Lampiran 3.
Paparan Hasil Diskusi
KESIMPULAN SEKTOR ENERGI
Melakukan pengecekan terkait RAN GRK :
1. Status dari Action Plannya sehingga harus ada regular checking
2. Time Frame
3. BAU apakah masih berlaku pasca 2020 ?
HASIL BREAKOUT GROUP
•
Rentan sehingga menjadi korban perubahan
iklim
•
Adaptasi menjadi prioritas utama
•
Sumber GRK
•
Sampai tingkat tertentu berpotensi memitigasi
perubahan iklim
5/28/17 3
Kelembagaan Kementan
mendukung
Pengarus-utamaan PI Sektor Pertanian
& Perpres 61 dan 71/2011
Tim Teknis PI
Kementan
(Ketua: Ka Badan
Litbang)
SC Tim PI Kementan
(Ketua: Sekjen
Kemtan)
SIGN
(Bappenas &
Kemen LHK)
Tim Konsorsium
Litbang Perubahan
Iklim Kementan
(5 working group)`
1.Menyiapkan draft laporan inventarisasi GRK Pertanian
2.Melakukan verifikasi data aktivitas berbasis penggunaan lahan 3.Mengembangkan metodologi yang terukur, terlaporkan dan
terverifikasi
4.Penelitian dan pengembangan teknologi mitigasi dan adaptasi terhadap perubahan iklim
5.Analisis & Sintesis Kebijakan PI Seltor Pertanian
1. Melakukan koordinasi internal Kementan dalam rangka mendukung Perpres 61 dan 71 tahun 2011
2. Finalisasi laporan inventarisasi GRK Pertanian
Pengesahan laporan Inventarisasi GRK Kementan
• CO
2dari perubahan penggunaan lahan (LULUC)
• CO
2dari oksidasi gambut
• CO
2dan CH
4dari kebakaran lahan dan gambut
• CH
4dari lahan sawah
• N
2O dari pupuk N (termasuk pupuk kandang dan
bahan organik)
• CH
4dari fermentasi enterik ternak
AKSI MITIGASI SEKTOR PERTANIAN 2009-2015
No Rencana Aksi Kegiatan/ Sasaran
1. Optimalisasi lahan Terlaksananya pengelolaan lahan pertanian tanpa bakar seluas 300.500 ha
2. Penerapan teknologi budidaya tanaman
Terlaksananya penggunaan teknologi untuk melindungi tanaman pangan dari gangguan organisme pengganggu tanaman dari dampak perubahan iklim pada lahan seluas 2,03 juta ha, termasuk SRI dan PTT
3. Pemanfaatan pupuk organik dan biopestisida
Terlaksananya pemanfaatan pupuk organik dan biopestisida pada lahan seluas 250.000 ha
4.
Pengembangan areal perkebunan (sawit, karet dan kakao) dilahan tidak berhutan/ lahan terlantar/ lahan terdegradasi/ areal penggunaan lain (APL)
a. Terlaksananya pengembangan areal
AKSI MITIGASI SEKTOR PERTANIAN 2009-2015
No Rencana Aksi Kegiatan/ Sasaran
5
Pemanfaatan kotoran/ urin ternak dan limbah pertanian untuk biogas
Terlaksananya pengembangan biogas asal ternak bersama masyarakat (BATAMAS) di wilayah
terpencil dan padat ternak sebanyak 1.500 kelompok masyarakat peternak
6
Pengelolaan lahan gambut untuk pertanian
berkelanjutan
Penelitian dan pengembangan sumberdaya lahan (termasuk lahan gambut) untuk pengembangan pengelolaan lahan pertanian seluas 325.000 ha
7
Pengembangan
pengelolaan lahan gambut terlantar dan terdegredasi untuk mendukung
subsektor perkebunan, hortikultura dan
peternakan
Rehabilitasi, reklamasi dan revitalisasi lahan gambut terlantar, terdegradasi pada areal
AKSI MITIGASI SEKTOR PERTANIAN 2009-2015
No Rencana Aksi Kegiatan/ Sasaran
8
Penelitian dan
pengembangan teknologi rendah emisi, MRV sektor pertanian (non gambut)
