• Tidak ada hasil yang ditemukan

Contoh Paper Sederhana

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Contoh Paper Sederhana"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

Analisis Dampak Nilai Tukar Rupiah Terhadap Permintaan Impor

Bahan Makanan di Indonesia

Muhammad Karim Benzema Mahasiswa Jurusan Ekonomi Pembangunan FE-Unijoyo

Email: alifbat@gmail.co.id Abstraksi

Paper ini bertujuan untuk menganalisis dampak perubahan nilai tular rupiah terhadap permintaan bahan makanan di Indonesia. Nilai tukar rupiah yang digunakan dalam paper ini adalah kurs rupiah terhadap dolar AS dihitung berdasarkan nilai rata-rata kurs selama satu tahun tertentu. Data mengenai nilai nilai tukar rupiah didasarkan pada publikasi Bank Indonesia selama periode tahun 1982 – 1988. Sementara itu data mengenai impor bahan makanan diperoleh dari terbitan Badan Pusat Statistik (BPS) dalam periode waktu yang sama. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif dan plotting regresi sederhana untuk menemukan koefisien elastisitas permintaan impor akibat perubahan nilai tukar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa koefisien elastisitas permintaan impor terhadap kurs adalah sebesar -0,55. Hasil perhitungan ini menunjukkan bahwa permintaan impor makanan terhadap perubahan kurs adalah inelastis. Depresiasi rupiah tidak menyebabkan perubahan besar dalam permintaan impor. Hal ini mengindikasikan bahwa ketergantungan impor bahan makanan di Indonesia relatif cukup besar.

Kata Kunci: Impor, Bahan Makanan, Kurs, Elastisitas

1. Pendahuluan

Meski dikenal sebagai negara agraris dengan potensi sektor pertanian yang relatif besar, Indonesia masih mengandalkan impor untuk memenuhi kebutuhan berbagai macam barang termasuk untuk bahan makanan. Selama periode Januari hingga September 2012, nilai impor Indonesia sudah mencapai US$ 141,97 miliar (BPS, 2012). Angka ini meningkat hampir 10 persen dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumnya. Masih tingginya ketergantungan impor ini seharusnya menjadi keprihatinan bagi semua pihak, tidak hanya bagi pemerintah, mengingat potensi sumber daya yang dimiliki oleh negeri ini tidak bisa dioptimalkan.

Ketergantungan terhadap barang impor harus diwaspadai karena besarnya impor akan sangat berpotensi menguras cadangan devisa negara. Selain itu, nilai impor sangat terkait dengan fluktuasi nilai tukar rupiah yang menentukan naik turunnya harga barang impor dimaksud. Gejolak ekonomi dunia yang masih menghantui ekonomi global hingga saat ini,

(2)

menyebabkan ketidakstabilan dalam nilai tukar mata uang utama seperi US Dolar, Euro dan Yen Jepang. Sebagai akibatnya, perekonomian yang masih sangat tergantung terhadap perdagangan internasional (termasuk Indonesia) akan selalu terancam oleh laju perekonomian mitra dagang utama.

Impor barang konsumsi secara prosentase memang relatif rendah1, akan tetapi secara absolut nilainya masih sangat tinggi (9.991,5 juta US$). Termasuk dalam impor barang konsumsi ini tentunya adalah impor untuk bahan makanan. Mengingat fluktuasi nilai tukar rupiah yang masih sering terjadi, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dampak fluktuasi kurs rupiah terhadap permintaan impor untuk bahan makanan. Kajian ini penting untuk dilakukan untuk mengetahui seberapa besar efek dari perubahan harga terhadap permintaan impor sehingga diharapkan dapat memberikan saran dan masukan berharga bagi pengambil kebijakan.

Organisasi penulisan paper ini tersusun sebagai berikut. Seksi 2 akan diulas mengenai tinjauan teori dan penelitian sebelumnya. Selanjutnya seksi 3 akan mengupas metodologi yang digunakan dilanjutkan dengan seksi 4 yang membahas diskusi hasil temuan. Paper ini ditutup dengan kesimpulan dan saran pada seksi terakhir.

