• Tidak ada hasil yang ditemukan

ARTIKEL PENELITIAN HIBAH BERSAING 2011

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ARTIKEL PENELITIAN HIBAH BERSAING 2011"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

Resepsi Kesadaran Berbahasa secara Kritis (Critical Language Aw areness) dalam Penulisan Fiksi pada Guru dan Sisw a SM A se-DIY

Oleh

Sumint o A. Sayut i, Est i Sw at ika Sari, Beniat i Lest yarini (2011)

Abstrak

Penelit ian ini bert ujuan unt uk menget ahui Resepsi Kesadaran Berbahasa secara Krit is (Crit ical Language Aw arenes s(CLA) pada karya fiksi guru dan sisw a SM A se-DIY. Paradigma Kesadar an Ber bahasa (Language Aw areness) yang dipakai unt uk mengelaborasi elemen-elemen dalam kehidupan m anusia sebagai makhluk lokal, nasional, dan global yang t idak dapat dilepaskan dari kont eks sosiokult ur masyarakat .

Penelit ian ini merupakan penelit ian analisis kont en yang didukung dengan dat a kualit at if dengan model Focus Gr oup Discussion (FGD). Subjek penelit ian ini adalah guru dan sisw a SM A se-DIY sert a karyanya. Analisis dat a secara deskript if kualit at if int erpret if yang dilakukan dalam proses pem aknaan karya guru dan sisw a yang berdasar pada unsur-unsur CLA. Validit as penelit ian dicapai dengan cek anggot a (member check) dan cek orang luar (out sider check). Telaah pakar (expert j udgment ) juga dilakukan t erut ama unt uk melihat dan menelaah hasil produk karya gur u dan sisw a.

Hasil penelit ian menunjukkan bahw a kemampuan guru dan sisw a dalam menulis fiksi masih mengalami banyak kendala baik dari gur u maupun sisw a. Kendala t ersebut dapat berasal dar i gur u yang memiliki ket erbat asan dalam mengembangkan met ode pembelajaran yang um um nya m asih monot on. Sement ara it u, kemampuan sisw a masih t erkendala dengan lemahnya m ot ivasi menulis dan minat baca sisw a yang berdampak pada kualit as karya sisw a yang kurang opt im al. Resepsi kesadaran ber bahasa secara krit is gur u dan sisw a dalam menulis fiksi t ercermin baik dalam proses m aupun hasil. Dari kajian pr oses dan hasil pihak guru, dasar krit is pengembangan met ode, pem anf aat an media, dan pemilihan sist em penilaian masih kurang opt im al. Pada proses dan karya sisw a, secara umum karya sisw a sudah baik, nam un jika dit injau dari aspek kesadar an ber bahasa secara krit is, sebagian besar karya sisw a belum menampakkan kesadaran pent ingnya kekuat an bahasa dan posisi diri sisw a sebagai penulis. M at eri dan modul penulisan karya fiksi dengan kesadaran berbahasa secara krit is harus dirancang dengan sederhana, pr akt is, komunikat if , dan inspirat if sehingga dapat dengan mudah diaplikasikan oleh guru dan sisw a. Key w ords: Kesadaran Berbahasa secara Kritis, penulisan, fiksi (cerpen)

I. PENDAHULUAN A. Lat ar Belakang M asalah

Ilmu penget ahuan semakin melaju t anpa t it ik hent i. Pusaran globalisasi juga memberikan t ant angan pada manusia unt uk merespon segala perubahan secara cepat dan t epat . Perubahan akan selesai ket ika paradigma berhent i (Fuller dalam Yood, 2005: 4). Bidang pendidikan yang berperan sebagai w adah sekaligus pencipt a agen perubahan (agent of change) m enjadi sebuah keniscayaan unt uk t erus mengem bangkan dan memperkuat kekuat annya dalam menyokong kehidupan manusia.

Tant angan sekaligus kesempat an sebagai pemaknaan posit if unt uk menjaw ab perubahan dalam uraian di at as t idak akan bisa t erlaksana t anpa adanya jalinan komunikasi yang kuat . Dalam hal ini, bahasa mem egang peranan st rat egisnya sebagai alat unt uk berkomunikasi. Berbagai t eori int erpret asi w acana berkembang bahkan saling t umpang t indih. Paradigma baru dalam pendidikan bahasa muncul sebagai jaw aban dari beberapa hasil penelit ian para ahli bahw a kondisi sosiokult ur menjadi poin pent ing bagi perkembangan paradigma, pendekat an, m et ode, dan sekaligus t ujuan pendidikan bahasa. Kesadaran Berbahasa secar a Krit is (Crit ical Language Aw areness/ CLA) yang dikemukakan oleh Fairclaugh (1995: 219) menjadi ref erensi pendidikan bahasa t erkini. Banyak penelit ian yang dilakukan berkait an dengan Language Aw areness dan Crit ical Language Aw areness dalam 10 t ahun t erakhir ini sepert i di Kanada, Am erika, Aust ralia, Inggris, dan Afrika yang juga didukung dengan proyek pengembangan t ent ang Language Aw arenss sepert i The European Aw areness and Int ercomprehension (EU + I) Project di Eropa (Svalberg, Agnet a M -L, 2007: 301).

(2)

2

bert ujuan unt uk m enunjukkan bahw a manusia m emang t idak dapat t erl epas dari lingkungannya sebagai represent asi dari karya manusia it u sendiri. Dalam hal ini, sast ra menjadi salah sat u media t ulis unt uk menyampaikan respons dari berbagai pengalaman hidup sisw a. Dari sast ra pula, sisw a dapat mempelajari berbagai karakt er manusia lengkap dengan gaya dan pilihan hidupnya masing-masing. M elalui kegiat an membaca dan menulis sast ra, sisw a diharapkan dapat menjadi pribadi yang memiliki karakt er kuat dan senant iasa melakukan refleksi dalam hidupnya.

Pembelajaran sast ra di sekolah selama ini, t ermasuk di SM A/ M A/ SM K, t ampaknya m emang masih sangat lemah. Hal ini dapat dilihat dari rendahnya minat baca dan lemahnya kemampuan sisw a mengapresiasi karya sast ra. Lemahnya pembelajaran sast ra di sekolah sebagaimana juga dikeluhkan kalangan sast raw an dapat dilacak dari beberapa segi. Pert am a, komit m en pem erint ah t erlihat kurang serius. Kedua, secara t eknis guru-guru bahasa pada umumnya t idak selalu mampu m enjadi guru sast ra. Ket iga, ada kesenjangan ant ara karya sast ra dan daya pemahaman sisw a, bahkan juga guru nonsast raw an. Keempat, implikasi lebih jauh dari kondisi di at as adalah sisw a cenderung mejauhi karya-karya sast ra, apalagi t erhadap karya sast ra yang dianggap “ aneh’. Tidak heran jika sisw a lebih menyukai sast ra populer sepert i karya M ira W, Ashadi Siregar, bahkan karya Fredy S.

Berdasarkan paradigma baru pembelajaran bahasa sert a permasalahan pembelajaran sast ra khususnya penulisan fiksi, penelit ian unt uk m elihat sekaligus m enganalisis Kesadaran Berbahasa secara Krit is (Cr it ical Language Aw areness/ CLA) dalam kegiat an penulisan f iksi sisw a sangat pent ing unt uk dilakukan. Penelit ian t ahun pert ama dari rancangan penelit ian mult it ahun yang dit ujukan unt uk guru dan sisw a SM A se-DIY ini diharapkan akan dapat menjadi dasar bagi pendekat an yang dipakai dalam pem belajaran khususnya sast ra di samping pendekat an kont ekst ual yang sudah diaplikasikan pada pem belajaran sast ra saat ini dan pendekat an lain yang sesuai dengan kondisi dan masalah yang dihadapi dalam proses pembelajaran.

B. Batasan dan Rumusan M asalah

Dengan mempert imbangkan kont eks pendidikan di Indonesia dan kebut uhan solut if at as banyaknya masalah yang muncul, penelit ian ini t erf okus unt uk melihat bagaimana model pembelajaran sast ra khususnya penulisan fiksi yang sesuai unt uk guru dan sisw a t ingkat SM A. Tingkat SM A dipilih dengan pert imbangan bahw a pada level pendidikan ini, sisw a sudah dit unt ut unt uk akt if , mandiri, sert a mengem bangkan kesadaran dan respons m ereka t erhadap segala fenom ena sosial kehidupan sebagai bekal hidup unt uk menghadapi t ant angan dunia kerja, dunia pergulat an ideologi di kampus, sert a dunia masyarakat global dimana persaingan m enjadi cara dalam mencapai sesuat u. Daerah Ist imew a Yogyakart a dipilih sebagai t empat penelit ian karena kondisi mult ikult ur masyarakat Yogyakart a disamping kemudahan koordinasi dan akses penelit i dengan pihak sekolah.

Adapun rumusan masalah dalam penelit ian ini adalah:

Bagaimana resepsi Kesadaran Berbahasa secara Krit is (Crit ical Language Aw areness/ CLA) dalam penulisan karya fiksi guru dan sisw a SM A se-DIY?

C. Tujuan Penelitian

Penelit ian ini pada dasarnya ingin m enget ahui Resepsi Kesadaran Berbahasa secara Krit is (Crit ical Language Aw areness/ CLA) yang t erefleksikan melalui karya fiksi guru dan siswa SM A se-DIY. Pada t ahu

pert ama, t ujuan penelit ian adalah sebagai berikut .

