• Tidak ada hasil yang ditemukan

Referat Kehamilan Remaja

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Referat Kehamilan Remaja"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

REFERAT

KEHAMILAN REMAJA

Oleh:

Cokorda Gede Bagus Pradnyana Sanjaya, S.Ked

NPM: 16710021

Dokter Pembimbing:

dr. Hytriawan Posma Putra, Sp. OG.

SMF ILMU OBSTETRI DAN GINEKOLOGI RSUD Dr. MOHAMMAD SALEH PROBOLINGGO

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA SURABAYA 2017

(2)

ii

HALAMAN PENGESAHAN

Referat

KEHAMILAN REMAJA

Oleh:

Cokorda Gede Bagus Pradnyana Sanjaya, S.Ked 16710021

Telah disetujui dan disahkan pada: Hari :

Tanggal :

Mengetahui: Dokter Pembimbing

(3)

iii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan referat dengan Judul: “Kehamilan

Remaja”. Referat ini penulis susun sebagai salah satu tugas kepanitraan klinik di

SMF Ilmu Obstetri dan Ginekologi RSUD Dr. Mohammad Saleh Probolinggo. Selama menyelesaikan referat ini, penulis telah banyak menerima bimbingan, pengarahan, dan saran, serta berbagai fasilitas yang membantu hingga akhir dari penulisan ini. Untuk itu penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Dr. Hytriawan Posma Putra, Sp. OG., selaku pembimbing SMF Ilmu Obstetri dan Ginekologi RSUD Dr. Mohammad Saleh Probolinggo yang memberi bimbingan dan pengarahan dalam penyelesaian referat ini.

2. Seluruh staf dan karyawan di bagian SMF Ilmu Obstetri dan Ginekologi RSUD Dr. Mohammad Saleh Probolinggo yang membantu hingga terselesaikannya referat ini.

3. Rekan-rekan dokter muda yang telah membantu dalam memberikan masukan hingga referat ini terselesaikan dengan baik.

Referat ini jauh dari sempurna sehingga penulis masih mengharapkan saran dan kritik untuk menyempurnakan tugas ini sehingga dapat bermanfaat bagi pihak yang membutuhkan.

Probolinggo, Mei 2017

(4)

iv

DAFTAR ISI

Judul ... i

Lembar Pengesahan ... ii

Kata Pengantar ... iii

Daftar Isi... iv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

BAB II Tinjauan Pustaka 2.1 Sistem Reproduksi Wanita ... 3

2.1.1 Struktur dan Fungsi Organ Reproduksi ... 3

2.1.2 Proses Pembuahan ... 5 2.1.3 Fisiologi Kehamilan ... 6 2.2 Remaja ... 9 2.2.1 Definisi ... 9 2.2.2 Batasan Remaja ... 9 2.3 Kehamilan Remaja ... 10 2.3.1 Definisi ... 10 2.3.2 Epidemiologi ... 10 2.3.3 Faktor Penyebab ... 12

2.3.4 Risko Kehamilan pada Remaja ... 13

2.3.5 Metode Persalinan pada Kehamilan Remaja ... 19

2.3.6 Strategi Mengurangi Kehamilan Remaja ... 20

BAB III PENUTUP ... 22

(5)

1

BAB I PENDAHULUAN

Latar Belakang

Remaja adalah aset sumber daya manusia yang merupakan tulang punggung penerus generasi di masa mendatang. Besarnya jumlah penduduk usia remaja ini adalah merupakan peluang dan bukan menjadi masalah bagi pemerintah. Masa remaja adalah merupakan masa peralihan baik secara fisik, psikis maupun sosial dari masa kanak-kanak menuju dewasa. Pada masa ini adalah perpaduan antara perkembangan usia psikologis dan usia biologis sehingga sangat dipengaruhi multifaktor yang terjadi di berbagai bidang dalam masyarakat. Perubahan yang terjadi tersebut, baik karena faktor ekonomi, pendidikan, politik, budaya dan terlebih lagi faktor perubahan sosial yang sangat mempengaruhi perilaku remaja (Arma, 2007).

Masalah yang berkaitan dengan perilaku dan reproduksi remaja seperti bertambahnya kasus penyakit menular seksual terutama HIV/AIDS, kematian ibu muda yang masih sangat tinggi, merebaknya praktek aborsi karena kehamilan yang tidak diinginkan dan kecenderungan remaja masa kini untuk melakukan hubungan seksual sebelum nikah (Arma, 2007).

Penelitian-penelitian mengenai kaum remaja di Indonesia pada umumnya menyimpulkan bahwa nilai-nilai hidup kaum remaja sedang dalam proses perubahan. Remaja Indonesia dewasa ini nampak lebih bertoleransi terhadap gaya hidup seksual pranikah. Misalnya, penelitian yang dilakukan oleh berbagai institusi di Indonesia selama kurun waktu tahun 1993-2002, menemukan bahwa 5-10 % wanita dan 18-30 % pria muda berusia 16-24 tahun telah melakukan hubungan seksual pranikah dengan pasangan yang seusia mereka. Selanjutnya hasil dari penelitian mengenai kebutuhan akan layanan kesehatan reproduksi di 12 kota di Indonesia pada tahun 1993, menunjukkan bahwa pemahaman mereka akan seksualitas sangat terbatas. Temuan dari berbagai penelitian tersebut menunjukkan bahwa peningkatan aktifitas seksual dikalangan kaum remaja, tidak diiringi dengan peningkatan pengetahuan tentang kesehatan seksual dan

(6)

2

reproduksi termasuk HIV/AIDS, penyakit menular seksual (PMS) dan alat-alat kontrasepsi (Tanjung dkk, 2003).

Organisasi Kesehatan Dunia mendefinisikan kehamilan remaja sebagai "Kehamilan dari seorang gadis yang berusia 10-19 tahun", usia yang didefinisikan sebagai usianya saat bayi lahir. Seringkali istilah "Teen Pregnancy" dan "Adolescent Pregnancy" digunakan sebagai sinonim. Menurut UNICEF, seluruh dunia setiap tanggal 5 anak lahir dari ibu remaja. Seluruh dunia 13 juta kelahiran masing-masing tahun terjadi pada anak perempuan di bawah 19 tahun. Kejadian kehamilan remaja bervariasi secara dramatis antara negara lain (WHO, 2004).

