BAB III
HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS
A. HASIL PENELITIAN
1. PERLINDUNGAN NORMATIF HAK TERSANGKA /
TERDAKWA MENURUT HUKUM NASIONAL
Jaminan dan perlindungan terhadap HAM dalam peraturan hukum acara dalam rangkaian proses dari hukum acara pidana ini menjurus kepada pembatasan- pembatasan HAM seperti penangkapan , penahanan, penyitaan, penggeledahan dan penghukuman , yang pada hakekatnya adalah pembatasan – pembatasan HAM. 1 Meskipun rumusan pasal – pasal KUHAP secara jelas merupakan rumusan HAM untuk tersangka atau terdakwa , Implementasi Hak Asasi Manusia secara tersirat sebenarnya sudah diakui dalam KUHAP. Menurut ketentuan Pasal 117 ayat 1, “keterangan tersangka dan atau saksi kepada penyidik diberikan tanpa tekanan dari siapapun dan atau dalam bentuk apapun.” Artinya dengan adanya Pasal tersebut, pemeriksaan oleh penyidik untuk kepentingan penyidikan harus sesuai dan menghormati HAM. Di samping asas persamaan kedudukan di
1
hadapan hukum (equality before the law) menjadi element pokok dari konsepsi HAM , juga dikenal element lainnya , yaitu asas peradilan yang adil (fair trial) dan yang menjadi inti dari fair trial ini secara sederhana dapat dijelaskan bahwa peradilan yang adil adalah seluruh tahapan proses pengadilan dalam rangka penegakan HAM , termasuk hak asasi tersangka atau terdakwa berdasarkan etika (moral), akal sehat (rasional) dan hati nurani yang bersih yang berpegang teguh kepada integritas. 2 Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa peradilan yang adil (fair trial) yang tetap mengedepankan persamaan kedudukan di hadapan hukum (equality before the law) menjadi prasyarat mutlak dalam rangka melindungi hak asasi tersangka atau terdakwa .
a. KUHAP
Di dalam hukum pidana kita mengenal istilah tersangka atau terdakwa , istilah tersebut terdapat di dalam hukum acara pidana yang termuat di dalam kitab hukum acara pidana atau disebut KUHAP, KUHAP ini yang menjadi buku pedoman bagi aparat penegak hukum dalam beracara dari tingkat Penangkapan, penahanan, sampai Proses Persidangan. Disini juga diatur tahap-tahap penyidikan dan penyelidikan, siapa saja yang berhak untuk melakukan penyidikan dan 2
peyelidikan dan berapa lama tersangka dan terdakwa dapat ditahan sebelum ada putusan yang berkekuatan hukum tetap (inkracht).
Hak atas kemerdekaan diri seperti bebas dari penangkapan atau penahanan sewenang wenang dan otoritas mana yang berwenang untuk menahan dan menangkap atau mencabut kemerdekaan diri setiap orang. Mengenai penangkapan dan penahanan yang sewenang - wenang, tersangka dan terdakwa memiliki hak untuk mengajukan permintaan pemeriksaan sah atau tidaknya penangkapan dan penahanan yang telah dilakukan , seperti dalam Pasal 79 KUHAP.
Selain tersangka dan terdakwa juga berhak atas penasehat hukum selama persidangan dan memperoleh pengacara secara gratis dan juga memperoleh akses untuk bertemu dan dikunjungi keluarga.
Untuk mengingat arti dari pada tersangka atau terdakwa , perlu diperhatikan kembali pengertian yang dirumuskan pada pasal 1 butir 14 dan 15 KUHAP yang menjelaskan :
Tersangka adalah seseorang yang karena perbuatannya atau keadaannya , berdasarkan bukti permulaan patut diduga sebagai pelaku tindak pidana
Dari penjelasan diatas , baik tersangka maupun terdakwa adalah orang yang diduga melakukan tindak pidana sesuai dengan bukti dan keadaan yang nyata atau fakta , oleh karena itu orang tersebut : 3 Harus diselidiki , disidik dan iperiksa oleh penyidik
Harus dituntut dan diperiksa di muka sidang pengadilan oleh penuntut umum dan hakim
Jika perlu terhadap tersangka atau terdakwa dapat dilakukan tindakan upaya paksa berupa penangkapan, penahanan, penggeledahan dan penyitaan benda sesuai dengan cara yang ditentukan undang- undang Akan tetapi seorang tersangka atau terdakwa sering dianggap apriori sebagai orang jahat dan dapat diperlakukan sebagai objek pemerasan, penganiayaan dan pembalasan dendam yang dalam kedudukannya sebagai tersangka atau terdakwa yang ditanggali hak asasi dan harkat martabat kemanusiaannya yang melihat tersangka atau terdakwa tidak lebih daripada objek pemeriksaan yang dapat diperlakukan sesuka hati oleh aparat penegak hukum.
Hukum nasional kita (baca : KUHAP) telah meletakkan landasan prinsip legalitas dan pendekatan pemeriksaan dalam semua tingkat dengan sistem akuisator . menempatkan tersangka dan terdakwa dalam setiap tingkat pemeriksaan sebagai manusia yang mempunyai hak asasi dan harkat martabat , sebagai perisai untuk
3
membela dan mempertahankan hak asasi dan harkat martabat kemanusiaan tersangka atau terdakwa , di dalam KUHAP diatur pada bab VI yaitu :
1. Hak tersangka atau terdakwa segera mendapat pemeriksaan
Prinsip peradilan sederhana , cepat dan biaya ringan dipertegas dalam pasal 50 KUHAP , yang memberi hak yang sah menurut hukum dan undang- undang kepada tersangka atau terdakwa :
Berhak segera diperiksa oleh penyidik Berhak segera diajukan ke sidang pengadilan
Berhak segera diadili dan mendapat putusan pengadilan
2. Hak untuk melakukan pembelaan
Untuk kepentingan mempersiapkan hak pembelaan tersangka atau terdakwa termuat dalam pasal 51 – 57 KUHAP, yaitu :
Berhak diberitahukan dengan jelas dan dengan bahasa yang dimengerti olehnya tentang apa yang disangkakan kepadanya
Hak pemberitahuan dilakukan pada waktu pemeriksaan mulai dilakukan kepada tersangka atau terdakwa
Berhak mendapat juru bicara
Berhak mendapat bantuan hukum pada setiap tingkat pemeriksaan dan dalam setiap waktu yang diperlukan
Berhak secara bebas memilih penasehat hukum
Ketentuan pasal 55 ini menimbulkan cacat dalam praktek penegakan hukum, karena kebebasan dan hak memilih penasehat hukum pasti menimbulkan praktek diskriminatif
Dalam tindak pidana tertentu , hak mendapattkan bantuan hukum berubah sifatnya menjadi “wajib”
Sifat wajib mendapatkan bantuan hukum bagi tersangka atau terdakwa dalam semua tingkat pemeriksaan diatur dalam pasal 56 :
Jika sangkaan atau dakwaan yang disangkakan atau didakwakan diancam dengan tindak pidana hukuman mati , hukuman 15 tahun atau lebih.
