SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP) SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)
KISTA OVARIUM KISTA OVARIUM
PENYUSUN : PENYUSUN :
TAMARA
TAMARA A A PUTERI PUTERI (P27824415020)(P27824415020)
TALITHA
TALITHA AMELINDA AMELINDA (P27824415030)(P27824415030)
SOFIA
SOFIA SALMA SALMA R. R. A A (P27824415039)(P27824415039)
SITI
SITI AMIMATUL AMIMATUL C C (P27824415041)(P27824415041)
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURABAYA
PRODI DIV KEBIDANAN SUTOMO PRODI DIV KEBIDANAN SUTOMO
JURUSAN KEBIDANAN JURUSAN KEBIDANAN
TA 2016/2017 TA 2016/2017
SATUAN ACARA PENYULUHAN
Pokok Bahasan : Kesehatan Reproduksi
Sub Pokok Bahasan : Kesehatan Reproduksi mengenal kista ovarium
Sasaran : Pada pasien nifas, ibu masa reproduksi dan keluarga pasien Tujuan : Mengoptimalkan pengetahuan tentang kista ovarium
Tanggal : Sabtu, 03 Juli 2017 Waktu : Ruang Al aqsah 4 Pukul : 08.30-09.00 WIB
Tempat : Ruang Penyuluhan Kebidanan dan Kandungan di Rumah Sakit Haji Surabaya
Penyuluh : Mahasiswa DIV Kebidanan Sutomo Surabaya
A.Latar Belakang
Kista ovarium adalah kantung yang tertutup yang abnormal, berlapis jaringan epitel dan mengandung cairan atau bahan setengah padat yang terdapat di ovarium (Sarwono, 2010).Kebanyakan kista tidak berbahaya tetapi beberapa dapat menyebabkan masalah seperti : pecah, perdarahan, sakit atau sampai mengalami pembedahan. Kista ovarium dapat jinak maupun ganas, kista ovarium yang tidak ganas biasanya bersifat fisiologis dan dialami banyak wanita di usia reproduksi karena masih mengalami menstruasi (Taufiqoh, 2012).Kista ovarium yang bersifat ganas disebut juga kanker ovarium, merupakan pembunuh yang diam-diam karena memang seringkali penderita tidak merasakan apa-apa, kalaupun terjadi keluhan biasanya sudah lanjut (Benson dkk, 2008).
Berdasarkan Survei Demografi Kesehatan Indonesia angka kejadian kista ovarium di Indonesia mencapai 37,2%, dan paling sering terdapat pada wanita berusia antara 20-50 tahun, dan jarang sekali pada masa pubertas (Wiknjosastro, 2008). Tingginya angka kematian karena penyakit ini dikarenakan tanpa adanya gejala dan tanpa menimbulkan keluhan, sehingga sulitnya mendeteksi penyakit ini menyebabkan 60% – 70% pasien datang pada stadium lanjut. Insiden
kista ovarium yaitu 7% dari populasi wanita dan 85% bersifat jinak (Standar Pelayanan Medik Obstetri dan Ginekologi, 2006).
Kista ovariumtidak berbahaya selama kondisi jinak dan biasanya dapat hilang dengan sendirinya, namun juga dapat terus berkembang dan semakin besar. Kista ovariumdapat berbahaya bila kista berubah menjadi ganas sehingga memerlukan tindakan pengangkatan kista. Kista juga dikhawatirkan dapat mengganggu kesuburan. Namun, bukan berarti seorang wanita yang menderita kista tidak bisa hamil.
Oleh karena itu, perlu dilakukan asuhan kebidanan yang optimal pada pasien dengan diagnosa kista ovarium sehingga mendapatkan asuhan dan penanganan secara dini untuk dapat mencegah terjadinyakeganasan maupun prognosis yang buruk.
B. Tujuan Penyuluhan Umum
Setelah mendapatkan penyuluhan, diharapkan ibu bisa mengerti tentang penyakitKista Ovarium.
C. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah mendapat terapi bermain selama 30 menit, diharapkan ibu-ibu mempunyai balita Setelah diberikan penyuluhan diharapkan ibu dapat :
Mengetahui pengertian tentang Kista Ovarium
Mengetahui dan memahami tentang penyebab terjadinya Kista Ovarium Mengetahui gejala-gejala yang timbul pada Kista Ovarium
Mengetahui beberapa pemeriksaan yang harus dilakukan pada penderita Kista Ovarium Mengetahui pengobatan yang diberikan pada penderita Kista Ovarium
Mengetahui dan mengerti tentang komplikasi yang mungkin terjadi pada Kista Ovarium
D. Materi Penyuluhan
Pengertian Kista Ovarium
Penyebab terjadinya Kista Ovarium Gejala Kista Ovarium
Macam-macam pemeriksaan pada Kista Ovarium Pengobatan yang diberikan pada Kista Ovarium
E. Metode Penyuluhan
Ceramah Tanya Jawab
F. Media / Alat Bantu dan Sumber
LCD Laptop Leaflet
G. Pengorganisasian
Moderator : Sofia Salma Penyaji 1 : Tamara A P Penyaji 2 : Siti Amimatul Fasilitas dan Observer : Talitha Amelinda
H. Proses Kegiatan
No Waktu Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Peserta 1 5 menit PEMBUKAAN
Membuka kegiatan dengan mengucap salam Memperkenalkan diri
Menyampaikan tujuan penyuluhan
Menyebutkan materi yang akan disampaikan
Menjawab salam Mendengarkan Memperhatikan Memperhatikan 2 15 menit PELAKSANAAN
Menyampaikan materi tentang :
a. Pengertian Kista Ovarium
b. Penyebab terjadinya Kista Ovarium
c. Gejala Kista Ovarium
pada Kista Ovarium
e. Pengobatan yang diberikan pada Kista Ovarium
Memberi kesempatan bertanya 3 10 menit EVALUASI
Membuka kesempatan diskusi Doorperize
Bertanya dan menjawab pertanyaan 4 5 menit Menyampaikan terima kasih atas
kerjasamanya
Mengucapkan salam penutup
Memperhatikan
Menjawab salam
I. Evaluasi
1. Evaluasi struktur
Ibu hadir dalam acara penyuluhan
Penyelenggaraan penyuluhan diselenggarakan di Ruang Kandungan RSU Haji Surabaya Pengorganisasian penyelenggaraan penyuluhan dilaksanakan sebelumnya
2. Evaluasi proses
Ibu tidak meninggalkan tempat penyuluhan
Ibu mengajukan pertanyaan dan menjawab dengan lancar
3. Evaluasi Hasil
Ibu hadir dalam kegiatan Penyuluhan Ibu mengetahui dan mengerti kista ovary
Materi Penyuluhan
PENGERTIAN
Kista ovarium adalah rongga berbentuk kantong berisi cairan di dalam rongga ovarium. Kista tersebut disebut juga kista fungsional karena terbentuk setelah telur dilepaskan setelah ovulasi (Yatim, 2008).
Kista ovarium yaitu suatu kantong abnormal yang berisi cairan atau setengah cair yang tumbuh dalam indung telur. Bentuknya kistik dan ada pula yang berbentuk seperti anggur. Kista dapat berisi udara, cairan kental, maupun nanah. Pada umumnya kista ovarium tidak disertai keluhan
dan gejala. Keluhan baru muncul jika ukurannya sudah membesar atau letaknya menggangggu organ lain di sekitarnya. Gejala yang sering dirasakan adalah pembesaran perut atau ada benjolan di daerah perut bagian bawah. Kista ovarium dapat jinak maupun ganas, kista ovarium yang tidak ganas biasanya bersifat fisiologis dan dialami banyak wanita di usia reproduksi karena masih mengalami menstruasi (Taufiqoh, 2012).
