PENGANTAR HUKUM INDONESIA

(1)

PENGANTAR HUKUM

INDONESIA

(2)

SILABUS PENGANTAR

HUKUM INDONESIA

 Pokok Bahasan IPokok Bahasan I

 A. PengantarA. Pengantar

 B. Pengrtian PHIB. Pengrtian PHI

 C. Tujuan Mempelajari PHIC. Tujuan Mempelajari PHI

 Pokok Bahasan IIPokok Bahasan II

(3)

 B. Kekuatan Mengikat dan berlakunya UUB. Kekuatan Mengikat dan berlakunya UU

 C. Asas-asas Undang-undangC. Asas-asas Undang-undang

Pokok Bahasan III Pokok Bahasan III

 A. Dasar hukum berlakunya peraturan A. Dasar hukum berlakunya peraturan perundang-undangan sebelum 17

perundang-undangan sebelum 17 Agustus 1945

Agustus 1945

(4)

(5)

KAIDAH/NORMA

 BERWUJUD ATURAN-ATURAN YANG BERWUJUD ATURAN-ATURAN YANG

MENJADI PEDOMAN DALAM MENJADI PEDOMAN DALAM

PERGAULAN HIDUP PERGAULAN HIDUP

 YANG MENURUT ISINYA BERWUJUD YANG MENURUT ISINYA BERWUJUD PERINTAH

PERINTAH DAN DAN LARANGANLARANGAN

 DAPAT DIPERTAHANKAN DENGAN DAPAT DIPERTAHANKAN DENGAN

(6)

MACAM-MACAM

NORMA:



NORMA AGAMA



NORMA KESUSILAAN



NORMA KESOPANAN



NORMA HUKUM

(7)

PENGERTIAN PENGANTAR

HUKUM INDONESIA

 A. ISTILAHA. ISTILAH

 PENGANTAR HUKUM POSITIF PENGANTAR HUKUM POSITIF INDONESIA

INDONESIA

 PENGANTAR HUKUM TATA HUKUM PENGANTAR HUKUM TATA HUKUM INDONESIA

INDONESIA

 PENGANTAR HUKUM INDONESIA PENGANTAR HUKUM INDONESIA (SETELAH SKS)

(8)

B. PENGERTIAN PHI

 MENGANTARKAN/MEMBERI PEDOMAN MENGANTARKAN/MEMBERI PEDOMAN

KPD MHS KPD MHS

 UNTUK MEMPELAJARI HUKUM YANG UNTUK MEMPELAJARI HUKUM YANG

BERLAKU DI INDONESIA DEWASA INI BERLAKU DI INDONESIA DEWASA INI

 BERLAKU ARTINYA MEMBERI AKIBAT BERLAKU ARTINYA MEMBERI AKIBAT

HUKUM BAGI YANG MELANGGARNYA HUKUM BAGI YANG MELANGGARNYA

 AKIBAT HUKUM BERUPA SANKSI AKIBAT HUKUM BERUPA SANKSI

(9)

PENGERTIAN TATA

HUKUM

 TATA HUKUMTATA HUKUM ADALAH SUSUNAN HUKUM , ADALAH SUSUNAN HUKUM , SUSUNAN HUKUM TERDIRI ATAS ATURAN SUSUNAN HUKUM TERDIRI ATAS ATURAN –ATURAN HUKUM SALING BERHUBUNGAN –ATURAN HUKUM SALING BERHUBUNGAN

DAN SALING MENENTUKAN YANG TERTATA DAN SALING MENENTUKAN YANG TERTATA

SEDEMIKIAN RUPA SEHINGGA ORANG SEDEMIKIAN RUPA SEHINGGA ORANG

MUDAH MENEMUKANNYA. MUDAH MENEMUKANNYA.

 TATA HUKUM INDONESIA, TATA HUKUM INDONESIA, TATA HUKUM TATA HUKUM YANG DITETAPKAN OLEH PEMERINTAH YANG DITETAPKAN OLEH PEMERINTAH

(10)

TATA HUKUM DENGAN

STRUKTUR TERBUKA

 ARTINYA , SUATU TATA HUKUM ARTINYA , SUATU TATA HUKUM YANG SEALU BERUBAH-RUBAH YANG SEALU BERUBAH-RUBAH

MENGIKUTI PERKEMBANGAN MENGIKUTI PERKEMBANGAN

MASYARAKAT DITEMPAT MANA MASYARAKAT DITEMPAT MANA

HUKUM ITU BERLAKU UNTUK HUKUM ITU BERLAKU UNTUK

MEMENUHI PERASAAN KEADILAN MEMENUHI PERASAAN KEADILAN

BERDASARKAN KESADARAN BERDASARKAN KESADARAN

(11)

PENGERTIAN :

 SEJARAH TATA HUKUM,SEJARAH TATA HUKUM,YAITU MEMUAT YAITU MEMUAT

KEJADIAN –KEJADIAN PENTING MENGENAI

TATA HUKUM INDONESIA PADA MASA LALU

YANG DICATAT DAN DIINGAT SERTA HARUS

DIPAHAMI OLEH BANGSA INDONESIA

 POLITIK HUKUM, POLITIK HUKUM, PERNYATAAN KEHENDAK PERNYATAAN KEHENDAK DARI PEMERINTAH NEGARA MENGENAI

DARI PEMERINTAH NEGARA MENGENAI

HUKUM YANG BERLAKU DIWILAYAHNYA

DAN KEARAH MANA HUKUM ITU AKAN

DIKEMBANGKAN

(12)

TUJUAN MEMPELAJARI

HUKUM INDONESIA

 Untuk mengetahui perbuatan apa Untuk mengetahui perbuatan apa yang melawan hukum dan apa

yang melawan hukum dan apa yang tidak melawan hukum

yang tidak melawan hukum

 Mempelajari hak dan kewajiban Mempelajari hak dan kewajiban warga negara,dll

warga negara,dll

 Meyampaikan kepada mhs Meyampaikan kepada mhs

(13)

 HUKUM HUKUM : SEBAGAI NORMA MEMPUNYAI CIRI : SEBAGAI NORMA MEMPUNYAI CIRI

KEHKUSUSAN YAITU, MELINDUNGI, MENGATUR DAN KEHKUSUSAN YAITU, MELINDUNGI, MENGATUR DAN

MEMBERIKAN KESEIMBANGAN DALAM MENJAGA MEMBERIKAN KESEIMBANGAN DALAM MENJAGA

KEPENTINGAN UMUM. KEPENTINGAN UMUM.

