• Tidak ada hasil yang ditemukan

LP TBC

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "LP TBC"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN

LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATANTUBETUBE RCRCULUL OSOSII SS(TB)(TB)

DI RUANG CENDANA RSUD PROF. DR. MARGONO SOEKARJO DI RUANG CENDANA RSUD PROF. DR. MARGONO SOEKARJO

PURWOKERTO PURWOKERTO

DISUSUN OLEH DISUSUN OLEH

WAHYU ROMADHONI., S.Kep WAHYU ROMADHONI., S.Kep

PROGRAM PROFESI NERS PROGRAM PROFESI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HARAPAN BANGSA SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HARAPAN BANGSA

PURWOKERTO PURWOKERTO

2014/2015 2014/2015

(2)

A. PENGERTIAN

Tuberkulosis adalah infeksi penyakit menular yang disebabkan oleh mycobacterium tuberculosis, suatu basil aerobik tahan asam, yang ditularkan melalui udara (airbone). Menurut (Imran Somantri, 2007) tuberkulosis paru  –   paru merupakan penyakit infeksi yang menyerang

 parenkim paru  –  paru yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberkulosis.

Penyakit ini juga dapat menyebar ke bagian tubuh lain seperti meningen, ginjal, tulang, dan nodus linfe (Niluh Gede Yasmin Asih, 2003).

Tuberkulosis (TB) merupakan contoh lain infeksi saluran napas  bawah. Penyakit ini disebabkan oleh mikroorganisme  Mycobacterium tuberkulosis, yang biasanya ditularkan melalui inhalasi percikan ludah (droplet), dari satu individu ke individu lainnya dan membentuk kolonisasi di bronkiolus atau alveolus, kuman juga dapat masuk ketubuh melalui saluran cerna, melalui ingesti susu tercemar yang tidak dipasteurisasi, atau kadang-kadang melaui lesi kulit (Elizabeth J Corwin, 2009).

Tuberkulosis adalah infeksi granulomatosa kronik yang disebabkan oleh  Mycobacterium tuberkulosis (tipe manusia), suatu basil tahan asam (BTA). Jenis lainnya meliputi  M. Bovis (sapi) dan mikobakterium altipis misalnya M. Avium intracellulare dan M. Kansasii (Chris Brooker, 2009).

B. KLASIFIKASI

a. Berdasarkan pemeriksaan dahak, TB Paru dibagi menjadi 2 yaitu :

• Tuberkulosis Paru BTA positif. • Tuberkulosis Paru BTA negative

 b. Berdasarkan terapi WHO membagi tuberculosis menjadi 4 kategori :

• Kategori I: ditujukan terhadap kasus baru dengan sputum positif dan

kasus baru dengan batuk TB berat.

• Kategori II: ditujukan terhadap kasus kamb uh dan kasus gagal

(3)

• Kategori III: ditujukan terhadap kasus BTA negatif dengan kelainan

 paru yang tidak luas dan kasus TB ekstra paru selain dari yang disebut dalam kategori I.

• Kategori IV: ditujukan terhadap TB kronik

B. ETIOLOGI

 Mycobacterium tuberkulosis merupakan jenis kuman berbentuk  batang berukuran panjang 1  –  4 mm dengan tebal 0,3  –  0,6 mm. Sebagian

 besar komponen  M. Tuberkulosis adalah berupa lemak / lipid sehingga kuman mampu tahan terhadap asam serta sangat tahan terhadap zat kimia dan faktor fisik. Mikroorganisme ini adalah bersifat aerob yakni menyukai daerah yang banyak oksigen. Oleh karena itu,  M. Tuberkulosis senang tinggal di daerah apeks paru  –   paru yang kandungan oksigennya tinggi.

Daerah tersebut menjadi tempat yang kondusif untuk penyakit tuberkulosis C. MANIFESTASI KLINIK

Pada banyak individu yang terinfeksi tuberkulosis adalah asimtomatis. Pada individu lainnya, gejala berkembang secara bertahap sehingga gejala tersebut tidak dikenali sampai penyakit telah masuk tahap lanjut. Bagaimanapun gejala dapat timbul pada individu yang mengalami imunosupresif dalam beberapa minggu setelah terpajan oleh basil.