Kewajiban bagi pejabat yang bersangkutan menunjuk penasehat hukum bagi tersangka atau terdakwa , di gantungkan pada dua keadaan yaitu tersangka atau terdakwa “tidak mampu” menyediakan sendiri penasehat hukum dan ancaman hukuman pidana yang bersangkutan atau didakwakan 15 tahun atau lebih.
3. Hak tersangka atau terdakwa yang berada dalam penahanan
Undang – undang memberi hak yang melindungi tersangka atau terdakwa yang berada dalam penahanan , yaitu : 4
a. Berhak menghubungi penasehat hukum
b. Berhak menghubungi dan menerima kunjungan dokter pribadi untuk kepentingan kesehatan
c. Tersangka atau terdakwa berhak untuk diberitahukan penahanannya kepada :
Keluarganya
Kepada orang yang serumah dengannya Orang lain yang dibutuhkan bantuannya
Terhadap orang yang hendak memberi bantuan hukum atau jaminan bagi pengguhan penahanannya
d. Selama tersangka berada dalam penahanan berhak : Menghubungi pihak keluarga
Mendapat kunjungan dari pihak keluarga
e. Berhak secara langsung atau perantara penasehat hukum melakukan hubungan :
Menghubungi dan menerima sanak keluarganya Baik hal itu untu kepentingan perkaranya
atau untuk kepentingan kelurga maupun kepentingan pekerjaan
4
f. berhak atas surat menyurat
hak ini diatur dalam pasal 62 , yang memberi hak sepenuhnya kepada tersangka atau terdakwa yang berada dalam penahanan mengirim dan menerima surat dari penasehat hukumnya serta dari sanak keluarganya g. berhak atas kebebasan rahasia surat :
tidak boleh diperiksa oleh penyidik , penuntut umum, hakim,atau pejabat rumah tahanan negara
kecuali cukup alasan untuk menduga bahwa surat menyurat tersebut disalahgunakan.
h. Tersangka atau terdakwa berhak menghubungi dan menerima kunjungan rohaniawan.
4. Hak terdakwa di muka persidangan pengadilan
Selain hak yang diberikan dalam tingkat proses penyidikan dan penuntutan, KUHAP juga memberikan hak kepada terdakwa selama proses pemeriksaan persidangan pengadilan.
a. Berhak untuk diadili di sidang pengadilan yang terbuka untuk umum b. Berhak mengusahakan dan mengajukan saksi atau ahli yang
c. Terdakwa tidak boleh dibebani kewajiban pembuktian dalam pemeriksaan yang dibebani kewajiban untuk membuktikan kesalahan terdakwa adalah penuntut umum
5. Hak terdakwa memanfaatkan upaya hukum
Undang -undang memberi kemungkinan bagi terdakwa yang dijatuhi hukuman untuk menolak atau tidak menerima putusan yang dijatuhkan pengadilan. Ketidakpuasaan atas putusan , memberi kesempatan bagi terdakwa : 5
Berhak memanfaatkan upaya hukum biasa , berupa permintaan pemeriksaan tingkat banding kepada pengadilan tinggi atau permintaan pemeriksaan kasasi kepada Mahkamah Agung
Berhak memanfaatkan upaya hukum luar biasa , berupa permintaan pemeriksaan “peninjauan kembali” putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap.
6. Berhak menuntut ganti rugi dan rehabilitasi
KUHAP memberi hak kepada tersangka untuk menuntut ganti rugi dan rehabilitasi, apabila : 6
Penangkapan, penahanan, penggeledahan , atau penyitaan dilakukan tanpa alasan hukum yang sah
5
Ibid hlm 338 6
Putusan pengadilan menyatakan terdakwa bebas karena tindak pidana yang didakwakan kepadanya bukan merupakan tindak pidana kejahatan atau pelanggaran
Selain mengatur semua mengenai tersangka atau terdakwa dan aparat penegak hukum yang paling penting adalah apa yang menjadi hak tersangka atau terdakwa , seperti apa hak tersebut telah diuraikan diatas , dan hak tesebut harus disesuaikah dengan intrumen hak asasi manusia.
