• Tidak ada hasil yang ditemukan

II. TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "II. TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
44
0
0

Teks penuh

(1)

5

Laporan PKPM Budidaya Tanaman Perkebunan

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Klasifikasi Tanaman Kelapa Sawit 2.1.1. Sistematika

Upaya klasifikasi kelapa sawit sudah dimulai abad ke-16 dimana para ahli berbeda pendapat mengenai klasifikasi kelapa sawit. Hal ini disebabkan pada masa lampau Ilmu Taksonomi maupun ilmu yang berkaitan dengan kelapa sawit belum berkembang seperti sekarang, dan peralatan yang tersedia masih sederhana. Dalam dunia botani, semua tumbuhan diklasifikasikan untuk memudahkan dalam identifikasi secara ilmiah. Metode pemberian nama ilmiah (Latin) ini dikembangkan oleh Carolus Linaeus (Iyung Pahan, 2008).

Taksonomi kelapa sawit yang umum diterima sekarang adalah sebagai berikut :

Divisi : Spermatophyta Subdivisi : Angiospermae Kelas : Monocotyledonae Ordo : Spadiciflorae (Arecales) Famili : Palmae (Arecaceae) Sub famili : Cocoideae

Genus : Elaeis

Spesies : Elaeis gueneensis Jacq

Nama Elaeis guineensis diberikan oleh Jacquin pada tahun 1763 berdasarkan pengamatan pohon–pohon kelapa sawit yang tumbuh di Martinique, kawasan Hindia Barat, Amerika Tengah. Kata Elaeis (Yunani) berarti minyak,

(2)

6

Laporan PKPM Budidaya Tanaman Perkebunan sedangkan kata Guineensis dipilih berdasarkan keyakinan Jacquin bahwa kelapa sawit berasal dari Guinea (Iyung Pahan, 2008).

2.1.2. Varietas Tanaman Kelapa Sawit

Varietas tanaman kelapa sawit dapat dibedakan berdasarkan tebal cangkang /tempurung dan daging buah, serta warna kulit buahnya. Berdasarkan ketebalan cangkang/tempurung dan daging buah varietas kelapa sawit dibedakan : a. Dura

Varietas ini memiliki tempurung yang cukup tebal yaitu antara 2 - 8 mm dan tidak terdapat lingkaran sabut pada bagian luar cangkang. Daging buah relatif tipis yaitu 35 – 50 % terhadap buah, kernel (daging biji) lebih besar dengan kandungan minyak sedikit. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Penampang buah kelapa sawit varietas dura

b. Pisifera

Ketebalan cangkang sangat tipis, bahkan hampir tidak ada tetapi daging buahnya tebal, lebih tebal dari buah Dura, daging biji sangat tipis, tidak dapat diperbanyak tanpa menyilangkan dengan jenis lain dan dipakai sebagai pohon induk jantan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 2.

(3)

7

Laporan PKPM Budidaya Tanaman Perkebunan

Gambar 2. Penampang buah kelapa sawit varietas pisifera

c. Tenera

Berdasarkan tebal tipisnya cangkang sebagai faktor homozygote tunggal yaitu Dura bercangkang tebal jika dikawinkan dengan Pisifera bercangkang tipis maka akan menghasilkan varietas baru yaitu Tenera. Untuk lebih jelasnya dapat di lihat pada Gambar 3.

Gambar 3. Penampang buah kelapa sawit varietas tenera

Berdasarkan warna kulit buahnya kelapa sawit dibedakan atas tiga varietas kelapa sawit yaitu :

a. Nigrescens yaitu buah muda bewarna ungu kehitam–hitaman dan buah masak berwarna jingga kehitam–hitaman.

b. Virescens yaitu buah berwarna hijau waktu muda dan matang menjadi orange.

c. Albescens yaitu buah muda warna keputih–putihan dan buah masak kekuning-kuningan dan ujungnya ungu kehitaman (Yan Fauzi, dkk, 2005).

(4)

8

Laporan PKPM Budidaya Tanaman Perkebunan 2.2. Morfologi Tanaman Kelapa Sawit

Tanaman kelapa sawit dapat dibedakan menjadi 2 bagian yaitu bagian vegetatif dan bagian generatif. Bagian vegetatif kelapa sawit meliputi akar, batang dan daun, sedangkan bagian generatif terdiri dari bunga dan buah (Iyung Pahan, 2008).

2.2.1. Bagian Vegetatif a. Akar ( Radix )

Akar tanaman kelapa sawit berfungsi sebagai penyerap unsur hara di dalam tanah dan respirasi tanaman, selain itu juga sebagai penyangga berdirinya tanaman pada ketinggian yang mencapai puluhan meter sampai tanaman berumur 25 tahun. Sistem perakaran kelapa sawit merupakan sistem akar serabut, terdiri dari akar primer, sekunder, tersier dan kuarter. Akar primer umumnya berdiameter 6–10 mm keluar dari pangkal batang dan menyebar secara horisontal dan menghujam kedalam tanah dengan sudut yang beragam. Akar primer bercabang membentuk akar sekunder yang diameternya 2-4 mm. Akar sekunder bercabang membentuk akar tersier yang berdiameter 0,7-1,2 mm dan umumnya bercabang lagi membentuk akar kuarterner (Iyung Pahan, 2008).

Secara umum, sistem perakaran kelapa sawit lebih banyak berada dekat dengan permukaan tanah, tetapi pada keadaan tertentu akar juga dapat menjelajah lebih dalam. Pada areal tanaman kelapa sawit umur 5 tahun, permukaan absorpsi dari akar tersier dan kuarterner 5 kali lebih besar dari pada akar primer dan akar sekunder yang digolongkan sebagai akar penjelajah (Iyung Pahan, 2008). Untuk lebih jelasnya susunan perakaran sawit dapat di lihat pada Gambar 4.

(5)

9

Laporan PKPM Budidaya Tanaman Perkebunan (i)

Gambar 4. Susunaan perakaran kelapa sawit

b. Batang ( Caulis )

Kelapa sawit merupakan tanaman monokotil yaitu tanaman yang batangnya tidak mempunyai kambium dan umumnya tidak bercabang. Batang tanaman kelapa sawit berfungsi sebagai struktur yang mendukung daun, bunga, dan buah, sebagai sistem pembuluh yang mengangkut air dan hara mineral dari akar ke atas serta hasil fotosintesis (fotosintat) dari daun ke bawah serta kemungkinan juga berfungsi sebagai organ penimbun zat makanan. Batang tanaman berbentuk silinder dengan diameter 20 cm–75 cm. Tanaman kelapa sawit yang masih muda, batangnya tidak terlihat karena tertutup oleh pelepah daun. Pertambahan batang tanaman kelapa sawit terlihat jelas setelah tanaman berumur empat tahun (Iyung Pahan, 2008).

(6)

10

Laporan PKPM Budidaya Tanaman Perkebunan Batang kelapa sawit tumbuh tegak lurus (phototropi) dan pelepah daun (Frond base) menempel membalut batang. Pada tanaman dewasa diameternya dapat mencapai 40 cm–60 cm, bagian bawah batangnya lebih gemuk disebut bongkol bawah (bowl). Kecepatan tumbuh berkisar 35 cm–75 cm/tahun. Sampai tanaman berumur 3 tahun batang belum terlihat karena masih terbungkus pelepah yang belum ditunas. Karena sifatnya yang Phototropi dan Heliotropi (menuju cahaya dan arah matahari) maka pada keadaan terlindung, tumbuhnya akan lebih cepat tetapi diameter (tebal) batang lebih kecil (PTPN. III, 2003).

Tinggi batang tanaman kelapa sawit bertambah 25 cm–45 cm/tahun. Jika kondisi lingkungan sesuai, pertambahan tinggi batang kelapa sawit dapai mencapai 100 cm/tahun. Tinggi maksimum tanaman kelapa sawit yang ditanam di perkebunan antara 15 meter–18 meter, sedangkan di alam mencapai 30 meter. Pertumbuhan batang tanaman kelapa sawit tergantung pada jenis tanaman, kesuburan lahan dan iklim setempat. Untuk lebih jelasnya batang kelapa sawit dapat di lihat pada Gambar 5 .

(7)

11

Laporan PKPM Budidaya Tanaman Perkebunan c. Daun ( Folium )

Daun kelapa sawit mirip kelapa yaitu membentuk susunan daun majemuk, bersirip genap dan bertulang sejajar. Daun-daun membentuk satu pelepah yang panjangnya mencapai lebih dari 7,5-9 m. Jumlah anak daun disetiap pelepah berkisar antara 250-400 helai, daun muda yang masih kuncup berwarna kuning pucat. Pada tanah yang subur, daun cepat membuka sehingga makin efektif melakukan fungsinya sebagai tempat berlangsungnya fotosintesis dan sebagai alat respirasi. Semakin lama proses fotosintesis berlangsung, semakin banyak bahan makanan yang dibentuk sehingga produksi akan meningkat. Jumlah pelepah, panjang pelepah, dan jumlah anak daun tergantung pada umur tanaman. Tanaman yang berumur tua, jumlah pelepah dan anak daun lebih banyak. Begitu pula pelepahnya akan lebih panjang dibandingkan dengan tanaman yang masih muda (Yan Fauzi, dkk, 2008).

