• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN MODEL VAK (VISUALIZATION, AUDITORY, KINESTHETIC) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA MATERI GAYA PADA SISWA KELAS IVA MI ASSA’ADAH SUKOWATI GRESIK.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENERAPAN MODEL VAK (VISUALIZATION, AUDITORY, KINESTHETIC) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA MATERI GAYA PADA SISWA KELAS IVA MI ASSA’ADAH SUKOWATI GRESIK."

Copied!
137
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN MODEL VAK(VISUALIZATION, AUDITORY, KINESTHETIC) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA MATERI GAYA

PADA SISWA KELAS IVA MI ASSA’ADAH

SUKOWATI GRESIK

SKRIPSI Oleh:

SITI USTHUM AMALIYAH NIM. D77211076

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

(2)
(3)
(4)
(5)

ABSTRAK

Siti Usthum Amaliyah. 2015. Penerapan Model VAK (Visualization, Auditory, Kinesthetic)Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA Materi Gaya Pada Siswa Kelas IVA MI Assa’adah Sukowati Gresik. Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI). Fakultas Tarbiyah dan Keguruan (FTK). Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Ampel Surabaya. Pembimbing: Chairati Saleh, S.Ag, M.Ed

Kata kunci: Hasil Belajar IPA, Model VAK (Visualization, Auditory, Kinesthetic),

Gaya.

Penelitian ini di latar belakangi oleh rendahnya hasil belajar siswa kelas IVA MI Assa’adah Sukowati Gresik dalam pelajaran IPA pada materi gaya. Di MI Assa’adah Sukowati Gresik, siswa yang belum tuntas hasil belajar atau belum memenuhi KKM yang ditetapkan yaitu 75 sebanyak 37,5 %. Hal ini disebabkan karena guru tidak menggunakan metode pembelajaran yang sesuai dengan gaya belajar siswa sehingga siswa masih banyak mengalami kesulitan dalam memahami materi yang disampaikan guru. Maka perlu diterapkan metode untuk mengatasi permasalahan tersebut yaitu dengan menerapkan model VAK (visual, auditory, kinesthetic).

Tujuan penelitian ini untuk: (1) Mengetahui penerapan model VAK (visual, auditory, kinesthetic) pada mata pelajaran IPA materi gaya di kelas IVA MI Assa’adah Sukowati Gresik, (2) Mengetahui peningkatan hasil belajar IPA siswa kelas IVA MI Assa’adah Sukowati Gresik setelah diterapkan model VAK (visual, auditory, kinesthetic)pada materi gaya.

Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan kelas (PTK) yang dilaksanakan dalam dua siklus, model PTK yang digunakan yaitu model Kurt Lewin

yang dalam satu siklus terdiri dari empat tahapan, meliputi: perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Teknik pengumpulan data menggunakan wawancara, observasi, dokumentasi, serta tes yang berupa tes tulis dalam bentuk uraian dan non tes berupa penilaian unjuk kerja(performance), penilaian produk.

(6)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN SAMPUL LUAR... i

HALAMAN SAMPUL DALAM... ii

HALAMAN MOTTO... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN... iv

PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI... v

PENGESAHAN TIM PENGUJI SKRIPSI... vi

ABSTRAK... vii

KATA PENGANTAR... viii

DAFTAR ISI... xi

DAFTAR TABEL... xiv

DAFTAR GAMBAR... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tindakan yang Dipilih... 6

D. Tujuan Penelitian ... 7

E. Lingkup Penelitian ... 8

F. Manfaat Penelitian ... 9

G. Definisi Operasional... 10

BAB II KAJIAN TEORI A. Model Pembelajaran IPA di SD/MI... 12

1. Pengertian Model Pembelajaran ... 12

2. Pengertian Model Pembelajaran VAK(Visualiation, Auditory, Kinesthetic) ... 13

3. Kelebihan dan Kekurangan Model VAK(Visualiation, Auditory, Kinesthetic)... 17

4. Langkah-Langkah Penggunaan Model VAK (Visualiation, Auditory, Kinesthetic)... 19

B. Hasil Belajar... 20

1. Pengertian Hasil Belajar... 20

2. Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar ... 22

(7)

C. Materi Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) ... 33

1. Pengertian Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)... 33

2. Tujuan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) ... 34

3. Ruang Lingkup Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)... 35

4. Hakekat Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) ... 36

5. Materi Pembelajaran IPA tentang Gaya ... 37

D. Kesesuaian Model VAK(Visualiation, Auditory, Kinesthetic)Terhadap Peningkatan Hasil Belajar IPA ... 39

E. Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 40

BAB III PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS A. Metode Penelitian... 43

B. Setting Penelitian dan Karakteristik Subyek Penelitian... 45

C. Variabel yang Diselidiki ... 46

D. Rencana Tindakan ... 46

E. Data dan Cara Pengumpulnnya ... 49

1. Sumber Data ... 49

2. Teknik Pengumpulan Data ... 49

3. Analisis Data ... 61

F. Indikator Kinerja ... 64

G. Tim Peneliti dan Tugasnya... 65

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil penelitian... 67

1. Siklus I ... 67

a. Tahap Perencanaan(Planning) ... 67

b. Tahap Pelaksanaan(Acting)... 68

c. Tahap Pengamatan(Observing)... 83

d. Tahap Refleksi(Reflecting) ... 93

2. Siklus II ... 95

a. Tahap Perencanaan(Planning) ... 95

b. Tahap Pelaksanaan(Acting)... 95

c. Tahap Pengamatan(Observing)... 108

d. Tahap Refleksi(Reflecting) ... 117

B. Pembahasan... 118

1. Penerapan Model VAK (Visual, Auditory, Kinesthetic) pada Materi Gaya di Kelas IVA MI Assa’adah Sukowati Gresik... 118 2. Peningkatan Hasil Belajar Siswa Kelas IVA MI

(8)

Model VAK (Visual, Auditory, dan Kinesthetic)

pada Materi Gaya ... 121

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 124

B. Saran... 125

DAFTAR PUSTAKA... 127

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN... 130

RIWAYAT HIDUP... 131

(9)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan suatu tolak ukur bagi kehidupan suatu bangsa. Bangsa atau negara dapat dikatakan maju, berkembang atau terbelakang dapat dilihat dari sejauh mana masyarakatnya menguasai ilmu pengetahuan. Oleh karena itu, manusia belajar untuk memperoleh pendidikan.

Salah satunya adalah dengan belajar mata pelajaran IPA. Dalam kamus besar Bahasa Indonesia, IPA adalah ilmu pengetahuan alam atau ilmu tentang alam dari dunia fisik, termasuk di dalam ilmu zoologi, botani, fisika, kimia, geologi dan lain-lain. Sementara itu, Abruscato (1995) dalam bukunya“Teaching Children Science” mendefinisikan sains sebagai pengetahuan yang diperoleh

melalui serangkaian proses yang dilakukan secara sistematis oleh manusia (dalam hal saintis) dalam menjelaskan tentang alam.1

(10)

2

wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.

IPA diperlukan dalam kehidupan sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan manusia melalui pemecahan masalah-masalah yang dapat diidentifikasikan. Penerapan IPA perlu dilakukan secara bijaksana agar tidak berdampak buruk terhadap lingkungan, hal itu bisa diperoleh dari proses belajar mengajar. Proses belajar mengajar merupakan inti dari kegiatan pendidikan di sekolah agar tujuan pendidikan dan pengajaran berjalan dengan baik dan benar.

Dalam proses belajar mengajar IPA tentunya tidak hanya dengan mendengar, mengingat dan membayangkan, melainkan siswa perlu diberi kesempatan untuk mengembangkan keterampilan dan pemahaman yang dimilikinya sesuai dengan karakteristik belajar siswa serta mengakomodir kebutuhan setiap siswa dalam proses pembelajaran. Dengan cara demikian, konsep yang diperoleh siswa akan melekat dalam ingatannya dan siswa akan memahami apa yang dipelajarinya serta akan merasakan proses belajar lebih bermakna sehingga hasil belajar yang diinginkan dapat tercapai dengan baik

(11)

3

yaitu untuk Bahasa Indonesia mendapat nilai 7,50, untuk Matematika 7,06, dan 7,01 untuk ilmu pengetahuan alam (IPA).2

Hal ini juga terjadi di sekolah MI Assa’adah desa Sukowati kecamatan Bungah Kabupaten Gresik memiliki permasalahan dalam pembelajaran IPA yaitu hasil ulangan siswa mayoritas di bawah standar yaitu masih di bawah KKM, yang mana sekolah menetapkan KKM untuk mata pelajaran IPA adalah 75. Dari nilai ulangan harian 16 siswa kelas IVA, hanya enam siswa tuntas tersebut dengan prosentase 37,5 % sedangkan sepuluh siswa dinyatakan tidak tuntas dengan prosentase 62,5%.3

Berdasarkan hasil wawancara dengan guru mata pelajaran IPA kelas IVA MI Assa’adah Sukowati, bahwa tujuan pembelajaran tidak dapat tercapai dengan

baik dikarenakan sulitnya guru memilih ataupun menempatkan metode pembelajaran dengan gaya belajar siswa.4

Sama halnya dengan guru, siswa juga mengalami kesulitan dalam memahami materi yang disampaikan guru karena guru tidak memerhatikan gaya belajar siswa yang cenderung berbeda-beda. Dalam proses pembelajaran, guru menggunakan LKS ataupun buku paket saja, serta strategi atau metode pembelajaran yang digunakan guru hanya bisa mewakili salah satu gaya belajar

2

Yuliana Miftah. 2012. Pengaruh Kreativitas Siswa Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas V pada Mata Pelajaran IPA Sekolah Dasar Negeri Gugus Handayani Kecamatan Kertek di Wonosobo (Online).http://repository.uksw.edu/bitstream/123456789/617/2/T1_292007020_BAB%20I.pdf. Diakses tanggal 08 Juni 2015.