b. Di luar KUHAP
UU No. 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia
Di dalam UU HAM juga melindungi hak tersangka atau terdakwa yang dimuat di dalam pasal 18 ayat (1) yang berbunyi Setiap orang yang ditangkap, ditahan, dan dituntut karena disangka
melakukan sesuatu tindak pidana berhak dianggap tidak
bersalah, sampai dibuktikan kesalahannya secara sah dalam
UU No. 4 tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman
Dalam UU No. 4 tahun 2004 tentang kekuasaan Kehakiman memuat beberapa pasal yang secara tidak langsung turut melindungi hak tersangka atau terdakwa yang terdapat di dalam pasal :
a. Pasal 5 ayat (1) yang menyebutkan Pengadilan mengadili menurut hukum dengan tidak membeda-bedakan orang. (equality before the law)
b. Pasal 6 Ayat (2) : Tidak seorang pun dapat dijatuhi pidana, kecuali apabila pengadilan, karena alat pembuktian yang sah
menurut undang-undang, mendapat keyakinan bahwa seseorang yang dianggap dapat bertanggung jawab, telah bersalah atas perbuatan yang didakwakan atas dirinya. (praduga tak bersalah)
c. Pasal 9 ayat (1) : Setiap orang yang ditangkap, ditahan, dituntut, atau diadili tanpa alasan berdasarkan undang-undang atau
karena kekeliruan mengenai orangnya atau hukum yang
2. PERLINDUNGAN NORMATIF HAK TERSANGKA / TERDAKWA MENURUT HUKUM INTERNASIONAL
a. KOMPENDIUM PBB
Bila dilihat dari isi Kompendium yang yang terdiri dari 4 bagian pokok, maka penulis hanya akan mengambil bagian yang langsung mengacu pada standar perlindungan bagi tersangka atau terdakwa yaitu pada Bagian I yang mengatur mengenai Orang dalam tahanan,
non-penahanan sanksi, peradilan anak dan keadilan restoratif , yaitu :
Standar Minimum Peraturan bagi Perlakuan terhadap
Narapidana
Sebagai prinsip dasar dari bagian standar minimum peraturan terhadap narapidana , Kompendium menghendaki agar perlakuan terhadap narapidana tidak boleh diskriminatif dan bagi setiap orang yang ditahan atau dipenjara akan didata dan para tahanan masing-masing akan menerima:
Informasi mengenai identitasnya;
Di dalam tahanan harus danya pemisahan kategori yang akan dipisahkan berdasarkan jenis kelamin, usia, catatan kriminal, alasan penahanan dan kebutuhan pengobatan, selain itu di dalam Kompendium yang mengatur standar minimum perlakuan terhadap narpidana , para narapidana akan mendapatkan fasilitas yang memadai seperti :
Ruang sel tahanan kamar yang individu dan memenuhi semua persyaratan kesehatan
Tubuh Prinsip untuk Perlindungan Semua Orang Setiap bawah
Bentuk Penahanan atau Pemenjaraan
Prinsip-prinsip ini berlaku untuk perlindungan semua orang dalam segala bentuk penahanan atau pemenjaraan yang terdiri dari Prinsip 1 – Prinsip 38 yang akan diuraikan sebagai berikut :
biaya terhadap dirinya pada saat pengkapan dan alasan pengkapan terhadap dirinya , selain itu orang yang berada di dalam tahanan diberikan hak :
1.Melalukan pembelaan terhadap dirinya atau dibantu oleh penasehat hukum seperti yang ditentukan oleh hukum dan dalam hal tersebut harus adanya catatan mengenai :
a.Alasan penangkapan
b.Tempat dimana orang tersebut ditangkap
c.Identitas petugas penegak hukum yang melakukan pengkapan d.Informasi yang tepat mengenai tempat penahanan
kemudian catatan tersebut harus disampaikan kepada orang yang ditahan atau penasehat hukumnya begitu juga saat dimulainya pemenjaraan atau penahanan atas penagkapan seseorang wajib diberikan penjelasan dan informasi atas hak – hak terhadap dirinya yang dapat dimanfaatkannya .
2. Mendapatkan penerjemah bahasa dengan segera apabila orang yang ditangkap tidak dapat memahami atau berbicara bahasa yang digunakan.
dengan cara yang sesuai dengan konsuler atau misi diplomatik dari negara asalnya sesuai dengan hukum internasional dengan wakil internasional yang kompeten dan jika orang yang ditahan dan apabila terjadi penundaan pemberitahuan dalam prinsip ini harus dalam jangka waktu yang wajar sesuai kebutuhan penyelidikan selain itu orang yang ditahan berhak mendapatkan bantuan dari penasehat hukum dan diberitahukan tentang hak – haknya serta diberikan fasilitas yang memadai setelah pengkapannya.
4. Memiliki penasehat hukum yang diberikan oleh hukum jika ia tidak memiliki penasehat hukum pilihannya sendiri atau dikarenakan tidak mampu membayar.
5. Untuk berkomunikasi dan berkonsultasi dengan kuasa hukumnya dengan waktu dan fasilitas yang memadai di dalam tahanan dalam kerahasiaan penuh atau tanpa sensor dengan kuasa hukumnya saat melakukan wawancara dan komunikasi antara orang yang ditahan dengan penasehat hukumnya dapat dijadikan bukti.
7. Untuk tidak dipaksa mengaku atau mengambil keuntungan dari situasi yang memberatkan diri orang yang ditahan untuk bersaksi melawan orang lain dan juga tidak diperkenankan untuk digunakan sebagai eksperimen medis atau ilmiah yang dapat merugikan kesehatannya tanpa atau dengan persetujuannya , dalam setiap melakukan intrograsi terhadap orang yang ditahan durasi dari setiap intrograsi harus dicatat beserta identitas petugas yang melakukan introgasi maupun orang yang hadir seperti yang ditentukan oleh hukum dengan memberikan akses ke informasi terhadap orang yang ditahan , apabila orang yang ditahan sakit perlu dilakukan pemeriksaan medis yang layak serta perawatan dan pengobatan medis kepada tahanan harus disediakan secara gratis dalam menjalani pemeriksaan medis, nama dokter dan hasil pemeriksaan tersebut harus diberi catantan.
8. Untuk mendapatkan sumber daya yang tersedia, dari sumber-sumber publik dan jumlah yang wajar dari pendidikan, kebudayaan dan informasi , sesuai dengan kondisi yang wajar untuk menjamin keamanan dan ketertiban di tempat penahanan atau penjara.
oleh orang-orang berkualitas dan berpengalaman ditunjuk dan bertanggung jawab kepada otoritas, di dalam tahanan juga diterapkannya berbagai jenis tindakan disipliner terhadap prilaku orang yang ditahan yang melakukan pelanggaran disiplin yang mana hukuman tersebut ditentukan oleh peraturan sah yang telah dibuat..