1. mengident ifikasi kemampuan m enulis karya fiksi pada guru dan sisw a,

2. mengident ifikasi mat eri dan model penulisan fiksi yang dikait kan dengan hasil kajian penelit ian yang relevan,

3. mengident ifikasi dan merumuskan hasil resepsi kesadaran berbahasa secara krit is (CLA) pada karya fiksi guru dan sisw a.

D. Urgensi atau Keutam aan Penelitian

(3)

pent ingnya st udi Kesadaran Berbahasa secara Krit is (CLA). Dalam hal ini, diharapkan st udi dan pemaknaan pem belajaran sast ra sebagai proses kreat if produkt if menemukan eksist ensinya.

Bagi sisw a dan guru, penelit ian ini disamping unt uk meningkat kan kemampuan m enulis f iksi, juga unt uk m eningkat kan kepekaan sosial dan kemampuan berpikir analitis dan krit is mereka. Selain it u, pem baca dan masyarakat luas juga dapat m enjadikan penelit ian ini sebagai salah sat u bahan referensi penget ahuan dalam upaya mew ujudkan harmonisasi hubungan masyarakat yang mult ikult ur.

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Pendidikan dan Globalisasi

Globalisasi membaw a dampak yang cukup hebat dalam dunia pendidikan. M anusia harus bisa hidup t idak hanya dengan lingkungan kecil di sekit arnya t api juga harus hidup sebagai masyarakat dunia. Hal ini menjadi sebuah t unt ut an bagi dunia pendidikan unt uk memberikan sumbangsih dalam pencipt aan kult ur masyarakat global.

Dampak posit if globalisasi dapat dilihat t erut ama dengan berkembangnya ilmu penget ahuan yang t eknologi yang sangat pesat . Namun hal-hal negat if sangat mungkin t erjadi dan bahkan sudah t erjadi. Et nosent ris, superior, hegemonik, kesenjangan, dan menilai kelompok lain lebih rendah menjadi hal yang sering t erjadi yang merupakan kelemahan dari model caw an lebur (Suyat a, 2006: 217). Perist iw a-perist iw a yang berkait an dengan rasism e sepert i di Africa, Amerika (perjuangan orang berkulit hit am) at au bahkan di

Indonesia sendiri sepert i konflik di Ambon, Kalimant an, Papua juga sampai sekarang masih sering t erj adi. Namun, perjuangan kelas-kelas yang t erdeskriminasi t erut ama di Eropa t elah m embaw a keberhasilan gemilang dengan menggunakan sarana lit erasi (kebahasaan) sebagai alat perjuangan kelas sepert i dari beberapa hasil penelit ian dalam buku M aking Race Visible: Lit erary Resear ch f or Cult ural Underst anding (Greene dan Perkins, 2003(ed)).

B. Kehidupan Sosial, Kultural, dan Politik sebagai Bagian dari Dimensi Pendidikan

Diskusi t ent ang kait an ant ara bahasa, kekuat an, dan komunit as sebenarya sudah diaw ali dari sekit ar t ahun 1970. Kuhn dalam The St ruct ure of Scient ific Revolut ions (via Yood, 2005: 5) m engat akan bahw a perubahan int elekt ual dibangun dalam komunit as. Namun Kuhn t idak bisa m emberikan penj elasan mengenai hubungan rekursif bahw a komunit as akan berperan unt uk umum dan unt uk dirinya sendiri juga dengan perjuangan yang t erus m enenrus unt uk m enemukan makna dan relevansi dalam disiplim akademis. Fuller dalam sumber yang sama mengemukakan konsep “ pergerakan sosial” (social movement ) sebagai alt ernat if paradigma. Dalam konsep ini, penget ahuan baru dimaknai dalam kont eks perubahan int elekt ual dan polit ik dan dalam respon t erhadap cit ra prof esi yang dicipt akannya sendiri.

Di Indonesia sebenarnya sosok Ki Hajar Dew ant ara sangat pat ut m enjadi panut an. Dalam bukunya, M enuju M anusia M erdeka ( 2009: 43) dia menyat akan bahw a pendidikan yang t erdapat dalam hidup segala makhluk disebut sebagai laku kodrat (inst inct), maka hidup manusia yang beradab bersifat usaha kebudayaan, yait u:

1. Sebagai laku kodrat , pendidikan bersifat laku at au kejadian yang masih sederhana.

2. Pendidikan yang berlaku sebagai inst ing berupa pem eliharaan t erhadap anak-anak sert a lat ihan-lat ihan.

3. Pendidikan bert ujuan unt uk m em ber t unt unan pekembangan jiw a anak unt uk menuju adab kemanusiaan.

4. M engenal sifat kodrat dan sifat kebudayaan merupakan hal pent ing.

(4)

4

C. Kesadaran Berbahasa Kritis (Critical Language Aw areness/ CLA)

Fairlaugh dalam bukunya Crit ical Language Aw areness (1992: 14-15) menyat akan bahw a “CLA is an aw areness of t he w ays in w hich ideas become nat ur alized or t aken for grant ed as t hr ut h about t he nat ural and social w orld and how t hese t rut hs are t ied up w it h language in use (CLA adalah kesadaran dimana

gagasan menjadi net ral at au diakui sebagai kebenar an alam dan sosial dan kebenaran ini t erikat pada penggunaan bahasa. Tujuan dari CLA adalah unt uk mendorong sisw a membuka pikiran bahw a bahasa dalam t eks adalah sebuah konst ruksi sosial dan memberikan pemahaman bahw a bahasa mungkin akan memberikan posisi negat ive dan posit if baik disengaja maupun t idak disengaja.

Dalam sebuah art ikelnya yang berjudul “Global Capit alism and Crit ical Aw areness of Language, Fairclaugh menguraikan mengapa CLA sangat pent ing unt uk dikaji sepert i uraian berikut .

“ ….. several key f eat ures of lat e modern societ y w hich help make t he case for crit ical aw areness of discourse: t he relat ionship bet w een discourse, know ledge, and social change in our ‘ informat ion’ or ‘know ledge-based’ societ y; w hat Smit h(1990) has called t he ‘t ext ually-m ediat ed’ nat ure of cont emporary social life; t he relat ionship bet w een discourse and social difference; t he com modificat ion of discourse; discourse and democracy (1999, 71).

Alasan pent ingnya CLA unt uk dari uraian di at as yait u andanya hubungan ant ara w acana, penget ahuan, dan perubahan sosial dalam masyarakat yang berdasar pada informasi dan penget ahuan, konsep dari Smit h t ent ang m ediasi t ekst ual dalam kehidupan social sekarang ini, hubungan ant ara w acana dan perbedaan social, komodifikasi w acana, sert a w acana dan demokrasi.

Dalam laporan Higher Educat ion in t he Learning Societ y dari Nat ional Commit t ee of Inquiry int o Higher Educat i on, 1997 (Fairclaugh, 1999: 80) pendidikan diarahkan pada kemampuan (skill) unt uk pembelajaran

seumur hidup (lifelong learning). Kemampuan yang dimaksud adalah komunikasi, numerasi, t eknologi informasi, dan belajar unt uk belajar. Dalam t ulisan ini, komunikasi yang diw ujudkan dalam bahasa m enjadi poin khusus pembahasan yang dikait kan dengan Crit ical Language Aw areness (CLA).

Fairclaugh (1992: 226) menguraikan bahw a kesadaran berbahasa didasarkan pada kemampuan berbahasa yang didasarkan pada pengalaman. Tujuan pembelajaran yang t elah dit ent ukan dan kesadaran berbahasa akan menjadikan kapabilit as kemampuan berbahasa yang pot ensial. Fairclaugh menvisualisasikan model pembelajaran bahasa sepert i pada bagan berikut .

Bagan 1. M odel pembelajaran bahasa

Dalam pemahaman t ent ang Kesadaran Berbahasa secara Krit is, sisw a diarahkan unt uk menjadi et nograf er bahasa dan budaya. Sisw a t idak hanya m enjadi konsumen penget ahuan t et api m enjadi kreat or penget ahuan (Egan dan Bloom e via M enacker, 1998: 2).

Bahasa dan pemikiran t idak akan pernah bisa dipisahkan. “ learn a new language and get a new soul” (belajar bahasa baru akan mendapat kan jiw a baru) m erupakan semboyan yang dinyat akan oleh Czeh (via

Language capabilit ies: pot ent ial

Pur poseful discourse Language aw areness

(5)

Halpern, 2003: 106). Diskusi t ent ang t elaah kuasa bahasa juga m enjadi kegiat an yang sering dilakukan unt uk m engkaji dan m emaknai t eks. Beberapa penelit ian t ent ang CLA juga dilakukan yang dapat dilihat dari beberapa buku sepert i “The Language of Africa and The Diaspora:Educat ing for language Aw areness” yang m enguaraikan t ent ang pengajaran Language Aw areness di Guadaloupe (Kleifgen dan Bond: 2009) sert a Linguist ic Aw areness in M ult ilinguals oleh Ulrike Jessner (2006) yang m engkaji met alinguist ics aw areness at au kesadaran met alinguist ik.

