• Tidak ada hasil yang ditemukan

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Hubungan antara Komunikasi Interpersonal dengan Respon terhadap Konflik antar Pribadi pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 2 Suruh T1 132010057 BAB II

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Hubungan antara Komunikasi Interpersonal dengan Respon terhadap Konflik antar Pribadi pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 2 Suruh T1 132010057 BAB II"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1. Respon Terhadap Konflik Antar Pribadi

2.1.1. Pengertian Respon Terhadap Konflik Antar Pribadi

Dalam KBBI (2008), respon diartikan sebagai suatu tanggapan, reaksi,

dan jawaban. Azwar (1988) respon hanya akan timbul apabila indiviu

dihadapkan pada suatu stimulus yang menghendaki timbulnya reaksi individual.

Bentuk respon didasari oleh proses evaluasi dalam diri individu, yang memberi

kesimpulan nilai terhadap stimulus dalam bentuk baik atau buruk, positif atau

negatif, menyenangan atau tidak menyenangkan, suka atau tidak suka, yang

kemudian mengkristal sebagai potensi reaksi terhadap suatu objek.

Sedangkan kata konflik berasal dari bahasa latin, Com yang berarti sama

atau Figen yang berarti penyerangan. Konflik merupakan kondisi terjadinya

ketidakcocokan antara nilai atau tujuan-tujuan yang ingin dicapai, baik yang ada

dalam diri individu maupun dalam hubungannya dengan orang lain (Killman &

Thomas dalam Wijono, 2005).

Menurut Pickering (2001) konflik adalah keadaan atau perilaku yang

bertentangan. Fisher (2001) menambahkan konflik akan selalu ada dalam proses

sosial, dan bisa jadi konflik itu perlu dan dibutuhkan dalam dinamika kehidupan

masyarakat.

Dasar dari konflik adalah permusuhan, pertentangan keinginan,

(2)

ini disebabkan oleh warisan yang paling memengaruhi pemikiran dan sangat

berhubungan dengan apa yang telah membentuk respon individu, khususunya

respon yang menyebabkan rasa tidak nyaman, marah, gelisah atau berkonflik

(Lawson, 2009).

Respon terhadap konflik akan timbul apabila individu dihadapkan pada

suatu stimulus. Suatu konflik yang sama belum tentu akan menimbulkan bentuk

respon yang sama dari individu. Sebaliknya, suatu respon yang sama juga belum

tentu timbul akibat adanya konflik yang serupa (Azwar, 1988).

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa respon terhadap

konflik antar pribadi adalah tanggapan atau reaksi terhadap suatu pertentangan

antara dua pihak atau lebih dikarenakan ketidaksesuaian pendapat,

ketidakselarasan tujuan-tujuan yang dapat menimbulkan perselisihan diantara

pihak-pihak tersebut.

2.1.2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Konflik

Menurut Soekanto (2007), beberapa faktor yang mempengaruhi

munculnya konflik antar pribadi, antara lain:

a. Perbedaan antar individu.

Merupakan perbedaan yang menyangkut perasaan, pendirian, atau ide yang berkaitan dengan harga diri, kebanggaan, dan identitas seseorang.

b. Perbedaan kebudayaan.

Kepribadian seseorang dibentuk oleh keluarga dan masyarakat. Tidak semua masyarakat memiliki nilai-nilai dan norma yang sama. Apa yang dianggap baik oleh satu masyarakat belum tentu baik oleh masyarakat lainnya. Interaksi sosial antarindividu atau kelompok yang berlawanan dapat menimbulkan rasa amarah dan benci sehingga berakibat konflik.

(3)

Setiap kelompok maupun individu memiliki kepentingan yang berbeda pula. Perbedaan kepentingan itu dapat menimbulkan konflik diantara mereka.

d. Perubahan sosial.

Perubahan sosial yang terlalu cepat yang terjadi pada suat masyarakat dapat mengganggu keseimbangan sistem nilai dan norma yang berlaku, akibatnya konflik dapat terjadi karena adanya ketidaksesuaian antara harapan individu dengan masyarakat.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa masing-masing

faktor tersebut mempunyai pengaruh yang kuat terhadap terjadinya konflik antar

pribadi dalam kehidupan sosial di masyarakat.

