• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2016

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2016"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

KARAKTERISTIK FISIK DAN KIMIA TANAH SEBAGAI INFORMASI DASAR UNTUK PENGELOLAAN LAHAN PERKEBUNAN

DI KECAMATAN ABANG KARANGASEM

Oleh

I Dewa Made Arthagama

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

(2)

ABSTRAK

Penelitian ini dilkasanakan di Kecamatan Abang Karangasem dari bulan Mei sampai Nopember 2014. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui sifat fisik dan kimia tanah sebagai informasi dasar untuk pengelolaan perkebunan.

Penelitian ini dilakukan dengan metode survei dan analisis laboratorium dengan tahap kegiatan pelaksanaan : Tahap persiapan (pembuatan satuan lahan dengan cara menumpang tindihkan beberapa jenis peta), survei lapangan, pengambilan sampel secara komposit pada unit lahan yang sudah ditentukan, analisis sampel tanah di Lab Konsentrasi Tanah dan Lingkungan.

Hasil Penelitian menunjukkan bahwa sfat fisik tanah tergolong lempung berpasir dengan struktur tanah granuler sehingga daya pegang air dan keharaan tanahnya rendah. Sifat kimia tanah yang terukur dari parameter C-Organik, KTK, unsur hara esensial makro N dan P juga tergolong rendah, oleh karena itu perlu dilakukan perbaikan tanah dengan cara pengembalian dan pemberian pupuk organik ke dalam tanah agar kondisinya lebih optimal untuk lahan perkebunan.

(3)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan

rahmatNya, penulis dapat menyelesaikan laporan yang berjudul “Karakteristik Fisik dan Kimia Tanah Sebagai Informasi Dasar Untuk Pengelolaan Lahan Perkebunan di Kecamatan Abang Karangasem”. Laporan ini disusun untuk didokumentasikan di Perpustakaan

Universitas Udayana.

Penelitian dan laporan ini tidak mungkin terlaksana tanpa adanya bantuan dari

berbagai pihak. Maka dari itu pada kesempatan ini Penulis menyampaikan terima kasih serta hormat sedalam-dalamnya kepada semua pihak yang telah membantu penyelesaian laporan ini.

Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu saran dan kritik dari pembaca sangat Penulis harapkan demi kesempurnaan tulisan ini. Akhir kata semoga tulisan ini bermanfaat bafi kita semua.

Denpasar, 15 Juli 2016

(4)

DAFTAR ISI No Teks Halaman JUDUL………. I ABSTRAK ………... Ii KATA PENGANTAR ……… 3 DAFTAR ISI ………... 4 I. PENDAHULUAN ………... 5 1.1 Latar Belakang ……….. 5 1.2 Tujuan Penelitian ………. 6

II. TINJAUAN PUSTAKA ………. 7

III. METODE PENELITIAN ………. 10

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ……….. 12

4.1 Hasil ………. 12

4.1.1 Kondisi Umum Lokasi Penelitian ……….. 12

4.1.2 Satuan Unit Lahan ……….. 12

4.1.3 Hasil Analisis Sifat Fisik dan Kimia Tanah Penelitian ………… 13

4.2 Pembahasan ………. 17

V KESIMPULAN DAN SARAN ……… 19

5.1 Kesimpulan ……… 19

5.2 Saran ……….. 19

DAFTAR PUSTAKA ……… 20

(5)

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pemanfaatan sumberdaya lahan, khususnya untuk keperluan usaha pertanian membutuhkan penguasaan informasi dari aspek-aspek dasarnya. Data-data tentang tanah sebagai pendukung lahan pertanian perlu diketahuai sejak awal. Minimnya data tanah seperti sifat fisik dan kimia tanah sebaiknya disediakan sejak awal agar tidak menjadi masalah dikemudian hari.

Pembangunan pertanian bukan hanya untuk meningkatkan produksi, tetapi juga untuk melindungi sumberdaya lahan agar dapat dikembangkan bagi sistem pertanian berkelanjutan. Desakan pertumbuhan penduduk merupakan tekanan bagi lahan pertanian, sehingga banyak memunculkan masalah baru. Pertumbuhan penduduk di Indonesia bertambah terus setiap tahunnya sehingga membutuhkan bahan pangan yang semakin meningkat, demikian juga kemajuan di bidang non pertanian juga berkembang sehingga terjadi persaingan penggunaan lahan antara pertanian dan non pertanian. Keadaan ini, mengakibatkan semakin menyempitnya luas lahan pertanian produktif (khususnya di Pulau Jawa dan Bali). Menurut data Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat (2005; dalam Djanudin, 2008) alih fungsi lahan sawah di Pulau Jawa pada tahun1999 – 2002 mencapai 167.150 ha, dan di luar Jawa mencapai 396.009 ha. Selanjutnya Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali (2012) menyatakan luas lahan di Bali tahun 1996 seluas 88.830 ha, kemudian tahun 2010 mengalami penurunan yang cukup signifikan menjadi 81.931 ha. Konversi dan alih fungsi lahan pertanian produktif akan terus terjadi selama belum ada perundang-undangan yang mampu mengatasinya. Menurut Djaenudin (2008) untuk mengendalikan dan melindungi eksistensi lahan pertanian, sebagaimana diatur dalam RUU Lahan Pertanian Pangan Abadi (LPPA), maka penggunaan lahan harus berdasarkan kesesuaian dan kemampuannya yang ditunjang dengan data dasar fisik dan kimia tanah tersebut.

