1
I. PENDAHULUAN
1.1 . Latar Belakang
Indonesia merupakan suatu Negara yang memiliki kawasan perairan yang hampir 2/3 dari seluruh kawasannya, baik perairan laut maupun perairan tawar yang sangat mendukung untuk pengembangan usaha perikanan baik perikanan tawar, payau maupun laut. Banyak usaha-usaha agribisnis yang dapat dikembangkan mulai dari agroindustri, pembesaran ikan, pengolahan hasil perikanan maupun yang lain-lainnya, bahkan tidak sedikit lagi masyarakat menggantungkan hidupnya dari hasil perikanan saja. Namun dalam usaha tersebut banyak faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya pendapatan yang dihasilkan untuk mendorong peningkatan kesejahteraannya.
Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) yang merupakan salah satu lembaga yang dipercayakan dalam mengelola sumberdaya kelautan untuk kesejahteraan masyarakat Indonesia terus berupaya keras untuk mewujudkan masyarakat perikanan yang mandiri, berdaya saing dan berkelanjutan. Salah satu yang diberikan tugas dalam pemanfaatan sumberdaya kelautan adalah Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya (DJPB) yang dalam hal ini fokus dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat pembudidaya ikan melalui pola budidaya ikan, terbagi atas budidaya laut, air payau dan air tawar. DJPB yang mempunyai beberapa Unit Pelaksana Teknis (UPT) bertugas dalam memajukan perikanan budidaya, salah satunya adalah BPBAP Takalar yang mempunyai tugas melaksanakan uji terap teknik dan kerja sama, pengelolaan produksi, pengujian laboratorium, mutu pakan, residu, kesehatan ikan dan lingkungan, serta bimbingan teknis perikanan budidaya air payau.
Dalam melaksanakan tugasnya BPBAP Takalar menyelenggarakan fungsi:
a. identifikasi dan penyusunan rencana program teknis dan anggaran, pemantauan dan evaluasi serta laporan;
2 c. pelaksanaan penyiapan bahan standardisasi perikanan budidaya air
payau;
d. pelaksanaan sertifikasi sistem perikanan budidaya air payau; e. pelaksanaan kerja sama teknis perikanan air payau;
f. pengelolaan dan pelayanan sistem informasi, dan publikasi perikanan budidaya air payau;
g. pelaksanaan layanan pengujian laboratorium persyaratan kelayakan teknis perikanan budidaya air payau;
h. pelaksanaan pengujian mutu pakan, residu, serta kesehatan ikan dan lingkungan budidaya air payau;
i. pelaksanaan bimbingan teknis laboratorium pengujian;
j. pengelolaan produksi induk unggul, benih bermutu, dan sarana produksi perikanan budidaya air payau;
k. pelaksanaan bimbingan teknis perikanan budidaya air payau; dan l. pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga.
Berdasarkan tugas dan fungsi BPBAP Takalar, maka di tahun 2017 ini telah ditetapkan target-target kinerja yang harus dicapai sebagai indikator keberhasilan dalam pelaksanaan tugas dan fungsinya.
1.2. Tujuan dan Sasaran
a. Tujuan
Adapun tujuan penyusunan laporan Lkj balai ini adalah untuk memberikan informasi tentang kemajuan dalam pencapaian target kegiatan di BPBAP Takalar pada TRIWULAN IV tahun anggaran 2017.
b. Sasaran
Sasaran yang ingin dicapai dalam penyusunan laporan ini adalah tersedianya informasi kemajuan pelaksanaan kegiatan TRIWULAN IV sebagai bahan monitoring dan evaluasi serta rencana aksi untuk percepatan pencapaian pada triwulan berikutnya.
3
II. PERENCANAAN KINERJA
2.1. Target Kinerja
Pada tahun 2017 ini, BPBAP Takalar telah melakukan ikatan kontrak kinerja dengan DJPB sebagai wujud komitmen dalam pengembangan budidaya air payau di Indonesia, terdapat 8 sasaran yang ingin dicapai dengan 25 Indikator capaian. Adapun target kinerja yang dimaksud adalah sebagai berikut:
Tabel 1. Target Kinerja BPBAP Takalar Tahun 2017
SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA TARGET
STAKEHOLDER PERSPEKTIVE
1 Terwujudnya kesejahteraan masyarakat Perikanan Budidaya
1. Nilai Tukar Pembudidaya Ikan (NTPi) 102,25
2. Pertumbuhan PDB Perikanan 8,0 3. Rata- rata Pendapatan Pembudidaya
(RP) 3.050,000
COSTUMER PERSPEKTIVE
2
Terwujudnya pengelolaan sumber perikanan budidaya yang partisipatif, bertanggungjawab, dan berkelanjutan
4. Jumlah produksi benih BPBAPT
Takalar (ekor ) 36.000.000 5. Nilai PNBP BPBAP Takalar (Rp) 1.568.500.000
6.
Kawasan budidaya yang penyakit ikan pentingnya dapat dikendalikan melalui surveilance (kawasan)
6,00
INTERNAL PROCESS PERSPEKTIVE
3
Terselenggaranya tata kelola
pemanfaatan sumber daya kelautan dan perikanan yang adil, berdaya saing dan berkelanjutan
7. Jumlah produksi calon induk dan atau calon induk unggul ( ekor ) 15.500
8.
Jumlah laboratorium HPI, dan Residu
yang memenuhi standar teknis ( unit ) 1,00 9.
Jumlah bantuan / restocking benih ( Juta
ekor ) 13.000.000
10.
Jumlah inovasi teknologi budidaya hasil perekayasaan bidang budidaya air payau ( Judul )
5,00
11.
Jumlah unit pembenihan yang menerapkan ISO 9001:2008 ( unit )
1,00
12.
Jumlah unit pembenihan ikan air payau yang dibina untuk sertifikasi CPIB
9,00
13. Jumlah kelompok pembudidaya yang
siap di sertifikasi CBIB ( kelompok ) 10,00 14. Jumlah tenaga teknis binaan
( orang ) 750,00
15. Jumlah lokasi restocking (lokasi) 9,00
4
Terselenggaranya pengendalian dan pengawasan sumber daya kelautan dan perikanan yang profesional dan
16.
Jumlah kawasan budidaya yang mendapatkan pengawasan teknis budidaya ( kawasan )
4
SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA TARGET
partisipatif
17.
Jumlah layanan laboratorium kesehatan ikan dan lingkungan (sampel)
3.200,00
LEARNING AND GROWTH PERSPEKTIVE
5
Terwujudnya aparatur sipil negara BPBAP Takalar yang kompeten, profesional dan berkepribadian
18. Indeks kompetensi dan integritas
BPBAP Takalar 80
6
Tersedianya manajemen pengetahuan BPBAP Takalar yang handal dan mudah diakses
19.
