• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tutorial Klinik Mastoiditis Tht

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Tutorial Klinik Mastoiditis Tht"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

TUTORIAL KLINIK TUTORIAL KLINIK

MASTOIDITIS MASTOIDITIS

 Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Tugas Kepaniteraan Klinik  Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Tugas Kepaniteraan Klinik

 Bagian Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung, dan Tenggorokan RSUD Temanggung   Bagian Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung, dan Tenggorokan RSUD Temanggung 

Disusun oleh: Disusun oleh: M. Prakasa Wicaksono M. Prakasa Wicaksono 20120310223 20120310223 Pembimbing: Pembimbing: dr. Pramono, Sp. THT-KL dr. Pramono, Sp. THT-KL

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN THT RSUD TEMANGGUNG KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN THT RSUD TEMANGGUNG

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSUTAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA UNIVERSUTAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

2017 2017

(2)
(3)

A. PROBLEM

Pasien perempuan berusia 58 tahun datang ke poliklinik THT RSUD Temanggung dengan keluhan telinga berdengung setelah kemasukan air saat mandi. Pasien mempunyai riwayat keluar cairan dari telinga pada 3 tahun yang lalu dan riwayat operasi mastoidektomi.

Keluar darah dari telinga (-), keluar cairan dari telinga (-), tinitus(-), rasa  pusing berputar (-), pendengaran terganggu atau menurun (-). Penderita juga

mengeluh demam. Keluhan lain seperti batuk (-), pilek (-), bersin-bersin (-) nyeri menelan (-), suara serak (-), sakit gigi (-).

B. HIPOTESIS Mastoiditis

Otitis Media Supuratif Kronik

C. MEKANISME

Sel-sel kulit yang mati termasuk serumen normalnya akan dibersihkan dan dikeluarkan dari gendang telinga melalui liang telinga -> Proses terganggu -> Sel-sel kulit mati dan serumen akan menumpuk di sekitar gendang telinga ->Susunan anatomis berupa lekukan pada liang telinga->Timbunan air yang masuk ke dalam liang telinga ketika mandi atau berenang ->Tempat yang baik bagi pertumbuhan  bakteri dan jamur -> Proses infeksi dan nyeri ->Mengeluarkan cairan/nanah yang  bisa menumpuk dalam liang telinga ->Hantaran suara akan terhalang -> Penurunan  pendengaran. D. MORE INFO Identitas pasien: a.  Nama : NY, M  b. Umur : 58 th c. Alamat : Temanggung Pemeriksaan Fisik

(4)
(5)

Vital sign:

 Tekanan darah : 120/70   Nadi : 80 / menit

Status Lokalis Telinga

Bagian Telinga Dextra Sinistra

Aurikula :  Deformitas  Hiperemis  Edema (-) (-) (-) (-) (-) (-) Daerah Preaurikula :  Deformitas  Hiperemis  Edema (-) (-) (-) (-) (-) (-) MAE  Serumen  Edema  Hiperemis  Otore Lapang (-) (-) (-) (-) Sempit (+) (+) (+) (-) Membran Timpani  Warna  Perforasi

Putih seperti mutiara (-)

Sulit dinilai Sulit dinilai

Pemeriksaan luar: nyeri tekan mastoid (+), Edema Retroauricula (+)

Hidung

Pemeriksaan luar : Inspeksi hidung : asimetris (-), deformitas (-)

Palpasi : palpasi sinus : nyeri tekan (-)

Rinoskopi Anterior Dextra Sinistra

Mukosa Edema(-), hiperemis(-) Edema (-), hiperemis(-)

Septum  Deviasi  Deformitas  hematoma (-) (-) (-) (-) (-) (-) Konka media & Inferior

 Hipertrofi  Hiperemis (-) (-) (-) (-)

(6)
(7)

 Sekret serous (-) (-) Tenggorokan

- Uvula : letak ditengah, hiperemis (-)

- Mukosa faring: hiperemis(-), edema (-), massa (-), granul (-)

E. TUJUAN BELAJAR DAN PEMBAHASAN 1. Apa itu Mastoiditis?

Mastoiditis adalah inflamasi mastoid yang diakibatkan oleh suatu infeksi pada telinga tengah, dan jika tak diobati dapat terjadi osteomielitis. Mastoiditis adalah segala proses peradangan pada sel- sel mastoid yang terletak pada tulang temporal. Mastoiditis akut (MA) merupakan perluasan infeksi telinga tengah ke dalam  pneumatic system selulae mastoid.