A. Macam-macam kisata ovarium
Kista ovarium dibagi menjadi empat, yaitu : a) Kista Folikuler :
Kista yang terjadi dari folikel normal yang melepaskan ovum yang ada di dalamnya. Terbentuk kantung berisi cairan atau lendir di dalam ovarium.
b) Kista Corpus Luteum
Kista jenis ini lebih jarang terjadi, ukurannya lebih besar dari kista fungsional. Kista ini timbul karena waktu pelepasan sel telur terjadi perdarahan, dan lama-lama bisa pecah dan timbul perdarahan yang terkadang perlu tindakan operasi untuk mengatasinya. Keluhan biasanya timbul
rasa sakit yang berat di rongga panggul. c) Kista Teka Lutein
Kista jenis ini lebih jarang terjadi dan sering dihubungkan dengan terjadinya kehamilan di luar kandungan (ektopik pregnansi). Kista ini akan hilang sendiri tanpa pengobatan atau tindakan begitu kehamilan diluar kandungan dikeluarkan
d) Polikistik kista
Kista jenis ini banyak yang mengandung cairan jernih. Bisa timbul di kedua ovarium kiri dan kanan, berhubungan dengan gangguan hormon dan gangguan menstruasi. Wanita yang mengandung polikistik dapat diketahui antara lain :
Mengeluh darah menstruasi yang keluar sedikit (oligomennorhea) Tidak keluar darah menstruasi (amenorrhea)
Tidak terjadi ovulasi Mandul
Berjerawat
B. Kista Ovarium dan Kehamilandan penybabnya
Secara pasti belum diketahui, akan tetapi teori hipotesis incessant ovulation menyatakan bahwa terjadi kerusakan pada sel-sel epitel ovarium untuk penyembuhan luka pada saat terjadi
ovulasi. Proses penyembuhan sel-sel epitel yang terganggu dapat menimbulkan proses transformasi menjadi sel-sel tumor.
Kista ovarium dapat menjadi komplikasi serius selama kehamilan. Kista adalah kantung yang tumbuh di dalam rahim. Kehamilan dengan kista ovarium jarang dijumpai. Pada kehamilan yang disertai kistoma ovarii seolah-olah terjadi perebutan ruangan, dimana kehamilan makin membesar.
Oleh karena itu, kehamilan dengan kista dilakukan operasi untuk mengangkat kista tersebut pada umur hamil 16 minggu. Bahaya melangsungkan kehamilan bersamaan dengan kista ovarii adalah dapat terjadi gangguan pertumbuhan janin yang akhirnya mengakibatkan abortus, kematian dalam rahim. Pada kedudukan kista dipelvis minor, persalinan dapat terganggu dan memerlukan penyelesaian dengan jalan operasi seksio sesarea. Pada kedudukan kista ovarii di daerah fundus uteri, persalinan dapat berlangsung normal, tetapi bahaya postpartum mungkin terjadi torsi kista, infeksi sampai abses. Oleh karena itu, segera setelah persalinan normal bila diketahui terdapat kista ovarii dilakukan laparotomi untuk mengangkat kista tersebut.
Kista ovarium dapat tumbuh di dalam indung telur yang merupakan tempat yang paling banyak ditumbuhi tumor. Tumornya berupa kistik, padat, kecil/besar dan berpengaruh pada mekanisme kerja hormon. Tumor jenis ini bisa jinak atau ganas. Kista ovarium dapat tumbuh besar dan menghambat pertumbuhan janin. Akibatnya, akan terjadi abortus/bayi lahir prematur.
Pada kasus ini, jika kondisi ibu baik, dokter akan mempertahankan kehamilan dengan cara melakukan tindakan pemeriksaan dan perawatan secara intensif.
Umumnya, proses persalinan dilakukan dengan tindakan operasi. Dokter akan mengangkat kista setelah persalinan selesai. Sebaliknya, jika kondisi ibu dan janin buruk, beberapa dokter tidak akan mempertahankan kehamilan untuk menyelamatkan kondisi sang ibu.
