• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH DEMOKRATIS ORANGTUA DENGAN TINGKAT ASERTIVITAS REMAJA SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH DEMOKRATIS ORANGTUA DENGAN TINGKAT ASERTIVITAS REMAJA SKRIPSI"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

1

HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH DEMOKRATIS

ORANGTUA DENGAN TINGKAT ASERTIVITAS

REMAJA

SKRIPSI

Diajukan Kepada Program Studi Psikologi Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia Untuk Memenuhi Sebagian Dari

Syarat-syarat Guna Memperoleh Derajat Sarjana S1 Psikologi

Oleh

AIDINA TITANIDA 02320080

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI

FAKULTAS PSIKOLOGI DAN ILMU SOSIAL BUDAYA UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

YOGYAKARTA 2008

(2)

2

HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH DEMOKRATIS ORANGTUA TERHADAP TINGKAT ASERTIVITAS REMAJA

Aidina Titanida Quratul Uyun

INTISARI

Penelitian ini bertujuan untuk menguji apakah ada hubungan antara pola asuh demokratis orangtua dengan tingkat asertivitas remaja. Dugaan awal yang diajukan dalam penelitian ini adalah ada hubungan yang positif antara pola asuh demokratis orangtua terhadap tingkat asertivitas remaja. Semakin tinggi pola asuh demokratis yang diberikan orangtua, maka semakin tinggi pula tingkat asertivitas yang dimiliki remaja. Sebaliknya semakin rendah pola asuh demokratis yang diberikan orangtua, maka semakin rendah pula tingkat asertivitas yang dimiliki remaja.

Subyek dalam penelitian ini adalah remaja putra dan putri yang berumur 18 sampai 24 tahun. Tekhnik pengambilan data yang digunakan adalah dengan menggunakan skala. Adapun skala yang digunakan adalah skala pola asuh demokratis yang berjumlah 30 aitem dengan menggunakan aspek-aspek pola asuh demokratis dari Dalimunthe dan skala tingkat asertivitas yang berjumlah 30 aitem dengan mengunakan aspek-aspek asertivitas dari Alberti dan Emmons.

Metode analisis data yang dilakukan dalam penelitian ini menggunakan fasilitas SPSS Versi 14,0 for windows untuk menguji apakah ada hubungan antara pola asuh demokratis orangtua dengan tingkat aserivitas remaja. Korelasi product

moment dari Karl Pearson menunjukkan korelasi sebesar r = 0,7444 dan p = 0,000

(p< 0,01). Hal ini berarti ada bahwa ada hubungan yang sangat signifikan antara variabel pola asuh demokratis dengan tingkat asertivtas. Jadi hipotesis yang diajukan peneliti diterima.

(3)

3

PENGANTAR

Pada masa sekarang ini, pergaulan remaja semakin tidak terkendali, ajakan dari teman sebaya atau peer group cukup banyak mempengaruhi tingkah laku remaja, seperti dikatakan oleh Ausubel dalam Hurlock (1973) bahwa remaja memiliki dua macam gerak, ke arah orangtua dan ke arah teman. Sebenarnya itu bukan merupakan masalah jika teman disekitarnya dapat membawa remaja ke arah yang lebih baik, akan tetapi pada kenyataanya kebanyakan teman justru membawa ke dalam pengaruh negatif seperti narkoba dan seks bebas. Sebagai contohnya terdapat data KTD (kehamilan yang tidak diinginkan) sebanyak 560 kasus (10,89 %) kehamilan tidak dikehendaki (KTD) sepanjang tahun 2004, terjadi pada kelompok usia 18 tahun atau usia SLTA. Fakta tersebut diperoleh dari data konseling Persatuan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI).