2.1.3. Aspek – Aspek Konflik Antar Pribadi

Menurut Pickering (2001) aspek-aspek konflik antar pribadi meliputi:

a. Keinginan untuk dihargai dan diperlakukan sebagai manusia.

b. Keinginan untuk memegang kendali. Memegang kendali adalah keinginan semua orang.individu yang memiliki keinginan yang sangat berlebihan untuk memegang kendali pada dasarnya tidak punya rasa percaya diri yang pada akhirnya akan menimbulkan konflik.

c. Keinginan memiliki harga diri. Rasa harga diri yang tinggi adalah landasan yang kokoh untuk menghadapi berbagai situasi. Individu yang merasa harga dirinya disepelekan atau dipandang rendah akan menyebabakan perasaan tersinggung yang pada akhirnya akan menyebabakan konflik.

d. Keinginan untuk konsisten. Seseorang yang sudah tegas mengenai suatu masalah maka akan sulit untuk mengubah sikap dalam pengambilan keputusan. Individu yang demikian akan menjadi orang yang kaku dan tidak fleksibel.

Berdasar uraian tersebut, maka aspek-aspek yang akan digunakan untuk

mengungkap konflik antar pribadi dalam penelitian ini meliputi: keinginan untuk

dihargai dan diperlakukan sebagai manusia, keinginan untuk memegang kendali,

keinginan memiliki harga diri, dan keinginan untuk konsisten. Alasan penulis

menggunakan teori Pickering (2001) didasarkan atas pertimbangan bahwa

(4)

2.1.4. Proses Terjadinya Konflik Antar Pribadi

Pickering (2001) menyatakan ada tiga tahap dalam proses terjadinya

konflik antar pribadi yang saling berkaitan satu sama lain:

a. Tahap pertama, dimana terjadi perselisihan-perselisihan kecil sehari-hari. Biasanya dalam kelompok terdapat perbedaan nilai kehidupan, budaya, kebutuhan, dan tujuan hidup. Perbedaan-perbedaan ini, mulai bersinggungan dan menimbulkan rasa jengkel, dan sebagainya. b. Tahap kedua, dimana tantangan menjadi lebih besar. Unsur

persaingan mulai menonjol. Bahkan sudah menyangkut urusan pribadi, dan mulai mencari kesalahan orang lain.

c. Tahap ketiga, dimana terjadi pertarungan terbuka mengakibatkan tujuan bergeser dari ingin menang menjadi ingin menyakiti.

Dapat disimpulkan, konflik antar pribadi dapat terjadi dimulai dari

terjadinya perselisihan-perselisihan kecil yang lambat laun akan timbul

persaingan ataupun pertentangan dan akhirnya timbul keinginan untuk

menyakiti.

2.2. Komunikasi Interpersonal

2.2.1. Pengertian Komunikasi Interpersonal

Effendi (1993) menyebutkan, istilah komunikasi berasal dari bahasa

Latin “communicatio“ yang berarti pemberitahuan atau pertukaran pikiran.

Istilah communicatio tersebut berdasar dari kata commuins yang berarti sama.

Sama disini berarti sama makna. Lunandi (1975) dalam berkomunikasi arti yang

dikirim harus merupakan arti yang diterima oleh pihak lain. Jika arti yag diterima

lain dari yang dikirim, maka tidak terjadi komunikasi.

Myers (1992) komunikasi dengan orang lain disebut dengan komunikasi

interpersonal yang didefinisikan sebagai suatu hubungan interaksi antara

(5)

keluarga, anak-anak, rekan sekerja dan bahkan orang asing. Keunikan

komunikasi interpersonal adalah suatu hubungan yang timbal balik atau selalu

transaksi antara pemberi dan penerima pesan.

DeVito (2011) komunikasi interpersonal mengacu pada tindakan oleh

satu orang atau lebih, yang mengirim dan menerima pesan yang terdistorsi oleh

gangguan (noise), terjadi dalam suatu konteks tertentu, mempunyai pengaruh

tertentu, dan ada kesempatan untuk melakukan umpan balik.

