• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN SIMBOL BUDAYA ORGANISASI DAN EFEKTIVITAS ORGANISASI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENERAPAN SIMBOL BUDAYA ORGANISASI DAN EFEKTIVITAS ORGANISASI"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

1

PENERAPAN SIMBOL BUDAYA ORGANISASI DAN EFEKTIVITAS ORGANISASI

(Studi Deskriptif Kualitatif tentang Penerapan Simbol Budaya Organisasi terhadap Efektivitas Organisasi Pers Mahasiswa SUARA USU)

Sofiari Ananda 100904054

Abstrak

Penelitian ini berjudul Penerapan Simbol Budaya Organisasi dan Efektivitas Organisasi (Penerapan simbol budaya organisasi terhadap efektivitas organisasi Pers Mahasiswa SUARA USU). Penelitian ini bertujuan untuk melihat apakah dengan diterapkannya simbol budaya organisasi menggambarkan efektivitas organisasi Pers Mahasiswa SUARA USU atau tidak. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian deskriptif kualitatif yaitu dengan mengembangkan konsep dan menghimpun data, tetapi tidak melakukan pengukuran dengan data nominal yang menyangkut klasifikasi atau kategorisasi sejumlah variabel ke dalam beberapa sub kelas nominal. Metode ini memusatkan penyelidikan terhadap cara manusia memaknai cara kehidupan sosial mereka, serta bagaimana manusia mengekspresikan pemahaman mereka. Subjek penelitian ini adalah pengurus Pers Mahasiswa SUARA USU 2014 yang ditarik dengan menggunakan teknik pengumpulan data purposive sampling. Pengambilan data dilakukan dengan wawancara mendalam terhadap informan. Secara umum sistem kerja SUARA USU sudah efektif, walau anggotanya sedikit, namun semua pekerjaan dikerjakan sama-sama. Seluruh anggota menerapkan dan menjalankan simbol-simbol budaya SUARA USU bersama-sama hingga SUARA USU pun mampu menjadi organisasi yang efektif. Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa SUARA USU tak hanya sekedar menerapkan simbol-simbol budaya organisasinya. Hal ini yang membuat SUARA USU menjadi organisasi yang efektif yakni banyaknya kerjasama yang datang membuktikan pihak luar percaya dengan SUARA USU.

Kata kunci : Simbol budaya organisasi, efektivitas organisasi, SUARA USU, Purposive Sampling

PENDAHULUAN Konteks Masalah

Pacanowsky dan O‟Donnell Trujillo (dalam Turner, 2008: 317) berpendapat budaya adalah cara hidup di dalam sebuah organisasi. Budaya organisasi juga mencakup semua simbol (tindakan, rutinitas, percakapan dan seterusnya) dan makna-makna yang dilekatkan orang pada simbol-simbol ini. Sering kali, simbol-simbol ini mengomunikasikan nilai-nilai organisasi. Sejauh mana simbol-simbol ini efektif, bergantung tidak hanya pada media tetapi pada bagaimana anggota organisasi mempraktikkannya (dalam Turner, 2008: 320). Budaya yang kuat secara khusus berhubungan dengan penggunaan upacara-upacara, simbol-simbol, cerita-cerita, para pahlawan, dan slogan-slogan. Budaya

(2)

2

organisasi yang kuat bisa mempunyai dampak pada kinerja perusahaan. Dapat ditarik sebuah logika berpikir bahwa budaya organisasi yang kuat berhubungan erat dengan simbol budaya organisasi yang dibuat, dipahami dan diinterpretasikan dalam organisasi tersebut. Jika simbol budayanya kuat, maka budaya organisasinya juga akan kuat dan kemudian menciptakan efektivitas organisasi tersebut.