10.Untuk mengambil proses menurut hukum domestik sebelum adanya keabsahan penahanan untuk memperoleh pembebasan namun apabila terjadi kasus penyiksaan yang kejam dan tidak manusiawi orang yang ditahan berhak membuat permintaan atau keluhan atas pengobatannya kepada pihak yang bertanggung jawab dan apabila selama dalam penahanan terjadi hilangnya orang yang ditahan atau kematian wajib dilakukan penyelidikan oleh peradilan atas penyebab hal tersebut yang mana timbulnya suatu kelalaian atau kerusakan karena suatu tindakan harus diberikan kompensasi atau ganti rugi sesuai dengan peraturan yang berlaku oleh hukum domestic dan untuk menuntut kompensasi atau ganti rugi harus diberikan prosedur dan informasi yang disediakan oleh hukum dalam negeri.
diperlakukan seperti itu sampai dibuktikan kesalahannya menurut hukum dalam suatu pengadilan terbuka, di mana dia memperoleh semua jaminan yang diperlukan untuknya dengan prosedur penangkapan dan penahanan , tahanan harus segera dibawa ke peradilan yang disediakan oleh hukum setelah penangkapannya tanpa penundaan atas keabsahan perlu tidaknya penahanan, orang yang ditahan berdasarkan tuduhan pidana berhak untuk diadili dalam jangka waktu yang wajar, atau dibebaskan.
Prosedur untuk pelaksaan yang efektif dari Standar Minimum
Aturan untuk Perlakuan terhadap narapidana
Untuk memenuhi standar minimum perlakuan terhadap narapidana ada beberapa prosedur yang harus diterapkan , antara lain :
Bagi semua negara yang belum memenuhi standar minimum aturan untuk perlakuan terhadap narapidana harus mengadopsi peraturan ini untuk adaptasi terhadap hukum dan budaya tanpa penyimpangan tujuan dalam aplikasi dan eksekusi sistem peradilan pidana harus tersedia untuk semua orang yang bersangkutan terutama untuk penegak hukum dan personil pemasyarakatan.
nasional maupun peraturan lain yang mana Negara harus memberikan informasi sejauh mana pelaksanaan dan kemajuan yang dibuat dengan memperhatikan penerapan Peraturan Minimum Standar beserta faktor dan kesulitannya jika ada dan apa yang mempengaruhi pelaksanaannya kepada Sekretaris Jenderal PBB setiap lima tahun, dengan menanggapi Kuesioner Sekretaris Jenderal dan untuk mempermudah penerapan prosedur, Negara harus memberikan Sekretaris Jenderal :
(a) Salinan atau abstrak dari semua peraturan hukum dan tindakan administratif tentang penerapan Aturan Standar Minimum untuk orang di bawah penahanan dan ke tempat-tempat dan program penahanan
(b) Setiap data statistik yang tersedia dan bahan deskriptif pada program pengobatan, tenaga dan jumlah orang dalam segala bentuk penahanan
(c) Setiap informasi lain yang relevan mengenai pelaksanaan dari Peraturan, serta informasi tentang kemungkinan kesulitan dalam aplikasi mereka.
menerapkan prosedur beserta laporan tentang pelaksanaan Peraturan, termasuk ringkasan analisis survei periodik, laporan Komite Pencegahan Kejahatan dan Pengendalian, laporan dipersiapkan untuk Amerika dan harus ada referensi seluas mungkin dari penggunaan teks peraturan di semua program yang relevan , termasuk kegiatan kerja sama teknis dan hal ini harus dipastikan oleh sekretaris jendral. Sebagai bagian dari kerjasama teknis dan program pembangunan PBB harus:
(a) Memberi bantuan kepada Pemerintah atas permintaan mereka, dalam mendirikan dan memperkuat komprehensif dan sistem pemasyarakatan yang manusiawi;
(b) Meminta layanan dari para ahli dan penasihat regional dan interregional pada pencegahan kejahatan dan peradilan pidana; (c) Menggalakkan seminar nasional dan regional dan pertemuan lain pada tingkat profesional dan non-profesional untuk memajukan penyebaran Standar Minimum Aturan dan prosedur pelaksanaan ini; (d) Memperkuat dukungan substantif untuk riset regional dan pelatihan lembaga dalam pencegahan kejahatan dan peradilan pidana yang berkaitan dengan PBB.
mestinya, dengan rekomendasi yang berkaitan dengan laporan komisi penyelidikan ad hoc, sehubungan dengan masalah yang berkaitan dengan penerapan dan pelaksanaan dari Peraturan Standar Minimum dan tidak ada dalam prosedur pelaksanaan ini dapat dianggap sebagai menghalangi resor di bawah hukum internasional atau ditetapkan oleh badan-badan PBB lainnya .
Prinsip Dasar untuk Perlakuan terhadap Narapidana
Dalam memeperlakukan narapidana , harus berpedoman dalam prinsip dasar yang berupa :
Semua tahanan harus diperlakukan dengan hormat karena martabat mereka dan nilai sebagai manusia.
Tidak akan ada diskriminasi atas dasar ras, bahasa, warna, jenis kelamin, agama, pendapat politik atau lainnya, asal nasional atau sosial, kepemilikan, kelahiran atau status lainnya.
Untuk menghormati keyakinan agama dan ajaran budaya dari kelompok mana tahanan dalam kondisi lokal.
Kecuali untuk keterbatasan yang terbukti, semua tahanan akan mempertahankan hak asasi manusia dan fundamental kebebasan yang diatur dalam Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia.
Semua tahanan memiliki hak untuk ambil bagian dalam kegiatan budaya dan pendidikan yang bertujuan untuk pengembangan sepenuhnya kepribadian manusia.
Upaya yang ditujukan kepada penghapusan sel isolasi sebagai hukuman, atau pembatasan penggunaannya.
Ketentuan ini dibuat memungkinkan tahanan untuk melakukan pekerjaan yang akan memfasilitasi reintegrasi mereka ke dalam negara pasar tenaga kerja dan mengizinkan mereka untuk berkontribusi pada keuangan mereka sendiri dukungan dan untuk keluarga mereka. Tahanan harus memiliki akses ke layanan kesehatan yang tersedia di negara ini tanpa diskriminasi atas dasar situasi hukum mereka.
b. Di luar Kompendium DUHAM
Penegakan HAM dalam upaya melindungi hak tersangka atau terdakwa dimuat di dalam beberapa pasal yang terdapat di dalam DUHAM, antara lain :
a. Pasal 2 DUHAM menyatakan bahwa setiap orang berhak atas semua hak dan kebebasan-kebebasan yang tercantum di dalam Deklarasi ini dengan tidak ada pengecualian apa pun, seperti pembedaan ras, warna kulit, jenis kelamin, bahasa, agama, politik atau pandangan lain, asal-usul kebangsaan atau kemasyarakatan, hak milik, kelahiran ataupun kedudukan lain.