Kecamatan Abang merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Karangasem yang mempunyai wilayah dengan topografi yang sangat bervariasi yaitu dari dataran, berbukitan dan pegunungan serta iklim E. Kondisi semacam ini mempunyai potensi sumberdaya lahan sangat sesuai untuk pengembangan berbagai macam jenis tanaman pertanian utamanya bagi tanaman perkebunan. Tingginya permintaan pasar baik di

(6)

dalam maupun di luar negeri akan hasil tanaman perkebunan, dalam bentuk segar maupun bentuk olahan, memberikan peluang pengembangan tanaman perkebunan sebagai komoditi strategis di masa depan dan sekaligus sebagai salah satu alternatif dalam pertumbuhan ekonomi dan devisa di Indonesia. Menurut Gumbira Sa’id (2012) menyatakan, komoditi kelapa sawit, kakao dan gambir merupakan tiga komoditi penting dan unggulan Indonesia karena komoditi ini mendatangkan devisi, penyerapan tenaga kerja dan pangsa pasar yang besar di pasar global. Pemanfaatan lahan di Kecamatan Abang sampai saat ini cendrung konvensional-tradisional dengan hanya tinggal melanjutkan tradisi budidaya pertanian warisan tanpa berupaya mencari inovasi baru. Demikian pula komoditi yang diusahakan umumnya belum didasarkan pada permintaan pasar, padahal dipahami bahwa di era globalisasi para petani hendaknya didorong agar mau dan mampu mengelola usahataninya yang berorientasi agribisnis. Untuk itu maka data dasar fisik dan kimia tanah perlu disediakan untuk kepentingan lebih lanjut.

Berdasarkan uraian di atas maka permasalahan yang dapat teridentifikasi adalah sebagai berikut :

1. Lahan pertanian produktif terus menyempit, sebaliknya kebutuhan akan bahan pangan terus bertambah

2. Kondisi Sumberdaya lahan di Kecamatan Abang sebagian besar memiliki kemiringan lereng lebih dari 8 %, berbukit terjal dan bergunung, cendrung mengakibatkan terjadinya erosi yang berat sampai sangat berat. Disamping itu kondisi wilayah tersebut beriklim kering (tipe iklim E) dengan curah hujan tergolong sedang, sehingga memunculkan lahan-lahan bermasalah dan kritis.

Untuk menjawab masalah tersebut di atas perlu dilakukan penelitian untuk mendapatkan data dasar baik fisik maupun kimia tanah sebagai acuan untuk pengelolaan tanaman perkebunan lebih lanjut.

1.2 Tujuan Penelitian

Penelitian tentang karakteristik fisik dan kimia tanah untuk tanaman perkebunan dilaksanakan dengan tujuan :

1. Menyediakan data dasar sumberdaya lahan baik sifat fisik dan kimia tanah untuk keperluan pengelolaan tanaman perkebunan lebih lanjut.

2. Mengoptimalkan potensi sumberdaya lahan dan membantu memecahkan masalahnya untuk meningkatkan produktivitas lahan.

(7)

II. TINJAUAN PUSTAKA

Pesatnya pembangunan di berbagai sektor yang berkepentingan dengan ruang berdampak terhadap makin terbatasnya lahan potensial untuk pengembangan komoditi pertanian, karena alih fungsi lahan pertanian produktif kepenggunaan lahan nonpertanian. Menurut data Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah dan Agroklimat (2005; dalam Djanudin, 2008) alih fungsi lahan sawah di Pulau Jawa pada tahun1999 – 2002 mencapai 167.150 ha, dan di luar Jawa mencapai 396.009 ha. Menurut data terkini, laju konversi lahan pertanian subur ke non pertanian mencapai tidak kurang dari 110.00 ha/tahun, bahkan ada yang memperkirakan 145.000 ha/tahun (Sinar Tani, 2007).

Di Bali laju alih fungsi lahan terutama dipengaruhi oleh strategi pembangunan wilayah dengan menggenjot pengembangan sektor pariwisata. Pembangunan infrastruktur, sarana dan prasarana pariwisata dialukan pada tanah-tanah pertanian yang strategis, subur dan berpengairan terjamin atau pada kawasan-kawasan penyangga yang memiliki pemandangan yang bagus (nice view) yang menurut investor dapat memberikan kepuasan bagi wisatawan. Data BPS tahun 1997 s.d 2007 konversi lahan sawah di Bali jumlahnya 5.601 ha atau 560,1 ha/tahun. Hasil studi JICA (2006; dalam Rai 2010) bahkan menunjukkan angka jauh lebih tinggi yaitu mencapai 1.000 ha/tahun.

Konversi dan alih fungsi lahan pertanian produktif akan selalu terjadi selama belum ada peraturan perundang-undangan yang mampu mengatasinya. Alih fungsi lahan dapat terjadi baik pada lahan basah (sawah) maupun lahan kering. Anonim (2005; dalam Nurdin, 2008) menjelaskan secara ilmiah lahan kering memiliki ciri-ciri : peka terhadap erosi, tingkat kesuburan tanahnya rendah, sifat fisik kurang baik. Berdasarkan ciri-ciri tersebut maka Bali bagian timur termasuk daerah lahan kering beriklim kering karena memiliki bulan basah 3 bulan dan bulan kering 5 bulan, sehingga termasuk dalam zone agroklimat E2 (Oldeman dan darmiyati, 1977).

Adanya alih fungsi lahan yang terus terjadi setiap tahun selain disebabkan oleh berkembangnya sektor non pertanian, juga disebabkan oleh adanya pertambahan penduduk Indonesia. Menurut Badan Litbang Pertanian (2008; dalam Azwir dan Ridwan, 2009) laju peningkatan penduduk 2 % setiap tahunnya. Keadaan seperti ini memerlukan usaha untuk mengoptimalkan lahan yang masih ada yaitu dengan jalan

(8)

menanami setiap jengkal tanah dengan berbagai jenis tanaman yang sesuai dengan tanah dan iklim setempat.

Optimasi Lahan Pertanian adalah usaha meningkatkan pemanfaatan sumber daya lahan yang sementara tidak diusahakan atau Indek Pertanamannya rendah menjadi lahan usahatani yang lebih produktif, melalui perbaikan fisik, kimiawi tanah, sarana dan prasarana lainnya dalam menunjang peningkatan areal tanam dan atau indeks pertanaman (IP). Pelaksanaan fisik meliputi salah satunya pengatur pola tanam.