C. Gejala Kista Ovarium
Kanker Ovarium sebagian besar berbentuk tumor kistik (kista ovarium) dan sebagian kecil berbentuk tumor padat. Kebanyakan wanita dengan kanker ovarium tidak menimbulkan gejala
dalam waktu yang lama. Bila gejala umumnya sangat bervariasi dan tidak spesifik pada stadium awal dapat berupa ganguan haid. Jika tumor sudah menekan rectum atau kandung kemih mungkin terjadi konstipasi atau sering berkemih. Dapat juga terjadi peregangan atau penekanan daerah panggul yang menyebabkan nyeri spontan atau nyeri pada saat bersenggama.
Pada stadium lanjut gejala yang terjadi berhubungan dengan adanya asites (penimbunan cairan dalam rongga perut) penyebaran ke omentum (lemak perut), dan organ-organ didalam rongga perut lainya seperti usus-usus dan hati seperti perut membuncit, kembung, mual, gangguan nafsu makan, gangguan buang air besar dan buang air kecil. Penumpukan cairan bisa juga terjadi pada rongga dada akibat penyebaran penyakit ke rongga dada yang mengakibatkan penderita sangat merasa sesak nafas.
Karena sebagian besar dari kanker ovarium bermula dari suatu kista, maka apabila pada seorang wanita ditemukan suatu kista ovarium harus diakukan pemeriksaan lebih lanjut untuk menentukan apakah kista tersebut bersifat jinak atau ganas (kanker ovarium) kewaspadaan terhadap kista yang bersifat ganas dilakukan pada keadaan :
Kista cepat membesar
Kista pada usia remaja atau pasca menopause
Kista dengan dinding yang tebal dan tidak berurutan Kista dengan bagian padat
Tumor pada ovarium
Bila ditemukan sifat kista seperti tersebut diatas, harus dilakukan pemeriksaan lebih lanjut untuk memperkuat dugaan ke arah kanker ovarium seperti tindakan USG dengan Doppler untuk menentukan arus darah dan bahkan mungkin diperlukan untuk menunjang diagnosis
adalah pemeriksaan tumor marker seperti Ca-125 dan Ca 72-4, beta – HCG dan alfafetoprotein. Semua pemeriksaan diatas belum bisa memastikan diagnosis kanker ovarium, akan tetapi hanya sebagai pegangan untuk melakukan tindakan operasi. Prosedur operasi pada pasien yang tersangka kanker ovarium sangat berbeda dengan kista ovarium biasa.
Hal terpenting pada operasi pasien yang tersangka kanker ovarium adalah semaksimal mungkin berusaha agar kista tersebut keluar secara utuh, kemudian dilakukan periksaan ke laboratorium Patologi Anatomik (pemeriksaan potong beku). Apabila hasil pemeriksaan potong beku bukan suatu kanker, maka operasi selesai. Sealiknya bila hasil pemeriksaan potong beku adalah kanker ovarium maka operasi dilanjutkan dengan mengangkat rahim, ovarium sisi lain, usus buntu, omentum, melakukan biopsy pada tempat yang dicurigai adanya penjalaran kanker di rongga perut dan melakukan pengambilan kelenjar getah bening di panggul. Tindakan yang komplek ini disebut sebagai Staging lapstotomy yang bertujuan untuk menentukan stadium penyakit sehingga dapat ditentukan rencana pengobatan selanjutnya setelah operasi.
Pada pasien yang belum mempunyai keturunan atau masih menginginkan keturunan masih bisa dipertimbangkan untuk tidak mengangkat rahim dan ovarium sisi lain. Perlu juga diketahui bahwa akurasi dari hasil pemeriksaan potong beku tersebut hanya berkisar antara 90-95%, sehingga diagnosis dari kanker ovarium baru diketahui setelah pemeriksaan Patologi Anatomik yang definitive. Hal ini menyebabkan pada beberapa pasien dengan hasil potong beku menyatakan bukan kanker ovarium, terpaksa dilakukan operasi Staging laparotomy.
