• Tidak ada hasil yang ditemukan

LP Dan Pathways Rhinofaringitis

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "LP Dan Pathways Rhinofaringitis"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PENDAHULUAN LAPORAN PENDAHULUAN

R

R H I

H IN O

N OF A R

F A R I N

I NG

G I T

I TI S A

I S A K

K U

UT

T

DEPARTEMEN PEDIATRIK DEPARTEMEN PEDIATRIK

Disusun untuk Memenuhi Tugas Pendidikan Profesi Ners Departemen Pediatrik Disusun untuk Memenuhi Tugas Pendidikan Profesi Ners Departemen Pediatrik

Keperawatan Di Ruang Anggrek RSUD Ngudi Waluyo Wlingi Keperawatan Di Ruang Anggrek RSUD Ngudi Waluyo Wlingi

Blitar  Blitar 

Oleh : Oleh :

TRI RAHAYU ZULFIKRIYAH TRI RAHAYU ZULFIKRIYAH

NIM. 160070301111032 NIM. 160070301111032

PROGRAM STUDI PROFESI NERS PROGRAM STUDI PROFESI NERS

FAKULTAS KEDOKTERAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITA

UNIVERSITAS S BRAWIJAYABRAWIJAYA 2017

(2)

LAPORAN PENDAHULUAN RHINOFARINGITIS AKUT A. KONSEP DASAR

1. DEFINISI

Rhinitis adalah kelainan pada hidung dengan gejala bersin-bersin, keluarnya cairan dari hidung, rasa gatal dan tersumbat.

Faringitis adalah suatu penyakit peradangan yang menyerang tenggorok atau faring yang disebabkan oleh bakteri atau virus tertentu. Kadang juga disebut sebagai radang tenggorok. (Wikipedia.com).

Faringitis Akut yaitu radang tenggorok yang disebabkan oleh organisme virus hampir 70% dan streptokakus group A adalah organisme bakteri yang umum berkenaan dengan faringitis akut yang kemudian disebut sebagai “streepthroat” (Brunner & Suddarth, 2001).

Hidung dan faring sama-sama merupakan bagian dari saluran napas, sehingga infeksi kuman di hidung dapat menjalar ke faring, begitupun sebaliknya. Suatu keadaan di mana terdapat baik gejala rhinitis maupun faringitis dis ebut rhinofaringitis.

Rhinofaringitis adalah keadaan inflamasi pada struktur mukosa, submukosa tenggorokan maupun hidung. Jaringan yang mungkin terlibat antara lain orofaring, nasofaring, hipofaring, tonsil dan adenoid.

Rhinofaringitiskronik umumnya terjadi pada individu dewasa yang bekerja/tinggal dengan lingkungan berdebu, menggunakan suara berlebihan, menderita akibat batuk kronik, penggunaan habitual alkohol dan tembakau. Ada 3 jenis rhinofaringitis:

a. Hipertrofik (penebalan umum dan kongesti membrane mukosa faring).

 b. Atrofik (tahap lanjut dari jenis pertama : membran tipis, keputihan, licin dan waktunya berkerut).

c. Granular kronik (pembengkakan folikel limfe pada dinding faring)

2. ETIOLOGI

Beberapa penyebab dari rhinofaringitis yaitu: a. Virus

Virus merupakan etiologi terbanyak dari faringitis. Beberapa jenis virus ini yaitu: - Rhinovirus

- Coronavirus - Virus influenza

(3)

- Virus parainfluenza - Adenovirus

- Herpes Simplex Virus tipe 1 dan 2 - Coxsackievirus A

- Cytomegalovirus - Virus Epstein-Barr - HIV

 b. Bakteri

Beberapa jenis bakteri penyebab rhinofaringitisyaitu:

- Streptoccocus pyogenes, merupakan penyebab terbanyak pada rhinofaringitisakut

- Streptokokus grup A, merupakan penyebab terbanyak pada anak usia 5  –  15 tahun, namun jarang menyebabkan rhinofaringitispada anak usia <3 tahun.