Bali memiliki banyak komoditi unggulan seperti Beras Bali, Kopi Bali, Salak Bali, Jeruk Bali, Coklat Bali, Fanili Bali dan lain-lainnya (Suparta, 2010). Setiap lahan yang kosong berpotensi untuk dikembangkan budidaya tanaman pertanian. Tanaman perkebunan seperti kelapa sangat cocok dikembangkan di 11 provinsi di Indonesia juga tanaman kelapa dapat dieksport dan sebagai penghasil bioenergi Mulyani dan Las (2005)

Prospek pengembangan tanaman perkebunan di Bali cukup baik dilihat dari topografi maupun iklim, dimana Pulau Bali memiliki ketinggian tempat yang bervariasi dan suhu tropis. Kondisi seperti itu sangat sesuai bagi berbagai macam spesies dan jenis tanaman perkebunan. Disamping itu tingginya permintaan pasar akan hasil tanaman perkebunan baik di dalam maupun luar negeri, maka komoditi pertanian mempunyai peluang sebagai salah satu alternatif untuk pertumbuhan perekonomian Bali khususnya dan Indonesia umumnya.

Pengembangan tanaman perkebunan ini diharapkan menjadi komoditas unggulan di Kecamatan Abang Kabupaten Karangasem. Komoditas pertanian unggulan adalah komoditas yang menghasilkan produk yang memiliki peluang pemasaran yang tinggi dan menguntungkan bagi petani. Menurut Sri Sulastri dkk. (1999) kriteria produk unggulan adalah a) mempunyai daya saing yang tinggi di pasaran (keunikan/cirri spesifik, kualitas bagus, harga murah), b) memanfaatkan potensi sumberdaya lokal yang potensial dapat dikembangkan, c) mempunyai nilai tambah yang tinggi bagi masyarakat, d) secara ekonomi menguntungkan dan bermanfaat untuk meningkatkan pendapatan dan kemampuan sumberdaya manusia.

Hasil tanaman pertanian dan perkebunan telah terbukti memberikan kontribusi yang cukup signifikan dalam pembangunan perekonomian. Secara nasional, pertanian sebagai sumber pendapatan dapat dilihat dari kontribusi yang diberikan oleh sub-sektor

(9)

tersebut terhadap pendapatan nasional dalam bentuk nilai Produk Domenstik Bruto (PDB). Kenyataannya daerah Bali, peranan sektor pertanian memberikan kontribusi terhadap Produk Domestik Rasional Bruto (PDRB) sebesar 21,45 % sedangkan sektor pariwisata melesat jauh hingga mencapai 63,41 %, dan sementara sektor industri hanya 15,14 %.

Produktivitas tanah sangat ditentukan oleh kualitas tanah, yang dicerminkan dari data sifat fisik dan kimia tanah, serta tingkat keberhasilan suatu komoditi tanaman sangat ditentukan oleh tingkat kesesuaian lahan untuk tanaman tertentu. Pemilihan komoditi tanaman, budidaya tanaman, sanitasi kebun, dan tindakan konservasi terhadap tanah perlu dilakukan untuk meningkatkan produktivitas lahan. Untuk itu data dasar sifat fisik dan kimia tanah di Kecamatan Abang, Karangasem sangat perlu disediakan untuk keperluan lebih lanjut dalam mengelola tanaman perkebunan. Data beberapa sifat fisik dan kimia tanah di kecamatan Abang Karangasem yang perlu didata seperti tekstur tanah, kedalaman efektif, kelerengan, dan potensi keharaan tanah seperti KTK dan KB, kadar N , C-organik , kadar P dan K tersedia tanah.

(10)

III. METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Abang, Kabupaten Karangasem mulai bulan April sampai dengan Nopember 2014. Bahan dan alat yang digunakan adalah Peta Rupabumi skala 1 : 25.000 diterbitkan oleh BAKOSURTANAL, Peta Geologi skala 1 : 250.000, diterbitkan oleh Badan Geologi Nasional, Peta Jenis Tanah skala 1 : 50.000, diterbitkan oleh PUSLITANAK (1994) dan Peta Penggunaan lahan skala 1 : 25.000 yang dikeluarkan BAKOSURTANAL.

Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah Abney level untuk mengukur kemiringan lereng, Kompas geologi untuk mengetahui arah azimuth, bor belgi untuk lapisan tanah, roll meter untuk mengukur kedalaman efektif tanah dan panjang lereng, pisau lapang untuk meratakan tanah dan pengamatan struktur tanah, buku munssell soil colour chart untuk mengamati warna tanah, ring sampel untuk analisis berat volume tanah (bulk density) dan permeabiltas, plastik untuk tempat sampel tanah, alat tulis menulis untuk mencacat hasil pengamatan dan pengukuran di lapangan.

Penelitian ini dilakukan di lapangan dan di laboratorium Tanah Fakultas Pertanian Universitas Udayana. Penelitian lapangan dilakukan untuk mengamati, pengukuran morfologi lahan dan pengambilan sampel tanah yang nantinya akan dianalisis di laboratorium guna menentukan kandungan unsur hara tanah.

Penelitian ini dilaksanakan dengan metode survei dan analisis laboratorium dengan urutan kegiatan pelaksanaan yaitu :

1. Perencanaan dan persiapan

Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah pengumpulan peta-peta (peta lereng, jenis tanah dan penggunaan lahan). Mendeliniasi batas wilayah penelitian pada peta lereng, jenis tanah dan penggunaan lahan. Pembuatan peta unit lahan tentatif skala 1 : 25.000 dengan menggunakan teknik tumpangsusun (overlay) melalui komputer dengan mengunakan Software Map Info Version 7,5 peta kemiringan lereng, jenis tanah dan penggunaan lahan.