3

(12)

4

misalnya ceramah saja atau penugasan saja, tidak menggabungkan ketiga gaya belajar tersebut.

Dari hasil observasi dengan siswa kelas IVA pada saat pembelajaran, ditemukan bahwa siswa kelas IVA tersebut banyak yang kurang memahami materi yang diajarkan guru karena cenderung memiliki gaya belajar berbeda-beda sehingga ramai sendiri dan kadang merasa jenuh. Hal tersebut dapat diketahui dengan pengamatan terhadap 16 siswa kelas IVA, tujuh siswa cenderung memiliki gaya belajar visual, lima siswa cenderung memiliki gaya belajar

auditory, dan empat siswa cenderung memiliki gaya belajarkinesthetic.5

Tujuh siswa cenderung memiliki gaya belajar visual dengan ciri-ciri belajar harus melihat bahasa tubuh dan ekspresi muka gurunya untuk mengerti materi dan menggunakan tampilan-tampilan visual seperti diagram, buku pelajaran bergambar, dan video. Lima siswa cenderung memiliki gaya belajar

auditory dengan ciri-ciri belajar menggunakan diskusi verbal dan mendengarkan apa yang guru katakan. Empat siswa cenderung memiliki gaya belajar kinesthetic

terlihat dari sulitnya untuk duduk diam berjam-jam karena keinginan mereka untuk beraktifitas dan eksplorasi sangatlah kuat karena ciri-ciri gaya belajar tersebut melalui gerak dan sentuhan.

Oleh karena itu perlu adanya model pembelajaran yang tepat dan dapat mengatasi permasalahan tersebut, salah satunya adalah dengan model

5

(13)

5

pembelajaran visual, auditory, kinestheticatau VAK adalah model pembelajaran yang menjadikan siswa mudah memahami materi yang diajarkan guru karena mengoptimalkan ketiga modalitas belajar tersebut. Pembelajaran dengan model ini menyenangkan bagi siswa karena mementingkan pengalaman belajar secara langsung. Pengalaman belajar secara langsung dengan mengingat (visual),belajar dengan mendengar(auditory),dan belajar dengan gerak dan emosi(kinestethic).

Model pembelajaran VAK merupakan model pembelajaran yang dianggap suatu pembelajaran akan efektif dengan memerhatikan ketiga hal tersebut dan dapat diartikan bahwa pembelajaran dilaksanakan dengan memanfaatkan potensi siswa yang telah dimilikinya dengan melatih dan mengembangkannya.6

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa model ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar langsung dengan bebas menggunakan modalitas yang dimilikinya untuk mencapai pemahaman dan pembelajaran yang efektif.

Berdasarkan permasalahan di atas, maka perlu diadakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang berjudul PENERAPAN MODEL VAK

(VISUALIZATION, AUDITORY, KINESTHETIC) UNTUK

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA MATERI GAYA PADA SISWA KELAS IVA MI ASSA’ADAH SUKOWATI GRESIK”.

6

(14)

6

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian tindakan kelas ini, yaitu:

1. Bagaimana penerapan model VAK (visual, auditory, dan kinesthetic) pada mata pelajaran IPA materi gaya di kelas IVA MIAssa’adahSukowati Gresik? 2. Bagaimana peningkatan hasil belajar IPA siswa kelas IVA MI Assa’adah

Sukowati Gresik setelah diterapkan model VAK (visual, auditory, dan

kinesthetic) pada materi gaya?

C. Tindakan yang Dipilih

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah diuraikan, penulis mempunyai sebuah gagasan yang inovatif. Gagasan yang dimaksud adalah dengan menggunakan model VAK (visual, auditory,dankinesthetic) pada mata pelajaran Ilmu pengetahuan Alam (IPA) materi gaya pada siswa kelas IVA MI Assa’adah Sukowati Gresik.

Langkah-langkah dari model VAK (visual, auditory, dan kinesthetic) adalah sebagai berikut:7

1. Tahap persiapan (kegiatan pendahuluan)

Guru memberikan motivasi untuk membangkitkan minat siswa dalam belajar, memberikan perasaaan positif mengenai pengalaman belajar yang

7

(15)

7

akan datang kepada siswa, dan menempatakan siswa dalam situasi optimal untuk menjadikan siswa lebih siap dalam menerima pelajaran.

2. Tahap penyampaian (kegiatan inti pada eksplorasi)

Guru mengarahkan siswa untuk menemukan materi pelajaran yang baru secara mandiri, menyenangkan, relevan, melibatkan pancaindra yang sesuai dengan gaya belajar VAK.

3. Tahap pelatihan (kegiatan inti pada elaborasi)

Guru membantu siswa untuk mengintegrasi dan menyerap pengetahuan serta keterampilan baru dengan berbagai cara yang sesuai dengan gaya belajar VAK.

4. Tahap penampilan hasil (kegiatan inti pada konfirmasi)

Guru membantu siswa dalam menerapkan dan memperluas pengetahuan maupun keterampilan baru yang mereka dapatkan, pada kegiatan belajar sehingga hasil belajar mengalami peningkatan.

D. Tujuan Penelitian

(16)

8

2. Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar IPA siswa kelas IVA MI Assa’adah Sukowati Gresik setelah diterapkan model VAK (visual, auditory,

dankinesthetic) pada materi gaya.

E. Lingkup Penelitian

Penelitian ini didasarkan pada masalah pembelajaran yang ada pada lembaga MI Assa’adah Sukowati Gresik. Banyak masalah pembelajaran yang peneliti temukan. Karena pembahasan penelitian ini tidak lepas dari ruang lingkup penelitian, maka untuk menghindari kekaburan dan kesimpangsiuran pembahasan, peneliti membatasi pokok bahasan yang diteliti, adapun ruang lingkup penelitian ini adalah:

1. Penelitian ini hanya membahas mengenai penerapan model VAK (visual, auditory, dan kinesthetic) untuk meningkatkan hasil belajar IPA materi gaya pada siswa kelas IVA MI Assa’adah Sukowati Gresik

2. Subyek penelitian ini hanya dikenakan pada siswa kelas IVA MI tahun ajaran 2014-2015 dengan jumlah siswa 16, siswa laki-laki 8 dan siswa perempuan 8 anak.

(17)

9

4. Penelitian ini menggunakan lembar instrument butir soal untuk tes tulis pada ranah kognitif, sedangkan ranah afektif dan psikomotorik menggunakan lembar instrument observasi.

F. Manfaat Penelitian

Berdasarkan pada tujuan penelitian tersebut di atas, maka penelitian ini diharapkan dapat menghasilkan temuan-temuan data di lapangan yang bermanfaat, diantaranya:

1. Manfaat bagi siswa

Siswa dapat mengerti dan memahami pembelajaran IPA materi gaya dengan menggunakan model VAK (visual, auditory, dan kinesthetic) dengan menyenangkan

2. Manfaat bagi guru

Guru mendapatkan pengalaman dan ketrampilan dalam mengembangkan perangkat pembelajaran dengan beberapa model pembelajaran, salah satunya dengan menggunakan model VAK (visual, auditory,dankinesthetic) untuk meningkatkan hasil belajar

3. Manfaat bagi sekolah

Sebagai bahan rujukan bagi sekolah untuk mengadakan bimbingan dan pelatihan bagi guru-guru agar menggunakan model VAK (visual, auditory,

(18)

10

4. Manfaat bagi masyarakat

Dari hasil penelitian ini diharapkan masyarakat dapat mengetahui bahwa pada pembelajaran di sekolah masih banyak masalah yang seharusnya perlu diteliti dan diberi solusinya, agar pendidikan di lembaga formal dapat mencetak generasi yang berkualitas

5. Manfaat bagi peneliti

Dari hasil penelitian yang di lakukan pada pembelajaran di sekolah, peneliti bertujuan untuk memperbaiki pembelajaran yang kurang efektif pada saat pembelajaran. Pada saat penelitian banyak kejadian luar dugaan yang terjadi dalam situasi pembelajaran di kelas, sehingga dapat menjadi tambahan pengalaman baru bagi peneliti.

G. Definisi Operasional

Definisi Operasional adalah penjelasan apa yang dimaksud oleh istilah-istilah inti yang menjadi judul dalam penelitian ini. Dalam penelitian ini peneliti mengangkat judul “Penerapan Model VAK (Visualization, Auditory, Kinesthetic)

untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA Materi Gaya pada Siswa Kelas IVA MI Assa’adah Sukowati Gresik”.