Sekecil apapun organisasi harus memiliki birokrasi atau pedoman atau budaya organisasi. Sayangnya hanya organisasi besar, profesional dan komersial yang memiliki budaya organisasi serta simbolnya. Namun berbeda halnya dengan organisasi kecil atau nonprofesional seperti organisasi kampus. Tapi tak begitu dengan sebuah organisasi di Universitas Sumatera Utara (USU) bernama Pers Mahasiswa SUARA USU. Ia adalah salah satu unit kegiatan mahasiswa di USU yang dibawahi Pembantu Rektor III. SUARA USU memegang teguh dan menjalankan dengan tegas budaya organisasi. Pun diikuti oleh simbol budaya organisasi yang dianut. Prinsip ini jelas menjadi faktor utama penentu efektivitas SUARA USU. Menurut pengamatan sementara peneliti, Pers Mahasiswa SUARA USU sejauh ini terlihat bisa mempertahankan eksistensinya. Pemaparan mengenai pentingnya budaya dan simbol organisasi serta keteguhan SUARA USU mempertahankan budaya dan simbol organisasinya menjadi menarik untuk membuktikan asumsi di atas serta melihat pembuktian tentangnya pentingnya simbol budaya organisasi dan pengaruhnya terhadap keefektivan SUARA USU sendiri.

Fokus Masalah

“Bagaimana penerapan simbol-simbol budaya organisasi Pers Mahasiswa SUARA USU terhadap efektivitas organisasi tersebut?”.

Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui simbol-simbol budaya organisasi yang terdapat di Pers Mahasiswa SUARA USU.

2. Untuk mengetahui tingkat keefektifan penerapan simbol-simbol budaya organisasi yang terdapat di Pers Mahasiswa SUARA USU.

3. Untuk mengetahui bagaimana efektivitas organisasi Pers Mahasiswa SUARA USU dengan penerapan simbol-simbol budaya organisasi tersebut. KAJIAN PUSTAKA

Komunikasi

Harold Laswell mendefenisikan komunikasi dengan mencoba menjawab beberapa unsur berikut: who, says what, in which channel, to whom, with what effect. Ini berarti bahwa komunikasi dalam prosesnya meliputi lima unsur yaitu adanya komunikator yang bertindak sebagai penyampai pesan, pesan, saluran sebagai sarana penyampai pesan, komunikan yang berperan sebagai penerima pesan dan efek yang merupakan umpan balik sebagai reaksi komunikan terhadap pesan yang disampaikan komunikator.

(3)

3 Komunikasi Organisasi

Komunikasi organisasi adalah pengiriman dan penerimaan berbagai pesan organisasi di dalam kelompok formal maupun informal dari suatu organisasi (Wiryanto, 2005). Komunikasi organisasi mencakup komunikasi yang terjadi di dalam dan di antara lingkungan yang besar dan luas. Organisasi bersifat unik karena komunikasi yang terjadi sangat terstruktur dan pembagian peran sering kali terspesialisasi dan dapat diprediksi (dalam Turner, 2008: 38).

Budaya Organisasi

Pacanowsky dan O‟Donnell Trujilo (1982) mempercayai bahwa budaya organisasi “mengindikasikan apa yang menyusun dunia nyata yang ingin diselidiki. Mereka mengatakan bahwa budaya organisasi (organizational culture) adalah esensi dari kehidupan organisasi. Mereka menerapkan prinsip-prinsip antropologi untuk mengontruksi teori mereka. Mereka juga mengadopsi pendekatan Interpretasi Simolok yang dikemukakan oleh Clifford Geertz (1973) dalam model teoritis mereka.

Simbol Budaya Organisasi

Kategori Umum Tipe/Contoh Spesifik

Simbol Fisik Seni/desain/logo

Bangunan/dekorasi Pakaian/penampilan Benda/material

Simbol Perilaku Upacara/ritual

Tradisi/kebiasaan Penghargaan/hukuman

Simbol Verbal Anekdot/lelucon

Jargon/nama/nama sebutan Penjelasan Kisah/mitos/sejarah Metafora (Sumber: Turner, 2008: 320) Penelitian Kualitatif

Bogdan dan Taylor (1992: 21-22) menyatakan bahwa penelitian kualitatif adalah salah satu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa ucapan dan tulisan dan perilaku orang-orang yang diamati.