2. Survei dan Pengamatan Lapangan

Pada kegiatan ini dilakukan uji lapang (survei) sebagai kegiatan pendahuluan untuk mencocokan dan membetulkan peta satuan lahan tentatif dan pembuatan peta satuan lahan akhir. Mengamati dan melakukan pengukuran terhadap parameter-parameter :

(11)

Kemiringan lereng, kedalaman efektif tanah, tingkat erosi, tekstur tanah lapisan atas dan lapisan bawah), struktur tanah, singkapan batuan, drainase dan ancaman banjir. Pengambilan sampel tanah terusi dan tidak terusik untuk analisis laboratorium. Sampel tanah terusik untuk analisis kandungan bahan organik, tekstur tanah, KTK, Persentase Kejenuhan Basa, N, P, K, salinitas, dan pH tanah. Sedangkan sampel tanah tidak terusik untuk menetapan permeabilitas dan berat volume tanah.

Pengembangan komoditi pertanian unggulan memerlukan perencanaan yang seksama berdasarkan sifat tanah, iklim dan kesesuaian lahan untuk berbagai tanaman. Dalam proses perencanaanan penggunaan lahan perlu mempertimbangkan sosial ekonomi, spesifik lokasi, nilai-nilai sosial dan keinginan petani.

3. Analisis dan Interprestasi Data

Contoh/sampel tanah diambil pada kedalaman 0 – 30 cm dan 30 – 60 cm, selanjutnya dianalisis di laboratorium Tanah Fakultas Pertanian Unud dengan

metode :

a. pH (H2O) : 1 : 2,5

b. KTK tanah : Pengekstrak NH4OAc 1N pada pH 7,0 c. KB tanah : Pengekstrak NH4OAc 1N pada pH 7,0 d. N-Total : Kjeldahl

e. Fosfor Tersedia : Pengekstrak Bray 1 f. K Tersedia : Pengekstrak Bray 1 g. Salinitas : Metode Conduktometer h. Bahan organik : Metode Walkley dan Black i. Tekstur tanah : Pipet

4. Tabulasi Data

Data hasil pengamatan lapangan dan analisis laboratorium dilakukan tabulasi untuk mendapatkan data dasar sifat fisik dan kimia tanah secara lengkap.

(12)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

4.1.1 Kondisi Umum Lokasi Penelitian

Kecamatan Abang adalah salah satu Kecamatan yang berada di Kabupaten

Karangasem dengan batas administrasi: Sebelah Utara : Kecamatan Kubu Sebelah Timur : Selat Lombok

Sebelah Selatan : Kecamatan Karangasem Sebelah Barat : Kecamatan Bebandem

Topografi wilayah Abang bervariasi yaitu dataran, perbukitan dan pegunungan, serta iklimnya tergolong iklim E sehingga sebagian besar daerahnya merupakan lahan kering dengan curah hujan tahunan 1.934 mm dan masa kering berjalan selama 4 bulan. Suhu rata-ratanya 26,9oC dengan kelembaban udara 77%. Kondisi tanahnya sebagian besar tergolong Regosol Kelabu dengan ciri tanah pasiran, kelerengannya berkisar 20-40% sehingga bahaya erosi masuk katagori sangat ringan sampai sangat berat, drainasenya termasuk sedang sampai sangat baik, kedalaman efektif tanah berkisar 50-110cm dengan singkapan batuan 0-50% dan batuan di permukaan 0-30%.

4.1.2 Satuan Unit Lahan

Satuan lahan diperoleh dari hasil tumpang susun tiga peta yakni peta jenis tanah,

peta kemiringan lereng, dan peta penggunaan lahan. Hasil tumpang susun

mendapatkan 25 Unit lahan (UL), disajikan pada Tabel 4.1 dan Lampiran Gambar 1. Tabel 4.1. Unit Lahan dan Luas masingmasing unit lahan Di Abang Karangasem

UL/ Desa

Penggunaan Lahan

Jenis Tanah Lereng

( %)

Luas (ha)

1 (Datah) Perkebunan Regosol Kelabu 25-40 370.03

2 (Datah) Tegalan Regosol Kelabu 25-40 388.26

3 (Datah) Perkebunan Regosol Kelabu 15-25 695.41

4 (Datah) Perkebunan Regosol Kelabu 15-25 858.15

5 (Pidpid) Perkebunan Regosol Kelabu 8-15 908.83

6 (Ababi) Tegalan Regosol Kelabu 8-15 186.35

7 (Abang) Tegalan Regosol Kelabu 0-2 143.73

8 (Abang) Perkebunan Regosol Kelabu 0-2 550.13

9 (Tista) Perkebunan Latosol Coklat & Litosol >40 204.30 10 (Tista) Perkebunan Latosol Coklat & Litosol 25-40 180.05 11 (Tista Gede) Perkebunan Latosol Coklat & Litosol 15-25 146.77 12 (Tista) Tegalan Latosol Coklat & Litosol 25-40 397.15

(13)

13 (Culik) Tegalan Regosol Kelabu >40 38.19 14 (Kertamandala) Perkebunan Latosol Coklat & Litosol 2-8 31.78 15 (Kertamandala) Semak Latosol Coklat & Litosol 2-8 41.70

16 (Purwakerti) Semak Regosol Kelabu 8-15 45.67

17 (Biaslantang) Semak Regosol Kelabu >40 35.85

18 (Biaslantang) Semak Regosol Kelabu 2-8 22.32

19 (Labasari) Perkebunan Regosol Kelabu 2-8 261.89

20 (Labasari) Tegalan Regosol Kelabu 2-8 261.15

21 (Purwakerti) Semak Latosol Coklat & Litosol >40 1934.92 22 (Bunutan) Semak Latosol Coklat & Litosol 8-15 215.25 23 (Bunutan) Tegalan Latosol Coklat & Litosol 8-15 139.49 24 (Bunutan) Tegalan Latosol Coklat & Litosol >40 1453.43 25 (Bunutan) Semak Latosol Coklat & Litosol 25-40 446.91

Dari Tabel 4.1. didapatkan bahwa unit lahan yang difungsikan untuk kebun/perkebunan didapatkan sebanyak 9 unit lahan yaitu masing-masing di unit lahan 1, 4, 5, 8, 9, 10, 11, 14, dan 19, terluas di unit lahan 5 (Pidpid) seluas 908.83 ha. Berikutnya untuk unit lahan yang difungsikan tegalan/ladang yang masih bisa dimanfaatkan untuk kebun/perkebunan sebanyak 9 unit lahan tersebar di unit lahan 2, 3, 6, 7, 12, 13, 20, 23, dan 24, serta sisanya sebanyak 7 unit lahan berupa semak.