Komunikasi interpersonal menurut Suranto Aw (2011) merupakan proses

penyampaian dan penerimaan pesan antara pengirim pesan (sender) dengan

penerima (receiver) baik secara langsung maupun tidak langsung. Komunikasi

dikatakan terjadi secara langsung (primer) apabila pihak-pihak yang terlibat

komunikasi dapat saling berbagi informasi tanpa melalui media. Sedangkan

komunikasi tidak langsung (sekunder) dicirikan oleh adanya penggunaan media.

Berdasarkan berbagai pendapat mengenai komunikasi interpersonal di

atas, dapat disimpulkan bahwa komunikasi interpersonal berarti kemampuan

menyampaikan pesan berupa pikiran atau gagasan baik verbal maupun non

verbal yang melibatkan interaksi antara pengirim dan penerima pesan dan ada

kesempatan untuk melakukan umpan balik.

2.2.2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Komunikasi Interpersonal

Faktor-faktor yang mempengaruhi komunikasi interpersonal menurut

Suranto (2011) yaitu sebagai berikut:

a. Toleransi

(6)

menjadi faktor komunikasi interpersonal, karena disebabakan dengan dikembangkannya sikap toleran atau tenggang rasa, maka seandainya timbul perbedaan kepentingan kedua belah pihak dapat saling menghargai, sehingga perbedaan kepentingan itu tidak berkembang sebagai kendala kebersamaan.

b. Kesempatan-kesempatan yang seimbang

Artinya rasa memperoleh keadilan dari interaksi akan menentukan kadar hubungan interpersonal. Ketika seseorang merasa memperoleh kesempatan yang seimbang, peluang yang adil, maka akan mendorong orang tersebut mempertahankan kebersamaan.

c. Sikap menghargai orang lain

Sikap ini menghendaki adanya pemahaman bahwa setiap orang memilki martabat. Sikap yang baik untuk mendukung kadar hubungan interpersonal adalah sikap menghargai martabat orang lain, oleh karena itu seseorang tidak boleh melecehkan orang lain. Apabila ingin menyampaikan pendapat, konfirmasi, atau respon, maka sebaiknya dilakukan dengan cara-cara yang santun dan tidak melecehkan.

d. Sikap mendukung, bukan sikap bertahan

Sikap mendukung (sportif) berarti memberikan persetujuan terhadap orang lain. Sedangkan sikap bertahan, berawal dari adanya perbedaan pendapat. Apabila dua orang saling bertahan, apalagi salah satu pihak terang-terangan menyerang pertahanan pihak lain, maka ada kemungkinan karakteristik hubungan menjadi renggang.

e. Sikap terbuka

Sikap terbuka adalah sikap untuk membuka diri, mengatakan tentang keadaan dirinya secara terbuka dan apa adanya. Keterbukaan dalam komunikasi akan menghilangkan kesalahpahaman dan kecurangan. Keakraban hubungan interpersonal ditandai oleh adanya sikap terbuka, saling percaya, sehingga seseorang dapat “secara total mengungkapkan segala sesuatu tanpa resiko”.

f. Pemilik bersama atas informasi

Kualitas hubungan intersonal juga dipengaruhi oleh pemilikan bersama atas informasi. Pemilikan bersama atas informasi dapat dilihat dari aspek ”keluasan” dan “ke dalaman”. Keluasan menunjukkan variasi topik yang dikomunikasikan. Kedalaman menunjukan keintiman apa yang dikomunikasi, bahkan menyangkut persoalan pribadi.

g. Kepercayaan

(7)

h. Keakraban

Keakraban merupakan pemenuhan kebutuhan akan kasih sayang, kedekatan, dan kehangatan. Hubungan interpersonal akan terpelihara apabila kedua belah pihak sepakat tentang tingkat keakraban yang diperlukan. Hubungan dua orang sahabat sudah akrab, diwarnai oleh kesepakatan batas-batas keakraban itu. Misalnya diantara dua orang itu sepakat untuk saling bertukar sepeda motor. Selain itu, suasana akrab juga ditunjukkan dengan kesepakatan memanggil satu sama lain. Ketika berkenalan seseorang memanggil kakak, dan sebaliknya pihak teman memanggil adik. Namun kalau sudah akrab dapat dicapai kesepakatan untuk langsung memanggil nama.