(19)

11

1. Model VAK(Visualization, Auditory, Kinesthetic)

Model pembelajaran VAK mengoptimalkan ketiga modalitas belajar yaitu belajar dengan mengingat(visual),belajar dengan mendengar(auditory),

dan belajar dengan gerak dan emosi(kinestethic).

2. Peningkatan

Yang dimaksud peningkatan dalam penelitian ini adalah peningkatan hasil belajar IPA materi gaya yang terdiri dari tiga ranah yaitu kognitif, afektif, dan psikomotorik.

3. Hasil Belajar IPA

Hasil belajar adalah sesuatu yang diperoleh individu yang belajar dan mengakibatkan perubahan dalam diri individu sebagai hasil dari aktivitas belajarnya. Sedangkan IPA adalah ilmu pengetahuan alam atau ilmu tentang alam dari dunia fisik, termasuk di dalam ilmu zoologi, botani, fisika, kimia, geologi dan lain-lain. Dalam mata pelajaran IPA ada materi gaya yang dapat diartikan sebagai tarikan atau dorongan yang diberikan pada suatu benda.

(20)

12

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Model pembelajaran IPA di SD/MI 1. Pengertian Model Pembelajaran

Model secara harfiah berarti bentuk, dalam pemakaian secara umum model pembelajaran merupakan interpretasi terhadap hasil observasi dan pengukurannya yang diperoleh dari beberap system. Model diartikan sebagai bentuk representasi akurat sebagai proses actual yang memungkinkan seseorang atau sekelompok orang mencoba bertindak berdasarkan model itu.8

Istilah model pembelajaran sering dimaknai sama dengan pendekatan pembelajaran. Bahkan kadang suatu model pembelajaran diberi nama pendekatan pembelajaran. Sebenarnya model pembeljaran mempunyai makna yang lebih luas dari pada pendekatan, strategi, metode dan teknik. Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas.9

Model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk Kurikulum (rencana pembelajaran jangka panjang), merancang bahan-bahan pembelajaran, dan membimbing

8

Agus Suprijino,Coopertive Learning(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011), 45. 9

(21)

13

pembelajaran di kelas atau yang lain. Fungsi model pembelajaran adalah sebagai pedoman perancangan dan pelaksanaan pembelajaran. Karena itu pemilihan model sangant dipengaruhi oleh sifat dari materi yang akan diajarkan, tujuan (kompetensi) yang akan dicapai dalam pembelajaran tersebut, serta tingkat kemampuan peserta didik.10

Berdasarkan pendapat diatas, yang dimaksud dengan model pembelajaran dalam penelitian ini adalah perencanaan pembelajaran peserta didik untuk mencapai tujuan pembelajaran.

2. Pengertian Model Pembelajaran VAK(Visualiation, Auditory, Kinesthetic) Model pembelajaran Visual Auditori Kinestetik (VAK) adalah model pembelajaran yang menekankan bahwa belajar haruslah memanfaatkan alat indra yang dimiliki siswa. Pembelajaran dengan model pembelajaran Visual Auditori Kinestetik (VAK) adalah suatu pembelajaran yang memanfaatkan gaya belajar setiap individu dengan tujuan agar semua kebiasaan belajar siswa akan terpenuhi.

Model pembelajaran ini menganggap bahwa pembelajaran akan efektif dengan memperhatikan potensi siswa yaitu manfaatkan potensi siswa yang dimiliki dengan melatih dan mengembangkannya. Istilah tersebut sama halnya dengan istilah pada SAVI, dengan somatic ekuivalen dengan kinesthetic.11

10

(22)

14

Jadi model pembelajaran Visual Auditori Kinestetik (VAK) adalah model pembelajaran yang mengkombinasikan ketiga gaya belajar (melihat, mendengar, dan bergerak) setiap individu dengan cara memanfaatkan potensi yang telah dimiliki dengan melatih dan mengembangkannya, agar semua kebiasaan belajar siswa terpenuhi.

Model pembelajaran visual, auditory, kinesthetic atau VAK adalah model pembelajaran yang menjadikan siswa mudah memahami materi yang diajarkan guru karena mengoptimalkan ketiga modalitas belajar tersebut. Pembelajaran dengan model ini mementingkan pengalaman belajar secara langsung dan menyenangkan bagi siswa. Pengalaman belajar secara langsung dengan mengingat (visual), belajar dengan mendengar (auditory), dan belajar dengan gerak dan emosi (kinestethic).12 Pembelajaran dilaksanakan dengan memanfaatkan potensi siswa yang telah dimilikinya dengan melatih dan mengembangkannya.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa model ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar langsung dengan bebas menggunakan modalitas yang dimilikinya untuk mencapai pemahaman dan pembelajaran yang efektif. Ketiga modalitas tersebut dikenal dengan gaya belajar. Adapun gaya belajar tersebut yaitu:

12

(23)

15

a. Gaya Visual (Belajar dengan cara melihat)

Gaya belajar ini mengakses citra visual yang diciptakan maupun diingat misalnya warna, hubungan ruang, potret, mental, dan gambar menonjol.13 Belajar menggunakan indra mata melalui, mengamati, menggambar, mendemonstrasikan, membaca, menggunakan media dan alat peraga. Seorang siswa lebih suka melihat gambar atau diagram, suka pertunjukan, peragaan atau menyaksikan video. Bagi siswa yang bergaya visual, yang memegang peranan penting adalah mata atau penglihatan. Dalam hal ini metode pengajaran yang digunakan guru sebaiknya lebih banyak dititik beratkan pada peragaan atau media, ajak siswa ke objek-objek yang berkaitan dengan pelajaran tersebut atau dengan cara menunjukkan alat peraganya langsung pada siswa atau menggambarkannya dipapan tulis.

(24)

16

pelajaran bergambar, dan video. Di dalam kelas anak visual lebih suka mencatat sampai detil-detilnya untuk mendapatkan informasi.14

b. Gaya Auditori (belajar dengan cara mendengar)

Belajar dengan mendengarkan, menyimak, berbicara, presentasi, mengemukakan pendapat, gagasan, menanggapi dan beragumentasi. Seorang siswa lebih suka mendengarkan kaset audio, ceramah-kuliah, diskusi, debat, dan instruksi (perintah) verbal. Alat perekam sangat membantu pembelajaran pelajar tipe auditori.

Ciri-ciri siswa yang lebih dominan memiliki gaya belajar auditori misalnya lirikan mata ke arah kiri atau kanan, mendatar bila berbicara dan sedang-sedang saja. Untuk itu, guru sebaiknya harus memperhatikan sisiwanya hingga ke alat pendengarannya. Anak yang mempunyai gaya belajar auditori dapat belajar cepat dengan menggunakan diskusi verbal dan mendengarkan apa yang guru katakan. Anak auditori mencerna makna yang disampaikan melalui tone, suara, pitch (tinggi rendahnya), kecepatan berbicara, dan hal-hal auditori lainnya. Informasi tertulis terkadang mempunyai makna yang minim bagi anak auditori. Anak-anak seperti ini biasanya dapat menghafal lebih cepat dengan membaca teks dengan keras dan mendengarkan kaset.15

14

Rose Colin dan Nicholl,Accelerated Learning(Bandung: Nuansa, 2002),130. 15

(25)

17

Dalam merancang pelajaran yang menarik bagi saluran auditori yang kuat dalam diri pembelajar, carilah cara untuk mengajak mereka membicarakan apa yang sedang mereka pelajari. Suruh mereka menerjemahkan pengalaman mereka dengan suara. Mintalah mereka membaca keras-keras secara dramatis jika mereka mau. Ajak mereka berbicara saat mereka memecahkan masalah, membuat model, mengumpulkan informasi, membuat rencana kerja, menguasai keterampilan, membuat tinjauan pengalaman belajar, atau menciptakan makna-makna pribadi bagi diri mereka sendiri.16

c. Gaya belajar Kinestetik (belajar dengan cara bergerak, bekerja dan menyentuh)

(26)

18

eksplorasi sangatlah kuat. Siswa yang bergaya belajar ini belajarnya melalui gerak dan sentuhan.17

3. Kelebihan dan Kekurangan Model VAK (Visualiation, Auditory, Kinesthethic)

Adapun kelebihan dan kekurangan model VAK(Visualiation, Auditory, Kinesthethic)adalah sebagai berikut:18

a. Kelebihan model VAK(Visualiation, Auditory, Kinesthethic)

1) Pembelajaran akan lebih efektif, karena mengkombinasikan ketiga gaya belajar.

2) Mampu melatih dan mengembangkan potensi siswa yang telah dimiliki oleh pribadi masing-masing.

3) Memberikan pengalaman langsung kepada siswa.

4) Mampu melibatkan siswa secara maksimal dalam menemukan dan memahami suatu konsep melalui kegiatan fisik seperti demonstrasi, percobaan, observasi, dan diskusi aktif.

5) Mampu menjangkau setiap gaya pembelajaran siswa.

6) Siswa yang memiliki kemampuan bagus tidak akan terhambat oleh siswa yang lemah dalam belajar. Karena model ini mampu melayani kebutuhan siswa yang memiliki kemampuan diatas rata-rata.