b. Pasal 7 DUHAM menegasakan Semua orang sama di depan hukum
dan berhak atas perlindungan hukum yang sama tanpa
diskriminasi. Semua berhak atas perlindungan yang sama terhadap setiap bentuk diskriminasi yang bertentangan dengan Deklarasi ini, dan terhadap segala hasutan yang mengarah pada diskriminasi semacam ini. (equality before the law)
d. Pasal 11 ayat (1) DUHAM menyatakan Setiap orang yang dituntut karena disangka melakukan suatu tindak pidana dianggap tidak
bersalah, sampai dibuktikan kesalahannya menurut hukum dalam suatu pengadilan yang terbuka, di mana dia memperoleh semua jaminan yang perlukan untuk pembelaannya. (praduga tak bersalah)
ICCPR
Dapat diketahui bahwa ICCPR sebagai konvensi internasional yang kini menjadi hukum positif di indonesia memiliki bayak persamaan dengan KUHAP, ada beberapa ketentuan hak tersangka maupun terdakwa di atur di dalam ICCPR yang telah diakomodasi di dalam KUHAP , hak – hak tersebut antara lain :
1. Hak – hak dasar yang harus dihormati
Untuk menghormati standar non diskriminasi dapat dikaji dalam artikel 3 dan 26 ICCPR
2. Hak untuk hidup dan bebas dari penyiksaan atau tindakan pemidanaan yang kejam, tidak manusiawi atau merendahkan yang lain :
a. Hak untuk hidup
b. Penyiksaan
Walaupun larangan penyiksaan dilarang dalam berbagai instrument internasional dan hukum nasional namun dalam praktek masih sering terjadi maka hal ini diatur di dalam artikel 6, 7 dan 10 ICCPR.
3. Hak atas kebebasan dan hak – hak terpidana
Penangkapan dan penahanan secara abrtrair merupakan pelanggaran berat terhadap martabat kemanusiaan, mereka yang sejatinya merupakan orang- orang yang menjadi korban penagkapan seweng- wenang termasuk perlakuan yang tidak manusiawi di penjara dan hal ini di kaji dalam artikel 9 dan 11 ICCPR.
4. Hak atas fair trial
Memberikan jaminan terselenggaranya peradilan yang jujur terhadap semua orang yang dituduh melakukan tindak pidana, landasan fair trial ini terdapat dalam artikel 14 dan 15 ICCPR yang menegaskan eksistensi hak seseorang atas pemeriksaan yang adil dan terbuka oleh pengadilan.
Dari hak – hak diatas yang terdapat di dalam ICCPR , bila diuraikan lebih rinci mengenai hak – hak tersangka atau terdakwa , yaitu : a. Pasal 14 ICCPR
Ayat (1) :
Hak atas peradilan yang terbuka untuk umum Hak persamaan kedudukan di hadapan hukum Ayat (2) :
Hak atas presumption of innocence Ayat (3) :
Hak untuk diberitahukan tentang sangkaan atau dakwaan terhadapnya (huruf a)
Hak untuk menunjuk penasehat hukum dan hak atas waktu cukup untuk mempersiapkan pembelaan (huruf b)
Hak untuk diadili seepatnya (huruf c)
Hak untuk membela diri secara langsung atau lewat penasehat atas biaya sendiri atau biaya negara (huruf d)
Hak untuk diadili dengan kehadirannya (huruf d)
Hak untuk menguji pernyataan saksi a de chage di hadapan sidang (huruf d)
Hak untuk menghadirkan saksi a de chage di hadapan sidang (huruf e) Hak untuk meminta penerjemah (huruf f)
Hak untuk tidak dipaksa memberikan kesaksian yang memberatkan dirinya atau mengaku bersalah (huruf g)
Ayat (5) :
Hak atas upaya hukum ke pengadilan yang lebih tinggi Ayat (6) :
Ayat (7) :
Hak untuk tidak diadili atas perbuatan yang substansi materinya sama b. Pasal 15 ICCPR
Ayat (1) :
Hak atas keringanan hukuman manakala terjadi perubahan peraturan yang meringankan
Ayat (2) :
Hak atas non retro aktif
Konvensi Anti Penyiksaan
persetujuan dari orang resmi atau umum lainnya yang bertindak dalam kapasitas resmi. Ini tidak termasuk rasa sakit atau penderitaan yang timbul hanya dari, melekat atau yang terkait dengan sanksi hukum” .
B. ANALISIS
Pada bagian ini Penulis mencoba melakukan analisis perbandingan antara pengaturan hak-hak tersangka/terdakwa di dalam Kompendium dengan di dalam hukum nasional Indonesia. Analisis terutama akan dilakukan dengan berpijak pada kategorisasi hak-hak tersangka/terdakwa dalam konteks pengaturan baik oleh Kompendium maupun hukum nasional.