Daun pertama yang keluar pada stadia bibit berbentuk lanset (lanceolate), beberapa minggu kemudian terbentuk daun terbelah dua (bifurcate) dan setelah beberapa bulan terbentuk daun seperti bulu (pinnate). Misalnya bibit berumur 12 bulan susunan daun terdiri atas 5 lanceolate, 4 bifurcate dan 10 pinnate. Pangkal pelepah daun (petiole) adalah tempat duduknya helaian daun (leaf let) dan terdiri dari rachis (basis foli), tangkai daun (petiole) dan duri (spine), helaian anak daun (lamina), ujung daun (apex foli), lidi (nervatio), daun (margo folii) dan daging daun (intervenium) (Yan Fauzi, dkk, 2008 ).

Filotaksis adalah pola susunan daun-daun pada batang dan sangat menarik untuk tanaman kelapa sawit, karena polanya sangat jelas dan dapat diamati dari bekas (Rumpang) daun yang dapat bertahan lama di batang. Primordia dalam

(8)

12

Laporan PKPM Budidaya Tanaman Perkebunan pola spiral mulai dari titik tumbuh (apex). Umumnya spiral genetik tanaman kelapa sawit memutar ke kanan dan hanya sejumlah kecil yang memutar ke kiri (Iyung Pahan, 2008).

Daun mempunyai rumus kedudukan dengan rumus 3/8 artinya 8 buah pelepah daun berurutan terdapat pada 3 lingkaran spiral dimana daun kesembilan akan segaris dengan daun pertama. Daun pertama adalah daun termuda dengan kondisi yang telah membuka sempurna. Lingkaran ada yang berputar kekiri dan ada yang berputar kekanan tetapi kebanyakan berputar kekanan. Pengenalan ini penting untuk diketahui agar dapat mengetahui letak daun ke-9, ke-17 dan lain-lain yang dipakai sebagai standar pengukuran pertumbuhan maupun pengambilan contoh daun dan pengamatan lainnya. Produksi pelepah daun selama setahun dapat mencapai 20–30, kemudian akan berkurang sesuai dengan umur menjadi 18-25 atau kurang (Yan Fauzi, dkk, 2008). Untuk lebih jelasnya dapat di lihat pada Gambar 6.

Gambar 6. Rumus kedudukan daun ( phylotaxis ) kelapa sawit.

Panjang cabang daun diukur dari pangkalnya mencapai 9 meter pada tanaman dewasa. Panjang pelepah dapat bervariasi tergantung pada tipe varitas

(9)

13

Laporan PKPM Budidaya Tanaman Perkebunan dan kesuburan tanahnya. Jumlah anak daun pada setiap sisinya dapat mencapai 125-200. Anak daun pada tengah pelepah dapat mencapai 1,2 meter. Berat satu pelepah mencapai 4,5 kg berat kering. Pada satu pohon dijumpai 40-50 pelepah. Luas permukaan daun sering dipakai untuk tujuan pengamatan pertumbuhan dengan rumus :

Keterangan :

L = Luas permukaan daun k = Faktor koreksi

d = Jumlah anak daun pada satu sisi p = Panjang anak daun rata - rata sample.

Luas permukaan daun dapat mencapai 10–15 m2 pada tanaman dewasa yang berumur 10 tahun atau lebih. Luas permukaan daun yang optimal adalah 11 m2 bergantung kepada persilangannya. Untuk lebih jelasnya dapat di lihat pada Gambar 7.

Gambar 7. Bentuk dan susunan daun kelapa sawit

Keterangan :

L = 2 k ( d x lp )

(10)

14

Laporan PKPM Budidaya Tanaman Perkebunan Sp = Duri

Pe = Pangkal pelepah

Vl = Pangkal pelepah dengan duri yang tidak tumbuh normal Ra = Bagian tengah pelepah dengan daun–daun normal Tl = Sepasang daun terakhir yang bentuknya oval

Hs = Bagian tengah daun dilihat dari atas menunjukkan letak daun yang tidak teratur.

2.2.2. Bagian generatif a. Bunga ( Flos )

Kelapa sawit merupakan tanaman berumah satu (monoecious), artinya bunga jantan dan bunga betina terdapat dalam satu tanaman dan masing-masing terangkai dalam satu tandan. Rangkaian bunga jantan terpisah dengan bunga betina. Setiap rangkian bunga muncul dari pangkal pelepah daun. Sebelum bunga mekar dan masih diselubungi seludang, bunga dapat dibedakan antara bunga jantan dan bunga betina dengan melihat bentuknya (Yan Fauzi, dkk, 2008).

Tanaman kelapa sawit akan berbunga pada umur ± 14-18 bulan. Pada mulanya keluar bunga jantan kemudian secara bertahap akan muncul bunga betina. Terkadang ditemui bunga banci yaitu bunga jantan dan bunga betina ada pada satu rangkain (Lembaga Pendidikan Perkebunan, 2000).

Tandan bunga betina dibungkus oleh seludang yang akan pecah 15–30 hari sebelum anthesis. Satu tandan bunga betina memiliki 100–200 spikelet dan setiap spikelet 15–20 bunga betina dan yang akan diserbuki tepung sari. Pada tandan tanaman dewasa dapat diperoleh 600–2000 buah tergantung pada besarnya

(11)

15

Laporan PKPM Budidaya Tanaman Perkebunan tandan dan setiap pokok dapat menghasilkan 15–25 tandan/pokok/tahun (Lembaga Pendidikan Perkebunan, 2000 ).

Bunga jantan bentuknya lonjong memanjang dengan ujung kelopak agak meruncing dan garis tengah bunga lebih kecil. Letak bunga jantan yang satu dengan yang lainnya sangat rapat dan membentuk cabang bunga yang panjangnya antara 10–12 cm.

Pada tanaman dewasa satu tandan mempunyai ± 200 cabang bunga. Setiap cabang bunga mengandung 700–1200 bunga jantan. Bunga jantan terdiri dari 6 helai benang sari dan 6 perhiasan bunga. Hari pertama kelopak terbuka dan mengeluarkan tepung sari dari ujung tandan bunga, pada hari kedua bagian tengah dan hari ketiga di bagian bawah tandan yang akan keluar serbuk sari. Serbuk sari berwarna kuning pucat dan berbau spesifik. Satu tandan bunga jantan dapat menghasilkan 25–50 gram tepung sari. Setiap bunga akan dibuahi dengan serbuk sari yang menghasilkan buah tersusun pada tandan (S, Syukur, 2003).

Untuk lebih jelasnya perbedaan bunga jantan dan bunga betina dapat di lihat pada Gambar 8.

(12)

16

Laporan PKPM Budidaya Tanaman Perkebunan

Gambar 8. Bunga jantan dan bunga betina kelapa sawit

b. Buah ( Fructus )

Buah kelapa sawit termasuk jenis buah keras (drupe), menempel dan bergerombol pada tandan buah. Jumlah per tandan dapat mencapai 1.600, berbentuk lonjong sampai membulat. Panjang buah 2-5 cm, beratnya 15-30 gram. Bagian-bagian buah terdiri atas kulit buah (exocarp), sabut dan biji (mesocarp). Eksokarp dan mesokarp disebut perikarp (pericarp). Biji terdiri atas cangkang (endocarp) dan inti (kernel), sedangkan inti sendiri terdiri atas endosperm atau putih lembaga dan embrio. Dalam embrio terdapat bakal daun (plumula), bakal akar (radicula) dan haustorium ( Mangoensoekarjo dan Semangun, 2005 ).

Buah yang ditanam umumnya adalah varietas nigrescens dengan warna buah ungu kehitaman saat mentah dan buah akan matang 5-6 bulan setelah penyerbukan. Buah yang matang dibedakan atas matang morfologis yaitu buah telah sempurna bentuknya serta kandungan minyaknya sudah optimal sedangkan matang fisiologis adalah buah yang sudah matang sempurna yaitu telah siap untuk tumbuh dan berkembang (PTPN. III, 2003). Untuk lebih dapat di lihat pada Gambar 9 .

(13)

17

Laporan PKPM Budidaya Tanaman Perkebunan

Gambar 9. Bentuk penampang melintang dan membujur buah kelapa sawit

2.3. Manfaat Tanaman Kelapa Sawit

Minyak sawit dapat dimanfaatkan di berbagai industri karena memiliki susunan dan kandungan gizi yang cukup lengkap. Industri yang banyak menggunakan minyak sawit sebagai bahan baku adalah industri pangan serta industri non pangan seperti kosmetik, farmasi, serta minyak sawit telah dikembangkan sebagai salah satu bahan bakar (Yan Fauzi dkk, 2008)

Berbagai hasil penelitian mengungkapkan bahwa minyak sawit memiliki keunggulan dibandingkan dengan minyak nabati lainnya. Menurut Iyung Pahan (2008) minyak kelapa sawit mempunyai beberapa keunggulan, antara lain :

a. Tingkat efisiensi minyak sawit tinggi sehingga mampu menempatkan CPO menjadi sumber minyak nabati termurah.

b. Produktivitas minyak sawit tinggi yaitu 3,2 ton/ha, sedangkan minyak kedelai 0,34, lobak 0,51, kopra 0,57, dan minyak bunga matahari 0,53 ton/ha.

c. Sifat interchangeable–nya cukup menonjol dibanding dengan minyak nabati lainnya, karena memiliki keluwesan dan keluasan dalam ragam kegunaan baik di bidang pangan maupun non pangan.

d. Sekitar 80 % dari penduduk dunia, khususnya di negara berkembang masih berpeluang meningkatkan konsumsi per kapita dari minyak dan lemak terutama minyak sawit yang harganya murah.

e. Terjadinya pergeseran dalam industri yang menggunakan bahan baku minyak bumi ke bahan yang lebih bersahabat dengan lingkungan yaitu oleokimia

(14)

18

Laporan PKPM Budidaya Tanaman Perkebunan yang berbahan baku CPO, terutama di beberapa negara maju seperti Amerika Serikat, Jepang, dan Eropa Barat.

