• Tidak ada hasil yang ditemukan

E Book Pangan – Teknologi Pangan Universitas Muhammadiyah Semarang (UNIMUS) ikan kembung

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "E Book Pangan – Teknologi Pangan Universitas Muhammadiyah Semarang (UNIMUS) ikan kembung"

Copied!
55
0
0

Teks penuh

(1)

i

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan hidayahNya serta kerja keras penyusun telah berhasil menyusun Materi Penyuluhan yang akan digunakan bagi para penyuluh dan pelaku utama maupun pelaku usaha. Oleh karena itu, kami mengucapkan terima kasih kepada para penyusun yang telah mencurahkan pikiran, waktu, dan tenaganya, sehingga materi ini siap untuk digunakan.

Materi Penyuluhan merupakan salah satu bagian yang penting dalam penyelenggaraan suatu penyuluhan agar pelaksanaan dapat berjalan dengan baik dan tujuan dapat tercapai. Kami berharap materi ini akan memberikan kontribusi yang positif terhadap pencapaian tujuan dari Penyelenggaraan Penyuluhan Kelautan dan Perikanan.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan materi penyuluhan ini masih banyak kekurangan. Kritik, usul, atau saran yang konstruktif sangat kami harapkan sebagai bahan pertimbangan untuk penyempurnaannya di masa mendatang.

Jakarta, Nopember 2011

(2)

ii

Sektor kelautan dan perikanan sebagai sector andalan utama pembangunan

Indonesia merupakan pilihan yang sangat tepat, hal ini didasarkan atas potensi yang

dimiliki dan besarnya keterlibatan sumberdaya manusia yang diperkirakan hampir

12.5 juta orang terlibat di dalam kegiatan perikanan. Dukungan terhadap target

peningkatan produksi perikanan sebesar 353% pada tahun 2014, yang akan

menjadikan Indonesia sebagai Negara produsen perikanan terbesar di dunia pada

tahun 2015 menjadi isu terdepan yang harus dipikirkan langkah-langkah strategis

pencapaiannya. Salah satunya dengan adanya program minapolitan yang bertujuan

menggenjot produksi perikanan daerah, serta dengan meningkatkan kualitas dan

kuantitas produksi untuk ikan-ikan komoditas unggulan.

Selain itu, pengkajian potensi untuk penerapan teknologi pangan dan

pengembangan industry sampai pariwisata perlu pula dilakukan, mengingat

perubahan kebiasaan makan (food habits) di Indonesia sangat ditentukan oleh potensi daerah. Penerapan teknologi pangan yang tepat harus dikembangkan

berdasar potensi wilayah, produk pangan setempat perlu diangkat dengan berbagai

penyempurnaan, sehingga pada saatnya nanti produk pangan yang dihasilkan oleh

masyarakat khususnya masyarakat pesisir merupakan buah tangan atau oleh-oleh

yang khas, yang dapat dinikmati oleh konsumen.

Adanya pergeseran minat masyarakat akan konsumsi ikan diharapkan

membawa angin segar kepada masyarakat untuk menggiatkan sentra pengolahan

ikan berbahan baku ikan tersebut. Untuk itu, melalui materi penyuluhan ini, penulis

ingin berbagi ilmu dan pengalaman dari kegiatan diversifikasi pengolahan yang

pernah penulis lakukan. Kegiatan diversifikasi olahan produk perikanan sangat

diperlukan untuk meningkatkan minat masyarakat untuk mengkonsumsi produk

(3)

iii

secara nasional, tetapi juga meningkatkan ketahanan pangan, kesehatan dan

kecerdasan bangsa.

Untuk mencapai tujuan tyersebut di atas perlu dibuat suatu panduan bagi

pelaku utama dalam hal ini penyuluh maupun bagi pelaku usaha. Materi ini disusun

sebagai alat bantu dalam penyelenggaraan penyuluhan perikanan yang baik dan

efektif. Modul dimaksudkan untuk mengatasi keterbatasan waktu dan ruang

penyelenggaraan penyuluhan, memudahkan pelaku utama dan atau pelaku usaha

belajar mandiri sesuai kemampuan dan disesuaikan dengan sumber daya yang ada.

Penyusun materi penyuluhan perikanan dengan judul Pengolahan Ikan

kembung adalah Resmi Rumenta Siregar, M.Si, dosen Sekolah Tinggi Perikanan

sebagai bagian dari Tim Penyusun Materi Penyuluh Perikanan di bidang Pengolahan

Hasil Perikanan.

Ruang lingkup modul terdiri atas Pendahuluan, Materi Pokok, Penutup,

Evaluasi Kunci Jawaban, Daftar Pustaka, Glosarium. Materi pokok terdiri atas empat

(3) materi, masing-masing materi tersusun atas judul, uraian dan contoh (termasuk

sub materi pokok), Rangkuman, Latihan, , Evaluasi Materi Pokok, Umpan Balik dan

Tindak Lanjut.

Setelah melaksanakan materi ini diharapkan penyuluh sebagai pelaku utama

dan pengolah ikan kembung sebagai pelaku usaha dapat belajar mandiri sesuai

kemampuan mengatasi keterbatasan waktu dan ruang penyelenggaraan

penyuluhan.

Jakarta, Desember 2011

(4)

iv

SAMBUTAN ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR INFORMASI VISUAL ... vi

PETUNJUK PENGGUNAAN MATERI PENYULUHAN ... vii

PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Deskripsi Singkat ... 1

C. Tujuan Pembelajaran ... 2

1. Kompetensi Dasar ... 2

2. Indikator Keberhasilan ... 2

D. Materi Pokok dan Sub Materi Pokok ... 2

MATERI POKOK 1 : A. Mengenal Ikan Kembung ... 3

B. Potensi dan Distribusi Ikan Kembung ... 4

C. Kandungan Gizi ... 5

MATERI POKOK 2 : ... 7

A. Penanganan Pasca Panen ... 7

B. Faktor Yang Mempengaruhi Mutu Ikan Segar... 16

C. Preparasi Ikan Kembung ... 18

D.Rangkuman ... 19

E.Latihan ... 20

(5)

v

MATERI POKOK 3 : ... 22

A. Pengolahan Dendeng Ikan Kembung ... 22

B. Pengolahan Pindang Ikan Kembung ... 24

C. Pengolahan Peda Ikan Kembung ... 29

D. Pengolahan Ikan Asin Kembung ... 32

E. Rangkuman ... 37

F. Latihan ... 39

G.Kunci Jawaban. ... 40

EVALUASI ... 41

UMPAN BALIK DAN TINDAK LANJUT ... 43

PENUTUP ... 45

DAFTAR PUSTAKA ... 46

GLOSARIUM ... 48

(6)

vi

DAFTAR INFORMASI VISUAL

Gambar 1. Ikan kembung banyar (Rastrelliger kanagurta) ... 4

Gambar 2. Penyimpanan Dalam Ruang Palka Dengan Teknik Bulking ... 14

Gambar 3. Penyimpanan Dalam Ruang Palka Dengan Teknik Shelving ... 15

Gambar 4. Penyimpanan Dalam Ruang Palka Dengan Teknik Boxing ... 16

Gambar 5. Dendeng Ikan Kembung ... 24

Gambar 6. Ikan Pindang ... 29

Gambar 7. Ikan Peda ... 32

Gambar 8. Ikan Asin ... 37

Tabel 1. Komposisi dan nilai gizi ikan kembung (dalam 100 g daging) ... 6

Tabel 2. Pengaruh Ukuran Es Terhadap Kecepatan Pendinginan ... 9

(7)

vii

1. Pelajari daftar isi serta skema kedudukan modul dengan cermat dan teliti

karena dalam skema modul akan nampak kedudukan modul yang sedang

Anda pelajari ini antara modul-modul yang lain.

2. Perhatikan langkah-langkah dalam melakukan pekerjaan dengan benar untuk

mempermudah dalam memahami suatu proses pekerjaan, sehingga diperoleh

hasil yang optimal.

3. Pahami setiap teori dasar yang akan menunjang penguasaan materi dengan

membaca secara teliti. Bilamana terdapat evaluasi maka kerjakan evaluasi

tersebut sebagai sarana latihan.

4. Jawablah soal dengan jawaban yang singkat dan jelas serta kerjakan sesuai

dengan kemampuan Anda setelah mempelajari modul ini.

5. Bila terdapat penugasan, kerjakan tugas tersebut dengan baik dan bila

6. perlu konsultasikan hasil penugasan tersebut kepada guru/instruktur.