Sekitar 90% kelahiran remaja terjadi di negara berkembang. Meski begitu, disana juga ada variasi yang signifikan dalam kehamilan remaja dan tingkat kelahiran antara negara maju, meskipun kehamilan remaja dan tingkat kelahiran negara maju secara signifikan lebih rendah daripada negara berkembang (Yasmin

et al, 2014).

Kehamilan remaja dianggap bermasalah karena komplikasi kehamilan dan persalinan adalah penyebab utama kematian pada remaja putri antara 15 dan 19 tahun di negara berkembang. Diperkirakan itu 70.000 remaja putri meninggal setiap tahunnya karena mereka hamil sebelum mereka cukup dewasa secara fisik (Yasmin et al, 2014).

Upaya dalam mendidik para kaum muda menjadi sangat penting karena pada intinya, memberdayakan generasi muda untuk melindungi diri mereka adalah langkah pertama untuk mengendalikan masalah mereka. Rendahnya pendidikan dan pegetahuan tentang kesehatan reproduksi kurangnya informasi yang membahas khusus tentang kesehatan reproduksi remaja, status ekonomi dan sosial bidaya menjadi masalah yang sampai saat ini mendukung tingginya angka kejadian penyakit ini (Gultom, 2014).

Untuk itu penulis tertarik membahas lebih lanjut mengenai kehamilan remaja yang menjadi penyumbang terbesar kematian remaja putri di Indonesia bahkan di dunia.

(7)

3

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sistem Reproduksi Wanita

Sistem reproduksi merupakan salah satu komponen sistem tubuh yang penting meskipun tidak berperan dalam homeostasis dan esensial bagi kehidupan sesorang. Pada manusia, reproduksi berlangsung secara seksual.

2.1.1 Struktur dan Fungsi Organ Reproduksi

A. Alat Genitalia Eksterna

Gambar 2.1: Genitalia Eksternal Wanita

1. Labia mayora (bibir besar)

Labia mayora terdiri dari bagian kanan dan kiri. Lapisan lemak lanjutan mons pubis ke arah bawah dan belakang dan banyak mengandung pleksus vena. Pertemuan kedua labia mayora membentuk komisura posterior. Labia mayora homolog embriologik dengan skrotum pada pria.

2. Labia minora (bibir kecil)

Labia minora merupakan suatu lipatan tipis dari kulit sebelah dalam labia mayora. Kedua lipatan kiri dan kanan bertemu di atas preputium klitoridis dan di bawah klitoris. Bagian belakang kedua lipatan setelah

(8)

4

mengelilingi orificium vagina bersatu disebut fouchet. Labia minora banyak terdapat pembuluh darah, otot polos dan ujung serabut saraf. 3. Mons veneris

Mons veneris adalah bagian yang menonjol di bagian simpisis pubis dan terdiri dari jaringan lemak. Mons veneris akan ditumbuhi rambut pubis pada masa pubertas. Hal ini, merupakan tanda pubertas sekunder. Fungsi dari rambut pubis selain sebagai estetika juga dapat mencegah terjadinya infeksi.

4. Klitoris

Klitoris adalah organ kecil yang terletak di atas labia minora. Klitoris identik dengan penis pada pria. Klitoris banyak dialiri pembuluh darah dan urat syaraf, sehingga klitoris merupakan daerah yang sangat sensitif terhadap rangsangan seksual.

5. Orificium urethrae

Muara dari saluran kencing yang terleak di bawah klitoris. 6. Himen sering disebut sebagai selaput dara.

7. Kelenjar reproduksi

Sama halnya seperti pria, wanita juga memiliki beberapa kelenjar reproduksi, di antaranya adalah kelenjar vestibulari mayor dan minor serta parauretralis.

B. Alat Genitalia Interna

(9)

5

1. Ovarium (Indung Telur)

Ovarium adalah sepasang organ berbentuk oval yang terletak di rongga perut. Ovarium memiliki struktur berbentuk bulatan-bulatan yang disebut folikel. Tiap folikel mengandung sel telur (oosit) yang berada pada lapisan tepi ovarium. Fungsinya adalah memproduksi telur matang untuk pembuahan dan produksi hormon steroid dalam jumlah besar. 2. Oviduk (Tuba Fallopi)

Oviduk merupakan saluran penghubung antara ovarium dan rahim (uterus). Di ujungnya terdapat fimbria yang menyerupai jari-jari untuk menangkap telur yang matang. Oviduk ini berfungsi untuk membawa sperma dan telur ke tempat terjadinya pembuahan, yaitu ampula tuba. 3. Rahim (Uterus)

Rahim pada wanita hanya ada satu dan tersusun atas otot yang tebal. Rahim bagian bawah memiliki ukuran yang lebih kecil dan biasa disebut sebagai leher rahim (cervix). Bagian yang besar dari uterus disebut dengan corpus uteri. Terdapat tiga lapsan utama uterus, yaitu perimetrium, miometrium, dan endometrium. Endometrium merupakan lapisan yang akan mengalami penebalan dan pengelupasan apabila tidak ada pembuahan. Fungsi utamanya adalah tempat menunjang pertumbuhan dan perkembangan janin.

4. Vagina

Vagina merupakan alat kelamin wanita yang menghubungkan alat kelamin luar dengan rahim. Vagina terdiri atas otot yang membujur ke arah belakang. Dinding vagina banyak memiliki lipatan meskipun lebih tipis dari rahim. Selain itu, lendir yang dihasilkan dari dindingnya berfungsi mempermudah persalinan. Fungsi vagina adalah menahan penis saat berhubungan seksual dan menyimpan semen sementara.

2.1.2 Proses Pembuahan

Fertilisasi adalah proses penyatuan gamet pria dan wanita, yang terjadi di daerah ampulla tuba fallopii. Spermatozoa bergerak dengan cepat dari vagina ke

(10)

6

rahim dan selanjutnya masuk kedalam saluran telur.Pergerakan naik ini disebabkan oleh kontraksi otot-otot uterus dan tuba. Sebelum spermatozoa dapat membuahi oosit, mereka harus mengalami proses kapasitasi dan reaksi akrosom (Sadler, 2000).

K

apasitasi adalah suatu masa penyesuaian di dalam saluran reproduksi wanita, yang pada manusia berlangsung kira-kira 7 jam. Selama wakt u ini, suatu selubung dari glikoprotein dari protein-protein plasma segmen dibuang dari selaput plasma, yang membungkus daerah akrosom spermatozoa. Hanya sperma yang menjalani kapasitasi yang dapat melewati sel korona dan mengalami reaksi akrosom (Sadler, 2000).