Seharusnya remaja dapat menolak hal-hal yang dirasa tidak tepat tersebut, akan tetapi pada kenyataanya para remaja banyak yang tidak mampu dan tidak berani menolak ajakan tersebut. Keberanian untuk mengungkapakan pikiran merupakan salah satu dari ciri sifat asertif. Tetapi pada kenyataanya, masih banyak sekali remaja yang tidak asertif dalam kehidupannya sehari-hari. Seperti diungkapakan oleh Wolpe (1973) asertif adalah pernyataan emosi secara tepat tanpa ada perasaan cemas kepada orang lain. Secara rinci Rimm dan Masters dalam Fensterheim (1980) merumuskan perilaku asertif sebagai perlaku marah yang langsung pada tujuannya, terbuka, penuh

(4)

4

pecaya diri, atau suatu perilaku antar pribadi yang berupa pernyataan perasaan yang jujur dan relatif bersifat langsung. Contoh paling sederhana berdasarkan survey yang dilakukan oleh penulis adalah banyaknya mahasiswa yang tidak berani mengungkapkan pendapatnya di dalam kelas, atau sekedar bertanya sesuatu yang mereka tidak mengerti dengan alasan malu atau takut salah, sifat tersebut berlainan dengan ciri-ciri asertivitas yang diharapkan ada dalam diri remaja bangsa ini.

Menurut Wolpe (1973) asertif adalah pernyataan emosi secara tepat tanpa ada perasaan cemas kepada orang lain. Secara rinci Rimm dan Masters (1974) merumuskan perilaku asertif sebagai perlaku marah yang langsung pada tujuannya, terbuka, penuh pecaya diri, atau suatu perilaku antar pribadi yang berupa pernyataan perasaan yang jujur dan relatif bersifat langsung. Hal senada juga dikatakan oleh Taubman (1976) bahwa asertif adalah ekspresi dari perasaan, keinginan dan kebutuhan tersebut dan menghormati perasaan, keinginan, dan kebutuhan orang-orang disekitarnya.

Alberti dan Emmons (2001) mendefinisikan asertif sebagai perilaku yang mempromosikan kesetaraan dalam hubungan manusia, yang memungkinkan kita untuk bertindak menurut kepentingan kita sendiri, untuk membela diri sendiri tanpa kecemasan yang tidak semestinya, untuk mengekspresikan perasaan dengan jujur dan nyaman, untuk menerapkan hak-hak pribadi kita tanpa menyangkali hak-hak orang lain. Kemudian Alberti dan Emmons merinci unsur-unsur tersebut menjadi lebih rinci.Yang pertama, mempromosikan kesetaraan dalam hubungan manusia berarti menempatkan kedua belah pihak secara setara, memulihkan keseimbangan kekuatan

(5)

5

dengan cara memberikan kekuatan pribadi terhadap “si underdog” serta menjadikannya mungkin bagi setiap orang untuk menang dan tidak ada seorang pun yang merugi, kedua bertindak menurut kepentingan anda sendiri mengacu kepada kesanggupan untuk membuat keputusan anda sendiri tentang karier, hubungan, gaya hidup, dan jadwal , untuk berinisiatif mengawali pembicaraan dan mengorganisir kegiatan, untuk mempercayai penilaian diri sendiri, untuk menetapkan tujuan dan berusaha meraih itu semua, untuk meminta bantuan dari orang lain, untuk berpartisipasi dalam pergaulan, ketiga membela diri sendiri mencangkup perilaku seperti berkata tidak, menetukkan batas-batas bagi waktu dan energi, menaggapi krtitk atau hinaan atau amarah, memgekspresikan persetujuan dengan dukungan, bersikap spontan dan kesemuanya tanpa bersikap menyakitkan, keempat menerapkan hak-hak pribadi berhubungan dengan kesanggupan sebagai warga negara, sebagai konsumen, sebagai anggota dari sebuah organisasi atau sekolah atau kelompok kerja, sebagai partisipan dalam peristiwa umum untuk mengekspresikan opini, untuk bekeja bagi perubahan untuk menganggapi pelanggaran dari hak seseorang atau hak orang lain, dan kelima tidak menyangkali hak-hak orang lain adalah mencapai ekspresi pribadi di atas kritik tidak adil terhadap orang lain, tanpa perilaku yang menyakitkan terhadap orang lain, tanpa menjuluki, tanpa intimidasi, tanpa manipulasi, tanpa mengendalikan orang lain, tanpa menjuluki, tanpa intimidasi. Menurut Lazarus (dalam Rakos, 1991) asertivitas adalah mampu berkata tidak, mampu untuk meminta bantuan atau menyatakan suatu permintaan, mampu untuk mengekspresikan perasaan

(6)

6

positif atau negatif, mampu untuk memulai, memelihara, dan menghentikan suatu pembicaraan.