D. Penulisan Fiksi dan Critical Language Aw areness

M enulis merupakan kegiat an yang sangat dianjurkan unt uk m enumbuhkan respon t erhadap kemampuan Kesadaran Berbahasa Krit is. Hal ini dikarenakan dalam menulis, penulis akan memunculkan ident it asnya dengan m engait kan pandangan, gagasan, dan posisinya dalam kont eks sosiokult ural yang ada di sekit arnya. Sebelumnya ket erampilan m enulis hanya diarahkan pada kemampuan m enulis dasar. M elalui pendekat an CLA, kegiat an m enulis dipandang sebagai kegiat an menyeluruh yang m eliput i dimensi sosial, budaya, polit ik, t ermasuk respon t erhadap kebijakan st rat egis dan birokrat ik. Dari pemahaman ini dan juga t eori t ent ang kuasa bahasa, sert a penelit ian-penelit ian yang t erkait dengan kesadaran berbahasa penelit ian t ent ang CLA menjadi pent ing unt uk dilakukan.

Dalam prakt iknya, CLA dalam ket erampilan sepert i yang t elah dilakukan oleh Clarks dan Fairclaugh (dalam Fairclaugh, 1992) sisw a diarahkan unt uk meningkat kan kesadaran t ent ang proses m enulis sesudah it u dilanjut kan dengan kegiat an diskusi. Tulisan siswa dianalisis dengan melihat penggunaan kat a gant i persona, diksi yang m enunjukkan komit m en kuat unt uk proposisi, kat a dengan int onasi dan bunyi kuat . Dalam penelit ian ini, inst rumen unt uk m enilai karya fiksi disusun berdasarkan elem en-elem en t ersebut dengan mengkolaborasikan kont eks sosiokult ur dan polit ik yang ada dalam masyarakat Indonesia.

Sebuah karya sast ra dit ampakkan ol eh sat uan-sat uan lingual yang m enyat u dan menjalin m embent uk w acana yang indah-est et is. M eskipun demikian, karya sast ra dibangun oleh unsur-unsur int rinsik yang luas. Ant ara bahasa dan unsur-unsur int rinsik karya sast ra t erjadi jalinan yang padu, t ak t eisahkan. Wujud kebahasaan dalam karya sast ra merefleksikan keberadaan unsur int rinsiknya. Sebaliknya, keberadaan unsur karya sast ra akan menent ukan w ujud kebahasaan karya sast ra.

Karya sast ra dit ulis melalui proses menyinergikan unsur kesast raan dan kebahasaan, dan it u bukanlah hal yang mudah. Ada lima t ahap dalam penulisan fiksi yang harus diperhat ikan, ant ara lain: t ahap per siapan dan usaha, t ahap inkubasi, t ahap iluminasi, t ahap verifikasi, t ahap publikasi. Dalam proses penulisan fiksi, penulis juga akan m enemui berbagai kendala. Kendala t ersebut dapat dilihat dari w ujud karya, akt ivit as pada saat berkarya, dan pengakuan dari penulis, baik lisan maupun t ulisan.

III. M etode Penelitian A. Subjek Penelitian

1. Karya sast ra guru dan sisw a

2. Pendidik at au guru Bahasa Indonesia SM A di Daerah Ist imew a Yogyakart a 3. Sisw a yang mengikut i pendidikan di SM A di Daerah Ist imew a Yogyakart a. B. Desain Penelitian

Penelit ian ini menggunakan kolaborasi met ode analisis kont en dan penelit ian survey berjenjang dengan penyusunan prot ot ipe berdasarkan pendekat an CLA . Dat a dianalisis secara kuant it at if dan kualit at if. Analisis dat a kuant it at if dilakukan unt uk m enganalisis karya fiksi sisw a dan guru yang berkait an dengan f rekuensi kat a-kat a t ert ent u yang muncul yang merupakan unsur konsep Kesadaran Berbahasa secara Krit is (CLA) berdasarkan t eori yang dikemukakan oleh Fairclaugh. Analisis dat a kualit at if dilakukan

(6)

6

Bagan 2. Desain Penelit ian Tahun Pert ama

Tahap aw al yang dilakukan pada t ahun pert ama adalah mengident ifikasi kemampuan m enulis fiksi. Unt uk guru, kemam puan ini diw ujudkan dalam m endesain bent uk pembelajaran yang dilakukan di kelas melalui penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran at au RPP dalam St andar Kompet ensi dan Kompet ensi Dasar yang berkait an dengan penulisan karya fiksi. Desain pembelajaran yang sudah disusun oleh guru kemudian dilaksanakan di kelas yang kemudian dihasilkan produk karya fiksi sisw a berupa cerpen. Sebelumnya, pengembangan melakukan supervisi dan koordinasi pada bulan Juni 2011 yang dilakukan dengan guru-guru SM A baik negeri maupun sw ast a di Daerah Ist imew a Yogyakart a. Selanjut nya, forum diskusi ilmiah diselenggarakan dalam rangka membangun konsep bersama dengan para guru mengenai bagaimana m engajarkan pembelajaran m enulis fiksi di sekolah dengan m engenalkan konsep kesadaran berbahasa secara krit is. Selain it u, upaya unt uk m enggali permasalahan yang dialami guru m aka kuesiioner mengenai pembelajran sast ra khususnya menulis fiksi diberikan.

Telaah pakar unt uk m elakukan penilaian t erhadap RPP guru yang disert a dengan uraian dasar penyusunan RPP dilakukan unt uk melihat kesadaran krit is guru mendesain pembelajaran. Kemudian, analisis t erhadap karya sisw a juga dilakukan unt uk mel ihat kompet ensi sisw a dalam menulis cerpen dengan berdasar kesadaran berbahasa secara krit is. Sesudah it u, forum evaluasi dilakukan unt uk melihat bagaimana hasil pem et aan kemampuan m enulis fiksi guru dan sisw a sekaligus sebagai upaya reflekt if t erhadap seluruh rangkaian kegiat an yang dilaksanakan. Kegiat an ini diagendakan akan dilaksanakan pada aw al bulan okt ober.

Sebagai side product t ahun pert ama penelit ian ini, buku m engenai bagaimana mot ivasi m enulis fiksi menjadi pilihan. Buku ini akan dilengkapi dengan cont oh-cont oh aplikat if penulisan karya fiksi yang dilakukan oleh guru dan sisw a. Harapannya, karya guru dan sisw a disini memiliki t empat dan dapat dipublikasikan.

C. M etode Pengumpulan Data

(7)

D. M etode Analisis Data

Analisis dat a dilakukan dengan berbagai met ode. Pert ama, analisis kont en akan dilakukan unt uk menget ahui resepsi krit is kesadaran berbahasa pada karya fiksi guru dan sisw a. Kedua, set elah hasil resepsi diket ahui analisis selanjut nya akan dilakukan dengan m embandingkan dat a sebelum dan sesudah modul dengan panduan krit eria kesast raan dengan m enggunakan pendekat an CLA. Selain it u, unt uk dat a hasil w aw ancara, diskusi, dan cat at an lapangan dianalisis dengan t eknik analisis deskript if kualit at if. Hasil analisis kualit at if mendasari revisi dan penyempurnaan modul.

E. Validitas dan Reliabilitas Penelitian

Unt uk mencapai validit as dan reliabilit as penelit ian khususnya pada rancangan desain t ahun pert ama digunakan cek anggot a (mem ber check) dan cek orang luar (out sider check). Telaah pakar (expert judgment) juga dilakukan t erut ama unt uk melihat dan m enelaah hasil produk karya guru dan sisw a. Pakar yang dilibat kan t ent u saja yang memiliki keahlian di bidang sast ra dan pembelajaran sast ra.

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEM BAHASAN

Hasil penelit ian ini merupakan pem et aan kemampuan resepsi kesadaran berbahasa secara krit is guru dan sisw a SM A se-DIY baik ditinjau dari proses maupun produk. Kemampuan guru t ert uang dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran penulisan fiksi yang disusun dengan dilandasi alasan penyusunan sert a refl eksi t erhadap proses pembimbingan penulisan karya f iksi cerpen pada para sisw a. Sem ent ara it u, kemampuan sisw a t ercermin dari kualit as karya yang dihasilkan yakni cerpen.

A. Hasil Penelitian

1. Pemetaan Aw al Kondisi Pembelajaran M enulis Fiksi di Sekolah

Kondisi aw al pelaksanaan pembelajaran menulis fiksi yang dilakukan oleh guru dan sisw a di sekolah t ergambar dari respons t erhadap kuesioner guru sert a hasil diskusi pada t ahap sat u. Kuesioner yang diberikan oleh guru disusun berdasarkan empat aspek, yakni sebagai berikut .

a. Relevansi kurikulum pembelajaran m enulis f iksi dengan kebut uhan dan perkembangan ilmu penget ahuan

b. M et ode pembelajaran menulis fiksi

c. Pelaksanaan dan hasil karya pembelajaran menulis fiksi

d. Respons t erhadap kesadaran berbahasa secara krit is dalam pembelajaran menulis fiksi

Keempat aspek ini t erurai dalam 28 pert anyaan kuesioner dengan skala likert . Kemudian ada t ambahan 2 pert anyaan kuesioner t erbuka dengan alasan unt uk menggali respons guru secara lebih luas dan mendalam mengenai kendala proses pembelajaran m enulis fiksi sert a harapan yang diinginkan guru dalam pelaksanaan kegiat an diskusi.

Dari hasil rekapit ulasi kuesioner guru unt uk, aspek relevansi kurikulum dengan kebut uhan pem belajaran sudah baik, dengan skor rerat a 4.26. Dari respons guru ini, dapat diart ikan bahw a kurikulum pem belajaran menulis f iksi t idak mem erlukan perubahan yang berart i karena sudah sesuai dengan kebut uhan pembelajaran dan perkembangan penget ahuan.