 IUS CONSTITUTUM,IUS CONSTITUTUM, KETENTUAN-KETENTUAN KETENTUAN-KETENTUAN

HUKUM YANG BERLAKU PADA SUATU SAAT, WAKTU HUKUM YANG BERLAKU PADA SUATU SAAT, WAKTU

DAN TEMPAT TERTENTU. (HUKUM POSITIF) DAN TEMPAT TERTENTU. (HUKUM POSITIF)

 IUS CONSTITUENDUM IUS CONSTITUENDUM : : HUKUM YANG HUKUM YANG

DIHARAPKAN BERLAKU PADA WAKTU AYNG AKAN DIHARAPKAN BERLAKU PADA WAKTU AYNG AKAN

DATANG ATAU YANG DIRENCANAKAN ATAU DATANG ATAU YANG DIRENCANAKAN ATAU

ATURAN-ATURAN HUKUM YANG AKAN MENGANTIKAN ITU ATURAN HUKUM YANG AKAN MENGANTIKAN ITU

SELAMA BELUM MENJADI HUKUM POSITIF SELAMA BELUM MENJADI HUKUM POSITIF

(14)

SUMBER-SUMBER

HUKUM

 SUMBER HUKUM, ialah asal mulanya SUMBER HUKUM, ialah asal mulanya hukum,segala sesuatu yang dapat

hukum,segala sesuatu yang dapat

menimbulkan aturan –aturan hukum

sehingga mempunyai kekuatan

mengikat, yang dimaksud dengan

segala sesuatu adalah faktor yang

mempengruhi timbulnya hukum, dr

mana berasalnya isi norma hukum

(15)

Sumber Hukum

Positif

_Positif

dibedakan 2 macam :

 1,. Sumber hukum materil1,. Sumber hukum materil

(16)

Sumber Hukum Positif

Indonesia

Sumber hukum Materil, adalah

faktor-faktoryang menentukan hukum, tempat dari

faktoryang menentukan hukum, tempat dari

mana berasalnya isi hukum, atau

faktor-faktoryang menentukan isi hukum yang

faktoryang menentukan isi hukum yang

berlaku.Faktor-faktor yang menebtukan isi

hukum dapat dikelompokan atas:

-faktor ideal( filosofis)

-faktor sejarah ( historis)

-faktor kemasyarakatan(sosiologis)

(17)

Lanjutan……

 Faktor IdeaFaktor Ideal, adalah pedoman-l, adalah

pedoman-pedoman hidup yang tetap mengenai pedoman hidup yang tetap mengenai

nilai-nilai etika dan keadilan yang nilai-nilai etika dan keadilan yang

dipatuhi oleh para pembentuk dipatuhi oleh para pembentuk

undang-undang atau oleh undang-undang atau oleh

lembaga-lembaga pelaksana hukum dalam lembaga pelaksana hukum dalam

melaksankan hukum. melaksankan hukum.

 Faktor Sejarah,Faktor Sejarah,tempat hukumdari tempat hukumdari

(18)

Lanjutan………

 Tumbuh dan berkembangnya suatu Tumbuh dan berkembangnya suatu

bangsa dimasa lalu, misalnya hukum bangsa dimasa lalu, misalnya hukum

dalam piagam-piagam, dalam piagam-piagam,

dokumen,BW,WvK dan WVS dokumen,BW,WvK dan WVS

 Faktor kemasyarakatan, Faktor kemasyarakatan, adalah adalah

hal-hal yang nyata hidup dalam hal-hal yang nyata hidup dalam

masyarakat yang tunduk pada masyarakat yang tunduk pada

(19)

Lanjutan……….

 Sumber Hukum FormalSumber Hukum Formal, ialah , ialah tempat dari mana dapat

tempat dari mana dapat

ditemukan atau diperoleh ditemukan atau diperoleh

aturan-aturan hukum berlaku yang aturan hukum berlaku yang

mempunyai kekuatan mengikat mempunyai kekuatan mengikat

masyarakat dan pemerintah masyarakat dan pemerintah

(20)

 1. Undang-undang1. Undang-undang

Dibagi dalam arti sempit dan luas. Dibagi dalam arti sempit dan luas. Uu dalam arti luas adalah uu dalam Uu dalam arti luas adalah uu dalam

arti materol dan uu dalam arti arti materol dan uu dalam arti

formil. formil.

Uu dalam arti sempit, uu dalam arti Uu dalam arti sempit, uu dalam arti

materil saja an uu dalam arti formil materil saja an uu dalam arti formil

(21)

Sumber hukum Formil

 1. Undang-undang1. Undang-undang  2. Kebiasaan2. Kebiasaan

 3.Yurispurdensi3.Yurispurdensi  4, Traktat4, Traktat

 5.Doktrin5.Doktrin



 6. Hukum kebiasaan6. Hukum kebiasaan  7. 7.

(22)

Pengertian:

Undang-undang dalam arti Undang-undang dalam arti Materil

Materil

 Setiap keputusan atau Setiap keputusan atau

peraturanyang dibuat peraturanyang dibuat oleh pemerintah atau oleh pemerintah atau penguasa yang

penguasa yang

berwenang yang isinya berwenang yang isinya mengikat secara umum mengikat secara umum atau keputusan atau atau keputusan atau ketetapan pemerintah ketetapan pemerintah atau penguasa yan atau penguasa yan

berwenang yang memuat berwenang yang memuat ketentuan-ketentuan

ketentuan-ketentuan umum

umum

Undang-undang dalam arti Undang-undang dalam arti

Formil Formil

 Setiap keputusan Setiap keputusan

pemerintah atau pemerintah atau

penguasa yang penguasa yang

berwenang yang karena berwenang yang karena prosedur terjadinya atau prosedur terjadinya atau

pembentukannya dan pembentukannya dan bentuknya dinamakan bentuknya dinamakan

undang-undang atau undang-undang atau

setiap keputusan yang setiap keputusan yang

merupakan undang merupakan undang

(23)

Contoh :

 Dari sisi pembuatan atau Dari sisi pembuatan atau

terjadinya/prosedurnya oleh terjadinya/prosedurnya oleh

pembentuk resmi UU (Presiden pembentuk resmi UU (Presiden bersama dengan DPR)juga dari bersama dengan DPR)juga dari bentuk luar/fisiknya dinamakan bentuk luar/fisiknya dinamakan

undang-undang maka keputusan undang-undang maka keputusan

atau peraturan tersebut dinamakan atau peraturan tersebut dinamakan

(24)

Perbedaan antara :

Undang dalam arti Materil: Undang dalam arti Materil:

 - belum tentu bernama - belum tentu bernama

undang-undang, jika ada undang-undang, jika ada

yang bernama yang bernama

undang-undang atau PP, Keppres undang atau PP, Keppres

atau Peraturan atau Peraturan

pemerintah, Perda isi pemerintah, Perda isi atau materinya harus atau materinya harus

mengikat secara umum mengikat secara umum

- -

Undang dalam arti Formil: Undang dalam arti Formil:

 Namanya pasti undang-Namanya pasti

undang-undang dan isinya tidak undang dan isinya tidak mengikat secara umum mengikat secara umum

atau secara luas atau tidak atau secara luas atau tidak mengikat semua penduduk. mengikat semua penduduk.

 Sebahagian besar UU yang Sebahagian besar UU yang

berlaku di Indonesia berlaku di Indonesia

merupakan UU dalam arti merupakan UU dalam arti

material karena isinya material karena isinya mengikat secar umum mengikat secar umum

semua penduduk dalam semua penduduk dalam

(25)

ASAS-ASAS

 1. Undang-undang tidak berlaku surut, 1. Undang-undang tidak berlaku surut,

artinya undang-undang mengikat untuk artinya undang-undang mengikat untuk

masa yang akan datang dan tidak masa yang akan datang dan tidak

mempunyai kekuatan berlaku surut. mempunyai kekuatan berlaku surut.

 2.undang-undang tidak dapt diganggu 2.undang-undang tidak dapt diganggu

gugat ( Pasal 95 ayat 2 UUDS 1950) gugat ( Pasal 95 ayat 2 UUDS 1950)

Tapi dengan adanya amandemen UUD Tapi dengan adanya amandemen UUD

1945, maka Pasal 95 UUDS tsb tidak 1945, maka Pasal 95 UUDS tsb tidak

(26)

Lanjutan…….