Alberti dan Emmons (2001) menggolongkan beberapa faktor yang mempengaruhi asertivitas seseorang ,keluarga, sekolah , dan tempat kerja. Keluarga sebagai salah satu faktor pendukung asertivitas seseorang memerlukan peran orangtua dalam mendidik anak yang disebut pola asuh. Pola asuh terbagi tiga yaitu autoritarian, autoritatif, dan permisif. Pengasuhan authoritarian (authoritarian

parenting) adalah gaya yang membatasi serta bersifat menghukum yang mendesak

remaja untuk mengikuti petunjuk orangtua dan untuk menghormati pekerjaan dan usaha, pengasuhan autoritatif (authoritative parenting) mendorong remaja untuk bebas tapi tetap memberikan batasan dan mengendalikan tindakan-tindakan mereka., dan permisif memanjakan dan bersikap permisif tidak perduli.

Pengasuhan autoritatif (authoritative parenting) atau yang sering disebut pola asuh demokratis merupakan pola asuh yang dianggap paling mendukung peningkatan asertivitas remaja. Dalam sebuah penelitian, Diana Baumrid dalam Santrock (1996), menganalisa pola-pola pengasuhan dan kecakapan sosial dalam masa remaja. Pengukuran yang menyeluruh melibatkan 139 orang anak laki-laki dan perempuan berusia 14 tahun dan orangtua mereka. Lebih daripada faktor-faktor lain, ketanggapan (perhatian dan dukungan) orangtua berkaitan dengan kecakapan sosial remaja. Dan ketika orangtua sendiri memilki masalah perilaku (alkohol dan masalah pernikahan), remaja seringkali mempunyai masalah yang menunjukkan penurunan kecakapan sosial. Para peneliti yang lain terus mencari bukti yang mendukung keyakinan bahwa

(7)

7

pola asuh autoritarian dan permisif kurang efektif dibanding gaya orangtua yang bersifat autoritatif (Durbin dkk, 1993; Lamborn, Dornbusch, & Kraemer,1990; taylor, 1994).

METODE PENELITIAN

Subjek dalam penelitian ini adalah remaja di Yogyakarta, umur 18-24 tahun. Pengumpulan data dilakukan dengan metode skala. Skala ini terdiri dari skala pola asuh demokratis yang disusun sendiri oleh penulis berdasarkan aspek yang dikemukakan oleh Dalimunthe (2000) dan skala asertivitas remaja yang juga disusun sendiri oleh penulis berdasarkan aspek yang dikemukakan oleh Alberti dan Emmons (1978). Metode analisis data pada penelitian ini adalah analisis statistik. Untuk melihat hubungan antara pola asuh demokratis orangtua dengan tingkat asertivitas remaja yaitu dengan menggunakan korelasi product moment Pearson.

HASIL PENELITIAN 1. Uji Asumsi

Berdasarkan data yang diperoleh dari penelitian, kemudian dilakukan analisis statistik untuk menguji hupotesis penelitian. Semua data yang diperoleh dilakukan uji asumsi yang meliputi uji normalitas sebaran dan uji linearitas hubungan. Analisa data dan uji asumsi dulakukan dengan bantuan program SPSS 14.0 for window.

(8)

8 a. Uji Normalitas

Uji normalitas sebaran aitem dengan menggunakan program uji normalitas

Kolmogrof-Smirrnov. Jika nilai p dari nilai Kolmogrof-Smirnov Z lebih besar dari

0,005 (p>0,05) maka data berdistribusi normal. Hasil uji normalitas pada alat ukur menunjukkan bahwa data pola asuh demokratis orangtua pada tingkat asertivitas remaja adalah normal (K-S Z = 0,707: p = 0,699 atau p > 0,05) dan data tingkat asertivitas adalah normal (K-S Z = 0,873: p = 0,431. atau p > 0,05).