Gambar 2.3: Proses pembuahan (fertilisasi)

Reaksi akrosom terjadi setelah penempelan ke zona pelusida dan diinduksi oleh protein-protein zona. Reaksi ini berpuncak pada pelepasan enzim-enzim yang diperlukan untuk menembus zona pelusida, antara lain akrosin dan zat-zat serupa tripsin (Sadler, 2000).

2.1.3 Fisiologi Kehamilan

Kehamilan adalah suatu peristiwa alami dan merupakan mata rantai yang berkesinambung dan terdiri dari ovulasi, migrasi spermatozoa dan ovum, konsepsi dan pertumbuhan zigot, nidasi (implantasi) pada uterus, pembentukan plasenta, dan tumbuh kembang hasil konsepsi sampai aterm (Manuaba, 2010).

Dengan terjadinya kehamilan maka seluruh genitalia wanita mengalami perubahan yang mendasar sehingga dapat menunjang perkembangan dan

(11)

7

pertumbuhan janin dalam rahim. Plasenta dalam perkembangannya mengeluarkan hormone somatomatropin, estrogen, dan progesteron yang menyebabkan perubahan pada:

1. Rahim atau uterus

Selama kehamilan uterus akan beradaptasi untuk menerima dan melindungi hasil konsepsi (janin, plasenta, amnion) sampai persalinan. Selama kehamilan, uterus akan berubah menjadi suatu organ yang mampu menampung janin, plasenta, dan cairan amnion rata-rata pada akhir kehamilan volumetotalnya mencapai 5 liter bahkan dapat mencapai 20 liter atau lebih dengan berat rata-rata 1100 gram (Sarwono, 2014).

2. Vagina (liang senggama)

Selama kehamilan peningkatan vaskularisasi dan hype remia terlihat jelas pada kulit dan otot-otot di perineum dan vulva, sehingga pada vagina akan terlihat bewarna keunguan yang dikenal dengan tanda Chadwicks.

3. Ovarium

Proses ovulasi selama kehamilan akan terhenti dan pematangan folikel baru juga ditunda. Hanya satu korpus luteumyang dapat ditemukan di ovarium. Folikel ini akan berfungsi maksimal selama 6-7 minggu awal kehamilan dan setelah itu akan berperan sebagai penghasil progesterone dalam jumlah yang relative minimal (Sarwono, 2014).

4. Payudara

Payudara mengalami pertumbuhan dan perkembangan sebagai persiapan memberikan ASI pada saat laktasi. Perkembangan payudara tidak dapat dilepaskan dari pengaru hormone saat kehamilan, yaitu estrogen, progesterone, dan somatromatropin (Sarwono, 2014).

5. Sirkulasi darah ibu

Peredaran darah ibu dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain:

a. Meningkatnya kebutuhan sirkulasi darah sehingga dapat memenuhi kebutuhan perkembangan dan pertumbuhan janin dalam rahim. b. Terjadi hubungan langsung antara arteri dan vena pada sirkulasi

retro-plasenter.

(12)

8

Akibat dari faktor tesebut dijumpai perubahan peredaran darah, yaitu: 1. Volume darah

Volume darah semakin meningkat dimana jumlah serum darah lebih besar dari pertumbuhan sel darah, sehingga terjadi semacam pengenceran darah (hemodilusi). Serum darah (volume darah) bertambah sebesar 25-30% sedangkan sel darah bertambah sekitar 20%.

2. Sel darah

Sel darah merah makin meningkat jumlahnya untuk dapat mengimbangi pertumbuhan janin dalam rahim, tetapi pertambahan sel darah tidak seimbang dengan peningkatan volume darah sehingga terjadi hemodilusi yang disertai anemia fisiologis.

3. Sistem respirasi

Perubahan sistem respirasi untuk dapat memnuhi kebutuhan O2. Disamping itu terjadi desakan diafragma karena dorongan rahim yang membesar pada umur hamil 32 minggu. Sebagai kompensasi terjadinya desakan rahim dan kebutuhan O2 yang meningkat, ibu hamil akan bernafas lebih dalam sekitar 20-25% dari biasanya.

4. Sistem pencernaan

Terjadi peningkatan asam lambung karena pengaruh estrogen. 5. Traktur urinarius

Pada bulan-bulan pertama kehamilan kandung kemih akan tertekan oleh uterus yang mulai membesar sehingga menimbulkan sering kemih. 6. Perubahan pada kulit

Pada kulit dinding perut akan terjadi perubahan warna menjadi kemerahan, kusam, dan kadang-kadang juga akan mengenai daerah payudara dan paha. Perubahan ini dikenal dengan nama striae gravidarum. 7. Metabolisme

Diperkirakan selama kehamilan berat badan akan bertambah 12,5 Kg. Sebgaian besar penambahan berat badan selama kehamilan berasal dari uterus dan isinya.

(13)

9

2.2 Remaja 2.2.1 Definisi

Menurut Sarwono (2014) remaja atau adolesen adalah masa peralihan dari pubertas ke dewasa, yaitu pada umur 11-19/20 tahun. Pada masa ini mulai terbentuk perasaan identitas individu, pencapaian emansipasi dalam keluarga, dan usahannya untuk mendapatkan kepercayaan dari ayah dan ibu. Pada masa peralihan tersebut, inidividu lebih matang secara fisiologik dan kadang-kadang psikologik.

Sedangkan menurut Soetjiningsih, (2004). Masa remaja adalah suatu tahap dengan perubahan yang cepat dan penuh tantangan yang sulit. Berbagai tantangan yang sulit. Berbagai tantangan ini kadang-kadang sulit diatasi sebab secara fisik sudah dewasa namun secara psikologis belum tentu. Kejadian serupa tidak jarang terjadi diberbagai Negara termasuk di Indonesia.

2.2.2 Batasan Remaja

Sebagai pedoman umum dapat digunakan batasan usia 11-20 tahun dan belum menikah untuk remaja indonesia dengan pertimbangan (Sarwono, 2014). Dalam proses penyesuaian diri menuju kedewasaan ada tiga tahap perkembangan remaja, meliputi:

A. Remaja awal 11-13 tahun (Early Adolescent)

Remaja pada tahap ini mengalami kebingungan akan perubahan perubahan yang terjadi pada tubuhnya sendiri dan dorongan-dorongan yang menyertai perubahan-perubahan itu.