17

Rose Colin dan Nicholl,Accelerated Learning(Bandung: Nuansa, 2002),130. 18

(27)

19

b. Kekurangan model VAK (Visualiation, Auditory, Kinesthethic)

Kekurangan model VAK (visualiation, auditory, kinesthethic) yaitu tidak banyak orang mampu mengkombinasikan ketiga gaya belajar tersebut. Sehingga orang yang hanya mampu menggunakan satu gaya belajar, hanya akan mampu menangkap materi jika menggunakan metode yang lebih memfokuskan kepada salah satu gaya belajar yang didominasi. 4. Langkah-Langkah Penggunaan Model VAK (Visualiation, Auditory,

Kinesthethic)

Langkah-langkah dalam menggunakan model VAK (visualiation, auditory, kinesthethic) adalah sebagai berikut:19

a. Tahap persiapan (kegiatan pendahuluan)

Pada kegiatan pendahuluan guru memberikan motivasi untuk membangkitkan minat siswa dalam belajar, memberikan perasaan positif mengenai pengalaman belajar yang akan datang kepada siswa, dan menempatkan mereka dalam situasi optimal untuk menjadikan siswa lebih siap dalam menerima pelajaran.

b. Tahap Penyampaian (kegiatan inti pada eksplorasi)

(28)

20

melibatkan pancaindera, yang sesuai dengan gaya belajar VAK. Tahap ini biasa disebut eksplorasi.

c. Tahap Pelatihan (kegiatan inti pada elaborasi)

Pada tahap pelatihan guru membantu siswa untuk mengintegrasi dan menyerap pengetahuan serta keterampilan baru dengan berbagai cara yang disesuaikan dengan gaya belajarVAK.

d. Tahap penampilan hasil (kegiatan inti pada konfirmasi)

Tahap penampilan hasil merupakan tahap seorang guru membantu siswa dalam menerapkan dan memperluas pengetahuan maupun keterampilan baru yang mereka dapatkan, pada kegiatan belajar sehingga hasil belajar mengalami peningkatan.

B. Hasil Belajar

1. Pengertian Hasil Belajar

Hasil belajar adalah kalimat yang terdiri dari dua kata yakni dari kata “hasil” dan “belajar”. Hasil berarti sesuatu yang dilakukan atau dibuat

berdasarkan usaha. Belajar adalah suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas dari itu yakni mengalami.

(29)

21

a. Hasil belajar bukan suatu penguasaan hasil latihan melainkan pengubahan kelakuan. Belajar bukan suatu tujuan tetapi merupakan suatu proses untuk mencapai suatu tujuan, bukti bahwa seorang siswa telah belajar ialah terjadinya perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dari yang tidak mengerti menjadi mengerti.20 b. Hasil belajar merupakan hal yang dapat dipandang dari dua sisi yaitu sisi

siswa dan sisi guru.

1) Dilihat dari sisi siswa, hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila dibandingkan pada saat sebelum belajar. 2) Dari sisi guru, hasil belajar adalah saat terselesaikannya bahan

pelajaran.21

c. Hasil belajar adalah bila seseorang telah belajar akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut. Misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak mengerti menjadi mengerti.22

d. Hasil belajar adalah sesuatu yang diperoleh berupa kesan-kesan yang mengakibatkan perubahan dalam diri individu sebagai hasil dari aktivitas belajar.23

Hasil belajar di pengaruhi oleh pengalaman belajar sebagai hasil interaksi dengan dunia fisik dan lingkungannya. Hasil belajar seseorang

2020

Oemar Hamalik,Proses Belajar Mengajar(Jakarta: Bumi Aksara, 2007) , 27.

21

Dimyati dan Mujiono,Belajar dan pembelajaran(Bandung: Alfabeta, 2006), 23. 22

(30)

22

tergantung kepada apa yang telah diketahui pembelajar, konsep-konsep, tujuan dan motivasi yang mempengaruhi intaraksi dengan bahan yang dipelajari.24

Menurut Gagne ada 5 kemampuan yang dikatakan sebagai hasil belajar, yaitu:

a. Keterampilan intelektual: kemampuan seseorang dalam memahami suatu materi yang telah diajarkan sesuai dengan pengalamannya.

b. Strategi kognitif: kemampuan seseorang untuk mengingat, memahami serta berfikir dalam belajar.

c. Informasi verbal: seseorang belajar menjelaskan dari suatu pengalaman yang telah dilakukan.

d. Sikap keadaan mental yang mempengaruhi seseorang untuk melakukan suatu tindakan.

e. Ketrampilan motorik: seseorang belajar dengan melakukan suatu gerakan pada proses belajarnya.25

2. Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar dibedakan menjadi tiga macam, yaitu:

24

Suyono dan Hariyanto,Belajar dan Pembelajaran(Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2012), 127. 25

(31)

23

a. Faktor internal (faktor dari dalam siswa), yakni keadaan atau kondisi jasmani dan rohani siswa. Faktor internal meliputi dua aspek yaitu:

1) Aspek fisiologis

Aspek fisiologis berhubungan dengan kondisi atau keadaan jasmani siswa. Kondisi organ-organ khusus siswa seperti tingkat kesehatan indera pendengar dan indera penglihat juga sangat mempengaruhi kemampuan siswa dalam menyerap informasi dan pengetahuan.

2) Aspek psikologis

Aspek psikologis berhubungan dengan kondisi atau keadaan rohani siswa. Ada beberapa faktor psikologis siswa yaitu:

a) Tingkat kecerdasan atau intelegensi siswa

Intelegensi diartikan sebagai kemampuan psikofisik untuk mereaksi rangsangan atau menyesuaikan diri dari lingkungan dengan cara yang tepat. Tingkat kecerdasan atau intelegensi (IQ) siswa tiak dapat diragukan lagi dan sangat menentukan tingkat keberhasilan belajar siswa.

b) Sikap siswa

(32)

24

relative tetap terhadap objek orang, barang, dan sebagainya baik secara positif maupun negative.

c) Bakat siswa

Bakat adalah kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang. Bakat akan dapat mempengaruhi tinggi rendahnya prestasi belajar bidang-bidang studi tertentu.

d) Minat siswa

Minat berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Minat yang dipahami dan dipakai oleh orang selama ini dapat memengaruhi kualitas pencapaian hasil belajar siswa dalam bidang-bidang studi tertentu. e) Motivasi siswa

(33)

25

b. Faktor eksternal siswa (faktor dari luar siswa), yakni keadaan atau kondisi lingkungan di sekitar siswa. Factor eksternal meliputi dua aspek yaitu: 1) Lingkungan sosial

Lingkungan social sekolah seperti para guru, para tenaga kependidikan, dan teman-teman sekelas dapat memengaruhi semangat belajar siswa. Lingkungan social yang lebih banyak memengaruhi kegiatan belajar adalah orang tua dan keluarga siswa itu sendiri. 2) Lingkungan nonsosial

Faktor-faktor yang termasuk lingkungan nonsosial adalah gedung sekolah dan letaknya, rumah tempat tinggal siswa dan letaknya, alat-alat belajar, keadaan cuaca, dan waktu belajar yang digunakan siswa. Faktor-faktor tersebut turut menentukan tingkat keberhasilan belajar siswa.

c. Faktor pendekatan belajar

(34)

26

3. Tipe Hasil Belajar

Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan.27 Belajar juga dimaksudkan untuk mengembangkan seluruh aspek intelegensi sehingga anak didik akan menjadi manusia yang utuh, cerdas secara intelegensi, cerdas secara emosi, cerdas psikomotornya, dan memiliki keterampilan hidup yang bermakna bagi dirinya. Dengan kata lain siswa harus mampu mengembangkan potensi dirinya dalam berbagai ranah (domain) belajar.

Berikut ini dikemukakan unsur-unsur yang terdapat dalam ketiga aspek hasil belajar tersebut.28

a. Tipe Hasil Belajar Bidang Kognitif

Menurut taksonomi Bloom, maka jenjang yang perlu dilakukan dalam prose kognitif ada enam tahapan, yaitu mengukur atau melihat pencapaian dari hal-hal berikut

1) Tingkat pengetahuan hafalan

Pengetahuan hafalan dimaksudkan sebagai terjemahan dari kata “knowledge” dari Bloom. Cakupan dalam pengetahuan hafalan

termasuk pula pengetahuan yang sifatnya faktual, di samping pengetahuan yang mengenai hal-hal yang perlu diingat kembali

27

Muhibbin Syah,Psikologi Belajar(Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2003), 63. 28

(35)

27

seperti batasan, peristilahan, pasal, hukum, bab, ayat, rumus, dan lain-lain.

Dari sudut respon belajar siswa pengetahuan itu perlu dihafal, diingat, agar dapat dikuasai dengan baik. Ada beberapa cara untuk dapat menguasai atau menghafal, misalnya dibaca berulang-ulang, menggunakan teknik mengingat (memo teknik) atau lazim dikenal dengan “jembatan keledai”. Tipe hasil belajar ini termasuk tipe hasil

belajar tingkat rendah jika dibandingkan dengan tipe hasil belajar lainnya. Contoh seseorang jika ingin mempelajari fungsi sistem pencernaan, maka yang bersangkutan harus menguasai dan hafal organ-organ pencernaan. Tingkah laku operasional khusus, yang berisikan tipe hasil belajar ini antara lain: menyebutkan, menjelaskan kembali, menunjukkan, menuliskan, memilih, mengidentifikasi, mendefinisikan.