- Streptokokus grup C dan G -  Neisseria gonorrheae

- Corynebacterium diphtheriae - Corynebacterium ulcerans - Yersinia enterocolitica - Treponema pallidum

- Vincent angina, merupakan mikroorganisme anaerobik dan dapat menyebabkan komplikasi yang berat, seperti abses retrofaringeal dan peritonsilar.

3. PATOFISIOLOGI

Pada rhinofaringitisyang disebabkan infeksi, bakteri ataupun virus dapat secara langsung menginvasi mukosa faring menyebabkan respon inflamasi lokal. Kuman menginfiltrasi lapisan epitel, kemudian bila epitel terkikis maka jaringan limfoid superfisial bereaksi, terjadi pembendungan radang dengan infiltrasi leukosit  polimorfonuklear. Pada stadium awal terdapat hiperemi, kemudian edema dan sekresi yang meningkat. Eksudat mula-mula serosa tapi menjadi menebal dan kemudian cendrung menjadi kering dan dapat melekat pada dinding faring. Dengan hiperemi,  pembuluh darah dinding faring menjadi lebar. Bentuk sumbatan yang berwarna kuning,  putih atau abu-abu terdapat dalam folikel atau jaringan limfoid. Tampak bahwa folikel limfoid dan bercak-bercak pada dinding faring posterior, atau terletak lebih ke lateral,

(4)

menjadi meradang dan membengkak. Virus-virus seperti Rhinovirus dan Coronavirus dapat menyebabkan iritasi sekunder pada mukosa faring akibat sekresi nasal.

Infeksi streptococcal memiliki karakteristik khusus yaitu invasi lokal dan  pelepasan extracellular toxins dan protease yang dapat menyebabkan kerusakan  jaringan yang hebat karena fragmen M protein dari Group A streptococcus memiliki struktur yang sama dengan sarkolema pada myocard dan dihubungkan dengan demam rheumatic dan kerusakan katub jantung. Selain itu juga dapat menyebabkan akut glomerulonefritis karena fungsi glomerulus terganggu akibat terbentuknya kompleks antigen-antibodi.

4. GEJALA KLINIS

Tanda dan gejala rhinofaringitis dibedakan berdasarkan etiologinya, yaitu: a. Virus

- Jarang ditemukan tanda dan gejala yang spesifik. Rhinofaringitis yang disebabkan oleh virus menyebabkan rhinorrhea, batuk, dan konjungtivitis. - Gejala lain dari rhinofaringitispenyebab virus yaitu demam yang tidak

terlalu tinggi dan sakit kepala ringan.

- Pada penyebab rhinovirus atau coronavirus, jarang terjadi demam, dan tidak terlihat adanya adenopati servikal dan eksudat faring.

- Pada penyebab virus influenza, gejala klinis bisa tampak lebih parah dan  biasanya timbul demam, myalgia, sakit kepala, dan batuk.

- Pada penyebab adenovirus, terdapat demam faringokonjungtival dan eksudat faring. Selain itu, terdapat juga konjungtivitis.

- Pada penyebab HSV, terdapat inflamasi dan eksudat pada faring, dan dapat ditemukan vesikel dan ulkus dangkal pada palatum molle.

- Pada penyebab coxsackievirus, terdapat vesikel-vesikel kecil pada palatum molle dan uvula. Vesikel ini mudah ruptur dan membentuk ulkus dangkal  putih.

- Pada penyebab CMV, terdapat eksudat faring, demam, kelelahan, limfadenopati generalisata, dan splenomegali.

- Pada penyebab HIV, terdapat demam, myalgia, arthralgia, malaise, bercak kemerahan makulopapular yang tidak menyebabkan pruritus, limfadenopati, dan ulkus mukosa tanpa eksudat.