Infeksi akut yang menetap dalam rongga mastoid dapat menyebabkan osteitis, yang menghancurkan trabekula tulang yang membentuk sel-sel mastoid; oleh karena itu, istilah mastoiditis coalescent digunakan. Coalescent mastoiditis pada dasarnya merupakan empiema tulang temporal yang akan menyebabkan komplikasi lebih lanjut, kecuali bila progresifitasnya dihambat, baik dengan mengalir melalui antrum secara alami yang akan menyebabkan resolusi spontan atau mengalir ke permukaan mastoideus secara tidak wa jar, apeks petrosus, atau ruang intracranial. Tulang temporal lain atau struktur di dekatnya, seperti nervus fasialis, labirin, atau sinus venosus, dapat terlibat. Mastoiditis dapat berhenti  pada tahap manapun.

Hal ini berlangsung dalam 5 tahapan:

 Tahap 1 - hiperemia dari lapisan mukosa dari sel udara mastoid

 Tahap 2 - Transudation dan eksudasi cairan dan / atau nanah dalam sel-sel

 Tahap 3 - Nekrosis tulang yang disebabkan oleh hilangnya vascularity dari septa  Tahap 4 - hilangnya dinding sel dengan proses peleburan (coalescence) menjadi

rongga abses

 Tahap 5 - Perluasan proses inflamasi ke daerah-daerah berdekatan melalui antrum

(8)
(9)

2. Etiologi dan Patofisiologi

Mastoiditis terjadi karena Streptococcus ß hemoliticus / pneumococcus. Selain itu kurang dalam menjaga kebersihan pada telinga seperti masuknya air ke dalam telinga serta bakteri yang masuk dan bersarang yang dapat menyebabkan infeksi traktus respiratorius. Pada pemeriksaan telinga akan menunjukkan bahwa terdapat pus yang berbau busuk akibat infeksi traktus respiratorius.

Mastoiditis adalah hasil dari infeksi yang lama pada telinga tengah,  bakteri yang didapat pada mastoiditis biasanya sama dengan bakteri yang

didapat pada infeksi telinga tengah. Bakteri gram negatif dan St. aureus adalah beberapa bakteri yang paling sering didapatkan pada infeksi ini. Seperti telah disebutkan diatas, bahwa keadaan-keadaan yang menyebabkan  penurunan dari sistem imun dari seseorang juga dapat menjadi faktor  predisposisi mastoiditis. Pada beberapa penelitian terakhir, hampir sebagian dari anak-anak yang menderita mastoiditis, tidak memiliki penyakit infeksi telinga tengah sebelumnya.

Bakteri yang berperan pada penderita anak-anak ini adalah S. Pnemonieae. Seperti semua penyakit infeksi, beberapa hal yang mempengaruhi berat dan ringannya penyakit adalah faktor tubuh penderita dan faktor dari bakteri itu sendiri. Dapat dilihat dari angka kejadian anak-anak yang biasanya berumur di bawah dua tahun, pada usia inilah imunitas belum baik. Beberapa faktor lainnya seperti bentuk tulang, dan jarak antar organ juga dapat menyebabkan timbulnya penyakit. Faktor-faktor dari bakteri sendiri adalah, lapisan  pelindung pada dinding bakteri, pertahanan terhadap antibiotik dan kekuatan penetrasi bakteri terhadap jaringan keras dan lunak dapat berperan  pada berat dan ringannya penyakit.

3. Gejala

Pasien mungkin memiliki gejala unik dari mastoiditis akut dan kronis. Mastoiditis akut umumnya timbul setelah episode baru atau terjadi bersamaan dengan otitis media akut (AOM) dan sering menyebabkan demam. Presentasinya  bervariasi menurut usia dan tahap infeksi.