 Pasal 24 A UUD 1945, MA Pasal 24 A UUD 1945, MA

berwenang menguji peraturan berwenang menguji peraturan

perundang-undangan dibawah perundang-undangan dibawah

UU terhadap UU dan menurut UU terhadap UU dan menurut

Pasal 24C UUD 45 MK berwenang Pasal 24C UUD 45 MK berwenang

(27)

Lanjutan……

 3. Undang-undang yang lebih tinggi 3. Undang-undang yang lebih tinggi

mengesampingkan uu yang rendah mengesampingkan uu yang rendah

( lex superior derogat lex ( lex superior derogat lex

inferiori)artinya bahwa peraturan inferiori)artinya bahwa peraturan

perundang-undangan yang lebih perundang-undangan yang lebih

rendah tingkatnya tidak boleh rendah tingkatnya tidak boleh

bertentangan dengan peraturan bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang lebih perundang-undangan yang lebih

(28)

Lanjutan……

 4. Undang-undang yang bersifat khusus 4. Undang-undang yang bersifat khusus mengesampingkan uu yang bersifat

mengesampingkan uu yang bersifat umum, artinya apabila ada dua

umum, artinya apabila ada dua ketentuan peraturan ketentuan peraturan

perundang-undangan setingkat/samadan berlaku undangan setingkat/samadan berlaku

dlam waktu ayng bersamaan sertasaling dlam waktu ayng bersamaan sertasaling

bertentangan maka hakim harus bertentangan maka hakim harus

menerapkan atau mengunakan yang menerapkan atau mengunakan yang

khusus sebagaidasar hukum dan khusus sebagaidasar hukum dan

(29)

Lanjutan…….

 5.Undang-undang yang berlaku 5.Undang-undang yang berlaku belakangan membatalkan

belakangan membatalkan undang-undang yang

undang-undang yang

terdahuluartinya uu atau terdahuluartinya uu atau

peraturan yang peraturan yang

terdahulu( lama)menjadi tidak terdahulu( lama)menjadi tidak

(30)

 2.YURISPRUDENSI, BERARTI 2.YURISPRUDENSI, BERARTI

KEPUTUSAN HAKIM ATAU KEPUTUSAN KEPUTUSAN HAKIM ATAU KEPUTUSAN

PENGADILAN PENGADILAN

 3.TRAKTAT, PERJANJIAN ANTAR NEGARA 3.TRAKTAT, PERJANJIAN ANTAR NEGARA

YAITU HUKUM YANG DITETAPKAN OLEH YAITU HUKUM YANG DITETAPKAN OLEH

NEGARA-NEGARA YANG NEGARA-NEGARA YANG

BERSAMA-SAMA MENETAPKAN SUATU SAMA MENETAPKAN SUATU

(31)

 4. Hukum Adat :4. Hukum Adat :

 ada yang tertulis dan tidak tertulisada yang tertulis dan tidak tertulis

 Hukum yang diwarisi secara turun Hukum yang diwarisi secara turun

temurun dari nenek moyang temurun dari nenek moyang

 Hukum adat Indonesia plurlalismeHukum adat Indonesia plurlalisme

 5. Hukum agama termasuk sumber 5. Hukum agama termasuk sumber

(32)

 Misalnya , hukum islam seperti Misalnya , hukum islam seperti nikah, talaq, rujuk dan waris

nikah, talaq, rujuk dan waris

 6. Hukum kebiasaan, adalah 6. Hukum kebiasaan, adalah kesepakatan para pihak untuk

kesepakatan para pihak untuk

mengenyampingkan uu, misalnya

dalam kasus sewa menyewa

rumah

(33)

 7. Doktrin, merupakan pendapat para 7. Doktrin, merupakan pendapat para

sarjana yang terkemuka di bidangnya. sarjana yang terkemuka di bidangnya.

 8. Perjanjian, kesepakatan para pihak 8. Perjanjian, kesepakatan para pihak

untuk menimbulkan akibat hukum untuk menimbulkan akibat hukum

yang menentukan hak dan yang menentukan hak dan

kewajiban,yang mengikat para pihak kewajiban,yang mengikat para pihak

(34)

 DOKTRIN ADALAH AJARAN PARA DOKTRIN ADALAH AJARAN PARA AHLI HUKUM YANG TERKENAL

AHLI HUKUM YANG TERKENAL  UMP : HAKIM DALAM UMP : HAKIM DALAM

PERSIDANGAN SERING PERSIDANGAN SERING

BERPEGANGAN PADA PENDAPAT BERPEGANGAN PADA PENDAPAT

PARA SARJANA /PAKAR HUKUM PARA SARJANA /PAKAR HUKUM

(35)

PERMASALAHAN KEANEKARAGAMAN

BIDANG HUKUM TERTENTU YANG MASIH

BERLAKU

DASAR PASAL 1 ATURAN PERALIHAN UUD

1945:

 BEBERAPA ALTERNATIF YANG DAPAT BEBERAPA ALTERNATIF YANG DAPAT

DIPERGUNAKAN UNTUK MENDAPATKAN SATU DIPERGUNAKAN UNTUK MENDAPATKAN SATU

KERANGKA HUKUM NASIONAL: KERANGKA HUKUM NASIONAL:

 1. KERANGKA HUKUM NASIONAL DITENTUKAN OLEH 1. KERANGKA HUKUM NASIONAL DITENTUKAN OLEH

SUB SISTIM HUKUM DASAR DAN SUB SITIM UUD SUB SISTIM HUKUM DASAR DAN SUB SITIM UUD

 2. KERANGKA HUKUM NASIONAL YANG DITENTUKAN 2. KERANGKA HUKUM NASIONAL YANG DITENTUKAN

UUD LEBIH BANYAK MENGENAI ORGANISASI UUD LEBIH BANYAK MENGENAI ORGANISASI

NEGARA NEGARA

 3, KERANGKA HUKUM NASIONAL YANG TUMBUH 3, KERANGKA HUKUM NASIONAL YANG TUMBUH

DARI SUB SISTIM PERADILAN YANG BEBAS DARI SUB SISTIM PERADILAN YANG BEBAS

 4. KERANGKA HUKUM NASIONAL DIBENTUK OLEH 4. KERANGKA HUKUM NASIONAL DIBENTUK OLEH

KEGIATAN MANUSIA DALAM BIDANG HUBUNGANNYA KEGIATAN MANUSIA DALAM BIDANG HUBUNGANNYA

DENGAN TUHAN, LINGKUNGAN POLITIK SOSIAL DENGAN TUHAN, LINGKUNGAN POLITIK SOSIAL

(36)

 5. KERANGKA HUKUM NASIONAL BERASAL 5. KERANGKA HUKUM NASIONAL BERASAL

DARI PRINSIP-PRINSIP DASAR BERNEGARA.