2) Tingkat komprehensif

(36)

28

a) Pemahaman terjemahan, yakni kesanggupan memahami makna yang terkandung di dalamnya. Misalnya, mengartikan pengertian gaya, energi, dan lain-lain

b) Pemahaman penafsiran, yakni memahami grafik, menghubungkan dua konsep yang berbeda, membedakan yang pokok dan yang bukan pokok.

c) Pemahaman ekstrapolasi, yakni kesanggupan melihat dibalik yang tertulis, tersirat dan tersurat, meramalkan sesuatu, atau memperluas wawasan.

Kata-kata operasional untuk merumuskan tujuan instruksional dalam bidang pemahaman, antara lain: membedakan, menjelaskan, meramalkan, menafsirkan, memperkirakan, memberi contoh, mengubah, membuat rangkuman, menuliskan kembali, dan lain-lain. 3) Kemampuan melakukan aplikasi

(37)

29

Tingkah laku operasional untuk merumuskan tujuan instruksional biasanya menggunakan kata-kata: menghitung, mmecahkan, mendemonstrasikan, dan lain-lain

4) Kemampuan melakukan analisis

Analisis adalah kesanggupan memecah, mengurai suatu integritas (kesatuan yang utuh) menjadi unsur-unsur atau bagian-bagian yang mempunyai arti, atau mempunyai tingkatan atau hirarki. Analisis merupakan tipe hasil belajar sebelumnya, yakni pengetahuan, pemahaman, aplikasi.

Kemampuan menalar, pada hakikatnya mengandung unsur analisis. Bila kemampuan analisis telah dimiliki seseorang, maka seseorang akan dapat mengkreasi sesuatu yang baru. Kata-kata operasional yang lazim dipakai untuk analisis antara lain: menguraikan, memecahkan, membuat diagram, memisahkan, dan lain-lain.

5) Kemampuan melakukan sintesis

(38)

30

Sintesis memerlukan kemampuan hafalan, pemahaman, aplikasi, dan analisis. Pada berpikir sintesis adalah berpikir devergen sedangkan berpikir analisis adalah berpikir konvergent. Dengan sintesis dan analisis maka berpikir kreatif untuk menemukan sesuatu yang baru (inovatif) akan lebih mudah dikembangkan. Beberapa tingkah laku operasional biasanya tercermin dalam kata-kata: mengkategorikan, menggabungkan, menghimpun, dan lain-lain. 6) Kemampuan melakukan evaluasi

Evaluasi adalah kesanggupan memberikan keputusan tentang nilai sesuatu berdasarkan judgment yang dimilikinya, dan criteria yang dipakainya. Dalam tipe hasil belajar evaluasi, tekanan pada pertimbangan sesuatu nilai, mengenai baik tidaknya, tepat tidaknya, dengan menggunakan kriteria tertentu. Tingkah laku operasional dilukiskan dalam kata-kata: menilai, membandingkan, mempertimbangkan, dan lain-lain

b. Tipe Hasil Belajar Bidang Afektif

(39)

31

afektif tampak pada siswa dalam berbagai tingkah laku seperi perhatian terhadap pelajaran, disiplin, motivasi belajar, dan lain-lain.

Ada beberapa tingkatan bidang afektif sebagai tujuan dan tipe hasil belajar. Tingkatan tersebut dimulai tingkat yang dasar sampai tingkatan yang kompleks.

1) Receiving/attending, yakni semacam kepekaan dalam menerima rangsangan (stimulasi) dari luar yang datang pada siswa, baik dalam bentuk masalah situasi, gejala. Dalam tipe ini termasuk kesadaran, keinginan untuk menerima stimulus, kontrol dan seleksi gejala atau rangsangan dari luar.

2) Responding atau jawaban, yakni reaksi yang diberikan seseorang terhadap stimulasi yang datang dari luar. Dalam hal ini termasuk ketepatan reaksi, perasaan, kepuasan dalam menjawab stimulus dari luar yang datang kepada dirinya

3) Valuing (penilaian), yakni berkenaan dengan nilai dan kepercayaan terhadap gejala atau stimulus tadi. Dalam evaluasi ini termasuk di dalamnya kesediaan menerima nilai, latar belakang atau pengalaman untuk menerima nilai, dan kesepakatan terhadap nilai tersebut

(40)

32

termasuk dalam organisasi ialah konsep tentang nilai, organisasi dari pada sistem nilai.

5) Karakteristik nilai atau internalisasi nilai keterpaduan dari semua sistem nilai yang telah dimiliki seseorang, yang mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah lakunya. Di sini termasuk keseluruhan nilai dan karakteristiknya.

c. Tipe Hasil Belajar Bidang Psikomotorik

Hasil belajar bidang psikomotor tampak dalam bentuk keterampilan (skill), kemampuan bertindak individu (seseorang). Ada 6 tingkatan keterampilan yakni:

1) Gerakan refleks (keterampilan pada gerakan yang tidak sadar) 2) Keterampilan pada gerakan-gerakan dasar

3) Kemampuan perseptual termasuk di dalamnya membedakan visual, membedakan auditif motorik dan lain-lain

4) Kemampuan di bidang fisik, misalnya kekuatan, keharmonisan, ketepatan

5) Gerakan-gerakan skill, mulai dai keterampilan sederhana sampai pada keterampilan yang kompleks

(41)

33

C. Materi Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

1. Pengertian Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

Ilmu pengetahuan alam merupakan terjemahan kata-kata Inggris yaitu natural science, artinya ilmu pengetahuan alam (IPA). Berhubungan dengan alam atau bersangkut paut dengan alam, sedangkan science artinya ilmu pengetahuan. Jadi ilmu pengetahuan alam (IPA) atau science dapat disebut sebagai ilmu tentang alam. Ilmu yang mempelajari peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam ini.

IPA merupakan ilmu yang berhubungan dengan gejala-gejala alam dan kebendaan yang sistematis yang tersusun secara teratur, berlaku umum yang berupa kumpulan dari hasil observasi dan eksperimen yang dilakukan oleh manusia.

(42)

34

Pembelajaran IPA harus melibatkan keaktifan anak secara penuh (active learning) dengan cara guru dapat merealisasikan pembelajaran yang mampu memberi kesempatan pada anak didik untuk melakukan keterampilan proses meliputi: mencari, menemukan, menyimpulkan, mengkomunikasikan sendiri berbagai pengetahuan, nilai-nilai, dan pengalaman yang dibutuhkan.

Pembelajaran IPA yang baik harus mengaitkan IPA dengan kehidupan sehari-hari siswa. Siswa diberi kesempatan untuk mengajukan pertanyaan, membangkitkan ide-ide siswa, membangun rasa ingin tahu tentang segala sesuatu yang ada di lingkungannya, membangun keterampilan (skill) yang diperlukan, dan menimbulkan kesadaran siswa bahwa belajar IPA menjadi sangat diperlukan untuk dipelajari.

2. Tujuan IPA

Mata pelajaran IPA di SD/MI bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut:

a. Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaan-Nya b. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang

bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari

(43)

35

d. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan

e. Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam

f. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan

g. Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs.29

3. Ruang Lingkup Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

Ruang Lingkup bahan kajian IPA untuk SD/MI meliputi aspek-aspek berikut:

a. Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan, tumbuhan dan interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan

b. Benda/materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi: cair, padat dan gas c. Energi dan perubahannya meliputi: gaya, bunyi, panas, magnet, listrik,

cahaya dan pesawat sederhana

d. Bumi dan alam semesta meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan benda-benda langit lainnya.

29

(44)

36

4. Hakekat Ilmu Pengetahuan Alam ( IPA) a. IPA sebagai Produk

IPA sebagai produk merupakan akumulasi hasil upaya para perintis terdahulu dan umumnya telah tersusun secara lengkap dan sistematis dalam bentuk buku teks. Buku teks itu merupakan body of knowledgedari IPA.

b. IPA sebagai Proses

IPA sebagai proses adalah proses mendapatkan IPA melalui metode ilmiah. Untuk siswa SD, metode ilmiah dikembangkan secara bertahap dan berkesinambungan, dengan harapan bahwa pada akhirnya akan terbentuk paduan yang lebih utuh sehingga siswa SD dapat melakukan penelitian sederhana untuk memeroleh dan menemukan konsep melalui pengalaman siswa dengan mengembangkan keterampilan dasar melalui percobaan dan membuat kesimpulan.

c. IPA sebagai pemupukan sikap

Makna sikap pada pengajaran IPA SD/MI dibatasi pengertiannya pada sikap ilmiah terhadap alam sekitar. Ada Sembilan aspek sikap ilmiah yang dapat dikembangkan pada anak usia SD/MI yaitu:

1) Sikap ingin tahu

(45)

37

4) Sikap tidak putus asa 5) Sikap tidak berprasangka 6) Sikap mawas diri

7) Sikap berfikir bebas 8) Sikap kedisiplinan diri30

5. Materi Pembelajaran IPA tentang Gaya a. Pengertiangaya

Gaya merupakan dorongan atau tarikan. Gaya dapat diartikan sebagai tarikan atau dorongan yang diberikan pada suatu benda. Contoh

gerakan dorongan adalah menutup pintu dan menendang bola. Adapun contoh gerakan tarikan adalah membuka pintu dan menarik gerobak. Gaya tidak dapat dilihat, tetapi dapat dirasakan pengaruhnya. Sebuah

benda yang mendapat gaya akan mengalami perubahan. Pengaruh gaya terhadap benda berbeda-beda. Gaya dapat menyebabkan benda diam

menjadi bergerak. Begitu pula sebaliknya, benda bergerak menjadi diam. Gaya juga dapat mengubah arah gerak dan bentuk suatu benda.

b. Pengaruhgaya

1) Gayamengubahgerak suatu benda

(46)

38

ditendang atau dilempar. Saat menendang atau melempar, berarti memberi gaya pada bola. Bola akan berhenti bergerak saat seseorang

menangkapnya. Artinya, orang itu memberi gaya sehingga menyebabkan benda dia. Jadi suatu benda dapat bergerak atau

berhenti bergerak (diam) bila dikenai gaya. Cepat atau lambat gerak suatu benda dipengaruhi oleh besar kecilnya gaya yang diberikan kepada benda tersebut. Benda bergerak cepat ketika diberi gaya yang

besar. Sebaliknya, benda bergerak lambat ketika diberi gaya yang kecil.