Penyakit kronis, yang dapat subklinis, sering terjadi sekunder pada  pengobatan sebagian AOM dengan antibiotik. Otorrhea yang berlangsung lebih

dari 3 minggu adalah tanda yang paling konsisten yang menunjukkan bahwa  proses kronis yang melibatkan mastoideus telah terjadi

(10)
(11)

Diagnosis

Untuk menegakkan diagnosis dari Mastoiditis dapat diperoleh dari anamnesis dan pemeriksaan fisik yang meliputi:

a. Anamnesis

Pasien mungkin melaporkan gejala sebagai berikut:

Demam bisa ditemukan. Suhu pasien dapat tinggi.

o Demam dapat tak henti-hentinya pada mastoiditis akut dan mungkin

 berhubungan dengan AOM terkait.

o Demam yang menetap, terutama jika pasien mendapatkan antimikroba yang

memadai dan tepat, adalah umum pada mastoiditis aku t.

Nyeri dapat dilaporkan.

o  Nyeri terlokalisir jauh di dalam atau di belakang telinga dan biasanya lebih

 buruk pada malam hari.

o  Nyeri yang menetap adalah tanda peringatan penyakit mastoideus. Temuan in i

mungkin sulit untuk mengevaluasi pada pasien muda.

Kehilangan pendengaran dapat ter jadi.

o Hal ini biasa terjadi dengan semua proses melibatkan celah-tengah telinga. o Lebih dari 80% pasien tidak memiliki riwayat otitis media yang berulang.

 b. Pemeriksaan Fisik

Temuan pemeriksaan fisik dapat mencakup sebagai berikut:

Tanda-tanda mastoiditis akut adalah sebagai ber ikut:

 Bulging membran timpani yang erythematous

 Eritema, tenderness, dan edema di atas area mastoid  Fluktuasi postauricular

 Tonjolan dari aurikula

 Pengenduran dinding kanalis posterosuperior  Demam (terutama pada anak-anak <2 tahun)

(12)
(13)

 Otalgia dan nyeri retroauricular (terutama pada anak-anak <2 tahun)

Temuan pada mastoiditis kronis mungkin konsisten dengan komplikasi ekstensi ke luar prosesus mastoideus dan periosteum yang mengelilinginya atau dengan komplikasi lain intratemporal seperti lumpuh wajah.

Tanda-tanda meli puti:

o Membran timpani terinfeksi atau normal

o Demam berulang atau persisten

o Tidak adanya tanda-tanda eksternal dari peradangan mas toideus

Pemeriksaan neurologis umumnya menghasilkan temuan nonfocal.  Namun, keterlibatan saraf kranialis dapat terjadi pada penyakit lan jut.

Tanda-tanda meli puti:

o Palsy dari saraf abducens (saraf kranial VI)

o Palsy dari saraf wajah (saraf kranial VII)

o Rasa nyeri dari keterlibatan cabang oftalmik dari saraf trigeminal.

c. Pemeriksaan Penunjang:

Diagnosis mastoiditis ditegakkan melalui gejala klinis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang radiologi yang menunjukkan mastoiditis baik foto  polos mastoid Schuller maupun CT scan mastoid. Dengan CT scan  bisa

dilihat bahwa air cell dalam prosesus mastoideus terisi oleh cairan (dalam keadaan normal terisi oleh udara) dan melebar.

Pemeriksaan penunjang yang dapat diminta adalah, pemeriksaan kultur mikrobiologi, hitung sel darah merah dan sel darah putih yang menandakan adanya infeksi, pemeriksaan cairan sumsum untuk menyingkirkan adanya  penyebaran ke dalam ruangan di dalam kepala. Pemeriksaan lainnnya adalah

(14)
(15)

F. PROBLEM SOLVING Penatalaksanaan Mastoiditis:

Biasanya gejala umum berhasil, diatasi dengan pemberian antibiotik, kadang diperlukan miringotomi. Jika terdapat kekambuhan akibat nyeri tekan persisten, demam, sak it kepala, dan telinga mungkin perlu dilakukan mastoidektomi. Pengobatan dengan obat-obatan seperti antibiotik, anti nyeri, anti peradangan dan lain-lainnya adalah lini pertama dalam pengobatan mastoiditis. Tetapi pemilihan anti bakteri harus tepat sesuai dengan hasil test kultur dan hasil resistensi. Pengobatan yang lebih invasif adalah  pembedahan pada mastoid. Bedah yang dilakukan berupa bedah terbuka, hal ini dilakukan jika dengan pengobatan tidak dapat membantu mengembalikan ke fungsi yang normal.

Pengobatan berupa antibiotika sistemik dan operasi mastoidektomi. Meliputi dua hal penting:1

1. Pembersihan telinga (menyedot/mengeluarkan debris telinga dan sekret).

2. Antibiotika baik peroral, sistemik ataupun topikal berdasarkan pengalaman emp ir ik dari hasil kultur mikrobiologi. Pemilihan antibiotika umumnya berdasarkan efektifitas kemampuan mengeliminasi kuman (mujarab), resistensi, keamanan, risiko toksisitas dan harga. Pengetahuan dasar tentang pola mikroorganisme pada infeksi telinga dan uji kepekaan antibiotikanya sangat pen ting.

G. DAFTAR PUSTAKA

1. Abdullah, F. 2003. Uji Banding Klinis Pemakaian Larutan Burruwi Saring dengan Salep Ichthyol (Ichthammol) pada Otitis Eksterna Akut .

2. Sosialisman & Helmi. 2001. Kelainan Telinga Luar  dalam Buku Ajar Ilmu  Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorok, Kepala & Leher . Ed. ke-5. Fakultas

Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta.

3. Suardana, W. dkk. 1992. Pedoman Diagnosis dan Terapi Ilmu Penyakit Telinga,  Hidung dan Tenggorok RSUP Denpasar . Lab/UPF Telinga Hidung dan Tenggorok

FK Unud. Denpasar.

4. Kroon DF, Strasnick B. Diseases of theAuricle, External Auditory Canal and Tympanic Membrane. In: Glasscock  – Gulya, ed. Glasscock  –   Shambaugh Surgeryof the Ear. Fifth edition. WB SaundersCompany, Hamilton, 2003

5. Buchman CA, Levine JD, Balkany TJ.Infections of the Ear. In: Lee KJ, ed.Essential Otolaryngology Head & NeckSurgery. Eight edition. McGraw-HillCompanies, Inc., USA, 2003

(16)
(17)

6. Jung TK, Jinn TY. Diseases of the ExternalEar. Otitis Media and Middle Ear Effusions.In: Ballenger’s Otorhinolaryngology Head  and Neck Surgery, Sixteenth edition, BC.Decker, Hamilton, Ontario, 2003

7. Soepardi, Efiaty Arsyad. Iskandar, Nurbiati, Iskandar. Bashiruddin, Jenny. Restuti, Ratna Dwi. 2007. Telinga Hidung Tenggorok Kepala & Leher. Jakarta: Balai Penerbit FK UI.

8. Adams GL, Boies LR, Higler PA. Boies Buku Ajar Penyakit THT . Edisi 6. Cetakan Ketiga. Jakarta: EGC. 1997

9. Rosenfeld, Richard M. Brown, Lance. Cannon, C Ron. 2006. Clinical Practice Guideline: Acute Otitis Externa. American Academy of Otolaryngology – Head and  Neck Surgery Foundation.

10. Ballenger, John Jacob. 2014. Diseases of the Nose, Throat and Ear. London: Henry Kimpton Publishers.

(18)
(19)
(20)

Referensi

Dokumen terkait

Apakah Faktor Fundamental yang diukur dengan Current Ratio , Return on Equity , Long Tern Debt to Equity Ratio , Total Asset Turn Over , dan Faktor Makroekonomi yang diukur

Metode seismik  khususnya seismik refraksi dapat membantu dalam penentuan $ona gelincir dengan prinsip khususnya seismik refraksi dapat membantu dalam penentuan $ona gelincir

“Semua pengeluaran dari rekening kas umum negara/daerah yang menambah ekuitas dana lancar dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan yang tidak akan diperoleh

[r]

 Fraud 0penipuan1 menurut IS/ &#34;9# merupakan kejahatan atau penipuan yang sengaja dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang antara manajemen, pemerintah, karyawan,

Jika dari perkawinan yang telah dilakukan terdapat anak, maka terhadap anak tersebut berlaku akibat perceraian sebagaimana diatur dalam Pasal 41 ayat (1) dan (2)

dari bakteri yan baru menun!ukan peninkatan leukosit% sedankan yan kedua adalah kesalahan dalam pemeriksaan laboratorium&#34; Aal utama yan perlu diketahui

Dengan menemukan prasyarat keberhasilan/keberlanjutan dari kelompok-kelompok ini, maka dapat diketahui substansi persoalan dari tantangan keberlanjutan pengelolaan sumber