2. Tinjauan Pustaka

Impor pada dasarnya merupakan permintaan terhadap barang dari luar negeri. Secara teoritis, permintaan terhadap suatu barang ditentukan oleh harga barang itu sendiri, harga barang substitusi, tingkat pendapatan dan selera konsumen (Mankiw, 2008). Dalam bentuk fungsi matematis, fungsi permintaan adalah:

Qid=f (Pi, Ps, Pk ,I , T ) (1)

Dalam hal ini Qi d

adalah permintaan terhadap suatu barang, Pi adalah harga barang itu

sendiri, Ps adalah harga barang substitusi, Pk adalah harga barang komplementer, I

adalah pendapatan konsumen dan T adalah selera konsumen.

1 Data BPS (2012) menunjukkan hanya 7,04 persen impor barang konsumsi Indonesia.

(3)

Permintaan terhadap suatu barang berhubungan negatif dengan harga barang itu sendiri. Semakin tinggi harga suatu barang maka akan semakin rendah kuantitas barang yang diminta. Sebaliknya semakin rendah harga suatu barang maka permintaan akan semakin tinggi, ceteris paribus. Harga barang substitusi, sebaliknya, berhubungan positif dengan permintaan. Jika harga barang substitusi meningkat, maka permintaan akan barang yang bersangkutan juga meningkat, vice versa.

Faktor lain yang juga berhubungan dengan permintan adalah tingkat pendapatan dan selera konsumen. Jika pendapatan meningkat maka permintaan juga akan meningkat. Sebaliknya, jika pendapatan turun maka permintaan juga akan turun. Selera konsumen juga menentukan jumlah barang yang diminta.

Besarnya pengaruh harga terhadap barang yang diminta dapat dinyatakan dalam koefisien elastisitas. Elastisitas permintaan terhadap harga suatu barang secara matematis dapat dinyatakan sebagai berikut:

ϵd=dQ/Q

dP/ P (2)

Persamaan (2) menunjukkan bahwa elastisitas permintaan adalah perubahan persentase permintaan dibagi dengan perubahan persentase harga. Elastisitas permintaan terhadap harga secara teori bernilai negatif. Jika diatas satu maka permintaan dikatakan sebagai elastis, kurang dari satu disebut sebagai inelastis dan jika bernilai satu dikatakan sebagai unitary.

Harga untuk barang impor sangat ditentukan oleh nilai tukar rupiah yang berlaku. Depresiasi rupiah menyebabkan nilai rupiah relatif semakin murah terhadap mata uang dagang utama. Untuk memperoleh barang dengan kuantitas yang sama, importir harus menyediakan lebih banyak rupiah jika depresiasi kurs terjadi dalam jumlah yang besar. Dalam penelitian ini, kurs valuta asing (Rp/US$) dijadikan sebagai proksi untuk tingkat harga. Semakin besar depresiasi rupiah maka semakin tinggi harga barang impor dihitung dalam satuan mata uang domestik.

Kajian mengenai impor telah banyak dilakukan oleh beberapa peneliti. Yudha (2008) menemukan hubungan negatif antara volume ekspor impor dengan nilai tukar rupiah. Penelitian tersebut juga menemukan bukti bahwa tingkat suku bunga SBI juga memiliki dampak negatif terhadap nilai tukar. Penelitian tersebut bersifat makro dan tidak menguji efek nilai tukar terhadap impor secara lebih spesifik untuk barang tertentu. Dalam kasus yang lebih spesifik, Ekananda (2004) menemukan bukti empiris bahwa industri manufaktur dengan

(4)

bahan baku impor yang relatif besar akan mengurangi ekspor jika volatilitas nilai tukar semakin tinggi. Temuan ini memperkuat bukti bahwa terdapat hubungan sistematis antara nilai tukar dengan volume perdagangan.