(5)

 b. Bakteri

Rhinofaringitis dengan penyebab bakteri umumnya menunjukkan tanda dan gejala berupa lelah, nyeri/pegal tubuh, menggigil, dan demam yang lebih dari 380C. Rhinofaringitisyang menunjukkan adanya mononukleosis memiliki  pembesaran nodus limfa di leher dan ketiak, tonsil yang membesar, sakit

kepala, hilangnya nafsu makan, pembesaran limpa, dan inflamasi hati.

Pada penyebab streptokokus grup A, C, dan G, terdapat nyeri faringeal, demam, menggigil, dan nyeri abdomen. Dapat ditemukan hipertrofi tonsil, membran faring yang hiperemik, eksudat faring, dan adenopati servikal. Batuk tidak ditemukan karena merupakan tanda dari penyebab virus.

Pada penyebab S. Pyogenes, terdapat demam scarlet yang ditandai dengan  bercak kemerahan dan lidah berwarna stoberi.

Pada penyebab bakteri lainnya, ditemukan adanya eksudat faring dengan at au tanpa tanda klinis lainnya.

Manifestasi klinis akut: -  Nyeri Tenggorokan

- Sulit Menelan, serak, batuk - Pilek/ hidung tersumbat

- Sulit bernafas (bernafas melalui mulut) - Demam

- Mual, malaise

- Kelenjar Limfa Leher Membengkak - Tonsil kemerahan

- Membran faring tampak merah

- Folikel tonsil dan limfoid membengkak dan di selimuti oleh eksudat -  Nyeri tekan nodus limfe servikal

- Lesu dan lemah, nyeri pada sendi-sendi otot, dan nyeri pada telinga. - Peningkatan jumlah sel darah putih (Leukosità Al)

-  Nodus limfe servikal membesar dan mengeras - Penurunan nafsu makan

- Mungkin terdapat demam, malaise dan sakit tenggorokan - Serak, batuk, rhinitis bukan hal yang tidak lazim.

Manifestasi klinis kronis:

(6)

- Lendir yang terkumpul dalam tenggorokan serta hidung dan dikeluarkan dengan batuk dan bersin.

- Kesulitan menelan. 5. PEMERIKSAAN PENUNJANG

a. Pemeriksaan Biopsi

Contoh jaringan untuk pemeriksaan dapat diperoleh dari saluran pernapasan (sekitar faring) dengan menggunakan teknik endoskopi. Jaringan tersebut akan diperiksa dengan mikroskop untuk mengetahui adanya peradangan akibat  bakteri atau virus.

 b. Pemeriksaan Sputum

Pemeriksaan sputum makroskopik, mikroskopik atau bakteriologik penting dalam diagnosis etiologi penyakit. Warna bau dan adanya darah merupakan  petunjuk yang berharga.

c. Pemeriksaan Laboratorium 1) Sel darah putih (SDP)

Peningkatan komponen sel darah putih dapat menunjukkan adanya infeksi atau inflamasi.

2) Analisa Gas Darah

Untuk menilai fungsi pernapasan secara adekuat, perlu juga mempelajari hal-hal diluar paru seperti distribusi gas yang diangkut oleh sistem sirkulasi.

6. PENATALAKSANAAN MEDIS

Penatalaksanaan terhadap rhinofaringitis dapat mengurangi risiko demam reumatik, menurunkan durasi gejala, dan mengurangi risiko penularan penyakit. Pada rhinofaringitisdengan penyebab bakteri, dapat diberikan antibiotik, yaitu:

a. Penicillin benzathine; diberikan secara IM dalam dosis tunggal  b. Penicillin; diberikan secara oral

c. Eritromisin

d. Penicillin profilaksis, yaitu penicillin benzathine G; diindikasikan pada  pasien dengan risiko demam reumatik berulang.