Menurut Jhon Crofton (2002) gejala klinis yang timbul pada pasien Tuberculosis berdasarkan adanya keluhan penderita adalah :

1. Batuk lebih dari 3 minggu

Batuk adalah reflek paru untuk mengeluarkan sekret dan hasil  proses destruksi paru. Mengingat Tuberculosis Paru adalah penyakit menahun, keluhan ini dirasakan dengan kecenderungan progresif walau agak lambat. Batuk pada Tuberculosis paru dapat kering pada  permulaan penyakit, karena sekret masih sedikit, tapi kemudian

menjadi produktif. 2. Dahak (sputum)

Dahak awalnya bersifat mukoid dan keluar dalam jumlah sedikit, kemudian berubah menjadi mukopurulen atau kuning,

(4)

sampai purulen (kuning hijau) dan menjadi kental bila sudah terjadi  pengejuan.

3. Batuk Darah

Batuk darah yang terdapat dalam sputum dapat berupa titik darah sampai berupa sejumlah besar darah yang keluar pada waktu  batuk. Penyebabnya adalah akibat peradangan pada pembuluh darah  paru dan bronchus sehingga pecahnya pembuluh darah.

4. Wheezing

Wheezing terjadi karena penyempitan lumen bronkus yang disebabkan oleh sekret, peradangan jaringan granulasi dan ulserasi. 5. Penurunan Berat Badan

Penurunan berat badan merupakan manisfestasi toksemia yang timbul belakangan dan lebih sering dikeluhkan bila proses progresif 6. Berkeringat Banyak Terutama Malam Hari

Keringat malam bukanlah gejala yang patogenesis untuk  penyakit Tuberculosis paru. Keringat malam umumnya baru timbul  bila proses telah lanjut

D. PATOFISIOLOGI

Individu rentan yang menghirup basil tuberkulosis dan menjadi terinfeksi. Bakteri dipindahkan melalui jalan napas ke alveoli, tempat dimana mereka terkumpul dan mulai untuk memperbanyak diri. Basil juga dipindahkan melalui sistem limfe dan aliran darah ke bagaian tubuh lainnya (ginjal, tulang, korteks serebri), dan area paru  –   paru lainnya

(lobus atas).

Sistem imun tubuh berespon dengan melakukan reaksi inflamasi. Fagosit (neutrofil dan makrofag) menelan banyak bakteri, limposit spesifik tuborkulosis melisis (menghancurkan) basil dan jaringan normal. Reaksi  jaringan ini mengakibatkan penumpukan eksudat dalam alveoli, menyebabkan bronkopneumonia. Infeksi awal biasanya terjadi dua sampai sepuluh minggu setelah pemajanan.

(5)

Masa jaringan baru, yang disebut granulomas, yang merupakan gumpalan basil yang masih hidup dan yang sudah mati di kelilingi oleh makrofag yang membentuk dinding protektif granulomas diubah menjadi masa jaringan fibrosa. Bagian sentral dari masa fibrosa ini di sebut tuberkel ghon. Bahan (bakteri dan makropag) menjadi nekrotik, membentuk masa seperti keju. Masa ini dapat mengalami kalsifikasi, membentuk sekar kolagenosa. Bakteri menjadi dorman tanpa  perkembangan penyakit aktif.

Setelah pemajanan dan infeksi awal, individu dapat mengalami  penyakit aktif karena gangguan atau respon yang inadekuat dari respon sistem imun. Penyakit aktif dapat juga terjadi dengan infeksi ulang dan aktivasi bakteri dorman. Bakteri kemudian menjadi tersebar diudara, mengakibatkan penyebaran penyakit lebih jauh tuberkel yang memecah, membentuk jaringan parut. Paru  –  paru yang terinfeksi lebih membengkak

mengakibatkan terjadinya bronkopneumonia lebih lanjut.