 6.KERANGKA HUKUM NASIONAL BERASLA 6.KERANGKA HUKUM NASIONAL BERASLA

DARI HUKUM ADAT, HUKUM AGAMA DAN

HUKUM EROPAH

 7. KERANGKA HUKUM NAIONAL BERASAL 7. KERANGKA HUKUM NAIONAL BERASAL

DARI BAHAN HUKUM YANG DITUMBUHKAN

DARI ILMU HUKUM

 8. KERANGKA HUKUM NASIONAL BERASAL 8. KERANGKA HUKUM NASIONAL BERASAL

GABUNGAN ALTERNATIF 1 SAMPAI 7

(37)

WAWASAN

NUSANTARA

 ADALAH SATU PANDANGAN YAITU SATU ADALAH SATU PANDANGAN YAITU SATU

KESATUAN PANDANGAN TENTANG KESATUAN PANDANGAN TENTANG

EKONOMI, POLITIK, GEOGRAFIS DAN EKONOMI, POLITIK, GEOGRAFIS DAN

HUKUM. SATU KEATUAN PANDANGAN HUKUM. SATU KEATUAN PANDANGAN

HUKUM ARTINYA, BAHWA BENTUK HUKUM ARTINYA, BAHWA BENTUK

HUKUM YANG BERLAKU DI INDONESIA HUKUM YANG BERLAKU DI INDONESIA

ADALAH TERTULIS, TERCATAT DAN ADALAH TERTULIS, TERCATAT DAN

TIDAK TERTULIS DAN BERLAKU SECARA TIDAK TERTULIS DAN BERLAKU SECARA

(38)

POLITIK HUKUM

INDONESIA

 POLITIK HUKUM, PERNYATAAN POLITIK HUKUM, PERNYATAAN KEHENDAK PENGUASA NEGARA KEHENDAK PENGUASA NEGARA

MENGENAI HUKUM YANG MENGENAI HUKUM YANG

BERLAKU DI WILAYAHNYA DAN BERLAKU DI WILAYAHNYA DAN

MENGENAI ARAH KEMANA HUKUM MENGENAI ARAH KEMANA HUKUM

(39)

POLITIK HUKUM

DIBAGI ATAS 3 TAHAP

 1, MELAKSANAKAN HUKUM, BILA TERJADI 1, MELAKSANAKAN HUKUM, BILA TERJADI

PELANGGARAN HUKUM ATAU ATURAN HUKUM PELANGGARAN HUKUM ATAU ATURAN HUKUM DILAKSANAKAN OLEH NEGARA MELALUI APARAT DILAKSANAKAN OLEH NEGARA MELALUI APARAT PERLENGKAPANNYA BERUAPA PENEGAKAN

PERLENGKAPANNYA BERUAPA PENEGAKAN HUKUM SESUAI DENGAN KETENTUAN UU. HUKUM SESUAI DENGAN KETENTUAN UU.

 2. MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN HUKUM, 2. MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN HUKUM,

ARTINYA NEGARA MEMPENGARUHI ARTINYA NEGARA MEMPENGARUHI

PERKEMBANGAN HUKUM DALAM SUATU PERKEMBANGAN HUKUM DALAM SUATU

MAYARAKAT SESUAI DENGAN PERKEMBANGAN MAYARAKAT SESUAI DENGAN PERKEMBANGAN KESADARAN HUKUM MASYARAKAT ITU SENDIRI. KESADARAN HUKUM MASYARAKAT ITU SENDIRI.

 3. MENCIPTAKAN HUKUM, HAL INI DILAKUKAN 3. MENCIPTAKAN HUKUM, HAL INI DILAKUKAN

OLEH NEGARA SESUAI DENGAN FUNGSINYA OLEH NEGARA SESUAI DENGAN FUNGSINYA MEMELIHARA KETERTIBAN, KEAMANAN DAN MEMELIHARA KETERTIBAN, KEAMANAN DAN KETENTERAMAN DALAM MASYARAKAT

(40)

POLITIK HUKUM

PENJAJAH

 POLITIK HUKUM PENJAJAH BELANDA DIATUR DALAM POLITIK HUKUM PENJAJAH BELANDA DIATUR DALAM

INDISCHE STAATSREGELING PASAL 131 IS DIKATAKAN :

 1. HUKUM PERDATA, HUKUM DAGANG, HUKUM PIDANA 1. HUKUM PERDATA, HUKUM DAGANG, HUKUM PIDANA

SERTA HUKUM ACARA PERDATA HARUS DIKODIFIKASIKAN

 2. UNTUK GOLONGAN EROPAH BERLAKU ASAS 2. UNTUK GOLONGAN EROPAH BERLAKU ASAS

KONKORDANSI TERHADAP PERATURAN

PERUNDANGAN-UNDANGAN YANG BERLAKU DINEGERI BELANDA

UNDANGAN YANG BERLAKU DINEGERI BELANDA

 3. UNTUK GOLONGAN ORANG INDONESIA DAN TIMUR ASING 3. UNTUK GOLONGAN ORANG INDONESIA DAN TIMUR ASING

JIKA KEBUTUHAN MEREKA MENGHENDAKI DAPAT BERLAKU

BAGI MEREKA HUKUM EROPAH BAIK SELURUH MAUPUN

SEBAHAGIAN

 4. SEBELUM HUKUM ADAT DITULIS, BAGI ORANG INDONESIA 4. SEBELUM HUKUM ADAT DITULIS, BAGI ORANG INDONESIA

ASLI BERLAKU HUKUM ADAT MEREKA

(41)

 ASAS KONKORDANSI YAITU, HUKUM YANG ASAS KONKORDANSI YAITU, HUKUM YANG

BERLAKU DI INDONESIA ADALAH HUKUM YANG BERLAKU DI INDONESIA ADALAH HUKUM YANG SAMA BERLAKU DINEGERI BELANDA (PASAL 131 SAMA BERLAKU DINEGERI BELANDA (PASAL 131 AYAT 2 IS)

AYAT 2 IS)

 DALAM PASAL 163 IS DIATUR TENTANG DALAM PASAL 163 IS DIATUR TENTANG

GOLONGAN PENDUDUK INDONESIA SEBAGAI GOLONGAN PENDUDUK INDONESIA SEBAGAI BERIKUT : G

BERIKUT : G

 GOLONGAN EROPAHGOLONGAN EROPAH

 GOLONGAN TIMUR ASING ; TIONGHOA DAN GOLONGAN TIMUR ASING ; TIONGHOA DAN

BUKAN TIONGHOA BUKAN TIONGHOA

(42)

PEMBINAAN HUKUM

NASIONAL

 1, DASAR POKOK HUKUM NASIONAL 1, DASAR POKOK HUKUM NASIONAL

RI ADALAH PANCASILA RI ADALAH PANCASILA

 2. HUKUM NASIONAL BERSIFAT, 2. HUKUM NASIONAL BERSIFAT,

PENGAYOMAN, GOTONG ROYONG, PENGAYOMAN, GOTONG ROYONG, KEKELUARGAAN, TOLERANSI DAN KEKELUARGAAN, TOLERANSI DAN

ANTI KOLONIALISME. ANTI KOLONIALISME.

 TERTULISTERTULIS

(43)

TATA URUTAN

PERUNDANG-UNDANGAN MENURUT UU NO

UNDANGAN MENURUT UU NO

10 TAHUN 2004

 UUD 1945UUD 1945

 UNDANG-UNDANG/ PERPUUNDANG-UNDANG/ PERPU  PERATURAN PEMERINTAHPERATURAN PEMERINTAH  PERATURAN PRESIDENPERATURAN PRESIDEN

 PERATURAN DAERAHPERATURAN DAERAH

- PERATURAN NAGARI- PERATURAN NAGARI

(44)

UNDANG-UNDANG

DASAR 1945

 ADALAH PERATURAN ADALAH PERATURAN

PERUNDANG-UNDANGAN YANG PERUNDANG-UNDANGAN YANG

TERTINGGI DI INDONESIA, YANG TERTINGGI DI INDONESIA, YANG

MENJADI DASAR DARI SEGALA MENJADI DASAR DARI SEGALA

PERATURAN PERATURAN

PERUNDANG-UNDANGAN YANG BERLAKU DI UNDANGAN YANG BERLAKU DI

(45)

PROSES PERUBAHAN

UUD RI 1945

 TUNTUTAN REFORMASI :TUNTUTAN REFORMASI :