Tersedianya teknologi rendah emisi GRK yang mudah diterapkan dan berdaya guna tinggi serta tersedianya metodologi MRV untuk sektor
pertanian yang diterapkan pada tanaman pangan (12 paket), perkebunan (8 paket), dan
peternakan (12 paket) serta kegiatan yang
berkaitan dengan MRV sektor pertanian (2 paket)
9
Penelitian dan
pengembangan teknologi rendah emisi, metodologi MRV pada real pertanian lahan gambut
CAPAIAN PENURUNAN EMISI GRK PERTANIAN
Aksi MItigasi
Penurunan Emisi juta ton CO2-e
2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015*)
Batamas (Manure) 0,0007 0,0012 0,0014 0,0016 0,0019 0,0020 0,0020
Batamas (Biogas) 0,1474 0,2405 0,2701 0,3156 0,3823 0,3990 0,3990
Total Batamas 0,1481 0,2417 0,2715 0,3172 0,3822 0,4010 0,4010
UPPO + Subsidi Pupuk Organik
0,0000 0,0001 0,0010 0,0045 0,0048 0,0051 0,0051
SL-PTT, SRI, Varietas Rendah Emisi
6,4582 7,6214 8,4303 9,3679 9,5584 9,0048 9,0048
Total Penurunan Emisi 6,7544 8,1049 8,9743 10,0067 10,3316 9,8119 9,8119
Perkiraan capaian penurunan emisi GRK dari kegiatan dalam lampiran kaji ulang
RAN GRK (2016-2030)
berdasarkan koordinasi tanggal 5 Agustus 2016 dengan
Eselon I terkait lingkup Kementan
No Kegiatan sesuai kaji ulang RAN GRK
Indikator RPJMN (1)
Indikator skenario Fair
(2)
Indikator skenario Ambisius (3)
Emisi GRK (t CO2e) Reduksi GRK (t CO2e) (1) (2) (3) (1) (2) (3) 1 Sawah 977,000 1,123,550 1,465,400 5,756,171 6,619,597 8,633,668 3,507,599 4,033,739 5,261,039 2 Rumah Kompos 2,250 2,587 3,375 336,099 386,440 504,149 35,894 41,270 53,841 3
Pemanfaatan Rawa
Gambut 75,000 86,250 112,500 3,375,000 3,881,250 5,062,500 1,173,125 1,349,094 1,759,688 4 Padi Organik 12,000 13,800 18,000 70,700 81,305 106,050 60,682 65,560 76,943
5 Tanaman Tahunan(peremajaan) 168,350 193,603 252,525 - - - 246,913 283,950 370,370
6 Tanaman Kakao(peremajaan) 301,380 346,587 452,070 - - - 442,024 508,328 663,036
7 Tanaman Penyegar(peremajaan) 143,750 165,313 215,625 - - - 210,833 242,458 316,250
8
Perluasan areal tanaman tahunan
dan penyegar 16,710 19,217 25,065 - - - 2,168,958 2,494,302 3,253,437 TOTAL 1,696,440 1,931,689 2,519,495 9,537,971 10,968,592 14,306,367 7,846,029 9,018,701 11,754,604
ISU-ISU PENTING DI SEKTOR PERTANIAN
•
MRV belum dilakukan
•
Kelembagaan secara struktural tidak ada (yang ada POKJA)
•
Pelibatan non party masih rendah
•
Banyak aksi mitigasi non party/ pihak lain yang tidak terekam
•
Beberapa aksi mitigasi belum bisa dihitung karena kesulitan dalam
mendapatkan data aktivitas
Diskusi Sektor Kehutanan
Ditjen PHPL
No
Kegiatan
Potensi Peurunan Emisi
1
Kegiatan HTI
?
2
Kegiatan Restorasi Ekosistem
(RE).
16 unit IUPHHK – RE 623.075 ha
?
3
Penurunan degradasi hutan
(HPH)
?
Ditjen PDASHL
No
Target Rehabilitasi
Realiasi dari PDASHL
1
Target BPDASHL seluas 5,5 juta
ha untuk 5 tahun. Realisasi 1,1
juta/ha/tahun
1,3 juta ha tahun 2016
2
NDC seluas 800 ribu ha/tahun
Ditjen PKTL: Ada 4 dari 9 program Strategi
Implementasi NDC yang Relevan
No Kegiatan Mekanisme Koordinasi
dengan Dirjen lain
1 Pengembangan ownership dan komitmen
Bagaimana mekanisme koordinasi program Dirjen PKTL dengan rencana penurunan emisi