7. Catatlah semua kesulitan anda dalam mempelajari modul ini untuk ditanyakan

pada guru/instruktur pada saat tatap muka. Bacalah referensi lain yang ada

hubungan dengan materi modul ini agar Anda mendapatkan pengetahuan

(8)

1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Materi Penyuluhan ini disusun untuk membantu penyuluh sebagai pelaku utama

dan pengolah ikan atau calon pengolah ikan sebagai pelaku usaha dalam mengolah

ikan kembung yang benar dan memiliki daya jual. Materi ini diharapkan dapat

mengatasi keterbatasan ruang dan waktu dalam penyelenggaraan penyuluhan

karena bersifat independen dan mandiri. Dengan mempelajari ini pelaku usaha

dapat secara mandiri melakukan usaha-usaha yang berkaitan dengan pemanfaatan

ikan khususnya Ikan Kembung.

B. Deskripsi Singkat

Materi pengolahan Ikan Kembung merupakan materi yang digunakan oleh

penyuluh sebagai pelaku utama dalam menyelenggarakan penyuluhan dan pengolah

ikan sebagai pelaku usaha dalam mengikuti program penyuluhan pengolahan ikan

kembung.

Ruang lingkup materi terdiri atas bab Pendahuluan, Materi Pokok, Penutup,

Kunci Jawaban, Daftar Pustaka, Glosarium. Materi pokok terdiri atas beberapa sub

materi pokok, masing-masing sub materi pokok tersusun atas judul, indikator

keberhasilan, uraian dan contoh (termasuk sub pokok), Latihan, Rangkuman,

Evaluasi Pokok, Umpan Balik dan Tindak Lanjut.

Pengolahan ikan kembung yang akan dibahas dalam materi ini mencakup

Mengenal Ikan Kembung, Potensi dan Distribusi Ikan Kembung, Karakteristik Ikan

(9)

2 C. Tujuan Pembelajaran

Kompetensi dasar yang harus dimiliki oleh pelaku utama dan pelaku usaha

adalah, bisa baca tulis, mampu menghitung sederhana, mengenal bahan-bahan dan

cara mengolah ikan, mampu bekerja dengan bahan ikan. Pada dasarnya tidak

diperlukan kompetensi khusus dalam mempelajari materi ini, yang diperlukan

kesungguhan dan tekad yang kuat untuk menjadi pengolah ikan kembung.

Indikator keberhasilan penyuluhan pengolahan ikan kembung adalah apabila

pelaku utama mampu menyampaikan dengan baik hingga dimengerti oleh pelaku

usaha, dengan mempelajari materi pengolah ikan kembung diharapkan pengolah

ikan kembung mampu mengolah dengan baik. Pada akhirnya diharapkan para

pengolah ikan kembung dapat bekerja dengan baik yang dibuktikan munculnya

produk hasil olahan ikan kembung yang bermutu dan memiliki daya jual oleh pelaku

utama dan pelaku usaha.

D. Materi Pokok dan Sub Pokok

Pokok materi pengolahan Ikan Kembung terdiri dari sub pokok antara lain :

Potensi dan Distribusi Ikan Kembung, Karakteristik Ikan Kembung, Penanganan Ikan

(10)

3 A. Mengenal Ikan Kembung

Setelah mempelajari materi ini, pelaku utama dan pelaku usaha mengetahui potensi

dan distribusi ikan kembung di Indonesia

Klasifikasi ikan kembung banyar berdasarkan Saanin (1994) adalah sebagai

berikut :

Phylum : Chordata

Subphylum : Vertebrata

Kelas : Pisces

Subkelas : Teleostei

Ordo : Percomorphi

Sub Ordo : Scombroidea

Famili : Scombridae

Genus : Rastrelliger

Species : Rastreliger kanagurta

Ciri-ciri tubuh dari ikan banyar adalah badan agak langsing panjang kepala

lebih tinggi dari tinggi kepala. Seluruh tubuh tertutup sisik halus dan terdapat corselet di belakang sirip dada. Terdapat selaput lemak pada kelopak mata. Usus 1,3-3,7 kali

panjang badan. Tapisan insang panjang jelas tampak bila mulut dibuka dengan

jumlah sebanyak 30-46 buah, sisik garis rusuk berjumlah 120-150 buah, sirip

punggung kedua jari keras berjumlah 10 buah, sirip punggung kedua

berjari-jari lemah 11-12 sirip dubur berberjari-jari-berjari-jari lemah lemah sebanyak 11-12 buah. Di

(11)

4

Gambar 1 Ikan kembung banyar (Rastrelliger kanagurta)

Ikan kembung banyar memiliki warna biru kehijauan di bagian atas dan bagian

bawah berwarna putih kekuningan. Dua baris totol-totol hitam pada punggung, satu

totol hitam dekat sirip dada. Ban warna gelap memanjang di atas garis rusuk, dua

ban warna keemasan di bawah garis rusuk. Sirip punggung abu-abu kekuningan.

Sirip ekor dan dada kekuningan. Sirip-sirip lain bening kekuningan. Ikan ini memiliki

panjang maksimum 35 cm dengan panjang rata-rata 20-25 cm (Murniyati 2004).

B. Distribusi dan Karakteristik Ikan kembung

Ikan kembung adalah ikan umum yang digemari, karena disamping harganya

ekonomis, juga relatif sederhana dalam pengolahannya, yaitu cukup digoreng. Ada

pula yang suka di balado, atau di pepes. Ada banyak macam ikan kembung namun

yang umumnya terdapat di Pasar Pelelangan Ikan adalah ikan kembung banjar, ikan

kembung puket, dan ikan kembung como.

Ikan kembung banjar memiliki fisik tubuh yang lebar dan agak bulat sedangkan

ikan kembung puket memiliki fisik tubuh yang lebih gepeng (ramping). Lebih enak

(12)

5

lebih menyukai ukuran ikan kembung banjar (atau ikan kembung puket) yang relatif

kecil karena bisa mendapatkan banyak ikan (ekor) dalam 1 kg.

Walaupun keduanya diminati oleh pasar, secara nilai ekonomis, ikan kembung

banjar lebih tinggi daripada ikan kembung puket, namun karena secara fisik terlihat

hampir sama, maka pedagang ikan biasanya suka mencampur keduanya dan

menjual dengan nama ikan kembung banjar.

C. Kandungan Gizi

Secara umum ikan memiliki kandungan gizi yang tinggi diantaranya 15-24%

protein; 0,1-22% lemak; 1-3% karbohidrat; 0,8-2% substansi anorganik dan 66-84%

air (Suzuki 1981). Ikan mengandung protein yang berkualitas tinggi. Protein dalam

ikan tersusun dari asam-asam amino yang dibutuhkan tubuh untuk pertumbuhan.

Selain itu protein ikan amat mudah dicerna dan diabsorbsi.

Ikan merupakan sumber alami asam lemak Omega 3 yaitu Eicosa Pentaenoic Acid (EPA) dan Dacosa Hexaenoic Acid (DHA), yang berfungsi mencegah arterosklerosis (terutama EPA). Keduanya dapat menurunkan secara nyata kadar

trigliserida di dalam darah dan menurunkan kadar kolesterol di dalam hati dan

jantung. Kadar asam lemak Omega 3 dalam beberapa jenis ikan laut di perairan

Indonesia berkisar antara 0,1 – 0,5 g/100g daging ikan. Dari data yang telah

dikeluarkan oleh Lembaga Gizi Departemen Kesehatan RI, beberapa jenis ikan laut

Indonesia memiliki kandungan asam lemak Omega 3 tinggi (sampai 10,9 g/100 g)

seperti ikan sidat, terubuk, tenggiri, kembung, laying, bawal, seren, slengseng, tuna

dan sebagainya (Suriawiria 2002). Komposisi daging ikan kembung (Rastreliger

(13)

6

Tabel 1. Komposisi dan nilai gizi ikan kembung (dalam 100 g daging)

Komposisi Satuan Jumlah

Kalori Kal 103,00

Protein G 22,00

Lemak G 1,00

Kalsium Mg 20,00

Besi Mg 1,50

Vitamin A SI 30,00

(14)

7 A. Penanganan Pasca Panen

1. Prinsip Penanganan Dengan Suhu Rendah

Ikan segar merupakan produk yang cepat turun kualitasnya. Hal yang perlu

diperhatikan untuk mempertahankan kesegaran antara lain:

a. Penangkapan harus dilakukan hati-hati agar ikan tidak luka.

b. Sebelum dikemas, ikan harus dicuci agar bersih dan lendir.

c. Wadah pengangkut harus bersih dan tertutup.

d. Segera setelah ikan ditangkap, langsung diturunkan suhunya.