 1. AMANDEMEN UUD 19451. AMANDEMEN UUD 1945

 2. PENGHAPUSAN FUNGSI DWI FUNGSI 2. PENGHAPUSAN FUNGSI DWI FUNGSI ABRI

ABRI

 3. PENEGAKAN HUKUM, HAM DAN 3. PENEGAKAN HUKUM, HAM DAN PEMBERANTASAN KKN

PEMBERANTASAN KKN

 4. OTONOMI DAERAH4. OTONOMI DAERAH

 5. KEBEBASAN PERS5. KEBEBASAN PERS

(46)

SEBELUM PERUBAHAN

 1. Pembukaan1. Pembukaan

 2.Batang tubuh :2.Batang tubuh :  - 16 Bab- 16 Bab

 - 37 pasal- 37 pasal  - 49 ayat- 49 ayat

(47)

Latar belakang

Perubahan

 1. kekuasaan tertinggi di tangan MPR1. kekuasaan tertinggi di tangan MPR

 2. kekuasaan yang sangat besar pada 2. kekuasaan yang sangat besar pada

Presiden Presiden

 3. Pasal- pasal yang terlalu luwes 3. Pasal- pasal yang terlalu luwes

sehinggga menimbulkan multitafsir sehinggga menimbulkan multitafsir

 4. Rumusan UUD 1945 tentang 4. Rumusan UUD 1945 tentang

semangat penyelenggara negara belum semangat penyelenggara negara belum

(48)

Tujuan Perubahan

 Menyempurnakan aturan dasar , Menyempurnakan aturan dasar ,

mengenai : mengenai :

 1. tatanan negara1. tatanan negara

 2. kedaulatan negara2. kedaulatan negara

 3. HAM3. HAM

 4. Pembagian kekuasaan4. Pembagian kekuasaan

 5. Eksistensi negara demokrasi dan 5. Eksistensi negara demokrasi dan

(49)

HASIL PERUBAHAN

 1. Pembukaan1. Pembukaan  2. Pasal-pasla :2. Pasal-pasla :  - 21 Bab- 21 Bab

 - 73 pasal- 73 pasal  - 170 ayat- 170 ayat

(50)

KEKUATAN MENGIKAT

dan BERLAKUNYA

UNDANG-UNDANG

 1. DIUNDANGKAN DALAM 1. DIUNDANGKAN DALAM LEMBARAN NEGARA

LEMBARAN NEGARA  2. PENYELASANNYA 2. PENYELASANNYA

DIUNDANGKAN DALAM DIUNDANGKAN DALAM

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA  3. DIUMUMKAN DALAM BERITA 3. DIUMUMKAN DALAM BERITA

(51)

ASAS-ASAS

UNDANG-UNDANG

UNDANG

 1. asas lex speciale derogat legi 1. asas lex speciale derogat legi

generale maksudnya undang2 generale maksudnya undang2

yangkhusus mengenyampingkan yangkhusus mengenyampingkan

undang yang umum undang yang umum

 2. asas lex superior derogat legi priori, 2. asas lex superior derogat legi priori,

maksud uu yang lebih tinggi dapat maksud uu yang lebih tinggi dapat mengenyampingkan uu yang lebih mengenyampingkan uu yang lebih

(52)

Lanjutan…..

 3. asas lex posterior derogat legi 3. asas lex posterior derogat legi

arteriori, maksudnya undang-undang arteriori, maksudnya undang-undang

yang berlaku kemudian membatalkan yang berlaku kemudian membatalkan undang-undang yang berlaku terlebih undang-undang yang berlaku terlebih

dahulu dahulu

 4. asas tidak berlaku surut, suatu 4. asas tidak berlaku surut, suatu

undang2 hayanya mengikat bagi undang2 hayanya mengikat bagi

masa yang akan datang dan tidak masa yang akan datang dan tidak

(53)

JENIS DAN PERBEDAAN

PERATURAN HUKUM

BERDASARKAN BERBAGAI

KRITERIA

 MENURUT WUJUDNYA:MENURUT WUJUDNYA:

 1. HUKUM TERTULIS DAN DIKODIFIKASI1. HUKUM TERTULIS DAN DIKODIFIKASI  2. TERTULIS, ATURAN HUKUM YANG 2. TERTULIS, ATURAN HUKUM YANG

TERDAPAT DALAM

PERUNDANG-UNDANGAN.

UNDANGAN.

 3.TIDAK TERTULIS, HUKUM ADAT3.TIDAK TERTULIS, HUKUM ADAT

 MENURUT LUAS BERLAKUNYAMENURUT LUAS BERLAKUNYA  1. HUKUM UMUM1. HUKUM UMUM

 2,. HUKUM KHUSUS ( ORANGNYA DAN 2,. HUKUM KHUSUS ( ORANGNYA DAN

PERBUATANNYA)

(54)

(55)

(56)

 MENURUT SIFAT DAN DAYA KERJANYA:MENURUT SIFAT DAN DAYA KERJANYA:

 1. HUKUM PEMAKSA1. HUKUM PEMAKSA

 2. HUKUM PENAMBAH/PELENGKAP.2. HUKUM PENAMBAH/PELENGKAP.

 MENURUT FUNGSINYAMENURUT FUNGSINYA

 1. HUKUM MATERIL1. HUKUM MATERIL

(57)

MENURUT ISINYA

 1.HUKUM PUBLIK, hukum yang 1.HUKUM PUBLIK, hukum yang

mengatur kepentingan umum atau mengatur kepentingan umum atau

aturan hukum yang mengatur aturan hukum yang mengatur

hubungan hukum antara negara hubungan hukum antara negara

dengan perseorangan dengan perseorangan

 2. HUKUM PRIVAT, hukum yang 2. HUKUM PRIVAT, hukum yang

mengatur hubungan hukum antara mengatur hubungan hukum antara

orang yang satu dengan orang yang orang yang satu dengan orang yang

(58)

MENURUT

STRUKTURNYA

 ATURAN HUKUM HARUSLAH ATURAN HUKUM HARUSLAH DIDASARKAN KEPADA TATA DIDASARKAN KEPADA TATA

URUTAN PERUNDANG-UNDANGAN URUTAN PERUNDANG-UNDANGAN

SEBAGAI MANA YANG DIATUR SEBAGAI MANA YANG DIATUR

(59)

KONSEKWENSI

 1. Undang-undang yang lebih tinggi urutannya 1. Undang-undang yang lebih tinggi urutannya

dibuat oleh penguasa yang lebih tinggi pula

kedudukannya dan uu yang lebih rendah

dibuat oleh penguasa yang lebih rendah

 2. Perundang-undangan yang lebih rendah 2. Perundang-undangan yang lebih rendah

tidak boleh bertentangan dengan uu yang

lebih tinggi urutannya

 3. Perundangan-undangan yang lebih tinggi 3. Perundangan-undangan yang lebih tinggi

tidak dapat dirubah atau dihapuskan oleh uu

yang lebih rendah kedudukannya

(60)

Hak Menguji

Undang-undang

undang

 Hak menguji materil, adalah suatu Hak menguji materil, adalah suatu

kewenangan untuk menguji isi suatu peraturan kewenangan untuk menguji isi suatu peraturan perundang-undangan bertentangan atau tidak perundang-undangan bertentangan atau tidak

dengan yang lebih tinggi kedudukannya dengan yang lebih tinggi kedudukannya

 Hak menguji formil, artinya kewenangan hakim Hak menguji formil, artinya kewenangan hakim

menilai apakah suatu undang-undang cara menilai apakah suatu undang-undang cara pembentukannyadan cara pengundangnya pembentukannyadan cara pengundangnya