oleh Dirjen lain 2 Pengembangan kapasitas
3 Enabling Environemnt (Tata batas, RKTN dan Pembentukan KPH)
4 Penyusunan Kerangka Kerja dan Jaringan Komunikasi
5 Kebijakan satu data GRK (Unit clearing data spasial kehutanan, pengendalian dampak lingkungan hidup, ..)
6 Penyusunan kebijakan, rencana dan Program (KRP) intervensi (moratorium & tata ruang)
7 Penyusunan Guidance Implementasi NDC
8 Implementasi NDC
9 Pemantauan dan revisi NDC (Data Aktivitas,
Ditjen KSDAE
Perlindungan Kawasan Konservasi
Pengawetan Kawasan Konservasi
Pemanfaatan Kawasan Konservasi
Ketiga Aspek ini berkontribusi dalam penurunan emisi GRK sektor
kehutanan (karhutla, pengelolaan kawasan ekosistem esensial &
pengelolaan mangrove) . Bagaimana mengkuantifikasi sektor ini ke
APHI
Apa & Bagaiman menghubungkan
areal beriizin dengan rencana
NDC ?
1. Kebijakan Result Based Paymen t
2. Kebinajakan Insentif fiskal 3. Konsep Additionality,
Lekage & Permanence 4. Volunntary Carbon market 5. Kebijakan Pengelolaan
Lansekap
Prof. Rizaldi Boer
1. Akurasi dan pengelolaan Data
2. Kelembagaan pengelolaan data
3. Sustainability pelaksanaan NDC oleh Daerah
(RPJMD, KLHS, AMDAL, dokumen lain)
4. Kebijakan kepala daerah terkait dengan rencana
penurunan emisi (NDC)
5. Inisiatif swasta perlu dibuat pedoman yang jelas
dari pemerintah agar terintegrasi dengan
Diskusi & tantangan
•
Sistem integrasi dan pembagian Tugas yang jelas
antara aktivitas dan area pada lingkungan KLHK
(antar unit eselon I). Sebaiknya berbasis area.
•
Sistem Insentif dan Disinsentif perlu diterapkan
untuk Provinsi, Kabupaten dan swasta.
•
MRV menjadi suatu keniscayaan
•
Kebijakan harus disusun dengan baik, guideline dari
KLHK harus jelas, kelembagaan perlu dibenahi.
•
Ditjen PPI & PKTL menjadi leading agent untuk
integrasi di KLHK.
Pembicara & Pembahas
1. Ditjen Industri Kimia Tekstil dan Aneka, Kemenperin
2. Badan Litbang Industri Kemenperin
3. Asosiasi Semen Indonesia
4. Asosiasi Pupuk Indonesia
5. Pembahas: Ucok Siagian
Apa yang Telah Dilakukan?
•
Baseline GRK
•
Konservasi Energi
•
Penurunan Emisi
GRK di beberapa
industri
•
Revitalisasi industri
pupuk
•
Kebijakan industri
Hijau (IH)
•
Pedoman
•
Standard
•
Pilot Projects
•
Kapasitas SDM
Industri Pupuk &
Industri Semen
Pemerintah (Kementerian
Peraturan Pemerintah No 14 Tahun 2015 tentang Rencana Induk Pembangunan
Industri Nasional Tahun 2035
Tahap I
(2015-2019)
Meningkatkan nilai
tambah sumber daya
alam
Tahap II
(2020-2024)
Keunggulan
kompetitif dan
berwawasan
lingkungan
Tahap III
(2025-2035)
Negara Industri
Tangguh
PENGEMBANGAN INDUSTRI HIJAU
Program Kemenperin dalam Mendukung NDC (Sedang Dilakukan 2017)
•
Penyusunan Peraturan Menteri Perindustrian tentang Pedoman Petunjuk Teknis
Perhitungan dan Pelaporan Emisi CO2 Industri Semen
•
Penyusunan Peraturan Menteri Perindustrian tentang Pedoman MRV Industri Semen
•
Penyusunan Peraturan Menteri Perindustrian tentang Standar dan Kriteria RDF untuk
Industri Semen
•
Mengembangkan sistem informasi dan monitoring data aktivitas sumber emisi GRK di
sektor industri secara online;
•
Bimbingan teknis perhitungan emisi GRK untuk Sektor Industri secara online
•
Pilot Project
Energy Management System
(EnMS) di Sektor Industri kerjasama dengan
Energy Conservation Center Japan
) di 9 Perusaaan Industri
•
Penetapan Standar Industri Hijau, Sertifikasi Industri Hijau, & Penghargaan Industri Hijau
•
Penyusunan Draft Permen tentang Manajemen Energi & Air di Sektor Industri
•
Menyusun Baseline Emisi GRK untuk Sektor IPPU, Energi Industri, dan Limbah di Sub
Sektor Semen, Pupuk, dan
Pulp
Kertas
6
7
Data Konsumsi Panas Spesifik
Produksi Semen, MJ/ Ton Semen
Apakah Sektor Industri (IPPU) Siap
Translating
NDC into Actions
?
