• Tidak ada hasil yang ditemukan

MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK INTELEKTUAL MENURUT PERSPEKTIF AL-QUR AN Oleh: Warjo, S.Sos

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK INTELEKTUAL MENURUT PERSPEKTIF AL-QUR AN Oleh: Warjo, S.Sos"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK INTELEKTUAL MENURUT PERSPEKTIF AL-QUR’AN

Oleh: Warjo, S.Sos Abstrak

Intelektual dapat membuat aturan hidup bagi orang islam, yaitu bila Al-qur‟an menjelaskan aturan itu dan aturan yang dibuat oleh akal (intelektual) tidak boleh bertentangan dengan jiwa Al-Qur‟an. Jadi akal dihargai oleh Al-Qur‟an bahkan penggunaan akal itu disuruh, bukan saja diijinkan. Dalam Al-Qur‟an penunjukan ini merupakan legalitas dan jaminan untuk menggunakan akal dalam mengatur hidup. Kalau demikian maka secara operasional aturan islam dibuat berdasarkan tiga sumber utama yaitu Al-Qur‟an, Hadits dan Akal. Untuk melihat bagaimana pandangan Al-Qur‟an dan Hadits tentang akal dapat diperiksa, misalnya buku yang ditulis oleh Harun Nasution, akal dan wahyu dalam islam (1982).

A. Pendahuluan

Karena pendidikan menduduki posisi yang paling penting dalam

kehidupan manusia, maka wajarlah orang islam meletakan Al-Qur‟an, Hadits dan Akal sebagai dasar bagi teori-teori pendidikannya. Itulah sebabnya ilmu pendidikan memilih Al-Qur‟an dan Hadits sebagai dasarnya. Kata “Akal” tidak perlu disebutkan secara formal karena telah diketahui secara umum bahwa Al-Qur‟an dan Hadits menyuruh menggunakan akal jadi, mengapa orang islam meletakan Al-Qur‟an menjadi dasar pendidikannya, jawabannya adalah karena sumber tersebut dijamin kebenarannya, mengapa orang islam tidak mengambil teori filsafat seperti liberalisme, pragmatisme dan materialism sebagai dasar pendidikannya, jawabnya adalah karena isme-isme buatan manusia yang tidak dijamin kebenarannya; namun penulis ingin mengangkat intelektual manusia-manusia menurut prespektif Al-Qur‟an.

Intelektual salah satu potensi yang dimiliki manusia merupakan keistimewaan yang dapat mengangkat derajat dirinya dibanding dengan makhluk-makhluk lain. Sehingga diharapkan dengan intelektual tersebut manusia:

1. Mampu mengembangkan inteleknya guna membedakan yang baik dan yang buruk. 2. Dapat mensyukuri kelebihan yang telah diterimanya.

(2)

3. Selalu menggali pengetahuan yang telah dikaruniakan kepadanya.

4. Berjiwa besar tidak congkak karena kelebihan yang dimiliknya semata-mata karena karunia Allah semata.

B. Sebab-Sebab Turunannya

Disebutkan dalam Hadits-Hadits shahih, bahwa Nabi Muhammad SAW. Mendatangi gua Hira (Hira adalah nama sebuah gunung di Makkah) untuk tujuan beribadah selama beberapa hari. Beliau kembali kepada istrinya siti khadijah untuk mengambil bekal secukupnya. Hingga pada suatu hari beliau didalam gua dikejutkan oleh kedatangan malaikat yang membawa wahyu illahi. Malaikat berkata kepadanya “Bacalah” beliau menjawab “Saya tidak bisa membaca” perawi mengatakan, bahwa untuk kedua kalinya menurunkan sebuah kitab kepadanya untuk dibaca, sekalipun ia tidak dapat menulisnya. Malaikat memegang Nabi dan mengguncangnya hingga Nabi kepayahan, dan setealah itu dilepaskan. Malaikat berkata lagi kepadanya “Bacalah” Nabi menjawab “Saya tidak bisa membaca” perawi mengatakan bahwa untuk ketiga kalinya Malaikat memegang Nabi dan mengguncang-guncangkannya, hingga Nabi kepayahan. Setelah itu barulah Nabi mengucapkan apa yang diucapkan Malaikat, yaitu surat Al-Alaq ayat 1-5.