B. Remaja madya atau pertengahan 14-16 tahun (Middle Adolescent )

Pada tahap ini remaja sangat membutuhkan teman. Ada kecenderungan

“narcistic”, yaitu mencintai diri sendiri, dengan menyukai teman-teman

yang mempunyai sifat-sifat yang sama dengan dirinya. Selain itu mereka masih mengalami kebingungan untuk menentukan pilihan.

C. Remaja akhir 17-20 tahun (Late Adolescent)

Tahap ini adalah masa konsolidasi menuju periode dewasa dan ditandai dengan pencapaian lima hal: minat yang makin mantap terhadap fungsi-fungsi intelek, egonya mencari kesempatan untuk bersatu dengan orang

(14)

10

lain dalam pengalaman-pengalaman baru, terbentuk identitas seksual yang tidak akan berubah lagi, egosentrisme (terlalu memusatkan perhatian pada diri sendiri) diganti dengan keseimbangan antara kepentingan diri sendiri dan orang lain dan tumbuh “dinding” yang memisahkan diri dan pribadinya (private self) dan masyarakat umum (the public).

2.3 Kehamilan Remaja 2.3.1 Definisi

Kehamilan remaja adalah kehamilan yang terjadi pada usia remaja, dimana kehamilan terjadi pada usia ibu kurang dari 20 tahun (Depkes RI, 2007).

Istilah "adolesen" sering digunakan secara sinonim dengan "remaja". Dalam pengertian ini "kehamilan remaja" berarti kehamilan pada wanita berusia 10-19 tahun. Pada kebanyakan statistik, usia wanita didefinisikan sebagai usia dirinya pada saat lahir (WHO, 2004).

2.3.2 Epidemiologi

Kejadian kehamilan remaja dan kelahiran remaja banyak berbeda. Bagi kebanyakan negara angka yang sebanding tersedia pada tingkat kelahiran di kalangan remaja berusia 15-19 tahun. Di beberapa negara angka untuk angka kehamilan juga diketahui. Tingkat kelahiran remaja tertinggi terjadi di sub-Sahara Afrika, dan di beberapa negara di Asia Selatan dan Amerika Latin dengan tingkat kelahiran rata-rata kelahiran per 1000 wanita 15-19 tahun adalah 143. Angka menengah ditemukan di Timur Tengah dan Afrika Utara, di Amerika Serikat dan Eropa Timur. Di negara maju kejadian kehamilan remaja yang tertinggi, aborsi dan kelahiran dicatat di AS yakni pertengahan 1990-an di antara remaja (15-19 tahun) tingkat kehamilan adalah 83,6; Tingkat aborsi 29.2; dan Tingkat kelahiran 54,4, dengan kecenderungan untuk menurun dalam beberapa tahun terakhir. Angka yang sedikit lebih rendah diperoleh di Kanada, Australia. Negara lain di Eropa Barat dan Utara, seperti negara-negara Skandinavia dan Indonesia (rata-rata kelahiran per 1000 wanita 15-19 tahun adalah 58). Belanda, memiliki tingkat kehamilan dan kelahiran yang rendah (WHO, 2004).

(15)

11

Tabel 2.1: Demografi profil kehamilan remaja di Indonesia (UNFPA, 2013)

Gambar 2.3: Angka kejadian kelahiran remaja di Indonesia (per 1000 perempuan usia 15-19 tahun) (UNFPA, 2013)

Di Indonesia, kehamilan remaja menduduki 11,38% dari seluruh ibu yang melahirkan di rumah-rumah sakit pendidikan di seluruh Indonesia. 73% kehamilan remaja di luar perkawinan. Berdasarkan hasil SDKI 2007, rata-rata usia kawin pertama dari perempuan umur 25–29 tahun di Indonesia adalah 19,8 tahun. Data survei kesehatan ibu dan anak tahun 2000 menunjukkan median umur kehamilan pertama di Indonesia adalah 18 tahun, sebanyak 46% perempuan mengalami kehamilan pertama di bawah usia 20 tahun dan persalinan pertama wanita Indonesia adalah 20,4 tahun (Fiatin dkk, 2011).

(16)

12

2.3.3 Faktor Penyebab

Sejumlah faktor yang dianggap dapat mempengaruhi/turut berperan dalam kehamilan remaja yaitu : (Sampoerno dkk, 1987)

A. Faktor Individu

1. Faktor somatik, psikologis, sosial dan seksual. Makin cepat perkembangannya aktivitas seksual sampai dengan perkawinan dan kehamilan.

2. Tingkat Pendidikan. Makin rendah tingkat pendidikan makin mendorong cepatnya perkawinan dan kehamilan remaja.

3. Sikap patuh dan taat terhadap orang tua serta tidak ingin mengecewakan atau justru oleh karena ingin cepat keluar dari lingkungan orang tua atau ingin melepaskan diri dari lingkungan rumah.

4. Masalah sosial dan ekonomi. Sebagian jalan keluar masalah sosial ekonomi, untuk mengurangi beban hidup keluarga, untuk meningkatkan status ekonomi atau sebagai perkawinan tradisi budaya. Tidak jarang ditemukan perkawinan pada remaja yang masih sangat muda usia.

B. Faktor Keluarga

Peranan orang tua di dalam menentukan perkawinan anak-anaknya.

1. Sosial ekonomi keluarga. Oleh karena beban ekonomi, orang tua dapat mempunyai dorongan segera mengawinkan anak gadisnya. Terdapat dua keuntungan, pertama tanggung jawab ekonomi akan berkurang, kedua dengan perkawinan akan diperoleh tenaga kerja tambahan yaitu menantu. 2. Tingkat pendidikan keluarga. Makin rendah pendidikan keluarga makin

sering ditemukan perkawinan dan kehamilan remaja. Hal ini berkaitan dengan pemahaman berkeluarga yang masih bersifat sederhana.

3. Kepercayaan dan adat istiadat dalam keluarga. Untuk meningkatkan status sosial keluarga, mempererat hubungan antar keluarga dan untuk menjaga garis keturunan keluarga.