RAN GRK SEKTOR LIMBAH
No Nama Aksi Target Penurunan Emisi (Mt CO2e)
Penanggung Jawab Aksi
1 Pembangunan sarana/prasarana air
limbah “system off site’dan ‘on site 2
Kementerian Pekerjaan Umum 2
Pembangunan Tempat Pemrosesan Akhir (TPA), dan pengelolaan sampah terpadu reduce, reuse, redycle(3R)
46 Kementerian Pekerjaan Umum
No Aksi Mitigasi Indikasi penurunan emisi GRK (ton CO2e) 2010 2011 2012 2013 2014 1 Pembangunan TPA dan
pengelolaan sampah terpadu
reduce, reuse, redycle (3R)
411,000 580,000 1,500,00
0 2,610,000 3,080,000 2 Pembangunan sarana
prasarana air limbah dengan
system off site dan on site 123,000 127,000 133,000 155,000 160,000
Total
534,000 707,000 1,633,00
NDC
§ Pengelolaan Limbah Padat Domestik (Sampah Kota): ADIPURA dan PU (Infrastruktur)
§ Pengelolaan Limbah Padat Industri: belum ada à PROPER
§ Pengelolan Limbah Cair Domestik: revitalisasi Prokasih melalui IKLH dan PU (Infrastruktur)
§ Pengelolaan Limbah Cair Industri: Efektifitas Proper
ADIPURA
•
Prinsip pengurangan dan penanganan berdasarkan UU 18 Tahun 2008,
dengan cara sampah dibawa ke TPA dan dilakukan 3R dan EPR
•
Target 2019 ada di 2 kota untuk PLTSa, dengan opsi Surabaya, Solo,
Makassar, Jakarta, Tangerang, Semarang, Bandung, Denpasar. Dengan
pengertian bukan lagi energy dari sampah, tetapi upaya untuk
menurunkan atau menghilangkan sampah dari TPA. Untuk emisi yang
ditimbulkan harus memenuhi PermenLHK.
•
Implementasi kebijakan dan program pengelolaan sampah nasional
dalam pengurangan emisi GRK, dengan kategori sumber emisi GRK dari
pengelolaan sampah.
•
Kinerja 3R melalui bank sampah diupayakan untuk terus meningkat
•
Target Kebijakan Nasional Pengelolaan Sampah dan Penurunan Emisi GRK
–
Fokus pada kebijakan dan program yang dapat menurunkan emisi GRK
• Bank Sampah
• Intervensi Fisik: fasilitasi pembangunan sarana dan prasarana, misal: Pusat Daur Ulang Sampah, Rumah Kompos, Instalasi penangkapan dan pemanfaatan gas metan TPA
•
Estimasi Penurunan Emisi GRK (Aksi Mitigasi Melalui Penerapan
Prinsip 3R di Bank Sampah)
–
Perhitungan didasarkan pada pengolahan sampah kertas di Bank
Sampah
–
Jumlah sampah kertas yang dikelola di Bank Sampah adalah 165.147
kg/bulan sama dengan 1.981,77 ton/tahun
–
Estimasi besar penurunan gas rumah kaca dari pengelolaan sampah
kertas adalah 6.314,15 ton CO2e/tahun
–
Asumsi:
• Perhitungan menggunakan pedoman yang dikeluarkan oleh IPCCC
• Komposisi sampah yang digunakan untuk perhitungan 100% paper waste
• Emisi BAU merupakan perhitungan emisi yang dihasilkan untuk tahun 2015-2040
•
Regrouping Komponen Penilaian Pengendalian Perubahan Iklim dan
Konservasi Energi pada Program Adipura
–
Pengendalian perubahan iklim:
• Pengelolaan TPA
• Proses Biologi
• Proses insinerasi
–
Konservasi energy
• Pemanfaatan energy dari pengelolaan sampah
Dirjen PKPL, KLHK
• Potensi Penurunan Beban Pencemaran Sungai dan kesetaraan dalam CO2/hari
– Sungai Ciliwung
• Memiliki beban eksiting 54,416 ton per hari
• Daya Tampung Beban Pencemaran airnya hanya sebesar 9,29 ton per hari.