Para perawi Hadits mengatakan bahwa Nabi SAW. Kembali kerumah siti khadijah dalam keadaan gemetar seraya mengatakan “Selimutilah aku” kemudian mereka menyelimuti beliau hingga rasa takut beliaupun hilang. Setelah itu beliau menceritakan semuanya kepada khadijah. Lalu beliau berkata “Aku merasa khawatir terhadap diriku”. Khadijah menjawab, jangan, bergembiralah! Demi Allah sesungguhnya Allah tidak akan membuatmu kecewa. Sesungguhnya engkau adalah orang yang menyambungkan silaturahmi, benar dalam berkata, menanggung beban, gemar menyuguhi tamu dan gemar membantu orang yang sedang tertimpa bencana.

Kemudian Khadijah mengajak beliau menemui Waraqoh ibnu Na‟uial ibnu „Abdi „I-Uzza (Anak paman khadijah). Beliau adalah pemeluk agama Nasrani dijaman jahilliyah, pandai menulis arab dan menguasai bahasa ibran, serta pernah menulis injil dalam bahasa arab dan bahasa aslinya, Ibrani. Beliau adalah orang yang sudah lanjut usia, dan buta kedua matanya. Khadijah berkata kepadanya, “Hai anak paman! Dengarkanlah apa yang dikatakan anak saudaramu ini”. Waraqah bertanya kepad Nabi, “Wahai anak saudaraku, Apakah uang engkau saksikan? Kemudian Nabi SAW menceritakan apa yang dialaminya kepadanya waraqah berkata,

(3)

Malaikat Namus inilah yang pernah datang kepada Nabi Isa jika saja aku masih kuat, dan jika saja aku masih hidup, tatkala kaummu mengusirmu “..Rasulullah bertanya, “Apakah meraka pasti mengusirku?”. Waraqah menjawabnya, tidak seorangpun datang membawa apa yang kau bawa, melainkan ia akan dimusuhi. Jika aku masih hidup dimasa itu aku akan menolongmu sekuat tenaga”. Tetapi tidak lama kemudian ia wafat. Hadits diriwayatkan oleh Imam Ahmad, Buchary dan Muslim.

Berdasarkan Hadits yang lain dapat disimpulkan bahwa permulaan surah ini merupakan awal ayat-ayat Al-Qur‟an diturunkan dan merupakan Rahmat Allah pertama yang diturnkan kepada hamba-hambanya, serta kitab pertama ditunjukan kepada Rasulullah SAW.

Akan halnya saja surah ini diturunkan kemudian, yaitu setelah tersiarnya berita kerasulan Muhammad SAW, dan setelah beliau mengajak kaum Quraisy kepada keimanan terhadap Allah. Sebagai maha pemurah kepada orang yang memohon pemberiannya baginya amat mudah mengunugerahkan kepadamu membaca bagimu berkat kemurahannya. Kemudian Allah menambahkan ketentraman hati Nabi SAW. Atas bakat yang baru ia miliki melalui firman Nya. Yang menjadikan pena sebagai sarana berkomunikasi antar sesama manusia, sekalipun letaknya berjauhan. Dan ia tak ubahnya lisan yang yang bicara. Qolam atau pena, adalah benda mati yang tidak bisa memberikan pengertian, oleh sebab itu Dzat yang menciptakan benda mati bisa menjadi alat komunikasi. Sesungguhnya tidak ada kesulitan bagi-Nya menjadikan dirimu (Muhammad) bisa membaca dam member penjelasan dan pengajaran. Apalagi engkau adalah manusia sempurna.

Disini Allah menyatakan bahwa diri-Nya lah yang telah menciptakan manusia dari Alaq, kemudian mengajari menusia dengan perantaraan qolam. Kemudian itu agar manusia menyadari agar dirinya diciptakan dan sesuatu yang paling hina, hingga ia mencapai kesempurnaan kemanusiaannya dengan pengetahuan-Nya tentang hakikat segala sesuatu. Seolah-olah ayat ini mengatakan “Renungkanlah wahai manusia! Kelak engkau akan menjumpai dirimu telah berpindah dari tingkatan yang paling rendah dan hina, kepada, tingkatan yang paling mulia. Demikian itu ada kekuatan yang mengaturnya dan kekuasaan yang menciptakan kesemuanya dengan baik.