2.3.1. Minyak Sawit Untuk Industri Pangan

Minyak sawit yang digunakan sebagai produk pangan dihasilkan dari minyak sawit maupun minyak inti sawit melalui proses fraksinasi, rafinasi, dan

hidrogenesis. Produksi CPO Indonesia sebagian besar difraksinasi sehingga dihasilkan fraksi olein cair dan fraksi strein padat. Fraksi olein tersebut digunakan untuk memenuhi kebutuhan domestik sebagai pelengkap minyak goreng dari minyak kelapa (Yan Fauzi, dkk, 2008).

Sebagai bahan baku untuk minyak makan, minyak sawit antara lain digunakan dalam bentuk minyak goreng, margarin, butter, vanaspati, shortenig dan bahan untuk membuat kue-kue. Sebagai bahan pangan, minyak sawit mempunyai beberapa keunggulan dibandingkan dengan minyak goreng lain, antara lain mengandung karoten yang diketahui berfungsi sebagai anti kanker dan tokoferol sebagai sumber vitamin E (Yan Fauzi, dkk, 2008).

Disamping itu, kandungan asam linoleat dan lenolenatnya rendah sehingga

minyak goreng yang terbuat dari buah sawit memiliki kemantapan kalor (Heat stebility) yang tinggi dan tidak mudah teroksidasi. Oleh kerena itu, minyak

sawit sebagai minyak goreng bersifat lebih awet dan makanan yang digoreng menggunakan minyak sawit tidak mudah tengik (Yan Fauzi, 2008).

2.3.2. Minyak Sawit untuk Industri Non Pangan a. Bahan baku untuk industri farmasi

Kandungan minor dalam minyak sawit berjumlah kurang lebih 1 %, antara lain terdiri dari karoten, tokoferol, sterol, alkohol, triterpen, fosfolipida.

(15)

19

Laporan PKPM Budidaya Tanaman Perkebunan Kandungan minor menjadikan minyak sawit dapat digunakan sebagai bahan baku dalam industri farmasi. Diantara kandungan minor yang sangat berguna tersebut antara lain karoten dan tokoferol yang dapat mencegah kebutaan (Defisiensi vitamin A) dan pemusnahan radikal bebas yang selanjutnya juga bermanfaat untuk mencegah kanker, arterosklerosis dan memperlambat proses penuaan.

Karoten

Karoten dikenal sebagai pigmen warna jingga. Kandungan dalam minyak sawit mencapai 0,005-0,18 %. Setiap satu ton minyak mengandung kurang lebih 240 garam karoten. Berdasarkan hasil penelitian, karoten dapat dimanfaatkan sebagai obat kanker paru - paru dan payudara. Selain sebagai obat anti kanker, karoten juga merupakan sumber vitamin A yang cukup potensial. Karoten terdiri dari 36 % alfakaroten dan 54 % betakaroten dan tersimpan dalam daging buah kelapa sawit (Yan Fauzi dkk, 2008).

Tokoferol

Tokofenol dikenal sebagai antioksidan alam dan sebagai sumber vitamin E. Kandungan tokoferol dalam CPO berkisar 600-1000 ppm, dalam olein 800-000 ppm dan stearin 250-530 ppm. Minyak sawit yang bermutu baik mengandung tokoferol berkisar antara 500-800 ppm (Yan Fauzi dkk, 2008).

(16)

20

Laporan PKPM Budidaya Tanaman Perkebunan

Penghasil Oleokemikal dasar Asam lemak Lemak alkohol Metil ester Gliserin Penghasil derivatif Industri : - Tekstil - Kertas - Kulit - Kosmetik - Pelengkap bangunan - Pestisida - Insektisida - Detergen - Sabun - Bahan pembersih - Minyak mineral - Polimerisasi - Cat - Lilin - Bahan pemadam api -Vernis

b. Bahan baku oleokimia

Oleokimia adalah bahan baku industri yang diperoleh dari minyak nabati, termasuk diantaranya adalah minyak sawit dan minyak inti sawit. Produksi utama yang digolongkan oleokemikal adalah asam lemak, lemak alkohol, asam amino, metil ester, dan gliserin. Bahan-bahan tersebut mempunyai spesifikasi penggunaan sebagai bahan baku industri termasuk industri kosmetik dan aspal. Oleokimia juga digunakan sebagai bahan pembuatan detergen. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 10.

Gambar 10. Pengolahan oleokimia untuk berbagai industri  Asam lemak

Asam lemak kelapa sawit dihasilkan dari proses hidrolisasi, baik secara kimiawi maupun enzimatik. Proses hidrolisis menggunakan enzim lipase dari jamur Aspergillus niger dinilai lebih menghemat energi karena dapat berlangsung

(17)

21

Laporan PKPM Budidaya Tanaman Perkebunan pada suhu 10-250 C. Asam lemak digunakan sebagai bahan untuk detergen, bahan softener (pelunak) untuk produksi makanan, tinta, tekstil, aspal, dan perekat (Yan Fauzi dkk, 2008).

Lemak alkohol

Lemak alkohol merupakan hasil lanjut dari pengolahan asam lemak. Lemak alkohol adalah bahan dasar pembuatan detergen, yang umumnya berasal dari metil ester asam laurat. Minyak inti sawit yang kaya asam laurat merupakan bahan dasar pembuatan lemak alkohol (Yan Fauzi dkk, 2008).

Lemak amina

Lemak amina digunakan sebagai bahan dalam industri plastik, sebagai pelumas dan pemantap. Selain itu, digunakan sebagai salah satu bahan baku dalam industri tekstil, surfaktan dan lain–lain (Yan Fauzi dkk, 2008).

Metil ester

Metil ester dihasilkan melalui proses waterfiksasi pada lemak yang diberi metanol atau etanol, dengan katalisator nametoksi. Unsur ini merupakan hasil dari asam lemak pada pembuatan lemak alkohol. Metilester dapat digunakan sebagai bahan pembuatan sabun (Yan Fauzi dkk, 2008).

Gliserin

Gliserin merupakan hasil pemisahan asam lemak. Gliserin terutama digunakan dalam industri kosmetik yaitu sebagai bahan pelarut dan pengatur kekentalan shampo, pomade, obat kumur serta pasta gigi. Selain itu, gliserin berfungsi sebagai hemaktan pada industri rokok, permen karet, minyak pelincir, cat, adesif, plester dan sabun (Yan Fauzi dkk, 2008).

(18)

22

Laporan PKPM Budidaya Tanaman Perkebunan

Palm biodiesel dibuat dengan menggunakan bahan baku minyak sawit (CPO) maupun minyak inti sawit (PKO). Produksi palm biodiesel dapat dilakukan melalui transesterifikasi minyak sawit dengan metanol. Proses ini dianggap lebih efisien dan ekonomis bila dibandingkan dengan cara esterifikasi hidrolisis dengan metanol (Yan Fauzi dkk, 2008).

Palm biodiesel mempunyai sifat kimia dan fisika yang sama dengan minyak bumi (patroleum diesel) sehingga dapat digunakan langsung untuk mesin diesel atau dicampur dengan petroleum diesel. Namun, palm biodiesel memiliki keunggulan lain yaitu mengandung oksigen sehingga flash oint-nya lebih tinggi dan tidak mudah terbakar. Selain itu, palm biodiesel merupakan bahan bakar yang lebih bersih dan mudah ditangani karena tidak mengandung sulfur atau senyawa benzene yang karsinogenik (Yan Fauzi dkk, 2008).

Pengembangan palm biodiesel yang berbahan baku minyak sawit terus dilakukan karena selain untuk mengantisipasi cadangan minyak bumi yang semakin terbatas, produk biodiesel termasuk produk yang bahan bakunya dapat diperbaharui dan ramah limgkungan. Di samping itu, produksi gas karbondioksida (CO2) dari hasil pembakarannya dapat dimanfaatkan kembali oleh tanaman. Penggunaan palm biodiesel juga dapat mereduksi efek rumah kaca, polusi tanah, serta melindungi kelestarian perairan dan sumber air minum (Yan Fauzi dkk, 2008).

2.3.4. Pemanfaatan Limbah Kelapa Sawit a. Hasil Olahan TBS (Tandan buah segar)

Tandan buah segar yang diolah tidak hanya menghasilkan minyak sawit dan minyak inti sawit saja, tetapi ada beberapa hasil ikutan dari limbah yang

(19)

23

Laporan PKPM Budidaya Tanaman Perkebunan masih dapat dimanfaatkan. Misalnya makanan ternak, sebagai pupuk sampai pemanfaatan sebagai bahan bakar.

Sebagai makanan ternak

Menurut Penebar Swadaya, (1994) hasil ikutan dari pengolahan TBS selain minyak sawit yang dapat digunakan sebagai makanan ternak antara lain minyak sawit kasar, bungkil inti sawit, serat perasan buah sawit dan lumpur minyak sawit. Bahan-bahan tersebut dapat dimanfaatkan sebagai campuran pakan ternak, karena di dalamnya masih terkandung zat-zat makanan yang berguna.

Komposisi beberapa hasil ikutan minyak sawit yang dapat diperoleh antara lain protein kasar, lemak kasar, beta-N, mineral, kalsium (Ca), fosfor (P), magnesium (Mg), mangan (Mn), tembaga (Cu), besi (Fe), dan seng (Zn).