• Penurunan beban pencemaran 45,11 ton BOD / hari dengan alokasi domestik 29,899,21, peternakan 1,190,49 dan industri 13,667,14 ton BOD/hari
• Setara dengan 207,42 ton CO2 / hari
– Sungai Citarum
• Memiliki beban eksisting sebesar 430,99 ton BOD /hari,
• Daya Tampung Beban Pencemaran airnya sebesar 127,44 ton BOD / hari
• Penurunan beban pencemaran 303,55 ton BOD/hari dengan alokasi domestik 212.888, peternakan 33.626, industri 31.568,91 dan perikanan 8.561,87 ton BOD/hari
• Setara dengan 1395,77 ton CO2 / hari
– Sungai Cisadane
• Memiliki beban eksiting 53,546 ton per hari
• Daya Tampung Beban Pencemaran airnya hanya sebesar 9,849,60 ton per hari.
• Penurunan beban pencemaran 43,718 ton BOD/hari dengan alokasi domestik 39,274, peternakan 1,533 dan industri 1,880 ton BOD/hari
• Setara dengan 201,02 ton CO2 / hari
– Dengan kegiatan tersebut, belum diikuti dengan laju pembangunan IPAL pengolahan limbah (oleh pemerintah pusat dan daerah). Apabila pembangunan IPAL di pusat oleh KemPUPR, Kem ESDM dan kementerian lainnya dapat diregistri dan diukur, dan apabila terdapat mekanisme yang bagus maka diharapkan untuk dapat ditularkan kelembagaannya.
• Dengan mekanisme PROPER upaya-upaya sukarela perusahaan untuk melakukan penurunan emisi GRK dengan usaha diantaranya melakukan standarisasi pengukuran dan verifikasi. Dari swadeklarasi dari 316 perusahaan maka dilaporkan Total Penurunan emisi 75.663.410 ton CO2e.
• Diperlukan revitalisasi Prokasih melalui pembangunan IPAL komunal oleh Pemda
Limbah Cair Industri dan Domestik
•
Efektifitas Proper
Kementerian PUPR
•
Kelembagaan di daerah yang menangani persampahan dan limbah
adalah Dinas PU dan Tata Ruang. Di sisi lain juga terdapat Dinas
Lingkungan Hidup.
•
Strategi Mitigasi PI (Permen PU No. 11/PRT/M/2012)
–
Mendorong penerapan teknologi dan pengelolaan limbah dan sampah yang
ramah lingkungan
–
Mendorong penerapan teknologi pengolahan air limbah dengan penangkap
gas
–
Mengembangan metoda MRV dalam kegiatan terkait perubahan iklim di
perkotaan
–
Mendorong penerapan teknologi dan gerakan hemat air
–
Meningkatkan kesadaran masyarakat tentang adaptasi terhadap perubahan
iklim pada kawasan perkotaan dan perdesaan
–
Meningkatkan pemberdayaan masyarakat dalam upaya penurunan dampak
perubahan iklim
•
PUPR sampai saat ini belum melakukan pengukuran dan penghitungan
(diperlukan kerjasama dengan KLHK).