Kecuali proses tersebut dapat dihentikan, penyebarannya dengan lambat mengarah kebawah ke hilum paru-paru dan kemudian meluas ke lobus yang berdekatan. Proses mungkin berkepanjangan dan ditandai oleh remisi lama ketika penyakit dihentikan, hanya supaya diikuti dengan  periode aktivitas yang diperbaharui. Hanya sekitar 10 % individu yang

(6)

E. PATHWAYS

individu terinfeksi TBC

ingesti makanan tercemar Droplet lesi kulit

 basil TBC Masuk saluran pernafasan menembus mekanisme

Keletihan pernafasan

fatigue berkolonisasi di saluran

nafas bawah

masuk ke SSP mengaktifasi respon imun

 peningkatan memicu pemb. Inflamasi peningkatan secret di sal.pernafasan

Triptofan serotonin

Tuberkel Fibrosis

Mengalami kalsifikasi timbul jar.parut

Eksudasi alveolus tdk. Kembali saat ekspirasi  Nekrosis/perkejuan gas tdk dapat berdifusi dg baik

Kapitasi primer Infeksi primer

Sembuh total sembuh dengan komplikasi menyebar pemberian OAT kompleks ghon keseluruh tubuh

 jangka waktu lama kuman dormant

 putus obat infeksi post primer muncul kembali ketika

kondidi tubuh menurun Resiko MDR

diresobsi kembali/ sarang meluas

sembuh sembuh dg jaringan

fibrosa membentuk jaringn keju

kavitas meluas bersih dan sembuh

membentuk sarang

memadat dan membungkus diri tuberkuloma

INTOLERANSI AKTIFITAS

KETIDAKEFEKTIFAN BERSIHAN JALAN NAFAS

(7)

F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK a. Pemeriksaan Laboratorium

• Kultur Sputum : Positif untuk Mycobacterium tuberculosis pada

tahap aktif penyakit

• Ziehl-Neelsen (pemakaian asam cepat pada gelas kaca untuk

usapan cairan darah) : Positif untuk basil asam-cepat.

• Tes kulit (Mantoux, potongan Vollmer) : Reaksi positif (area

indurasi 10 mm atau lebih besar, terjadi 48-72 jam setelah injeksi intradcrmal antigen) menunjukkan infeksi masa lalu dan adanya antibodi tetapi tidak secara berarti menunjukkan penyakit aktif. Reaksi bermakna pada pasien yang secara klinik sakit berani  bahwa TB aktif tidak dapat diturunkan atau infeksi disebabkan

oleh mikobakterium yang berbeda.

• Histologi atau kultur jaringan (termasuk pembersihan gaster; urine

dan cairan serebrospinal, biopsi kulit): Positif untuk Mycobacterium tuberculosis.

• Biopsi jarum pada jaringan paru: Positif untuk granuloma TB;

adanya sel raksasa menunjukkan nekrosis.

• Elektrolit : Dapat tak normal tergantung pada lokasi dan beratnya

infeksi; contoh hiponatremia disebabkan oleh tak normalnya retensi air dapat ditemukan pada TB paru kronis luas.

• Pemeriksaan fungsi paru : Penurunan kapasitas vital, peningkatan

rasio udara residu dan kapasitas paru total, dan penurunan saturasi oksigen sekunder terhadap infiltrasi parenkim/fibrosis, kehilangan  jaringan paru dan penyakit pleural (Tuberkulosis paru kronis luas).  b. Pemeriksaan Radiologis

Foto thorak: Dapat menunjukkan infiltrasi lesi awal pada area paru atas, simpanan kalsium lesi sembuh primer, atau effusi cairan. Perubahan menunjukkan lebih luas TB dapat termasuk rongga, area fibrosa.