(61)

PENAFSIRAN

 DIGUNAKAN APABILA SUATU DIGUNAKAN APABILA SUATU KETENTUAN

KETENTUAN PERUNDANG-UNDANGAN TIDAK JELAS UNDANGAN TIDAK JELAS

MAKNANYA UNTUK DAPAT MAKNANYA UNTUK DAPAT MENERAPKAN PERATURAN MENERAPKAN PERATURAN

TERSEBUT DILAKUKAN TERSEBUT DILAKUKAN

(62)

JENIS-JENIS

PENAFSIRAN

 PENAFSIRAN OTENTIK, PENAFSIRAN TERHADAP PENAFSIRAN OTENTIK, PENAFSIRAN TERHADAP

SUATU KATA DALAM PERUNDANG-UNDANGAN SUATU KATA DALAM PERUNDANG-UNDANGAN

 PENAFSIRAN SISTIMATIS, ADALAH PENAFSIRAN PENAFSIRAN SISTIMATIS, ADALAH PENAFSIRAN

YANG DILAKUKAN MENURUT SISTIMATIKA DARI YANG DILAKUKAN MENURUT SISTIMATIKA DARI

UNDANG-UNDANG TERSEBUT UNDANG-UNDANG TERSEBUT

 PENAFSIRAN GRAMATIKAL, PENAFSIRAN MENURUT PENAFSIRAN GRAMATIKAL, PENAFSIRAN MENURUT

TATA BAHASA TATA BAHASA

 PENAFSIRAN HISTORIS, PENAFSIRAN BERDASARKAN PENAFSIRAN HISTORIS, PENAFSIRAN BERDASARKAN

SEJARAH PEMBENTUKAN UU TERSEBUT SEJARAH PEMBENTUKAN UU TERSEBUT

 PENAFSIRAN EKSTENSIF, PENAFSIRAN YANG PENAFSIRAN EKSTENSIF, PENAFSIRAN YANG

DILAKUKAN SEDEMIKIAN RUPA TERHADAP SUATU DILAKUKAN SEDEMIKIAN RUPA TERHADAP SUATU KETENTUAN UU, SEHINGGA KETENTUAN KETENTUAN UU, SEHINGGA KETENTUAN

UNDANG-UNDANG TERSEBUT DAPAT MENJANGKAU UNDANG TERSEBUT DAPAT MENJANGKAU

(63)

HUKUM PERDATA

 HUKUM PERDATA ADA YANG TERTULIS DAN HUKUM PERDATA ADA YANG TERTULIS DAN

TIDAK TERTULIS

 MENURUT ISINYA TERMASUK HUKUM PRIVATMENURUT ISINYA TERMASUK HUKUM PRIVAT  BERLAKUNYA HUKUM PERDATA TERTULIS BERLAKUNYA HUKUM PERDATA TERTULIS

BERDASARKAN ASAS KONKORDANSI

 SEBAGAIMANA TERDAPAT DALAM SEBAGAIMANA TERDAPAT DALAM

BURGELIJKWETBOEK ( BW) DAN WETBOEK

VAN KOOPHANDEL (WVK)

 MERUPAKAN 2 KODIFIKASI YANG BERSIFAT MERUPAKAN 2 KODIFIKASI YANG BERSIFAT

NASIONAL

(64)

Bagaimanakah keadan

hukum perdata di

Indonesia?

 Maka hukum perdata di Indonesia itu terdiri

sdari :

 1. hukum perdata adat, yaitu

ketentuan-ketentuan hukum yang mengatur hubungan antar individu dalam masyarakat

 2.hukum perdata

eropah,ketentuan-ketentuan hukum yang mengatur hubungan hukum yang menyangkut mengenai

kepentingan orang eropah. (bw).

(65)

Lanjutan………

 3. Bagian hukum perdata yang bersifat

nasional yaitu bidang hukum perdata sebagai hasil produks nasional artinya ketentuan-ketentuan hukumyang

mengatur tentang kepentingan

perorangan yang dibuat berlaku untuk seluruh penghuni Indonesia

 Contoh : hukum perkawinan, hukum

(66)

MENURUT TEORI

HUKUM PERDATA

TERDIRI DARI :

 HUKUM PRIBADI ( PERSONENRECHT)HUKUM PRIBADI ( PERSONENRECHT)

SEMUA KAIDAH HUKUM YANG MENGATUR SEMUA KAIDAH HUKUM YANG MENGATUR SIAPA-SIAPA YANG DAPAT MEMBAWA

SIAPA-SIAPA YANG DAPAT MEMBAWA

HAK, YANG MENJADI PEMBAWA HAK DAN HAK, YANG MENJADI PEMBAWA HAK DAN

KEDUDUKANYA DALAM HUKUM KEDUDUKANYA DALAM HUKUM

 HUKUM KELUARGA ( FAMILIERECHT)HUKUM KELUARGA ( FAMILIERECHT)

SEMUA KAIDAH HUKUM YANG MENGATUR SEMUA KAIDAH HUKUM YANG MENGATUR HUBUNGAN ABADI DIANTARA 2 ORANG HUBUNGAN ABADI DIANTARA 2 ORANG

BERLAINAN KELAMIN/PERKAWINAN DAN BERLAINAN KELAMIN/PERKAWINAN DAN

(67)

 HUKUM KEKAYAANHUKUM KEKAYAAN ( ( VERMOGENSRECHTVERMOGENSRECHT))

SEMUA KAIDAH YANG MENGATUR HAK-HAK SEMUA KAIDAH YANG MENGATUR HAK-HAK APAKAH YANG DIDAPATKAN PADA ORANG

APAKAH YANG DIDAPATKAN PADA ORANG

DALAM HUBUNGANNYA DENGAN ORANG

LAIN MEMPUNYAI NILAI UANG

 HUKUM WARIS ( ERFRACHT)HUKUM WARIS ( ERFRACHT)

SEMUA KAIDAH HUKUM YANG MENGATUR SEMUA KAIDAH HUKUM YANG MENGATUR BAGAIMANAKAH NASIB KEKAYAAN

BAGAIMANAKAH NASIB KEKAYAAN

SESEORANG YANG MENINGGAL DUNIA, DAN

SIAPA YANG BERHAK ATAS HARTA

KEKAYAANNYA ITU

(68)

MENURUT BURGELIJK

WETBOEK ( BW)

 BUKU I , TENTANG ORANG (VAN BUKU I , TENTANG ORANG (VAN

PERSONEN) PERSONEN)

 BUKU II, TENTANG BENDA( VAN ZAKEN)BUKU II, TENTANG BENDA( VAN ZAKEN)

 BUKU III, TENTANG BUKU III, TENTANG

PERIKATAN( VERBINTENISSEN) PERIKATAN( VERBINTENISSEN)

 BUKU IV, TENTANG PEMBUKTIAN DAN BUKU IV, TENTANG PEMBUKTIAN DAN

DALUARSA (VAN BEWIJS EN DALUARSA (VAN BEWIJS EN

(69)

TENTANG ORANG

 SABJEK HUKUMSABJEK HUKUM, SEGALA SESUATU YANG MEMPUNYAI HAK DAN , SEGALA SESUATU YANG MEMPUNYAI HAK DAN KEWAJIBAN. SABJEK HUKUM DIMULAI MASIH DALAM KANDUNGAN KEWAJIBAN. SABJEK HUKUM DIMULAI MASIH DALAM KANDUNGAN

DAN SAAT IA DILAHIRKAN SAMPAI IA MENINGGAL DUNIA DAN SAAT IA DILAHIRKAN SAMPAI IA MENINGGAL DUNIA

 KETENTUAN MENGENAI SABJEK HUKUM INI ADA PENGECUALIAN KETENTUAN MENGENAI SABJEK HUKUM INI ADA PENGECUALIAN DALAM PASAL 2 BW YAITU APABILA IA MATI SAAT DILAHIRKAN DALAM PASAL 2 BW YAITU APABILA IA MATI SAAT DILAHIRKAN

DIANGGAP TIDAK PERNAH ADA. DIANGGAP TIDAK PERNAH ADA.