i. Kesejajaran

Kesejajaran atau posisi yang sama bagi kedua belah pihak. Keadaan yang menunjukkan kesejajaran ini, terlihat pada makna dua pepatah “duduk sama rendah berdiri sama tinggi”. “Berat sama dipikul, ringan sama dijinjing”. Tidak ada satu pihak yang lebih mendominasi terhadap pihak lain. Kesejajaran adalah perekat terpeliharanya hubungan interpersonal yang harmonis, karena dalam kesejajaran itu akan dijunjung tinggi keadilan.

j. Kontrol atau pengawasan

Agar hubungan interpersonal terjaga dengan baik, maka perlu pengawasan berupa kepedulian. Biasanya kedua belah pihak bersepakat tentang bentuk-bentuk kontrol. Contoh, dokumen SMS pada telepon seluler secara normatif merupakan dokumen pribadi, sehingga seseorang tidak etis membaca SMS yang ada di telepon seluler temannya. Namun apabila sudah terjadi kesepakatan menjadi tidak bermasalah. Justru menjadi cara untuk saling mengontrol. Pola pengontrolan juga perlu kesepakatan.

k. Respon

Respon yaitu ketepatan dalam memberikan tanggapan. Hukum alam mengatakan kalau ada aksi maka akan ada reaksi. Hukum dalam berkomunikasi, menyepakati kalau ada pertanyaan maka perlu ada jawaban. Jawaban dalam berkomunikasi itulah respon. Dalam percakapan, pertanyaan harus disambut dengan jawaban, lelucon dengan tertawa, permintaan keterangan dengan penjelasan. Ketika memperoleh pesan baik melalui SMS atau surat, perlu ada balasan. Respon ini bukan saja berkenaan dengan pesan-pesan verbal saja, tetapi juga pesan-pesan non verbal.

l. Suasana Emosional

(8)

adalah ucapan yang menghibur dan motivasi, serta artikulasi pesan verbal yang menegaskan adanya perasaan turut bersedih, serta kesediaan untuk mencari solusi.

Dapat disimpulkan dari ke-12 faktor tersebut, masing-masing dapat

memberikan pengaruh terhadap kadar hubungan interpesonal, yang artinya

semakin baik kualitas faktor-faktor tersebut maka akan semakin baik pula kadar

hubungan interpersonal.

2.2.3. Aspek-Aspek Komunikasi Interpersonal

DeVito (2011) menyatakan agar komunikasi interpersonal dapat

berlangsung dengan efektif maka ada lima kualitas yang harus dipertimbangkan

oleh para pelaku komunikasi, yaitu:

a. Keterbukaan (openness).

Penilaian terhadap kualitas keterbukaan dalam komunikasi mengacu pada sedikitnya tiga hal, yaitu adanya kesediaan untuk membuka diri dengan orang lain, kesediaan komunikator untuk bereaksi secara jujur terhadap stimulus yang datang, dan menyangkut “kepemilikan” perasaan dan pikiran.

b. Empati (emphaty).

Henry Backrack (1976) mendefinisikan empati “sebagai kemampuan seseorang untuk „mengetahui‟ apa yang sedang dialami orang lain pada suatu saat tertentu, dari sudut pandang orang lain itu, melalui kacamata orang lain itu.” Sikap empatik ini akan membuat seseorang lebih mampu menyesuaikan komunikasinya.

c. Sikap mendukung (supportiveness).

(9)

mengharuskan. Provisionalisme seperti itulah, bukan keyakinan tak tergoyahkan, yang membantu menciptakan suasana mendukung. d. Sikap positif (positiveness).

Kita mengomunikasikan sikap positif dengan sedikitnya dua cara. (1) menyatakan sikap. Sikap positif terbina jika orang memiliki sikap positif terhadap diri mereka sendiri dan perasaan positif untuk situasi komunikasi pada umumnya sangat penting untuk interaksi yang efektif. (2) dorongan. Perilaku mendorong menghargai keberadaan orang lain dan pentingnya orang lain; perilaku ini bertentangan dengan ketidakacuhan.

e. Kesetaraan (equality).