Sebagai pupuk

Menurut buku pedoman standar manajemen kebun kelapa sawit Incasi Raya Group, (2005) bahwa limbah pabrik adalah produk sampingan yang dihasilkan pabrik CPO dan PKO dari proses pengolahan TBS. Terdapat dua macam limbah pabrik yaitu limbah padat dan limbah cair. Limbah padat adalah tandan kosong, fiber. cangkang , sampah loading ramp, dan solid decanter. Sementara limbah cair adalah limbah cair dari kolam limbah. Kedua jenis limbah pabrik tersebut dapat diaplikasikan ke tanaman dengan tujuan adalah :

1. Dari sisi pabrik adalah untuk mengurangi biaya pengolahan limbah.

2. Dari sisi kebun adalah untuk mengganti sebagian atau seluruh hara yang biasanya diberikan melalui pupuk anorganik dengan tujuan menghemat biaya pemupukan, mendaur-ulang limbah pabrik ke kebun dengan tujuan menghindari pencemaran lingkungan, memperbaiki sifat fisik, kimia dan

(20)

24

Laporan PKPM Budidaya Tanaman Perkebunan biologis serta menambah bahan organik di dalam tanah sehingga perkembangan akar dapat meningkat.

Sebagai bahan bakar dan energi

Cangkang tempurung kelapa sawit dan tandan kosong dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar. Pemanfaatan tempurung sebagai bahan bakar dapat langsung digunakan atau dibuat arang. Tandan kosong, cangkang dan serat dapat digunakan sebagai bahan bakar pembangkit tenaga listrik. Dari TBS sebanyak 10.000 ton mampu menghasilkan listrik sebesar 1.000 KW. Skema kerjanya adalah limbah tersebut dimanfaatkan sebagai bahan bakar untuk menguapkan air, kemudian dialirkan untuk menggerakkan turbin pembangkit listrik (Penebar Swadaya, 1994).

b. Tempurung buah sawit untuk arang aktif

Tempurung kelapa sawit merupakan salah satu limbah pengolahan minyak kelapa sawit yang cukup besar yaitu mencapai 60 % dari produksi minyak. Tempurung buah kelapa sawit dapat dimanfaatkan sebagai arang aktif. Arang aktif dimanfaatkan oleh berbagai macam industri antara lain industri minyak, karet, gula, dan farmasi. Selama ini diperkebunan, tempurung kelapa sawit digunakan hanya sebagai bahan bakar pembangkit tenaga uap dan bahan pengeras jalan (Yan Fauzi dkk, 2008).

c. Batang dan tandan sawit untuk pulp kertas

Kebutuhan pulp kertas di Indonesia sampai saat ini masih dipenuhi dari import. Padahal potensi untuk menghasilkan pulp di dalam negeri cukup besar. Salah satu alternatif adalah dengan memanfaatkan batang dan tandan kosong kelapa sawit untuk digunakan sebagai bahan pulp kertas dan papan serat. Di

(21)

25

Laporan PKPM Budidaya Tanaman Perkebunan Indonesia sudah mulai banyak industri kertas memanfaatkan limbah kelapa sawit tersebut sebagai alternatif bahan baku. Proses pembuatan pulp kertas dapat dilakukan dengan dua cara yaitu proses dengan NaOH dan proses dengan sulfat (sulfat tissue). Berbagai hasil penelitian menunjukkan bahwa pengolahan dengan sulfat tissue memenuhi Standart Industri Indonesia (SII 1411-85) (Yan Fauzi dkk, 2008).

d. Batang kelapa sawit untuk perabot dan papan partikel

Batang kelapa sawit yang sudah tua dapat dibuat sebagai bahan perabot rumah tangga seperti mebel, furniture atau sebagai papan partikel. Setiap batang kelapa sawit dapat diperoleh kayu sebanyak 0,34 m3. Sifat-sifat yang dimiliki kayu kelapa sawit tidak berbeda jauh dengan kayu-kayu yang biasa digunakan untuk perabot rumah tangga sehingga berpeluang untuk dimanfaatkan secara luas (Yan Fauzi dkk, 2008).

e. Batang dan pelepah sawit untuk pakan ternak

Batang dan pelepah dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak. Pada prinsipnya terdapat 3 cara pengolahan batang kelapa sawit untuk dijadikan pakan ternak yaitu pengolahan menjadi silase, perlakuan NaOH dan pengolahan dengan menggunakan uap.

Untuk pelepah sawit, pengolahan yang paling efisien adalah dengan membuat silase. Pengalaman peternak sapi di Malaysia pada usaha penggemukan sapi dengan skala 1.500 ekor, menggunakan komposisi makanan campuran dengan perbandingan 50 % pelepah kelapa sawit dan 50 % konsentrat (Yan Fauzi dkk, 2008).

(22)

26

Laporan PKPM Budidaya Tanaman Perkebunan 2.4. Syarat Tumbuh Kelapa Sawit

2.4.1. Iklim

Faktor - faktor iklim yang penting adalah curah hujan, suhu (temperatur), intensitas penyinaran dan angin. Faktor-faktor ini tampak berbeda jelas satu sama

lain, tetapi pada kenyataannya berkaitan erat dan saling mempengaruhi. (Mangoensoekarjo dan Semangun, 2005).

2.4.2. Curah hujan

Curah hujan merupakan komponen iklim terpenting terhadap kriteria kesesuaian iklim. Kelapa sawit dapat tumbuh dengan baik pada daerah tropika basah di sekitar 12o C Lintang Utara-Selatan pada ketinggian 0-500 m di atas permukaan laut. Jumlah curah hujan yang baik adalah 1.750–3.000 mm/tahun, tidak memiliki defisit air, hujan agak merata sepanjang tahun. Hal ini bukan berarti kurang dari 1.750 mm tidak baik, karena kebutuhan efektifnya hanya 1.300 - 1.500 mm (MAKSI, 2007).

(23)

27

Laporan PKPM Budidaya Tanaman Perkebunan Suhu optimal untuk pertumbuhan kelapa sawit adalah 29-30º C, terendah 180 C dan tertinggi 32º C serta kelembaban rata-rata 32º C. Kelembaban optimum yang ideal sekitar 80–90 %. Intensitas penyinaran matahari sekitar 5-7 jam/hari. Jika penyinaran matahari kurang dari 5 jam/hari dapat menyebabkan berkurangnya asimilasi, gangguan penyakit, dan rusaknya jalan karena lambat kering dan lain–lain (MAKSI. 2007).

Kelembaban rata-rata yang tinggi akan merangsang perkembangan penyakit. Ketinggian dari permukaan laut yang optimal adalah 0-400 meter. Pada ketinggian yang lebih dari 400 meter akan terhambat dan produksi lebih rendah (PTPN. III, 2003).

2.4.4. Intensitas penyinaran

Sinar matahari sangat penting dalam kehidupan tumbuhan, karena merupakan salah satu syarat mutlak bagi proses fotosintesis. Untuk pertumbuhan kelapa sawit yang optimal diperlukan sekurang-kurangnya 5 jam penyinaran per hari sepanjang tahun. Meskipun sebaiknya selama beberapa bulan terdapat 7 jam penyinaran per hari, tetapi statistik menunjukkan bahwa di berbagai wilayah kelapa sawit yang lama penyinarannya diluar batas-batas tersebut dapat diperoleh produktivitas yang juga memadai. Di samping lama penyinaran, aspek penyinaran lain yang penting adalah intensitasnya (Mangoensoekarjo dan Semangun, 2005). 2.4.5. Angin

Kecepatan angin 5-6 km/jam sangat baik untuk membantu proses penyerbukan. Angin yang terlalu kencang akan menyebabkan tanaman akan doyong atau miring (Mangoensoekarjo dan Semangun, 2005).

(24)

28

Laporan PKPM Budidaya Tanaman Perkebunan 2.4.6. Tanah

Tanaman kelapa sawit dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah seperti Podsolik, Latosol, Regosol, Andosol, Organosol dan Aluvial. Sifat fisik tanah yang baik untuk kelapa sawit adalah :

 Tebal solum 80 cm, solum yang tebal merupakan media yang baik bagi perkembangan akar sehingga penyerapan hara tanaman akan lebih baik.

 Tekstur ringan, memiliki pasir 20-60 %, debu 10-40 %, liat 20-50 %.

 Perkembangan struktur baik, kosistensi gembur sampai agak teguh dan permeabilitas sedang.

 pH tanah sangat terkait pada ketersediaan hara yang dapat diserap oleh akar. Kelapa sawit dapat tumbuh pada pH 4,0-6,0 namun yang terbaik adalah pH 5-6. Tanah yang mempunyai pH rendah dapat dinaikkan dengan pengapuran, namun membutuhkan biaya yang tinggi. Tanah pH rendah ini biasanya dijumpai pada daerah pasang surut terutama tanah gambut (MAKSI. 2007). 2.4.7. Tinggi Tempat dan Topografi

Kelapa sawit akan tumbuh baik pada daerah dengan ketinggian 0-500 meter dari permukaan laut, tetapi yang terbaik pada ketinggian 0-200 meter dengan kemiringan 0-12º (13 %). Sedangkan pada kemiringan 13-15º (14,5 %) kurang baik dan pada kemiringan lebih dari 25º tidak dianjurkan (PTPN. III, 2003).

2.5. Budidaya Kelapa Sawit

Teknik budidaya perlu diperhatikan untuk mengahasilkan buah kelapa sawit dengan mutu yang baik, yang meliputi pembukaan lahan, pembibitan, penanaman dan pemeliharaan tanaman yang benar (Yan Fauzi, dkk, 2005).