Untuk pengangkutan jarak dekat (2 jam perjalanan), dapat digunakan keranjang

yang dilapisi dengan daun pisang/plastik. Untuk pengangkutan jarak jauh digunakan

kotak dan seng atau fiberglass. Kapasitas kotak maksimum 50 kg dengan tinggi

kotak maksimum 50 cm. Ikan diletakkan di dalam wadah yang diberi es dengan suhu

6-7 derajat C. Gunakan es berupa potongan kecil-kecil (es curai) dengan

perbandingan jumlah es dan ikan=1:1. Dasar kotak dilapisi es setebal 4-5 cm.

Kemudian ikan disusun di atas lapisan es ini setebal 5-10 cm, lalu disusul lapisan es

lagi dan seterusnya. Antara ikan dengan dinding kotak diberi es, demikian juga

antara ikan dengan penutup kotak.

Pengawetan ikan dengan suhu rendah merupakan suatu proses

pengambilan/pemindahan panas dari tubuh ikan ke tubuh lain. Adapula yang

mengatakan, pendinginan adalah proses pengambilan panas dari suatu ruangan

yang terbatas untuk menurunkan dan mempertahankan suhu di ruangan tersebut

(15)

8 2. Pendinginan

Kelebihan pengawetan ikan dengan pendinginan adalah sifat-sifat asli ikan

tidak mengalami perubahan tekstur, rasa, dan bau. Efisiensi pengawetan dengan

pendinginan sangat tergantung pada tingkat kesegaran ikan sebelum didinginkan.

Pendinginan yang dilakukan sebelum rigor mortis berlalu merupakan cara yang paling efektif jika disertai dengan teknik yang benar. Sedangkan pendinginan setelah

proses autolisis berlangsung tidak akan banyak membantu. Pendinginan dapat

dilakukan dengan teknik seperti di bawah ini atau dengan pengombinasian :

1. Pendinginan dengan es;

2. Pendinginan dengan es kering;

3. Pendinginan dengan udara dingin.

Pendinginan ikan hingga 0°C dapat memperpanjang kesegaran ikan antara

12-18 hari sejak saat ikan di tangkap dan tergantung pada jenis ikan, cara penanganan,

serta teknik pendinginannya. Proses pendinginan hanya mampu menghambat

pertumbuhan mikroorganisme dan mengahmbat aktivitas mikroorganisme. Aktivitas

akan kembali normal jika suhu tubuh ikan kembali naik.

a. Cara pendinginan ikan dengan es

Suhu rendah sangat efektif untuk menghambat pertumbuhan bakteri

psychrophilic” (bakteri) yang senang pada suhu rendah dan hidup pada suhu 0°C

-30°C, dengan suhu optimum 15°C). Jenis bakteri inilah yang bertanggung jawab

(16)

9

Cara penanganan pendinginan ikan dengan es sangat beragam tergantung

pada tempat ikan, jenis ikan, dan tujuan pendinginan. Pada prinsipnya, es harus

dicampurkan dengan ikan sedemikian rupa sehingga permukaan ikan bersinggungan

dengan es, maka pendinginan ikan akan berlangsung lebih cepat sehingga

pembusukan dapat segera dihambat.

Faktor yang juga penting dalam proses pendinginan ikan adalah kecepatan.

Semua pekerjaan harus dilakukan secara cepat agar suhu ikan cepat turun. Es yang

digunakan harus berukuran kecil, makin kecil ukuran es maka makin banyak

permukaan yang bersinggungan dengan es sehingga proses pendinginan akan

berlangsung lebih cepat. Pengaruh ukuran es terhadap kecepatan pendinginan

dapat dilihat pada Tabel 2 :

Tabel 2. Pengaruh Ukuran Es Terhadap Kecepatan Pendinginan

Jumlah Es yang

Cara ideal mencampur ikan dengan es yaitu dengan membuat lapisan es pada

dasar, kemudian di atasnya selapis ikan, dilanjutkan dengan lapisan es lagi,

demikian seterusnya dan tanda derajat pada bagian lapisan atas ditutup dengan

es.Fungsi es dalam hal ini adalah :

1) Menurunkan suhu daging sampai mendekati O°C;

(17)

10

3) Menyediakan air es untuk mencuci lendir, sisa-sisa darah, dan bakteri dari

permukaan badan ikan;

4) Mempertahankan keadaan berudara (aerobik) pada ikan, selama disimpan di

dalam palkah.

b. Pendinginan dengan Es Kering

Es kering adalah gas CO2 sebagai hasil sampingan dari pupuk urea, berupa

gas yang tidak berwarna, berasa asam, sedikit berbau lunak dan menghasilkan gas

panas bertekanan tinggi. Gas panas tersebut kemudian didinginkan hingga

mengembun menjadi cairan CO2 yang bertekanan tinggi. Kemudian, cairan itu

diturunkan tekanannya menjadi 1 atm melalui alat penyemprot sehingga

menghasilkan “salju”, dan salju itu kemudian dimampatkan menjadi kristal-kristal es

kering yang siap pakai.

Daya pendingin es kering jauh lebih besar dari es biasa dalam berat yag sama.

Jika es yang cair (pada 0 C) hanya menyerap panas 80 kkkal/kilogram, maka es

kering yang menyublim (pada suhu -78,5C) menyerap 136,6 kkal/kilogram.

CO2 padat tidak mencair seperti es , melainkan lamngsung menyublin menjadi

gas sehingga tidak membasahi produk yang didinginkn. Karena harganya sanagta

mahal, maka penggunaanya dibatai hanya untuk ikan-ikan yang mempunyai nilai

ekonomis tinggi, dan jika penggunaan es biasa menimbulkan hal-hal yang tidak

menyenangkan.

Salah satu contoh penggunaan CO2 padat seperti mendinginkan ikan tuna

untuk pembutan sashimi, tetapi hal ini hanya terbatas pada pengangkutannya. Ikan

tuna segar bahan sasimi diangkut dengan pesawat terbang ke Jepang. Penggunaan

es biasa dalam pengangkutan dapat mengebabkan pengepak ikan menjadi basah,

(18)

11

Istilah “mendinginkan ikan” harus dibatasi pada pengertian “mempertahankan

suhu ikan”. Pendinginan ikan pada tahap awal masih dilakukan dengan cara konvensional yang lebih mudah dan murah, yaitu dengan es aiatu air dingin.

Es kering tidak boleh menempel langsung pada ikan yang didinginkan karena

suhu yang sangat rendah (-78C) dapat merusak kulit dan daging ikan. Di dalam

kemasan ikan tuna sashimi, es kering dipisahkan dari ikan dengan menempatkannya

di dalam wadah berlubang yang terbuat dari stereoform. Es kering pertama-tama

akan mengeringkan udara di dalam pak, kemudian udara dingin itu akan

mendinginkan ikan.

c. Pendinginan dengan air dingin

Air dingin dapat mendinginkan ikan dengan cepat karena persinggungan yang

lebiih baik dari pada pendinginan dengan es.Namun demikian perlu diwaspadai

bahwa suhu akhir yang diperoleh tidaklah serendah yang dihasilkan dengan

pengesan. Berbeda dari es yang tidak naik suhunya ketika mendinginkan, jika air

dingin dicampur dengan ikan, maka suhu air akan naik secara drastis. Di dalam

mengatasi kenaikan suhu air perlu ditambahkan sedikit es ke dalam air, tergantung

pada jumlah ikan yang dimasukkan, dan berapa lama ikan akan disimpan.

Pendinginan dengan air dingin banyak dilakukan dipabrik-pabrik pengolahan

ikan. Jika ikan yang didinginkan jumlahnya sangat banyak, maka dapat digunakan

mesin pendingin untuk mendinginkan air dan mempertahankan agar suhu air tidak

lebih dari 5oC. Pengadukan air ada kalanya diperlukan agar suhu di dalam bak

merata dan pendinginan berlangsung lebih cepat.

Kelebihan pendinginan dengan air dingin jika dibandingkan dengan pengesan

(19)

12 1) Ikan dapat didinginkan lebih cepat

2) Ikan tidak mendapat tekanan dari ikan di atasnya, sehingga terhin dar dari

kerusakan akibat tekanan

3) Ikan menjadi bersih tercucu, darah dan lendir hilang

4) Penanganan dalam jumlah besar lebih mudah dari pada pendinginan dengan

menggunaakan es.