Kemudian Allah menambahkan penjelasannya dengan menyebutkan nikmat-nikmatnya kepafa manusia melalui firmannya:

(4)

Sesungguhnya yang memerintahkan rasulnya membaca. Dialah yang mengajarkan sebagian ilmu yang dinikmati oleh umat manusia, sehingga manusia berbeda dengan makhluk lainnya pada mulanya manusia itu bodoh. Ia tak tidak mengetahui apa-apa, lalu apakah mengherankan jika ia mengajarimu Muhammmad (Muhammad) membaca dan mengajarimu berbagai ilmu selain membaca, sedangkan engkau memiliki bakat untuk menerimanya.

Ayat ini merupakan dalil yang menunjukan tentang keutamaan membaca, menulis dan ilmu pengetahuan.

Sungguh jika tidak ada Qolam, maka, anda tidak akan bisa memahami berbagai ilmu pengetahuan, tidak akan bisa menghitung jumlah asykar, semua agama akan hilang, manusia tidak akan mengetahui kadar kemampuan manusia terdahulu, penemuan-penemuan dan kebudayaan meraka. Dan jika tidak ada Qolam maka sejarah maupun yang menghiasinya dan ilmu pengetahuan mereka tidak bisa dijadikan penyuluh bagi generasi berikutnya. Dan dengan Qolam bersandar kemajuan umat dan kreatifitasnya.

Dalam ayat ini terkandung pula bukti yang menunjukan bahwa, Allah yang menciptakan manusia, dalam keadaan hidup dan berbicara dan sesuatu yang tidak ada tanda-tanda kehidupannya, tidak berbicara serta tidak ada rupa dan bentuknya secara jelas. Kemudian Allah mengajari manusia ilmu yang paling utama. Yaitu menulis dan menganugerahkannya ilmu pengetahuan.

2. pendekatan Semiotik

Lebih dahulu Allah Ta‟ala mengajari manusia menpergunakan qalam. Sesudah dia pandai mempergunakan qalam itu banyaklah ilmu pengetahuan diberikan oleh Allah kepadanya.

Maka didalam susunankelima ayat ini, sebagai ayat mula-mula turun kita menampak dngan kata-kata singkat, Tuhan telah menerangkan asal-usul kejadian seluruh manusia yang semuanya sama, yaitu daripada segumpal darah, yang berasal dari segumpal mani. Dan segumpal mani itu bersal dari saringan halus makanan manusia yang diambil dari bumi. Yaitu hormon, kalori, vitamin dan berbagai zat yang lain, yang semua diambil dari bumi. Yang semuanya ada dalam sayuran, buah-buahan, makanan pokok dan daging. Kemudian itu manusia bertambah besar dan dewasa. Yang terpenting alat untuk menghubungkan dirinya dengan manusia yangs sekitarnya ialah kesanggupan berkata-kata dengan lidah, sebagai pula dicatatnya ilmu yang baru didapatnya itu dengan walam yang telah ada dalam tangannya.

(5)

Sambungan dari apa yang terasa dari hatinya kemudian bertambah juga kecerdasannya, maka diberikan pulalah kepandaian menulis.

Didalam ayat yang mula turun ini telah jelas penilaian yang tertinggi kepada kepandaiannya membaca dan menulis. Berkata syaikh Muhammad Abduh dalam tafsirnya “Tidak dapat kata-kata yang lebih mendalam dan alasan yang lebih sempurna daripada ayat ini menyarankan kepentingan membaca dan menulis ilmu pengetahuan dalam segala cabang dan bahagiannya. Dengan itu mulai dibuka segala wahyu yang akan turun dibelakang. Maka kalau kaum muslim tidak mendapat petunjuk dengan ayat ini dan tidak mereka perhatikan jalan-jalan buat maju, merobek segala selubung pembungkus yang menutup penglihatan mereka selama ini terhadap ilmu pengetahuan, atau merampalkan pintu yang selama ini terkunci sehingga mereka terkurung dalam bilik yang gelap, sebab dikunci erat-erat oleh pemuka-pemuka mereka sampai mereka meraba-raba dalam kegelapan bodoh, dan kalau pembukaan wahyu ini tidak menggetarkan hati mereka, maka tidaklah mereka akan bangun lagi selama-lamanya”.