b. Uji Linearitas

Hasil uji antara pola asuh demokratis orangtua dan tingkat asertivitas pada remaja menunjukkan F linear 63, 615 dengan probabilitas 0,000 (p < 0,05). Deviasi dari Linearitas adalah 1,120 dan p = 0,400 (p > 0,05). Hasil dari uji linearitas dari pola asuh demokratis orangtua dan tingkat asertivitas bersifat linear.

c. Uji Hipotesis

Uji korelasi dilakukan dengan menggunakan analisis product moment

Pearson karena data dari penelitian ini berdistribusi normal dan linear, lalu

dibandingkan dengan tabel korelasi one tailed karena hipotesis dari penelitian ini telah terarah. Hasil penelitian menunjukkan angka korelasi r = 0, 7444 dan p = 0,000 (p < 0,01). Hal ini berarti ada hubungan yang sangat signifikan antara variabel pola asuh demokratis dengan variabel tingkat asertivitas. Semakin tinggi pola asuh demokratis orangtua maka semakin tinggi tingkat asertivitas pada remaja. Maka hipotesis yang diajukan peneliti diterima.

(9)

9

PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil penelitian data penelitian , maka hipotesis yang telah diajukan, yaitu ada hubungan positif antara pola asuh demokratis dengan tingkat asertivitas remaja dapat diterima. Hasil penelitian menunjukkan angka korelasi r = 0, 7444 dan p = 0,000 (p < 0,01). Hal ini berarti ada hubungan yang sangat signifikan antara variabel pola asuh demokratis dengan variabel tingkat asertivitas.

Penerimaan hipotesis tersebut menunjukkan remaja yang dibesarkan dengan pola asuh demokratis oleh orangtua nya akan tumbuh menjadi anak yang memiliki kemampuan sosial yang baik, kepercayaan diri yang kuat, dan kebebasan yang bertanggung jawab (Diana Baumrid 1971, 1980). Hal ini berkaitan dengan pola asuh demokratis yang membuka komunikasi dengan anak. Anak diberikan kebebasan untuk bertanya dan bertingkah laku dengan tetap pengawasan yang baik, dan orangtua memandang anak sebagai seorang individu yang berkembang, dan menjadikan dirinya pembimbing yang baik bagi anak. Anak yang dibesarkan dengan pola asuh seperti itu akan terbiasa membuka pikirannya dan memiliki cara komunikasi yang baik untuk mengungkapkan kebahagiaan ataupun kemarahannya. Alberti dan Emmons (1978) mengatakan perilaku asertif adalah perilaku yang memungkinkan individu dapat bertindak sesuai keinginannya sendiri, mempertahankan dirinya tanpa perasaan cemas, mengekspresikan perasaan secara jujur dan tepat, serta dapat menggunakan haknya tanpa mengabaikan hak-hak orang lain. Dalam sebuah penelitian, (Diana Baumrid, 1991) menganalisa pola-pola pengasuhan dan kecakapan sosial dalam masa remaja. Pengukuran yang menyeluruh

(10)

10

melibatkan 139 orang anak laki-laki dan perempuan berusia 14 tahun dan orangtua mereka. Lebih daripada faktor-faktor lain, ketanggapan (perhatian dan dukungan) orangtua berkaitan dengan kecakapan sosial remaja. Dan ketika orangtua sendiri memilki masalah perilaku (alkohol dan masalah pernikahan), remaja seringkali mempunyai masalah yang menunjukkan penurunan kecakapan sosial. Para peneliti yang lain terus mencari bukti yang mendukung keyakinan bahwa pola asuh autoritarian dan permisif kurang efektif dibanding gaya orangtua yang bersifat autoritatif (Durbin dkk, 1993; Lamborn, Dornbusch, & Kraemer,1990; taylor, 1994). Berdasarkan kategotisasi yang diperoleh pada skala pola asuh demokratis yang diterima oleh subyek terbanyak ada pada tingkat tinggi yaitu 48 %. Dari 50 subjek penelitian, 16 orang memiliki pola asuh demokratis sangat tinggi, 24 orang memilki pola asuh demokratis yang tinggi, 8 orang memiliki pola asuh demokratis sedang, 2 orang memiliki tingkat pola asuh demokratis rendah dan tidak ada orang yang memiliki tingkat asertivitas yang sangat rendah.