Komunikasi antarpribadi akan lebih efektif bila suasananya setara. Artinya harus ada pengakuan secara diam-diam bahwa kedua pihak sama-sama bernilai dan berharga, dan bahwa masing-masing pihak mempunyai sesuatu yang penting untuk disumbangkan.

Dalam penelitian ini menggunakan teori DeVito (2011) untuk mengukur

komunikasi interpersonal seperti yang telah diungkapkan di atas karena dianggap

aspek-aspek tersebut mampu menunjukan serangkaian proses komunikasi

interpersonal supaya lebih mudah dipahami.

2.2.4. Proses Terjadinya Komunikasi Interpersonal

DeVito (2011) secara sederhana proses komunikasi interpersonal

digambarkan sebagai proses yang menghubungkan pengirim dengan penerima

pesan. Proses tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Lingkungan komunikasi

Terdiri dari tiga dimensi: (1) Lingkungan fisik, yaitu ruang atau bangsal atau tamann dimana komunikasi berlangsung. Apapun bentuknya, mempunyai pengaruh tertentu atas kandungan pesan kita. (2) Dimensi sosial-psikologis, meliputi tata hubungan status di antara mereka yang terlibat, peran dan permainan yang dijalankan orang, serta aturan budaya masyarakat di mana mereka berkomunikasi. (3) Dimensi temporal (atau waktu), mencakup waktu dalam sehari maupun waktu dalam hitngan sejarah dimana komunikasi berlangsung.

b. Sumber-penerima

(10)

dalam komuniksi adalah sumber (atau pembicara) sekaligus penerima (atau pendengar)

c. Encoding-Decoding

Dalam ilmu komunikasi, tindakan menghasilkan pesan, misalnya berbicara atau menulis sebagai encoding, dan tindakan menerima pesan, misalnya mendengarkan atau membacasebagai decoding. Seperti halnya sumber-penerima, encoding-decoding juga merupakan satu kesatuan yang tak terpisahkan.

d. Kompetensi komunikasi

Kompetensi komunikasi mengacu pada kemampuan untuk berkomunikasi secara efektif. Kompetensi ini mencakup hal-hal seperti pengetahuan tentang peran lingkungan (konteks) dalam mempengaruhi kandungan (content) dan bentuk pesan komunikasi. e. Pesan dan saluran

Pesan komunikasi dapat mempunyai banyak bentuk, baik dalam bentuk verbal (lisan atau tertulis) maupun non nerbal (tanpa kata). Saluran komunikasi adalah media yang dilalui pesan.

f. Umpan balik dan umpan maju

Umpan balik adalah informasi yang dikirim balik ke sumbernya.

Gangguan (noise) adalah gangguan dalam berkomunikasi yang mendistorsi pesan. Gangguan menghalangi penerima dalam menerima pesan dan sumber dalam mengirimkan pesan. Gangguan dikatakan ada dalam suatu sistem komunikasi bila ini membuat pesan yang disampaikan berbeda dengan pesan yang diterima. Gangguan ini dapat berupa gangguan fisik (ada orang lain berbicara), gangguan psikologis (pemikiran yang sudah ada di kepala kita), atau semantik (salah mengartikan makna). Semua komunikasi mengandung gangguan dan walaupun tidak meniadakannya sama sekali, dapat mengurangi gangguan dan dampaknya.

h. Efek komunikasi

Komunikasi selalu mempunyai efek atau dampak atas satu atau lebih orang yang terlibat dalam tindak komunikasi. Pada setiap tindak komunikasi selalu ada konsekuensi

Hal tersebut menunjukkan bahwa proses komunikasi interpersonal

berlangsung sebagai sebuah siklus. Artinya umpan balik yang diberikan oleh

(11)

berikutnya. Proses komunikasi interpersonal terus berlangsung secara timbal

balik, sehingga pengirim dan penerima pesan dapat saling berbagi peran.

2.3. Hubungan Antara Komunikasi Interpersonal dengan Respon Terhadap

Konflik Antar Pribadi

Setiap manusia adalah individu yang unik. Artinya, setiap orang memiliki

pendirian dan perasaan yang berbeda-beda satu dengan lainnya. Perbedaan

pendirian dan perasaan akan sesuatu hal atau lingkungan yang nyata ini dapat

menjadi faktor penyebab konflik, sebab dalam menjalani hubungan sosial,

seseorang tidak selamanya selalu sejalan dengan orang lain.