Sedangkan, pada penyebab virus, penatalaksanaan ditujukan untuk mengobati gejala, kecuali pada penyebab virus influenza dan HSV. Beberapa obat yang dapat digunakan yaitu:

(7)

a. Amantadine  b. Rimantadine

c. Oseltamivir

d. Zanamivir; dapat digunakan untuk penyebab virus influenza A dan B e. Asiklovir; digunakan untuk penyebab HSV

f. Curcuma; digunakan untuk menambah nafsu makan

Rhinofaringitis yang disebabkan oleh virus biasanya ditangani dengan istirahat yang cukup, karena penyakit tersebut dapat sembuh dengan sendirin ya. Selain itu, dibutuhkan juga mengkonsumsi air yang cukup dan hindari konsumsi alkohol. Gejala biasanya membaik pada keadaan udara yang lembab. Untuk menghilangkan nyeri pada tenggorokan, dapat digunakan obat kumur yang mengandung asetaminofen (Tylenol) atau ibuprofen (Advil, Motrin). Anak  berusia di bawah 18 tahun sebaiknya tidak diberikan aspirin sebagai analgesik

karena berisiko terkena sindrom Reye.

Pemberian suplemen dapat dilakukan untuk menyembuhkan rhinofaringitisatau mencegahnya, yaitu:

a. Sup hangat atau minuman hangat, dapat meringankan gejala dan mencairkan mukus, sehingga dapat mencegah hidung tersumbat.

 b. Probiotik (Lactobacillus), dapat digunakan untuk menghindari dan mengurangi demam.

c. Madu, dapat digunakan untuk mengurangi batuk.

d. Vitamin C, dapat digunakan untuk menghindari demam, namun  penggunaan dalam dosis tinggi perlu pengawasan dokter.

e. Seng, digunakan dalam fungsi optimal sistem imun tubuh, karena itu seng dapat digunakan untuk menghindari demam, dan penggunaan dalam spray dapat digunakan untuk mengurangi hidung tersumbat. Namun,  penggunaannya perlu dalam pengawasan karena konsumsi dalam dosis  besar dan jangka waktu yang lama dapat berbahaya.

7. KOMPLIKASI

a. Otitis media akut  b. Abses peri tonsil

c. Abses para faring d. Toksenia

(8)

f. Bronkitis g.  Nefritis akut h. Miokarditis i. Artritis

8. PROGNOSIS

Prognosis penyakit ini umumnya baik bila cepat diketahui dan diterapi dengan tepat dan dapat sembuh dengan sempurna. Akan tetapi bila pasien datang terlambat dan penyakit sudah berlanjut maka prognosis akan kurang baik.

B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN 1. PENGKAJIAN

Data fokus:

a. Data Subjektif

1) Anak mengeluh badannya terasa panas 2) Anak mengatakan tenggorokannya sakit 3) Anak mengeluh batuk

4) Anak mengatakan tidak bisa menelan  b. Data Objektif

1) Suhu badan tinggi ( > 37,8 derajat celcius) 2) Terdapat pembengkakan pada folikel limfoid 3)  Nyeri tekan pada nodus limfe servikal

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN

a. Hipertermi berhubungan dengan inflamasi pada faring.  b.  Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi pada faring.

c. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan penumpukan sekret (sputum).

d. Resiko tinggi ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan kesulitan menelan.

(9)

3. PERENCANAAN KEPERAWATAN Rencana Keperawatan

 No Diagnosa Keperawatan

 NOC / Tujuan NIC / Intervensi Rasional 1. Hipertermi  berhubungan dengan inflamasi  pada faring Setelah dilakukan tindakanperawatan, diharapakan suhu  badan pasien normal

Termoregulasi (0800)

Kriteria hasil:

- Suhu kulit normal - Suhu badan

35,9°C-37,7°C

a. Kaji suhu badan setiap 2 jam.