Berdasarkan analisis aspek-aspek yang diukur dari Dalimunthe (2000), rata-rata subjek penelitian ini memiliki tingkat pola asuh demokratis pada kategori tinggi yaitu ada 24 orang (48 %), ada 16 orang pada kategori sangat tinggi (32%), dan ada 8 orang untuk kategori sedang (16%) sedangkan untuk kategori rendah hanya 2 orang (4%) dan kategori sangat rendah tidak ada. Dalam hal ini berarti subjek penelitian ini dianggap memiliki tingkat pola asuh demokratis yang baik sehingga dapat mendorongnya memiliki tingkat asertivitas yang tinggi.

(11)

11 KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan maka dapat ditarik kesimpulan bahwa ada hubungan positif yang sangat signifikan antara pola asuh demokratis yang dilakukan orangtua dengan tingkat asertivitas remaja. Semakin tinggi pola asuh demokratis yang diterima, maka seorang remaja akan lebih memiliki tingkat asertivitas yang tinggi dan sebaliknya, semakin rendah pola asuh demokratis yang diterima, maka seorang remaja akan lebih memiliki tingkat asertivitas yang rendah. Remaja yang dibesarkan dengan pola asuh demokratis yang tinggi akan memiliki cara komunikasi yang baik, dan akan terbiasa mengungkapkan perasaan nya dengan baik karena mereka telah terbiasa melakukan hal tersebut sejak kecil bersama orangtuanya.

B. Saran

Berdasarkan dari hasil penelitian yang dilakukan, maka beberapa saran yang dapat diberikan oleh peniliti adalah:

1. Bagi Subjek Penilitian

Tidak semua orang memperoleh pendidikan dengan sisitem pola asuh demokratis dalam keluarganya, namun perilaku asertif bukan hanya dibentuk oleh pola asuh melainkan dengan banyak hal. Apabila seseorang merasa tingkah lakunya tidak asertif maka bukan berarti mereka dapat langsung menyalahkan orangtua. Karena sebenarnya tingkah laku asertif juga dapat dibangun oleh diri kita sendiri.

(12)

12 2. Bagi Peneliti Selanjutnya

Dari penelitian yang dilakukan didapatkan hasil yang signifikan antara pola asuh demokratis dengan tingkat asertivitas yang dimiliki remaja. Hasil penelitian ini belum sempurna dan masih banyak terdapat kekurangan. Bagi penelitian selanjutnya diharapkan bisa membuat alat ukur yang lebih baik yang dikaitkan dengan variabel-variabel eksternal yang mempengaruhi tingkat asertivitas remaja. Peneliti selanjutnya hendaknya membuat klasifikasi populasi yang jelas untuk mendapatkan sampel yang lebih spesifik lagi. Dinamika psikologis masih perlu diperbaiki untuk membuat penelitian yang memiliki dasar teori yang kuat.

Peneliti selanjutnya dapat meneliti hubungan antara pola asuh demokratis dengan tingkat asertivitas remaja dengan menggubakan subjek khusus. Contohnya Hubungan Antara Pola Asuh Drmokratis dengan tingkat Asertivitas Anak Tunggal Dalam Keluarga.

(13)

13

Daftar Pustaka

Astuti, A. 2001. Resiliasi pada Remaja ditinjau dari Pola Asuh Demokratis Orangtua dan Status Sosial Ekonomi Keluarga. Skripsi. Yogyakarta : Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya UII

Azwar, S. 2003. Reabilitas dan Validitas, edisi ke-3, Yogyakarta:Penerbit Pustaka Pelajar

Alberti, R.E and Emmons, M.L. 1978. Your Perfect Right. A Guide to Assertive

Behavior. California: Impact Publisher

Alberti, R.E and Emmons, M.L. 2001. Your Perfect Right (Terjemahan). Jakarta: PT Elex Media Komputindo

Fensterheim, H and baer, J. 1980. Jangan Bilang Ya Bila Anda akan Mengatakan Tidak (Terjemahan n.n). Jakarta: Pt Gunung Jati

Dalimunthe, D. 2000. Hubungan Antara Kedemokratisan Pola Asuh Orang Tua dengan Kompetensi Sosial Pada Remaja. Skripsi (Tidak diterbitkan) Yogyakarta: Fakultas Psikologi UGM.