Penelitian tentang permintaan impor bahan kebutuhan pokok juga telah dilakukan. Menggunakan data tahun 1980 – 2003, Dachliani (2006) menguji faktor penentu impor gula di indonesia. Beberapa faktor seperti tingkat produksi, konsumsi dan pendapatan terbukti memiliki pengaruh signifikan terhadap permintaan impor. Sementara itu, Novella (2012) meneliti faktor yang menentukan impor beras. Hasil penelitian menunjukkan bahwa harga beras dalam negeri memberikan pengaruh signifikan, sementara nilai tukar rupiah tidak memberikan efek signifikan. Berbeda dengan penelitian sebelumnya, penelitian yang dilakukan dalam paper ini menganalisis permintaan impor bahan makanan secara umum termasuk ikan segar dan daging (live animals). Penelitian ini juga lebih fokus pada analisis efek nilai tukar terhadap permintaan barang impor.

3. Metode Penelitian

Penelitian ini dibatasi pada analisis periode tahun 1982 hingga tahun 1988. Data mengenai impor meliputi nilai impor bahan pangan termasuk daging dan ikan segar (food and live anlimals) publikasi Badan Pusat Statistik (BPS) pada berbagai periode. Sementara itu data mengenai nilai tukar rupiah diambil dari publikasi Bank Indonesia (BI) mengenai kurs rupiah (Rp) terhadap dolar AS (US$) pada periode yang sama. Data nilai tukar yang digunakan bukan data akhir periode (end periods) namun kurs rata-rata pada tahun yang bersangkutan (average periods).

Untuk mengukur dampak nilai tukar terhadap permintaan impor bahan makanan, dapat digunakan perhitungan elastisitas dengan dua pendekatan. Pendekatan pertama, menggunakan formula elastisitas titik sebagai berikut:

ϵd=(Mt 2−Mt 1)/Mt 1

(Vt 2−Vt 1)/Vt 1 (3)

Dalam hal ini Mt 2 adalah impor pada periode 2 dan Mt 1 adalah impor pada periode

(5)

Vt 1 adalah nilai tukar pada periode sebelumnya. Selanjutnya untuk mengetahui elastisitas selama periode penelitian maka dilakukan perhitungan rata-rata elastisitas berdasarkan hasil perhitungan elastisitas pada tiap periode tahun.

Pendekatan kedua, menggunakan plotting logaritma natural kedua variabel penelitian. Dasar perhitungannya adalah misalkan hubungan antara impor dengan nilai tukar rupiah dinyatakan dalam fungsi sebagai berikut:

M=Vα

(4)

Dalam hal ini M adalah permintan impor dan V adalah nilai tukar rupiah terhadap US$. Sementara itu  adalah koefisien.

Turunan pertama (derivasi) dari M terhadap V adalah sebagai berikut: dM

dV =α V

α−1

¿α VαV−1

¿α MV (5)

Koefisien  dengan manipulasi matematis dapat dinyatakan sebagai: α=dM /M

dV /V (6)

Jika koefisien  dalam persamaan (6) dibandingkan dengan koefisien ϵd dalam persamaan (3) maka secara jelas dapat ditunjukkan bahwa koefisien  pada dasarnya menunjukkan elastisitas permintaan impor akibat perubahan nilai tukar.

Persamaan (4) jika dinyatakan dalam bentuk logaritma natural (ln), maka dapat diperoleh:

(6)

Plotting scatter antara logaritma M dengan logaritma V dengan menampilkan model estimasi linear akan menghasilkan estimasi untuk koefisien elastisitas.