Joyce Hocker dan William Wilmot (dalam Chandra, 1992) penyebab

konflik hanyalah kegagalan berkomunikasi dengan baik, sehingga pihak lain

tidak dapat memahami maksud kita yang sesungguhnya. Sejalan dengan hal

tersebut, Wehr (dalam Chandra, 1992) mengungkapkan bahwa konflik adalah

suatu konsekuensi dari komunikasi interpersonal yang buruk, salah pengertian,

salah perhitungan, dan proses-proses lain yang tidak disadari.

Melihat eratnya komunikasi interpersonal dan konflik, maka dapat dilihat

bahwa komunikasi interpersonal ikut berperan dalam urusan konflik. Pertama,

sebagai penjernih masalah di dalam hubungan yang tidak beres. Kedua, sebagai

tempat mewujudkan konflik. Ketiga, sebagai sesuatu yang netral (Chandra,

1992).

Suatu konflik yang sama belum tentu akan menimbulkan bentuk respon

yang sama dari individu. Bentuk respon didasari oleh proses evaluasi dalam diri

(12)

atau buruk, positif atau negatif, menyenangan atau tidak menyenangkan, suka

atau tidak suka, yang kemudian mengkristal sebagai potensi reaksi terhadap

suatu objek (Azwar, 1988).

Selain itu, hasil penelitian yang pernah dilakukan Yantyarso (2005)

menyatakan ada hubungan yang sangat signifikan antara komunikasi dengan

konflik antar pribadi.

2.4. Penelitian yang Relevan

Hasil penelitian yang dilakukan Yantyarso (2005) diperoleh hasil r:

-0,613 dan p < 0,01 yang berarti ada hubungan negatif yang sangat signifikan

antara komunikasi dengan konflik antar pribadi. Artinya, semakin baik

komunikasi, semakin rendah konflik antar pribadi dan sebaliknya semakin

rendah komunikasi semakin tinggi konflik antar pribadi.

Hal tersebut bertentangan dengan hasil penelitian Katz dan Kuhn (dalam

Jewell dan Siegall, 1998) yang menyatakan tidak ada korelasi antara komunikasi

dengan konflik antar pribadi atau dapat diartikan juga bahwa komunikasi tidak

berpengaruh pada konflik antar pribadi.

2.5. Hipotesis

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan sebelumnya,

maka penulis mengajukan hipotesis sebagai berikut “Ada hubungan yang

signifikan antara komunikasi interpersonal dengan respon terhadap konflik antar

Referensi

Dokumen terkait

Meaning of democracy -- 3rd verbatim response discrete character.. V386

Kata “fardlu” (wajib) inilah yang kemudian dipopulerkan dan dibakukan dalam kitab- kitab fikih ketika membicarakan bab puasa Ramadlan, dengan pengertian wajib menurut

Memiliki ruang laboratorium kimia, yang dapat menampung minimum satu rombongan belajar, dengan luas sesuai ketentuan tetapi memiliki sarana tidak sesuai ketentuan.. 

[r]

Dengan sistem pendidikan serupa ini diharapkan murid memiliki wawasan dan bekal yang memadai untuk menjadi seseorang yang menjalani ajaran Islam dengan baik. Walaupun belum

Pokja Jasa Konsultansi dan Jasa Lainnya pada ULP Kabupaten Bengkulu Utara akan melaksanakan Prakualifikasi untuk paket pekerjaan jasa konsultansi secara

60.1 3HQJDVLK PHUXSDNDQ 60. \DQJ DNDQ GLJXQDNDQ VHEDJDL WHPSDW NHJLDWDQ XQWXN SHQXJDVDQ GRVHQ 60.1 3HQJDVLK PHPSXQ\DL ELGDQJ NHDKOLDQ 7HNQLN .RPSXWHU -DULQJDQ \DQJ VDODK VDWX

Variabel yang dikaji dalam penelitian ini adalah pengaruh kematangan emosi terhadap penyesuaian perkawinan pada rumah tangga usia dini. Variabel terikat adalah