(25)

29

Laporan PKPM Budidaya Tanaman Perkebunan 2.5.1. Pembukaan lahan

Pembukaan lahan merupakan kegiatan yang dilakukan mulai dari perencanaan tata ruang dan tata letak lahan sampai dengan pembukaan lahan secara fisik. Pembukaan lahan perkebunan kelapa sawit dapat dilakukan didaerah bekas hutan dan alang–alang. Daerah tersebut memiliki topografi yang berbeda– beda dan hal yang perlu diperhatikan dalam pembukaan areal perkebunan adalah tetap terjaganya lapisan–lapisan olah (Iyung Pahan, 2008).

2.5.1.1. Imas

Pengimasan adalah pekerjaan memotong dan menebas semua jenis kayu maupun semak belukar yang berdiameter kurang dari 10 cm. Pemotongan kayu dilakukan serapat mungkin dengan permukaan tanah, pengimasan dilakukan secara manual menggunakan parang dan kapak. Pengimasan bertujuan untuk memudahkan penumbangan (Wahono, S dan Amir, S. 2005).

2.5.1.2. Tumbang

Penumbangan adalah suatu pekerjaan menumbang kayu yang berdiameter lebih dari 10 cm menggunakan gergaji mesin (chain sow) dengan arah yang

sejajar artinya jika penumbangan awal dilakukan dari arah Utara–Selatan maka penumbangan selanjutnya juga dilakukan dengan arah yang sama agar kayu hasil tebangan tidak tumpang tindih. Setelah penumbangan selesai dilakukan

perumpukan kayu oleh alat berat, sebelum perumpukan dilakukan sebaiknya batang–batang yang terlalu panjang dan besar dipotong–potong hingga rata–rata menjadi 6–8 meter. Sedangkan batang–batang yang kecil dan pendek tidak perlu di potong lagi (Wahono, S dan Amir, S. 2005).

(26)

30

Laporan PKPM Budidaya Tanaman Perkebunan Menurut RISPA (2008) pembukaan lahan secara mekanis pada areal bukaan baru dan konversi terdiri dari beberapa pekerjaan yaitu :

 Menumbang yaitu memotong pohon besar dan kecil dengan mengusahakan agar akar terlepas dari tanah.

 Merumpuk yaitu mengumpulkan dan menumpuk hasil tebangan untuk memudahkan pembakaran.

 Merencek dan membakar yaitu memotong dahan dan ranting kayu yang telah ditumpuk agar dapat disusun sepadat mungkin, setelah kering lalu dibakar. Pembakaran dilakukan berulang sampai batang dan ranting menjadi abu.

Pembukaan lahan replanting secara mekanis terdiri dari pekerjaan sebagai berikut

 Penggolahan tanah secara mekanis dengan traktor.

 Meracun batang pohon kelapa sawit dengan cara membuat lubang sedalam 20 cm pada ketinggian 1 meter untuk pohon kelapa sawit tua. Lubang diisi Natrium arsenit sebanyak 20 cc per pohon, kemudian ditutup dengan bekas galian lubang.

 Membongkar, memotong dan membakar. Dua minggu setelah peracunan, batang pohon kelapa sawit dibongkar sampai akarnya dan setelah kering lalu dibakar.

 Pada bukaan ulangan pembersihan bekas–bekas batang harus diperhatikan dengan serius karena sisa batang, akar dan pelepah daun dapat menjadi tempat berkembangnya hama (misalnya kumbang Orytes) atau penyakit (misalnya cendawan Ganoderma).

(27)

31

Laporan PKPM Budidaya Tanaman Perkebunan 2.5.1.3. Pembuatan Jalan

Jalan merupakan sarana yang sangat penting dalam suatu kebun sebagai urat nadi transportasi. Jalan yang baik akan mampu mendukung semua kegiatan kebun. Menurut Wahono dan Amir, 2005 pembuatan jalan di wilayah pengembangan tanaman kelapa sawit pada umumnya dibedakan dalam beberapa kelas :

1. Jalan utama (Main Road) adalah jalan yang menghubungkan kantor kebun dengan afdeling, antar afdeling, emplasemen ke luar dengan ukuran 8 meter (5 meter isi jalan, 2 meter bahu jalan dan 1 meter parit).

2. Jalan produksi (Production Road) adalah jalan yang dibuat anatara blok yang mengarah Timur–Barat sebagai sarana transportasi buah dengan ukuran 7 meter (4 meter isi jalan, 2 meter bahu jalan dan 1 meter parit).

3. Jalan koleksi (Collection Road) adalah jalan produksi atau jalan blok yang digunakan sebagai tempat pemungutan hasil dengan ukuran 6 meter (3 meter isi jalan, 2 meter bahu jalan dan 1 meter parit).

4. Jalan peringgan (Pinggir Kebun) adalah jalan yang dibuat dipinggir afdeling atau kebun sebagai sarana untuk pengawasan dan batas wilayah.

5. Jalan pikul adalah jalan kecil yang sejajar dengan barisan tanaman untuk mengangkut buah ke TPH dan pupuk. Ukuran jalan pikul ini adalah 0,7-1 meter (Wahono, S dan Amir, S. 2005).

2.5.1.4. Pembuatan Saluran Draenase

 Pembuatan saluran draenase dapat dibedakan dalam beberapa jenis yang dapat dibuat di kebun yaitu, (Wahono, S dan Amir, S. 2005).

(28)

32

Laporan PKPM Budidaya Tanaman Perkebunan a. Out let yaitu saluran draenase sebagai pembuangan air berlebih ke luar

kebun yang alami maupun buatan.

b. Parit primer yaitu saluran draenase penampung air dari parit sekunder. c. Parit sekunder yaitu saluran draenase penampung air parit tertier.

d. Parit tertier yaitu salauran draenase yang sering disebut parit tulang ikan yang dibuat mengarah parit sekunder.

 Out let yaitu saluran draenase sebagai pembuangan air berlebih ke luar kebun yang alami maupun buatan.

 Parit pengumpul (Collector Ditch) yaitu saluran draenase yang di buat sepanjang kaki bukit atau di tengah areal dengan ukuran 1,5-2 meter.

 Parit pengering (Field Drain) yaitu saluran draenase yang sering juga disebut parit tulang ikan yang digunakan sebagai pengering blok antar gawangan.  Parit pringan (jalan pinggir kebun) yaitu saluran draenase yang digunakan

sebagai parit pembatas dengan areal lain yang dibuat dipinggir kebun dengan ukuran 4–5 meter.

2.5.1.5. Pengajiran (memancang)

Pengajiran adalah untuk menentukan tempat–tempat yang kelak akan ditanami kelapa sawit sesuai dengan jarak tanam. Sistem jarak tanam yang digunakan adalah segitiga sama sisi dengan jarak tanam sesuai dengan kesuburan tanah. Bila keadaan tanah subur maka jarak tanam yang digunakan semakin lebar dan sebaliknya. Pada umumnya jarak tanam yang sering digunakan adalah 9 x 9 x 9 meter dengan jumlah populasi 143 pohon/Ha (Mangoensoekarjo dan Semangun, 2005).

(29)

33

Laporan PKPM Budidaya Tanaman Perkebunan Lubang tanam dibuat beberapa hari sebelum tanam dengan ukuran 50 cm x 40 cm x 40 cm. Sisa galian tanah atas (20 cm) dipisahkan dari tanah bawah. Areal berbukit, dibuat teras melingkari bukit dan lubang berjarak 1,5 meter dari sisi lering (Prabowo, 2007).

2.5.2. Persiapan Bahan Tanam

Pada umumnya tanaman kelapa sawit di Indonesia berasal dari bibit yang dikembangbiakan dengan cara generatif yaitu dengan biji. Namun sejalan dengan teknologi, pengadaan bibit kelapa sawit dapat dilakukan dengan menggunakan kultur jaringan (Yan Fauzi, dkk, 2005).

Penyedian bibit dilakukan oleh balai–balai penelitian kelapa sawit, terutama oleh Marihat Research Station dan Balai Penelitian Perkebuna Medan. Dalam penyedian benih ini balai-balai penelitian tersebut mempunyai kebun induk yang baik dan terjamin dengan pohon induk tipe Deli dura dan pohon bapak tipe Pisifera (RISPA, 2008).

Menurut RISPA (2008) syarat–syarat pohon induk yang baik adalah :

 Pertumbuhan vegetatifnya lambat dan produksi tinggi.

 Persentase buah per tandan sekitar 60–70 %.

 Kadar minyak dalam daging buah ± 60 % dan kadar minyak per tahun sekitar 27 %.

 Bentuk pohonnya baik dan sudut pelepahnya tidak sempit.

 Tumbuh subur dan bebas dari gangguan hama dan penyakit. Syarat–syarat pohon bapak yang baik adalah :

 Daya gabung sifat genetisnya baik, sehingga dapat berkombinasi dengan sifat– sifat genetis yang baik dari pohon induknya.

(30)

34

Laporan PKPM Budidaya Tanaman Perkebunan  Kadar minyak dalam daging buah (mesocarp) > 24 %.

 Tumbuh subur dan bebas dari gangguan hama dan penyakit.

Pada dasarnya dikenal dua sistem pembibitan yaitu sistem pembibitan satu tahap (Single stage Nursery) dan sistem pembibitan dua tahap (Double stage Nursery). Pada penerapan sistem tahap ganda pananaman bibit dilakukan sebanyak dua kali yaitu tahap pertama kecambah ditanam dikantong polybag kecil berisi 1,5–2,0 kg tanah lapisan atas yang telah diayak. Kecambah ditanam sedalam 2 cm dan tanah di polybag harus selalu lembab serta dipelihara selama 3 bulan. Tahap kedua ditanam pada polybag besar dan dipelihara selama 9–10 bulan setelah bibit berdaun 4–5 helai. Pada prinsipnya, sistem pembibitan ini memiliki tujuan yang sama yaitu untuk menghasilkan bibit yang berkualitas dengan daya tahan tinggi dan kemampuan adaptasi terhadap lingkungan lebih baik sehingga faktor kematian bibit di pembibitan dan di lapangan dapat ditekan sekecil mungkin (Prabowo, 2007).