4. Hasil dan Pembahasan

Selama periode tahun 1982 hingga tahun 1988, secara umum terjadi penurunan impor bahan makanan. Pada tahun 1984, impor bahan makanan turun hingga mencapai 40 persen dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Secara rata-rata pertumbuhan impor selama periode penelitian adalah -6,27 persen. Nilai impor tertinggi terjadi pada tahun 1983, kemudian menyusut hingga tahun 1985. Perkembangan impor selama periode penelitian (1982 – 1988) selengkapnya dapat diperhatikan dalam Gambar 1 sebagai berikut:

Gambar 1. Perkembangan Impor Bahan Makanan 1982 - 1988

1982 1983 1984 1985 1986 1987 1988 0 200 400 600 800 1000 1200

(7)

Sementara itu pada periode yang sama, terjadi depresiasi rupiah terhadap US$. Rata-rata depresiasi rupiah terhadap US$ adalah sebesar 17,47 persen per tahun. Secara visual, pergerakan nilai rupiah terhadap US$ dapat diperhatikan dalam grafis berikut:

Gambar 2. Perkembangan Kurs Rupiah Terhadap US$ 1982 - 1988

1982 1983 1984 1985 1986 1987 1988 0 200 400 600 800 1000 1200 1400 1600 1800 661 909 1026 1111 1283 1644 1686 Tahun Rp/US$

Sumber: Bank Indonesia, data disusun kembali

Gambar 2 sebelumnya menunjukkan bahwa secara konsisten terjadi depresiasi nilai tukar rupiah terhadap mata uang mitra dagang utama (US$). Hingga akhir periode penelitian (tahun 1988), nilai tukar rupiah mencapai Rp 1.686 per US$.

Sebagaimana telah disinggung pada bagian metode penelitian, perhitungan elastisitas impor dapat menggunakan formulasi (6). Perhitungan manual elastisitas dapat diperhatikan dalam tabel berikut:

Tabel 1. Elastisitas Impor Terhadap Kurs

Impor KursImpor Kurs%Impor %Kurs Elastisitas

1074 661 - - - - - 1135 909 61 248 5,68 37,52 0,15 676 1026 -459 117 -40,44 12,87 -3,14 556 1111 -120 85 -17,75 8,28 -2,14 610 1283 54 172 9,71 15,48 0,62 624 1644 14 361 2,29 28,13 0,08 642 1686 18 42 2,88 2,55 1,13

(8)

Rata-rata -0,55

Tabel 1 menunjukkan perkembangan elastisitas impor bahan makanan terhadap kurs pada berbagai titik waktu. Secara rata-rata elastisitas impor terhadap nilai tukar adalah sebesar -0,55. Hal ini berarti bahwa setiap persen depresiasi rupiah akan diikuti dengan penurunan impor sekitar 0,55 persen.

Tabel 2. Nilai Logaritma Impor dan Kurs

Tahun Impor Rp/US Ln Impor Ln Kurs

1983 1135 909 7,034388 6,812345 1984 676 1026 6,516193 6,933423 1985 556 1111 6,320768 7,013016 1986 610 1283 6,413459 7,156956 1987 624 1644 6,43615 7,404888 1988 642 1686 6,464588 7,430114 Sumber : Tabel 1

Secara alternatif, perhitungan elastisitas dapat juga menggunakan pendekatan ploting scatter antara impor dengan kurs. Sebelum melakukan ploting dan mengestimasi garis yang mewakili hubungan antara dua variabel, beberapa perlu dicatat. Pertama, kedua variabel harus terlebih dahulu dinyatakan dalam bentuk logaritma natural. Kedua, agar diperoleh kesesuaian dengan pendekatan manual, observasi pada periode awal (tahun 1982) dihapus dari perhitungan. Perhitungan logaritma natural untuk kedua variabel masing-masing dapat diperhatikan pada Tabel 2.