Tabel Perbandingan Perlindungan Hak – hak Tersangka atau Terdakwa dilihat dari Kompendium dan Hukum Nasional
No. Substansi Hak Kompendium Hukum
Nasional
Keterangan
1. Hak untuk tidak didiskriminasi
Prinsip 5 Pasal 28I ayat (2) UUD 1945
Pasal 3 ayat (3) UU No. 39 tahun 1999 tentang HAM
Pasal 5 ayat (1) UU No. 4 tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman
Asas equality before the law
(persamaan dimuka hukum)
2. Hak untuk
diperlakukan secara manusiawi
Prinsip 6 Pasal 33 ayat (1) UU No. 39 tahun 1999 tentang HAM
Hak untuk bebas dari penyiksaan
3. Hak untuk
diberitahukan alasan penangkapan
Prinsip 10 Pasal 59 KUHAP
4. Hak untuk memilih penasehat hukum
Prinsip 11 Pasal 55 KUHAP
5. Hak untuk diberi informasi dan penjelasan mengenai hak – haknya
Prinsip 13 Tidak ada
6. Hak untuk memperoleh
[image:30.612.104.537.103.705.2]penerjemah bahasa atau juru bicara 7. Hak untuk meminta
memberitahukan keluarganya mengenai tempat ia ditahan
Prinsip 16 huruf (a)
Pasal 59 KUHAP
8. Hak untuk berkomunikasi dengan cara yang sesuai dengan konsuler atau misi diplomatik dari Negara asalnya
Prinsip 16 huruf (b)
Pasal 57 ayat (2) KUHAP
Berlaku bagi orang asing
9. Hak untuk mendapatkan bantuan dari penasehat hukum dan fasilitas yang memadai
Prinsip 17 ayat (1)
Pasal 54 KUHAP
10. Hak untuk mendapatkan penasehat hukum secara cuma- cuma
Prinsip 17 ayat (2)
Pasal 56 KUHAP
11. Hak untuk
berkomunikasi dan berkonsultasi dengan penasehat hukumnya
Prinsip 18 ayat (1)
Pasal 57 ayat (1) KUHAP
13. Hak untuk dikunjungi oleh kuasa hukumnya dalam kerahasiaan penuh Prinsip 18 ayat (3)
Pasal 19 UU No. 18 tahun 2003 tentang Advokat
Memberikan hak kepada orang yang ditahan untuk melakukan komunikasi dengan kuasa hukum tanpa di mata – matai dan terjaga
kerahasiaan dari isi
pembicaraannya. 14. Hak untuk
dikunjungi anggota keluarga dan harus diberikan cukup kesempatan untuk berkomunikasi dengan dunia luar
Prinsip 19 Pasal 60 KUHAP Pasal 61 KUHAP
Sesuai dengan peraturah yang sah
15. Hak untuk meminta ditahan di tempat penahanan yang dekat dengan tempat tinggalnya
Prinsip 20 Tidak ada Dalam peraturan tertulis tidak ada namun dalam prakteknya hak ini
memungkinkan untuk diperoleh
16. Hak untuk tidak tunduk pada intrograsi dengan menggunakan ancaman Prinsip 21 ayat (2)
Pasal 52 KUHAP Bebas memberikan
keterangan
17. Hak untuk menolak dijadikan
eksperimen medis
Prinsip 22 Tidak ada
18. Hak untuk mendapatkan
perawatan dan pengobatan medis secara gratis
UUD 1945 pengaturan
terhadap tersangka atau terdakwa untuk
mendapatkan pengobatan medis secara gratis tetapi bisa mengacu pada peraturan khusus yang ada di dalam UUD 1945 secara umum bagi warga negara indonesia berhak
mendapatkan pelayanan kesehatan 19. Hak untuk
mendapatkan sumber daya yang tersedia seperti pendidikan , kebudayaan dan informasi
Prinsip 28 Pasal 4 ayat (1) dan (2) UU No. 14 tahun 2008
tentang Keterbukaan informasi publik
Di dalam pasal 4 UU No. 14 tahun 2008 menyebutkan semua orang berhak memperoleh informasi publik , maka tersangka atau terdakwa pun mempunyai hak tersebut sebagai warga negara sesuai ketentuan undang- undang 20. Hak untuk
21. Hak untuk didengar sebelum tindakan disipliner diambil
Prinsip 30 ayat (2)
Tidak ada Untuk orang yang di tahan atau dipenjarakan selama dalam
penahanan 22. Hak untuk
menantang keabsahan
penahanannya untuk memperoleh
pembebasannya
Prinsip 32 Pasal 67 KUHAP Hak ini bisa digunakan dengan
pemanfaatan upaya hukum baik
itu upaya hukum biasa atau upaya hukum luar biasa 23. Hak untuk membuat
permintaan atau keluhan tentang pengobatannya kepada pihak yang bertanggung jawab
Prinsip 33 Tidak ada Bila keluhan kesehatan akibat kasus penyiksaan kejam dan tidak
manusiawi
24. Hak untuk dianggap tidak bersalah sampai ada bukti atas kesalahannya
Prinsip 36 ayat (1)
Pasal 6 ayat (2) UU No. 4 tahun 2004 tentang Kekuasaan kehakiman
Pasal 18 ayat (1) UU No. 39 tahun 1999 tentang HAM
Menganut asas praduga tak
bersalah
25. Hak untuk segera dihadapkan kemuka sidang pengadilan
Prinsip 37 Pasal 50 ayat (2) KUHAP
26. Hak untuk diadili secepatnya
27. Hak atas Non retr aktif
Tidak ada Pasal 28 huruf (i) UUD 1945 28. Hak segera
mendapatkan pemeriksaan
Tidak ada Pasal 50 ayat (1) KUHAP
29. Hak menghubungi dan menerima kunjungan dokter pribadinya untuk kepentingan kesehatan
Tidak ada Pasal 58 KUHAP
30. Hak mengirim dan menerima surat kepada atau dari penasehat hukum dan keluargannya
Tidak ada Pasal 62 KUHAP
31. Hak menghubungi dan menerima kunjungan dari rohaniawan
Tidak ada Pasal 63 KUHAP
32. Hak diadiili di sidang pengadilan yang terbuka untuk umum
Tidak ada Pasal 64 KUHAP
33. Hak mengusahakan dan mengajukan saksi atau ahli yang menguntungkan baginya
Tidak ada Pasal 65 KUHAP
34. Hak menuntut ganti rugi dan rehabilitasi
a. Tabel Kategori I :
Hak tersangka atau terdakwa yang sama – sama dijamin di dalam Kompendium dan Hukum nasional
No. Substansi Hak Kompendium Hukum
Nasional
Penjelasan
1. Hak untuk tidak didiskriminasi
Prinsip 5 Pasal 28I ayat (2) UUD 1945
Pasal 3 ayat (3) UU No. 39 tahun 1999 tentang HAM
Pasal 5 ayat (1) UU No. 4 tahun 2004 tentang
Kekuasaan Kehakiman
Hak ini berlaku dan diterapkan kepada semua orang tanpa membedakan ras, bahasa, warna, jenis kelamin, agama dan status sosial
2. Hak untuk
diperlakukan secara manusiawi
Prinsip 6 Pasal 33 ayat (1) UU No. 39 tahun 1999 tentang HAM