4. Kemampuan keluarga menghadapi masalah remaja. Bila tidak ada alternatif lain, keluarga akan mengawinkan anak gadisnya lebih awal daripada terperosok ke dalam perbuatan maksiat yang mencoreng nama baik keluarga.

(17)

13

C. Faktor Lingkungan

1. Adat istiadat. Pada beberapa daerah di Indonesia mempunyai anggapan bila anak gadisnya yang telah dewasa belum berkeluarga dipandang sebagai aib keluarga. Akhirnya mendorong terjadinya perkawinan dan kehamilan remaja.

2. Pandangan dan kepercayaan. Pandangan dan atau kepercayaan yang salah yang menganggap bahwa kedewasaan seseorang dimulai dari status perkawinan dan juga kepercayaan agama tentang akil baliq yang disalahtafsirkan.

3. Penyalahgunaan wewenang atau kekuasaan. Pemuka daerah yang menyalahgunakan wewenang untuk mengawini anak gadis orang.

4. Tingkat pendidikan masyarakat. 5. Tingkat sosial ekonomi masyarakat.

6. Tingkat kesehatan penduduk. Jika tingkat kesehatan belum memuaskan, sehingga angka kematian tinggi, maka sering dijumpai perkawinan usia remaja.

7. Perubahan nilai. Perubahan nilai tradisional sehingga terjadi hubungan seksual darn kehamilan di luar nikah, mendorong terjadinya perkawinan usia muda.

8. Peraturan perundang-undangan. Peranan peraturan perundang-undangan yang membenarkan perkawinan usia muda cukup besar. Juga aparat penyelenggaraannya apabila tidak patuh pada ketentuan, dapat mendorong makin tingginya perkawinan usia remaja.

2.3.4 Risko Kehamilan pada Remaja

Menurut Depkes RI (2005) risiko kehamilan pada usia dini adalah rahim dan panggul belum mencapai ukuran dewasa ditinjau dari segi gizi kehamilan pada remaja merupakan hal yang berisiko. Gizi yang diperlukan oleh para remaja yang hamil ini berkompetisi antara kebutuhan mereka terhadap pertumbuhan dan perkembangan janin. Beragam risiko terjadinya anemia, bayi prematur, bayi berat lahir rendah, kematian bayi dan penyakit menular seksual meningkat pada remaja yang hamil sebelum usia 16 tahun.

(18)

14

Mathur Greene, dan Malhotra (2003) juga mengemukakan sejumlah risiko/konsekuensi negatif yang mengakibatkan remaja terutama remaja putri yang menjadi fokus penelitian serta lingkungan di sekitarnya.

A. Akibatnya dengan kesehatan (Health and related outcomes) 1. Belum matangnya organ reproduksi

Selama pubertas tulang dan organ reproduksi mengalami perkembangan. rasio atau perbandingan organ kandungan wanita muda antara corpus ke isthmus dan cervix belumlah sempurna. Corpus uterus (kandungan) ibu muda lebih kecil karena proses pertumbuhan uterus itu sendiri masih berlangsung dan belum sempurna, Rasio corpus dan cervix hanya 1:1, sedangkan pada wanita dewasa perbandingannya adalah 2:1. Organ reproduksi yang immature ini menjelaskan mengapa kehamilan muda memiliki risiko bagi kesehatan ibu dan bayinya, selain itu banyak para remaja putri terutama di Indonesia memiliki postur tubuh yang kecil, menyebabkan kesulitan saat persalinan, keadaan ini dikenal sebagai Cephalo pelvic disproporsi (Disproporsi kepala panggul) sangat mungkin terjadi.

2. Abortus

Wanita dalam usia dini dengan belum matangnya alat reproduksi, mengalami kejadian abortus. Dibuktikan dengan terjadinya abortus sering terjadi pada waita yang belum matang secara emosional, dan sangat menguatirkan risiko kehamilan. Dalam hal tersebut peranan dokter dalam menyelamatkan kehamilan sangat penting. Usaha-uasah dokter untuk mendapat kepercayaan pasien, dan menerangkan segala sesuatu sangat membantu.

3. Hyperemesis gravidarum

Ibu hamil yang mengalami muntah–muntah terus (hyperemisis

gravidarum), keadaan disebabkan oleh karena kurang mampunya tubuh

beradaptasi akan kadar hormon yang meningkat karena adanya janin dalam kandungan, muntah yang terus menerus dapat menyebabkan

(19)

15

4. Anemia

Ditandai dengan pucat, lesu, lemah, pusing dan sering sakit, pemeriksaan Hb kurang dari 8 gram %. Penyebabya biasanya karena defisiensi nutrisi (zat besi dan asam folat) dan atau penyakit infeksi (kebanyakan malaria). Anemia atau kurang darah merupakan salah satu penyebab utama kematian ibu. Ibu hamil yang anemia tidak dapat memenuhi kebutuhan tubuh ibu dan janin akan nutrisi dan oksigen yang dibawa dalam darah, sehingga pertumbuhan bayi terganggu. Wanita yang anemia saat melahirkan dapat mengalami syok karena kehilangan banyak darah dan dapat menyebabkan kematian.

5. Berat badan ibu tidak naik

Selama kehamilan, ibu hamil diharapkan mengalami pertumbuhan janin. Tidak adanya kenaikan berat badan yang diharapkan menunjukan kondisi

malnutrisi ibu mengindikasikan pertumbuhan janin yang terhambat.

Dengan pemberian suplementasi zat besi, folat dan placebo diberikan pada perempuan remaja didapatkan kenaikan tinggi badan dan hematokrit. Maka dari itu kemungkinan perempuan remaja masih dapat terus tumbuh selama kehamilan.

6. Preeklampsia/eklampsia

Dapat merupakan tanda adanya preeklamsi, yaitu meningkatnya tekanan darah pada kehamilan. Biasanya terjadi pada usia kehamilan 20 minggu (akhir semester 2 atau pada semester 3) walau dapat dijumpai lebih awal, preeklamsi merupakan penyumbang angka kematian ibu dan bayi yang tinggi. Preeklamsi dapat diikuti terjadinya eklamsia yaitu kejang dengan disertai peningkatan tekanan darah. Satu dari 50 wanita dan satu dari 14 bayi meninggal dunia yang disebabkan oleh eklamsi.