Scatter plot kedua variabel kurs (sumbu horisontal) dengan variabel impor bahan makanan (sumbu vertikal) dapat diperhatikan dalam gambar berikut:

(9)

6.2 6.3 6.4 6.5 6.6 6.7 6.8 6.9 7 7.1 6.5 6.6 6.7 6.8 6.9 7 7.1 7.2 7.3 7.4 7.5 f(x) = - 0.56x + 10.77 R² = 0.32 Log Kurs Log Impor

Gambar 3 menyajikan estimasi garis yang mewakili hubungan antara variabel kurs sebagai variabel penjelas dengan variabel permintaan impor bahan makanan sebagai variabel yang dijelaskan. Berdasarkan estimasi yang telah diperoleh, dapat dihasilkan koefisien elastisitas sebesar -0,558. Secara umum hasil ini tidak jauh berbeda dengan hasil perhitungan manual.

Salah satu kelebihan dari penggunaan pendekatan kedua ini adalah visualisasi hubungan antara kurs dengan impor juga dilengkapi dengan koefisien R2 (koefisien determinasi). Dalam kasus ini nilai koefisien determinasi dimaksud adalah sebesar 0,317 yang menunjukkan bahwa sebesar 31,7 persen variasi dari impor bahan makanan dijelaskan oleh variasi kurs. Beberapa variabel lain diluar kurs juga dapat mempengaruhi permintaan impor seperti pendapatan, harga barang dalam negeri, kebijakan pemerintah dan faktor lainnya. Namun demikian, variabel yang dijadikan fokus dalam penelitian ini adalah nilai tukar sehingga efek dari faktor lain tidak diperhatikan.

Berdasarkan hasil perhitungan mengenai elastisitas permintaan impor dengan nilai tukar rupiah dapat ditunjukkan bahwa koefisien yang diperoleh secara absolut kurang dari 1 (tepatnya 0,55). Hasil ini menunjukkan bahwa depresiasi rupiah pada dasarnya tidak terlalu banyak mempengaruhi pengurangan impor bahan makanan. Beberapa hasil penelitian terdahulu menunjukkan bahwa dalam kasus impor beras, kurs rupiah tidak memberikan dampak signifikan (Novella, 2012). Sejalan dengan itu, dalam kasus impor gula Dachliani (2006) membuktikan bahwa harga bukanlah menjadi penentu penting dalam menjelaskan besarnya impor.

(10)

Hasil ini sekaligus mengindikasikan bahwa peningkatan harga barang impor tidak terlalu berpengaruh terhadap permintaan barang impor. Dengan kata lain, ketergantungan terhadap barang impor untuk bahan makanan masih relatif tinggi sehingga peningkatan harga tidak banyak berimbas pada penurunan barang impor. Fakta ini menunjukkan bahwa kebutuhan akan bahan makanan tidak bisa dipenuhi sepenuhnya oleh sektor produksi nasional. Dalam jangka panjang, kondisi ini tentunya harus diwaspadai karena besarnya impor pada level tertantu akan sangat membebani cadangan devisa yang dimiki oleh negara. Tanpa disertai dengan pemenuhan produksi nasional yang mencukupi, seruan untuk mencintai produk lokal akan menjadi sia-sia. Untuk itu maka pemangku kebijakan harus lebih memperhatikan sektor produksi nasional agar ketergantungan terhadap barang impor secara sistematis dapat dikurangi.

5. Kesimpulan dan Saran

Penelitian ini menggunakan periode tahun 1982 hingga tahun 1988 untuk menghindari efek fluktuasi nilai tukar yang mulai terjadi menjelang era reformasi (1997-1998). Dalam periode yang relatif stabil ini, terdapat kecenderungan adanya penurunan dalam impor bahan makanan di Indonesia. Setelah dilakukan penelitian, maka ditemukan bukti bahwa secara rata-rata impor menurun seiring dengan depresiasi rupiah terhadap US$. Akan tetapi, penurunan dimaksud relatif rendah karena koefisien elastisitas yang terestimasi adalah sebesar -0,55. Artinya setiap persen depresiasi tidak diikuti dengan penurunan permintaan barang impor secara proporsional.