Adapun kelemahan pendinginan dengan air dingin jika dibandingkan dengan

pengesan sebagai berikut :

1) Jika air didinginkan dengan es, permukaan es relatif lebih banyak

2) Beberapa ikan tertentu cepat membusuk jika direndam di dalam air

3) Beberapa jenis ikan yang berkadar lemak rendah termasuk udang menyerap air

selama direndam

4) Beberapa jenis ikan akam mengalami perubahan warna

5) Air yang dipakai berulang-ulang dalam bak besar konsentrasi kotoran dan bakteri

kana semakin meningkat.

3.Penanganan ikan di dalam palkah

Tujuan penyimpanan atau penyimpanan ikan dengan suhu dingin (1°C sampai

-5°C) adalah untuk menghambat kegiatan mikroorganisme dan proses-proses kimia

serta fisik lainnya yang dapat mempengaruhi/menurunkan kesegaran (mutu) ikan

(Ditjen P2HP, 2007).

Prosedur pendinginan dan penyimpanan ikan dalam ruang palka yang

menggunakan es sebagai media pendingin dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu

(20)

13 a. Bulking

Pada cara bulking, ikan langsung diberi es diruang penyimpanan (palka). Prosedur pengerjaannya dilakukan sebagai berikut :

1) Sekat ruang palka menjadi beberapa bagian sesuai keinginan. Penyekatan ruang

yang paling sering dilakukan adalah menjadi 4 bagian. Penyekatan dapat

menggunakan papan kayu yang dilapisi plastik, papan aluminium, atau papan dari

jenis material lainnya yang tidak mengkontaminasi ikan. Agar menjadi kokoh dan

kuat, sekat diberi penyangga sehingga dapat menahan campuran es dan ikan.

2) Beri lapisan es pada setiap dasar ruang sekatan dengan tebal minimum 5 cm.

Ketebalan lapisan hendaknya disesuaikan dengan keadaan palka dan lama

penyimpanan yang diperkirakan.

3) Masukan campuran es setebal minimum 5 cm diatas lapisan campuran ikan dan

es.

4) Tutup lapisan ikan dengan papan plastik atau material lainnya. Jika diatasnya

masih terdapat ruang kosong untuk menyimpan ikan maka di atas papan tadi

diberi lapisan es. Pengisian berikutnya sama seperti yang telah diuraikan

sebelumnya.

(21)

14

Gambar 2. Penyimpanan Dalam Ruang Palka Dengan Teknik Bulking

b. Shelving

Cara shelving hampir sama dengan bulking, yaitu ruang palka sebagai tempat penyimpanan sekaligus dijadikan untuk pengesan ikan. Prosedur dengan cara

shelving adalah sebagai berikut :

1) Sekat ruang palka dengan bentuk penyekatan yang berbeda dibandingkan cara

bulking. Penyekatan cara shelving ini dibentuk bersusun atau dalam bentuk rak.

Tinggi ruangan antar rak maksimum 23 cm. Sekatan antar ruangan rak terbuat

dari papan plastik atau papan kayu yang dilapisi. Papan ini harus mudah

dipasang dan dibongkar.

2) Beri lapisan es setebal minimum 5 cm di dasar ruangan rak yang paling bawah.

3) Masukan ikan yang disusun secara berlapis di atas lapisan es.

4) Beri lapisan es di atas papan sekatan rak kemudian masukan ikan dan dilanjutkan

dengan lapisan es. Lalu diatasnya ditutup dengan papan. Begitu seterusnya

(22)

15

Cara penyimpanan ikan dalam ruang palka dengan teknik shelving dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3. Penyimpanan Dalam Ruang Palka Dengan Teknik Shelving

c. Boxing

Pendinginan dan penyimpanan ikan cara boxing sangat berbeda dengan cara bulking maupun shelving. Pada cara boxing, ikan diberi es dalam wadah tersendiri. Prosedur cara boxing adalah sebagai berikut.

Ikan diberi es dalam suatu wadah berbentuk kotak atau tong dengan ukuran

yang bervariasi dan memenuhi persyaratan seperti yang diuraikan sebelumnya.Cara

pengesan ikan dalam wadah dilakukan sebagai berikut :

1) Beri lapisan es dasar wadah.

2) Masukan es ke dalam wadah secara berlapis.

3) Beri lapisan es lagi diatas lapisan ikan. Demikian seterusnya penyusunan ikan

dilakukan sampai wadah terisi penuh. Lapisan paling atas sebelum wadah ditutup

adalah lapisan es.

(23)

16

Penyimpanan ikan dengan teknik boxing dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4. Penyimpanan Dalam Ruang Palka Dengan Teknik Boxing

B. Faktor Yang Mempengaruhi Mutu Ikan Segar

1. Jenis dan ukuran ikan

Menurut Murniyati dan Sunarman (2000), kecepatan pembusukan berbeda pada

tiap jenis karena perbedaan komposisi kimianya. Ikan – ikan yang kecil lebih

cepat membusuknya lebih cepat daripada ikan yang lebih besar.

2. Suhu ikan

Menurut Ilyas (1983), suhu air saat ikan ditangkap mempengaruhi kemunduran

mutu ikan terutama pada air yang bersuhu tinggi dan ikan berada lebih lama

didalam air sebelum diangkat, hal ini yang dapat mempercepat proses

(24)

17

Suhu ikan adalah faktor yang paling besar peranannya adalam menentukan waktu

yang diperlukan ikan memasuki, memulai, dan melewati rigor. Semakin rendah

suhu penanganan ikan segera setelah ditangkap semakin lambat ikan memasuki

tahap rigor dan semakin panjang waktu rigor itu berakhir ( Ilyas, 1983).

3. Cara kematian dan penangkapan

Menurut Moelyanto (1992), ikan yang tidak banyak berontak ketika ditangkap atau

sebelum mati, kesegarannya akan lebih tahan lama daripada ikan yang lama

berontak.

Ikan yang ditangkap dengan payang, trawl, pole and line dan sebagainya, akan lebih baik keadaannya apabila dibandingkan dengan yang ditangkap melalui giil

net, long line dan sebagainya. Ikan yang tertangkap dan mati dibiarkan agak lam

terendam di dalam air sehingga keadaannya sudah kurang baik sewaktu

dinaikkan keatas dek (Adawyah, 2007).

4. Kondisi biologis ikan

Ikan yang sangat kenyang akan makanan saat ditangkap (disebut “feedy fish”), perut dan dinding perutnya segera diurai oleh enzim isi perut yang mengakibatkan

perubahan warna “perut gosong” (belly burn) yang mengarah perut terbusai ( torn

bellies atau belly burst) / ikan pelagik, sardin, dan kembung yang perutnya kenyang, dapat mengalami pembusaan perut jauh sebelum tanda – tanda

(25)

18 5. Cara penanganan dan penyimpanan

Menurut Adawyah (2007), jika ikan yang dalam keadaan rigor diperlakukan

dengan kasar, misalnya ditumpuk terlalu banyak, terlempar, terkena benturan,

terinjak, terlipat, dibengkokkan atau diluruskan dan sebagainya, maka

pembusukan akan berlangsung lebih cepat. Pembusukan dapat diperlambat jika

ikan disiangi dan disimpan pada suhu yang rendah.

C. Preparasi Ikan Kembung

1. Penyiangan

Bahan baku yang digunakan dalam pembuatan produk perikanan haruslah

ikan yang masih segar bahkan ikan yang masi dalam keadaan hidup, agar diperoleh

produk akhir yang bermutu tinggi.

Sebelum diolah sesegera mungkin dilakukan penyiangan ikan.Penyiangan dilakukan

dengan cara membuang kepala dan isi perut, sebelum daging dipisahkan, karena

kepala dan isi perut mengandung lemak dan enzim protease yang dapat menurukan

kemampuan gel, disamping itu isi perut banyak mengandung bakteri dan juga dapat

menggelapkan warna dagingnya. Pada tahap penyiangan, kepala, kulit dan isi perut

dibersihkan karena insang, isi perut dan sisik, ini merupakan sumber bakteri

pembusuk (Hadiwiyoto, 1993).

2. Pencucian

Proses selanjutnya adalah pencucian. Ikan dicuci dalam air mengalir agar sisa

kotoran yang masih menempel pada daging ikan terbuang. Tujuan dari pencucian

dengan menggunakan air mengalir, selain untuk menghilangkan kotoran juga dapat

(26)

19

dengan aliran air. Pencucian sebaiknya dilakukan menggunakan air bersih, tidak

berwarna dan tidak berbau dan berasal dari air PAM. Berdasarkan SNI

01-4104.3-2006, tentang pengolahan industri perikanan, air yang dipakai untuk kegiatan diunit

pengolahan memenuhi persyaratan kualitas air minum. Air yang dapat diminum

dapat diartikan sebagai air yang bebas dari bakteri yang berbahaya dan

ketidakmurnian secara kimiawi. Air minum harus bersih dan jernih, tidak berwarna

dan tidak berbau, dan tidak mengandung bahan tersuspensi atau kekeruhan.