7. Gerakan janin berkurang atau tidak ada.

Sejak usia kehamilan 5 bulan, ibu sebaiknya memantau gerakan janin. Gerakan janin diharapkan dirasakan oleh ibu 3 kali setiap jam, jika ibu merasa kurang dari itu, menunjukkan bayi tidak aktif, harus berkonsultasi dengan bidan atau dokter.

(20)

16

8. Penyakit ibu yang berpengaruh terhadap kehamilan.

Ibu dengan sakit jantung berisiko untuk hamil karena pada keadaan kehamilan jantung dituntut bekerja lebih keras untuk memompa darah. Ibu hamil dengan penyakit jantung juga berisiko melahirkan bayi dengan barat badan lahir rendah. Dengan pola seksual aktif yang membuat remaja muda hamil membuat mereka rentan terhadap PMS khususnya infeksi HIV didaerah dengan prevalensi virus yang tinggi.

9. Ketuban pecah dini.

Ketuban pecah dini mempermudah terjadinya infeksi pada kandungan yang membahayakan jiwa ibu. Hal ini berkaitan dengan perubahan biokimia yang terjadi dalam kolagen matriks ekstra seluler amnion, koriuon, dan apoptosis membrane janin. Membran janin dan desidua bereaksi terhadap stimuli seperti infeksi dan peregangan selaput ketuban dengan memproduksi mediator seperti prostaglandin, sitokinin, dan protein hormone yang merangsang aktivitas “matrix degrading enzyme” (Sarwono, 2014).

10. Partus Prematurus Imminens

Persalinan preterm adalah persalinan yang berlangsung pada umur kehamilan 20-37 minggu dihitung dari hari pertama haid terakhir. Persalinan prematur meningkat pada usia <20 tahun dan >35 tahun. Kehamilan di usia muda lebih memungkinkan mengalami penyulit pada masa kehamilan dan persalinan yakni karena wanita muda sering memiliki pengetahuan yang terbatas tentang kehamilan dan juga belum cukup dicapainya kematangan fisik, mental, dan fungsi organ reproduksi calon ibu.

11. Kehamilan tidak maju.

Dapat terjadi karena kontraksi yang tidak tepat, malposisi, cephalo pelvic

disproportion. Kehamilan yang terhambat ini dapat mengakibatkan infeksi

postpartum yang berat dan meningkatkan risiko penyakit radang panggul, kemandulan dan luka neurologis. Wanita dengan kehamilan tidak maju segera dirujuk kerumah sakit.

(21)

17

12. Pendarahan

Pendarahan pada awal kehamilan dapat merupakan tanda keguguran, pendarahan pada usia kehamilan 4 sampai 9 bulan dapat menunjukan

plasenta letak rendah dalam rahim dan dapat menutup jalan lahir.

Pendarahan pada akhir kehamilan dapat merupakan tanda plasenta terlepas dari rahim, perdarahan yang hebat dan terus menerus setelah melahirkan dapat menyebabkan ibu kekurangan darah dan merupakan tanda bahaya dimana ibu bersalin harus segera mendapat pertolongan yang tepat dari bidan atau dokter.

13. Partus macet

Karena adanya disproporsi kepala panggul maka pertolongan persalinan harus dilakukan dengan operasi ceasar, yang tentu saja harus dilakukan di fasilitas kesehatan yang lengkap (namun ini menjadi masalah bagi mereka yang tinggal yang jauh dari fasilitas yang memiliki layanan operasi ceasar). Ada indikasi kuat bahwa pada anak perempuan yang sangat muda (<16 tahun) tulang panggul untuk jalan lahirnya mungkin masih dalam proses tumbuh, terutama di beberapa wilayah daerah miskin di negara berkembang dimana onset pubertas biasanya relatif terlambat.

14. Fistula

Merupakan penyulit yang paling sering terjadi sebagai akibat dari partus macet yang tidak ditangani dengan cepat dan tepat. Tekanan dari kepala bayi yang lama terhadap pelvis ibunya menguranggi aliran darah ke jaringan lunak di sekitar kantung kemih atau pencernaannya. yang mengakibatkan kemudian ibu merasakan nyeri secara fisik dan kesedihan secara emosional.

15. Pendarahan pasca persalinan termasuk masalah akibat anemia.

Selama kehamilannya ibu muda cenderung mengalami anemia dibandingkan ibu lebih tua. Pendarahan merupakan penyebab tersering menyebabkan kematian ibu.

(22)

18

B. Akibatnya dengan kehidupan (Life outcomes)

1. Berkurangnya kesempatan, keahlian dan dukungan sosial.

2. Berkurangnya kekuatan dalam kaitannya dengan hukum karena keahlian, sumber-sumber, pengetahuan, dukungan sosial yang terbatas.

3. Morbiditas dan mortalitas maternal

Morbiditas yang paling mencolok pada wanita muda yang menderita persalinan terhambat di negara berkembang adalah fistula vesico-vaginal dan recto-vaginal. Untuk angka kematian ibu jauh lebih tinggi namun lebih sulit diukur. Kematian meningkat secara signifikan pada wanita yang tidak melakukan pembukuan perawatan antenatal.

C. Akibatnya dengan anak (Outcomes for children)

Kesehatan bayi dan anak yang buruk memiliki kaitan yang cukup kuat dengan usia ibu yang terlalu muda, berkesinambungan dengan ketidakmampuan wanita muda secara fisik dan lemahnya pelayanan kesehatan reproduktif dan sosial terhadap mereka.

1. BBLR

Ibu muda searing mengalami pola makan yang buruk dan mengalami pertambahan berat badan selama hamil yang tidak adekuat. Bayi yang lahir dari ibu muda 2 – 6 kali lebih sering berat badan lahir rendah (BBLR) karena premature dan retardasi pertumbuhan selama dalam rahim. Bayi Dengan berat lahir rendah (BBLR) mungkin mengalami pertumbuhan organ yang tidak sempurna yang dapat menyebabkan masalah pada paru-paru seperti respiratory distress syndrome atau masalah otak, dan masalah pencernaan atau retardasi mental. Kontrol terhadap suhu tubuh dan kadar gula sulit diatur yang mengakibatkan bayi berat lahir rendah (BBLR). 2. Mortalitas perinatal

Anak-anak yang lahir dari ibu yang berusia di bawah 20 tahun memiliki risiko kematian yang cukup tinggi (menurut WHO, didefinisikan sebagai kelahiran mati, dan angka kematian neonatal dari berat lahir 500 g, dan sampai akhir minggu pertama setelah kelahiran).