Adapun kegiatan pelaksanaan pembibitan sebagai berikut : 1. Syarat Tempat Pembibitan yaitu :

 Areal pembibitan harus datar dan rata.  Dekat dengan sumber air.

 Letaknya ditengah–tengah areal yang akan ditanami dan mudah diawasi.  Dekat dengan sumber tanah sebagai pengisian kantong plastik.

2. Pengolahan Lahan Pembibitan

Lahan pembibitan harus diratakan dan dibersihkan dari segala macam gulma dan dilengkapi dengan instalasi penyiraman (Springkle Irrigation) serta

(31)

35

Laporan PKPM Budidaya Tanaman Perkebunan dilengkapi dengan jalan–jalan dan parit–parit draenase. Luas kompleks pembibitan harus sesuai dengan kebutuhan (RISPA, 2008).

3. Pemeliharaan Pembibitan

Bibit yang telah ditanam di Pre-nursery atau Main-nursery pelu dipelihara

dengan baik agar pertumbuhannya sehat dan subur, sehingga bibit akan dapat dipindahkan ke lapangan sesuai dengan umur dan saat tanam yang tepat.

Pemeliharaan bibit meliputi penyiraman, penyiangan, pemupukan, pengawasan dan seleksi (RISPA, 2008).

 Penyiraman

Penyiraman bibit dilakukan dua kali sehari, kecuali bila jatuh hujan lebih dari 7–8 mm per hari yang bersangkutan. Air untuk menyiram bibit harus bersih dan cara penyiramannya harus dengan semprotan halus agar bibit dalam polybag tidak rusak dan tanah tempat tombuhnya tidak padat. Kebutuhan air ± 2 liter per polybag per hari, disesuaikan dengan umur bibit (RISPA, 2008).

 Penyiangan

Gulma yang tumbuh dalam polybag dan di tanah antar polybag harus dibersihkan, dikoret atau dengan herbisida. Penyiangan gulma harus dilakukan 2– 3 kali dalam sebulan atau disesuaikan dengan pertumbuhan gulma (RISPA, 2008).

 Pemupukan

Pemupukan bibit sangat penting untuk memperoleh bibit yang sehat, tumbuh cepat dan subur. Pupuk yang diberikan adalah Urea dalam bentuk larutan dan pupuk majemuk. Dosis dan jenis pupuk yang diberikan dapat dilihat pada Tabel 1.

(32)

36

Laporan PKPM Budidaya Tanaman Perkebunan

Tabel 1. Dosis dan Jenis Pupuk Untuk Bibit Kelapa Sawit.

Umur bibit

(minggu ke) Jenis pupuk Dosis Rotasi

4 – 5 Larutan Urea 0,2 % 3 – 4 ltr larutan / 100 bibit 1 minggu 6 – 7 Larutan Urea 0,2 % 4 – 5 ltr larutan / 100 bibit 1 minggu 6 – 16 Rustika (N,P,K,Mg)

15. 15. 6. 4 1 gram / bibit 1 minggu

17 – 20 Rustika (N,P,K,Mg)

12. 12. 17. 2 5 gram / bibit 2 minggu 21 – 28 Rustika (N,P,K,Mg)

12. 12. 17. 2 8 gram / bibit 2 minggu 29 – 40 Rustika (N,P,K,Mg)

12. 12. 17. 2 15 gram / bibit 2 minggu 41 – 48 Rustika (N,P,K,Mg)

12. 12. 17. 2 17 gram / bibit 2 minggu Sumber : RISPA, 2008.

 Pengawasan dan Seleksi

Pengawasan bibit ditujukan terhadap petumbuhan bibit dan perkembangan gangguan hama dan penyakit. Bibit yang tumbuh kerdil, abnormal, berpenyakit dan mempunyai kelainan genetis harus dibuang. Pembuangan bibit (Thinning Out) dilakukan pada saat pemindahan ke Main-nursery yaitu pada saat bibit berumur 4 bulan dan berumur 12 bulan pada saat pemindahan biit ke lapangan.

2.5.3. Penanaman Penutup Tanah ( Leguminosa cover crop )

Tanaman penutup tanah (leguminosa cover crop atau LCC) pada areal tanaman kelapa sawit sangat penting karena dapat memperbaiki sifat–sifat fisik, kimia dan biologi tanah, mencegah erosi, mempertahankan kelembaban tanah dan menekan pertumbuhan gulma. Penanaman tanaman kacangan sebaiknya dilaksanakan segera mungkin setelah persiapan lahan selesai. Adapun jenis tanaman kacang–kacangan yang umum di perkebunan kelapa sawit adalah :  Pueraria javanica (LP) yaitu pertumbuhannya semula agak lambat akan tetapi

(33)

37

Laporan PKPM Budidaya Tanaman Perkebunan  Colopogonium mucunoides (CM) yaitu cepat tumbuh tetapi tidak dapat

bertahan lama ddan tidak tahan terhadap naungan.  Centrocema pubescent (CP) sama dengan CM

 Pesophocarpus palustris (PP) yaitu hampir sama dengan PJ tetapi lebih tahan terhadap air / rendaman hanya bibitnya tidak tahan lama disimpan.

 Mucuna chocinesis (MC) yaitu cepat tumbuh tetapi umurnya pendek ± 3 bulan dan MC memiliki bau spesifik yang tidak disukai oryctes sp.

 Colopogonium caerolium (CC) yaitu pertumbuhan awalnya agak lama tetapi tahan terhadap naungan dan umurnya panjang ( RISPA, 2008 )

Syarat–syarat tanaman penutup tanah yaitu, (PTPN. III, 2003 ) :

 Tidak menjadi saingan terhadap tanaman pokok dalam penyerapan unsur hara dan sinar matahari.

 Tanaman penutup tanah tersebut mudah diperbanyak.  Tidak merupakan inang hama dan penyakit tanaman utama.

 Pertumbuhan cepat, tahan kekeringan dan dapat menekan pertumbuhan gulma.  Dapat menghasikan bahan organik yang tinggi.

2.5.4. Penanaman di Lapangan

Penanaman dilakukan sebaiknya pada awal musim hujan, setelah hujan turun dengan teratur. Sehari sebelum tanam, siram bibit pada polybag. Lepaskan plastik polybag secara hati–hati dan masukkan bibit kedalam lubang. Taburkan Rock Phosfat yang dicampur denga pupuk kandang disekitar perakaran tanaman. Segerah ditimbun dengan galian tanah di atas (Prabowo, 2007).

2.5.5. Pemeliharaan Tanaman di Lapangan 2.5.5.1. Penyulaman

(34)

38

Laporan PKPM Budidaya Tanaman Perkebunan Penyulaman dilakukan untuk mengganti tanaman yang mati atau tumbuh kurang baik. Saat menyulam yang baik adalah pada musim hujan. Bibit yang digunakan harus seumur dengan tanaman yang disulam yaitu bibit berumur 10–14 bulan. Banyaknya sulaman biasanya sekitar 3-5 % setiap hektarnya. Cara melaksanakan penyulaman sama dengan menanam bibit (RISPA, 2008).

2.5.5.2. Pembuatan Piringan

Piringan di sekitar pohon kelapa sawit harus tetap bersih. Oleh karena itu tanah di sekitar pohon kelapa sawit dengan jari–jari 1–2 meter dari pohon kelapa sawit harus bersih dari gulma yang tumbuh dengan jalan dibabat/disemprot dengan herbisida.

2.5.5.3. Pemupukan

Jenis pupuk yang diberikan adalah pupuk N, P, K, Mg dan B (Urea, TSP, KCl, Kiserit dan Borax). Pemupukan ekstra dengan pupuk Borax pada tanaman muda sangat penting, karena kekurangan Borax (Boron deficiency) yang berat dapat mematikan tanaman kelapa sawit. Dosis pupuk yang digunakan untuk TBM (Tanaman Belum Menghasilkan) disesuaikan dengan anjuran Balai Penelitian. Sedangkan untuk tanaman menghasilkan dosis yang digunakan berdasarkan analisis daun dan analisis tanah. Contoh dosis pemupukan pada tanaman yang sudah menghasilkan adalah :

 Urea : 2,0 – 2,5 kg/pohon/tahun diberikan 2 x aplikasi.  KCl : 2,5 – 3,0 kg/pohon/tahun diberikan 2 x aplikasi.  Kiserit : 1,0 – 1,5 kg/pohon/tahun diberikan 2 x aplikasi.  TSP : 0,75 – 1,0 kg/pohon/tahun diberikan 2 x aplikasi.  Borax : 0,05 – 1,0 kg/pohon/tahun diberikan 2 x aplikasi.

(35)

39

Laporan PKPM Budidaya Tanaman Perkebunan Untuk tanaman belum menghasilkan yang berumur 0–3 tahun dosis pemupukan per pohon per tahunnya adalah sebagai berikut :

 Urea : 0,40 – 0,60 kg/pohon/tahun  KCl : 0,20 – 0,50 kg/pohon/tahun  Kiserit : 0,10 – 0,20 kg/pohon/tahun  TSP : 0,25 – 0,30 kg/pohon/tahun  Borax : 0,02 – 0,05 kg/pohon/tahun

Pada tanaman belum menghasilkan pupuk N, P, K, Mg dan B ditaburkan merata dalam piringan mulai jarak 20 cm dari pokok sampai ujung tajuk daun. Sedangkan tanaman yang sudah menghasilkan pupuk N ditaburkan merata mulai jarak 50 cm dari pokok sampai di pinggir luar piringan. Pupuk P, K dan Mg harus ditaburkan merata pada jarak 1–3 meter dari pokok. Pupuk B ditaburkan merata pada jarak 30–50 cm dari pokok. Waktu pemberian pupuk sebaiknya dilaksanakan awal musim hujan (September–Oktober), pemupukan yang pertama dan akhir musim hujan (Maret–April) untuk pemupukan yang kedua (RISPA, 2008).