D. Rangkuman

Ikan segar merupakan produk yang cepat turun kualitasnya sehingga perlu

segera setelah ikan ditangkap atau dipanen harus ditangani dengan baik, yang salah

satunya adalah dengan sesegera mungkin menurunkan suhu ikan. Pengawetan ikan

dengan suhu rendah merupakan suatu proses pengambilan/pemindahan panas dari

tubuh ikan. Salah satu teknik yang umum dilakukan dalam pengawetan ini adalah

dengan pendinginan.

Pendinginan adalah proses pengambilan panas dari suatu ruangan yang

terbatas untuk menurunkan dan mempertahankan suhu di ruangan tersebut bersama

isinya agar selalu lebih rendah daripada suhu di luar ruangan. Kelebihan

pengawetan ikan dengan pendinginan adalah sifat-sifat asli ikan tidak mengalami

perubahan tekstur, rasa, dan bau. Efisiensi pengawetan dengan pendinginan sangat

tergantung pada tingkat kesegaran ikan.

Pendinginan dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu Pendinginan dengan es;

Pendinginan dengan es kering; dan Pendinginan dengan udara dingin. Prosedur

pendinginan dan penyimpanan ikan dengan menggunakan es sebagai media

(27)

20

Pendinginan cara bulking adalah pendinginan dilakukan dengan menyusun ikan dengan es secara berselang seling. Pendinginan cara shelving juga hampir sama dengan cara bulking, perbedaanya pada cara bulking adalah tiap lapisan es dan iukan diberikan sekat. Pendinginan dan penyimpanan ikan cara boxing sangat berbeda dengan cara bulking maupun shelving. Pada cara boxing, ikan diberi es dalam wadah tersendiri.

Beberapa faktor -faktor yang mempengaruhi mutu ikan segar antara lain jenis

dan ukuran ukan, suhu ikan, cara kematian dan penangkapan, kondisi biologis ikan,

dan cara penanganan dan penyimpanan

E. Latihan

Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan jelas!

1. Usaha apa yang dapat kita lakukan untuk mempertahankan kesegaran ikan. 2. Apa yang dimaksud dengan pengawetan ikan dengan cara pendinginan? 3. Sebutkan 3 metode atau teknik pendinginan.

(28)

21 F. Kunci Jawaban

1. Hal yang perlu diperhatikan untuk mempertahankan kesegaran antara lain:

Penangkapan harus dilakukan hati-hati agar ikan tidak luka, sebelum dikemas,

ikan harus dicuci agar bersih dan lender, wadah pengangkut harus bersih dan

tertutup dan segera setelah ikan ditangkap, langsung diturunkan suhunya.

2. Pendinginan adalah proses pengambilan panas dari suatu ruangan yang

terbatas untuk menurunkan dan mempertahankan suhu di ruangan tersebut

bersama isinya agar selalu lebih rendah daripada suhu di luar ruangan.

3. Pendinginan dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu pendinginan dengan es;

pendinginan dengan es kering; dan pendinginan dengan udara dingin.

4. Prosedur pendinginan dan penyimpanan ikan dengan menggunakan es dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu bulking, shelving, dan boxing

5. Faktor -faktor yang mempengaruhi mutu ikan segar antara lain jenis dan ukuran

ukan, suhu ikan, cara kematian dan penangkapan, kondisi biologis ikan, dan cara

(29)

22

MATERI POKOK 3. PENGOLAHAN IKAN KEMBUNG

A. Pengolahan Dendeng Ikan Kembung

Dendeng ikan manis merupakan hasil pengolahan dan pengawetan dengan

cara penggeringan serta penambahan bumbu-bumbu tertentu, sehingga mempunyai

rasa yang khas dengan tekstur yang empuk.

Dendeng ikan dapat dibuat dengan rasa manis ataupun asin. Pada pembuatan

dendeng ikan manis pemakaian gula pasir / gula merah berkisar antara 15 – 20%.

Jenis-jenis ikan yang dapat digunakan sebagai bahan baku pembuatan dendeng

ikan manis benyak sekali, tergantung dari kondisi perikanan setempat. Hampir

semua jenis ikan dari berbagai perairan dapat dibuat menjadi dendeng, kecuali ikan

yang terlalu banyak mengandung lemak.

1. Alat :

 Wadah

 Timbangan

 Talenan

 Gilingan kayu

 Pisau

 Tampah/nyiru

 Kantong plastik 2 kg

2. Bahan :

Persentase bumbu-bumbu tersebut dihitung dari berat ikan

(30)

23

 Bawang merah ... 1 %

 Bawang putih

 Lengkuas ... 2,5 %

 Ketumbar ... 1,5 %

 Garam ... 5 %

 Gula pasir/gula merah ... 20 %

 Asam jawa ... 4 %

 Jahe ... 0,5 %

3. Cara pengolahan

a. Cara membuat bumbu ekstrak

1) Ketumbar, garam, bawang merah,bawang putih dihaluskan.

2) Lengkuas dan jahe diparut / ditumbuk halus.

3) Asam dicairkan dengan 5 sendok makan air kemudian diaring (diambilairnya).

4) Panaskan gula pasir / gula merah dengan 1 – 1 ½ gelas air hingga mencair,

kemudian masukkan bumbu-bumbu yang telah dihaluskan, aduk hingga

tercampur, angkat dan saring (ambil ekstraknya)

b. Cara Pembuatan Dendeng Ikan Manis

1) Ikan kembung segar dibuang sisik, sirip, ekor dan isi perutnya.

2) Potong kepalanya, kemudian belah ikan hingga membentuk fillet kupu-kupu.

3) Cuci hingga bersih

4) Buat larutan garam 15%, rendam ikan selama 15 – 20 menit kemudian tiriskan.

5) Masukkan ikan dalam wadah yang telah berisi bumbu ekstrak, usahakan

(31)

24 6) Biarkan selama 12 – 16 jam.

7) Angkat dan keringkan (Jemur di tempat yang bersih).

Gambar 5. Dendeng Ikan Kembung

B. Pengolahan Pindang Ikan Kembung

1. Prinsip pemindangan

Ikan merupakan bahan makanan yang banyak dikonsumsi masyarakat selain

sebagai komoditi ekspor. Ikan cepat mengalami proses pembusukan dibandingkan

dengan bahan makanan lain. Bakteri dan perubahan kimiawi pada ikan mati

menyebabkan pembusukan. Sehingga dengan sifat ikan yang mudah rusak maka

perlu adanya pengolahan lebih lanjut untuk mempertahankan daya simpan ikan.

Salah satu cara mudah untuk mempertahankan daya simpan ikan adalah dengan

pemindangan. Pemindangan merupakan salah satu olahan tradisional ikan yang

(32)

25

Pemindangan ikan adalah hasil olahan ikan dengan cara kombinasi

perebusan/pemasakan dan penggaraman. Pindang mempunyai penampakan,

citarasa, tekstur dan keawetan yang khas dan bervariasi sesuai dengan jenis ikan,

kadar garam, dan lama perebusan. Ikan yang digunakan sebagai bahan baku ikan

pindang sebaiknya ikan yang masih segar. Ikan pindang yang dihasilkan dari ikan

yang kurang segar mempunyai penampakan jelek (karena daging hancur selama

perebusan) dan rasa yang terlalu asin (karena penetrasi garam akan berlangsung

lebih cepat).

Garam yang digunakan berperan sebagai pengawet sekaligus memperbaiki cita

rasa ikan, sedangkan pemanasan mematikan sebagian besar bakteri pada ikan,

terutama bakteri pembusuk dan pahtogen. Selain itu, pemanasan dengan kadar

garam tinggi menyebabkan tekstur daging ikan berubah menjadi lebih kompak. Ikan

pindangpun menjadi lebih lezat dan lebih awet dibanding ketika masih segar.

Pindang umumnya tidak terlalu awet karena masih mempunyai aktivitas air

yang relatif tinggi dan sesuai bagi pertumbuhan mikroorganisme, terutama bakteri

pembentuk lendir dan kapang. Pemanasan yang diberikan pada umumnya tidak

terlalu mampu membasmi semua mikroorganisme. Selama penyebaran dan

penjualan, pindang sangat mudah mengalami kontaminasi mikroorganisme.