Presentasi unit kerja yang menerapkan sistem manajemen pengetahuan yang terstandar (%)
65
7
Terwujudnya birokrasi BPBAP Takalar yang efektif, efisien dan berorientasi pada layanan prima
20. Nilai Kinerja Reformasi Birokrasi
DJPB A (89)
21. Tingkat Maturitas SPIP (level) 2
22. Persentasi tindak lanjut direktif
pimpinan (%) 100
23. Nilai AKIP Lingkup DJPB 83
8 Terkelolanya anggaran pembangunan secara efisien dan ekuntabel
24. Nilai kinerja anggaran BPBAP
Takalar (%) 83
25. Persentasi Kepatuhan terhadap SAP
lingkup BPBAP Takalar (%) 100
2.2. Metode Pengukuran Kinerja
Pengukuran kinerja BPBAP Takalar dilakukan secara triwulan yaitu terdiri dari:
TRIWULAN I : Januari – Maret TRIWULAN IV : April – Juni TRIWULAN IVI : Juli – September TRIWULAN IV : Oktober – Desember
Dan pada akhir tahun akan dilakukan pengukuran secara keseluruhan tingkat pencapaian kinerja dari setiap sasaran dan indikator pencapaiannya. Adapun metode perhitungan tingkat capaian (%) adalah sebagai berikut:
5
III. AKUNTABILITAS KINERJA
3.1 . Realisasi Capaian Kinerja
Berdasarkan pada target kinerja tersebut, sampai dengan bulan Desember 2017 yang merupakan realisasi TRIWULAN IV menunjukkan tingkat pencapaian sebagai berikut:
Tabel 2. Realisasi Kinerja TRIWULAN IV Tahun 2017
SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA TRIWULAN IV KET TARGET REALISASI CAPAIAN
(%) STAKEHOLDER PERSPEKTIVE 1 Terwujudnya kesejahteraan masyarakat Perikanan Budidaya 1. Nilai Tukar Pembudidaya Ikan (NTPi)
102,25 99,09 96,67 Adop dari Es. I
2. Pertumbuhan PDB Perikanan
8 6,75 84,38 Adop dari Es. I
3. Rata – rata pendapatan Pembudidaya (Rp)
3.050.000 3.298.751 108,16 Adop dari Es. I
COSTUMER PERSPEKTIVE 2 Terwujudnya pengelolaan sumber perikanan budidaya yang partisipatif, bertanggungjawab, dan berkelanjutan 4. Jumlah produksi Benih BPBAP Takalar ( ekor ) 36.000.000 37.606.300 104,46 5. Nilai PNBP BPBAP Takalar (Rp) 1.568.500.000 1.595.329.986 101,71 Telah disetor oleh bendahara PNBP 6 Kawasan budidaya yang penyakit ikan pentingnya dapat dikendalikan melalui surveilance (kawasan) 6,00 6,00 100
INTERNAL PROCESS PERSPEKTIVE
3. Terselenggaranya tata kelola pemanfaatan sumber daya kelautan dan perikanan yang adil, berdaya saing dan berkelanjutan
7.
Jumlah produksi calon induk dan atau calon induk unggul ( ekor ) 15.500 15..573 100,47 8. Jumlah laboratorium HPI, dan Residu yang memenuhi standar teknis ( unit ) 1 1 100 Terealisasi di triwulan I
6 SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA TRIWULAN IV KET TARGET REALISASI CAPAIAN
(%) 9. Jumlah bantuan / restocking benih ( ekor ) 13.690.000 15.760.500 121,23 Terdiri dari 14 kawasan 10. Jumlah inovasi teknologi budidaya hasil perekayasaan bidang budidaya air payau ( Judul ) 5,00 6,00 120 11. Jumlah unit pembenihan yang menerapkan ISO 9001:2008 ( unit ) 1,00 1,00 100 12. Jumlah unit pembenihan ikan air payau yang dibina untuk sertifikasi CPIB 9,00 11,00 122 13. Jumlah kelompok pembudidaya yang siap di sertifikasi CBIB ( kelompok ) 10,00 11,00 110 14. Jumlah tenaga teknis binaan ( orang ) 750 1.278 170,4 15. Jumlah lokasi restocking (lokasi) 9,0 14 155,55 Lokasi restocking ; Takalar, Pangkep, Barru, Jeneponto, Pinrang, Polman, Maros, Bulukumba, Makassar,Sinjai, 4 Terselenggaranya pengendalian dan pengawasan sumber daya kelautan dan perikanan yang profesional dan partisipatif 16. Jumlah kawasan budidaya yang mendapatkan pengawasan teknis budidaya ( kawasan ) 9,00 9 100 17. Jumlah layanan laboratorium kesehatan ikan dan lingkungan (sampel) 3.500 5.206 162,68
7 SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA TRIWULAN IV KET TARGET REALISASI CAPAIAN
(%) LEARNING AND GROWTH PERSPEKTIVE
5 Terwujudnya aparatur sipil negara BPBAP Takalar yang kompeten, profesional dan berkepribadian 18. Indeks kompetensi dan integritas BPBAP Takalar 80 93,89 117,36 - 6 Tersedianya manajemen pengetahuan yang handal dan mudah diakses 19.
Persentase unit kerja yang menerapkan sistem manajemen pengetahuan yang terstandar (%) 65 51,55 79,3 Menyesuaikan ES1 7 Terwujudnya birokrasi yang efektif, efisien dan berorientasi pada layanan prima 20. Nilai kinerja reformasi birokrasi DJPB A(89) 91,87 103,22 Menyesuaikan ES1 21. Tingkat Maturitas SPIP (level) 2 2,76 138 Menyesuaikan ES1 22. Persentase tindak lanjut direktif pimpinan (%) 100 100 100 Menyesuaikan ES1 23. Nilai AKIP lingkup DJPB 83 84,35 101,63 Menyesuaikan ES1 8 Terkelolanya anggaran pembangunan secara efisien dan ekuntabel 24. Nilai kinerja anggaran BPBAP Takalar (%) > 95 % 96,51% 100 25. Persentase Kepatuhan terhadap SAP lingkup BPBAP Takalar (%) 100 100 100 Menyesuaikan ES1
Realisasi kinerja BPBAP Takalar pada tahun 2017 ini terdapat 8 sasaran yang ingin dicapai dengan 25 Indikator capaian, pada TRIWULAN IV semua indikator memiliki progres pencapaian yang sangat baik.
Berikut penjelasan pencapaian setiap sasaran dan indikator capaiannya sebagai berikut:
a. Terwujudnya kesejahteraan masyarakat Perikanan Budidaya, yang terdiri dari 3 indikator yaitu:
8 1) Nilai Tukar Pembudidaya Ikan (NTPi)
2) Pertumbuhan PDB Perikanan
3) Rata – rata Pendapatan Pembudidaya (Rp)
Ketiga indikator diperoleh data dari pusat dengan cara adopsi langsung, sehingga belum dapat diukur.
b. Terwujudnya pengelolaan sumber perikanan budidaya yang
partisipatif, bertanggungjawab, dan berkelanjutan, terdiri dari
indikator:
4) Jumlah produksi benih bermutu/unggul BPBAP Takalar (juta ekor); Kegiatan produksi benih dengan mutu terjamin pada TRIWULAN IV tahun 2017, pencapaian target menunjukkan proges yang lebih baik dibanding dengan kegiatan pada TRIWULAN IV di tahun 2016 dalam hal kuantitas (jumlah capaian), hal ini disebabkan oleh adanya perencanaan yang terukur secara teknis maupun nonteknis dan ditunjang oleh adanya peningkatan perbaikan sarana dan prasarana yang lebih baik pada kegiatan pemeliharaan.
Tabel 3. Realisasi Produksi Benih BPBAP Takalar TRIWULAN IV
1. Jumlah benih dengan Mutu terjamin (ekor)
Tahun Kegiatan 2016 2017
Target (TRIWULAN IV) Ekor 31.650.000 36.000.000
Realisasi (TRIWULAN IV) Ekor 28.096.769 37.606.300
Persentase (TRIWULAN IV) % 88,77 104,46
Pada tabel diatas dapat terlihat bahwa capaian jumlah benih bermutu sampai dengan TRIWULAN IV sebesar 37.606.300 ekor atau sebesar 104,46% dari target tahunan sebesar 36.000.000 ekor. Jika dibandingkan dengan capaian produksi pada tahun sebelumnya dalam rentang waktu yang sama hasil produksi jauh melebihi di tahun 2016. Produksi benih yang telah ada yaitu benih udang windu, benur udang vannamei, Nener bandeng, benih ikan laut, rajungan, dan
9 benih nila salin. Sedangkan benih komoditas lainnya masih dalam tahap proses produksi, kegiatan sementara berjalan.
Langkah strategis yang akan ditempuh pada Triwulan I di tahun 2018 adalah mengoptimalkan kapasitas produksi, dengan perbaikan sarana dan prasarana unit pembenihan yang ada di BPBAP Takalar diantaranya kegiatan pembenihan yang bernilai ekonomis misalnya pembenihan udang dengan 2 (dua) spesies yaitu udang windu dan udang vaname, bandeng ikan laut, kepiting dan rajungan serta pembenihan ikan nila salin yang masih menjadi primadona di wilayah Sulawesi Selatan.
5) Nilai PNBP BPBAP Takalar
Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) adalah seluruh penerimaan pemerintah pusat yang tidak berasal dari penerimaan perpajakan. Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 1997 tentang pedoman umum PNBP Peraturan Pemerintah (PP) no 75 tahun 2015 tentang tarif atas jenis penerimaan negara bukan pajak yang berlaku pada Kementerain Kelautan dan Perikanan. Adapun sumber PNBP lingku Ditjen Perikanan Budidaya adalah sebagai berikut :
a. Pemanfaatan sumberdaya alam (SDA)
PNBP SDA yakni PNBP yang berasal dari Pungutan Perikanan. Pungutan perikanan adalah pungutan negara atas hak pengusahaan dan/atau pemanfaatan sumberdaya ikan yang harus dibayar kepada pemerintah oleh perusahaan perikanan Indonesia yang melakukan usaha perikanan atau oleh perusahaan perikansan asing yang melakukan usaha budidaya Perikanan. b. PNBP Non SDA
PNBP Non SDA yakni PNBP yang berasal dari Penjualan hasil usaha budidaya dan Imbalan jasa UPT lingkup Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya. PNBP ini terdiri dari :
10 1. Penjualan hasilPerikanan Budidaya
2. Imbal Jasa Teknologi 3. Jasa Desiminasi
4. Jasa Penggunaan Laboratorium 5. Jasa Penggunaan fasilitas 6. Jasa Fasilitas Lainnya
7. Jasa Kerjasama dengan Pihak Ketiga
Capaian Realisasi PNBP TRIWULAN IV tahun 2017 bila dibandingkan dengan capaian TRIWULAN IV di Tahun 2016 dapat dilihat pada Tabel 4 dibawah ini :
Tabel 4. Penerimaan PNBP BPBAP Takalar
Nilai Penerimaan PNBP BPBAP Takalar 2016 2017
Target (TRIWULAN IV) Rp
1.607.125.000
1.568.500.000
Realisasi (TRIWULAN IV) Rp
947.892.728
1.595.329.986
Persentase TRIWULAN IV) %
58.98
101,71
Capaian PNBP BPBAP Takalar pada tabel di atas melampaui target yang ditetapkan. Dari target triwulan IV sebesaar Rp. 1.568.500.000,- tercapai Rp. 1.595.329.986,- atau 101,71% dari target, jika dibandingkan dengan triwulan yang sama di tahun 2016 terjadi peningkatan yaitu sebesar 42,76%, dimana target triwulan IV 2016 sebesar Rp. 1.607.825.000,- dan tercapai sebesar Rp. 947.892.728,- atau sebesar 58,95%. Hal ini terjadi karena serapan pasar terhadap produksi hasil perikanan yang dilaksanakan pada tahun 2017 ini cukup tinggi, dibandingkan periode yang sama di tahun 2016.
6) Kawasan Budidaya yang Penyakit Ikan Pentingnya Dapat Dikendalikan Melalui Surveilance (kawasan);
11 Tabel 5. Realisasi kawasan budidaya melalui surveilen.
Kawasan budidaya yang terserang penyakit ikan pentingnya dapat dikendalikan melalui surveilen (kawasan)
Tahun Kegiatan 2016 2017
Target (TRIWULAN IV) Kawasan 6 6
Realisasi (TRIWULAN IV) Kawasan 13 6
Persentase (TRIWULAN IV) % 216 100
Untuk Kawasan yang penyakit ikan penting dapat dikendalikan melalui surveilen sesuai yang tertera pada tabel di atas memberikan gambaran bahwa pada TRIWULAN IV tahun 2017 capain kinerja IKU ini sebanyak 6 kawasan lebih rendah dibanding dengan tahun 2016 sebanyanyak 13 kawasan sedikit tidak menunjukkan adanya progres yang meningkat hal ini dikarenakan adanya cara pengukuran capaian yang berbeda. Pada tahun 2016 pengukuran capaian dilihat dari jumlah perjalanan sedangkan di tahun 2017 dilihat dari jumlah kawasan/kabupaten.
c. Terselenggaranya tata kelola pemanfaatan sumberdaya kelautan dan
perikanan yang berkeadilan, berdaya saing dan berkelanjutan:
7) Jumlah produksi induk / calon induk dengan mutu terjamin (ribu ekor); Tabel 6. Realisasi jumlah produksi calon induk unggul.
Jumlah Produksi calon induk unggul (ekor)
Tahun Kegiatan 2016 2017
Target (TRIWULAN IV) ekor 30.000 15.500
Realisasi (TRIWULAN IV) ekor 80.450 15.573
Persentase (TRIWULAN IV) % 183,33 100,47
Indikator capaian untuk kegiatan calon induk pengukurannya sedikit agak berbeda dengan indikator lainnya yang merupakan kumulatif dari kegiatan sebelumnya. Untuk indikator ini nilai target dan persentase
12 akan terus menurun dikarenakan adanya seleksi pemilihan induk yang dilakukan. Produksi Calon Induk Unggul pada TRIWULAN IV tahun 2017 capain kinerja IKU ini mencapai 100,47% atau sebanyak 15.573 ekor calon induk yang terdiri dari calon induk vannamei sebanyak11.173 ekor dan calon induk Nila salin sebanyak 4.400 ekor. Jika dibanding dengan tahun 2016 capaian IKU ini lebih rendah di karenakan jumlah target tahun 2016 lebih besar.
Indikator ini sudah ada capaian dan sudah terdistribusi di beberapa kota pada unit kegiatan perbenihan (Hatchery) dan juga di gunakan oleh kegiatan internal Balai. Sampai dengan akhir bulan Desember progres dari kegiatan ini masih tetap berjalan dan masih menyisakan calon induk (stok) udang vannamei sebanyak 500 ekor yang siap didistribusikan begitu juga calon induk nila realisasi sampai saat ini 4.500 ekor.
Langkah strategis dalam pencapaian induk unggul yang berkualitas dengan mengikuti SOP untuk calon induk dengan baik dan cermat, meningkatkan kualitas media pemeliharaan secara optimal.
8) Jumlah laboratorium HPI dan residu yang memenuhi standar teknis (unit)
Jumlah Laboratorium HPI dan residu yang memenuhi standart teknis, progres di tahun 2017 sama dengan ditahun 2016 pada TRIWULAN IV, sesuai target yang direncanakan dari tahun ke tahun.
Tabel 7. Realisasi jumlah Laboratorium yang memenuhi standar teknis
Jumlah Laboratorium HPI, dan Residu yang memenuhi Standar Teknis (unit)
Tahun Kegiatan 2016 2017
Target (TRIWULAN IV) Unit 1 1
Realisasi (TRIWULAN IV) Unit 1 1
13 Indikator ini telah dicapai dengan baik yaitu 1 unit 100%, dimana Laboratorium Uji Kesehatan Ikan dan Lingkungan BPBAP Takalar telah memenuhi standar teknis yaitu melalui penerapan ISO 17021:2015.
9) Jumlah bantuan/Restocking benih (Juta ekor)
Tabel 8. Realisasi jumlah Bantuan dan Restocking benih
Jumlah Bantuan/Restocking Benih ( ekor)
Tahun Kegiatan 2016 2017
Target (TRIWULAN IV) Ekor 9.450.000 13.000.000
Realisasi (TRIWULAN IV) Ekor 6.686.260 15.760.500
Persentase (TRIWULAN
IV) % 70,75 121,23
Bantuan/restocking benih untuk tahun 2017 telah dilakukan di Kabupaten Jeneponto, Kabupaten barru, wajo, Takalar Pangkep, Barru, Pinrang, Jeneponto, Polman, Makassar, Maros dan Bulukumba terdiri dari benih udang windu, bandeng, kakap dan nila salin. Jumlah bantuan dan restocking yang telah tersalurkan sebanyak 15.760.500 atau sekitar 121,23 % dari yang telah ditargetkan . Pada tirwulan IV pencapaian IKU ini sudah melebihi dari yang di targetkan, dari total target 13.000.000 ekor. Bila di bandingkan dengan TRIWULAN IV tahun 2016 sudah mengalami kenaikan jumlah bantuan benih yang di serahkan, hal ini menunjukkan kinerja yang sangat baik.
10) Jumlah inovasi teknologi Budidaya hasil Perekayasaan bidang air payau (paket);
Kegiatan perekayasaan di TRIWULAN IV Tahun 2017 masih dalam proses pelaksanaan, belum ada realisasi sama halnya di tahun 2016 TRIWULAN IV belum tercapai 100% relaisasi kegiatan perekayasaan. Perkembangan sampai saat ini telah dibentuk struktur organisasi kerekayasaan beserta pedoman teknis kegiatan perekayasaan (Dokumen Teknik), sebagai acuan dalam melaksanakan proses
14 kereyasaan. Ada enam WBS kegiatan kerekayasaan yang akan berjalan yaitu kegiatan rumput laut, kepiting, pakan buatan, pakan alami pronema, pakan alami cacing, dan kesling dan semua dalam proses pelaksanaan, ditargetkan dapat selesai diakhir tahun, oleh karena itu pada TRIWULAN IV ini belum ada kegiatan perekayasaan yang terealisasi 100%.
Tabel 9. Realisasi jumlah Inovasi Teknologi
Jumlah inovasi teknologi budidaya hasil perekayasaan bidang air payau (judul)
Tahun Kegiatan 2016 2017
Target (TRIWULAN IV) Paket 9 5
Realisasi (TRIWULAN IV) Paket 9 6
Persentase (TRIWULAN
IV) % 100 120
Progres kegiatan perekayasaan BPBAP Takalar sampai dengan TRIWULAN IV 2017 sebesar 120 % dari 5 WBS yang ditargetkan sedangkan yang terealisasi sebanyak 6 WBS . . Bila di bandingkan dengan TRIWULAN IV tahun 2016 sudah mengalami kenaikan capaian realisasi sebesar 20%, hal ini menunjukkan kinerja yang sangat baik. Namun jumlah target di tahun 2016 lebih banyak, karena penyesuaian jumlah anggaran pada kegiatan perekayasaan.
Langkah strategis dalam pencapaian untuk Inovasi Teknologi di tahun tahun 2018 tetap akan melakukan koordinasi dengan koordinator perekayasa terkait progres kegiatan perekayasaan secara keseluruhan. Diharapkan pada triwulan berikut sudah ada yang selesai dan mencapai 100%.
15 11) Jumlah unit pembenihan yang menerapkan ISO 9001:2015;
Tabel 10. Realisasi jumlah unit pembenihan yang menerapkan ISO 9001 : 2015
Jumlah unit pembenihan yang menerapkan ISO 9001 : 2015 (unit)
Tahun Kegiatan 2016 2017
Target (TRIWULAN IV) Unit 1 1
Realisasi (TRIWULAN IV) Unit 1 1
Persentase (TRIWULAN IV) % 100 100
Untuk unit pembenihan yang menerapkan ISO 9001:2015 masih belum ada realisasi, sementara dalam proses tindakan perbaikan oleh pelanggan tersertifikasi atas temuan pada saat surveilen, indikator ini ditargetkan akan dicapai pada akhir tahun 2017.
12) Jumlah Unit Pembenihan Ikan Air Payau yang dibina untuk sertifikasi CPIB.
Indikator ini pada TRIWULAN IV TA. 2017 masih dalam proses yang
akan di capai sampai akhir tahun 2017 bila dibandingkan dengan TRIWULAN IV Tahun 2016 tidak jauh beda yaitu masih belum ada realisasi Unit Pembenihan Ikan Air Payau yang dibina untuk sertifikasi CPIB. Untuk unit pembenihan yang siap tersertifikasi, pada bulan Juli, Agustus dan September 2017 akan fokus menyelesaikan seluruh target pada unit pembenihan yang ditetapkan oleh Auditor CPIB berdasarkan hasil kesepakatan dengan dinas perikanan dan kelautan Propinsi. Perkembangan jumlah unit pembenihan ikan air payau yang siap disertifikasi sampai saat ini masih dalam tahap verifikasi data .
16 Tabel 11. Realisasi jumlah unit pembenihan air payau yang dibina
Jumlah Unit Pembenihan Ikan Air Payau yang Siap Disertifikasi (unit)
Tahun Kegiatan 2016 2017
Target (TRIWULAN IV) Unit 5 9
Realisasi (TRIWULAN IV) Unit 5 11
Persentase (TRIWULAN IV) % 100 122
Indikator pencapaian IKU ini pada TRIWULAN IV sudah mencapai sebanyak 4 unit atau setara dengan 66,66% dari target sebanyak 6 unit, jika di bandingkan dengan triwulan tahun 2016 pencapaian iku ini belum mencapai 100%.
Langkah strategis pencapaian target pada triwulan IV fokus meyelesaikan seluruh target pada unit pembenihan yang ditetapkan oleh auditor CPIB berdasarkan hasil kesepakatan dari Dinas Prikanan Propinsi Sulawesi Selatan. Rencana Triwulan IV pembinaan akan dilakukan di Kabupaten Gowa dan Takalar.
13) Jumlah kelompok budidaya yang siap disertifikasi CBIB (kelompok) Tabel 12. Jumlah kelompok yang disertifikasi
Jumlah kelompok budidaya yang siap disertifikasi (kelompok)
Tahun Kegiatan 2016 2017
Target (TRIWULAN IV) Kelompok 5 10
Realisasi (TRIWULAN IV) Kelompok 6 11
Persentase (TRIWULAN IV) % 120 110
Indikator ini sudah terlaksana dengan baik dan sesuai dengan target yang di rencanakan pada TRIWULAN IV tahun 2017 dengan presentasi tercapai sebesar 110% dan realisasi sebanyak 11 kelompok budidaya dari target tahunan. Bila di bandingkan dengan
17 TRIWULAN IV Tahun 2016 mengalami peningkatan dari segi jumlah kelompok pembudidaya.
14) Jumlah tenaga teknis binaan (orang); Tabel 13. Jumlah Tenaga Teknis Binaan
Jumlah TenagaTeknis Binaan (Orang)
Tahun Kegiatan 2016 2017
Target (TRIWULAN IV) Orang 700 750
Realisasi (TRIWULAN IV) Orang 832 1.278
Persentase (TRIWULAN IV) % 118,85 170,4
Jumlah tenaga teknis binaan sampai dengan TRIWULAN IV sebanyak 1.278 orang atau setara 170,4% dari target 760 orang. Hal ini pencapaian IKU ini sangat baik bila dibandingkan dengan TRIWULAN IV TA. 2016 realisasi capaian sebesar 118,85% atau sebnayak 832 orang tenaga teknis binaan dari target 700 orang.
15) Jumlah Lokasi Restocking (Lokasi)
Kegiatan restocking benih dilaksanakan dalam rangka pelestarian alam untuk menjaga ketersediaan komoditas di alam.
Tabel 14. Lokasi Restocking Benih
Jumlah lokasi restocking
Tahun Kegiatan 2016 2017
Target (TRIWULAN IV) Lokasi 0 9
Realisasi (TRIWULAN IV) Lokasi 0 14
Persentase (TRIWULAN IV) % 0 155,55
Indikator ini telah terlaksana dengan baik pada TRIWULAN IV tahun 2017 dengan capaian dari IKU ini sebesar 14 lokasi restocking melebihi dari yang di targetkan yaitu 9 lokasi setara 155,55%.
18 d) Terselenggaranya Pengendalian dan pengawasan sumber daya kelautan
dan perikanan yang professional dan partisipatif :
16) Jumlah kawasan budidaya yang mendapatkan pengawasan teknis budidaya ( kawasan )
Keberhasilan dan kelangsungan usaha yang dilakukan pokdakan sangat ditentukan oleh efektivitas pembinaan dan bimbingan yang meliputi aspek teknis dan manajemen usaha serta pengembangan kemitraan dan jejaring kerja, oleh karena itu untuk memberikan pembinaan dan bimbingan maka peran aktif unit pelaksana teknis (UPT) Direktorat Jenderal perikanan Budidaya bersama-sama dengan petugas dinas dan penyuluh/PPTK sangat diharapkan dalam rangka pengembangan usaha di bidang pembudidayaan ikan sekaligus pemberdayaan masyarakat.
Kegiatan Pendampingan pada TRIWULAN IV tahun 2016 dibandingkan dengan TRIWULAN IV tahun 2017 menunjukkan persentase hasil yang sama artinya target yang ditetapkan semua berjalan sesuai dengan perencanaan yaitu dengan capaian 100%. Namun jika dilihat dari kegiatan pengawasan dan pendampingan kelompok budidaya, jauh lebih banyak dibandingkan tahun sebelumnya. Sampai dengan Triwulan ini kegiatan pendampingan dilakukan pada 8 kawasan budidaya.
Tabel 15. Jumlah Kawasan pengawasan teknis budidaya
Jumlah kawasan Budidaya yang mendapatkan pengawasan teknis budidaya
Tahun Kegiatan 2016 2017
Target (TRIWULAN IV) Kawasan 8 9
Realisasi (TRIWULAN IV) Kawasan 8 9
Persentase (TRIWULAN IV) % 100 100
Indikator ini telah terlaksana dengan baik pada TRIWULAN IV tahun 2017 dengan memenuhi capaian yang di targetkan sebanyak 9
19 kawasan, setara 100%. Kawasan budidaya yang mendapatkan pengawasan diantaranya pada Kabupaten Pinrang, Barru, pangkep, Bone, Wajo, Jeneponto, Luwu, Sulbar dan Sultra.
17) Jumlah Layanan Laboratorium kesehatan ikan dan lingkungan (sampel);
Kegiatan pelayanan laboratorium uji BPBAP Takalar pada TRIWULAN IV 2017 lebih mengedepankan pelayanan pada unit – unit produksi di BPBAP Takalar, hal ini dapat terlihat dari jumlah sampel yang dapat melampaui target pelayanan.
Tabel 16. Jumlah Layanan laboratorium Budidaya
Jumlah Layanan Laboratorium Kesehatan Ikan dan Lingkungan (Sampel)
Tahun Kegiatan 2016 2017
Target (TRIWULAN IV) Sampel 3.200 3.500
Realisasi (TRIWULAN IV) Sampel 3.621 5.206
Persentase (TRIWULAN IV) % 118,85 162,68
Indikator ini telah dilaksanakan dengan sangat baik pada TRIWULAN IV tahun 2017 dengan capaian 162,68 % dan telah melebihi dari target yang ditetapkan sebesar 3.500 sampel dengan reaslisasi jumlah sampel sebanyak 5.206 sampel. Bila di bandingkan dengan TRIWULAN IV tahun 2016 sudah mengalami kenaikan jumlah layanan laboratoriunn, hal ini menunjukkan kinerja yang sangat baik yaitu 43,83 %.
e) Terwujudnya ASN BPBAP Takalar yang kompeten dan professional dan berkepribadian
18) Indeks kompetensi dan Integritas BPBAP Takalar mengikut dari Eselon I DJPB (%)
Dalam rangka mendukung tercapainya tujuan pembangunan perikanan budidaya, salah satu pendorong utamanya adalah tersedianya Sumber Daya Manusia (SDM) yang kompeten dan profesional. Di samping itu,
20 SDM juga merupakan salah satu hal yang menjadi perhatian dalam pelaksanaan Reformasi Birokrasi, yaitu bagaimana menciptakan SDM yang berkualitas, kompeten, serta memiliki daya saing tinggi dalam era globalisasi. Salah satu sasaran strategis yang ditetapkan oleh Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya adalah “Terwujudnya aparatur sipil negara DJPB yang kompeten, professional, dan berkepribadian” yang diidentifikasi melalui 1 (satu) Indikator Kinerja Utama (IKU) yaitu “Indeks kompetensi dan integritas”. IKU ini bersifat maximize, artinya bahwa semakin besar capaiannya, maka dapat dikatakan capaian kinerja IKU ini akan semakin baik.
SDM yang berintegritas dan berkompetensi tinggi adalah SDM yang memiliki sikap (attitude) dan kapasitas (skill) yang memadai dalam meningkatkan kinerja organisasi. Untuk mencapai hal tersebut, diperlukan SDM yang memiliki komitmen yang tercermin pada integritasnya. Pengangkatan seorang pegawai di dalam jabatan diharapkan sesuai dengan kompetensinya sehingga prinsip the right man and the right place dapat terpenuhi. Hal ini dapat dicapai apabila pengangkatan dalam jabatan struktural berpedoman pada Standar Kompetensi Manajerial (SKM), dimana SKM menggambarkan jenis dan level kompetensi yang diperlukan bagi suatu jabatan, sehingga pelaksanaan tugas suatu jabatan dapat dilaksanakan dengan baik. Sementara itu nilai kompetensi dan integritas merupakan angka yang menunjukkan agregasi dari nilai kompetensi (membandingkan kompetensi hasil rekomendasi penilaian kompetensi/assessment dari asesor dengan jenis standarkompetensi yang dipersyaratkan sesuai Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 3A/KEPMEN- SJ/2014), persentase capaian output SKP, persentase tingkat kehadiran dan kepatuhan terhadap penyampaian LHKPN/LHKASN.
21 Tabel 17. Indeks Kompetensi dan Integritas
Indeks Kompetensi dan Integritas BPBAP Takalar
Tahun Kegiatan 2016 2017
Target (TRIWULAN IV) % 77 80
Realisasi (TRIWULAN IV) % 79,25 93,89
Persentase (TRIWULAN IV) % 1-2,92 117,36
Nilai kompetensi menggunakan nilai assessment, namun pada tahun 2017 tidak terdapat kegiatan asessment pegawai, sehingga nilai yang digunakan adalah nilai assessment pada tahun 2016 yaitu 81,37. Sampai dengan bulan Desember 2017 diperoleh nilai integritas sebesar 98,06. Hasil ini diperoleh berdasarkan data dari : (i) hasil evaluasi tingkat kehadiran Pegawai Negeri Sipil perolehan nilai sebesar 99,97%; (ii) Pengisian SKP sebesar 95,58%; dan (iii) nilai LHKASN/LHKPN dengan capaian sebesar 98,62%.
TABEL 18. Perhitungan Indeks Kompetensi dan Integritas Lingkup Ditjen Perikanan Budidaya KOMPETENSI INTEGRITAS Nilai Kompetensi dan Integritas
Assessment Kehadiran SKP LHKPN/LHKASN
81.37 99.97 95.58 98.62
81.37 98.06
81.37 99.97 95.58 98.62
93.89
f) Tersedianya Manajemen Pengetahuan BPBAP Takalar yang handal dan mudah di akses
19) Persentase unit kerja yang menerapkan system manajemen yang terstandar.
Sistem Manajemen Pengetahuan adalah suatu rangkaian yang memanfaatkan teknologi informasi yang digunakan oleh instansi pemerintah ataupun swasta untuk mengidentifikasi, menciptakan,
22 menjelaskan dan mendistribusikan pengetahuan untuk digunakan kembali, diketahui dan dipelajari dalam suatu organisasi. Managemen Pengetahuan menjadi bidang yang penting dalam proses pembelajaran sebuah organisasi. Pengetahuan yang dimiliki oleh organisasi harus mampu memberikan kemajuan bagi organisasi itu sendiri. Agar organisasi dapat bertahan hidup, maka diwajibkan agar setiap orang yang ada di dalam organisasi melakukan pertukaran informasi/pengetahuan. Untuk itu dibutuhkan manajemen yang kuat agar pengetahuan tersebut mengakar di setiap individu dalam organisasi dan tidak hilang begitu saja dengan didukung infrastruktur untuk penyebaran informasi di lingkungan organisasi.
Efek globalisasi serta pengembangan teknologi informasi yang sangat akseleratif mengakibatkan semakin cepatnya perubahan dalam segala bidang kehidupan. Perubahan yang terjadi dapat disikapi melalui pengetahuan yang memadai, sehingga dibutuhkan kualitas dan kapasitas SDM dalam meningkatkan pengetahuan. Peranan ilmu pengetahuan semakin menonjol, karena hanya dengan pengetahuan lah semua perubahan yang terjadi dapat disikapi dengan tepat. Oleh karena itu diperlukan upaya-upaya untuk mempersiapkan SDM yang berkualitas dan kompetitif. Dengan kapasitas SDM yang baik serta didukung pengetahuan yang luas, maka organisasi/instansi akan semakin solid dan survive sehingga dapat mencapai visi dan misi organisasi yang ditetapkan. Pengetahuan telah menjadi sesuatu yang sangat menentukan, oleh karena itu perolehan dan pemanfaatannya perlu dikelola dengan baik dalam konteks peningkatan kinerja organisasi/instansi sehingga diperlukan cara yang dapat mengintegrasikan pengetahuan itu dalam kerangka pengembangan SDM dalam organisasi/instansi.
Konsep manajemen pengetahuan ini meliputi pengelolaan sumber daya manusia (SDM) dan teknologi informasi (TI) dalam tujuannya untuk mencapai organisasi yang semakin baik. Arus globalisasi
23 yang memberikan dampak terhadap perubahan, perkembangan dan akselerasi pengetahuan, menjadikan SDM dan teknologi informasi merupakan satu kesatuan yang tak terpisahkan. Hal ini tentu saja saja memerlukan upaya-upaya untuk meningkatkan dan mengembangkan SDM sehingga dapat meningkatkan pengetahuan. Perkembangan teknologi informasi memiliki peranan penting dalam konsep manajemen pengetahuan karena hampir semua aktivitas kehidupan manusia akan diwarnai oleh penguasaan teknologi informasi. SDM yang berkualitas dengan penguasaan pengetahuannya menjadi pilihan penting yang harus dilakukan dalam konteks tersebut .
Tabel 19. Persentase unit kerja yang menerapkan system manajemen terstandar.
Persentase unit kerja yang menerapakan sistem manajemen terstandar
Tahun Kegiatan 2016 2017
Target (TRIWULAN IV) - 77 65
Realisasi (TRIWULAN IV) - 88,33 79,3
Persentase (TRIWULAN IV) % 114,71 79,35
Metode perhitungan dengan menggunakan aplikasi bitrix24, yang merupakan aplikasi untuk mengukur Manajemen Pengetahunan yang mudah diterapkan, yakni dengan prinsip melihat seberapa banyak unit kerja yang menerima informasi – informasi yang disampaikan.
g). Terwujudnya Birokrasi BPBAP Takalar yang efektif, efisien dan berorientasi pada layanan prima
24 20) Nilai Kinerja Reformasi Birokrasi BPBAP Takalar (Nilai)
Tabel 20. Nilai kinerja reformasi birokrasi BPBAP Takalar
Nilai kinerja reformasi birokrasi BPBAP Takalar
Tahun Kegiatan 2016 2017
Target (TRIWULAN IV) A (89) A (89)
Realisasi (TRIWULAN IV) % 90,08 91,87
Persentase (TRIWULAN IV) % 101,21 103,22
Reformasi Birokrasi dilaksanakan dalam rangka pembaharuan terhadap tata kelola pemerintahan yang baik (good governance). Dengan kata lain, reformasi birokrasi adalah langkah strategis untuk membangun aparatur negara agar lebih berdayaguna dan berhasil guna serta mampu mendukung keberhasilan pembangunan di bidang kelautan dan perikanan.
Penilaian Mandiri Pelaksanaan Reformasi Birokrasi (PMPRB) adalah model penilaian mandiri yang digunakan sebagai metode untuk melakukan penilaian serta analisis yang menyeluruh terhadap pelaksanaan reformasi birokrasi dan kinerja instansi pemerintah. Sesuai dengan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 14.
Tahun 2014 tentang Pedoman Evaluasi Reformasi Birokrasi Instansi Pemerintah, Direktorat
Jenderal Perikanan melalui Tim Reformasi Birokrasi lingkup DJPB melakukan pengukuran terhadap indeks pelaksanaan reformasi birokrasi dari indikator-indikator komponen penilaian yang meliputi 8 area perubahan yaitu :
1. Manajemen Perubahan
2. Penataan Peraturan perundang-undangan 3. Penataan dan Penguatan Organisasi 4. Penataan Tatalaksana
25 5. Penataan Sistem Manajemen SDM
6. Penguatan Akuntabilitas 7. Penguatan Pengawasan
8. Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik
IKU ini merupakan IKU yang penilaiannya pada akhir tahun
anggaran, sehingga pada TRIWULAN IV ini belum ada capaiannya. 21) Tingkat Maturitas SPIP (Level)
Maturitas sistem pengendalian intern secara sederhana menunjukkan ukuran kualitas dari sistem pengendalian intern pada suatu organisasi. Semakin tinggi maturitasnya semakin baik pula kualitas sistem pengendalian intern organisasi itu. Maturitas sendiri berasal dari kata maturity yang terjemahannya adalah kematangan atau kedewasaan. Kata "kematangan" dalam bahasa Indonesia lebih sering dikaitkan dengan rasa buah. Makin baik kematangannya, maka suatu buah akan makin lezat rasanya. Sementara kata "kedewasaan" biasa dikaitkan dengan sikap manusia, makin dewasa ia maka makin baik pola pikir, sikap, dan perilakunya. Menariknya, ukuran matang dan dewasa tersebut tidak ada hubungan langsung dengan usia tapi benar-benar fokus pada aspek kualitas. Buah yang lebih tua belum tentu bagus kualitas kematangannya, bisa jadi ia busuk atau gagal berkembang. Demikian pula orang yang lebih tua belum tentu kualitas kedewasaannya lebih baik. Konsepsi tersebut juga diterapkan dalam konteks maturitas sistem pengendalian intern. Usia organisasi tidak menentukan baik buruknya maturitas sistem pengendalian intern organisasi tersebut. Untuk mencapai kualitas pengendalian intern yang baik, organisasi harus memenuhi parameter-parameter maturitas tertentu. Ukuran kualitas sistem pengendalian intern paling eksaknya adalah kemampuan sistem pengendalian intern dalam mendukung pencapaian tujuan organisasi.. Dengan demikian, organisasi yang maturitas sistem pengendaliannya baik akan memiliki
26 rancangan pengendalian yang tepat dan melaksanakan rancangan itu secara efektif dalam seluruh aktivitasnya. Cara mengukur maturitas sistem pengendalian intern? Setiap pengukuran perlu satuan ukur, demikian pula dalam pengukuran maturitas sistem pengendalian intern. Satuan ukurnya adalah level maturitas. Level itu ditentukan misalnya dengan membuat skala dari level 0 sampai level 5. Level 0 menunjukkan tidak adanya pengendalian intern, sementara level 1 sampai level 5 menunjukkan adanya pengendalian intern dengan gradasi dari level yang lebih rendah ke level yang lebih tinggi berdasarkan parameter tertentu. Artinya, parameter pada level 2 adalah seluruh parameter level 1 ditambah parameter tertentu, parameter level 3 adalah parameter level 2 ditambah lagi parameter lainnya, dan demikian seterusnya. Organisasi yang memenuhi parameter level 5 berarti telah memenuhi seluruh parameter pada level-level di bawahnya. Selain sebagai alat ukur, pelevelan ini nantinya dapat menjadi sarana organisasi merancang rencana tindak (action plan) untuk melakukan perbaikan berkelanjutan menuju level yang lebih tinggi. Misalnya maturitas sistem pengendalian intern suatu organisasi telah berada pada level 3, maka selanjutnya ia dapat merancang rencana tindak peningkatan maturitas dengan mengacu pada parameter level 4 dan level 5. Tingkat maturitas penyelenggaraan SPIP merupakan kerangka kerja yang memuat karakteristik dasar yang menunjukkan tingkat kematangan penyelenggaraan SPIP yang terstruktur dan berkelanjutan. Tingkat maturitas ini dapat digunakan paling tidak sebagai instrument evaluative penyelenggaraan SPIP dan panduan generik untuk meningkatkan maturitas SPI. Dalam rangka menilai tingkat maturitas SPIP lingkup KKP. Capaian Tingkat Maturitas SPIP Triwulan IV tahun 2017 dapat dilihat pada Tabel dibawah ini :
27 Tabel 21. Tingkat maturitas SPIP
Tingkat maturitas SPIP
Tahun Kegiatan 2016 2017
Target (TRIWULAN IV) Level - 2
Realisasi (TRIWULAN IV) Level - 2,76
Persentase (TRIWULAN IV) % - 138
Maturitas sistem pengendalian intern secara sederhana menunjukkan ukuran kualitas dari sistem pengendalian intern pada suatu organisasi. Semakin tinggi maturitasnya semakin baik pula kualitas sistem pengendalian intern organisasi itu. Maturitas sendiri berasal dari kata maturity yang terjemahannya adalah kematangan atau kedewasaan. Kata "kematangan" dalam bahasa Indonesia lebih sering dikaitkan dengan rasa buah. Makin baik kematangannya, maka suatu buah akan makin lezat rasanya. Sementara kata "kedewasaan" biasa dikaitkan dengan sikap manusia, makin dewasa ia maka makin baik pola pikir, sikap, dan perilakunya. Menariknya, ukuran matang dan dewasa tersebut tidak ada hubungan langsung dengan usia tapi benar-benar fokus pada aspek kualitas. Buah yang lebih tua belum tentu bagus kualitas kematangannya, bisa jadi ia busuk atau gagal berkembang. Demikian pula orang yang lebih tua belum tentu kualitas kedewasaannya lebih baik. Konsepsi tersebut juga diterapkan dalam konteks maturitas sistem pengendalian intern. Usia organisasi tidak menentukan baik buruknya maturitas sistem pengendalian intern organisasi tersebut. Untuk mencapai kualitas pengendalian intern yang baik, organisasi harus memenuhi parameter-parameter maturitas tertentu. Ukuran kualitas sistem pengendalian intern paling eksaknya adalah kemampuan sistem pengendalian intern dalam mendukung pencapaian tujuan organisasi.. Dengan demikian, organisasi yang maturitas sistem
28 pengendaliannya baik akan memiliki rancangan pengendalian yang tepat dan melaksanakan rancangan itu secara efektif dalam seluruh aktivitasnya. Cara mengukur maturitas sistem pengendalian intern? Setiap pengukuran perlu satuan ukur, demikian pula dalam pengukuran maturitas sistem pengendalian intern. Satuan ukurnya adalah level maturitas. Level itu ditentukan misalnya dengan membuat skala dari level 0 sampai level 5. Level 0 menunjukkan tidak adanya pengendalian intern, sementara level 1 sampai level 5 menunjukkan adanya pengendalian intern dengan gradasi dari level yang lebih rendah ke level yang lebih tinggi berdasarkan parameter tertentu. Artinya, parameter pada level 2 adalah seluruh parameter level 1 ditambah parameter tertentu, parameter level 3 adalah parameter level 2 ditambah lagi parameter lainnya, dan demikian seterusnya. Organisasi yang memenuhi parameter level 5 berarti telah memenuhi seluruh parameter pada level-level di bawahnya. Selain sebagai alat ukur, pelevelan ini nantinya dapat menjadi sarana organisasi merancang rencana tindak (action plan) untuk melakukan perbaikan berkelanjutan menuju level yang lebih tinggi. Misalnya maturitas sistem pengendalian intern suatu organisasi telah berada pada level 3, maka selanjutnya ia dapat merancang rencana tindak peningkatan maturitas dengan mengacu pada parameter level 4 dan level 5. Tingkat maturitas penyelenggaraan SPIP merupakan kerangka kerja yang memuat karakteristik dasar yang menunjukkan tingkat kematangan penyelenggaraan SPIP yang terstruktur dan berkelanjutan. Tingkat maturitas ini dapat digunakan paling tidak sebagai instrument evaluative penyelenggaraan SPIP dan pansatun generik untuk meningkatkan maturitas SPI. Dalam rangka menilai tingkat maturitas SPIP lingkup KKP.
29 22) Persentase tindak Lanjut Direktif Pimpinan (%)
Tabel 22. Persentase tindak lanjut direktif pimpinan
Persentase tindak lanjut direktif pimpinan
Tahun Kegiatan 2016 2017
Target (TRIWULAN IV) % - 100
Realisasi (TRIWULAN IV) % - 100
Persentase (TRIWULAN IV) % - 100
Directive Pimpinan adalah arahan pimpinan dalam Rapat Pimpinan, Rapat Terbatas, Sidang Kabinet, dan Rapat Kerja
Arahan pimpinan dan informasi diinput oleh Biro Perencanaan KKP ke DMS dan secara otomatis masuk ke akun DMS Eselon I penanggung jawab arahan tersebut.
Tindaklanjut Eselon I adalah langkah/kegiatan yang dilakukan Eselon I dalam rangka menyelesaikan arahan pimpinan, yang diinput ke dalam sistem DMS.
Jangka waktu untuk menindaklanjuti arahan pimpinan adalah 2 minggu setelah arahan diinput ke sistem DMS. Diatas 2 minggu akan dinyatakan jatuh tempo/tidak selesai apabila tidak ditindaklanjuti. IKU ini merupakan IKU Adopsi langsung drai Eselon I dan merupakan IKU baru sehingga belum ada pembanding dari tahun sebelumnya dan merupakan IKU yang penilaiannya pada akhir tahun.
23) Nilai AKIP Lingkup DJPB
Tabel 23. Nilai AKIP Lingkup DJPB
Nilai Akip Lingkup DJPB
Tahun Kegiatan 2016 2017
Target (TRIWULAN IV) - - 83
Realisasi (TRIWULAN IV) - - 84,35
30 Penilaian Kementerian PAN & RB atas akuntabilitas kinerja KKP. Akuntabilias kinerja yaitu perwujudan kewajiban suatu instansi pemerintah untuk mempertanggung jawabkan keberhasilan/kegagalan pelaksanaan program dan kegiatan yang telah di amanatkan para pemangku kepentingan dalam rangka mencapai misi organisasi secara terukur dengan sasaran/target kinerja yang telah ditetapkan melalui laporan kinerja instansi pemerintah yang disusun secara periodik. IKU ini merupakan adopsi langsung dan penilaiannya dilaksanakan pada akhir tahun sehingga pada TRIWULAN IV dengan capaian 84,35 dari target 83 setara dengan 101,63 %.
I.) Terkelolanya Anggaran Pembangunan BPBAP Takalar Secara efisien dan akuntabel terdiri dari indikator :
24) Nilai kinerja anggaran BPBAP Takalar (%)
Kinerja adalah prestasi kerja berupa keluaran dari suatu kegiatan atau hasil dari suatu program dengan kuantitas dan kualitas terukur. Guna mengetahui kinerja suatu program maka perlu dilakukan pengukuran. Pengukuran dan evaluasi kinerja yang selanjutnya disebut evaluasi kinerja adalah proses untuk menghasilkan informasi capaian kinerja yang telah ditetapkan dalam dokumen RKA-KL. Salah satu dasar hukum yang digunakan adalah PMK 249 Tahun 2011 tentang Pengukuran dan Evaluasi Kinerja atas Pelaksanaan RKA-K/L.
Capaian Nilai kinerja anggaran TRIWULAN IV tahun 2017 bila dibandingkan dengan capaian TRIWULAN IV di Tahun 2016 daapat dilihat pada Tabel 17 dibawah ini :
31 Tabel 24. Nilai Kinerja Anggaran (Capaian Realisasi)
IKU SATUAN CAPAIAN DAN REALISASI
TRIWULAN IV
Nilai Kinerja Anggaran BPBAP Takalar 2016 2017
Target (TRIWULAN IV) % > 95 > 95
Realisasi (TRIWULAN IV) % 83,80 96,51
Persentase (TRIWULAN IV) % 83,80
101,58
IKU Nilai Kinerja Anggaran pada triwulan yang sama di tahun 2016 belum dilakukan pencatatan sehingga belum bisa dibandingkan dengan Triwulan yang sama di tahun 2017 ini. Capaian Nilai Kinerja Anggaran TRIWULAN IV tahun 2017 ini adalah sebesar 101,58 %. Hal ini menunjukkan kinerja yang sangat baik yaitu 17,78 %.
25) Persentase Kepatuhan terhadap SAP (%)
SAP (Sistem Akuntansi Pemerintah) adalah Sistem pelaporan Pemerintah yang terintegrasi antara Laporan Keuangan dan Barang Milik Negara. Sistem Akuntansi Pemerintahan (SAP) bertujuan untuk : (i) Menjaga asset Pemerintah dan instansi-instansinya melalui pencatatan, pemprosesan dan pelaporan transaksi keuangan yang konsisten sesuai dengan standar dan praktek akuntansi yang diterima secara umum; (ii) Menyediakan informasi yang akurat dan tepat waktu tentang anggaran dan kegiatan keuangan pemerintah baik secara nasional maupun instansi yang berguna sebagai dasar penilaian kinerja; (iii) Menyediakan informasi yang dapat dipercaya tentang posisi keuangan suatu instansi dan pemerintah secara keseluruhan; dan (iv) Menyediakan informasi keuangan yang berguna untuk perencanaan, pengelolaan dan pengendalian kegiatan dan keuangan pemerintah secara efisien.
Capaian Persentase kepatuhan terhadap SAP Triwulan IV tahun 2017 dapat dilihat pada Tabel dibawah ini :
32 Tabel 25. Persentase kepatuhan terhadap SAP
Persentase kepatuhan terhadap SAP (5)
Tahun Kegiatan 2016 2017
Target (TRIWULAN IV) % 100 100
Realisasi (TRIWULAN IV) % 100 100
Persentase (TRIWULAN IV) % 100 100
SAP (Sistem Akuntansi Pemerintah) adalah Sistem pelaporan Pemerintah yang terintegrasi antara Laporan Keuangan dan Barang Milik Negara. Sistem Akuntansi Pemerintahan (SAP) bertujuan untuk : (i) Menjaga asset Pemerintah dan instansi-instansinya melalui pencatatan, pemprosesan dan pelaporan transaksi keuangan yang konsisten sesuai dengan standar dan praktek akuntansi yang diterima secara umum; (ii) Menyediakan informasi yang akurat dan tepat waktu tentang anggaran dan kegiatan keuangan pemerintah baik secara nasional maupun instansi yang berguna sebagai dasar penilaian kinerja; (iii) Menyediakan informasi yang dapat dipercaya tentang posisi keuangan suatu instansi dan pemerintah secara keseluruhan; dan (iv) Menyediakan informasi keuangan yang berguna untuk perencanaan, pengelolaan dan pengendalian kegiatan dan keuangan pemerintah secara efisien. IKU ini merupakan IKU yang penilaiannya pada akhir tahun anggaran, sehingga pada TRIWULAN IV ini belum ada capaiannya.
3.2 . Akuntabilitas Keuangan dan Anggaran
Guna mendukung pencapaian indikator diatas, maka diperlukan anggaran dari pemerintah (APBN). Alokasi anggaran kegiatan pembangunan perikanan budidaya Tahun 2017 yang dilaksanakan di BPBAP Takalar dialokasikan anggaran yang berjumlah Rp. 24.127.851.000,- Pada triwulan II Awal bulan Mei (revisi 2) adanya penghematan anggaran
33 sehingga sisa anggaran yang ada sebesar Rp. 21.287.911.000,- Pada triwulan III tepatnya bulan agustus tanggal 15 (revisi 3) terjadi penambahan anggaran Belanja Modal sebesar Rp. 6.950.000.000 sehingga total anggaran sebesar Rp.28.937.911.000. Pada triwulan IV tanggal 23 November terjadi perubahan (revisi 4) yaitu penyesuaian Rencana Penarikan Dana (RPD) pada Dipa halaman 3. Di bulan yang sama penambahan anggaran (revisi 5) pada Belanja Pegawai sebesar Rp. 1.152.379.000 sehingga anggaran sampai denga revisi 5 sebesar Rp. 30.090,290.000. Hingga tutup tahun anggaran 2017 terukur total realisasi penyerapan anggaran sebesar Rp. 29.041.069.093,- sebesar 96,51%. Realisasi anggaran tersebut lebih tinggi dari target yang ditetapkan sebesar > 95%. Total anggaran tersebut dialokasikan untuk 6 program kerja utama yaitu (1) Pengembangan Sistem Kesehatan Ikan dan Lingkungan Pembudidayaan Ikan (2343), dengan realisasi anggaran Rp. 17.005.250 (79,77%) dari pagu anggaran Rp.21.318.000, (2) Pengembangan Sistem Perbenihan Ikan (2344) dengan realisasi anggaran Rp 2.721.789.588 (98,48%) dari pagu anggaran Rp.2.763.842.000, (3) Pengembangan Sistem Prasarana dan Sarana Pembudidayaan Ikan (2345) dengan realisasi anggaran Rp 7.548.049.773 (99,23%) dari pagu anggaran Rp.7.606.464.000 (4) Pengembangan Sistem Produksi Pembudidayaan Ikan (2346), dengan realisasi anggaran Rp.786.989.200, (96,86 %) dari pagu anggaran Rp. 812.466.000, (5) Peningkatan Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Ditjen Perikanan Budidaya (2348) dengan realisasi anggaran Rp. 16.529.618.455 (95.65%) dari pagu anggaran Rp.17.281.200.000, (6) Pengelolaan pakan (5747), dengan realisasi anggaran Rp.1.475.065.600 (91,90) dari pagu anggaran Rp. 1.605.000.000.
34
IV.
PENUTUP
BPBAP Takalar sebagai salah satu UPT DJPB yang mempunyai tugas dan fungsi dalam memacu peningkatan produksi perikanan budidaya, tidak terlepas dari berbagai hambatan dan tantangan. Kualifikasi SDM dan dukungan dari berbagai pihak sangat dibutuhkan untuk pencapaian target kinerja pada waktu yang akan datang.
Capaian kinerja pada TRIWULAN IV ini, BPBAP Takalar telah mampu merealisasikan 6 Indikator dengan rata-rata capaian sebesar 53,29%, diantaranya (1). Pengembangan Sistem Kesehatan Ikan dan Lingkungan (79,77%), (2). Pengelolaan Perbenihan Ikan 98,48%) %, (3). Pengelolaan Kawasan dan Kesehatan Ikan 99,23%) , (4). Pengembangan Sistem Produksi Pembudidayaan Ikan, 96,86%,(5). Peningkatan Dukungan Mamajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis LainnyaDitjen Perikanan Budidaya 95.65%, (6). Pengelolaan Pakan dan Obat Ikan 91,90% sedangkan realisasi anggaran telah dicapai 101,71 (96,51%). Hal ini menunjukkan bahwa BPBAP Takalar akan terus berupaya untuk dapat mencapai target kinerja yang telah ditetapkan.
Pada proses pelaksanaan yang akan datang, diharapkan akan adanya kritik dan saran yang sifatnya positif untuk kesempurnaan dan perbaikan kualitas dan kuantitas kinerja BPBAP Takalar, dan diucapkan terima kasih atas kerjasama seluruh pihak terkait.