Paradigma Interpretif

Paradigma interpretif menekankan perlunya memahami realitas sosial dari berbagai sudut pandang orang-orang yang hidup di dalamnya. Realitas sosial yang dihadapi manusia sudah terbentuk dari waktu ke waktu melalui proses komunikasi, interaksi dan sejarah bersama (Daymon, 2008: 6).

(4)

4 Interaksionisme Simbolik

Mead dianggap sebagai bapak interaksionisme simbolik, karena pemikirannya yang luar biasa. Pemikiran Mead terangkum dalam konsep pokok mengenai “mind”, “self” dan “society” sebagaimana dijelaskan berikut ini (Mufid, 2009:160).

Fenomenologi

Secara harfiah fenomenologi atau fenomenalisme adalah aliran atau faham yang menganggap bahwa fenomenalisme (gejala) adalah sumber pengetahuan dan kebenaran. Sehingga dalam berbagai hal kita dapat mempelajari atau memahami sesuatu dari gejala atau penampakan. Yakni hal-hal yang menyangkut kenyataan sebagaimana tampaknya. Fenomenologi, dikemukakan oleh Edmund Husserl (1895-1938) (L. Siregar, 2005 : 7-8).

Efektivitas Organisasi

Georgopoulos dan Newhauser (dalam Mokoginta, 1992: 53), mengatakan bahwa konsep efektivitas organisasi kadang disebut sukses organisasi atau nilai organisasi, biasanya digunakan untuk menunjukkan pencapaian tujuan. Strees dalam Tangkilisan (2005: 141) mengemukakan 5 (lima) kriteria dalam pengukuran efektivitas, yaitu: produktivitas, kemampuan adaptasi kerja, kepuasan kerja, kemampuan berlaba, pencarian sumber daya.

METODOLOGI PENELITIAN Metode Penelitian

Metode yang digunakan adalah metode penelitian deskriptif kualitatif. Menurut Whitney (1960), metode deskriptif kualitatif adalah pencarian fakta dengan interpretasi yang tepat. Penelitian deskriptif mempelajari masalah-masalah dalam masyarakat, serta tatacara yang berlaku dalam masyarakat serta situasi-situasi tertentu, termasuk hubungan, kegiatan-kegiatan, sikap-sikap, pandangan-pandangan, serta proses-proses yang sedang berlangsung dan pengaru-pengaruh dari suatu fenomena (Nazir, 1988: 63).

Objek Penelitian

Objek penelitian ini adalah pengurus Pers Mahasiswa SUARA USU yang akan diambil dengan teknik pengumpulan data Purposive Sampling.

Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah Pers Mahasiswa SUARA USU. Satu-satunya unit kegiatan mahasiswa yang bergerak dibidang pers di tingkat universitas di Universitas Sumatera Utara.

Pers Mahasiswa SUARA USU

SUARA USU berdiri pada 1 Juli 1995 dan sampai saat ini merupakan satu-satunya UKM yang mengelola bidang penerbitan dan pers di tingkat USU. Sebagai salah satu UKM, SUARA USU mendapatkan subsidi dana dari universitas. Pers Mahasiswa SUARA USU memiliki tiga unit bagian, yaitu

(5)

5

Redaksi, Perusahaan, dan Penelitian dan Pengembangan. Masing-masing bagian tersebut bekerja sama untuk meningkatkan mutu dari produk yang dihasilkan. SUARA USU mempunyai tiga jenis produk, tabloid (Tabloid Mahasiswa SUARA USU), majalah (Majalah Mahasiswa SUARA USU) dan media online (www.suarausu.co).

Kerangka Analisis

Dalam penelitian ini, konsep analisis yang digunakan ialah pendekatan logika induktif, di mana silogisme dibangun berdasarkan pada hal-hal khusus atau data di lapangan dan bermuaram pada kesimpulan-kesimpulan umum. Untuk mencapai maksud tersebut, peneliti membangun suatu kerangka analisis induktif yang akan digunakan sebagai alat analisis terhadap subjek penelitian, juga menganalisis pula konteks-konteks sosial budaya yang mengitari fenomena dan peristiwa sosial yang dialamai oleh subjek penelitian.