Kerusakan pindang yang disebabkan oleh pertumbuhan mikroorganisme ditandai

dengan pembentukan lendir, pertumbuhan kapang, dan teksturnya yang menjadi

hancur. Daya awet ikan pindang tidak terlalu lama.

Pindang naya hanya tahan kira-kira 3-4 hari, sedangkan pindang paso hanya

tahan kira-kira 6-7 hari setelah tutup wadah dibuka. Karena rasanya yang tidak asin,

pindang mempunyai kedudukan yang sangat strategis terutama dalam memenuhi

kebutuhan protein hewani bagi sebagian penduduk Indonesia, disamping dapat

(33)

26

Produsen terbesar pindang ikan (68,43 persen) adalah di Jawa; 15,34 persen di

Sumatera; 12,25 persen di Bali dan Nusa Tenggara; 3,39 persen di Sulawesi, dan

0,04 persen di Kalimantan. Beberapa contoh pindang yang cukup terkenal adalah

pindang pekalongan, pindang kudus, pindang juwana, pindang tuban, dan pindang

muncar.

Ikan pindang mungkin bukan sesuatu yang istimewa, namun merupakan salah

satu alternatif sumber gizi masyarakat yang digemari. Selain bergizi, harganya pun

terjangkau. Tidak heran, banyak orang berminat berjualan ikan pindang sebagai

sumber pendapatan mereka. Ikan pindang yang mudah diperoleh di pasar-pasar,

menyimpan protein tinggi. Selain itu, terdapat pelbagai unsur mineral dan vitamin A.

Unsur lainnya adalah asam lemak omega-3, yang sangat bermanfaat untuk

menangkal pelbagai penyakit degeneratif.

Dibanding pengolahan ikan asin, pemindangan mempunyai beberapa

keuntungan, yaitu:

a. Cara pengolahannya sederhana dan tidak memerlukan alat yang mahal,

b. Hasilnya berupa produk matang yang dapat langsung dimakan tanpa perlu

dimasak terlebih dahulu,

c. Rasanya cocok dengan selera masyarakat Indonesia pada umumnya,

d. Dapat dimakan dalam jumlah yang relatif banyak, sehingga sumbangan

proteinnya cukup besar bagi perbaikan gizi masyarakat.

2. Jenis-jenis pindang di Indonesia

Pemindangan dapat dikelompokkan berdasarkan proses, wadah yang

digunakan, jenis ikan, perlakuan atau bumbu yang ditambahkan serta daerah asal.

Jenis-jenis ikan pindang di Indonesia dapat dilihat pada Tabel 3, dan gambar ikan

(34)

27 Tabel 3. Jenis-jenis Ikan Pindang di Indonesia

No Dasar Pengelompokan Nama dalam Perdagangan

1 Proses  Pindang air garam/cue (perebusan di dalam

 Pindang paso (pindang garam dalam paso)  Pindang kendil (pindang garam dalam kendil) 3 Jenis Ikan  Pindang Bandeng

5 Asal Pindang Pekalongan

(35)

28

dalamkeadaan segar sehingga ikan pindang yang dihasilkan padat, utuh dan bagus

penampakannya.

- Ikan kembung segar = 10 Kg

- Garam 25% = 4 Kg

- Merang / daun pisang secukupnya

c. Cara Pengolahan :

1) Ikan Kembung segar disiangi (dibersihkan bagian insang, sisik dan isi perut)

2) Ikan kemudian dicuci bersih dan ditiriskan.

3) Ikan disusun berselang seling dengan garam (secukupnya) dalam naya

(keranjang bambu)

4) Kemudian direbus dalam kwali tanah selama 30 – 60 menit air yang keluar

dihilangkan.

5) Ulangi langkah tersebut (no.3) sekali lagi tanpa air.

(36)

29

Gambar 6. Ikan Pindang

C. Pengolahan Peda Ikan Kembung

Peda merupakan salah satu produk olahan tradisional yang dibuat dengan cara

fermentasi. Fermentasi adalah proses penguraian daging ikan oleh enzim yang akan

memberikan hasil yang menguntungkan. Proses fermentasi serupa dengan

pembusukan, tetapi fermentasi ini menghasilkan zat-zat yang memberikan rasa dan

aroma yang spesifik. Terjadinya fermentasi memerlukan syarat-syarat sebagai

berikut : suasana lembab, adanya oksigen dalam jumlah terbatas / semi aerob dan

adanya garam.

Jenis ikan yang dapat diolah menjadi ikan peda antara lain ikan kembung ikan

layang, selar, ikan mas, tawes, dan ikan mujahir. Tetapi ternyata hasil yang paling

baik adalah pindang ikan kembung.

Ciri-ciri peda yang baik antara lain berwarna merah segar, tekstur dagingya

masir, pHnya 6,0 – 6,4; rasanya khas disebabkab adanya proses fermentasi. Pada

umumnya konsumen lebih menyukai peda merah. Hal ini disebabkan peda yang

(37)

30

mempengaruhi cita rasa peda. Kandungan lemak peda merah berkisat antara 7-14%

yang memberikan rasa gurih. Warna merah merupakan salah satu faktor yang

mempengaruhi daya tarik konsumen. Disamping itu tekstur peda merah biasanya

lebih masir dibandingkan peda putih.

Cara pengolahan ikan peda sangat bervariasi. Namun secara umum, tahapan

pembuatan peda antara lain : adanya sortasi terhadap bahan baku, proses,

penggaraman, fermentasi, dan pematangan.

Untuk pembuatan peda secara tradisional, waktu pematangan tidak terlalu

lama, sehingga cita rasa yang dihasilkan tidak terlalu tajam. Pada pembuatan peda

skala laboratorium, telah diadakan beberapa usaha untuk meningkatkan mutu peda,

yaitu menambah waktu fermentasi dari tiga hari menjadi lima hari, membersihkan

ikan dengan larutan garam 10%, penambahan antioksidan, memperpanjang waktu

pematangan menjadi 60 hari, menyimpan dalam wadah plastik yang terjamin

kebersihannya, memberikan tambahan nutrisi bagi mikroba fermentasi dan

penambahan starter pada pembuatan peda.

Kesegaran ikan sangat mempengaruhi mutu hasil akhir, maka ikan yang akan

diolah menjadi peda harus segar karena ikan yang sudah busuk akan menghasilkan

peda bermutu rendah dan akan membahayakan kesehatan. Pada dasarnya semua

jenis ikan dapat diolah menjadi peda, akan tetapi umumnya ikan yang digunakan

sebagai bahan baku peda adalah ikan kembung (Restrelliger spp). Di kenal dua jenis peda yaitu peda merah yang dibuat dari ikan kembung betina (Restrellinger neglegtus) dan peda putih yang dibuat dari ikan kembung ikan jantan ( Restrelliger kanagorta).

Garam yang digunakan harus mempunyai kemurnian tinggi,artinya

mengandung garam NaCl tinggi minimal 98%. Bila garam yang digunakan

mengandung garam-garam calcium dan magnesium lebih dari 1% maka akan

(38)

31

- Merang / daun pisang kering

- Pemberat (kayu, batu)

digunakan. Umumnya garam yang digunakan 25 – 30% dari berat ikan.

b. Campurkan ikan dan garam, kemudian susun ikan dalam bak/pan plastik

selapis demi selapis dengan diselingi garam

c. Pada permukaan paling atas diberikan lapisan garam lebih tebal ( +1 jam),tutup

dengan penutup dari pepen / tampah dan beri pemberat. Simpan di tempat

yang bersih dan sejuk selama 3 – 6 hari.

d. Bongkar ikan, kemudian cuci dengan air dan tiriskan pada rak peniris

e. Jemur / angin-anginkan sampai ikan kelihatan kesat / padat

f. Lumuri ikan dengan garam dan susun berlapis dalam pendil / peti yang telah

dialasi merang atau daun pisang kering.

g. Tutuplah bagian atas dengan merang / daun pisang kering dan diberi pemberat

di atasnya

(39)

32

i. Simpan di tempat yang bersih selama 10 s.d 15 hari untuk proses fermentasi

sampai tercium bau peda.

Gambar 7. Ikan Peda

D. Pengolahan Ikan Asin

1. Prinsip penggaraman

Menurut Murniyati dan Sunarman (2000), penggaraman ikan merupakan cara

pengawetan ikan yang banyak dilakukan diberbagai negara. Ikan yang awet dengan

garam kita sebut sebagai ikan asin. Garam yang dipakai adalah garam dapur (NaCl),

baik yang berupa kristal maupun larutan. Fungsi pengawet garam adalah dengan

menunda autolisis, dan membunuh bakteri secara langsung. Kematian bakteri dalam

proses penggaraman disebabkan karena garam menarik air dari tubuh ikan melalui

(40)

33

disekitar bakteri itu menyebabkan metabolisme tergganggu. Garam juga menyerap

air dari tubuh bakteri sehingga bakteri mengalami pengkerutan sel sehingga mati.