2) Gayamengubahbentuk suatu benda

Bentuk suatu benda dapat berubah jika dikenai gaya. Contohnya kertas dan plastisin yang dapat berubah bentuk sesuai keinginan.

Kertas dapat berubah bentuk menjadi pesawat, kapal, katak, dan bentuk-bentuk lain. Plastisin juga dapat diubah bentuknya menjadi

berbagai bentuk hewan. Kertas dan plastisin berubah bentuk setelah dikenai gaya tekanan dari otot tangan.31

31

(47)

39

D. Kesesuaian Model VAK (Visuliation, Auditory, Kinesthethic) terhadap Peningkatan Hasil Belajar IPA

Sebagai seorang guru sebaiknya memahami gaya belajar siswanya. Pemanfaatan dan pengembangan potensi siswa dalam pembelajaran harus memperhatikan kebutuhan dan gaya belajar siswa. Bagi siswa visual, akan mudah belajar dengan bantuan media dua dimensi seperti menggunakan grafik, gambar, chart, model, dan semacamnya. Siswa auditory, akan lebih mudah belajar melalui pendengaran atau sesuatu yang diucapkan atau dengan media audio. Sedangkan siswa dengan tipe kinestethic, akan mudah belajar sambil melakukan kegiatan tertentu, misalnya eksperimen, bongkar pasang, membuat model, memanipulasi benda, dan sebagainya yang berhubungan dengan system gerak.

(48)

40

penyampaian materi dan memberikan kenyamanan bagi siswa dalam belajar di kelas yang berpengaruh dalam peningkatan hasil belajar.

E. Tinjauan Penelitian Terdahulu

Untuk mendukung penelitian yang menggunakan model VAK

(Visualization, Auditory, Kinesthetic)ini sebagai berikut:

1. Royki Pradana (2013) dengan skripsinya yang berjudul Penggunaan Model Pembelajaran VAK (Visulization, Auditory, Kinesthetic) dalam Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPS pada Siswa Kelas 5 SDN Salatiga 02 Kecamatan Sidorejo Kota Salatiga Semester 2 Tahun Pelajaran 2012/2013. Penelitian tindakan kelas ini dilakukan dalam dua siklus dan data yang diperoleh berupa nilai pada siklus I 88% dengan rata-rata 79. Dan pada siklus II terjadi peningkatan hasil belajar yakni 96 % dengan rata-rata 81. Perilaku yang ditunjukkan siswa terhadap proses pembelajaran terdapat perubahan yang signifikan pada hasil belajar dan aktivitas belajar siswa terutama aktivitas dalam mengikuti pembelajaran, berdiskusi, keberanian menyampaikan pendapat, dan mengajukan pertanyaan.32

2. Retno Kartikasari (2011) dengan skripsinya yang berjudul “Upaya Peningkatan Pembelajaran IPA Kelas V Melalui Penerapan Model VAK di

32

(49)

41

SDN Merjosari 1 Malang”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan

model pembelajaran VAK pada pembelajaran IPA di Kelas V SDN Merjosari 1 Malang dapat dilaksanakan dengan efektif. Hal ini ditunjukkan dengan adanya perolehan keberhasilan guru dalam menerapkan model VAK, pada siklus I pertemuan 1 sebesar 80, pertemuan 2 yaitu 90, kemudian meningkat di siklus II yaitu pada pertemuan 1 sebesar 95, dan pertemuan 2 yaitu 95. Aktivitas siswa juga mengalami peningkatan yaitu rata-rata aktivitas siswa pada siklus I pertemuan 1 sebesar 65, pertemuan 2 sebesar 73, dan disiklus II pertemuan 1 sebesar 82, pertemuan 2 sebesar 85. Hasil belajar siswa pada siklus I mencapai rata-rata 67,05 dengan persentase ketuntasan belajar sebesar 59%, sedangkan di siklus II rata-rata meningkat menjadi 71,98 dengan persentase ketuntasan sebesar 87,09%.33

3. Reni Dwi Lestari (2011) dengan skripsinya yang berjudul “Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran VAK (Visual, Auditori, Kinestetik) Terhadap Hasil Belajar IPA Kelas III SDN Tanjungrejo 2 Malang”. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil belajar siswa kelas IIIA sebagai kelompok eksperimen dan siswa kelas IIIB sebagai kelompok kontrol. Rata-rata nilai kemampuan akhir (post test) siswa kelompok eksperimen 85,21 lebih tinggi dari pada rata-rata nilai kemampuan

33

(50)

42

akhir (post test) siswa kelompok kontrol 76,63. Rata-rata peningkatan nilai hasil belajar siswa kelompok eksperimen 28,13 lebih tinggi dari pada rata-rata nilai hasil belajar siswa kelompok kontrol 18,80. Maka dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan dan pengaruh penerapan model pembalajaran VAK terhadap hasil belajar IPA siswa kelas III materi benda dan sifatnya SDN Tanjungrejo 2 Malang.34

34

(51)

43

BAB III

PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS

A. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas (PTK) karena penelitian ini dilakukan dalam untuk memecahkan masalah pembelajaran di kelas. Dalam istilah bahasa inggris adalah Classroom Actions Research

(CAR). Penelitian ini juga temasuk penelitian deskriptif, karena menggambarkan bagaimana suatu strategi pembelajaran diterapkan dan bagaimana hasil yang diinginkan dapat tercapai.

Penelitian tindakan kelas merupakan suatu upaya untuk mencermati kegiatan belajar sekelompok peserta didik dengan memberikan sebuah tindakan

(treatment) yang sengaja dimunculkan.35 Penelitian tindakan kelas memiliki karakteristik sebagai berikut:

1. Adanya masalah dalam penelitian tindakan kelas, dipicu oleh munculnya kesadaran pada diri guru bahwa praktik pembelajarannya selama di kelas ada masalah yang harus diperbaiki.

(52)

44

3. Penelitian tindakan kelas dilakukan dengan bertujuan untuk memperbaiki pembelajaran.36

Pada pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini, peneliti menggunakan model Kurt Lewin yang menyatakan bahwa dalam satu siklus terdiri atas empat langkah pokok, yaitu: Perencanaan (planning), aksi atau tindakan (acting), observasi (observing) dan refleksi (reflecting).37 Apabila digambarkan, model kurt lewin tergambar seperti berikut:

Dst

Gambar 3.1: Model Kurt Lewin

36

Igak Wardani dan Kuswaya Wihardit,Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2008), 7.

37

Rido Kurnianto,et. al.,Penelitian Tindakan Kelas,(Surabaya: aprinta Surabaya, 2009), 5-12.

Identifikasi masalah

Perencanaan (planning) Refleksi

(reflecting )

Tindakan (Acting)

Siklus I

Observasi (Observating)

Siklus II Perencanaan

(53)

45

Secara keseluruhan, empat tahapan tersebut membentuk suatu siklus penelitian tindakan kelas yang digambarkan dalam bentuk spiral. Untuk mengatasi suatu masalah, bisa lebih dari satu siklus bila masih ada hal-hal yang kurang berhasil dalam siklus pertama. Siklus-siklus tersebut saling terkait dan berkelanjutan.

Sebelum melakukan PTK, terlebih dahulu melakukan observasi awal untuk menemukan masalah, melakukan identifikasi masalah, menentukan batasan masalah, menganalisis masalah dengan menentukan faktor-faktor yang diduga sebagai penyebab utama terjadinya masalah, merumuskan gagasan-gagasan pemecahan masalah dengan merumuskan hipotesis-hipotesis tindakan sebagai pemecahan, menentukan pilihan hipotesis tindakan pemecahan masalah, kemudian merumuskan judul perencanaan kegiatan pembelajaran berbasis PTK.38

B. Setting Penelitian dan Karakteristik Subyek Penelitian 1. Setting penelitian ini meliputi:

a. Tempat penelitian: kelas IVA MI Assa’adah desa Sukowati kecamatan Bungah, kabupaten Gresik.

b. Waktu penelitian: semester genap

(54)

46

menggunakan model VAK (Visualization, Auditory, Kinesthetic) di kelas IVA mata pelajaran IPA materi gaya.