4.1.3 Hasil Analisis Sifat Fisik dan Kimia Tanah Lokasi Penelitian 4.1.3.1 Sifat Fisik Tanah

Sifat-sifat fisik tanah sangat mempengaruhi pertumbuhan dan produksi tanaman. Kondisi fisik tanah menentukan penetrasi akar di dalam tanah, retensi air, draenase , aerase dan nutrisi tanaman. Sifat fisik tanah juga mempengaruhi sifat-sifat kimia dan biologi tanah. Analisis sifat fisik tanah yaitu tekstur dan struktur tanah disajikan pada Tabel 4. 2.

Tabel 4.2. Data Lingkungan dan Fisik Tanah Daerah Penelitian

Unit Laha n Suhu Rata-rata thnan (0t) Ketersediaan air (w)

Media perakaran(r) Terrain/Potensi Mekanisasi (s) Tingkat Bahaya Erosi (e) Curah Hujan (mm/th) Bulan kering (bln) Kedlm Efektif (cm) Struktur Tanah Tekstur Tanah Lereng (%) Batuan di permuka-an (%) Singkap an batu an (%) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 1 26.9 1934 4 50 Granuler SL 25 1 10 Sedang 2 26.9 1934 4 60 Granuler SL 30 5 40 Sedang 3 26.9 1934 4 55 Granuler SL 22 10 50 Ringan 4 26.9 1934 4 60 Granuler SL 20 2 5 Sedang 5 26.9 1934 4 100 Granuler SL 10 1 1 Ringan

(14)

6 26.9 1934 4 100 Granuler SL 8 0 0 Ringan 7 26.9 1934 4 90 Gumpal SCL 2 0 0 Ringan 8 26.9 1934 4 85 Granuler SL 2 2 2 Ringan 9 26.9 1934 4 110 Granuler L 45 0 0 Berat 10 26.9 1934 4 110 Granuler L 27 10 2 Sedang 11 26.9 1934 4 65 Granuler SL 15 5 10 Sedang 12 26.9 1934 4 110 Gumpal CL 25 3 2 Sedang 13 26.9 1934 4 50 Gumpal SL 55 15 20 Berat 14 26.9 1934 4 100 Granuler SL 4 0 2 Ringan 15 26.9 1934 4 25 Granuler CL 7 10 35 Berat 16 26.9 1934 4 100 Granuler L 8 1 4 Ringan 17 26.9 1934 4 110 Granuler L 50 5 0 S.Berat 18 26.9 1934 4 110 Gumpal SL 4 3 1 S.Ringan 19 26.9 1934 4 55 Granuler SL 2 30 10 Ringan 20 26.9 1934 4 90 Granuler L 3 0 0 Ringan 21 26.9 1934 4 55 Gumpal S 65 2 10 Berat 22 26.9 1934 4 100 Granuler L 15 20 2 S.Berat 23 26.9 1934 4 110 Granuler SL 60 2 1 S.Berat 24 26.9 1934 4 110 Granuler SL 45 2 15 Sedang 25 26.9 1934 4 100 Gumpal L 40 50 40 Sedang Keterangan :

SL= Sandy Loam (lempung berpasir) L = Lempung

SCL = Sandy Clay Loam (lempung liat berpasir) CL = Clay Loam (lempung berliat)

a.Tekstur Tanah

Tekstur tanah ialah perbandingan relatif (dalam persen) fraksi-fraksi pasir, debu, dan liat. Tekstur tanah penting artinya karena komposisi ketiga fraksi butir-butir tanah tersebut akan menentukan sifat-sifat fisik, fisika-kimia dan kimia tanah.

Dari Tabel 4.2 diketahuai bahwa tanah di tempat penelitian sebagian besar tergolong bertekstur lempung berpasir (SL) yaitu sebanyak 60%, bertekstur lempung (L) sebanyak 28%, tekstur lempung liat berpasir (SCL) 4% dan sisanya tekstur lempung berliat (CL) sebanyak 2%

b.Struktur Tanah

Struktur tanah adalah penyusunan partikel-partikel tanah primer seperti pasir, debu dan liat membentuk agregat-agregat yang satu sama lainnya dibatasi oleh bidang belah alami yang lemah. Struktur dapat memodifikasikan pengaruh tekstur dalam

(15)

hidup dan pertumbuhan akar. Struktur tanah di daerah penelitian sebagian besar yaitu 76% tergolong granuler dan sisanya 24% tergolong gumpal

4.1.3.2 Sifat Kimia Tanah

Komponen kimia tanah berperan terbesar dalam menentukan sifat dan ciri tanah

umumnya dan kesuburan tanah pada khususnya. Sifat kimia tanah dalam hal ini bertujuan untuk menjelaskan reaksi-reaksi kimia yang menyangkut masalah-masalah ketersediaan unsur hara bagi tanaman. Data sifat kimia tanah disajikan pada Tabel 4.3.