Handayani. 2000. Hubungan Pola Asuh Oreangtua dalam Masalah Seksual dengan Pemilihan Orangtua sebagai Sumber Informasi Seks pada Remaja. Skripsi. Yogyakarta: Fakultas Psikologi UGM.

Hapsari. Y.L. 2000. Hubungan antara Gaya Kelekatan Aman dengan Asertivitas Remaja. Skripsi. Yogyakarta : Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya UII Hurlock, E.B. 1973. Adolescent Development. Tokyo: Mc.Graw-Hill

Hurlock, E, B. 1997. Perkembangan Anak, Jakarta : Erlangga

Khusna, M. 1997. Hubungan Asertivitas dengan Prestasi belajar pada Siswa kelas II SMUM VII Yogyakarta. Skripsi. Yogyakarta : Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya UII

Laurence, S. 2002. Adolescence. 6th Edition. Tokyo : Mc. Graw-Hill

Monks. F. J. Knoers, A.M.P., Haditono, S.R.1994. Psikologi Perkembangan ;

Pengantar Dalam Berbagai Bagiannya. Yogyakarta, Gadjah Mada University

(14)

14

Rakos, R.F. 1991. Assertive Behavior; Therapy, Research, and Training. International series on Communication Skill. New York: Routledge

Rathus, S.A and Nevid, J.B. 1997. Behavior Therapy: Strategies of Solving Problem

in Living. New York; The new American library, Inc

Sarwono. W. 1994. Psikologi Remaja. Edisi Tahunan. Jakarta

Santrock, J. W.1996. Adolescence. Edisi Keenam. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Sony, R. 1995. Hubungan antara Pola Asuh Demokratis dengan Konsep Diri pada Homoseksual. Skripsi. Yogyakarta : Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya UII

Sprinthall, A and Collins, W. 1995. Adolescent Psychology Third Edition. New York:mc. Graw-Hill

Srinarti. 1993. Kepuasan Perkawinan Ditinjau dari Perilaku Asertif Pasangan Suami-Istri di Kecamatan Jetis Yogyakarta. Skripsi. Yogyakarta: Fakultas Psikologi UGM.

Taubman, B.1976. How to Become an Asertive Woman. New York: Pocket Book Thornburg, H.D. 1982. Development Adolescent. Calofornia; Brooks Publishing Co. Wolpe, J.1973. The Practice of Behaviour Therapy (2nd edition). New York

Pergamon Press, Inc

_________. 2004. Data Kasus Remaja PKBI

(http://qweb01.bkkbn.go.id/hqweb/ceria/ma46fenomena.html) _________.2002.Remaja Lakukan Seks

(http://www.pikiran-rakyat.com/cetak/0802/30/0306.htm) _________.2004. Terbanyak Usia SLTA

(15)

15

IDENTITAS PENULIS

Nama : Aidina Titanida

Alamat : Jalan Kaliurang km 7 Pasar Colombo no 71 Sleman Yogyakarta No tlp/Hp : 08156975965

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara pola asuh demokratis dengan kemandiran dalam pengambilan keputusan, mengetahui tingkat kemandiran dalam

Berdasarkan hasil analisis diperoleh r xy = 0,531 dengan p = p&lt;0,01 yang menunjukan bahwa ada hubungan positif yang sangat signifikan antara pola asuh

Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang sangat signifikan antara pola asuh demokratis dengan empati pada remaja.. Semakin

Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa ada hubungan positif antara persepsi terhadap pola asuh demokratis dan penyesuaian diri pada

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara pola asuh demokratis dengan kemandiran dalam pengambilan keputusan, mengetahui tingkat kemandiran dalam

Hal ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif signifikan antara pola asuh authoritative (demokratis) dengan konsep diri remaja akhir, dengan demikian hipotesis

Penelitian ini bertujuan untuk menguji secara empirik hubungan antara pola asuh otoriter orangtua dengan perilaku bermain game online.. Hipotesis yang diajukan adalah ada

Penelitian ini bertujuan untuk menguji secara empirik hubungan antara religiusitas dan pola asuh demokratis dengan perilaku seksual pada remaja di SMK “X”