2. Subjek penelitian

Peneliti mengambil subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas IVA MI Assa’adah desa Sukowati kecamatan Bungah kabupaten Gresik tahun ajaran 2014-2015 dengan jumlah 16 siswa dalam satu kelas yang terdiri dari 8 siswa laki-laki dan 8 siswa perempuan.

C. Variabel yang Diselidiki

Dalam penelitian ini peneliti menggunkan tiga variable, yaitu:

1. Variabel Input : Siswa kelas IVA semester II desa Sukowati kecamatan Bungah kabupaten Gresik

2. Variabel proses: Penerapan model VAK (Visualization, Auditory, Kinesthetic)

dalam materi gaya

3. Variable Output: Peningkatkan hasil belajar materi gaya.

D. Rencana Tindakan

(55)

47

1. Menyusun Perencanaan (planning)

Pada tahap perencanaan ini, kegiatan yang harus dilakukan peneliti adalah:

a. Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) berdasarkan identifikasimasalah pada observasi awal sebelum penelitian dilakukan b. Mempersiapkan fasilitas dan sarana pendukung yang diperlukan di kelas

sepertisumber, bahan ajar dan media pembelajaran

c. Mempersiapkan instrument untuk merekam dan menganalisis data mengenai proses dan hasil tindakan seperti lembar observasi kegiatan guru dan siswa, lembar kerja siswa (LKS), instrument penilaian, soal tes untuk mengetahui hasil belajar siswa, dan lembar wawancara.

2. Melaksanakan tindakan (acting)

Pada tahap ini peneliti melaksanakan tindakan yang telah dirumuskan pada Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dalam situasi yang actual, yang meliputi kegiatan awal, kegiatan inti dan kegiatan penutup. RPP selama pembelajaran disajikan dalam bentuk lampiran (terlampir).

(56)

48

3. Melaksanakan pengamatan (observing)

Padatahap pengamatan ini, beberapa hal yang harus dilakukan peneliti adalah:

a. Mengamati aktivitas guru dalam melaksanakan proses pembelajaran dengan menerapkan model VAK(Visualization, Auditory, Kinesthetic)

b. Mengamati aktivitas siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran yaitu dalam kegiatan percobaan, membuat produk, dan diskusi antarpeserta didik dalam kelompok dengan menerapkan model VAK (Visualization, Auditory, Kinesthetic).

4. Melakukan refleksi (reflecting)

Pada tahap ini yang harus dilakukan peneliti adalah: a. Menganalisishasil observasi kegiatan guru dan siswa

b. Mengevaluasi hasil dari tindakan, baik itu dari segi proses pembelajaran antaraguru dan siswa, metode, alat peraga maupun media pembelajaran c. Menganalisis hasil unjuk kerja(performance), produk, dan tes tulis yang

dilakukan siswa selama pembelajaran untuk mengetahui hasil belajar siswa

d. Menganalisishasil wawancara

(57)

49

f. Evaluasi tindakan pada siklus I. Apabila belum terjadi peningkatan hasil belajar yang diinginkan, maka dilanjutkan ke siklus II begitupun seterusnya.

E. Data dan Cara Pengumpulannya 1. Sumber Data

Setiap penelitian mempunyai sumber data untuk menunjang suatu penelitian tersebut. Sumber data dalam PTK ini adalah sebagai berikut:

a. Siswa : Untuk mendapatkan data tentang penguasaan IPA selama proses belajar mengajar

b. Guru: untuk melihat tingkat keberhasilan siswa dalam proses belajar. 2. Teknik Pengumpulan Data

Dalam pengumpulan data ini peneliti menggunakan beberapa teknik yaitu: observasi, tes, wawancara dan dokumentasi.

a. Wawancara

(58)

50

Peneliti mengadakan wawancara yang dijadikan sebagai subyek penelitian yaitu guru mata pelajaran IPA kelas IVA bernama Ibu Khanifah, S.Pd.I dan tiga siswa kelas IVA MI Assa’dah Sukowati Gresik.

Pengambilan wawancara dilakukan terhadap tiga siswa berdasarkan sistem sampel acak yang dikemukakan oleh Suharsimi Arikunto yakni dapat diambil 10% - 15% atau 20% - 25%. Peneliti mengambil 20% dari 16 siswa dan hasilnya adalah tiga siswa yang mewakili tiga gaya belajar berbeda.40

Teknik wawancara ini digunakan untuk mengumpulkan data tentang masalah maupun kesulitan guru dan siswa selama proses pembelajaran berlangsung, juga untuk memperoleh informasi tentang proses pembelajaran IPA materi gaya sebelum dan sesudah dilakukan PTK. Adapun instrument wawancara ini berupa lembar pertanyaan wawancara, berikut ini format panduan wawancara:

40

(59)

51

Tabel 3.1

Panduan Wawancara untuk Guru sebelum dilakukan PTK Apakah anda mengalami kesulitan dalam

melaksanakan pembelajaran IPA materi gaya?

Bagaimana/ metode apa yang biasa dipakai dalam mengajarkan materi gaya dikelas?

Apa saja masalah yang ditemukan pada pembelajaran tersebut?

Apakah anda pernah mencoba melakukan upaya untuk mengatasi masalah ini? (jika ya, upaya apa saja yang pernah dilakukan?

Bagaimana hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPA materi gaya?

Tabel 3.2

Panduan Wawancara untuk Siswa sebelum dilakukan PTK Bagaimana pendapat kamu mengenai

mata pelajaran IPA?

Apakah kamu merasa kesulitan mengikuti pembelajaran IPA materi gaya?

Apa saja kesulitan yang kamu hadapi dalam memahami materi pembelajaran IPA tentang gaya?

Apa yang menyebabkan kamu merasa kesulitan dalam memahami materi pembelajaran IPA tentang gaya?

(60)

52

Tabel 3.3

Panduan Wawancara untuk Guru sesudah dilakukan PTK Bagaimana aktivitas siswa setelah

menggunakan model pembelajaran VAK

(Visualization, auditory, Kinesthetic)

ketika proses pembelajaran IPA berlangsung?

Bagaimana pendapat anda tentang model pembelajaran VAK (Visualization, auditory, Kinesthetic)? Apakah dengan menggunakan model pembelajaran VAK

(Visualization, auditory, Kinesthetic)

dapat meningkatkan hasil belajar IPA pada materi gaya?

Apa saran yang bisa dilakukan untuk perbaikan pada siklus selanjutnya?

Tabel 3.4

Panduan Wawancara untuk Siswa sesudah dilakukan PTK Bagaimana pendapat kamu tentang

pembelajaran IPA yang baru kamu pelajari?

Apakah kamu merasa senang pembelajaran IPA dengan model pembelajaran VAK (Visualization, auditory, Kinesthetic)?

Bagaimana pendapat kamu tentang cara guru menerangkan atau menjalaskan pembelajaran IPA dengan model pembelajaran VAK (Visualization, auditory, Kinesthetic)?

Apakah kamu bersemangat ketika melakukan proses belajar?

(61)

53

b. Observasi

Observasi merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan jalan pengamatan dan pencatatan secara sistematis, logis, objektif dan rasional.41 Observasi pada penelitian ini dilakukan secara langsung pada saat pembelajaran dengan model VAK (Visualization, Auditory, Kinesthetic)pada mata pelajaran IPA tentang materi gaya.

Dalam pengamatan ini menggunakan dua lembar pengamatan, yaitu lembar pengamatan aktivitas siswa yang digunakan untuk mengamati aktivitas siswa pada saat pembelajaran dan lembar pengamatan aktivitas guru dalam melaksanakan proses pembelajaran dengan model VAK (Visualization, Auditory, Kinesthetic). Berikut ini lembar panduan observasi:

Tabel 3.5

Lembar Observasi Aktivitas Guru

No Aspek yang di amati Nilai

1 2 3 4

I Persiapan

Persiapan fisik guru dalam mengajar

Mempersiapkan perangkat pembelajaran RPP, bahan dan alat (percobaan dan produk) Mempersiapkan media pembelajaran

Mempersiapkan siswa dengan tertib II Pelaksanaan

Kegiatan awal (pendahuluan)

Guru masuk kelas kemudian mengucapkan salam

(62)

54

peserta didik membaca do’a

Guru mengecek kehadiran peserta didik Guru memotivasi untuk membangkitkan minat siswa dalam belajar dengan memberi

ice breaking “naik delman” pada peserta

didik

Guru melakukan appersepsi yaitu memberikan beberapa pertanyaan kepada siswa tentang gaya untuk mengetahui seberapa besar pengetahuan yang dimiliki siswa mengenai materi yang akan dipelajari. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran Kegiatan Inti

Eksplorasi

Guru menunjukkan gambar dan contoh konkrit yang berkaitan dengan materi gaya (visual) yang dapat mengubah gerak suatu benda

Berdasarkan contoh konkrit tersebut, guru menjelaskan materi gaya yang dapat mengubah gerak suatu benda dengan mengkaitkan materi tersebut dengan contoh hal-hal yang ada di sekitar siswa (visual dan auditori) dan mempratekkan gaya dapat menggerakkan benda yaitu dengan mendorong meja(kinesthetic)

Guru membagi siswa menjadi 3 kelompok. Tiap kelompok mempunyai anggota homogen dengan gaya belajar yang mereka miliki yaitu kelompok 1 (visual), kelompok 2 (auditori), kelompok 3 (kinestetik) berdasarkan pengamatan guru kepada siswa dengan ciri-ciri gaya belajarnya.