Tabel 4.3. Data Analisis Sifat Kimia Tanah Di Abang Karangasem

Unit Laha n

Retensi Hara Salinitas (mmhos/ cm) (c) Hara Tersedia KTK (me/ 100g) KB (%) pH H2O C-Org (%) N- Total (%) P2O5 (ppm) K 2O (ppm) 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 8,74 R 65,12 T 6,63 N 0,40 SR 0,15 SR 0,12 R 9,57 SR 57,42 T 2 12.85 R 88.89 ST 6,66 N 1.59 R 0,18 SR 0,12 R 135,31 ST 34,77 S 3 16,12 S 55,70 T 6,86 N 0,80 SR 0,18 SR 0,13 R 84,28 ST 43,16 T 4 7,09 R 84,28 ST 6,53 N 0,39 SR 0,34 SR 0,09 SR 57,18 ST 58,63 T 5 12,03 R 91,69 ST 6,53 N 1,19 R 0,23 SR 0,17 R 11,37 R 45,60 T 6 13,87 R 71,64 T 6,51 N 1,61 R 0,14 SR 0,10 SR 67,66 ST 53,25 T 7 10,67 R 84,62 ST 6,57 N 2,20 S 0,18 SR 0,09 SR 2,04 SR 63,79 ST 8 11,74 R 55,17 T 7,04 N 0,79 SR 0,15 SR 0,08 SR 62,77 ST 58,62 T 9 11.70 R 56,14 T 6,58 N 0,20 SR 0,10 SR 0,11 R 1,39 SR 55,68 T 10 20,13 S 50,00 T 6,72 N 1,02 R 0,23 SR 0,07 SR 0,64 SR 58,50 T 11 27,73 T 64,12 T 6,62 N 0,62SR 0,13 SR 0,06 SR 3,01 SR 57,24 T 12 18,47 S 130,23 ST 7,04 N 0,21 SR 0,11 SR 0,12R 6,63 SR 56,70 T 13 19,90 S 72,63 T 6,36 N 3,47 T 0,14 SR 0,07 SR 29,74 T 45,60 T 14 6,68 R 57,57 T 6,69 N 0,79 SR 0,16 SR 0,12 R 62,95 ST 49,03 T 15 22,16 S 71,03 ST 6,85 N 0,20 SR 0,12 SR 0,09 SR 27,76 T 56,79 T 16 12,50 R 60,99 T 6,84 N 0,60 R 0,14 SR 0,18 R 12,65 R 46,79 T 17 24,54 T 84,78 ST 6,87 N 1,62 R 0,25 SR 0,16 R 11,37 R 48,05 T 18 16,52 S 53,09 T 6,86 N 0,20 SR 0,21 SR 0,11 R 4,77 SR 58,67 T 19 8,72 R 55,81 T 6,67 N 0,97 SR 0,12 SR 0,16 R 5,83 SR 48,03 T 20 7,71 R 73,68 ST 6,76 N 0,99 S 0,27 SR 0,19 R 13,18 R 63,98 ST 21 26,19 T 68,97 T 6,91 N 0,44 SR 0,46 SR 0,04 SR 0,29 SR 57,42 T 22 29,47 T 68,08 T 6,71 N 0,20 SR 0,20 SR 0,12 R 0,30 SR 47,51 T 23 20,41 S 50,53 T 6,71 N 0,20 R 0,22 SR 0,22 S 4,51 SR 57,79 T 24 11,40 R 87,77 ST 6,48 AM 0,20 R 0,15 SR 0,35 S 0,31 SR 49,83 T 25 15,68 R 52,63 T 6,65 N 0,40 SR 0,23 SR 0,05 SR 17,08 S 47,51 T Keterangan :

SR = Sangat Rendah R = Rendah S = Sedang T = Tinggi ST = Sangat Tinggi N = Netral

(16)

a. C-organik Tanah

C-organik tanah merupakan gambaran dari bahan organik, karena melalui proses dekomposisi bahan organik akan dihasilkan unsur C dan hara lainnya. C-organik tanah merupakan kunci kehidupan dalam tanah dan berfungsi penentu sifat fisik, kimia, dan biologi tanah. C-organik tanah berfungsi penting bagi mikroorganisme, tidak hanya sebagai unsur hara tetapi juga dapat memperbaiki sifat fisik tanah yang mempengaruhi karakteristik agregat dan air tanah.

Dari Tabel 4.3 dapat dijelaskan bahwa sebagian besar C-organik yaitu 56% tanah –tanah di tempat penelitian tergolong sangat rendah, 26% C-organiknya tergolong rendah , 4% tergolong sedang dan 4% sisanya termasuk tinggi. Secara umum dapat dikatakan 82% tanahnya kekurangan bahan organik.

b. Reaksi Tanah (pH)

Reaksi tanah (pH) merupakan penentu segala reaksi kimia secara dinamis yang terjadi dalam tanah dan penyedia kondisi lingkungan bagi kehidupan dan aktivitas mikrobia dalam tanah. Dari Tabel 4.3 diketahui bahwa pH tanah di daerah penelitian tergolong bagus untuk kondisi lingkungn kehidupan mikroba , karena 92% pH tanah bereaksi netral, sisanya 8% tergolong agak masam.

c. Kapasitas Tukar Kation (KTK) tanah

Kapasitas Tukar Kation (KTK) merupakan jumlah total kation yang dapat dipertukarkan pada permukaan koloid tanah. Sumber koloid tanah adalah dari mineral liat dan humus yang berasal dari bahan organik dalam tanah. KTK tanah di daerah penelitian 64% tergolong rendah, 24% tergolong sedang dan 12% sisanyan termasuk tinggi (Tabel 4.3).

d. Kejenuhan Basa (KB)

Kejenuhan Basa (KB) adalah perbandingan antara jumlah kation basa yang

ditukarkan dengan kapasitas tukar kation dinyatakan dalam persen. Nilai KB ini penting dalam penggunaannya untuk pertimbangan pemupukan dan prediksi kemudahan unsure hara tersedia bagi tanaman. Berdasarkan hasil analisis tanah nilai KB di daerah

penelitian berkisar tinggi sampai sangat tinggi yaitu 60% tergolong tinggi dan 40% sangat tinggi (Tabel 4.3).

e. Unsur Hara Makro N P K Tanah

Kapasitas tanah menyediakan unsur hara bagi pertumbuhan tanaman adalah relatif terbatas dan sangat tergantung dari sifat dan cirri tanah tersebut. Unsur hara N P K yang

(17)

tergolong unsure hara makro merupakan hara yang paling banyak dibutuhkan tanaman untuk pertumbuhannya.