(8)

G. KOMPLIKASI

 Pembesaran kelenjar sevikalis yang superficial  Pleuritis tuberkulosa

 Efusi pleura

 Tuberkulosa milier   Meningitis tuberkulosa

H. PENATALAKSANAAN

Pengobatan tuberkulosis terbagi menjadi 2 fase yaitu : Fase Intensif (2-3 bulan) dan Fase Lanjutan (4-7 bulan). Paduan obat yang digunakan terdiri dari obat utama dan obat tambahan. Jenis obat utama yang digunakan sesuai dengan rekomendasi WHO adalah Rifampisin, INH, Pirasinamid, Streptomisin dan Etambutol. Sedangkan jenis obat tambahan adalah Kanamisin, Kulnolon, Makvolide, dan Amoksilin ditambah dengan asam klavulanat, derivat rifampisin / INH

Prinsip pengobatan TBC adalah harus kombinasi, tidak boleh terputus-putus dan jangka waktu yang lama. Di samping itu maka  perkembangan ekonomi tersebut dikenal 2 (dua) macam alternatif  pengobatan.

 Paduan obat jangka panjang dengan lama pengobatan 18  –  24 bulan,

obat relatif murah.

 Pengobatan intensif : setiap hari 1  –   3 bulan INH +, Rifampicin +

Streptomicyn dan diteruskan dengan.

 Pengobatan intermitten dua kali seminggu sampai satu tahun : INH +

Rifampicin atau Ethambutol.

 Paduan obat jangka pendek dengan lama pengobatan 6  –  9 bulan obat

relatif murah.

 Pengobtan intensif: tiap hari selama 1  –  2 bulan INH + Rifampicin +

(9)

 Pengobatan intermitten 2  –  3 kali seminggu selama 4  –  7 bulan : INH

+ Rifampicin atau Ethambutol atau Streptomycin

I. FOKUS PENGKAJIAN a. Identitas klien

 Nama, umur, kuman TBC menyerang semua umur, jenis kelamin, tempat tinggal (alamat), pekerjaan, pendidikan dan status ekonomi menengah kebawah dan satitasi kesehatan yang kurang ditunjang dengan  padatnya penduduk dan pernah punya riwayat kontak dengan penderita TB  patu yang lain.

 b. Riwayat penyakit sekarang

Meliputi keluhan atau gangguan yang sehubungan dengan penyakit yang di rasakan saat ini. Dengan adanya sesak napas, batuk, nyeri dada, keringat malam, nafsu makan menurun dan suhu badan meningkat mendorong penderita untuk mencari pengonbatan.

c. Riwayat penyakit dahulu

Keadaan atau penyakit  –   penyakit yang pernah diderita oleh

 penderita yang mungkin sehubungan dengan tuberkulosis paru antara lain ISPA efusi pleura serta tuberkulosis paru yang kembali aktif.

d. Riwayat penyakit keluarga

Mencari diantara anggota keluarga pada tuberkulosis paru yang menderita penyakit tersebut sehingga sehingga diteruskan penularannya. e. Riwayat psikososial

Pada penderita yang status ekonominya menengah ke bawah dan sanitasi kesehatan yang kurang ditunjang dengan padatnya penduduk dan  pernah punya riwayat kontak dengan penderita tuberkulosis paru yang lain f. Pola fungsi kesehatan

 Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat

Pada klien dengan TB paru biasanya tinggal didaerah yang  berdesak  –   desakan, kurang cahaya matahari, kurang ventilasi udara

(10)

 Pola nutrisi dan metabolik

Pada klien dengan TB paru biasanya mengeluh anoreksia, nafsu makan menurun.

 Pola eliminasi

Klien TB paru tidak mengalami perubahan atau kesulitan dalam miksi maupun defekasi

 Pola aktivitas dan latihan

Dengan adanya batuk, sesak napas dan nyeri dada akan menganggu aktivitas

 Pola tidur dan istirahat

Dengan adanya sesak napas dan nyeri dada pada penderita TB paru mengakibatkan terganggunya kenyamanan tidur dan istirahat.