Garam sebenarnya tidak bersifat membunuh mikroorganisme (germisidal).

Dalam konsentrasi rendah (1-3%), justru garam membantu pertumbuhan bakteri.

Garam yang berasal dari tempat-tempat pembuatan garam di pantai mengandung

cukup banyak bakteri yang dapat merusak ikan asin. Beberapa jenis bakteri dapat

tumbuh pada garam berkonsentrasi tinggi, misalnya red balophilicbacteria yang menyebabkan warna merah pada ikan asin (Moelyanto, 1992).

2. Metode penggaraman

Penggaraman merupakan cara pengawetan yang sudah lama dilakukan orang.

Pada proses penggaraman, pengawetan dilakukan dengan cara mengurangi kadar

air dalam badan ikan sampai titik tertentu sehingga bakteri tidak dapat hidup dan

berkembang lagi. Ikan asin yang bermutu baik adalah jika memenuhi syarat Standar

Industri Indonesia (SII), yaitu :

a. Mempunyai bau, rasa, dan warna normal, serta bentuk yang baik;

b. Berkadar air paling tinggi 25 %

c. Berkadar garam (NaCl) antara 10 % ~ 20 %;

d.Tidak mengandung logam jamur, juga tidak terjadi pemerahan bakteri;

Ada beberapa cara untuk mempercepat pengeringan ikan asin :

a. Menjemur ikan di atas para-para setinggi 1 m dari atas tanah, di

halaman terbuka;

b. Menjemur ikan di dalam ruang pengering dari plastik (solar dryer);

c.Mengalir udara panas ke permukaan ikan dalam ruangan (mechanical dryer);

d. Mengatur cara penjemuran ikan, jangan sampai bertumbuk;

(41)

34 f. Membuat sayatan pada daging ikan.

Pada dasarnya metode penggaraman ikan dapat dikelompokkan menjadi 3

(tiga) cara yaitu penggaraman kering (dry salting), penggaraman basah (wet salting)

dan Penggaraman campuran (kench salting).

a. Penggaraman kering (dry salting)

Pada penggaraman kering dapat digunakan baik untuk ikan ukuran besar

maupun kecil. Penggaraman ini menggunakan garam berbentuk Kristal. Ikan yang

akan diolah ditaburi garam lalu disusun secara berlapis-lapis.Setiap lapisan ikan

diselingi lapisan garam.

b. Penggaraman basah (wet salting)

Proses penggaraman dengan metode ini menggunakan larutan garam sebagai

media untuk merendam ikan.

c. Penggaraman campuran (kench salting)

Penggaraman ini hampir serupa dengan penggaraman kering. Bedanya, cara

ini menggunakan kedap air. Ikan hanya ditumpuk dilantai atau menggunakan

keranjang.

3. Pengolahan ikan asin

a. Alat :

- Wadah

- Timbangan

- Talenan

- Pisau

(42)

35

dibelah sepanjang garis punggung kearah perut (tetapi tidak sampai terbelah

dua).

b) Ikan yang telah disinangi kemudian dicuci agar bersih hingga bebas dari

sisa-sisa kotoran.

c) Sediakan sejumlah garam kristal sesuai berat ikan, untuk ikan berukuran

besar jumlah garam yang harus disediakan berkisar 20 – 30% dari berat ikan,

untuk ikan berukuran sedang 15 – 20%, sedangkan ikan yang berukuran kecil

5%.

berlapis-lapis hingga lapisan teratas adalah susunan dengan lapisan lebih

banyak/tebal.

f) Tutuplah tumpukan ikan dan garam tersebut dengan keranjang /anyaman

(43)

36

g) Biarkan selama beberapa hari untuk terjadinya proses penggaraman.

Untuk ikan berukuran besar selama 2-3 hari, ikan yang berukuran sedang dan

ikan yang berukuran kecil selama 12-24 jam.

h) Selanjutnya cucilah dengan air bersih dan tiriskan, susun ikan di atas

para-para penjemuran.

i) Pada saat penjemuran / pengering, ikan sekali-kali dibalik agar ikan cepat

mongering

2). Penggaraman Basah

a) Siapkan larutan garam jenuh dengan konsentrasi larutan 30 – 50%.

b) Ikan yang telah disiangi disusun di dalam wadah / bak kedap air,

kemudian tambahkan larutan garam secukupnya hingga seluruh ikan

tenggelam dan beri pemberat agar tidak terapung.

c) Lama perendaman 1 – 2 hari, tergantung dari ukuran / tebal ikan dan derajat

keasinan yang diinginkan.

d) Setelah penggaraman, bongkar ikan dan cuci dengan air bersih. Susun ikan di

atas para-para untul proses pengeringan / penjemuran. Ikan asin dapat dilihat

(44)

37

Gambar 8. Ikan asin

E. Rangkuman

Ikan kembung dapat dijadikan berbagai jenis olahan hasil perikanan sehingga

lebih menarik minat konsumen. Beberapa jenis olahan yang dapat dibuat dari ikan

kembung antara lain Dendeng, Pindang, Peda, serta Ikan Asin. Dendeng ikan manis

merupakan hasil pengolahan dan pengawetan dengan cara penggeringan serta

penambahan bumbu-bumbu tertentu, sehingga mempunyai rasa yang khas dengan

tekstur yang empuk.

Pemindangan ikan adalah hasil olahan ikan dengan cara kombinasi

perebusan/pemasakan dan penggaraman. Pindang umumnya tidak terlalu awet

karena kandungan airnya masih relatif tinggi dan sesuai bagi pertumbuhan

mikroorganisme. Pemanasan yang diberikan pada umumnya tidak terlalu mampu

membasmi semua mikroorganisme. Ada berbagai macan jenis pindang di Indonesia,

namun yang paling umum ditemui di masyarakat adalah pindang air garam/cue dan

(45)

38

Peda merupakan salah satu produk olahan tradisional yang dibuat dengan cara

fermentasi. Fermentasi adalah proses penguraian daging ikan oleh enzim yang akan

memberikan hasil yang menguntungkan.

Penggaraman merupakan cara pengawetan yang sudah lama dilakukan orang.

Pada proses penggaraman, pengawetan dilakukan dengan cara mengurangi kadar

air dalam badan ikan sampai titik tertentu sehingga bakteri tidak dapat hidup dan

berkembang lagi.

Pada dasarnya metode penggaraman ikan dapat dikelompokkan menjadi 3

(tiga) cara yaitu penggaraman kering (dry salting), penggaraman basah (wet salting)

(46)

39 F.Latihan

Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan jelas!

6. Ikan kembung dapat diolah menjadi berbagai produk olahan perikanan, sebutkan. 7. Apa yang dimaksud dengan pemindangan?

8. Mengapa ikan yang diolah dengan cara pemindangan tidak memiliki daya awet yang cukup lama?

9. Apa keuntungan pengolahan dengan pengolahan dibanding dengan pengasinan

10. ... Apa perbedaan

(47)

40 G. Kunci Jawaban

6. Berbagai jenis olahan yang dapat dibuat dari ikan kembung antara lain Dendeng,

Pindang, Peda, serta Ikan Asin.

7. Pemindangan adalah proses pengolahan ikan dengan cara kombinasi antara

perebusan/pemasakan dan penggaraman.

8. Hal-hal yang menyebabkan ikan pindang tidak memiliki daya awet adalah : karena

kandungan airnya masih relatif tinggi dan sesuai bagi pertumbuhan

mikroorganisme serta pemanasan pada saat pemasakan tidak terlalu mampu

membasmi semua mikroorganisme pembusuk.

9. Pemindangan mempunyai beberapa keuntungan, yaitu: cara pengolahannya

sederhana dan tidak memerlukan alat yang mahal, hasilnya berupa produk

matang yang dapat langsung dimakan tanpa perlu dimasak terlebih dahulu,

rasanya cocok dengan selera masyarakat Indonesia pada umumnya, serta dapat

dimakan dalam jumlah yang relatif banyak, sehingga sumbangan proteinnya

cukup besar bagi perbaikan gizi masyarakat.