2.5.5.4. Pemangkasan Daun

Maksud pemangkasan daun adalah untuk memperoleh pokok yang bersih, karena jumlah daun yang optimal dalam satu pokok akan memudahkan pemanenan. Memangkas daun dilaksanakan sesuai dengan umur atau tingkat pertumbuhan tanaman. Macam–macam pemangkasan yaitu :

a. Pemangkasan buah pasir yaitu pemangkasan yang dilakukan terhadap tanaman yang berumur 16–20 bulan dengan maksud untuk membuang daun–daun kering dan buah–buah pertama yang busuk. Alat yang digunakan adalah jenis linggis bermata lebar dan tajam yang disebut dodos.

(36)

40

Laporan PKPM Budidaya Tanaman Perkebunan b. Pemangkasan produksi yaitu pemangkasan yang dilakukan pada umur 20–28

bulan dengan memotong daun–daun tertentu sebagai persiapan pelaksanaan panen. Daun yang dipangkas adalah songgo dua (yaitu daun yang tumbuhnya saling menumpuk satu sama lain) juga buah–bua1h yang busuk. Alat yang digunakan adalah dodos seperti pada pemangkasan buah pasir (RISPA, 2008). Pemangkasan pemeliharaan adalah pemangkasan yang dilakukan setelah tanaman berproduksi dengan maksud membuang daun–daun songgo dua sehingga setiap saat hanya terdapat daun sejumlah 28–54 helai per pohon. Sisa daun pada pemangkasan ini harus sependek mungkin (mepet), agar tidak menggangu dalam pelaksanaan panen (RISPA, 2008).

2.5.5.5. Kastrasi Bunga

Kastrasi adalah pemotongan atau pembuangan secara menyeluruh bunga jantan dan bunga betina. Tujuan dari kastrasi ini selain dari sanitasi juga konsentrasi penyerapan zat–zat hara bagi pertumbuhan vegetatif tanaman. Kastrasi dilakukan sejak tanaman mengeluarkan bunga yang pertama (12–20 bulan setelah tanam) sampai tanaman berumur 33 bulan atau selambat–lambatnya 6 bulan sebelum panen pertama. Kastrasi dilakukan 1 bulan sekali atau sebanyak 10–20 kali selama masa TBM dengan menggunakan alat dodos (Prabowo, 2007)

2.5.5.6. Pengendalian Hama dan Penyakit

Hama yang biasa menyerang pada tanaman belum menghasilkan dan tanaman yang sudah mengahasilkan tidak selalu sama. Ada hama yang bersifat permanen seperti ulat api dan ulat kantong serta ada pula yang bersifat sementara seperti gangguan jenis mamalia misalnya gajah, babi dan lain–lain. Dalam hal ini

(37)

41

Laporan PKPM Budidaya Tanaman Perkebunan sistem pengendaliannya tentu jelas berbeda (Mangoensoekarjo dan Semangun, 2005).

Apabila penyakit tanaman sudah meledak sangat sulit untuk dikendalikan. Berdasarkan hal tersebut maka yang lebih ditekankan adalah tindakan pencegahan. Beberapa penyakit yang harus diamati baik pada TBM maupun TM antara lain, (Mangoensoekarjo dan Semangun, 2005) :

1. Busuk pangkal batang disebabkan oleh jamur Ganoderma sp.

2. Penyakit tajuk (Crown deseases) yang disebakan oleh jamur yang belum diketahui dan kemungkinan disebabkan oleh faktor genetik.

3. Busuk tandan yang disebabkan oleh jamur Marasmius palmivorus.

2.5.6. Panen

Panen adalah serangkaian kegiatan yang dimulai dari memotong tandan matang panen yang sesuai dengan kriteria matang panen, mengumpulkan dan mengutip brondolan serta menyusun tandan dan brondolan di tempat pemungutan hasil (TPH) (PTPN. III, 2003).

Kriteria matang panen merupakan indikasi yang dapat memabantu pemanen agar memotong buah pada saat yang tepat. Kegiatan pemanenan dapat dilakukan bila tanaman telah berumur 2,5 tahun dari mulai ditanam dilapangan dan buah yang akan dipanen telah masak atau telah berumur 5,5 bulan setelah penyerbukan. Kriteria matang panen ditentukan pada saat kandungan minyak maksimal dan kandungan ALB (asam lemak bebas) minimal. Pada saat ini, kriteria umum yang banyak dipakai adalah berdasarkan jumlah brondolan segar yang terdapat pada piringan, yaitu tanaman dengan umur kurang dari 10 tahun jumlah brondolan kurang dari 4-10 butir dan umur lebih dari 10 tahun jumlah

(38)

42

Laporan PKPM Budidaya Tanaman Perkebunan brondolan sekitar 15–20 butir. Namun secara praktis digunakan kriteria umum yaitu pada setiap 10 kg terdapat 2 brondol (Prabowo, 2007).

Rotasi panen adalah waktu yang diperlukan untuk panen terakhir sampai panen berikutnya. Perkebunan kelapa sawit di Indonesia pada umumnya memakai rotasi 7 hari, artinya satu areal panen harus dimasuki oleh pemetik tiap 7 hari sekali (Yan Fauzi, dkk, 2005).

Menurut Yan Fauzi, dkk, (2005), ada 2 sistem ancak panen yaitu : a. Sistem Ancak Giring

Sistem ancak giring yaitu apabila suatu ancak telah dipanen maka pindah ke ancak berikutnya yang telah ditunjuk oleh mandor, sistem ini memudahkan dalam pengawasan pekerjaan dan hasil panen lebih cepat sampai ke TPH dan pabrik. Namun pemanen cenderung memanen buah yang mudah dipanen sehingga ada tandan buah dan brondol yang tertinggal dilapangan.

b. Sistem Ancak Tetap

Sistem ancak tetap yaitu pemanen diberi ancak dengan luasan tertentu dan tidak berpindah–pindah. Hal ini menjamin diperolehnya TBS dengan kematangan yang optimum namun kelemahan sistem ini adalah buah lambat keluar sehingga lambat sampai ke pabrik.

2.6. Pengolahan Hasil Panen

Pengolahan tandan buah segar (TBS) di pabrik bertujuan untuk memperoleh minyak sawit yang berkualitas baik. Proses tersebut berlangsung cukup panjang dan memerlukan kontrol yang cermat, dimulai dari pengangkutan

(39)

43

Laporan PKPM Budidaya Tanaman Perkebunan TBS atau berondolan dari TPH ke pabrik sampai dihasilkan minyak sawit dan hasil sampingannya (Yan Fauzi, dkk, 2008).

Menurut Lubis, A.U. (1992), tujuan utama dari pengolahan hasil merupakan pengolahan tandan buah segar (TBS) sebagai bahan baku menjadi minyak kasar (CPO) dan inti (karnel). Untuk mencapai minyak yang berkualitas dan berkuantitas tinggi haruslah perlu menetapkan sistem pada panen menurut kriteria panen yang telah ditentukan. Kriteria itu antara lain matang buah, rotasi panen, kebersihan panen dan jumlah buah yang jatuh (berondolan). Pengngkutan buah ke pabrik harus disesuaikan dengan jumlah tandan buah yang dipanen, sehingga tidak terjadi penumpukan tandan buah segar.

Proses pengolahan hasil dilakukan dengan melalui beberapa tahap yaitu pengangkutan TBS ke pabrik, penimbangan, bongkar buah (loading ramp), perebusan (sterilizer), penebahan (stripping, thresing), peremasan (digestion), pengempaan (pressing), pemurnian (clarification), pemisahan inti sawit dari tempurung (Risza, S. 1994).

Pada dasarnya ada dua macam hasil olahan utama TBS di pabrik yaitu minyak sawit yang merupakan hasil pengolahan daging buah dan minyak inti sawit yang dihasilkan dari eksatraksi inti sawit. Secara ringkas, tahap-tahap proses pengolahan TBS sampai dihasilkan minyak adalah sebagai berikut :

2.6.1. Pengangkutan TBS ke Pabrik

TBS harus segera diangkut ke pabrik untuk diolah, yaitu maksimal 8 jam setelah panen harus segera diolah. Buah yang tidak segera diolah akan mengalami kerusakan. Pemilihan alat angkut yang tepat dapat membantu mengatasi kerusakan buah selama pengangkutan. Alat angkut yang dapat

(40)

44

Laporan PKPM Budidaya Tanaman Perkebunan digunakan dari kebun ke pabrik, dintaranya lori, traktor, gandengan atau truk. Pengangkutan dengan lori dianggap lebih baik dibanding dengan alat angkut lainnya. Guncangan selama perjalanan lebih banyak terjadi jika menggunakan truk atau traktor gandengan sehingga perlukaan pada buah lebih banyak. Setelah TBS sampai pabrik, segera dilakukan penimbangan, karena penimbangan sangat penting dilakukan terutama untuk mendapatkan angka-angka yang berkaitan dengan produksi, pembayaran upah pekerja dan perhitungan rendeman minyak sawit (Yan Fauzi, dkk, 2005).