Depresiasi rupiah untuk kasus impor bahan makanan tidak memberikan efek yang cukup besar terhadap penurunan impor. Hal ini menunjukkan bahwa ketergantungan impor masih relatif tinggi mengingat masih relatif langkanya barang substitusi yang disediakan oleh produksi nasional. Untuk itu, pengambil kebijakan harus mengambil langkah strategis untuk mempercepat upaya memperkuat kemandirian nasional. Kebijakan seperti himbauan untuk mencintai produk nasional kurang begitu berarti tanpa disertasi dengan keberpihakan pemerintah terhadap sektor produksi nasional.

Referensi

(11)

---. Berita Resmi Statistik. No. 67/II/Tahun XV, 1 November 2012. Bank Indonesia. Statistik Ekonomi dan Keuangan Indonesia. Beberapa tahun penerbitan. Dachliani, Diesy. 2006. Permintaan Impor Gula Indonesia tahun 1980 – 2003. Thesis

Universitas Diponegoro, tidak dipublikasikan.

Ekananda, Mahyus. 2004. Analisis Pengaruh Volatilitas Nilai Tukar Pada Ekspor Komoditi Manufaktur di Indonesia. Buletin Ekonomi Moneter dan Perbakan. Edisi September. Mankiw, N.G. 2008. Principles of Microeconomics, 5e. South – Western Cengage, Mason:

USA

Novella, Bella. 2012. Pengaruh Nilai Tukar dan Harga Beras Dalam Negeri Terhadap Volume Impor beras Indonesia Periode 2001 – 2010. Skripsi Universitas Riau, tidak dipublikasikan.

Yudha, Andi. 2008. Analisis Pengaruh Tingkat Suku Bunga SBI dan Volume Ekspor Impor Terhadap Nilai Tukar Rupiah. Working Paper, tidak dipublikasikan.

Gambar

Gambar 1. Perkembangan Impor Bahan Makanan 1982 - 1988
Gambar 2. Perkembangan Kurs Rupiah Terhadap US$ 1982 - 1988
Tabel 1 menunjukkan perkembangan elastisitas impor bahan makanan terhadap kurs pada   berbagai   titik   waktu
Gambar 3 menyajikan estimasi garis yang mewakili hubungan antara variabel kurs sebagai variabel penjelas dengan variabel permintaan impor bahan makanan sebagai variabel yang dijelaskan

Referensi

Dokumen terkait

Waterpass juga bisa digunakan untuk mengukur jarak dengan cara mengetahui benang atas rambu ukur dikurangi benang bawah rambu ukur yang kemudian dari

“Menurut saya di perpustakaan ini banyak unsur hiburannya mulai dari wahana bermain anak sampai buku-buku seperti komik, novel untuk hiburan orang dewasa atau

Dalam penelitian ini, Instrumen pengumpul data status sosial ekonomi keluarga mempergunakan instrument yang dikonstruksi oleh Subino Hadisubroto (1983) dan

Karya Tulis Ilmiah ini berjudul “Hubungan Paparan Asap Rumah Tangga dengan Kejadian Infeksi Saluran Pernapasan Akut Bagian Atas pada Balita di Puskesmas Tegal Sari-Medan Tahun

Pada hasil uji organoleptik terhadap tekstur nugget tetelan ikan tuna dengan penambahan ubi ungu terdapat nilai tertinggi pada perlakuan perbandingan ubi ungu dan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa performa yang dihasilkan pada sistem brooding thermos seperti konsumsi ransum, pertambahan berat tubuh, dan konversi ransum lebih baik

Perubahan ini lebih pada peningkatan kualitas, dan ketidakberlakuan kebijakan selalu dimungkinkan dalam perubahan ekonomi internasional. Pada tingkat

Puji syukur atas kehadiran Tuhan Yang Maha Esa atas segala Rahmatnya sehingga dapat mengerjakan dan menyelesaikan Skripsi dengan judul “ Implementasi Metode DMAIC