Hak tidak dikenai penyiksaan atau perlakuan kejam (bebas dari penyiksaan) 3. Hak untuk
diberitahukan alasan penagkapan
Prinsip 10 Pasal 59 KUHAP
Hak untuk
penahanannya kepada keluarganya 4. Hak untuk memilih
penasehat hukumnya
Prinsip 11 Pasal 55 KUHAP
Orang yang ditahan mempunyai hak untuk membela diri dengan memilih sendiri penasehat hukumnya 5. Hak untuk
memperoleh penerjemah bahasa atau juru bicara
Prinsip 14 Pasal 53 ayat (1) KUHAP
Tersangaka atau terdakwa berhak mendapat bantuan juru bicara apabila tidak cukup memahami bahasa yang digunakan 6. Hak untuk meminta
memberitahukan keluarganya mengenai tempat ia ditahan
Prinsip 16 huruf (a)
Pasal 59 KUHAP
Orang yang ditahan berhak
memberitahukan keluarganya mengenai tempat ia ditahan dimaksudkan agar dapat meminta bantuan untuk mendapatkan bantuan hukum atau jaminan bagi penagguhannya 7. Hak untuk
berkomunikasi dengan cara yang sesuai dengan konsuler atau misi diplomatik dari negara asalnya
Prinsip 16 huruf (b)
Pasal 57 ayat (2) KUHAP
misi diplomatik 8. Hak untuk
mendapatkan bantuan dari penasehat hukum dan fasilitas yang memadai
Prinsip 17 ayat (1)
Pasal 54 KUHAP
Orang yang ditahan berhak mendapatkan bantuan hukum guna untuk kepentingan pembelaannya pada setiap tingkat pemeriksaan 9. Hak untuk
mendapatkan penasehat hukum secara cuma - cuma
Prinsip 17 ayat (2)
Pasal 56 KUHAP
Bila orang yang ditahan tidak mempunyai pilihan penasehat hukumnya maka ia berhak untuk mendapatkan penasehat hukum yang ditunjuk untuk bertindak pada semua tingkat pemeriksaan dalam proses peradilan akan memberikan bantuannya secara cuma - cuma 10. Hak untuk
berkomunikasi dan berkonsultasi dengan penasehat hukumnya
prinsip 18 ayat (1)
Pasal 57 ayat (1) KUHAP
11. Hak untuk dikunjungi oleh kuasa hukumnya dalam kerahasiaan penuh
Prinsip 18 ayat (3)
Pasal 19 UU No. 18 tahun 2003 tentang Advokat
Advokat wajib merahasiakan segala sesuatu yang
diketahui dan berhak atas kerahasiaan penuh
12. Hak untuk dikunjungi anggota keluarga dan kesempatan cukup untuk berkomunikasi
dengan dunia luar KUHAP
13. Hak untuk tidak tunduk pada intrograsi dengan menggunakan ancaman Prinsip 21 ayat (2) Pasal 52 KUHAP Tersangka atau terdakwa mempunyai hak untuk memberikan keterangan secara bebas dan tidak memaksa untuk mengaku dengan menggunakan ancaman ataupun kekerasan 14. Hak untuk
mendapatkan perawatan dan pengobatan medis secara gratis
Prinsip 24 Pasal 28 H UUD 1945
Tahanan ditawarkan Pemeriksaan medis beserta perawatan dan pengobatan bila diperlukan dan diberikan secara gratis
Dalam Pasal 28 H UUD 1945 , hanya menyebutkan berhak mendapatkan
15. Hak untuk
mendapatkan sumber daya yang tersedia
Prinsip 28 Pasal 4 ayat (1) dan (2)
Orang yang ditahan berhak mendapatkan pendidikan beserta informasi publik dan kebudayaan dengan kondisi yang wajar
Di dalam pasal 4 UU No. 14 tahun 2008 menyebutkan semua orang berhak memperoleh informasi publik , maka tersangka atau terdakwa pun mempunyai hak tsb sebagai warga negara sesuai ketentuan undang- undang
16. Hak untuk menentang keabsahan penahanan untuk memperoleh pembebasannya
Prinsip 32 Pasal 67 KUHAP
Tersangka atau terdakwa mempunyai hak untuk memanfaatkan upaya hukum biasa (banding dan kasasi) atau upaya hukum luar biasa
(peninjauan kembali) dengan proses yang sederhana , cepat dan tanpa biaya 17. Hak untuk dianggap
tidak bersalah sampai ada bukti atas
kesalahannya
Prinsip 36 ayat (1)
Pasal 6 ayat (2) UU No. 4 tahun 2004 tentang
Kekuasaan Kehakiman
Pasal 18 ayat (1) UU No. 39 tahun 1999 tentang HAM 18. Hak untuk segera
dihadapkan kemuka sidang pengadilan
Prinsip 37 Pasal 50 ayat (2) KUHAP
Tersangka atau terdakwa mempunyai hak untuk segera dihadapkan kemuka sidang pengadilan dengan maksud tidak berlama- lama di dalam tahanan 19. Hak untuk diadili
secepatnya
Prinsip 38 Pasal 50 ayat (3) KUHAP
Dimaksudkan agar segera diadili dalam jangka waktu yang wajar dan tidak ditunda terus menerus Sumber : diolah dari berbagai dokumen atau instrumen hukum.
1. Hak tersangka atau terdakwa untuk meminta memberitahukan keluarganya mengenai tempat ia ditahan
Kompendium prinsip 16 huruf (a) hanya memberikan hak untuk memberitahukan keluarga tersangka atau terdakwa tentang penahanannya sedangkan di dalam pasal 59 hak untuk memberitahukan keluarga tentang penahanan tersangka atau terdakwa dilihat sebagai suatu kewajiban oleh pejabat yang berwenang karena wajib memberitahukan penahanan tersangka tidak hanya kepada
keluarga tetapi juga kepada orang lain yang serumah dengan tersangka atau orang yang bantuannya dibutuhkan oleh tersangka.
2. Hak untuk mendapatkan bantuan dari penasehat hukum dan fasilitas yang memadai
Kompendium prinsip 17 ayat (1) selain memberikan hak untuk mendapatkan bantuan dari penasehat hukum , tersangka atau terdakwa akan diberitahu tentang haknya oleh pejabat yang berwenang serta
3. Hak untuk mendapatkan penasehat hukum secara cuma – cuma
Kompendium prinsip 17 ayat (2) memberikan hak untuk memiliki penasihat hukum yang diberikan kepadanya jika ia tidak memiliki penasihat hukum pilihan sendiri karena tidak mampu membayar penasehat hukum sedangkan pasal 56 KUHAP mengatur lebih rinci mengenai tersangka atau terdakwa yang diancam pidana mati atau pidana lima tahun atau lebih yang tidak mempunyai penasehat hukum wajib diberikan penasehat hukum yang bantuannya secara cuma – cuma.