Data peningkatan kadar ALB akibat TBS lama diolah dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Peningkatan Alb Minyak Akibat TBS Lama Diolah atau Menginap di Lapangan. Lamanya menginap di lapangan ( hari ) Rendemen minyak terhadap buah ( % ) Kadar A.L.B ( % ) 0 50,44 3,90 1 50,60 5,01 2 50,73 6,09 3 48,66 6,90

Sumber :Lubis, A.U ( 1992 ) 2.6.2. Penimbangan

Buah yang telah sampai kepabrik setelah diangkut dengan truk segera dilakukan penimbangan panen di pabrik. Penimbangan dilakukan diatas jembatan timbang. Sesudah itu ditimbang lagi dalam keadaan kosong (Mongoensoekarjo, S. Dan H. Semangun, 2005). Kandungan asam lemak bebas (ALB) buah yang tidak segera diangkut untuk diolah akan meningkat . Untuk menghindari hal tersebut,

(41)

45

Laporan PKPM Budidaya Tanaman Perkebunan maksimal 8 jam setelah panen tandan buah segar harus segera diolah (Fauzi dkk. 2005)

2.6.3. Bongkar buah (Loading ramp)

Truk buah setelah ditimbang kemudian buah dibongkar di loading ramp. Pada kesempatan ini +_ 5% dari jumlah buah disortasi untuk penilaian mutu. Selanjutnya buah dipindahkan keranjang lori rebusan yang berkapasitas lebih kurang 2,5 ton (Fauzi, dkk, 2005)

2.6.4. Perebusan TBS

TBS dimasukkan ke dalam lori dan selanjutnya direbus dalam sterilizer atau dalam ketel rebus. Perebusan dilakukan dengan mengalirkan uap panas selama 1 jam atau tergantung besarnya tekanan uap. Pada umumnya, besarnya tekanan uap yang digunakan adalah 2,5 atmosfer dengan suhu uap 125 º C. Perebusan yang terlalu lama dapat menurunkan kadar minyak dan pemucatan karnel. Sebaiknya, perebusan dalam waktu yang terlalu pendek menyebabkan semakin banyak buah yang tidak rontok dari tandannya (Yan Fauzi, dkk, 2005).

Pada dasarnya tujuan perebusan adalah :

 Merusak enzim lipase yang menstimulir pambentukan ALB.  Mempermudah pelepasan buah dari tandan dan inti dari cangkang.  Memperlunak daging buah sehingga mempermudah proses pemerasan.

 Untuk mengkoagulasikan (mengendapkan) protein sehingga memudahkan pemisahkan minyak.

(42)

46

Laporan PKPM Budidaya Tanaman Perkebunan Lori - lori yang berisikan TBS ditarik keluar dan diangkat dengan alat Hoisting Crane yang digerakkan dengan motor. Hoisting Crane akan membalikkan TBS ke atas mesin perontok buah (thresher). Brondolan yang telah terpipil dari stasiun penebahan diangkat ke bagian pegadukan/pencacah (digister). Untuk lebih memudahkan penghancuran daging buah dan pelepasan daging biji, selama proses digester dipanasi atau diuapi (Yan Fauzi, dkk, 2005).

2.6.6. Pemerasan atau Ekstraksi Minyak Sawit

Untuk memisahkan biji sawit dari hasil lumatan TBS, perlu dilakukan pengadukan selama 25-30 menit. Setelah lumatan buah bersih dari biji sawit, langkah selanjutnya adalah pemerasan atau ekstraksi. Tujuan ekstraksi adalah untuk mengambil minyak sawit dari masa adukan (Yan Fauzi, dkk, 2005). Ada beberapa alat dan cara yang digunakan dalam proses ekstraksi minyak yaitu :  Ekstraksi dengan Sentrifugasi

Alat yang dipakai berupa tabung baja silindris yang berlubang-lubang pada bagian dindingnya. Buah yang telah lumat, dimasukkan ke dalam tabung lalu ditutup. Dengan adanya gaya sentrifugasi, maka akan keluar minyak CPO melalui lubang-lubang pada dinding tabung.

 Ekstraksi dengan Cara Screw Press

Prinsip ekstraksi cara ini adalah menekan buah lumatan dalam tabung yang berlubang dengan alat ulir yang berputar, sehingga minyak akan keluar lewat lubang-lubang tabung. Besarnya tekanan alat dapat diatur secara elektris dan tergantung dari volume bahan yang dipress. Cara ini mempunyai kelemahan yaitu pada tekanan yang terlampau kuat akan menyebabkan biji banyak yang pecah.

(43)

47

Laporan PKPM Budidaya Tanaman Perkebunan  Ekstraksi dengan bahan pelarut

Ekstraksi cara ini yakni dengan menambah pelarut tertentu pada lumatan daging buah, sehingga minyak larut terpisah dari partikel yang lain.

2.6.7. Pengempaan (Pressing)

Pada pabrik kelapa sawit umumnya digunakan screw press sebagai alat pengempaan untuk memisahkan minyak dari daging buah. Proses pemisahan minyak terjadi akibat putaran Screw mendwsak bubur buah, sedangkan dari arah yang berlawanan tertahan oleh sliding cone. Screw dan sliding cone ini berada didalam sebuah selubang baja yang disebut press cage, dimana dindingnya berlubang-lubang diseluruh permukaannya. Dengan demikia, minyak dari bubur buah yang terdesak ini akan keluar melalui celah antara sliding cone dan press cage (Pahan,2007).

2.6.8. Pemurnian dan Penjernihan Minyak Sawit

Minyak sawit yang keluar dari tempat pemerasan atau pengepresan berupa minyak sawit kasar, karena masih mengandung kotoran berupa partikel-partikel dari tempurung dan serabut serta 40 %-50 % air. Agar diperoleh minyak sawit yang bermutu baik, minyak sawit kasar tersebut diolah lebih lanjut yaitu dialirkan dalam tangki minyak sawit (crude oil tank). Setelah melalui pemurnian atau klarifikasi yang bertahap, akan menghasilkan minyak sawit mentah (CPO). Proses penjernihan dilakukan untuk menurunkan kandungan air dalam minyak. Minyak sawit yang telah dijernihkan ditampung dalam tangki-tangki penampungan dan siap dipasarkan atau mengalami pengolahan lebih lanjut sampai dihasilkan minyak sawit murni (processed oalm oil, PPO) dan hasil olahan lainnya (Yan Fauzi, dkk, 2005).

(44)

48

Laporan PKPM Budidaya Tanaman Perkebunan 2.6.9. Pengeringan dan Pemecahan Biji

Biji sawit yang telah dipisah pada proses pengadukan, diolah lebih lanjut untuk diambil minyaknya. Sebelum di pecah, biji-biji sawit dikeringkan dalam silo, minimal 14 jam dengan sirkulasi udara kering pada suhu 50 º C. Akibat proses pengeringan ini, inti sawit akan mengerut sehingga memudahkan pemisahan inti sawit dari tempurungnya. Biji-biji sawit yang sudah kering kemudian dibawa kealat pemecah biji (Yan Fauzi, dkk, 2005).

2.6.10. Pemisahan Inti Sawit Dari Tempurung

Pemisahan inti sawit dari tempurung dilakukan berdasarkan perbedaan berat jenis antara inti sawit dan tempurung. Alat yang digunakan adalah hydrocyclone seperator. Inti sawit dan tempurung dipisahkan oleh aliran air yang berputar dalam sebuah tabung atau dapat juga dengan mengapungkan biji-biji yang pecah dalam larutan lempung yang mempunyai berat jenis 1,16. Dalam keadaan tersebut inti sawit akan mengapung dan tempurungnya tenggelam. Proses selanjutnya adalah pencucian inti sawit dan tempurung sampai bersih.

Untuk menghindarkan kerusakan akibat mikroorganisme, maka init sawit harus segera dikeringkan pada suhu 80 º C. Setelah kering inti sawit dapat dipakai atau diolah lebih lanjut dengan ekstraksi agar menghasilkan minyak inti sawit (palm oil karnel, PKO), (Yan Fauzi, dkk, 2005).

Referensi

Dokumen terkait

Metode pengumpulan data yang digunakan adalah pengisian angket dan wawancara. Terdapat tiga jenis angket yaitu angket pemetaan kondisi peserta didik, angket validasi ahli,

Penghitungan trombosit secara tidak langsung yang menggunakan sediaan apus dilakukan dalam 10 lpmi x 2000 atau 20 lpmi x 1000 memiliki sensitifitas dan spesifisitas

WONG PING FOO KLINIK KESIHATAN CHERAS BARU, JALAN 16, KAMPUNG CHERAS BARUOFF JALAN KUARI, 59200 KUALA LUMPUR.

Keluarga Tn! ) mengatakan bahwa Tn! ) (kepala keluarga# terkena darah tinggi dan 9ertigo! Tn ) tidak boleh makan terlalu  ban$ak garam jeroan jengkol dan kopi! Keluarga

dilakukan oleh segenap pengurus dan ustadh di Lembaga Kursus Al- Qur’an Al-Falah, maka pada tahun 1992 – 1996 M, terdapat penambahan.. program baru yakni bahasa Arab dan

Sekarang anda bisa Download dokumen di Scribd Gratis Tanpa harus daftar dan upload ataupun membayar. Selamat mendownload file referensi untuk mengerjakan tugas, makalah

Membahas Pengelolaan PNS yang mengalami gangguan

Partisipasi Dewan Direksi pada Pegadaian sudah berjalan dengan baik. Partisipasi Dewan Direksi memang tidak secara langsung terjadi di Pegadaian