 Pola hubungan dan peran

Klien dengan TB paru akan mengalami perasaan asolasi karena  penyakit menular.

 Pola sensori dan kognitif

Daya panca indera (penciuman, perabaan, rasa, penglihatan, dan  pendengaran) tidak ada gangguan.

 Pola persepsi dan konsep diri

Karena nyeri dan sesak napas biasanya akan meningkatkan emosi dan rasa kawatir klien tentang penyakitnya.

 Pola reproduksi dan seksual

Pada penderita TB paru pada pola reproduksi dan seksual akan  berubah karena kelemahan dan nyeri dada.

 Pola penanggulangan stress

Dengan adanya proses pengobatan yang lama maka akan mengakibatkan stress pada penderita yang bisa mengkibatkan  penolakan terhadap pengobatan.

 Pola tata nilai dan kepercayaan

Karena sesak napas, nyeri dada dan batuk menyebabkan terganggunya aktifitas ibadah klien.

(11)

g. Pemeriksaan fisik

1. Berdasarkan sistem –  sistem tubuh

 Sistem integumen : Pada kulit terjadi sianosis, dingin dan lembab,

tugor kulit menurun

 Sistem pernapasan : Pada sistem pernapasan pada saat pemeriksaan

fisik dijumpai

- inspeksi : adanya tanda  –   tanda penarikan paru, diafragma,

 pergerakan napas yang tertinggal, suara napas melemah. - Palpasi : Fremitus suara meningkat.

- Perkusi : Suara ketok redup.

- Auskultasi : Suara napas brokial dengan atau tanpa ronki  basah, kasar dan yang nyaring.

 Sistem pengindraan : Pada klien TB paru untuk pengindraan tidak

ada kelainan

 Sistem kordiovaskuler : Adanya takipnea, takikardia, sianosis,

 bunyi P2 syang mengeras

 Sistem gastrointestinal : Adanya nafsu makan menurun, anoreksia,

 berat badan turun.

 Sistem muskuloskeletal : Adanya keterbatasan aktivitas akibat

kelemahan, kurang tidur dan keadaan sehari  –   hari yang kurang

meyenangkan.

 Sistem neurologis : Kesadaran penderita yaitu komposments

dengan GCS : 456

 Sistem genetalia : Biasanya klien tidak mengalami kelainan pada

genitalia

J. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan akumulasi sekret kental

2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan kerusakan membran alveoler-kapiler

(12)

4. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan keletihan

K. INTERVENSI KEPERAWATAN 1. Intoleransi Aktivitas b.d keletihan

Tujuan : Kllien dapat melakukan aktivitas tanpa adanya komplikasi Kriteria Hasil : klien mampu melakukan aktivitasnya secara mandiri Intervensi :

a. Kaji tingkat kemampuan klien untuk beraktivitas

 b. Kaji pengaruh aktivitas terhadap kondisi luka dan kondisi tubuh umum

c. Bantu klien untuk memenuhi kebutuhan aktivitas sehari-hari. d. Bantu klien untuk melakukan tindakan sesuai dengan kemampuan

/kondisi klien

e. Evaluasi perkembangan kemampuan klien melakukan aktivitas 2. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan akumulasi sekret

kental

Tujuan : klien dapat mempertahankan jalan nafas yang paten Kriteria hasil : Respiratori status : Ventilation

 Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih, tidak

ada sianosis dan dyspneu (mampu mengeluarkan sputum, mampu  bernafas dengan mudah, tidak ada pursed lips)

 Menunjukkan jalan nafas yang paten (klien tidak merasa tercekik,

irama nafas, frekuensi pernafasan dalam rentang normal, tidak ada suara nafas abnormal)

 Mampu mengidentifikasikan dan mencegah factor yang dapat

menghambat jalan nafas Intervensi : Airway suction

 Auskultasi suara nafas sebelum dan sesudah suctioning.  Minta klien nafas dalam sebelum suction dilakukan.

(13)

 Berikan O2 dengan menggunakan nasal untuk memfasilitasi

suksion nasotrakeal

 Monitor status oksigen pasien

Airway Management

 Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi

 Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat jalan nafas buatan  Lakukan fisioterapi dada jika perlu

 Keluarkan sekret dengan batuk atau suction

 Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan  Monitor respirasi dan status O2

3. Gangguan Pertukaran gas

Tujuan : tidak terjadi gangguan pertukaran gas Kriteria hasil : Respiratory Status: Gas exchange Kriteria Hasil :

 Mendemonstrasikan peningkatan ventilasi dan oksigenasi yang

adekuat

 Memelihara kebersihan paru paru dan bebas dari tanda tanda

distress pernafasan

 Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih,

tidak ada sianosis dan dyspneu (mampu mengeluarkan sputum, mampu bernafas dengan mudah, tidak ada pursed lips)

 Tanda tanda vital dalam rentang normal

Intervensi : Respiratory Monitoring

 Monitor rata –  rata, kedalaman, irama dan usaha respirasi

 Catat pergerakan dada,amati kesimetrisan, penggunaan otot

tambahan, retraksi otot supraclavicular dan intercostals

 Monitor suara nafas, seperti dengkur

 Monitor pola nafas : bradipena, takipenia, kussmaul,

(14)

 Monitor kelelahan otot diagfragma (gerakan paradoksis)

 Auskultasi suara nafas, catat area penurunan / tidak adanya

ventilasi dan suara tambahan

(15)

DAFTAR PUSTAKA

Asih, Niluh Gede Yasmin. 2003. Keperawatan Medikal Bedah : Klien dengan Gangguan Sistem Pernafasan. Jakarta : EGC

Baughman, Diane C. 2000. Keperawatan Medikal Bedah : Buku Saku dari  Brunner dan Suddart. Jakarta : EGC

Brooker Chris. 2009. Ensiklopedia Keperawatan. Jakarta : EGC

Brunner & Suddarth, (2002), Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8, Volume 1 & 2. Jakarta : Penerbit buku kedokteran : EGC.

Corwin, Elizabeth J. 2009. Patofisiologi : Buku Saku. Jakarta: EGC

Crofton, John. 2002. Pedoman penanggulangan Tuberkulosis, Widya Medika : Jakarta.

Mansjoer, Arif, dkk. 2000. Kapita selekta kedokteran edisi ketiga jilid 1. Jakarta: FKUI.

Price, S., & Wilson. 2003. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses  –  Proses Penyakit,

Referensi

Dokumen terkait

Diabetes mellitus merupakan keadaan hiperglikemia kronik disertai berbagai kelainan metabolik akibat gangguan hormonal, yang menimbulkan berbagai komplikasi kronik

Analisis Kinerja Keuangan Perusahaan Manufaktur Dan Jasa Yang Telah Go Public Dengan Metode Economic Value Added Periode 1995-1999

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah umpan balik tertulis secara tidak langsung dari guru dalam meningkatkan kemampuan menulis siswa dalam

Bila Anda melakukan pemesanan di Amway2u, transaksi Anda akan dienkripsi dengan menggunakan teknologi enkripsi Secure Socket Layer (SSL). Enkripsi merangkai informasi yang

Kelebihannya adalah untuk menyampaikan pengantar atau informasi yang baru, gunakan anak bila anak sudah mendapatkan motivasi, tepat untuk kelas besar dan untuk menekankan

• Mampu meneliti dan menyelidiki masalah rekayasa kompleks pada sistem terintegrasi menggunakan dasar prinsip-prinsip rekayasa dan dengan melaksanakan riset, analisis,

Penapisan awal 24 senyawa aktif temu lawak secara in silico menggunakan teknik penambatan molekular pada 16 protein induser iNOS dan COX-2 yang berperan dalam patogenesis

Ya Allah aku mohon padaMu segala hal yang mendatangkan rahmatMu dan segala ampunanMu selamat dari segala dosa dan beruntung dengan mendapat rupa-rupa kebaikan, berundung