4. Hak untuk mendapatkan perawatan dan pengobatan medis secara gratis
5. Hak untuk mendapatkan sumber daya yang tersedia
Di dalam kompendium prinsip 28 memberikan hak kepada tersangka atau terdakwa untuk mendapatkan sumber daya yang tersedia dari sumber-sumber publik dalam jumlah yang wajar dari pendidikan, kebudayaan dan informasi sesuai dengan kondisi yang wajar sedangkan di dalam hukum nasional yang terdapat pada pasal 4 UU No. 14 tahun 2008 tentang keterbukaan informasi publik menyebutkan semua orang berhak memperoleh informasi publik , maka tersangka atau terdakwa pun mempunyai hak tersebutb sebagai warga negara sesuai ketentuan undang- undang.
6. Hak untuk dikunjungi oleh kuasa hukumnya dalam kerahasiaan penuh
19 ayat (1) dan (2) UU No. 18 tahun 2003 tentang Advokat menjelaskan bahwa Advokat wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahui atau diperoleh dari Kliennya dan Advokat berhak atas kerahasiaan hubungannya dengan Klien serta perlindungan terhadap penyadapan atas komunikasi elektronik Advokat yang membedakan antara pengaturan di dalam kompendium dan UU No 19 tahun 2003 tentang Advokat ialah kompendium menerapkan hak dikunjungi kuasa hukum dalam kerahasiaan penuh dimiliki oleh orang yang ditahan dalam hal ini tersangka atau terdakwa sedangan pasal 19 UU Advokat memberikan hak atas kerahasian yang diketahui dari klien ( tersangka atau terdakwa) lebih bersifat menjadi hak dari kuasa hukum bukan hak dari tersangka atau terdakwa walaupun demikian UU advokat secara tidak langsung telah melindungi hak tersangka atau terdakwa untuk dikunjungi kuasa hukumnya dalam kerahasian penuh.
b. Tabel Kategori II :
Hak tersangka atau terdakwa yang dijamin di dalam
Kompendium tetapi tidak dijamin di dalam Hukum nasional
No. Substansi Hak Kompendium Hukum
Nasional
Penjelasan
1. Hak untuk diberi informasi dan penjelasan mengenai
hak – haknya pemenjaraan orang tersebut berhak diberitahukan mengenai hak – haknya agar dapat dimanfaatkan 2. Hak untuk diberikan
waktu yang memadai dan fasilitas untuk berkonsultasi dengan penasehat hukumnya
Prinsip 18 ayat (2)
Tidak ada Yang dimaksud waktu yang memadai adalah waktu yang cukup untuk dapat
berkonsultasi dengan kuasa hukumnya tanpa harus terburu- buru dan fasilitas yang dimaksud disini adalah ruangan yang layak dipergunakan untuk berkonsultasi. 3. Hak untuk meminta di
tahan di tempat penahanan yang dekat dengan tempat
tinggalnya
Prinsip 20 Tidak ada Di dalam substansi hak ini tidak nyata tertulis dalam peraturan
perundangan hukum nasional akan tetapi dalam prakteknya hak ini ada 4. Hak untuk menolak
dijadikan eksperimen medis
5. Hak untuk didengar sebelum tindakan disipliner diambil
Prinsip 30 ayat (2)
Tidak ada Untuk orang yang di tahan atau
dipenjarakan selama dalam penahanan menimbulkan terjadinya
pelanggaran disiplin 6. Hak untuk membuat
permintaan atau keluhan tentang pengobatan kepada pihak yang
bertanggung jawab apabila mengalami penyiksaan
Prinsip 33 Tidak ada Tersangka atau terdakwa berhak membuat keluhan bila keluhan kesehatan tersebut akibat kasus penyiksaan kejam dan tidak manusiawi Sumber : diolah dari berbagai dokumen atau instrumen hukum
c. Tabel Kategori III :
Hak tersangka atau terdakwa yang tidak dijamin di dalam
Kompendium tetapi di jamin di dalam Hukum nasional
No. Substansi Hak Kompendium Hukum
Nasional
Penjelasan
1. Hak segera mendapatkan pemeriksaan
Tidak ada Pasal 50 ayat (1) KUHAP
2. Hak menghubungi dan menerima kunjungan dokter pribadinya untuk kepentingan kesehatan
Tidak ada Pasal 58 KUHAP
Apabila tersangka atau terdakwa sakit maka mempunyai hak untuk dikunjungi dokter pribadinya untuk kepentingan kesehatannya 3. Hak mengirim dan
menerima surat kepada atau dari penasehat hukum dan keluarganya
Tidak ada Pasal 62 KUHAP
Tersangka atau terdakwa mempunyai hak dalam hal surat menyurat yang tidak harus diperiksa oleh penyidik kecuali terdapat cukup alasan surat menyurat tersebut disalahgunakan 4. Hak menghubungi
dan menerima kunjungan dari rohaniawan
Tidak ada Pasal 63 KUHAP
Tersangka atau terdakwa di berikan hak untuk
menerima kunjungan rohaniawan
5. Hak untuk diadili di sidang pengadilan yang terbuka untuk umum
Tidak ada Pasal 64 KUHAP
Tersangka atau terdakwa mempunyai hak untuk diadili di sidang yang terbuka untuk umum dengan maksud agar dapat di lihatnya proses persidangan oleh keluarganya 6. Hak untuk
mengusahakan dan mengajukan saksi atau ahli yang menguntungkan baginya
Tidak ada Pasal 65 KUHAP Tersangka atau terdakwa mempunyai hak untuk mendapatkan keuntungan yang dapat meringankan atau membebaskannya dari hukuman dengan memanfaatkan haknya untuk mengajukan saksi a de charge
7. Hak menuntut ganti rugi dan rehabilitasi
Tidak ada Pasal 68 KUHAP
pengadilan sidang Sumber : diolah dari berbagai dokumen atau intrument hukum