 SIAPA YANG DAPAT JADI SABJEK HUKUM ?SIAPA YANG DAPAT JADI SABJEK HUKUM ?  MANUSIA DAN BADAN HUKUMMANUSIA DAN BADAN HUKUM

 BAGAIMANA CARA BADAN HUKUM SEBAGAI SABJEK HUKUM?BAGAIMANA CARA BADAN HUKUM SEBAGAI SABJEK HUKUM?  SUATU PERKUMPULAN DAPAT DIMINTAKAN PENGESAHANNYA SUATU PERKUMPULAN DAPAT DIMINTAKAN PENGESAHANNYA

SEBAGAI BADAN HUKUM DENGAN CARA SBB: SEBAGAI BADAN HUKUM DENGAN CARA SBB:

 DIDIRIKAN DENGAN AKTE NOTARISDIDIRIKAN DENGAN AKTE NOTARIS

 DIDAFTARKAN DI PENGADILAN NEGERI SETEMPATDIDAFTARKAN DI PENGADILAN NEGERI SETEMPAT

 PENGESAHAN ANGGARAN DASAR OLEH MENTRI KEHAKIMAN DAN PENGESAHAN ANGGARAN DASAR OLEH MENTRI KEHAKIMAN DAN HAM

HAM

(70)

(71)

OBJEK HUKUM

 ADALAH SEGALA SESUATU YANG ADALAH SEGALA SESUATU YANG BERGUNA BAGI SABJEK HUKUM BERGUNA BAGI SABJEK HUKUM

DAN DAPAT MENJADI POKOK ATAU DAN DAPAT MENJADI POKOK ATAU

OBJEK SUATU HUBUNGAN HUKUM OBJEK SUATU HUBUNGAN HUKUM

 APA SAJA YANG DIATUR DALAM APA SAJA YANG DIATUR DALAM BUKU I ?

(72)

HUKUM PERKAWINAN

 HUKUM PERKAWINAN YANG HUKUM PERKAWINAN YANG DIATUR BW BERDASARKAN DIATUR BW BERDASARKAN

AGAMA KRISTEN DAN AGAMA KRISTEN DAN

BERASASKAN MONOGAMI BERASASKAN MONOGAMI

 MAKA DIATUR LAH MENGENAI MAKA DIATUR LAH MENGENAI

PERKAWINAN INI DALAM UU NO 1 PERKAWINAN INI DALAM UU NO 1

(73)

KEKUASAAN ORANG

TUA

 KEKUASAN ORANG TUA BERHENTI:KEKUASAN ORANG TUA BERHENTI:

 ANAK TELAH DEWASA ATAU TELAH ANAK TELAH DEWASA ATAU TELAH KAWIN TERLEBIH DAHULU

KAWIN TERLEBIH DAHULU

 PERKAWINAN ORANG TUA PUTUSPERKAWINAN ORANG TUA PUTUS

 KEKUASAAN ORANG TUA DIPECAT KEKUASAAN ORANG TUA DIPECAT OLEH HAKIM

OLEH HAKIM

 PEMBEBASAN DARI KEKUASAAN PEMBEBASAN DARI KEKUASAAN ORANG TUA

(74)

PERWALIAN

 ANAK YATIM PIATU, ANAK YANG BELUM DEWASA ANAK YATIM PIATU, ANAK YANG BELUM DEWASA

YANG TIDAK DALAM KEKUASAAN ORANG TUA YANG TIDAK DALAM KEKUASAAN ORANG TUA DIPERLUKAN BIMBINGAN DAN PEMELIHARAAN. DIPERLUKAN BIMBINGAN DAN PEMELIHARAAN.

 PERWALIAN DAPAT DIBEDAKAN :PERWALIAN DAPAT DIBEDAKAN :

 PERWALIAN MENURUT UNDANG-UNDANGPERWALIAN MENURUT UNDANG-UNDANG YAITUN YAITUN

PERWALIAN DARI ORANG YANG MASIH HIDUP PERWALIAN DARI ORANG YANG MASIH HIDUP

 PERWALIAN WASIAT,PERWALIAN WASIAT, PERWALIAN YANG PERWALIAN YANG

DITETAPKAN OLEH SEORANG DARI ORANG TUANYA DITETAPKAN OLEH SEORANG DARI ORANG TUANYA

YANG PUNYA HAK ORANG TUA KEPADA ORANG YANG PUNYA HAK ORANG TUA KEPADA ORANG

LAINS SETELAH ORANG TUA MENINGGAL DUNIA LAINS SETELAH ORANG TUA MENINGGAL DUNIA

(75)

 WEESKAMER, BALAI HARTA WEESKAMER, BALAI HARTA PENINGGALAN

PENINGGALAN

(76)

PERBANDINGAN

/KEDUDUKAN HUKUM

PERDATA TERTULIS DAN

TIDAK TERTULIS

 DALAM PEMBUKAAN UUD 1945 DAN DALAM PEMBUKAAN UUD 1945 DAN UUDS 1950 MENGHENDAKI SEMUA UUDS 1950 MENGHENDAKI SEMUA

PERATURAN YANG ADA HARUS TERTULIS PERATURAN YANG ADA HARUS TERTULIS  TAPI HUKUM YANG TIDAK TERTULIS TAPI HUKUM YANG TIDAK TERTULIS

DIAKUI DALAM KEDUDUKANNYA SEJAJAR DIAKUI DALAM KEDUDUKANNYA SEJAJAR

DENGAN UU/HUKUM TERTULIS DENGAN UU/HUKUM TERTULIS

 HUKUM TERTULIS LEBIH MENJAMIN HUKUM TERTULIS LEBIH MENJAMIN

KEPASTIAN HUKUM DAN SANKSI LEBIH KEPASTIAN HUKUM DAN SANKSI LEBIH

(77)

ASAS HUKUM PERDATA

TERTULIS

 HUKUM PERDATA BERSIFAT NETRAL, ATAU HUKUM PERDATA BERSIFAT NETRAL, ATAU

KEDUNIAWIAN SAJA DAN TIDAK

DICAMPURKAN DENGAN AGAMA

 KEBEBASAN DALAM MELAKUKAN KEBEBASAN DALAM MELAKUKAN

KONTRAK/PERJANJIAN

 ASAS MONOGAMI DALAM PERKAWINAN ASAS MONOGAMI DALAM PERKAWINAN  DALAM HUKUM PERDATA BARAT WANITA DALAM HUKUM PERDATA BARAT WANITA

BERSUAMI DINYATAKAN TIDAK MAMPU

BERTINDAK, SEDANGKAN HUKUM PERDATA

NASIONAL SEORANG WANITA BERSUAMI

ADALAH MAMPU MELAKUKAN PERBUATAN

HUKUM

(78)