10. Fermentasi adalah proses penguraian daging ikan oleh enzim yang akan

menghasilkan zat-zat yang memberikan rasa dan aroma yang spesifik, sedangkan

pembusukan adalah penguraian daging ikan oleh mikroorganisme (bakteri atau

jamur) sehingga menghasilkan bau busuk dan hasilnya tidak layak untuk

(48)

41 EVALUASI MATERI POKOK

A. Lengkapilah kalimat di bawah ini!

1. Ikan kembung yang paling umum terdapat di pasar pelelangan ikan adalah

(a)...(b)...dan (c)...

2. Ikan kembung banjar memiliki fisik tubuh yang

(a)...dan...Sedangkan ikan kembung puket memiliki fisik

tubuh yang (b)...

3. Suhu rendah sangat efektif untuk menghambat pertumbuhan bakteri ...yaitu bakteri yang dapat hidup pada suhu rendah.

4. Es kering adalah gas (a)...sebagai hasil sampingan dari pupuk urea, berupa gas yang memiliki ciri-ciri (b)..., (c) ...,(d) dan

(e) ...,

5. Tiga cara pengesan dan penyimpanan yang sering dilakukan yaitu

(a)..., (b) ...,(c) ...

6. Pada dasarnya metode penggaraman ikan dapat dikelompokkan menjadi 3 (tiga) cara

(49)

42

B. Tentukan apakah pernyataan di bawah ini Benar atau Salah

1. Untuk mempertahankan kesegaran ikan hal yang perlu dilakukan adalah segera

menurunkan suhunya.

2. Pengawetan ikan dengan suhu rendah merupakan suatu proses pengambilan/pemindahan panas dari tubuh ikan ke tubuh lain.

3. Pendinginan ikan hingga 0°C akan menghentikan proses pembusukan ikan. 4. Sebelum diolah sesegera mungkin dilakukan pencucian ikan

5. Beberapa faktor -faktor yang mempengaruhi mutu ikan segar antara lain jenis dan

ukuran ukan, suhu ikan, cara kematian dan penangkapan, kondisi biologis ikan,

dan cara penanganan dan penyimpanan

6. Pindang umumnya tidak terlalu awet karena, bahan bakunya kurang baik serta

kandungan garamnya tidak sebanyak ikan asin.

(50)

43 UMPAN BALIK DAN TINDAK LANJUT

Cocokkan hasil jawaban dengan kunci yang terdapat di bagian belakang materi

penyuluhan ini. Hitung jawaban anda yang benar, kemudian gunakan rumus untuk

mengetahui tingkat pemahaman terhadap materi.

Keterangan:

a. 91 % s.d 100% : Amat Baik

b. 81 % s.d 90% : Baik

c. 71% s.d 80,99% : Cukup

d. 61% s.d 70,99% : Kurang

(51)

44

(e) menghasilkan gas panas bertekanan tinggi

5. (a) bulking (b) shelving, dan (c) boxing 6. (a) Penggaraman kering (dry salting)

(52)

45 PENUTUP

Ikan segar merupakan produk yang cepat turun kualitasnya sehingga perlu

segera setelah ikan ditangkap atau dipanen harus sesegera mungkin menurunkan

suhu ikan. Pengawetan ikan dengan suhu rendah yaitu pendinginan, merupakan

suatu yang paling sering dilakukan dalam upaya mempertahankan kualitas ikan

segar. Kelebihan pengawetan ikan dengan pendinginan adalah sifat-sifat asli ikan

tidak mengalami perubahan tekstur, rasa, dan bau. Efisiensi pengawetan dengan

pendinginan sangat tergantung pada tingkat kesegaran ikan.

Pendinginan dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu Pendinginan dengan es;

Pendinginan dengan es kering; dan Pendinginan dengan udara dingin. Prosedur

pendinginan dan penyimpanan ikan dengan menggunakan es sebagai media

pendingin dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu bulking, shelving, dan boxing . Beberapa faktor -faktor yang mempengaruhi mutu ikan segar antara lain jenis dan

ukuran ukan, suhu ikan, cara kematian dan penangkapan, kondisi biologis ikan, dan

cara penanganan dan penyimpanan

Ikan kembung dapat dijadikan berbagai jenis olahan hasil perikanan sehingga

lebih menarik minat konsumen. Beberapa jenis olahan yang dapat dibuat dari ikan

(53)

46

DAFTAR PUSTAKA

Adawyah R. 2008. Pengolahan dan pengawetan Ikan. Bumi Aksara. Jakarta.

Clucas I.J. 1985. Fish Handling Preservation And Processing In The Tropics, Part I. Tropical Development and Research Institute. London.

Dahuri R. 2003. Keanekaragaman Hayati Laut. Aset Pembangunan Berkelanjutan Indonesia. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. 412 halaman.

Hadiwiyoto, S.2003. Teknologi Pengolahan Hasil Perikanan Jilid II,Liberty. Yogyakarta.

Ilyas, S. 1993. Teknologi Refigerasi Hasil Perikanan, Jilid I. Penerbit PT Swadaya. Jakarta.

Junianto. 2003. Teknik Penanganan Ikan. Penebar Swadaya. Jakarta.

Kaylor JD, Learson RJ. 1990. Pelagic fish. In The Sea Food Industry.martin RE, Flick Gj (eds). Van Nostrand Reinhold. New York. 67-75.

Moeljanto, R. 1992. Pengawetan Dan Pengolahan Hasil Perikanan. PT Penebar Swadaya. Jakarta.

Murniati dan Sunarman, 2000. Pendinginan Ikan. Pengolahan Pangan. Bandung.

Muchtadi, D. 2007. Pengolahan Hasil Perikanan.Penerbit Universitas Terbuka. Jakarta.

Muchtadi, TR. 1989. Teknologi Proses Pengolahan Pangan Bandung.Pengantar Teknologi Pangan Dan Gizi ITB.

Nurjanah, Abdullah A, Kustiariyah, 2011. Bahan Baku Hasil Perairan. IPB Press.Bogor.

(54)

47

---. 2002b. Panduan Pengolahan Pangan yang Baik Bagi Industri Rumah Tangga. Badan POM. Jakarta.

Siregar, A.1995. Ikan Asin. Kanisius, Jakarta.

(55)

48 GLOSARIUM

Autolysis :Proses pembsukan karena aktivitas enzim yang terdapat pada tubuh ikan itu sendiri

Aerobik : Kondisi dimana tersedia udara

Bakteri Psychrophilic : bakteri yang senang hidup pada suhu rendah (suhu 0°C- 30°C, dengan suhu optimum 15°C).

Boxing : Motode pengesan dengan sistim ikan diberi es dalam suatu wadah berbentuk kotak atau tong

Bulking :Motode pengesan dengan sistim berselang seling (antara ikan dan es) tetapi tanopa diberi sekat.

Lean fish : Ikan yang mengandung lemak sedikit

Rigor Mortis : Proses terjadinya kekakuan pada ikan setelah ikan mati

Self life : Daya awet

Gambar

Gambar 1 Ikan kembung banyar (Rastrelliger kanagurta)
Tabel 1. Komposisi dan nilai gizi ikan kembung (dalam 100 g daging)
Tabel  2. Pengaruh Ukuran Es Terhadap Kecepatan Pendinginan
Gambar 2. Penyimpanan Dalam Ruang Palka Dengan Teknik Bulking
+7

Referensi

Dokumen terkait

1) Pendinginan ikan dengan es.. 9 Pendinginan ikan dengan es sangat beragam tergantung pada tempat, jenis ikan, dan tujuan pendinginan. Cara ideal mencampurkan ikan

tujuan : menghilangkan tanah & sisa mkn dg cara mengerik, membilasdg air,

perubahan akibat pertumbuhan mikroba menjadi lambat atau menurun  umur simpan panjang...  Keuntungan

Keberadaan karbohidrat (CHO) sebagai sumber energi sangat menentukan performa ketika beraktivitas. Tubuh yang kekurangan karbohidrat akan mengalami kelemahan atau performa yang

Ket idak larut an bahan pengisi dalam et anol menyebabkan brazilin pada ekst rak t idak dapat dienkapsulasi, akibat nya brazilin menempel di luar bahan pengisi sehingga bubuk yang

memproduksi tanaman transgenik yang bebas dari serangan virus. Dengan memasukkan. gen penyandi protein selubung {coat protein) Johnsongrass mosaic potyvirus

Banyak jenis ikan dapat dijadikan bahan dasar untuk pembuatan krupuk, misalnya ikan belida, ikan tenggiri, ikan ekor kuning, ikan tengke, ikan kakap, ikan kue, ikan tongkol, dan

Ada dua cara untuk mendapatkan Beras Kopi, yakni pengolahan kering (Dry Process) dan pengolahan basah (Wet Process).. - Pengolahan