Ar-razi menguaraikan dalam tafsirnya, bahwapada dua ayat pertama disuruh membaca diatas nama Tuhan yang telah mencipta, adalah mengandung qudrat dan hikmat dan ilmu dan rahmat semuanya adalah sifat Tuhan. Dan pada ayat yang seterusnya seketika Tuhan menyatakan mencapai ilmu dengan qalam atau pena, adalah suatu isyarat bahwa da juga diantara hukum itu yang tertulis, yang tidak dapat dipahamkan kalau didengarkan seksama maka pada dua ayat pertama memperlihatkan rahasia Rububiyyah. Rahasia ketuhanan. Dan ditiga ayat sesudahnya mengandung rahasia Nubuwwat, kenabian, dan siapa Tuhan itu tidaklah akan dikenai kalu bukan dengan perantaraan Nubuwwat, dan Nubuwwat itu sendiri pun tidaklah aka nada, kalau tidak dengankehendak Tuhan.

C. Penutup 1. Kesimpulan

Dari penjelasan kandungan ayat tersebut bahwa manusia yang dilengkapi intelektual yang tinggi menurut perspektif Al-Qur‟an dapat disimpulkan sebagai berikut:

a. Sebagaimana fitrahnya setelah dilengkapai dengan intelektual diharapkan dapat mengoptimalkan potensinya dengan banyak membaca.

b. Sebagai makhluk yang dimuliakan –Nya diajarakan dengan qolam dapat menggali pengetahuan alam sebagai kebesaran ayat-ayat Allah.

(6)

Makalah yang kami buat mungkin sangat jauh dengan harapan, Bapak professor selaku pembimbing juga rekan-rekan, untuk itu mohon kritik dan sarannya guna untuk memperbaiki makalah selanjutnya, walau demikian mudah-mudahan bisa bermanfaat baik untuk diri sendiri, rekan-rekan dan bapak pembimbing mata kuliah Al-Qur‟an tarbawi. Aaaamin.

(7)

DAFTAR PUSTAKA

 Ahmad Mushtofa Al-maroghi. Tafsir Al-Maroghi. Penerbit: CV. Toha Putra. Semarang: 2006.

 Syeikh Nawawi. “Tafsir Almunir” CV. Alfalah. Bandung.2008  Hamka Dr.prof. Tafsir Al-Azhar. Pustaka panjimas. Jakarta.2005

Referensi

Dokumen terkait

Sedangkan variabel bebas dalam penelitian ini adalah asupan zat gizi yang meliputi natrium (Na), kalium (K), magnesium (Mg) dan kalsium (Ca). Data primer dalam penelitian

mengenai Hubungan Persepsi Wanita Pasangan Usia Subur Tentang Inspeksi Visual Asam Asetat Dengan Motivasi Pemeriksaan IVA didapat hasil bahwa usia tidak bisa

Pendekatan fenomenologi menggunakan pola pikir subjektivisme yang tidak hanya memandang masalah dari suatu gejala yang tampak, akan tetapi berusaha menggali makna

(1) Penganiayaan diancam dengan pidana penjara paling lama dua tahun delapan bulan atau denda paling banyak tiga ratus rupiah (2) Jika perbuatan mengakibatkan luka-luka berat

Dengan kata lain, jika asset perusahaan dapat dijual sesuai dengan nilai perolehan atau nilai bukunya, seluruh kewajiban bersifat tetap sebagaimana disebutkan di dalam

Mulai dari proses penerimaan zakat, infak/sedekah yang diakui sesuai dengan nominal yang disetorkan kepada BAZNAS dari muzzaki, penyaluran zakat, infak/sedekah yang diakui ketika

Di dalam suatu ekosistem, setiap komponen biotik memiliki cara hidup berbeda dengan komponen biotik yang lainnya sehingga interaksi yang terjadi dapat menghasilkan berbagai

Informasi yang dapat diperoleh pada fase ini adalah jumlah curah hujan, evapotranspirasi potensial, kandungan air tanah, perkolasi, aliran permukaan, aliran dasar, aliran lateral