HUKUM ADAT

ISTILAH HUKUM ADAT ISTILAH HUKUM ADAT

ADATRECHT YANG DIPERGUNAKAN PERTAMA KALI ADATRECHT YANG DIPERGUNAKAN PERTAMA KALI OLEH SNOCK HURGRONJE DALAM BUKUNYA ‘DE OLEH SNOCK HURGRONJE DALAM BUKUNYA ‘DE

ATJEHERS’ ATJEHERS’

ISTILAH YANG DIPERGUNAKAN DIBEBERAPA DAERAH : ISTILAH YANG DIPERGUNAKAN DIBEBERAPA DAERAH : GAYO MEMPERGUNAKAN ISTILAH ODOT

GAYO MEMPERGUNAKAN ISTILAH ODOT

JATENG DAN JATIM MEMPERGUNAKAN ISTILAH JATENG DAN JATIM MEMPERGUNAKAN ISTILAH

NGADAT NGADAT

MINANG KABAUMEMPERGUNAKAN ISTILAH LEMBAGA MINANG KABAUMEMPERGUNAKAN ISTILAH LEMBAGA

(79)

DASAR HUKUM

BERLAKUNYA HUKUM

ADAT

 PASAL 11 ABPASAL 11 AB

 PASAL 75 AYAT 3 RR JO PASAL 131 PASAL 75 AYAT 3 RR JO PASAL 131 IS

IS

 PASAL II ATURAN PERALIHAN UUD PASAL II ATURAN PERALIHAN UUD 45

(80)

PENGERTIAN HUKUM

ADAT

 TER- HAAR. MENGATAKAN HUKUM ADAT TER- HAAR. MENGATAKAN HUKUM ADAT

MENGABAIKAN BAGIAN-BAGIAN YANG TERTULIS YANG

TERDIRI DARI PERATURAN-PERATURAN DESA ,

SURAT-SURAT PERINTAH PERINTAH RAJA ADALAH

SURAT PERINTAH PERINTAH RAJA ADALAH

KESELURUHAN PERATURAN YANG MENJELMA DALAM

KEPUTUSAN-KEPUTUSAN PASA FUNGSIONARIS

HUKUM

 VAN VALLEN HOVEN, HUKUM ADAT ADALAH VAN VALLEN HOVEN, HUKUM ADAT ADALAH

KESELURUHAN ATURAN TINGKAH LAKU POSITIF YANG

DISATU PIHAK MEMPUNYAI SANKSI DAN DIPIHAK LAIN

DALAM KEADAAN TIDAK DIKODIFIKASIKAN

 SUKANTO, HUKUM ADAT ADALAH KESELURUHAN SUKANTO, HUKUM ADAT ADALAH KESELURUHAN

ADAT ( YANG TIDAK TERTULIS DAN HIDUP DALAM

MASYARAKAT BERUPA KESUSILAAN , KEBIASAN DAN

KELAZIMAN) YANG MEMPUNYAI AKIBAT HUKUM

(81)

 HAZAIRIN, ADAT ADALAH HAZAIRIN, ADAT ADALAH

ENDAPAN KESUSILAAN DALAM ENDAPAN KESUSILAAN DALAM

MASYARAKAT , YAITU BAHWA MASYARAKAT , YAITU BAHWA

KAIDAH-KAIDAH ADAT ITU BERUPA KAIDAH-KAIDAH ADAT ITU BERUPA

KAIDAH-KAIDAH KESUSILAAN KAIDAH-KAIDAH KESUSILAAN YANG KEBENARANNYA TELAH YANG KEBENARANNYA TELAH

MENDAPAT PENGAKUAN UMUM MENDAPAT PENGAKUAN UMUM

(82)

UNSUR-UNSUR HUKUM

ADAT

 TEORI DARI VAN DEN BERG TERKENAL TEORI DARI VAN DEN BERG TERKENAL

DENGAN TEORI RECEPTION DE COMPLEXU

YAITU ADAT ISTIADAT DAN HUKUM ADAT

SUATU GOLONGAN HUKUM MASYARAKAT

ADALAH RESEPSI SELURUHNYA DARI

AGAMA YANG DIANUT OLEH GOLONGAN

MASYARAKAT TERSEBUT

 ATAU DENGAN PERKATAAN LAIN ATAU DENGAN PERKATAAN LAIN HUKUM/ADAT SUATU GOLONGAN

HUKUM/ADAT SUATU GOLONGAN

MASYARAKAT ADALAH HASIL PENERIMAAN

BULAT-BULAT DARI HUKUM AGAMA YANG

DINUT OLEH MASYARAKAT TERSEBUT.

(83)

 TEORI TERSEBUT DITENTANG KERAS TEORI TERSEBUT DITENTANG KERAS

OLEH SNOUCK HURGRONYE DAN VAN OLEH SNOUCK HURGRONYE DAN VAN

VALLEN HOVEN. MENURUT IA TIDAK VALLEN HOVEN. MENURUT IA TIDAK

SEMUA BAGIAN HUKUM AGAMA SEMUA BAGIAN HUKUM AGAMA

DITERIMA ,DIRESEPSI DALAM HUKUM DITERIMA ,DIRESEPSI DALAM HUKUM

ADAT , HANYA BAGIAN TERTENTU ADAT , HANYA BAGIAN TERTENTU

SAJA DARI HUKUM ADAT YANG SAJA DARI HUKUM ADAT YANG

(84)

SUSUNAN

PERSEKUTUAN HIDUP

 STRUKTUR MASYARAKAT, ADALAH KESATUAN STRUKTUR MASYARAKAT, ADALAH KESATUAN

MANUSIA YANG TERATUR , MENETAP DIDAERAH MANUSIA YANG TERATUR , MENETAP DIDAERAH

TERTENTU MEMPUNYAI PENGUASA DAN MEMPUNYAI TERTENTU MEMPUNYAI PENGUASA DAN MEMPUNYAI

KEKAYAAN YANG BERWUJUD DAN TIDAK BERWUJUD KEKAYAAN YANG BERWUJUD DAN TIDAK BERWUJUD

 MENURUT KENYATAAN MASYARAKAT HUKUM ADAT MENURUT KENYATAAN MASYARAKAT HUKUM ADAT

MEMPUNYAI SUSUNAN STRUKTUR YANG BERSIFAT MEMPUNYAI SUSUNAN STRUKTUR YANG BERSIFAT

GENEOLOGIS DAN TERRITORIAL GENEOLOGIS DAN TERRITORIAL

 ARTINYA SUATU PERSEKUTUAN HIDUP, ITU ADA ARTINYA SUATU PERSEKUTUAN HIDUP, ITU ADA

DAPAT DISEBABKAN KARENA PARA ANGGOTANYA DAPAT DISEBABKAN KARENA PARA ANGGOTANYA

SATU SAM LAIN BERASAL DARI KETURUNAN YANG SATU SAM LAIN BERASAL DARI KETURUNAN YANG

SAMA DAN MUNGKIN JUGA KARENAN PARA SAMA DAN MUNGKIN JUGA KARENAN PARA

ANGGOTANYA BERSAMA-SAMA TINGGAL DALAM ANGGOTANYA BERSAMA-SAMA TINGGAL DALAM

(85)

3 JENIS PERTALIAN

KETURUNAN MENURUT

STRUKTUR GENEOLOGIS

 PATRILINIAL/KEBAPAKANPATRILINIAL/KEBAPAKAN

 MATRILINIAL/ KEIBUANMATRILINIAL/ KEIBUAN

 KEBAPAKAN DAN KEBAPAKAN DAN