•
Perlu indicator keberhasilan yang diembankan kepada PUPR dalam
DKI JAKARTA
• Sudah dibuat baseline penghitungan di tahun 2005, kemudian dibuat target emisi di tahun 2030. Untuk itu dibuat proyeksi penurunan emisinya, Target sesuai
dengan prioritas adalah :
– Transportasi 29%
– Energi 28%
– Komersial 17%
• Hasil penghitungan emisi dan penurunannya di sektor energy terdapat 3 kategori:
– Kategori 1 : Konfidensi tinggi: data aktivitas telah melalui proses konfirmasi ke SKPD terkait
– Kategori 2 : Konfidensi menengah: memakai asumsi terkait data dan parameter dalam perhitungan yang tidak/belum tersedia
– Kategori 3 : Konfidensi rendah: data di tahun 2015 tidak tersedia sehingga menggunakan asumsi a) target atau potensi penurunan emisi GRK dari komuter Jabodetabek double track
• Upaya mitigasi dari sub sektor limbah cair:
– Pengembangan sistem Sewerage tidak dapat berjalan seperti yang direncanakan dan cakupannya hanya tetap kurang dari 2%
•
upaya mitigasi dari sektor limbah diantaranya melalui:
– Pembangunan Intermediate Treatment Facilities (ITF)
– Kegiatan composting dan 3R – Pengembangan Bank Sampah
– Sistem Pengelolaan Sampah TPST Bantar Gebang
• Konstruksi Sanitary Landfill • Penyediaan Timbangan • Titik Buang
• Coversoil
• IPAS (Instalasi Pengolahan Air Sampah) • Pipa penampung leachate
• Metode konvensional • Metode AOP
• Teknologi reduksi sampah dan WTE • Produksi Kompos/ granule
• Plastic recycling • Waste to energy • Gas well drilling • Gas collection
• Penutupan landfill dengan geomembrane • Pemipaan dari landfill ke powerhouse • Penyediaan blower dan chiller
• Penyediaan knock out pot – to reduce water content • Pembakaran di gas engine
Hambatan Utama
•
Implementasi Mitigasi PI yang belum terintegrasi (antara K/L
dengan K/L, K/L dengan Pemda, perencanaan dan penyediaan
anggaran).
•
Monitoring capaian penurunan emisi GRK (mitigasi PI) pada aspek
teknis, kelembagaan dan pendanaan.
•
Belum adanya “tampilan” hasil monitoring pengelolaan limbah dan
penurunan emisi yang bersifat lokal.
•
Kurangnya akses informasi dari K/L dalam kaitannya dengan NDC
dan aksi mitigasi bagi daerah.
•
Support internasional hanya dapat menurunkan biaya investasi,
sehingga untuk biaya operasional harus disediakan oleh K/L atau
daerah. Sehingga menjadi kurang menarik
•
Khusus untuk limbah padat domestik melalui insinerasi, biaya
operasional masih bergantung tipping fee
•
Budaya untuk pemilahan sampah domestik belum terbangun
Strategi
•
Indikator kinerja tiap K/L harus mencantumkan
indikator keberhasilan penurunan emisi GRK
•
Harus jelas dalam pemberian peran terhadap
pelaksana pengukuran, pelaporan (setiap yang
melaksanakan wajib melakukan pengukuran)
•
Verifikasi dari kegiatan oleh K/L terkait, tetapi
koordinasi dan mengumpulkan data hasil
verifikasi oleh DJPPI KLHK
•
Konsolidasi dan koordinasi antara pusat-pusat,
pusat-daerah dan daerah-daerah
•
Teknologi yang diterapkan harus memenuhi
BREAK OUT SESSION
ADAPTASI
Moderator: Henrietta Imelda (IESR)
Pemapar:
1. Danar Widhiyani (BNPB)
2. Dr. Ir. Dodo Gunawan, DEA (BMKG)
3. Dr. Ibnu Sofian (BIG)
Pembahas
GUIDANCE:
1. Perangkat apa saja yang telah dibangun di
Institusi Saudara untuk mendukung
implementasi NDC (mitigasi dan/atau adaptasi)?
2. Aksi apa saja yang telah difasilitasi untuk
Perangkat apa saja yang telah dibangun untuk mendukung
implementasi NDC (mitigasi dan/atau adaptasi)?
1. BMKG dan BIG merupakan lembaga negara penyedia data yang dapat
dimanfaatkan oleh institusi lain dalam proses penyusunan rencana program dan pelaksanaan program
2. Peran BMKG untuk mendukung implementasi NDC melalui tugas dan fungsi pokoknya yaitu melakukan observasi data cuaca dan iklim, melakukan
pengolahan data dan menyampaikan data dan informasi iklim yang dapat digunakan untuk perencanaan program dan pengambilan keputusan adaptasi perubahan iklim
3. BMKG juga sudah mengembangkan Climate Change Information System yang akan diintegrasikan dengan perangkat lain seperti SIDIK melalui penyediaan data iklim untuk kajian kerentanan dan/atau risiko
4. BIG mendukung implementasi NDC melalui penyediaan data informasi
geospasial untuk penyusunan rencana dan program adaptasi perubahan iklim, dengan mengembangkan perangkat INA Geoportal
5. BNPB sudah mengembangkan perangkat INARisk berbasis GIS Server yang user friendly, diharapkan dapat menjadi pertimbangan dalam penyusunan