Dari Tabel 4.3 diketahui dari ketiga unsur hara makro itu jumlah unsur N yang tergolong paling sedikit yitu kadarnya sangat rendah sebanyak 32%, tergolong rendah 64% dan 4% termasuk sedang. Kemudian unsur P 48% tergolong sangat rendah, 16% rendah, 4% sedang dan 32% tergolong sangat tinggi. Unsur K sebagian besar tergolong tinggi yaitu 88%, sangat tinggi 8% dan 4% tergolong sedang.

4.2. Pembahasan

Topografi wilayah Abang bervariasi yaitu dataran, perbukitan dan pegunungan, serta iklimnya tergolong iklim E sehingga sebagian besar daerahnya merupakan lahan kering dengan curah hujan tahunan 1.934 mm dan masa kering berjalan selama 4 bulan. Suhu rata-ratanya 26,9oC dengan kelembaban udara 77%.

Hasil analisis sifat fisik tanah di Abang Karangasem 60% bertekstur lempung berpasir, dan 70% struktur tanahnya garanuler sehingga daya pegang air dan keharaan tanahnya rendah. Disamping itu, kadar C-organik tanah di daerah penelitian 82% termasuk sangat rendah sampai rendah, sehingga KTK tanah dan unsur hara esensial sepert N dan P juga kurang tersedia (rendah). Mengatasi hal ini maka aplikasi pupuk organik sebagai pembenah tanah dan sekaligus sumber hara tanaman wajib diberikan. Bahan organik dapat mendorong meningkatkan daya mengikat air tanah dan mempertinggi jumlah air tersedia untuk tanaman . Bahan organik yang diberikan dalam tanah akan mengalami proses pelapukan dan perombakan yang selanjutnya menghasilkan humus . Humus bersifat hidrofilik, oleh karena itu humus dapat meningkatkan daya serap air dalam tanah dan juga menyebabkan daya simpan air menjadi meningkat. Humus dapat mengikat air empat sampai enam kali lipat dari beratnya sendiri sehingga berperan dalam ketersediaan air (Hakim, 1986). Penambahan bahan organik pada tanah berpasir akan meningkatkan pori yang berukuran menengah dan menurunkan pori makro yang berimplikasi bagi peningkatan kemampuan tanah menahan air (Stevenson, 1982).

Pengamatan terhadap sifat kimia tanah yang meliputi kapasitas tukar kation (KTK), unsur hara makro esensial seperti N dan P pada penelitian ini juga sebagian besar tergolong rendah, sehingga pemberian bahan organik sekaligus memperbaiki sifat fisik dan kimia tanah. Kapasitas tukar kation penting artinya untuk kesuburan tanah. Penambahan bahan organik akan meningkatkan muatan negatif pada koloid tanah

(18)

sehingga akan meningkatkan KTK tanah (Tan, 1991).

Hara tanaman seperti fosfat (P) tanah meningkat nyata sebesar 25,26% pada

pertanian organik 5 tahun aplikasi dibandingkan dengan sistem pertanian konvensional (Sardiana, 2015). Pemberian bahan organik ke dalam tanah berpengaruh terhadap ketersediaan P, baik langsung melalui proses mineralisasi atau secara tidak langsung dengan membantu pelepasan P yang terfiksasi oleh Al dan Fe yang ada dalam tanah (Arthagama,1993).

Peranan bahan organik terhadap perbaikan sifat kimia tanah tidak terlepas dalam kaitannya dengan dekomposisi bahan organik, karena pada proses ini terjadi perubahan terhadap komposisi kimia bahan organik dari senyawa yang kompleks menjadi senyawa yang lebih sederhana. Bahan organik tanah dirombak oleh mikroorganisme menjadi karbohidrat, lignin, protein, tannin, lemak, minyak, lilin, resin, pigmen dan unsur hara sehingga meningkatkan kesuburan tanah. Protein pada bahan organic akan teruai menjadi asam amino yang selanjutnya oleh sejumlah besar mikrobia heterotrofik mengurai menjadi amonium yang langsung dapat diserap tanaman (Killham, 1994). Bahan organik tanah adalah semua jenis bahan senyawa organik yang terdapat di dalam tanah, termasuk seresah, fraksi bahan organik ringan, biomassa mikroorganisme, bahan organik terlarut dalam air, dan bahan organik yang stabil atau humus. Bahan organik memiliki peranan penting dalam menetukan kemampuan tanah untuk mendukung tanaman, sehingga jika kadar bahan organik tanah menurun, kemampuan tanah dalam mendukung produktivitas tanaman juga menurun (Ansori,2005).

(19)

V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan beberapa hal yaitu sebagai berikut:

1. Sifat fisik tanah seperti tekstur dan stuktur tanah tergolong lempung berpasir dengan struktur tanahnya granuler sehingga daya pegang airnya rendah.

2. Sifat kimia tanah seperti C-organik, KTK, dan unsur hara makro N P tergolong rendah shingga kondisi kesuburan tanahnya kurang bagus .

5.2 Saran

Tanah-tanah di Kecamatan Abang Karangasem, bila ingin dikembangkan menjadi lahan perkebunan, sebaiknya dibenahi terlebih dahulu sifat fisik dan kimianya yaitu dengan pengembalian atau penambahan bahan organik.