Elaborasi

(63)

55

mengenai tugas yang diberikan dan membimbing siswa apabila terdapat kesulitan dan kekeliruan dalam mengerjakan tugas.

Guru mengamati cara tiap kelompok melakukan percobaan (eksperimen) dalam kelompoknya masing-masing dengan gaya belajar mereka sendiri yaitu kelompok 1 (visual), kelompok 2 (auditori), kelompok 3 (kinestetik).

Guru mengamati siswa dalam kelompok membuat karya berupa parasut yaitu kelompok 1 (visual), kelompok 2 (auditori), kelompok 3 (kinestetik) untuk menunjukkan bahwa gaya dapat mengubah gerak suatu benda.

Dalam kelompok, guru mengamati siswa menyelesaikan tugas yaitu menjawab soal LKS yang diberikan oleh guru

Konfirmasi

Setelah melakukan percobaan dan membuat produk, guru mengamati perwakilan kelompok siswa yang bergantian menjelaskan dengan menampilkan produk dan hasil percobaan. Guru memberikan umpan balik dengan melakukan tanya jawab tentang materi yang telah dipelajari untuk melihat seberapa jauh pemahaman siswa terhadap materi.

Guru melakukan evaluasi terhadap siswa dengan memberikan tugas untuk mengerjakan soal kepada setiap siswa untuk mengetahui kemampuan siswa memahami materi yang telah diajarkan. Kegiatan Akhir (penutup)

Guru meminta siswa menyimpulkan hasil pembelajaran materi gaya

(64)

56

Guru menyampaikan sedikit materi pembelajaran yang akan diajarkan pada pertemuan selanjutnya.

Guru bersama peserta didik menutup pembelajaran dengan membaca do’a dan mengakhiri dengan salam.

III Pengelolaan Waktu

Ketepatan waktu pada saat belajar mengajar Ketepatan memulai dan menutup pembelajaran

Kesesuaian dengan RPP IV Suasana Kelas

Kelas kondusif

Kelas hidup dan menyenangkan Skor perolehan =

Aktivitas guru =

x 100 =

Keterangan:

1 = kurang (tidak dilakukan, tidak sesuai aspek, tidak afektif, tidak tepat waktu)

2 = cukup (dilakukan, Tidak sesuai aspek, tidak afektif, tidak tepat waktu) 3 = baik (dilakukan, kurang afektif, sesuai aspek, tidak tepat waktu) 4 = sangat baik (dilakukan, sesuai aspek, afektif, tepat waktu)

Kriteria:

Sangat baik = 85 - 100

Baik = 75 - 85

Cukup = 60 - 75

Kurang = 50 - 60

(65)

57

Tabel 3.6

Lembar Observasi Aktivitas Siswa

No Aspek yang di amati Nilai

1 2 3 4

I Persiapan

Persiapan fisik siswa dalam mengikuti pembelajaran

Mempersiapkan perlengkapan belajar Persiapanperformancesiswa

II Pelaksanaan

Kegiatan awal (pendahuluan) Siswa menjawab salam guru

Siswa membaca do’a bersama guru sebelum memulai pelajaran

Siswa merespons absensi guru

Siswa mengikuti ice breaking “naik delman”

yang diberikan guru untuk memotivasi dan membangkitkan minat siswa dalam belajar Siswa memperhatikan guru melakukan

appersepsi dengan menjawab beberapa pertanyaan kepada siswa tentang gaya untuk mengetahui seberapa besar pengetahuan yang dimiliki siswa mengenai materi yang akan dipelajari.

Siswa memperhatikan guru menyampaikan tujuan pembelajaran

Kegiatan IntiEksplorasi

Siswa memperhatikan gambar dan contoh konkrit yang berkaitan dengan materi gaya (visual) yang dapat mengubah gerak suatu benda

Siswa memperhatikan penjelasan guru terkait materi gaya yang dapat mengubah gerak suatu benda dengan mengkaitkan materi tersebut dengan contoh hal-hal yang ada di sekitar siswa (visual dan auditori) dan juga memerhatikan guru menggerakkan benda yaitu dengan mendorong meja

(66)

58

Siswa membentuk 3 kelompok. Tiap kelompok mempunyai anggota homogen dengan gaya belajar yang mereka miliki yaitu kelompok 1 (visual), kelompok 2 (auditori), kelompok 3 (kinestetik) berdasarkan pengamatan guru kepada siswa dengan ciri-ciri gaya belajarnya

Elaborasi

Setiap kelompok siswa menerima LKS sebagai tugas percobaan gaya dapat menggerakkan suatu benda (buku, pensil, penghapus) bagi setiap kelompok serta panduan dalam membuat produk.

Siswa mendengarkan arahan atau instruksi guru mengenai tugas yang diberikan dan siswa memperoleh bimbingan apabila terdapat kesulitan dan kekeliruan dalam mengerjakan tugas.

Siswa melakukan percobaan (eksperimen) dalam kelompoknya masing-masing dengan gaya belajar mereka sendiri yaitu kelompok 1 (visual), kelompok 2 (auditori), kelompok 3 (kinestetik).

Siswa dalam kelompok membuat karya berupa parasut dengan gaya belajar mereka sendiri yaitu kelompok 1 (visual), kelompok 2 (auditori), kelompok 3 (kinestetik) untuk menunjukkan bahwa gaya dapat mengubah gerak suatu benda.

Dalam kelompok, siswa menyelesaikan tugas yaitu menjawab soal LKS yang diberikan oleh guru

Konfirmasi

Setelah melakukan percobaan, perwakilan kelompok siswa bergantian menjelaskan dengan menampilkan produk dan hasil percobaan.

(67)

59

pemahaman siswa terhadap materi.

Siswa mendapat evaluasi dari guru dengan mendapat tugas mengerjakan soal untuk mengetahui kemampuan siswa dalam memahami materi yang telah diajarkan. Kegiatan Akhir (penutup)

Siswa menyimpulkan hasil pembelajaran materi gaya

Siswa memperhatikan arahan guru untuk mengulang kembali materi yang telah diajarkannya di rumah.

Siswa mendengarkan sedikit materi pembelajaran yang akan diajarkan pada pertemuan selanjutnya.

Siswa bersama guru menutup pembelajaran dengan membaca do’a dan menjawab salam guru.

Skor perolehan = Aktivitas siswa =

x 100=

Keterangan:

1 = kurang (tidak dilakukan, tidak sesuai aspek, tidak afektif, tidak tepat waktu)

2 = cukup (dilakukan, Tidak sesuai aspek, tidak afektif, tidak tepat waktu) 3 = baik (dilakukan, kurang afektif, sesuai aspek, tidak tepat waktu) 4 = sangat baik (dilakukan, sesuai aspek, afektif, tepat waktu) Kriteria:

Sangat baik = 85 - 100

Baik = 75 - 85

Cukup = 60 - 75

Gambar

Gambar 3.1:Model Kurt Lewin
  Tabel 3.1Panduan Wawancara untuk Guru sebelum dilakukan PTK
Tabel 3.3Panduan Wawancara untuk Guru sesudah dilakukan PTK
Tabel 3.5Lembar Observasi Aktivitas Guru
+7

Referensi

Dokumen terkait

kelompok mahasiswa memilih untuk bekerja. Fenomena mahasiswa yang memilih kuliah sambil bekerja.. merupakan suatu fenomena umum yang banyak ditemukan di

Bukti kontrak pengalaman paling sedikit 1 (satu) pekerjaan sebagai Penyedia dalam kurun waktu 4 (empat) tahun terakhir, baik di lingkungan pemerintah maupun swasta termasuk

“IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYELESAIKAN SOAL CERITA PECAHAN (Penelitian Tindakan Kelas pada Siswa Kelas

Penelitian ini bertujuan untuk menguji: (1) pengaruh kebiasaan belajar dan fasilitas belajar secara bersama-sama terhadap prestasi belajar mata pelajaran ekonomi

bagai variabel intervening di Industri ekspedisi laut.Industri ekspedisi laut adalah perusahaan yang bergerak pada bidang jasa angkutan ekspedisi khususnya pada

Pengawasan pidana bersyarat dalam prakteknya dikemukakan bahwa setelah hakim menjatuhkan putusan yang telah mempunyai kekuatan hukum yang tetap (in kracht), kejaksaan

Hukum yang digunakan dalam pembentukan Konsep Nilai Etika Bisnis yang sesuai dengan.. Kepribadian seorang akuntan (Yusuf Qardhawi,

Hubungan bersifat sangat kuat karena memiliki nilai korelasi sebesar 0,843 (pada posisi interval koefisien korelasi 0,80 – 1,000) sementara hubungan antara variabel