Pada aspek met ode pembelajaran, skor rerat a pembelajaran menulis fiksi khususnya cerpen menunjukkan hasil yang cukup baik yakni 3.31. Dalam hal ini, met ode yang digunakan guru sudah beragam dan menunt un keakt ifan sisw a, t idak lagi pada t eacher-cent ered.

Aspek pelaksanaan pembelajaran dan hasil karya m enulis fiksi masih menunjukkan hasil yang minim, yakni dengan skor rerat a 1.93. Hasil ini kont ras dengan aspek met ode pembelajaran. Banyak karya sisw a yang belum menunjukkan hasil sepert i yang diharapkan. Dari hal ini pula dapat dimaknai bahw a pelaksanaan pembelajaran menulis fiksi masih mengalami banyak kendala yang kemudian berimbas pada hasil karya f iksi sisw a.

(8)

8

Berikut t abel rekapit ulasi skor rerat a unt uk masing-masing aspek dalam kuesioner guru.

Tabel 1. Skor Rerat a Respons Aw al Guru dalam Pem belajaran M enulis Fiksi

Aspek Skor rerat a beragam cerpen sert a m enulis cerpen. Hasil karya-karya cerpen sisw a pun juga belum menunjukkan hasil sepert i yang diharapkan. Respons guru m enunjukkan bahw a pembelajaran m enulis fiksi masih mengalami banyak kekurangan, baik dit injau dari lemahnya m et ode yang digunakan, kurangnya pemanfaat an m edia, rendahnya budaya baca sisw a, kesulit as sisw a menuangkan ide, dan lain-lain. Hal ini menjadi bahan kajian dan dasar unt uk memperbaiki kualit as pembelajaran khususya menulis fiksi.

2. Pemetaan Proses Pelaksanaan Pem belajaran M enulis Fiksi Guru dan Sisw a

Pem et aan proses pelaksanaan penulisan fiksi khususnya cerpen dapat dilihat dari t iga hal, yakni pemahaman guru t erhadap resepsi kesadaran berbahasa secara krit is yang m erupakan hasil dari ToT yang sudah dilakukan, proses pembuat an RPP, sert a pembimbingan t erhadap sisw a dalam m enulis cerpen. Ket iga hal ini t erekam dalam Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran yang disusun oleh guru sert a uraian guru sebagai hasil dari Forum diskusi kedua yang t elah dilaksanakan.

RPP menunjukkan proses kegiat an yang akan dilaksanaan dalam pembelajaran di kelas. Dalam menyusun rancangan kegiat an, guru semest inya m emiliki dasar yang kuat berkait an dengan kompet ensi dasar yang akan diajarkan, t ujuan pembelajaran yang kemudian secara t eknis t erlihat pada susunan kegiat an aw al, int i, dan penut up. Proses pelaksanaan pem belajaran t ercermin dalam ket iga rancangan kegiat an ini.

Secara umum, proses pelaksanaan pembelajaran menulis fiksi, dalam hal ini cerpen, yang dilakukan oleh guru sudah memberikan kesempat an bagi sisw a unt uk t erlibat secara akt if . Sisw a diposisikan sebagai cent re dari pembelajaran. Namun, perlu disadari bahw a m enulis fiksi bukan merupakan kegiat an yang dapat dilakukan dalam w akt u sekejap dan secara spont an. Guru sem est inya m embimbing sisw a mulai dari menggali ide-ide yang berkait an dengan permasalahan kehidupan sisw a dan masyarakat sekit ar kemudian menuangkan ide-ide t ersebut yang dipadukan dengan sarana-sarana sast ra agar menarik. Pada sebagian RPP yang dirancang guru, guru sudah t erlihat menyusun proses kegiat an pembelajaran dengan runt ut meskipun ada beberapa yang kurang memberikan arahan kepada sisw a khususnya dalam m encari inspirasi sebanyak-banyaknya dan menunt un sisw a pada proses berpikir yang krit is.

M edia yang dipakai guru dalam proses belajar mengajar beragam. Ada yang menggunakan buku t eks, koran, cont oh cerpen int ernet , alam sekit ar, dan sebagainya. Namun beberapa RPP menunjukkan bahw a media yang digunakan masih sangat t erbat as, yakni hanya m enggunakan sat u cerpen saja, dari koran at au buku. Padahal unt uk mengembangkan inspirasi dan mot ivasi sisw a, banyak hal yang bisa dihadirkan, t ermasuk menggunakan beberapa cerpen karya-karya t erkenal di Indonesia maupun cerpen-cerpen dunia.

(9)

sert a proses-proses kreat if penulis lainnya kurang diperhat ikan oleh guru. Hal ini mengakibat kan kurangnya kesadaran bagi sisw a unt uk memahami proses kreat if penulis yang akhirnya m empengaruhi proses kreat if menulis sisw a at au dapat dikat akan proses berpikir sisw a menjadi t erlalu sederhana.

Forum diskusi yang dilakasanakan, guru dapat berbagi dan bert ukar pengalaman bagaimana pemahaman t erhadap resepsi kesadaran berbahasa krit is. Kesadaran t erhadap pemanfaat an pot ensi-pot ensi dan met ode pembelajaran yang berbeda-beda dari masing-masing guru menjadi int i dari uraian t ersebut . Pemahaman t erhadap resepsi kesadaran berbahasa secara krit is juga menjadikan guru dapat menggali persoalan-persoalan t ent ang ket impangan yang ada di sekit ar sisw a yang dapat m enjadi sumber inspirasi penulisan karya cerpen.

Dasar krit is proses penyusunan RPP menjadi poin dalam melihat pem et aan t erhadap proses pelaksanaan penulisan fiksi yang dit injau dari guru. RPP yang dirancang sem est inya dilandasi dengan alasan dan daya krit is mengapa merancang pembelajaran sepert i yang t ert uang dalam RPP. guru menyusun RPP dengan dilandasi kesadaran t erhadap kondisi sisw a, sarana mult ilit erasi yang t ersedia, sert a proses penulisan cerpen yang membut uhkan w akt u agal lama. Hal ini menunjukkan bahw a guru sudah berpikir krit is dan sadar t erhadap kondisi yang dihadapi yang kemudian menjadi dasar t erhadap penyusunan kegiat an pembelajaran yang dilakukan (sesuai kont eks).

3. Pemetaan Hasil Pelaksanaan Pem belajaran M enulis Fiksi Guru dan Sisw a

Hasil pelaksanaan penulisan fiksi dalam penelit ian ini merupakan produk yang dapat dit injau dari dua hal, yakni produk dari guru dan produk dari siswa. Produk dari guru berupa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) t erkait kompet ensi penulisan fiksi berupa cerpen. Sem ent ara it u, produk dari sisw a merupakan karya cerpen hasil pembelajaran m enulis f iksi cerpen. Berikut uraian unt uk masng-masing produk hasil penelit ian. Hasil pelaksanaan juga akan dilihat dari respons guru pada forum diskusi kedua. Berikut uraiannya selengkapnya.

a. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Guru untuk Kompetensi Penulisan Fiksi (Cerpen)

M elalui validasi pakar, pem et aan t erhadap produk RPP guru dapat dilakukan. Beberapa aspek yang divalidasi merupakan komponen pokok RPP yang kemudian disesuaikan dengan dasar pemikiran krit is dalam menyusun RPP. Hal ini merupakan w ujud prakt is kesadaran kritis dari guru sehingga RPP yang dirancang bukan hanya sekedar pemenuhan aspek formalit as saja, namun guru hendaknya m emiliki kesadaran m engapa m erancang pembelajaran sebagaimana yang dit uangkan dalam RPP t ersebut . Oleh karena it u, para guru diharapkan menulis alasan at au dasar penyusunan RPP. Aspek-aspek validasi RPP berikut penjelasannya adalah sebagai berikut .

1) Kesesuaian RPP dengan Kurikulum

Selama ini banyak guru yang m engkhaw at irkan format RPP yang mereka susun. RPP m emang memiliki format khusus yang t elah diat ur dalam st andar penyusunan RPP. Format ini sebenarnya unt uk m embant u agar susunan RPP runt ut dan poin-poin subst ansial dalam RPP t idak t erlew at kan. Namun dalam kenyat aannya, banyak guru yang just ru m eribut kan aspek formalit as RPP dan t idak jarang dit emui perbedaan paham m engenai susunan RPP. Lebih buruknya lagi, hal it u berimbas pada aspek subst ansial RPP yang sering t erlew at kan karena aspek formalit as menyit a lebih banyak perhat ian. Tent u saja, hal ini dapat memberikan ef ek kurang baik bagi t ercipt anya rencana pembelajaran yang benar-benar berorient asi pada siswa karena aspek subst ant if mat eri kurang diperhat ikan.

RPP m erupakan w adah bagi guru sebagai bent uk ot onomi sekolah dalam memanfaat kan sumber daya unt uk meningkat kan kualit as pembelajaran. Guru sebagai pengampu mat a pelajaran dapat mengem bangkan mat eri berdasarkan hasil kerja pikir pengembangan ilmu sert a pemanfaat an segala sumber daya sekit ar t ermasuk kualit as diri dari guru t ersebut . Dari pemahaman ini, maka implikasi yang seharusnya t imbul yakni RPP suat u sekolah past i berbeda dengan sekolah lain karena guru berbeda dan sumber daya yang dimanfaat kan pun juga berbeda. Namun, dari hasil evaluasi yang dilakukan, banyak diant ara guru yang hanya asal copy past e RPP sekolah lain unt uk kepent ingan prakt is. M aka t idak heran jika RPP di Papua dijumpai t ernyat a sama dengan RPP di Jogjakart a. Hal ini menjadi bahan diskusi juga pada forum diskusi ilmiah dengan guru.