(20)

DAFTAR PUSTAKA

Arthagama,I Dewa Made. 1993. Uji Banding Pengaruh Jenis Fosfat Alam dan Bahan Organik terhadap Serapan P oleh Tanaman Jagung Pada Tanah Mineral Masam. Tesis Pasca Sarjana Universitas Gajah Mada.

Azwir dan Ridwan. 2009. Peningkatan Produktivitas Lahan dengan Perbaikan teknologi Budidaya. Akta Agrosia Vol. 12 (2) : 212 – 218. Diakses tanggal 3 Oktober 2013 Direktorat Budidaya Pertanian. 2008. Pengelolaan Tanaman terpadu dan Sumberdaya

Terpadu. Departemen Pertanian go.id. Diakses pada tanggal 3 Agustus 2013. Djaenudin D. 2008. Pengembangan penelitian Sumberdaya Lahan dan Kontribusinya

untuk mengatasi kebutuhan Lahan Pertanian di Indonesia. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian. Bogor. http: //www. Optimalisasi penggunaan lahan.com. (28 Januari 2011).

Djaenudin D. 2009. Prospek Penelitian Potensi Sumber Daya Lahan di Wilayah Indonesia. Pengembangan Inovasi Pertanian 2(4): 243-257. Diakses tgl. 14 Pebruari 2013

Gumbira Sa’id . 2012. Review Kajian, Penelitian dan Pengembangan Agroindustri Strategis Nasional : Kelapa sawit, Kakao dan gambir. J. Tek.Pert. Vol. 19(1) : 45 – 55.

Hakim, Nurhajati dkk. 1986. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Universitas Lampung.

Hardjowigeno, S. dan Widiatmaka. 2007. Kesesuaian Lahan dan Perencanaan Tataguna Tanah. Jurusan Tanah Fakultas Pertanian Universitas Gadjah mada, Yogyakarta. Mulyani Anny dan Irsal Las. 2005. Potensi Sumber Daya Lahan dan Optimalisasi

Pengembangan Komoditi Penghasil Bioenergi di Indonesia. Jurnal Litbang Pertanian 25(1) : 31 - 41

Nurdin. 2008. Optimalisasi Produktifitas Lahan Kering melalui Pengembangan Sistem Usahatani Konservasi Tanaman Jagung di Provinsi Gorontalo. Jurnal Ilmiah Agropolitan Vol. 1(1) : 1 - 15

Rai, I Nyoman. 2010. Ancaman Keberlanjutan Pertanian Bali : Perspektif Persaingan Pemanfaatan Lahan dan Air. Wujudkan Pertanian Berkelanjutan. Pustaka Nayottama. Bali.

Samrumi, 2009. Optimalisasi penggunaan lahan. Pengantar Evaluasi Lahan. Diakses tanggal 28 Januari 201.

Sardiana, I Ketut. 2015. Simpanan Karbon Organik, Kualitas Tanah, Dan Hasil Caisin (Brassica chinensis) Pada Pertanian Organik dan Konvensional di Kecamatan

(21)

Baturiti, Kabupaten Tabanan, Bali. Disertasi Program Doktoral Pasca Sarjana Universitas Udayana.

Sinar Tani, 2007. RUU Pengelolaan Lahan Pertanian Pangan Abadi. Sinar Tani 10 Juli 2007, hlm. 10

Sri Sulastri, Hasyam, Sofwani dan Soemarno (1999). Eksport Komoditi Perkebunan Menurut Tujuan Negara. Agritex, No. 4. : 45 - 55

Sofyan Ritung, Wahyunto, Fahmuddin Agus dan Hapid Hidayat. 2007. Optimalisasi penggunaan lahan. Panduan Evaluasi Kesesuaian Lahan Balai Penelitian Tanah dan World Agroforestry Centre. Bogor. Diakses tanggal 28 Januari 2011. Suparta, I Nyoman. 2010. Wujudkan Pertanian Berkelanjutan. Pustaka Nayottama.

Denpasar.

(22)

LAMPIRAN-LAMPIRAN

(23)

Gambar 2. Survei Lapangan

(24)

Gambar 3. Sampel tanah lapangan, Preparasi, Sampel tanah telah diayak dan analisis unsur hara

(25)
(26)

Gambar

Tabel 4.1. Unit Lahan dan Luas masingmasing unit lahan Di Abang Karangasem   UL/
Tabel  4.2.  Data  Lingkungan dan Fisik Tanah Daerah Penelitian
Tabel 4.3.  Data Analisis Sifat  Kimia Tanah  Di Abang Karangasem
Gambar 2. Survei Lapangan
+2

Referensi

Dokumen terkait

Untuk mengukur kinerja pustakawan dapat dilihat dari beberapa angka kredit yang diperoleh masing-masing pustakawan untuk menentukan apakah pustakawan dapat prestasi yang

Pegumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik pembacaan. Data yang berupa puisi/teks diklasifikasikan berdasarkan unsur-unsur/bagian- bagian tertentu

Jenis penelitian yang di gunakan adalah penelitian Kausal, Penelitian Kausal menurut Kerlinger dalam Emzir (2008) bahwa penelitian kausal adalah penyelidikan

In Figure 3, the response values almost do not depend on the amount of added V 2 O 5 at 400 °C or less, while the response values for the sensor with Au electrodes are larger

71 Tahun 2010 tentang standar akuntansi pemerintahan berbasis akrual mewajibkan pemerintah daerah dan seluruh organisasi sektor publik untuk menerapkan laporan keuangan

Sebagai langkah untuk mendalami kajian mengenai penawaran rumah kedai di skim perumahan kawasan Skudai ataupun memantapkan lagi penggunaan hasil kajian ini, kajian lanjutan

Riset yang bersifat action oriented yang berusaha Percaya bahwa kausalitas tidak dapat dipelajari sebab memfasilitasi perubahan pada individu maupun kehidupan sangat kompleks

karyawan yang baik adalah satu factor yang sangat penting dalam menjalankan.. upaya instansi suapaya kinerja yang nantinya dihasilkan oleh seorang