Teknik Pengumpulan Data

1. Penelitian Lapangan (Field Research), yaitu pengumpulan data secara langsung dengan cara observasi dan wawancara dengan informan. Untuk menghindari ketidakvalidan data, peneliti melakukan dengan wawancara secara mendalam kepada narasumber maupun para ahli guna mendapatkan data yang sebenarnya dan sesuai dengan tujuan penelitian.

2. Studi Kepustakaan (Library Research) yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara menghimpun data dari buku-buku yang relevan dengan masalah penelitian. Dalam hal ini peneliti mengambil data dari sumber-sumber bacaan guna mengambil teori-teori yang dikemukakan oleh para ahli sebagai bahan rujukan.

Penentuan Informan

Informan yang digunakan dalam penelitian adalah pengurus Pers Mahasiswa SUARA USU . Karena pengurus adalah orang-orang yang meramu program kerja untuk kemudian dibahas, juga sebagai orang yang mengawal jalannya program tersebut dan memantau kinerja anggota Pers Mahasiswa SUARA USU. Pengurus di sini merupakan pemimpin umum, sekretaris umum, bendahara umum, pimpinan redaksi, pimpinan perusahaan serta kepala penelitian dan pengembangan. Maka, informan dalam penelitian ini berjumlah 6 orang. Keabsahan Data

Salah satu truthworthiness yakni analisis triangulasi, adalah menganalisis jawaban subjek dengan meneliti kebenarannya dengan data empiris (sumber data lainnya) yang tersedia (Kriyantono, 2008: 70). Ada beberapa macam triangulasi, yaitu: triangulasi sumber yakni membandingkan atau mengecek ulang derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh dari sumber yang berbeda. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan AD-ART dan dokumentasi SUARA USU serta hasil wawancara sebagai sumber informasi. Triangulasi waktu, berkaitan dengan suatu proses dan perubahan perilaku manusia, karena perilaku manusia dapat berubah setiap waktu, karena itu peneliti harus melakukan observasi tidak

(6)

6

hanya sekali. Observasi pada penelitian ini dilakukan sebelum dan saat penelitian. Triangulasi teori, memanfaatkan dua atau lebih teori untuk diadu dan dipadu. Untuk itu diperlukan rancangan riset, pengumpulan data dan analisis data yang lengkap supaya hasilnya komperehensif. Peneliti menggunakan beberapa teori tentang efektivitas organisasi untuk menguatkan hasil penelitian. Triangulasi periset, menggunakan lebih dari satu periset dalam melakukan observasi dan wawancara. Sebelumnya tim perlu mengadakan kriteria atau acuan pengamatan dan wawancara. Peneliti membuat kriteria informan dan draft pertanyaan wawancara terstrukur dan mendalam. Triangulasi metode, usaha untuk mengecek keabsahan data dan mengecek keabsahan temuan riset. Triangulasi metode dapat dilakukan dengan menggunakan lebih dari satu pengumpulan data untuk mendapatkan hasil yang sama. Pengumpulan data untuk penelitian ini adalah melalui kepustakaan, observasi dan wawancara mendalam.

Teknik Analisis Data

Penelitian ini menggunakan teknik analisis kualitatif. Oleh karena itu, data untuk penelitian ini dikumpulkan dengan metode wawancara mendalam. Pendeskripsian hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti menggunakan analisis filling system. Analisis filling system akan membagi instrumen-instrumen pertanyaan ke dalam kategori sesuai dengan jenisnya. Analisis ini digunakan untuk mengelompokkan hasil data penelitian, baik berupa poin-poin dan penjelasan hasil wawancara maupun observasi ke dalam kelompok-kelompok tertentu (Kriyantono, 2008).

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian

Pelaksanaan penelitian yang dilakukan adalah dengan melakukan wawancara mendalam. Ketika peneliti sampai di sekretariat, pemimpin redaksi, kepala penelitian dan perkembangan serta bendahara umum sedang berada di sekretariat. Maka penelitian dimulai dengan ke tiga responden tersebut. Setelah itu, pimpinan umum datang dan disusul oleh pimpinan perusahaan. Pada pukul 17.45 WIB, sekretaris umum tiba di sekretariat dan menjadi responden terakhir yang diwawancarai. SUARA USU adalah organisasi yang efektif karena banyaknya kerjasama yang datang membuktikan orang percaya sama SUARA USU, regenerasi anggota bagus karena sistemnya sesuai, serta mampu menambah benefit dari program yang dibuat.

Pembahasan

Berikut adalah simbol-simbol budaya organisasi yang dimiliki Pers Mahasiswa SUARA USU.

1. Logo : Terdiri dari kata-kata „Pers Mahasiswa SUARA USU‟. Tulisan „Pers Mahasiswa‟ berwarna hitam yang berarti ketegasan dan warna merah pada tulisan „SUARA USU‟ artinya jujur dan berani.

2. Sekretariat : Terletak di jalan Universitas no. 32 B Pintu I USU, terletak di belakang sekretariat UKM Pramuka. Berbentuk persegi panjang dengan luas 60 m2.

(7)

7

3. Seragam Khusus : Baju SUARA USU merupakan kemeja berwarna hitam dengan tulisan „Pers Mahasiswa SUARA USU‟ berwarna merah di dada kanan atas serta tulisan „I‟m a journalist‟ berwarna merah di lengan kanan. 4. Merchandise : Diakhir tahun lalu, anggota SUARA USU sepakat menjadikan

flashdisk 8 GB sebagai merchandise.

5. Penerimaan Anggota Baru : Dilakukan 2 kali dalam setahun dan diperuntukan hanya untuk mahasiswa baru yang masuk di tahun penerimaan anggota baru dilakukan.

6. Rapat Harian : SUARA USU memiliki rapat harian setiap hari Rabu mulai jam 15.00 WIB dan hari Sabtu mulai jam 14.00 WIB. Setiap anggotanya diwajibkan datang, kecuali dengan alasan sakit, akademis dan urusan keluarga.

7. Reward dan Punishment : Anggota SUARA USU juga punya kewajiban mensirkulasikan produk cetak mereka dan ada jumlah minimal yang harus dipenuhi. Jika ada anggota yang tidak memenuhi, maka akan menerima hukuman berupa penambahan kuota di sirkulasi berikutnya dengan sisa kewajiban sirkulasi sebelumnya yang belum terpenuhi. Sebaliknya jika ada anggota yang menjual paling banyak, maka akan diberi hadiah berupa uang, buku atau film.

8. Anekdot : Anggota SUARA USU memiliki beberapa anekdot seperti galau itu egois dan subil. Anekdot ini muncul tanpa direncanakan. Biasanya muncul karena adanya kejadian baik atau buruk yang dijadikan bahan bercandaan atau sindiran.

9. Moto : Moto SUARA USU adalah „Realitas Perspektif Mahasiswa‟, yang berarti suatu kenyataan yang berdasarkan sudut pandang mahasiswa.

10. Sejarah : SUARA USU berdiri pada tanggal 1 Juli 1995 yang dipelopori oleh 4 mahasiswa. Awalnya SUARA USU mirip seperti humas untuk rektorat, yang mengeluarkan produk berupa house journal yang terbit setiap wisuda. Namun mengingat seringnya terjadi demo pada masa itu dan sulitnya mahasiswa menyampaikan aspirasinya langsung pada rektor, maka SUARA USU berubah menjadi media bagi mahasiswa yang diharapkan dapat mewakili dan menyampaikan aspirasi mahasiswa. Sayangnya sejarah ini hanya diketahui sebagian anggota, yakni anggota angkatan tengah ke atas (angkatan tua).

Simbol-Simbol budaya organisasi SUARA USU di atas tidak hanya dibuat untuk sekedar formalitas. Melainkan diatur dengan tegas dan apik serta diterapkan dan dijalankan oleh semua anggota. Mengetahui, menjalankan dan menjaga simbol-simbol budaya organisasi adalah salah satu kewajiban anggota Pers Mahasiswa SUARA USU. Penggunaan simbol-simbol budaya organisasi SUARA USU yang maksimal ini lah yang berperan pada kuatnya budaya organisasi SUARA USU dan akhirnya berperan juga menciptakan efektivitas organisasi. Efektivitas SUARA USU terlihat dari umurnya yang panjang, 18 tahun dengan masih konsisten menerbitkan tabloid, yang selalu diperbaharui setiap tahunnya. Selain tabloid, sekitar 3 tahun belakangan SUARA USU juga menerbitkan majalah setahun sekali dan rutin mengadakan pelatihan jurnalistik tingkat lanjut nasional bernama Salam Ulos setiap tahunnya. Secara umum sistem kerja

(8)

8

SUARA USU sudah efektif, walau anggotanya sedikit, namun semua pekerjaan dikerjakan sama-sama. Seluruh anggota menerapkan dan menjalankan simbol-simbol budaya SUARA USU bersama-sama hingga SUARA USU pun mampu menjadi organisasi yang efektif dengan mampu bertahan selama 18 tahun dan terus berinovasi dengan produknya yakni tabloid, online, majalah dan kegiatan kepanitiaan yang berskala nasional. Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa SUARA USU tak hanya sekedar menerapkan simbol-simbol budaya organisasinya seperti rapat harian, penerimaan anggota baru serta hukuman dan penghargaan, namun juga dijalankan dengan maksimal, sistematis oleh semua anggota. Hal ini yang membuat SUARA USU menjadi organisasi yang efektif yakni banyaknya kerjasama yang datang membuktikan pihak luar percaya dengan SUARA USU, regenerasi anggota bagus karena penerimaan anggota yang rutin dan sistemnya sesuai, serta mampu menambah benefit dari program yang dibuat dan rapat harian yang rutin hingga seluruh perkembangan terkontrol dan anggota tetap produktif. Dari penilaian ke enam pengurus, dapat disimpulkan SUARA USU adalah sebuah organisasi yang efektif karena berjalan secara struktural, sistematis dan menerapkan dengan maksimal seluruh simbol budaya organisasi. Kemaksimalan tersebut yang kemudian mendatangkan berbagai keuntungan dan menjaga konsistensi SUARA USU hingga bisa mencapai efektivitas organisasi. Proses Interaksionisme Simbolik

a. Mind

Dari keenam pengurus Pers Mahasiswa SUARA USU yang peneliti jadikan informan, dapat dilihat mereka memiliki penilaian berbeda tentang simbol-simbol budaya organisasi yang ada. Misalnya tentang alasan kesesuaian moto SUARA USU yakni realitas perspektif mahasiswa, yang berbeda-beda. Alasan tersebut merupakan hasil dari proses berpikir yang mereka lalui selama 3 tahun berada di SUARA USU yang juga dipengaruhi dari jenjang jabatan yang mereka lalui.

b. Self

Hasil dari self dalam SUARA USU terlihat dari adanya anggota yang keluar sebelum masa keanggotannya habis. Tak jarang alasan tersebut muncul karena anggota yang keluar tersebut mengadopsi tingkah laku anggota yang sudah keluar sebelumnya, hingga surat peringatan ketiga harus dijatuhkan atau dipandang remeh oleh anggota lain. Contohnya ada anggota bernama X yang jarang datang rapat karena alasan izin orang tua namun diberi keringanan karena keadaannya yang memang tidak memungkinkan untuk datang. Kemudian, ada anggota bernama Y yang menggunakan alasan serupa hingga jarang datang rapat namun dianggap keadaannya tidak separah anggota X. Apalagi anggota Y sudah memegang jabatan tinggi yang harus menjadi panutan. Akhirnya ia menjadi bahan perbincangan anggota lain dan dianggap tidak pantas sebagai panutan.

c. Society

Dari proses wawancara peneliti dapat disimpulkan bahwa informan dan anggota SUARA USU umumnya mengalami banyak interaksi dalam melakukan pekerjaan meliput berita, kepanitiaan, rapat harian, penerimaan anggota baru dan lain-lain. Tingginya intensitas interaksi antar anggota terwujud dari rasa nyaman

(9)

9

dan sangat mampu para anggota bekerjasama satu sama lain. Banyaknya interaksi di SUARA USU juga dijaga dengan rapat harian yang rutin sebagai wadah anggota berkumpul dan membicarakan segala hal.

Perspektif Fenomenologi

Dari pemaparan narasumber, dapat ditarik kesimpulan simbol-simbol budaya organisasi diterapkan dengan efektif untuk menjaga konsistensi SUARA USU. Penerapan seperti ini juga disesuaikan dengan budaya semi profesional yang SUARA USU anut. Keefektivan penerapan ini juga digunakan untuk menjaga komitmen anggota dan sebagai alat untuk melakukan seleksi alam dan menyisakan anggota yang loyal.

Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dibahas pada bab sebelumnya, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

1. Berdasarkan hasil wawancara dengan 6 pengurus, dapat diketahui bahwa Pers Mahasiswa SUARA USU memiliki simbol-simbol budaya organisasi yakni logo, sekretariat, seragam, merchandise, penerimaan anggota baru, rapat harian, reward dan punishment, anekdot dan sejarah.

2. Kekuatan simbol-simbol budaya organisasi terlihat dari kesesuaian logo, seragam, moto, penghargaan dan hukuman, sekretariat dan simbol-simbol lainnya dengan budaya dan kebutuhan SUARA USU. Selain itu, agenda penerimaan anggota baru sangat rutin dan sangat sistemis, tidak asal dilaksanakan. Rapat harian yang menjadi wadah yang mempertemukan seluruh anggota dalam satu forum untuk bermusyawarah juga dilaksanakan dengan sangat rutin dan sangat sesuai dengan kebutuhan SUARA USU. Pemamparan tersebut menunjukkan penerapan simbol-simbol budaya organisasi sangat efektif karena sangat sesuai dan bermanfaat bagi anggota SUARA USU.

3. Simbol-simbol budaya organisasi tersebut benar-benar diatur dan gunakan atau laksanakan oleh seluruh anggota. Hal ini yang kemudian berpengaruh pada kuatnya budaya organisasi SUARA USU yang semi profesional. Budaya organisasi yang kuat ini akhirnya berperan pada efektivitas SUARA USU. Terbukti dengan mampunya SUARA USU bertahan selama 18 tahun dan berinovasi dengan produk-produknya serta gencar melaksanakan berbagai kegiatan atau bekerjasama dengan pihak luar. Ketegasan SUARA USU mempertahankan simbol dan budaya organisasinya berakibat pada adanya anggota yang keluar sebelum masa keanggotaannya habis. Ketegasan itu justru menjadi penyeleksi anggota yang bertahan di dalamnya. Hasilnya SUARA USU diisi oleh anggota-anggota yang siap bekerja profesional dan mampu mengikuti simbol dan budaya organisasi SUARA USU.

Saran

Melihat sangat pentingnya penerapan simbol-simbol budaya organisasi, maka hendaknya kriteria simbol budaya organisasi yang baik juga dipaparkan dalam literatur. Dengan adanya literatur yang memaparkan tentang simbol budaya organisasi yang harusnya ada di sebuah organisasi, juga harus dipaparkan bagaimana kriteria simbol organisasi yang mampu mengefektifkan organisasi.

(10)

10

Dari jawaban ke enam responden, peneliti menyimpulan saran bahwa setiap anggota SUARA USU harus belajar mengenal segala hal tentang SUARA USU sejak dari magang. Anggotanya harus pintar memanfaatkan waktu untuk belajar, paham SUARA USU dan menjadi dewasa setiap harinya. Anggota SUARA USU juga harus paham esensi SUARA USU dan menjadikannya sebagai esensi pribadi pula. Untuk mampu bekerja dengan profesional dan maksimal, anggota SUARA USU harus sudah selesai dengan masalah diri sendiri. Cukup memikirkan kuantitas dan kualitas yang mampu memajukan SUARA USU.

DAFTAR REFERENSI

Bogdan, Robert dan Steven J. Taylor. 1992. Pengantar Metode Penelitian Kualitatif. Surabaya: Usaha Nasional

Bungin, Burhan. 2003. Analisis Data Penelitian. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada

Daymon, Christine. 2008. Metode Riset Kualitatif. Jogjakarta: PT Bentang Pustaka

Handoko, H.T. 2001. Manajemen. Yogyakarta: BPFE, UGM

Kriyantono, Rachmat. 2008. Teknik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta: Kencana Mokoginta, H. 1992. Hubungan Determinan dan Kriteria Efektivitas Organisasi

Birokrasi Pemerintahan, Suatu Studi Tentang Administrasi Pembangunan Program Transmigrasi, Disertasi. Yogyakarta: UGM

Morissan. 2009. Teori Komunikasi Organisasi. Bogor: Ghalia Indonesia

Mulyana, Deddy. 2001. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

_______________. 2002. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Nazir, Mohammad. 1988. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia

Ndraha, Taliziduhu. 2005. Teori Budaya Organisasi. Jakarta: PT Rineka Cipta Nurhasanah, Siti dan Dicky Wisnu. 2005. Teori Organisasi. Malang: Universitas

Muhammadiyah Malang

Rakhmat, Jalaluddin, 2004. Metode Penelitian Komunikasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Robbins, S.P. 2001. Psikologi Organisasi, (Edisi ke-8). Jakarta: Prenhallindo Singarimbun, Masri dan Sofyan Effendi. 1995. Metode Penelitian Survei. Jakarta:

LP3ES

Sugiarto dkk. 2001. Teknik Sampling. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama Turner, Lynn dan Richard West. 2008. Pengantar Teori Komunikasi. Jakarta:

Salemba Humanika

Wiryanto. 2005. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: Gramedia Wiiasarana Indonesia

Internet

http://suarausu.co/index.php?option=com_content&view=article&id=46&Itemid= 57 diakses pada 20 Desember 2013 pukul 11:30.

Referensi

Dokumen terkait

Mangunwijaya's choice of a woman as symbol of the nation's evolution begs a number of important questions about current ways of imagining the nation,

Dalam pengelolaan PNBP untuk menandaklanjuti saran perbaikan dari Badan Pemeriksa Keuangan RI (2015) dalam temuan PNBP adalah dengan diterbitkannya Peraturan

Masa kerja Pengurus Cabang di tentukan 4 (empat ) tahun, dalam hal MUSCAB tidak dapat diadakan dalam waktu yang telah ditetapkan maka penggantian pengurus Cabang dapat

Menyatakan bahwa karya ilmiah pada Proyek Akhir Arsitektur periode semester genap TA, 2014/2015 Program Studi Arsitektur, Fakultas Arsitektur dan Desain, Universitas

Secara mandiri siswa dapat mendefinisikan bentuk pemeliharaan dokumen administrasi kepegawaian dalam data fisik dan data digital dengan mengerjakan

Manusia Indonesia belum menjadikan Pancasila sebagai nilai-nilai bersama, yang membentuk kepribadian luhur, yang menjadi dasar moral dalam bersikap, bertutur kata,

Bagaimana strategi diplomasi yang digunakan oleh Indonesia dalam menyelesaikan sengketa dengan Singapura dan Malaysia terkait Flight Information Region diatas

Reyna Satya Nugraha, Representasi Karikatur “Karut Marut Hukum dan Peradilan Di Indonesia”( Studi Semiotik Representasi Karikatur “ Karut Marut Hukum dan Peradilan di Indonesia