(10)

10

sebagaimana yang sudah t ermuat dalam judul penelit ian ini. Disamping karena ada Kompet ensi Dasar yang dit unt ut dalam kurikulum t erkait penulisan cerpen, karya fiksi berbent uk cerpen mem berikan ruang bagi sisw a unt uk berimajinasi dan mencipt a karya sast ra yang erat dengan kehidupan m ereka sehari-hari, bahasanya ringan, t idak t erlalu panjang (dalam hal kuant it as t ulisan), sert a dapat menjadi m edia yang sesuai unt uk menunjukkan kemampuan sisw a.

Hasil validasi pakar menunjukkan bahw a hampir semua RPP yang disusun oleh guru sudah m em enuhi kesesuaiannya dengan St andar Kom pet ensi dan Kom pet ensi Dasar berdasarkan kurikulum. hal ini dapat dipahami karena memang di t ingkat SM A ada beberapa KD t erkait dengan menulis cerpen yang dapat menjadi pilihan guru unt uk dikembangkan dengan menyesuaikan t ema penelit ian ini. hal ini dapat dit unjukkan dalam lampiran mengenai validasi pakar khususnya unt uk kesesuaian RPP dengan kuri kulum. 2) Dasar Kritis Pengembangan M etode/ strategi Pembelajaran M enulis Cerpen

Dalam RPP baik secara eksplisit maupun implisit t ert uang st rat egi at au m et ode pembelajaran yang dilakukan. Komponan ini memiliki andil besar dalam menent ukan apakah proses pembelajaran yang dilakukan sesuai, inovat if, berkualit as, dan berfokus pada sisw a. M et ode-met ode pem belajaran dapat dipelajari dari berbagai lit erat ur. Sebagai guru, sudah menjadi keharusan unt uk mempelajari berbagai met ode pembelajaran agar kelas yang dirancang menyenangkan, Sisw a dapat mengeksplorasi kemampuan yang dimiliki dan yang t idak dapat t erl ew at kan adalah mat eri pembelajaran dapat disampaikan dengan t epat .

Dalam pembelajaran menulis fiksi, berbagai ref erensi met ode pembelajaran dapat diacu. M et ode apa at au met ode yang bagaimana yang paling t epat bagi sisw a? Tent u saja, met ode yang paling t epat adalah yang sesuai dengan t ujuan, sit uasi, kondisi sisw a, sarana prasarana sert a m enginspirasi sisw a unt uk mampu menulis fiksi khususnya cerpen dengan baik.

Alam, lingkungan, kebiasaan sehari-hari, perist iw a yang dilihat , berit a, dan sebagainya dapat menjadi inspirasi dalam menulis cerpen. Bahkan mimpi pun dapat m enjadi media dalam menyampaikan mat eri yang kemudian m enjadi inspirasi menulis cerpen. M et ode kont ekst ual dapat menjadi pilihan bagi guru unt uk mengem bangkan RPP.

Namun dari hasil validasi ahli, dasar krit is pengembangan m et ode at au st rat egi pembelajaran belum t ampak baik. Dalam uraian validasi, t ernyat a “St r at egi PBM t erlalu global, belum t ampak akt ivit as nyat a langkah-langkah PBM , (met ode inf ormasi t erlalu um um)” . Hal ini dapat diamat i pada cont oh validasi RPP. Juga dapat dilihat pada cont oh validasi lain t erkait pengembangan met ode pembelajaran m enulis fiksi yang dilakukan guru bahw a “Pada akt ivit as, masih ada lompat an akt ivit as, belum secara runt ut . Cont oh: sisw a diskusi t ent ang cerpen langsung dimint a membuat cerpen” .

3) Dasar Kritis Pemanfaat an M edia Pem belajaran M enulis Cerpen

Dalam pembelajaran menulis cerpen, media pembelajaran yang dipakai sangat pent ing t erut ama unt uk memunculkan daya imajinasi sisw a. Dari imajinasi it ulah sisw a dapat memunculkan karya kreat if fiksi karena sebuah karya cipt a t idak akan dapat t erw ujud tanpa adanya imajinasi.

Segala yang ada di sekit ar sisw a, kelas, at au sekolah dapat menjadi m edia. Di era sekarang, media int ernet m em beri ruang yang lebih luas bagi sisw a unt uk m engeksplorasi penget ahuan m engenai segala sesuat u yang dapat digunakan unt uk memunculkan daya imajinasi mencipt akan cerpen. Sesuai dengan pemahaman t erhadap resepsi kesadaran berbahasa secara krit is, alasam mengapa guru memakai media t ert ent u m erupakan aspek pent ing dalam mengkaji daya krit is guru.

Dari hasil validasi RPP yang t elah dilakukan, sebagian besar menunjukkan bahw a “ ant ara media dengan t ugas pada sisw a t idak relevan” . M isalnya, ada RPP yang mint a sisw a unt uk membaca cerpen “ Kat urangan” KARYA Slamet Nurzaini unt uk t ugas t at ap muka, namun kegiat an yang dilakukan adalah mencari informasi dari sisw a t ent ang cerpen dari int ernet .

(11)

mereka cipt akan karena sisw a mengalami sendiri hal-hal t ersebut . guru t ampak belum mengekslporasi pot ensi-pot ensi yang merupakan pengalaman sisw a it u sendiri. M eskipun ada juga guru yang sudah mengajak sisw a unt uk benar-benar berpikir dengan dilandasi kesadaran krit is unt uk mencipt akan cerpen. Uraian guru m engenai pembelajaran yang dilakukan sudah menunjukkan proses yang sesuai dengan konsep kesadaran krit is (hal ini akan dibahas pada bagian selanjut nya). Namun dalam RPP, proses yang menunjukkan hal ini kurang t ampak sehingga sebagian besar hasil validasi RPP m enunjukkan bahw a guru belum dapat m emanfaat ka m edia dengan opt imal.

4) Dasar Kritis Penilaian Kompetensi Sisw a dalam M enulis Cerpen

Penilaian merupakan bagian pent ing yang harus dilakukan guru dalam menilai kompet ensi sisw a yang didasarkan pada t ujuan dan indikat or keberhasilan pembelajaran. M elalui sist em penilaian yang dilakukan, guru dapat menyimpulkan apakah proses pembelaj aran yang dilakukan berhasil at au belum berhasil sehingga harus dilakukan pengulangan maupun pengayaan unt uk sisw a. Refleksi dari hasil penilaian yang dilakukan guru juga pent ing unt uk perbaikan pembelajaran selanjut nya yang menunt un guru unt uk t erus berinovasi mengembangkan pembelajaran yang berkualit as.

Dari hasil validasi RPP, dasar krit is peilaian kompet ensi sisw a dalam m enulis cerpen masih menunjukkan beberapa kelemahan, bahkan ada beberapa RPP yang t idak mencant umkan cara penilaian at au biasa disebut dalam poin evaluasi pembelajaran. Sebagian besar RPP m enunjukkan sist em penilaian yang dilakukan masih t erlalu general, hanya melihat pada aspek isi dan bahasa saja.

Penilaian yang dilakukan guru dapat t ercermin juga dalam lat ihan-lat ihan yang diberikan. Tugas individu maupun kelompok dapat digunakan guru, namun seharusya perlu diuraikan lebih lanjut macam t ugas apa yang dimint a sebagai t agihan dari sisw a.

Pemahaman t erhadap resepsi kesadaran berbahasa secara krit is menunt un guru unt uk memahami kesadaran krit is t erhadap keseluruhan aspek pembelajaran. Kompet ensi dasar dan t ujuan pembelajaran menjadi kunci pent ing dalam m enent ukan bagaimana sist em penilaian yang seharusnya dilakukan oleh guru karena penilaian sendiri harus didasarkan pada indikat or pencapaian kompet ensi yang harus dikuasai sisw a sert a apa t ujuan pembelajaran yang dilakukan. Hal ini t ampaknya belum disadari sepenuhnya oleh guru.

b. Produk Cerpen Karya Sisw a

Cerpen karya sisw a menjadi bahan kajian pent ing dalam melihat keberhasilan guru dan resepsi sisw a dalam penulisan karya f iksi cerpen. Guru m elakukan pem bimbingan pada sisw a unt uk menulis karya fiksi dengan dilandasi kesadaran berbahasa secara krit is dan sisw a memberikan respons dengan m enuliskan daya kreat ivit asnya dalam menulis cerpen.

Ada 70 cerpen sisw a yang t erkumpul sebagai produk pembelajaran m enulis f iksi cerpen. Validasi cerpen dilakukan oleh ahli pembelajaran sast ra t erhadap beberapa aspek kesadaran berbahasa secara krit is. namun begit u, penilaian t erhadap cerpen secara umum juga dilakukan.

Aspek penilaian cerpen dengan resepsi kesadaran berbahasa secara krit is didasarkan pada dimensi kesadaran krit is yang disesuaikan dengan kompet ensi penulisan karya fiksi. Aspek yang dinilai meliput i:

1)

Penggunaan sarana bahasa unt uk kekuat an cerit a

2)

Kepekaan t erhadap pergeseran bahasa

3)

Komit m en penulis pada proposisi

4)

Pem et aan diri t erhadap lingkungan sosial, budaya, polit ik

5)

Pem et aan masyarakt sebagai bagian dari diri penulis, kesadaran t erhadap emansipasi dan dem okrasi

6)

Kesadaran t erhadap relevansi cerit a dengan kehidupan.

Aspek-aspek di at as m emang sangat kompleks dan t ent unya m embut uhkan kecremat an dalam melakukan penilaian. Oleh karena it u, hal ini menjadi kerja besar bagi validat or unt uk melihat kualit as cerpen sisw a yang disesuaikan dengan konsep resepsi kesadaran berbahasa secara krit is.

(12)

12

Vignet 1. Cont oh Penggalan Cerpen Sisw a

Dari hasil validasi ahli, sebagian besar cerpen m engangkat t ema-t ema yang sudah biasa diangkat dalam cerit a. Konflik yang dihadit kan pun kurang t ajam sehingga kemenarikan cerit a m enjadi kurang. Hal ini dapat menjadi refleksi bagi guru unt uk m elakukan refleksi dan perbaikan proses pembelajaran. Dari Forum diskusi kedua yang dilaksanakan, kesadaran guru t erhadap kekurangan inipun juga muncul. Hal ini dapat dilhat pada uraian hasil diskusi berikut .

Vignet 2. Tanggapan Guru t erhadap Kemampuan Sisw a M enulis Cerpen

Tanggapan pada vignet di at as merupakan t anggapan dari Bu Indri, salah sat u pesert a diskusi. Kemudian oleh pesert a lain yang m endasarkan masalah pada kurangnya minat baca sisw a sehingga mereka belum m emiliki referensi unt uk mengembangkan cerit a agar menarik dan mencapai konflik yang t ajam. c. Respons Guru terhadap Pem belajaran M enulis Fiksi dengan Kesadaran Berbahasa secara Kritis

Dari diskusi kedua yang diselenggarakan, kesadaran dan respons guru t erhadap pelaksanaan pem belajaran m enulis fiksi dengan kesadaran berbahasa secara krit is t erlihat dari uraian mereka mengenai bagaimana proses pelaksanaan penulisan cerpen yang harus dilaksanakan dengan konsep kesadaran berbahasa secara krit is.

Dari uraian guru pemanfaat an m edia sepert i musik, video klip dapat digunakan ol eh guru unt uk merangsang daya imajinasi sisw a dalam menulis cerpen. Proses pembimbingan pun semest inya dilakukan dengan menyesuaikan kondisi sisw a sert a kelas harus dirancang agar menyenangkan.

Namun ada pula hasil refleksi guru yang perlu dipert imbangkan yakni mengenai kebut uhan t erhadap w akt u. Proses pembimbingan dari mulai penyampaian mat eri sampai pada pencipt aan produk dan penilaian membut uhkan w akt u yang t idak sedikit . M enumbuhkan kepekaan dan sisw a t ent unya t idak dapat dilakukan secara inst an. Kesadaran harus berasal dari refleksi dan kerja pikir yang didasarkan pada pengalaman hidup sisw a sendiri.

Forum diskusi memberikan ruang bagi para guru sekaligus penelit i unt uk saling berbagi. Beberapa masukan, referensi yang kemudian menunt un pada refleksi dari masing-masing guru sekaligus penelit i

Si Bocah penjual Koran, berlarian kecil menghampiri sebuah t ruk kuning

pengangkut barang. Ia menengadah, memandang gelagat sopir gemuk dengan sebuah bat ang rokok disela mulut nya.

“ Korannnya pak” t aw ar si bocah sembari mengangkat t inggi Koran jajakannya.

“ Tidak dek.” Ujar sopir it u begit u sant ainya “ Dari pada kamu jualan Koran, ya mbok sekolah t ho dek.” Kemudiam m enghisap kembali rokoknya, deng

menyembulkan asapnya ke udara.

“ Tidak ada biaya pak, bapak saya cuma seorang kuli.” Jaw ab bocah it u dengan w ajah penuh harap si sopir akan membeli korannya.

(13)

muncul dalam diskusi. Hal ini memberikan manfaat yang begit u besar khususnya sebaai bahan kajian ut uk mengem bangkan lebih lajut pembelajaran menulis fiksi khususnya cerpen agar lebih berkualit as.

B. Pembahasan

Pembahasan hasil penelit ian ini didasarkan pada dat a penelit ian yang diperoleh dan disesuaikan dengan t ujuan penelit ian pada bab I Pendahuluan. Uraian pembahasan akan disajikan dalam t iga bagian, yakni pembahasan mengenai kemampuan guru dan sisw a dalam penulisan karya fiksi, pembahasan mengenai pem et aan resepsi kesadaran berbahasa secara krit is karya fiksi guru dan sisw a, sert a rancangan mat eri dan modul penulisan fiksi unt uk guru dan sisw a.

1. Kemampuan Guru dan Sisw a dalam Penulisan Karya Fiksi

Permasalahan pembelajaran bahasa dan sast ra m emang t idak pernah ada akhirnya. Hal ini dapat dipahami karena bahasa dan sast ra selalu berkembang seiring dengan perkembangan masyarakat . Bahasa merupakan m edia komunikasi sosial masyarakat dalam menyampaikan ide, gagasa, pemikiran kepada sesama. Sem ent ara it u, sast ra dapat dipandang sebagai represent asi dari masyarakat it u sendiri. Tidak berlebihan jika sast ra dianggap sebagai salah sat u art ef ak masyarakat yang juga m erupakan bagian dari hasil budidaya manusia.

M elalui sast ra, pola kehidupan, pandangan, pola pikir, dan perkembangan keilmuan masyarakat dapat diket ahui. Ekspresi, luapan perasaan, at aupun t anggapan seorang penulis t erhadap fenom ena sekit ar akan t ercermin dalam karya sast ra. Dari sinilah, ident ifikasi t erhadap era, semangat zaman, maupun realit as sosial masyarakat dapat dilakukan.

Dalam bidang pendidikan pun khususnya pembelajaran sast ra, sisw a sebagai penulis sast ra harus mampu menghadirkan gambaran-gambaran realit as sosial dan ekspresi diri mereka. Tent u saja ekspresi ini akan t erkait dengan perkembangan psikologis sisw a yang sudah kaya dengan pengalaman-pengalaman sejak kecil. Sumber inspirasi menulis cerit a dapat berasal dari mana saja.

M elalui berbagai sarana-prasarana yang t ersedia sekarang, penget ahuan dunia dapat diperoleh dari manapun. Int ernet misalnya, t elah m enjadi alat unt uk membuka pint u-pint u w aw asan at as segala yang t erjadi di seluruh t empat di dunia. Semuanya dapat diperoleh dengan lengkap. M aka, dengan t ersedianya fasilit as ini, tidak ada alasan bagi para sisw a maupun prakt isi pendidikan unt uk t idak menget ahui berit a-berit a at au kejadian yang berkait an dengan realit as sosial masyarakat dunia.

Guru pun dapat m emanfaat kan berbagai m edia yang t elah t ersedia. M at eri dari koran, int ernet , buku, dan sumber-sumber lain dapat menjadi pegangan dalam membimbing sisw a bagaimana berproses kreat if sast ra yang baik, art inya pemahaman dan dasar krit is penyusunan karya sast ra lebih dikedepankan daripada hanya sekedar berorient asi pada produk akhir saja.

Dari dat a hasil penelit ian yang diperoleh, kemampuan guru dan sisw a dalam penulisan karya fiksi dit injau baik secara proses maupun produk. Secara proses, guru melakukan st udi, mengkaji, ilmi penulisan sast ra at au karya fiksi, dalam hal ini cerpen m elalui berbagai sumber. Guru juga melakukan diskusi ilmiah unt uk berbagi dan m elakukan brainst orming pembelajaran menulis fiksi yang m ereka laksanakan maupun yang ideal unt uk diaplikasikan dalam kelas.

Dari t elaah ahli dan kajian yang komprehensif yang dilakukan, proses yang dilakukan oleh guru dalam membelajarkan ket erampilan menulis cerpen m em ang masih m enemui banyak kendala. Umumnya, kendala ini t erkait dengan mot ivasi sisw a unt uk menulis yang kurang sert a minat baca sisw a yang t erlalu rendah.

M embangkit kan m ot ivasi m enulis cerpen m emang bukan sesuat u hal yang mudah. Guru harus melakukan ident if ikasi t erhadap pribadi sisw a, apa yang membuat sisw a t idak t ert arik menulis cerpen, dan kemudian m erancang m et ode yang t epat dan menarik minat sisw a dengan memanfaat kan berbagai m edia pem belajaran yang ada. Hal ini t ercermin dari dasar penyusunan RPP guru sert a kegiat an yang dirancang dalam RPP dengan memanfaat kan berbagai media yang digunakan.

(14)

14

Namun dari kajian t erhadap refleksi diri para guru, proses yang dilakukan guru dalam membimbing proses kreat if sisw a set elah mengikut i w orkshop sudah lebih baik. Berikut cont oh kut ipan r efleksi guru yang dapat dicermat i.

Vignet 3. Cont oh Ref leksi Proses oleh Guru

Dari vignet kut ipan refleksi guru di at as t erlihat bahw a guru sudah melakukan ident ifikasi dan refleksi t erhadap kebut uhan pembelajaran m enulis cerpen. Ada beberapa hal yang semest inya m enjadi kemampuan dasar yang harus dikuasai guru, selain juga kemampuan-kemampuan lain yang harus dikembangkan. Kesadaran guru t erhadap pengembangan RPP juga sudah t ampak. Hal ini mengindikasikan dampak yang posit if dari pengalaman m engajar guru dan hasil sharing bersama dalam diskusi.

Respons lain dari perbaikan secara proses yang dilakukan oleh guru dapat dicermat i pula dalam cont oh vignet berikut .

Vignet 4. Cont oh Ref leksi Proses oleh Guru

Penget ahuan guru t erhadap berbagai cara m embelajarkan sast ra dapat menjadi modal yang sangat besar unt uk m enyusun met ode dan memanfaat kan media pembelajaran yang t epat . Dengan ref erensi yang beragam ini, guru m enjadi lebih inovat if mengem bangan model-m odel pembalajaran menulis sast ra at au fiksi yang harapannya dapat meningkat kan kualit as pembelajaran baik secara proses maupun produk.

Bagi sisw a, proses menulis f iksi cerpen mungkin menjadi mudah, namun banyak juga yang beranggapan kegiat an ini sulit dilakukan. dari respons dan jaw aban guru, kendala t erbesar dari sisw a adalah kurangnya minat baca. Dari membaca berbagai jenis karya sast ra, sebenarnya sisw a akan menget ahui bagaimana seorang penulis menghadirkan kejut a, menonjolkan karakt er t okoh, m embuat alur yang mengalir dan selalu menimbulkan rasa ingin t ahu pembaca. Dengan m em baca dan m emplejarai cerpen-cerpen yang berkualit as, sisw a dapat mengenal bagaimana cerpen-cerpen yang baik dapat dihasilkan oleh seorang penulis. Ket ika minat baca renda, at au bahkan sisw a belum pernah membaca cerpen proses dan penget ahuan berpikir t ersebut t idak t erlibat dalam t ahap proses kreat if m enulis cerpen. Akibat nya, karya sisw a menjadi sangat biasa, t idak mampu menghadirkan sesuat u yang unik dan menarik hat i pembaca, bahkan cerit a hanya dangkal saja.

Dari t injauan produk, karya siswa banyak yang sudah menggambarkan ekspresi jiw a dan respons t erhadap f enom ena sekit ar. Krit eria yang dipakai mem ang diperunt ukkan bagi sisw a SM A. Dari hasil validasi ahli, cerpen-cerpen karya sisw a banyak yang masih t erkesan dangkal. Namun beberapa karya cerpen sudah menunjukkan hasil yang sangat memuaskan.

- Sisw a (kemampuan m enulis cerpen) sebenarnya set iap sisw a it u berbeda-beda, bagi yang belum bisa at au t idak ada minat kami selaku guru selalu memberi mot ovasi dan selalu menunukkan hasilnya, kemudian anak it u akan t ermot ivasi unt uk menulis karena pendekat an guru dan bimbingan yang t idak pernah bosan-bosan

- Proses pembuat an RPP sebenarnya sudah kew ajiban kit a sebagai guru dan it u past i ada, Cuma kit a harus selalu mengembangkan RPP it u, baik mat eri maupun cont oh-cont ohnya.

- Ternyat a set elah mendengarkan pengalaman guru-guru, saya dapat menyimpulkan bahw a masing-masing guru punya cara yang unik. Tujuannya sama, sisw a dapat membuat produk.

(15)

2. Pemetaan Resepsi Kesadaran Berbahasa secara Kritis Karya Fiksi Guru dan Sisw a

M elalui pemahaman bahw a sast ra m erupakan represent asi respons manusia t erhadap lingkungan pribadi, sosial, masyarakat , maupun dunia global inilah kesadaran berbahasa secara krit is m enjadi hal pent ing yang harus dipert imbangkan dalam proses penyusunan karya fiksi.

Sepert i yang t elah dinyat akan di bagian sebelumnya bahw a pemet aan t erhadap resepsi kesadaran berbahasa secara krit is unt uk guru t ercermin t erut ama dari produk RPP yang disusun. RPP ini dikaji dengan mempert imbangkan beberapa aspek konsep t eoret is kesadaran berbahasa secara krit is yang disesuaikan dengan komponen-komponen dalam RPP.

Adapun aspek-aspek yang dikaji dalam RPP yakni sebagai berikut . a. Kesesuaian RPP dengan kurikulum

b. Dasar krit is pengembangan m et ode/ st rat egi pembelajaran c. Dasar krit is pemanf aat an media pembelajaran

d. Dasar krit is penilaian karya sisw a

Penent uan keem pat aspek di at as didasarkan pada kajian komprehensif RPP yanag bert olak dari landasan konsept ual dan prosedural, khususnya pada aspek kesesuaian RPP dengan kurikulum. kemudian, aspek selanjut nya yakni dasar krit is pengembangan st rat egi dan m et ode pembelajaran berkait an dengan pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan oleh guru dan sisw a. Guru semest inya m emiliki landasan kuat dalam memilih met ode at au st rat egi pemebelajaran yang t epat .

Banyak sekali st rat egi maupun met ode pembelajaran m enulis fiksi. Sat u hal yang harus dipahami bahw a t idak ada met ode yang paling bagus baik. Namun, met ode yang sesuai dengan kebut uhan pem belajaran dan t ersediaya saranalah yang paling t epat unt uk dipilih, t ent u saja dengan mempert imbangkan j enis at au t opik mat eri yang disampakan. Oleh karena it u, dasar krit is m engapa guru memilih st rat egi at au m et ode pembelajaran semest inya m enjadi bagian dari resepsi kesadaran berbahasa secara krit is guru juga.

Dari dat a yang diperoleh, masing-masing guru m em ang memiliki keunikan dan cara sendiri dalam membelajarkan menulis cerpen. Ada yang dengan m engajak sisw a keluar kelas/ ruangan kem udian memint a sisw a unt ukmencari inspirasi dan menuliskan inspirasinya ke dalam sebuah cerpen. Ada guru yang memilih met ode modelling yakni dengan mengajak sisw a membaca cerpen kemudian m enganalisis unsur-unsur yang ada dalam cerpen. Sesudah it u sisw a dimint a unt uk menulis cerpen mereka. ada pula guru yang memberikan kebebasan kepada sisw a unt uk m emiliih cerpen dari int ernet , buku, at au koran kem udian menganalisis unsur -unsurnya. Sejauh m et ode ini memang dapat diikut i sisw a dan menjadikan kelas menyenangkan sehingga dapat menarik minat sisw a, guru dapat m engembangkan lebih lanjut penerapan st rat egi t ersebut . Tent u saja, guru juga harus senant iasa m elakukan refleksi t erhadap proses pembelajaran yang dilakukan, apakah sudah t epat at au belum, at au masih perlu perbaikan.

Di era mult ilit erasi ini, paradigma yang berkembang dalam pembelajaran baca-t ulis (lit erasi) yakni adanya sarana lit erasi yang beragam (mult i) yang dapat dimanfaat kan guru dan sisw a dalam proses belajar mengajar. Sarana lit erlahasi yang dimaksud dapat dijadikan media dalam pembelajaran. Pemanfaat an media m emang sangat pent ing dalam mencipt akan suasan belajar yang menyenangkan, innovat if, dan inspirat if. Apalagi dalam pembelajaran m enulis kreat if fiksi, media yang dipakai harus mampu membangkit kan inspirasi dan mot ivasi sisw a dalam menem ukan ide dan mengem bangkan cerit a.

Dari hasil t elaah dasar krit is penggunaan m edia, banyak guru yang belum memanfaat kan m edia dengan maksimaal. Dalam pembelajaran m enulis cerpen, m edia yang dipakai t idak hanya t erbat as pada cont oh cerpen saja. Hal ini dikarenakan akan berdampak kurang baik pada sisw a yang m emang t idak menyukai cerpen. Guru dapat m emakai m edia yang erat dengan kehidupan sisw a, misalnya saja kart u mimpi, kart u ucapan ulang t ahum, pengalaman ket i ka beragkat ke sekolah, diary, fot o, facebook, dan sebagainya. Tampaknya pemnaf aat an m edia pembelajaran masih menjadi kelemahan dari sebagian besar para guru sehingga sisw a menjadi kurang t ert arik dengan membaca dan menulis cerpen.

(16)

16

biasa t anpa didasari pada pemahaman krit is t erhadap fenomena yang t erjadi di kehidupannya. Oleh karena it u, penilaian t erhadap karya sisw a unt uk mengkaji kualit as cerpen didasarkan pada penilaian cerbeberapa elem epen secara umum dan penilaian menurut elem en kesadaran berbahasa secara krit is. Adapun rincian aspek-aspek penilaian cerpen ant ara lain sebagai berikut .

a. Penilaian cerpen secara umum, t erdiri dari: 1) Kemenarikan judul

2) Penggunaan bahasa figurat if 3) Pencipt aan alur cerit a 4) Penggunaan set t ing 5) Penggambaran t okoh 6) Kedalaman makna

b. Penilaian cerpen dengan kesadaran berbahasa secara krit is, t erdiri dari: 1) Penggunaan sarana bahasa unt uk kekuat an cerit a

2) Kepekaan t erhadap pergeseran bahasa 3) Komit men penulis pada proposisi

4) Pemet aan diri t erhadap lingkungan sosial,budaya, politik 5) Pemet aan masyarakat sebagai bagian dari diri penulis 6) Kesadaran t erhadap emansipasi dan demokrasi 7) Kesadaran t erhadap relevansi cerit a dengan kehidupan

Dari hasil t elaah produk cerpen karya sisw a, unt uk penilaian cerpen secara umum pada dasarnya hampir semua karya sisw a sudah mem enuhi aspek-aspek t ersebut . namun, aspek-aspek dalam kesadaran berbahasa secara krit is belum t ampak jelas pada sebagian besar karya sisw a.

Dalam proses kreat if menulis, sisw a berdiri dan berposisi sebagai penulis yang kaya akan berbagai pengalaman, pengamat yang m emiliki referensi penget ahuan yang berbeda set iap hari, sert a pengarang cerit a yang m emiliki kekuat n unt uk mengajak pembaca dan m empengaruhi pembaca masuk ke alam dunia pikiran penulis. Oleh karena it u, sarana-sarana pembangun kekuat an yang dihadirkan dalam cerit a harus dapat m enjadi alat yang t epat unt uk m embangun kekuat an penulis. Dengan kat a lain, proposisi yang dimunculkan harus didukung oleh sarana kebahasaan yang kuat .

Sisw a sebagai penulis harus dengan sadar m engert i dan memahami fenomena di sekit ar mereka. Oleh karena it u, posisi penulis dalam lingkungan sosial, budaya, dan poli t ik harus jelas juga. Dengan kepekaan pengamat an sisw a, cerit a pendek yang dibangun t idak akan “ berada di at as aw an” , namun cerit a t ersbeut hidup dalam lingkungn penulis dan pembaca sehingga cerit a akan l ebih mudah dit erima, m udah dicerna, menimbulkan ket ert arikan unt uk t erus menerus mem baca, dan t ent u saja sarat akan nilai-nilai kehidupan. 3. Rancangan M ateri dan M odul M enulis Fiksi untuk Guru dan Sisw a

Pembahasan m engenai racangan mat eru dan modul menulis fiksi merupakan bagian dari t ujuan penelit ian. Gambaran aw al bagaimana mat eri dan m odul yang akan disusun sebenarnya bert olak dari hasil pem et aan t erhadap proses dan produk penelit ian baik dari proses yang dilakukan guru dan penelit i dalam diskusi, proses guru dalam pembelajaran dan pembi mbigan sisw a, proses sisw a dalam menulis cerpen, produk RPP guru, maupun produk karya cerpen sisw a.

Dari hasil penelit ian yang diperoleh, sat u kesimpulan yang dapat dit arik sebagai dasar pengembangan mat eri dan modul m enulis fiksi adalah bahw a perlu adanya pet unjuk prakt is dan sederhana bagi guru dan sisw a sehingga mat eri dan modul t ersebut dapat diaplikasikan secara mandiri oleh guru dan sisw a di sekolah. M odul yang disusun secara komunikat if dan inspirat if sehingga kesadaran krit is guru dan sisw a akna t erbangun.

(17)

V. KESIM PULAN DAN SARAN

Beberapa kesimpulan yang dapat dit arik dalam penelit ian ini adalah sebagai berikut .

1. Kemampuan guru dan sisw a dalam menulis fiksi masih mengalami banyak kendala. Kendala t ersebut dapat berasal dat i guru yang memiliki ket erbat asan dalam m engembangkan met ode pembelajaran yang umumnya masih monot on. Namun dari diskusi yang dilakukan, pemahaman t erhadap beragam met ode dapat m enginspirasi guru unt uk merancang pembelajaran yang lebih inovat if . Sem ent ara it u, kemampuan sisw a masih t erkendala dengan lemahnya m ot ivasi m enulis dan minat baca sisw a yang berdam pak pada kualit as karya siswa yang kurang opt imal.

2. Resepsi kesadaran berbahasa secara krit is guru dan sisw a dalam menulis fiksi t ercermin baik dalam proses maupun hasil. Dari kajian proses dan hasil pihak guru, dasar krit is pengembangan m et ode, pemanfaat an media, dan pemilihan sist em penilaian masih kurang opt imal. Pada proses dan karya sisw a, secara umum karya sisw a sudah baik, namun jika dit injau dari aspek kesadaran berbahasa secara krit is, sebagian besar karya sisw a belum m enampakkan kesadaran pent ingnya kekuat an bahasa dan posisi diri siswa sebagai penulis.

3. M at eri dan modul penulisan karya fiksi dengan kesadaran berbahasa secara krit is harus dirancang dengan sederhana, prakt is, komunikat if, dan inspiratif sehingga dapat dengan mudah diaplikasikan oleh guru dan sisw a.

Saran unt uk dapat diberikan dari hasil kajian penelit ian ini adalah sebagai berikut .

1. Perlu diadakan forum-forum diskusi sejenis sebagai t indak lanjut dari diskusi pembelajaran sast ra. 2. Guru diharapkan senant iasa akt if dalam berbagai kegiat an t raining yang berguna unt uk

pengembangan keilmuan.

3. Pelu dirancang sebuah program yang mampu m embangkit kan minat baca sisw a sehingga m ereka t idak t erbelenggu inspirasi proses kreat if menulis hanya karena kekurangan bahan lit erat ur.

DAFTAR PUSTAKA

Ardiant o. 2007. Pembelajaran Sast ra sebagai Sarana Pengembangan Daya Nalar M anusia,Iqra,volume 3 Januari-Juni.M anado

Borg, Walt er R. & M eredit h D. Gall. 1983. Educat ional Research: An Int roduct ion. New York: Longman. Dew ant ara, Ki Hajar. 2009. M enuju M anusia M erdeka. Yogyakart a: Leut ika.

Fairclaugh, Norman. 1995. Crit ical Discourse Analysis: The Crit ical St udy of Language. USA: Longman. . 1999. “ Global Capit alism and Crit ical Aw areness of Language” dalam jurnal Language Aw areness volume 8. w w w.scribd.co/ doc/ 274032/ crit ical-aw areness-of-language.

Greene dan Perkins, 2003. M aking Race Visible: Lit erary Research for Cult ural Under st anding. New York: Teacher College, Columbia Universit y.

Halpern, Diana F. Thought & Know ledge: An Int roduct ion t o Crit ical Thinking. New Jersey: Law rence Erlbaum Associat es Inc.

Jessner, Ulrike. 2006. Linguist ic Aw areness in M ult ilinguals. Edinburgh: Edinburgh Universit y Press Lt d. Kleifgen, Jo Anne and George C. Bond. 2009. The Language of Africa and The Diaspor a:Educat ing f or

language Aw areness. Great Brit ain: M PG Books Lt d.

M arahimin, Ismail. 2001. M enulis Secara Populer. Jakart a: Pust aka Jaya

M enacker, Terri. 1998. Act ive Crit ical Language Aw areness: An Innovat ive Approach t o Language Pedagogy. Depart m ent of Haw ai, Universit y of Haw ai.

Rosa, Helvy Tiana. 2003. Segenggam Gumam. Bandung: Tamadun.

Sanchez, Deborah. 2008. “ Crit ical Language Aw areness and Learners in College Transit ion English” . Urbana: Nat ional Council of English Teacher. w w w .proquest .umi.pqd/ w eb.

Sayut i, Sumint o A. 2000. Berkenalan dengan Prosa Fiksi. Yogyakart a : Gama M edia

(18)

18

Suryaman, M aman. 2003. “ Kemampuan Baca Sisw a SLTP di Kabupat en dan Kot a Bandung” Riset dijurnalkan dalam Lit era Volume II, Nomor 1, Januari 2003.

Suyat a dalam M a’arif, Ahmad Syafi’I, dkk. 2006. Kearifan Sang Profesor: Bersuku-suku unt uk Kenal-mengenal. Yogyakart a: UNY Press.

Svalberg, Agnet a, M -L. 2007. “ Language Aw areness and Language Learning” dalam Language Teaching volum e 40. w w w.proquest .umi.pqd/ w eb.

Gambar

Tabel 1. Skor Rerata Respons Awal Guru dalam Pembelajaran M enulis Fiksi

Referensi

Dokumen terkait

Pada tahap awal Pokja Pengadaan Barang/Jasa pada Dinas Bina Marga Kabupaten Kuningan telah memberikan penjelasan kepada peserta lelang mengenai hal-hal yang perlu disampaikan

Data primer yang diamati adalah tingkat pengetahuan pengusaha tentang penggunaan BTP (pengertian BTP merk BTP selain yang digunakan, kelompok BTP, fun gsi

Hasil analisis yang didapatkan harus dapat dipercaya karena data pengotor organik ini akan digunakan untuk menentukan kemurnian dari sampel bioetanol yang

[r]

Sebagian besar informasi diperoleh dari laporan-laporan kasus terpisah, uji-uji klinik, dan/atau studi-studi farmakokinetik pada subyek sehat dan usia muda yang tidak sedang

[r]

Front Office adalah cermin dari kualitas hotel yang akan pertama kali dinilai tamu saat memasuki suatu hotel untuk itu kesiapan, kesigapan, ketepatan serta kemampuan

Partisipan yang dalam hal ini selaku mentor menyatakan dalam melaksanakan mentorship, didukung dengan adanya komunikasi yang baik antara mentor-mentee, jika tidak