Sebagian besar kista ovarium tidak menimbulkan gejala, atau hanya sedikit nyeri yang tidak berbahaya. Tetapi adapula kista yang berkembang menjadi besar dan menimbulkan nyeri yang tajam. Pemastian penyakit tidak bisa dilihat dari gejala-gejala saja karena mungkin gejalanya mirip dengan keadaan lain seperti endometriosis, radang panggul, kehamilan ektopik (di luar rahim) atau kanker ovarium.
Meski demikian, penting untuk memperhatikan setiap gejala atau perubahan ditubuh untuk mengetahui gejala mana yang serius. Gejala-gejala berikut yang mungkin muncul bila mempunyai kista ovarium :
Perut terasa penuh, berat, kembung
Tekanan pada dubur dan kandungan kemih (sulit buang air kecil) Haid tidak teratur
Nyeri panggul yang menetap atau kambuhan yang dapat menyebar ke panggung
bawah dan paha
Nyeri senggama
Mual, ingin muntah, atau pengerasan payudara mirip seperti pada saat hamil
Gejala-gejala berikut memberikan petunjuk diperlukan penanganan kesehatan segera :
Nyeri perut yang tajam dan tiba-tiba Nyeri bersamaan dengan demam Rasa ingin muntah
D. Penyebab Kista Ovarium
Beberapa faktor resiko berkembangnya kista ovarium, adalah wanita yang biasanya memiliki:
1. riwayat kista ovarium terdahulu 2. siklus haid tidak teratur
3. perut buncit
4. menstruasi di usia dini (11 tahun atau lebih muda) 5. sulit hamil
6. penderita hipotiroid
7. penderita kanker payudara yang pernah menjalani kemoterapi (tamoxifen)
E. Pencegahan Kista Ovarium
Kanker ovarium merupakan penyebab kematian terbanyak dari semua kanker ginekologi. Di Amerika Serikat pada tahun 2001 diperkirakan jumlah penderita Kanker Ovarium sebanyak 23.400 orang yang diperkirakan meninggal sebanyak 13.900 orang. Angka kematian yang tinggi ini disebabkan karena penyakit ini pada awalnya bersifat asimptomatik dan baru menimbulkan keluhan apabila sudah terjadi metastatis, sehinga 60% – 70% pasien datang pada stadium lanjut, sehingga penyakit ini disebut juga sebagai “silent killer”. Angka kejadian penyakit ini di Indonesia belum diketahui dengan pasti karena pencatatan dan pelaporan penyakit di negeri kita kurang baik. Sebagai gambaran di RS. Kanker Dharmais ditemukan kira-kira 30 penderita setiap tahun.
Kanker Ovarium yang kebanyakan berawal dari kista ovarium yang diderita sebelumnya kemudian berkembang menjadi kanker ovarium karena pengobatan yang terlambat dilakukan.
Kanker Ovarium erat hubungannya dengan wanita yang mempunyai tingkat kesuburan rendah atau Intenfertilitas. Study epidemiologic menyatakan beberapa faktor resiko yang penting sebagai penyebab kanker ovarium adalah wanita nullipara, melahirkan pertama kali pada usia diatas 35tahun dan wanita yang mempunyai keluarga dengan riwayat ovarium, kanker payudara atau kanker kolon. Sedangkan wanita dengan riwayat kehamilan pertama terjadi pada usia dibawah 25tahun, penggunaan pil kontrasepsi dan menyusui akan menurunkan kanker ovarium seanyak 30% – 60%. Faktor lingkungan seperti penggunaan talk, konsumsi galaktose dan sterilisasi ternyata tidak mempunyai dampak terhadap perkembangan penyakit ini.