 b. Anjurkan intake cairan dan nutrisi yang adekuat. c. Beri kompres hangat misalnya pada ketiak. d. Berikan obat antipiretik. a. Mengetahui suhu  badan anak

 b. Intake cairan dan nutrisi dapat membantu mempercepat dalam proses  pengeluaran panas tubuh. c. Kompres hangat dapat membuka  pori-pori kulit sehingga mempercepat  proses evaporasi. d. Obat antipiretik dapat membantu menurunkan  panas. 2. Nyeri akut  berhubungan dengan inflamasi  pada faring Setelah dilakukan tindakan keperawatan, diharapkan nyeri  berkurang dengan kriteria hasil: - Anak melaporkan  bahwa nyeri  berkurang - Anak melaporkan kebutuhan tidur dan istirahat tercukupi - Anak mampu menggunakan metode non farmakologi untuk mengurangi nyeri. a. Lakukan  pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor  presipitasi.  b. Ajarkan tentang Tekniknon farmakologi (seperti napas dalam) c. Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri d. Tingkatkan istirahat anak a. Mengetahui tingkat nyeri termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,kualitas  dan faktor  presipitasi  b.  Napas dalam merupakan salah satu relaksasi mengurangi ketegangan dan membuat  perasaan lebih nyaman c. Analgetik  berguna untuk mengurangi nyeri sehingga pasien menjadi lebih nyaman d. Istirahat dapat merileksasikan sehingga dapat mengurangi nyeri

(10)

3. Ketidakefekti fan bersihan  jalan nafas  berhubungan dengan  penumpukan sekret (sputum) Setelah dilakukan  perawatan, diharapakan

 bersihan jalan nafas efektif dengan kriteria hasil:

- Anak tidak batuk - Anak dapat  bernpas dengan lega - RR (u = 3 tahun) = 20-30 x/menit a. Kaji status  pernafasan (kecepatan, kedalaman, serta  pergerakan dada).  b. Auskultasi adanya suara nafas tambahan (mis : mengi, krekels) c. Ajarkan pada klien

untuk berlatih nafas tambahan dalam dan batuk efektif. d. Berikan klien minuman hangat sedikitnya 2500 cc/hari. e. Kolaborasi dengan tim dokter dalam  pemberian, terapi  pemberian expectorant dan  broncodilatos. a. Dengan mengkaji status pernafasan maka akan diketahui tingkat  pernafasan dan adanya kelainan  pada sistem  pernafasan. . Bunyi nafas  bertambah sering terdengar pada waktu inspirasi dan ekspirasi pada respon terhadap  pengumpulan

cairan, sekret kental dan spasme  jalan nafas

obstruksi.

c. Pernafasan dalam membatu expansi  paru maximal dan  batuk efektif merupakan mekanisme  pembersihan silla. d. Cairan terutama yang hangat membantu di dalam mengencerkan sekret (bronkadilator) e. Expectorant membantu mengurangi spasme pada  bronchus sehingga  pengeluaran sekret menjadi lancar. 3. Resiko ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan  berhubungan dengan kesulitan Setelah dilakukan tindakan ke- perawatan sela ma 2 x 24jam kebutuhan nutrisi  pasienterpenuhi den gankriteria hasil : a. Anak dapat menghabiskan 1 a. Mengkaji pola makan pasien  b. Memberikan makanan lunak c. Menganjurkan menjaga kebersihan oral/mulut d. Memberikan a. Untuk mengetahui masalah yang terjadi dan memudahkan menyusun rencana kegiatan.  b. Mencukupi kebutuhan

(11)

menelan porsi makanannya.  b. Berat bedan anak normal -makanan dalam  porsi kecil tapi

sering nutrisidan mempermudah anak untuk menelan c. Menghilangkan rasa tidak enak  pada mulut/lidah,dan dapat meningkatkan nafsu makan d. Untuk mencukupi kebutuhan nutrisi dan mencegah mual dan muntah

(12)