(23)

19

3. Tetanus neonatorum

Merupakan infeksi serius yang hanya terjadi di daerah di mana tindakan higienis dasar selama dan setelah melahirkan terbengkalai atau tidak benar, dan dimana cakupan imunisasi pada wanita muda masih belum memadai (WHO, 2004).

4. Menyusui

Sedikitnya pengetahuan tentang praktik menyusui diantara ibu dibawah 18 tahun jauh lebih sedikit dari pada ibu yang lebih tua. Sehingga status gizi anak yang lahir dari ibu remaja jauh lebih rendah dari pada anak dari ibu yang lebih tua. Juga ditemukan dalam perkembangan psikososial anak, dimana anak-anak dari ibu remaja memiliki skor lebih rendah termasuk masalah prilaku yang dimiliki (WHO, 2004).

D. Akibatnya dengan perkembangan (Development outcomes)

Hal ini berkaitan dengan Millenium Develovement Goals (MDGs) seperti dukungan terhadap pendidikan dasar, dan pencegahan terhadap HIV/AIDS. Ketika dihubungkan dengan usia saat menikah, dengan jelas menunjukkan bahwa menikah di usia yang tepat akan dapat mencapai tujuan perkembangan, yang meliputi menyelesaikan pendidikan, bekerja, dan memperoleh keahlian serta informasi yang berhubungan dengan peran di masyarakat, anggota keluarga, dan konsumen sebagai bagian dari masa dewasa yang berhasil.

2.3.5 Metode Persalinan pada Kehamilan Remaja

Di negara maju tingkat SC pada remaja umumnya lebih rendah dari pada kontrol > 19 tahun. Di beberapa negara berkembang jumlahnya tampak ada kecenderungan sebaliknya, dengan tingkat SC yang lebih tinggi pada remaja. Kebanyakan penelitian dari negara-negara maju, persentase induksi yang lebih rendah, penggunaan oksitosin dan episiotomy yang dilaporkan pada remaja.

Tingkat SC dan beberapa intervensi lainnya keduanya negara maju dan berkembang dapat dengan mudah dipengaruhi oleh sikap dokter kandungan dan bidan terhadap persalinan dan melahirkan perempuan remaja, dan dengan sikap

(24)

20

pasien itu sendiri. Data yang tersedia dari negara maju mengarah pada kesimpulan bahwa umumnya persalinan pada remaja adalah tidak lebih rumit dari pada pada wanita yang lebih tua dan kejadian intervensinya juga kurang. Di negara berkembang, terutama di beberapa daerah miskin, ada indikasi bahwa pada perempuan yang sangat muda (<16 Tahun) tulang panggul dan jalan lahir masih belum matang; Hal ini dapat menyebabkan persalinan terhambat dan lainnya komplikasi obstetrik lainnya seperti fistula (WHO, 2004).

2.3.6 Strategi Mengurangi Kehamilan Remaja

Adapun beberapa strategi yang dapat mengurangi kehamilan remaja antara lain : (Gultom, 2014)

A. Mengurangi kemiskinan

Angka kehamilan remaja paling tinggi terdapat di daerah-daerah yang keadaan sosial ekonominya kurang. Strategi yang menurunkan kemiskinan dan memperbaiki prospek sosial ekonomi keluarga muda ini besar kemungkinannya akan menurunkan angka kehamilan remaja

B. Mengincar kelompok berisiko tinggi

Kelompok-kelompok tertentu kaum muda lebih besar kemungkinannya hamil pada usia remaja, sehingga mereka dapat dipilih untuk menjadi sasaran. Kelompok ini mungkin mencakup remaja yang diasuh oleh negara, remaja yang tidak memiliki rumah, remaja yang tinggal dilingkungan yang sosial ekonominya lemah, dan remaja yang mereka sendiri adalah anak dari orangtua remaja

C. Meningkatkan pendidikan

Pendidikan seks di sekolah berperan penting dalam menurunkan kehamilan remaja. Program pendidikan seks lebih besar kemungkinannya berhasil apabila terdapat pendekatan terpadu antara sekolah dan layanann kesehatan.

D. Pembinaan bagi remaja

Bertujuan untuk memberikan informasi dan pengetahuan yang berhubungan dengan prilaku hidup sehat bagi remaja, disamping

(25)

21

menangani masalah yang ada. Pembekalan pengatahuan yang diperlukan remaja meliputi :

1. Perkembangan fisik, kejiwaan, dan kematangan seksual remaja

Pembekalan pengetahuan tentang perubahan yang terjadi secara fisik, kejiwaan dan kematangan seksual akan memudahkan remaja untuk memahami serta mengatasi berbagai keadaan yang membingungkannya. Informasi tentang alat reproduksi remaja laki-laki dan perempuan, serta tentang kontrasepsi perlu diperoleh setiap remaja. 2. Proses reproduksi yang bertanggung jawab

Manusia secara biologis mempunyai kebutuhan seksual. Remaja perlu mengendalikan naluri seksualnya dan menyalurkannya menjadi kegiatan yang positif, seperti olahraga, dan mengembangkan hobi yang membangun.

3. Pergaulan yang sehat

Remaja memerlukan pembekalan tentang kiat-kiat untuk mempertahankan diri secara fisik maupun psikis dan mental dalam menghadapi berbagai godaan, seperti ajakan untuk melakukan hubungan seksual dan penggunaan NAPZA.

4. Persiapan Pra nikah

Diperlukan agar calon pengantin lebih siap secara mental dan emosional dalam memasuki kehidupan keluarga.

5. Kehamilan dan persalinan

Diberikan pembekalan mengenai hal-hal yang menyangkut kehamilan termasuk asupan gizi Ibu dan dampak-dampak dari kehamilan serta pembekalan dalan menghadapi persalinan yang akan terjadi.

6. Kontrasepsi

Layanan untuk kesehatan reproduksi dan / atau kontrasepsi bagi remaja harus dipisahkan dari layanan yang sama untuk orang dewasa dan harus disesuaikan dengan kebutuhan remaja sehubungan dengan lokasi mereka dan sikap personil. Remaja yang aktif secara seksual perlu menyadari pentingnya perlindungan terhadap kehamilan dan PMS / HIV. Bila digunakan dengan benar dan konsisten, kondom adalah

(26)

22

metode paling efektif untuk mencegah infeksi bagi remaja yang terlibat dalam hubungan seksual, dan bisa sangat efektif dalam melindungi terhadap kehamilan juga. Di negara berkembang khususnya perhatian lebih harus diberikan pada penggunaan metode kontrasepsi keadaan darurat.

