa kamu masuk suster?”, gitu kan, nah diam-diam saya ikut pembinaan itu hehehe..

32 33 34 35 36

MTU : Apa sih alasannya waktu itu suster tidak memberitahu keluarga misalnya yang dekat dengan suster seperti mamak kecil?

37 38 39

P : Iya, alasannya itu ya saya takut kan untuk mereka gak setuju kalo beritahu dulu kan, jadi saya apa diam-diam ikut begitu, setelah saya lulus baru beritahu, itu kan pasti mau tidak mau mereka itu kan sudah (sambil tertawa) itu kan, terlanjurlah.

40 41 42 43 44

MTU : Apa yang membuat suster itu berani untuk melakukan hal yang nekat itu?

45 46

P : Ya pokoknya itu, saya pinginlah jadi suster seperti itu, keinginan saya kerinduan saya, itu kan kerinduan itu

(37)

dari kecil ya, dari SD tapi ya karna situasi hilang muncul begitu tow.

49 50

MTU : Berarti sejak keinginan itu kembali muncul suster itu selalu terpikir sampai bertanya pada teman itu?

51 52

P : Iya ha ah, pokoknya saya senang mau ikut pembinaan mau jadi suster itu gitu senang.

53 54

MTU : Berarti selama suster tidak memberitahu pada keluarga waktu ikut pembinaan itu berarti selama satu tahu itu suster?

55 56 57

P : Iya, setiap minggu, tapi itu pergi saya juga tidak beritahu, saya pergi diam-diam mau iji ya saya mau ke tempat teman begitu, tiap hari minggu.

58 59 60

MTU : Nah berarti satu tahun itu suster menyimpan rahasia besar, bagaimana sih saat itu perasaan suster?

61 62

P : Ya pokoknya saya biasa saja hanya diam-diam gitu. 63

MTU : Ada gak perasaan takut ketahuan? 64

P : Pernah juga sih. 65

MTU : Berarti saat itu suster merasa senang ikut pembinaan tapi juga ada rasa takut ketahuan, begitu suster?

66 67

P : Iya, saya itu senang ikut pembinaan kan ketemu suster, tapi ada rasa khawatir juga sih.

68 69

MTU : Apa yang menjadi pertimbangan suster untuk berbuat nekat?

70 71

P : Saya takut nanti gak boleh tow orang tua gak mau lebih baik saya diam-diam saja, baru saya nanti tow beritahu kalau sudah lulus.

72 73 74

MTU : Saat suster mengalami masalah dalam komunitas, suster bercerita kalau saat itu suster menghubungi ibu dari kakak ipar, nah kenapa saat itu ibu dari kakak ipar yang dihubungi/ditelpon?

75 76 77 78

P : Ya itu karna, waktu itu yang bisa saya hubungi itu, saya hanya tau nomor itu, dulu kan kita belum ada hp jadi ini apa pake nomor telpon rumah, nah yang bisa dihubungi itu mamak itu gitu, kan yang lain itu gak ada, kakak saya kan waktu itu di Timor Leste, jadi gak bisa dihubungi begitu.

79 80 81 82 83 84

MTU : Ada faktor lain, mungkin karna suster dekat dengan beliau?

85 86

P : Enggak, gak dekat juga sih, itu mamak besar kakak ipar saya bukan mamak kandung, sering ke rumah tow, waktu saya di Atambua sering datang ke rumah dan

(38)

mamak itu juga orangnya aktif, aktif di gereja tow, aktif gitu he eh. Waktu itu saya telpon itu saya kan…pasti mamak ini bisa bantu, saya kan mau…mau keluar, pokoknya mau mengundurkan diri, tapi mamak itu nasihat kamu tidak boleh tinggalkan panggilan, lebih baik sekarang kamu ketemu dengan pimpinan kamu, nanti pimpinan kamu pindahkan kemana ya terserah, mungkin mau ke komunitas lain gitu.

90 91 92 93 94 95 96 97

MTU : Berarti saat itu, mamak kecil pun saat itu tidak tahu karena tidak bisa dihubungi ya?

98 99

P : Ya ya, gak bisa dihubungi, karna kan di kampung, yang bisa dihubungi ya mamak itu (mamak dari kakak ipar) he eh.

100 101 102

MTU : Saat masalah itu terjadi, siapa saja yang mempengaruhi suster supaya suster itu lanjut terus selain dari mamak dari kakak ipar?

103 104 105

P : Oh itu, itu dari temen-temen saya, teman-teman banyak yang mendukung saya supaya saya tetap ha ah, terus yang mamak, teman-teman, terus ini pimpinan ha ah pimpinan itu yang member apa arahan, pembinaan biar saya tetap.

106 107 108 109 110

MTU : Sebelumnya suster pernah bercerita saat suster kuliah di Malang dan kemudian suster memutuskan untuk masuk pembinaan menjadi suster di AM itu, suster kan

kemudian mendapatkan tugas untuk pergi ke daerah suster tinggal, dan saat keluarga lihat mereka kaget, nah reaksi apa yang timbul selain daripada kaget?

111 112 113

Referensi

Dokumen terkait

P1 ya dulu saya sempat berfikir kenapa saya tidak bisa seperti teman-teman saya yang masih bisa main, bekerja tetapi saya merasa, saya dikasih Tuhan lebih, karunia

RP 2 Yah, kalau dengan kondisi saya yang sekarang ini saja saya sudah berusaha untuk tidak menjadi beban untuk saya tapi saya harus menjalani itu kondisi saya yang

(ngomong sendiri Mbak, tidak pernah merusak barang-barang juga.. Bukane saya malu karena adik saya gila ya Mbak, tapi kan kalau pada ngomongin adik saya kan

Tapi sebagai kakek Saya ya mending tidak usah, takut nanti di sawer-sawer mbak, tapi kalau cucu Saya berminat tentunya nanti dalam pengawasan Saya karena Dolalak kan

Nha yang berat itu ya bayar pirukunan itu, kalo makan kan bisa seadanya ndak ada yang tahu, tapi kalo pirukunan itu ada orang berangkat, terus tidak sendiri kan ya malu,

Wilujeng : Kalau dikeluarga tante, tante sama om punya tabungan sendiri-sendiri karena kebutuhannya kan juga beda- beda tapi kalau soal deposito itu punya bersama ya

Dekan setuju saya tidak tahu kenapa, saya terus terang gini, waktu itu alasan yang dilontarkan oleh pakk Jhon sangat persuasif, dan itu bukan salah pak Jhon,

Terus untuk yang berlangganan itu mereka mau praktis juga tidak mau repot kan kalau di Jakarta mau ke toko buku harus muter-muter dulu gara- gara jalan banyak