Tidak ada upaya pencegahan khusus yang dapat dilakukan agar terhindar dari penyakit ini. Upaya yang bisa dilakukan adalah untuk mengetahui secara dini penyakit ini sehingga pengobatan yang dilakukan memberikan hasil yang baik dengan komplikasi yang minimal. Upaya yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan pemeriksaan secara berkala yang meliputi :
Pemeriksaan klinis genekologik untuk mendeteksi adanya kista atau pembesaran ovarium
lainnya
Pemeriksaan Ultrasonografi (USG) bila perlu dengan alat Doppler untuk mendeteksi aliran
darah
Pemeriksaan petanda tumor ( tumor marker ) Pemeriksaan CT-Scan / MRI bila dianggap perlu
Pemeriksaan tersebut diatas sangat dianjurkan terutama terhadap wanita yang mempunyai resiko akan terjadi kanker ovarium, yaitu :
1. Wanita yang haid pertama lebih awal dan menopause lebih lambat 2. Wanita yang tidak pernah atau sulit hamil
3. Wanita dengan riwayat keluarga menderita kanker ovarium 4. Wanita penderita kanker payudara atau kolon
F. Penatalaksanaan
Dua prinsip dalam manajemen kista ovarium (Eni, 2009 ):
a. Sikap wait and see, oleh karena mayoritas kista adalah kista fungsional yang akan menyusut dengan sendirinya dalam 2-3 bulan semakin dini deteksinya semakin mudah pengobatannya.
Alternatif terapi dapat berupa pemberian pil KB dengan maksud menekan proses ovulasi, dengan sendirinya kista tidak akan tumbuh.
b. Indikasi bedah ialah kista yang tidak menghilang dalam beberapa kali siklus menstruasi/kista yang memiliki ukuran demikian besar. Kista yang ditemukan pada perempuan menopouse/kista yang menimbulkan rasa nyeri luar biasa lebih-lebih sampai timbul perdarahan.
Bentuk-bentuk pembedahan yang ada dalam kebidanan, yaitu: laparatomi, histerektomi dan secsio caesarea. Lebih lanjut penatalaksanaan kista ovarium menurut Setiati (2010) menyebutkan bahwa :
a. Menggunakan kontrasepsi oral atau pil KB. Ini disebabkan oleh kemampuan kontrasepsi ini dalam mencegah produksi sel telur. Ketiadaan sel telur di dalam ovarium berarti tidak ada cairan yang dapat digunakan untuk mengisi folikel.
b. Mengkonsumsi bahan makanan yang mengandung antioksidan tinggi
c. Menjaga kebersihan sekitar daerah kewanitaan dilakukan untuk mencegah sel-sel tumor berkembang oleh bakteri
d. Menjalani pola hidup sehat seperti pola makan yang baik dan berolahraga secara teratur. ovarium yang berukuran kecil tidak menunjukkan gejala atau rasa sakit kecuali kalau kista tersebut pecah atau terpuntir sehingga menyebabkan rasa sakit yang hebat di daerah perut bagian bawah dan daerah tersebut menjadi kaku. Kista yang berukuran besar atau berjumlah banyak dapat menimbulkan gejala, seperti rasa sakit pada panggul, sakit pinggang, sakit saat berhubungan seksual, serta perdarahan rahim yang abnormal (Setiati, 2009).
DAFTAR PUSTAKA
Hadibroto, I. (2013). Buku saku patofisiologi. Jakarta: EGC.
Handerson. (2006). Buku ajar konsep kebidanan. Jakarta: EGC.
Imamah. (2009). Perempuan dan kesehatan reproduksi. EGALITA, Jurnal
Kesetaraan dan Keadilan Gender, Pusat Studi Gender (PSG) Universitas
Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang. Vol.IV Nomor 2 Tahun
2009:199-206.
Rich WM. 2007. Ovarian cancer. Pada http://www.gyncancer.com/ovarian
-cancer.html. diakses pada tanggal 31 MEI 2017
RSUD Margono Soekardjo Purwokerto. 2008. Distribusi Penyakit
Gynecology Tahun 2008. RSUD Margono Soekardjo Purwokerto.
Sarwono Prawirohardjo. p : 346- 365.
Speziale, Helen J. Streubert, Dona R. Carpenter. 2003. Qualitative Research
in Nursing, Lippincott Williams & Wilkins, Philadelphia.