(27)

23

BAB III PENUTUP

Resume

Remaja atau adolesen adalah masa peralihan dari pubertas ke dewasa, yaitu pada umur 11-19/20 tahun. Kehamilan remaja adalah kehamilan yang terjadi pada usia remaja, dimana kehamilan terjadi pada usia ibu kurang dari 20 tahun. Sejumlah faktor yang dianggap dapat mempengaruhi/turut berperan dalam kehamilan remaja seperti individu, keluarga dan lingkungan.

Risiko kehamilan pada usia dini adalah rahim dan panggul belum mencapai ukuran dewasa ditinjau dari segi gizi kehamilan pada remaja merupakan hal yang berisiko. Gizi yang diperlukan oleh para remaja yang hamil ini berkompetisi antara kebutuhan mereka terhadap pertumbuhan dan perkembangan dan perkembangan janin. Akibatnya berdampak dengan kesehatan (Health and related outcomes), kehidupan (Life

outcomes), anak (Outcomes for children) dan dengan perkembangan (Development

outcomes). Metode persalinan pada remaja adalah tidak lebih rumit dari pada pada

wanita yang lebih tua, namun tetap dikaji indikasi-indikasi yang mengharuskan pasien untuk di SC.

Untuk menanggulanginya strategi yang dapat mengurangi kehamilan remaja

dapat dilakukan dengan cara mengurangi kemiskinan, mengincar kelompok berisiko tinggi, dan meningkatkan pendidikan serta pembinaan bagi remaja.

(28)

24

DAFTAR PUSTAKA

Arma, A. 2007. Pengaruh perubahan sosial terhadap perilaku seks remaja dan

pengetahuan KESPRO sebagai altenatif penangkalnya. Departemen

Kependudukan dan Biostatistika Fakultas Kesehatan Masyarakat USU. Medan.

Depkes RI. 2005. Kesehatan Reproduksi. Depkes RI. Jakarta.

Fiatin E, Mauliyah I, Priyoto. 2011. Gambaran pengetahuan tentang kesehatan

reproduksi dan kehamilan risiko tinggi pada ibu hamil usia muda di wilayah kerja puskesmas kerek kecamatan kerek kabupaten tuban. Surya.

Gultom, I. 2014. Hubungan Antara Tingkat Pendidikan, Status Ekonomi, dan

Sosial Budaya pada Kehamilan Remaja. Bagian/SMF Ilmu kandungan

dan kebidanan Fakultas Kedokteran UNLAM/RSUD Ulin Banjarmasin. Himawari E. 2011. Kehamilan Remaja.

http://ewyhimawary.com/2011/03/kehamilan-remaja.html Diakses pada 27 Mei 2017 pukul 17.00 WIB.

Manuaba, IBG. 2010. Ilmu Kebidanan, penyakit Kandungan dan KB untuk

Pendidikan Bidan Edisi 2. EGC. Jakarta.

Mathur S, Greene M, Malhotra A. 2003. Too Young to Wed, The Live, Rights of

Young Married Girl. ICWS.

Sadler TW. 2000. Embriologi kedokteran Langman. 7th ed. EGC. Jakarta.

Sarwono, P. 2014. Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Sampoerno D, Azwar A. 1987. Ringkasan Perkawinan dan Kehamilan pada Wanita

Muda Usia di Indenesia. Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia. Jakarta.

Soetjiningsih, 2004. Tumbuh Kembang Remaja dan Permasalannya. Jakarta: Sagung Seto.

Tanjung A, Utamadi G, Sahanaja J, Tafal Z. 2003. Kebutuhan akan pelayanan informasi

dan pelayanan kesehatan reproduksi remaja. Perkumpulan Keluarga Berencana

Indonesia, United Nations Population Fund, Badan Koordinasi Keluarga berencana Nasional. Jakarta.

UNFPA. 2013. Adolescent Pregnancy A Review of the Evidance by Loaiza and

Liang. New York.

WHO. 2004. Adolescent pregnancy- Issues in adolescent health and development,

WHO discussion papers on adolescence.

Yasmin, G. Kumar, A. Parihar, B. 2014. Teen Pregnancy-Its impact on Maternal

and Fetal Outcome. International Journal of Scientific Study Vol.1.

Department of Obstetrics & Gynecology, Gandhi Medical College, Bhopal.

Gambar

Gambar 2.1: Genitalia Eksternal Wanita  1.  Labia mayora (bibir besar)
Gambar 2.2: Genitalia Interna Wanita
Gambar 2.3: Proses pembuahan (fertilisasi)
Tabel 2.1: Demografi profil kehamilan remaja di Indonesia (UNFPA, 2013)

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penghitungan Efektivitas pelaksanaan pemeriksaan pajak penghasilan khususnya PPh orang pribadi dan realisasi surat Perintah Pemeriksaan (SP2) Pajak di KPP Pratama Bitung,

Pada PLTH, renewable energy yang digunakan dapat berasal dari energi matahari, angin, mikrohidro, dan lain-lain yang dapat dikombinasikan dengan Diesel-Generator Set

8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal (“UUPM”), PT Mobile-8 Telecom Tbk, suatu perseroan terbatas yang didirikan berdasarkan hukum negara Republik Indonesia dan berkedudukan di

Jika pada suatu saat fundamental analyst mengetahui bahwa sekuritas A ada dalam posisi under- atau over-valued sebelum investor lain mengetahuinya, analyst tersebut

PAK IJAZAH LEG TRANSKR IPS NILAI SKP SK KARPEG.. INANIK ASTUTIK TK Alfa

Identitas ini yang kemudian dicirikan oleh Furnival bahwa masyarakat yang plural yaitu masyarakat yang terdiri dari sekurang-kurangnya dua elemen atau orde sosial

Objektif utama kajian ini adalah untuk menentukan kesan komitmen afektif dalam hubungan antara rangkaian sosial, norma sosial, kepercayaan dan motivasi dengan tingkah laku

Menurut Arman Hakim Nasution (2008), peramalan adalah proses memperkirakan berapa kebutuhan di masa datang yang meliputi kebutuhan dalam urusan kuantitas,