Pathways Rhinofaringitis Akut

Bakteri masuk

Melalui Droplet Bahan

makanan/minuman/alat makan yang kotor

Menginfiltrasi lapisan epitel

Lapisan epitel terkikis

Jaringan limfoid superficial bereaksi

Pembendungan radang dengan infiltrasi leukosit polimorfonuklear

Terdapat hiperemi

Edema dan sekresi meningkat

Eksudat serosa menjadi menebal

Cenderung menjadi kering

Melekat pada dinding faring

Pembuluh darah dinding faring menjadi lebar

Tampak bahwa folikel limfoid dan bercak –   bercak pada dinding faring  posterior

Produksi sekret meningkat

Pengeluaran Sputum Mekanisme Batuk Bakteri keluar Kontak melalui udara MK : Ketidakefektifan  pembersihan jalan nafas

Membutuhkan perawatan intensif

Pasien takut dengan kehadiran perawat

Pasien tidak kooperatif

MK : Ansietas Proses Inflamasi Sakit Tenggorokan  Nyeri telan MK : Nyeri akut  Nafsu makan-minum menurun

MK : Resti nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

MK : Resti  penularan infeksi

Suhu tubuh meningkat

Terjadi demam MK : Hipertermi Rewel MK : Risiko gangguan  pola tidur Diaforesis MK : Infeksi

Terjadi inflamsi pada mukosa oral

MK : Kerusakan

(13)

DAFTAR PUSTAKA

Bulecheck, Gloria M, dkk (Ed). 2013. Nursing Intervention Classification (NIC) 6th  Edition. Missouri: Elsevier.

Brunner dan Suddarth. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Vol. 1. Jakarta : EGC.

Carpenito, Lynda Jual. 2011. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Edisi 11. Jakarta: EGC

Doenges, E. Marilynn. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3. Jakarta: EGC Efiaty Arsyad S,Dr,Sp.THT, 2000, Buku Ajar Ulmu Kesehatan Teli nga, Hidung, Tenggorokan

Engel, Joyce. 2008. Pengkajian Pediatrik Edisi 4. Jakarta: EGC

Herdman, T. Heather (Ed). 2012. NANDA International: Nursing Diagnosis 2012-2014. Oxford: Wiley

Kusuma, Hardhi, dkk. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa  Medis. Yogyakarta : Media Action Publlishing

Mansjoer, Arif et al. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3. Jilid I  FKUI : Media Aescukpius.

Moorhead, Sue, dkk (Ed). 2013. Nursing Outcomes Classification (NOC) 5th Edition. Missouri: Elsevier.

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan : Setelah dilakukan asuhan keperawatan diharapkan nyeri teratasi dengan kriteria hasil : mampu mengontrol nyeri, mampu melaporkan nyeri, mampu mengenali

Tujuan yang telah dibuat adalah setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam diharapkan nyeri dapat berkurang dengan kriteria hasil pasien tampak lebih rileks,

Evaluasi yang penulis lakukan pada diagnosa keperawatan pertama hari pertama adalah masalah keperawatan nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik (tindakan

Hasil evaluasi di dapatkan pada hari ke 3 dengan tindakan keperawatan nyeri akut berhubungan dengan iskemia otot jantung teratasi sebagian, dengan kriteria hasil pada

Senin, 27 Mei 2019 Diagnosa keperawatan nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis. Tindakan keperawatan yang telah dilakukan: 1) Jam 10:00 melakukan pengkajian

Hasil evaluasi di dapatkan pada hari ke 3 dengan tindakan keperawatan nyeri akut berhubungan dengan iskemia otot jantung teratasi sebagian, dengan kriteria hasil pada

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam, nyeri berkurang dengan Kriteria Hasil : -nyeri berkurang bila berbaring -mampu beraktifitas -tampak rileks -skala

Implementasi memberikan tindakan kompres dingin yang dilakukan pada pasien dengan nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik didapatkan hasil bahwa skala nyeri dapat berkurang