• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perilaku Kenakalan Remaja

2.1.1. Defenisi Perilaku

Perilaku adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai bentanagan yang sangat luas antara lain : berjalan, berbicara, menangis, tertawa, bekerja, kuliah, menulis, membaca dan sebagainya. Dari uraian ini dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud perilaku manusia adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang diamati langsung, maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar (Notoatmodjo, 2003 : 114).

Menurut Skinner, seperti yang dikutip oleh Notoatmodjo (2003:113), merumuskan bahwa perilaku merupakan respon reaksi seseorang terhadap stimulus atau rangsangan dari luar.

2.1.2 Determinan Perilaku

Teori Lawrence Green (1980) mencoba menganalisis perilaku manusia berangkat dari tingkat kesehatan. Bahwa kesehatan seseorang dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor perilaku (behavior causes) dan faktor luar (non behavior causes). Faktor perilaku ditentukan atau dibentuk oleh:

a. Faktor predisposes (predisposing factor), yang terwujud dalam pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai dan sebagainya.

b. