5 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kanker Payudara
1. Pengertian
Menurut Sutriston (1992) kanker payudara merupakan neoplasma spesifik tempat terlazim perempuan yang merupakan penyebab utama kematian perempuan akibat kanker. Luwia (2005) kanker payudara adalah kanker yang berasal dari kelenjar, saluran kelenjar dan jaringan penunjang payudara.
2. Etiologi
Menurut Underwood (1999) mekanisme etiologi kanker payudara adalah: a. Hormon
Hubungan antara resiko kanker payudara dengan menarche, menopause dan umur kehamilan yang pertama kali menunjukan bahwa hormon diduga mempunyai peranan terhadap timbulnya kanker payudara. Tapi lebih berperan sebagai promotor dibanding sebagai iniator.
Aktifitas estrogen tampak penting, dengan pemberian estrogen dan kekurangan progesteron merupakan faktor yang bermakna. Menarche awal dan mundurnya menopouse akan menyebabkan banyaknya jumlah siklus haid dan penutupan estrogen yang berulang-ulang mempunyai efek rancangan terhadap epitel mammae. Pengaruh yang menguntungkan dari kehamilan aterm yang pertama kali mungkin diakibatkan kadar progesteron yang meningkat atau prolaktin yang melindungi epitel mammae terhadap terhadap pengaruh estrogen yang kurun waktu lama. Resiko yang berhubungan dengan obesitas berhubungan dengan kemampuan sel lemak mensintesis estrogen atau perubahan kadar hormon sex yang mengikat protein.
b. Kontrasepsi oral
Pil dengan estrogen dosis tinggi berhubungan dengan meningkatnya resiko kanker endometrium dan mungkin juga dengan kanker payudara.
6
Hormon mempunyai efek pada sel hanya terjadinya interaksi dengan reseptor spesifik pada sel sasaran, steroid sex, estrogen berinteraksi dengan reseptor inti. Selanjutnya interaksi dengan Deoxy ribo Nucleat Acid menimbulkan pembentukan faktor-faktor yang berhubungan dengan deferensiasi dan proliferasi prolaktindan polipeptida lainya berinteraksi dengan permukaan sel, hanya terbentuk bila terdapat reseptor estrogen yang terdapat pada 35% kasus tumor.
3. Tanda dan Gejala
Menurut Handoyo (1998) gejala dan tanda kanker payudara adalah:
a. Benjolan tersebut mula-mula kecil, makin lama makin besar, lalu melekat pada kulit dan menimbulkan parubahan pada kulit payudara atau pada puting susu.
b. Erosi atau skema puting susu
Kulit atau puting susu tadi menjadi tertarik kedalam (Retraksi) berwarna merah atu coklat-coklatan sampai menjadi edema hingga kulit kelihatan seperti kulit jeruk (Peau d;orange) mengkerut atau timbul borok (ulkus) pada payudara. Borok itu makin lama besar dan mendalam sehingga dapat menghancurkan seluruh payudara, sering berbau busuk, dan mudah berdarah.
c. Pendarahan
Pendarahan terjadi kalo sudah ada metastase ke tulang. d. Timbul pembesaran kelenjar getah bening di ketiak.
Berupa bengkak (edema) pada lengan, dan penyebaran kanker ke seluruh tubuh. e. Payudara nyeri saat menstruasi.
Menurut WHO panelitian Tumor Node Metastase pada kanker payudara sebagai berikut;
1. a. T (Tumor size) ukuran tumor
b. TO ; Tidak di temukan tumor primer.
c. TI ; Ukuran tumor diameter 2 cm atau kurang. d. T2 ; Ukuran tumor antara 2-5 cm
e. T3 ; Ukuran tumor >5cm
f. T4;Ukuran berapa saja, tetapi sudah ada penyebaran ke kulit atau dinding dada atau dinding keduanya, kulit payudara kemerahan atu kecil di kulit di luar tumor utama.
7
b. NO; Tidak terdapat metastasis pada kgb regional di ketiak atau aksila. c. NI; Ada metastasis ke kgb aksila yang masih dapat digerakan.
d. N2; Ada matastasis ke kgb aksila yang sulit digerakan
e. N3; Adametastasis kgbdiantara tulang selanka (suprallavicula) atau pada kgb mammary internal didekat tulang sternum.
3. a. M (Metastase) penyebaran jauh b. MX; Metastasis belum dapat dinilai c. MO; Tidak dapat metastasis jauh d. MI; Terdapat metastase jauh.
Setelah masing–masing faktor Tumor Node Metastase didapatkan. Ketiga faktor tersebut kemudian digabungkan dan di dapatkan stadium kanker sebagai berkut:
1. Stadium O; TO NO MO 2. Stadium i: TI NO MO
3. Stadium; 11A: TO NI MO /TI NI MO/T2 NO MO. 4. Stadium 11B: T2 NI MO/ T3 NO MO
5. Stadium 111A: TO N2 MO/ TI N2 MO/T2 N2 MO/ T3 NI MO/ T3 N2 MO 6. Stadium 111B: T4 NO MO/ T4 NI MO/ T4 N2 MO
7. Stadium 111C: Tiap T1 N3 MO 8. Stadium 1V: Tiap-tiap N-MI 4. Penyebaran Kanker Payudara
Penyebaran kanker payudara dapat melalui berbagai cara yaitu:
Penyebaran langsung: infiltrasi lokal ke otot dan kulit yang menutupnya secara klinis dapat dideteksi.
Limfogen; infiltrasi ke saluran limfatik kulit menyebabkan timbulnya tanda-tanda klinis berupa peau d orange. Kelenjar limfe aksilaris merupakan tempat awal penyebaran limfogen yang paling sering,
Hematogen; Metastase hematogen paling sering pulmo dan tulang selain itu hepar, adrenal, dan otak yang sering terkena. Pleura pada sisi yang sama dengan dengan tempat kanker payudara dapat merupakan tempat metastasis dan menyebabkan terjadinya efusi yaitu prises masuknya cairan dalam plura.
8
Infiltrasi esinsif ke sum-sum tulang dapat menyebabkan anemi leukoritroblastik, Destruksi tulang menyebabkan hiparkalsemia disertai komplikasi ginjal (Under Wood 1999).
5. Komplikasi
Komplikasi kanker payudara dapat mencakup sebagai berikut; limfedema terjadi jika saluran limfe untuk menjamin aliran balik limfe bersirkulasi umum tidak berfungsi dengan kuat. Jika nodus auksilaris dan sistem limfe diangkat maka sistem kolater dan auksilaris harus mengambil alih fungsi mereka. Limfedema biasanya dapat dicegah dengan meninggikan setiap sendi lebih tinggi dari sendi yang lebih proksimal. Jika terjadi limfedema keluasan biasanya berhubungan dengan jumlah saluran limfotik kolateral yang diangkat selama pembedahan (Suzanne C,Smeltzeer, 2001)
6. Pengobatan
Menurut Samsul Hidayat (2005), pengobatan kanker payudara dapat dilakukan dengan tiga cara yakni kemoterapi, radiasi, dan operasi. Keberhasilan pengobatan ini sangat tergantung dari ketentuan pasien dalam berobat dan tergantung pada stadiumnya. a. Operasi
Dilakukan dengan mengambil sebagian atau seluruh payudara untuk membuang sel-sel kanker yang ada dalam payudara. Jenis-jenis operasi yang dilakukan adalah: 1. Lampektomi: merupakan operasi yang dilakukan untuk mengangkat tumor
payudara beserta jaringan sekitarnya. Dengan menyisakan sebagian jaringan payudara. Dilakukan pada kasus kanker payudara dini, saat ukuranya masih kecil. 2. Masektomi: merupakan operasi yang dilakukan untuk mengangkat payudara
beserta kankernya, kadang beserta otot dinding dada.
3. Operasi pengangkatan kelenjar getah bening: dilakukan jika diduga ada penyebaran kanker di kelenjar getah bening di ketiak.
b. Radio terapi
Merupakan pengobatan yang dilakukan dengan penyinaran dengan tujuan merusak sel-sel kanker. Radioterapi dapat dilakukan sesudah operasi ataupun sebelum operasi. c. Kemoterapi
Adalah pengobatan dengan menggunakan obat anti kanker untuk merusak sel-sel kanker.
9
Setelah operasi perlu dilakukan rehabilitasi, seperti melakukan gerakan-gerakan untuk mngembalikan fungsi gerak dan untuk mengurangi pembengkakan.
7. Dampak dari pengobatan.
Menurut Nurachman (2005) dampak dari kanker payudara meliputi:
a. Ketidak mampuan fisiologis; kehilangan organ payudara baik sebelum atau sesudah diangkat.
b. Ketidakseimbangan psikologis: pasien merasa emosi, takut, dan sebagainya pada kondisi yang sedang ia hadapi.
c. Hubungan dengan psosial : klien merasa menarik diri dari lingkungannya. d. Disparitas nilai-nilai spiritual: pasien seolah mendekatkan diri pada Tuhan. e. Kualitas kehidupan keseharian klien.
f. Takut menghadapi kematian. 8. Faktor-faktor Resiko Kanker Payudara
Menurut Bobak (2004) ada beberapa faktor resiko pada pasien diduga berhubungan dengan kejadian kanker payudara adalah: riwayat pribadi tentang kanker payudara, ada riwayat keluarga dengan kanker payudara pada ibu, saudara perempuan ibu, saudara adik atau kakak. Menstruasi dini, resiko kanker payudara meningkat pada wanita yang mengalami menstruasi pada usia 12 tahun. Nulipara dan usia lanjut saat melahirkan anak pertama, wanita yang mempunyai anak pertama usia 30 tahun mempunyai resiko dua kali lipat untuk mengalami kanker payudara dibandingkan dengan wanita yang mempunyai anak pertama mereka pada usia 20 tahun, menopouse pada usia lanjut menopouse setelah berusia 50 tahun meningkatresiko untuk mengalami kanker payudara, dalam perbandingan wanita yang telah mengalami oferektomi bilateral sebelum usia 35 tahun mempunyai resiko sepertiganya. Riwayat penyakit payudara jinak. Yang mempunyi tumor payudara disertai perubahan epitel proliferativ mempunyai resiko duakali lipat. Untuk mengalami kanker payudara, wanita dengan hiperplasia tipikal empat kali lipat untuk mengalami penyakit ini, pernah mengalami radiasi didaerah dada, pernah menjalani operasi ginekologi misalnya tumor ovarium, kontraseptif oral, wanita yang menggunakan kontraseptif oral beresiko tinggi untuk kanker payudara, terapi penggantian hormonal lama, makanan yang mengandung karsiogenik, alkohol, sedikit peningkatan resiko ditemukan pada wanita yang mengkonsumsi alkohol bahkan dengan hanya sekali minum
10
dalam sehari. Resikonya dua kali lipat diantara wanita yang minum alkohol tiga kali sehari.
Pada kanker payudara belum ada cara yang memudahkan dibuatnya diagnosis dini. Ahli-ahli berpendapat bahwa untuk mencapai ini harus dilakukan pendidikan masyarakat. Untuk menemukan kanker pada waktu dini beberapa pedoman diberikan oleh Wiknojosastro (1999) mengemukakan bahwa ada lima golongan wanita yang mempunyai predisposing faktor untuk kanker payudara, dan yang perlu diperiksa dengan teratur biasanya pada wanita yang mempunyai anggota keluarga yang menderita penyakit ini, wanita yang menderita penyakit kista di kedua payudara, wanita yang menderita lobular pada kedua payudara, wanita yang mempunyai banyak papiloma di kedua payudara. B. RESPON
1. Pengertian
Dalam istilah psikologi, respon dikenal dengan proses memunculkan dan membayangkan kembali gambaran hasil pengamatan. Menurut Kartono (1996:58) “respon bisa didentifikasi sebagai gambaran ingatan dari pengamatan”.
Respon berasal dari kata response, yang berarti jawaban, balasan atau tanggapan (reaction). Dalam kamus besar Bahasa Indonesia edisi ketiga dijelaskan definisi respon adalah berupa tanggapan, reaksi, dan jawaban. Respon yang dialami pada kanker payudara adalah antara menerima dan tidak, bingung untuk menentukan pengobatan, dan biaya. Masalah psikososial: cemas, citra tubuh dan kehilangan. Serta pada kanker payudara dan perawatan selanjutnya membawa kemungkinan dibelakangnya hampir pasti mengalami efek samping yang pada gilirannya, menghasilkan pengurangan dalam kualitas hidup yaitu depresi, kecemasan kelelahan dan gangguan tidur. Sebuah review baru-baru ini melaporkan angka prevalensi hingga 38% untuk depresi berat dan 58% untuk sindrom depresi spektrum. Adaptasi biologik yaitu adaptasi dapat berupa: penyesuaian atas tuntutan terhadap perubahan fisik biologik misalnya bertambah besarnya otot-otot setelah melakukan latihan yang terus menerus, bertambahnya kapasitas jantung, paru setelah latihan dalam waktu yang lama.
Dalam pembahasan teori respon tidak terlepas dari pembahasan, proses teori komunikasi, karena respon merupakan timbal balik dari apa yang dikomunikasikan
11
terhadap orang-orang yang terlibat proses komunikasi. Berdasarkan teori yang dikemukakan oleh Steven M Caffe respon dibagi menjadi tiga bagian yaitu:
1. Kognitif, yaitu respon yang berkaitan erat dengan pengetahuan keterampilan dan informasi seseorang mengenai sesuatu. respon ini timbul apabila adanya perubahan terhadap yang dipahami atau dipersepsi oleh khalayak.
2. Afektif, yaitu respon yang berhubungan dengan emosi, sikap dan menilai seseorang terhadap sesuatu. Respon ini timbul apabila ada perubahan yang disenangi oleh khalayak terhadap sesuatu.
3. Konatif, yaitu respon yang berhubungan dengan perilaku nyata yang meliputi tindakan atau perbuatan. Oleh karena itu proses perubahan sikap tersebut tergantung pada keselarasan antara Amil dan muzakki, apakah strategi stimulus Amil dapat diterima oleh objek Amil atau Sebaliknya tidak dapat diterima. Jika strategi stimulus Amil dapat diterima berarti komunikasi Amil dan muzakki dapat efektif dan lancar begitu juga sebaliknya.
C. KOPING 1. Pengertian
Koping adalah proses yang dilalui oleh individu dalam menyelesaikan situasi stresfull. Koping tersebut adalah merupakan respon individu terhadap situasi yang mengancam dirinya baik fisik maupun psikologik (Rasmun, 2004).
Kanker payudara merupakan penyakit yang ditakuti dan mencemaskan dari penyakit lain. Karena terkait dengan masalh fisik: nyeri, sengsara dan biaya. Masalah psikososial: cemas, citra tubuh dan kehilangan. Klien akan mengalami program perawatan yang lama, prosedur pemeriksaan yang rumit dan dampak pengobatan yang tidak menyenangkan. Kanker payudara dapat mempengaruhi kemampuan koping (upaya menyelesaikan masalah) oleh karena itu perawat bertanggung jawab untuk meningkatkan koping yang efektif, memfasilitasi respon yang sehat terhadap perubahan tubuh (Keliat, 1998).
Secara alamiah baik disadari ataupun tidak, individu sesungguhnya telah menggunakan strategi koping dalam menghadapi stres. Strategi koping adalah cara yang dilakukan untuk merubah lingkungan atau situasi atau menyelesaikan masalah yang sedang dirasakan / dihadapi. Koping diartikan sebagai usaha perubahan kognitif dan perilaku secara konstan untuk menyelesaikan stres yang dihadapi.
12
Koping yang efektif menghasilkan adaptasi yang menetap yang merupakan kebiasaan baru dan perbaikan dari situasi yang lama, sedangkan koping yang tidak efektif berakhir dengan maladaptif yaitu perilaku yang menyimpang dari keinginan normatif dan dapat merugikan diri sendiri maupun orang lain atau lingkungan. Setiap individu dalam melakukan koping tidak sendiri dan tidak hanya menggunakan satu strategi tetapi dapat melakukanya bervariasi, hal ini tergantung dari kemampuan dan kondisi individu. Dibawah ini akan dijelaskan dua macam koping yaitu; koping psikologi dan psiko sosial. 2. Macam-macam koping
a. Koping psikologis
Pada umumnya gejala yang ditimbulkan akibat stres psikologis tergantung pada dua faktor yaitu:
1. Bagaimana persepsi atau penerimaan individu terhadap stresor, artinya seberapa berat ancaman yang dirasakan oleh individu tersebut terhadap stresor yang diterimanya.
2. Keefektifan strategi koping yang digunakan oleh individu: artinya dalam menghadapi stresor, jika strategi yang digunakan efektif akan menghasilkan adaptasi yang baik dan menjadi suatu pola baru dalam kehidupan, tetapi jika sebaliknya dapat mengakibatkan gangguan kesehatan fisik maupun psikologis. b. Koping psikososial:
Adalah reaksi psiko-sosial terhadap adanya stimulus stres yang diterima atau dihadapi oleh klien, menurut Stuart dan Sundeen (1991), mengemukakan bahwa terdapat 2 katagori koping yang biasa dilakukan untuk mengatasi stres dan kecemasan.
1. Reaksi yang berorientasi pada tugas yaitu (task-oriented reaction) cara ini untuk menyelesaikan masalah, menyelesaikan konflik dan memenui kebutuhan dasar. Terdapat 3 macam reaksi yang berorientasi pada tugas yaitu; menyerang, menarik diri dan Kompromi.
a. Perilaku menyerang (Fight)
Individu menggunakan energinya untuk melakukan perlawanan dalam rangka mempertahankan integritas pribadinya. Perilaku yang ditampilkan dapat merupakan tindakan konstruktif maupun destruktif. Destruktif yaitu tindakan agresif (menyerang) terhadap sasaran / obyek dapat merupakan benda, barang atau orang atau bahkan terhadap dirinya sendiri. Sedangkan sikap bermusuhan yang ditampilkan adalah berupa rasa benci, dendam dan marah yang
13
memanjang. Sedangkan tindakan konstruktif adalah upaya individu dalam menyelesaikan masalah secara asertif. Yaitu mengungkapkan dengan kata-kata terhadaprasa ketidak senanganya.
b. Perilaku menarik diri (Withdrawl )
Menarik diri adalah perilaku yang menunjukan pengasingan diri dari lingkungan dan orang lain, jadi secara phisik dan psikologis individu secara sadar pergi meninggalkan lingkungan yang menjadi sumber stresor misalnya: individu melarikan diri dari sumber stres, menjauhi sumber beracun, polusi, dan sumber infeksi. Sedangkan reaksi psikologis individu menampilkan diri seperti apatis, pendiam dan munculnya perasaan tidak berminat yang menetap pada individu.
c. Kompromi
Kompromi adalah merupakan tindakan konstruktif yang dilakukan oleh individu untuk menyelesaikan masalah, lazimnya kompromi dilakukan dengan cara bermusyawarah atau negosiasi untuk menyelesaikan masalah yang sedang dihadapi, secara umum kompromi dapat mengurangi ketegangan dan masalah dapat diselesaikan.
2. Reaksi yang berorientasi pada ego
Reaksi ini sering digunakan oleh individu dalam menghadapi stres, atau kecemasan, Jika individu melakukannya dalam waktu sesaat maka akan dapat mengurangi kecemasan, tetapi jika digunakan dalam waktu yang lama akan dapat mengakibatkan gengguan orientasi realita, memburuknya hubungan interpersonal dan menurunnya produksifitas kerja. Koping ini bekerja tidak sadar sehingga penyelesaiannya sering sulit dan tidak realistis. Dibawah ini diuraikan tentang mekanisme pertahanan diri yang bersumber dari ego.
Mekanisme pertahanan diri yang bersumber dari ego (Deffence mecanism):
Mekanisme Definisi dan contoh Pertahanan diri
Kompensasi Kelemahan yang ada pad dirinya ditutupi dengan meningkatkan kemampuan dibidang lain untuk mengurangi kecemasan, Seorang mahasiswa yang prestasi belajarnya rendah, tetapi kemudian
14
memperkuat dibidang lain, misalnya menonjol dibidang olah raga, dan organisasi.
Mengingkari Perilaku menolak realita yang terjadi pada dirinya, dengan berusaha mengatakan tidak terjadi apa-apa pada dirinya. Contohnya menolak kanker, atau penyakit yang mengancam dirinya dengan mengatakan, didalam tubuhku tak terjadi apa-apa. Mengalihkan Mengalihkan emosi yang diarahkan pada benda/objek yang
kurang / tidak berbahaya.
Disosiasi Kehilangan kemampuan mengingat peristiwa yang terjadi pada dirinya.
Identifikasi Individu menyamankan dirinya dengan dengan bintang pujaannya dengan meniru pikiran, penampilan, perilaku dan kesukaannya.
Intelektualisasi Alasan atau logika yang berlebihan untuk menekan parasaan yang tidak menyenangkan, contohnya seorang eksekutif muda yang dipenjara bersama narapidana lainnya, ia mengataan “saya tidak sama dengan mereka”.
Introyeksi Perilaku dimana individu menyatukan nilai orang lain atau kelompok kedalam dirinya.
Proyeksi Keinginan yang tidak dapat ditoleransi, mencurahkan emosi kepada orang lain karena kesalahan yang dilakukan sendiri, setelah kembail kekelas ia mengatakan “ini kesalah semua kelas”. Rasionalisasi Memberikan alasan yang dapat diterima secara sosial, yang tampaknya masuk akal untuk membenarkan kesalahan dirinya. Seorang yang terlambat masuk kantor disebabkan karena bangun siang, kepada pimpinan mengatakan “hari ini di jalanan tak seperti biasa....macet”.
3. Mekanisme Koping
Ada 2 mekanisme koping yang digunakan oleh individu dalam mengatasi masalah psikologis seperti yang dikemukakan oleh Bell (1977), dua mekanisme tersebut antara lain adalah:
a. mekanisme koping jangka panjang. Cara ini adalah konstruktif dan merupakan cara yang efektif dan realistis dalam menangani masalah psikologis untuk kurun waktu yang lama contohnya adalah: Berbicara dengan orang lain “curhat” (curah pendapat dari hati-kehati) dengan teman, keluarga atau profesi tentang masalah yang sedang dihadapi. Mencoba mencari informasi lebih banyak tentang masalah yang sedang dihadapi. Menghubungkan situasi atau masalah yang sedang dihadapi dengan kekuatan supra natural. Melakukan latihan fisik untuk mengurangi ketegangan /
15
masalah. Membuat berbagai alternatif tindakan untuk mengurangi situasi. Mengambil pelajaran dari peristiwa atau pengalaman masa lalu.
b. Mekanisme koping jangka pendek, cara ini digunakan untuk mengurangi stres / ketegangan psikologis dan cukup efektif untuk waktu sementara, tetapi tidak efektif jika digunakan dalam jangka panjang contohnya adalah: menggunakan alkohol atau obat-obatan, melamun dan fantasi, mencoba melihat aspek humor dari situasi yang tidak menyenangkan, tidak ragu, dan merasa yakin bahwa semua akan kembali stabil, banyak tidur, banyak merokok, menangis, beralih pada aktifitas lain agar dapat melupakan masalah.
Pada tingkat keluarga koping yang dilakukan dalam menghadapi masalah/ketegangan seperti yang dikemukakan oleh Mc. Cubbin (1979) adalah: Mencari dukungan sosial seperti minta bantuan keluarga, tetangga, teman, atau keluarga jauh. Refresing yaitu mengkaji ulang kejadian masa lalu agar lebih dapat menanganinya dan menerima, menggunakan pengalaman masa lalu untuk mengurani stres/kecemasan. Mencari dukungan spiritual, berdoa, menemui pemuka agama atau aktif pada pertemuan ibadah. Menggerakan keluarga untuk mencari dan menerima bantuan. Penilaian secara pasive terhadap peristiwa yang dialami dengan cara menonton tv, atau diam saja.
D. Dewasa Madya
Sebagai orang dewasa madya adalah lebih bercermin pada apa yang pernah kita kerjakan dengan waktu yang pernah kita miliki. Kita lebih melihat kearah masa depan dari segi berapa banyak waktu yang masih tersisa untuk menyelesaikan apa yang kita harapkan dalam kehidupan kita. (Santrock, 2002). Rentang usia dewasa madya atau yang disebut juga usia setengah baya pada umumnya berkisar antara usia 40 - 60 tahun, dimana pada usia ini ditandai dengan berbagai perubahan fisik maupun mental (Hurlock, 1980:320).
Masa usia dewasa madya diartikan sebagai suatu masa menurunnya keterampilan fisik dan semakin besarnya tanggung jawab, suatu periode dimana orang menjadi sadar akan polaritas muda-tua dan semakin berkurangnya jumlah waktu yang tersisa dalam kehidupan suatu masa ketika orang mencapai dan mempertahankan kepuasan dalam karier, dan suatu titik ketika individu berusaha meneruskan suatu yang berarti pada generasi berikutnya. Perubahan–perubahan fisik menjadi persoalan pertama yang terlintas dalam pikiran kita, berkurangnya kekuatan fisik, timbulnya kekendoran pada kulit, keriput, dan garis-garis pada kulit wajah. Dan terjadinya menopouse. Usia dewasa madya juga menimbulkan pemikiran tentang apakah pikiran kita bekerja lebih lambat dalam siklus kehidupan ini.
16 1. Perkembangan Fisik.
Menurut Hurlock (1980), baik pria maupun wanita selalu terdapat ketakutan, dimana penampilannya pada masa ini akan menghambat kemampuannya untuk mempertahankan pasangan mereka, atau mengurangi daya tarik lawan jenis. Selain itu, sebuah penelitian dalam Nowark (1977) sebagaimana yang dikutip oleh Jhon F. Santrock (1995), menemukan bahwa perempuan berusia dewasa madya lebih memfokuskan perhatiannya pada daya tarik wajah dari pada perempuan yang lebih muda atau tua. Dalam penelitian ini, wanita dewasa madya lebih mungkin menganggap tanda-tanda penuaan sebagai pengaruh negatif terhadap penampilan fisiknya.
Adapun beberapa perubahan fisik mulai tampak lebih awan di usia 30 tahun, tetapi pada beberapa titik atau bagian terjadi di usia 40 tahun, menurunnya perkembangan fisik menunjukan bahwa masa dewasa madya telah datang.
Kerangka Teori 2. Perkembangan Psikis
Pada dewasa madya ketangguhan merupakan gaya kepribadian yang dicirikan oleh rasa komitmen, kontrol, dan persepsi terhadap masalah sebagai suatu tantangan daripada sebagai ancaman. Ketangguhan merupakan suatu penahan stres dan dikaitkan pada penurunan penyakit.
Kaitan antara kanker dan stres merupakan hal yang kontroversial. Stres tidak menyebabkan kanker, akan tetapi sebagian peneliti percaya bahwa stres berkaitan dengan seberapa cepat perkembangan kanker. Diet terhadap lemak yang tinggi diasosiasikan dengan kanker payudara.
E. Kerangka Teori
Gambaran respon koping Kanker payudara pada dewasa madya 1. Riwayat keluarga dengan kanker 2. Menstruasi dini 3. Nuli para 4. Menopouse diatas usia 50 th 5. Kontrasepsi oral 6. Makanan karsiogenik 7. masukan alkohol. Adaptasi
17
(Rasmun, 2004, Santrock, 2004 )
Fokus penelian
Kenapa dewasa madya
Secara realita yang paling banyak ditemui dilapangan adalah pada usia 35-45 tahun hingga 60 tahun.
Karena pada usia tersebut adalah masa berprestasi, masa keberhasilan dan masa meraih kesuksesan sehingga orang yang banyak atensinya akan lebih tinggi ganguan stresornya.
Pasien terdeteksi Kanker payudara Respon - Fisik - Psikis - Sosial - Spiritual Koping - Sosial - psikologis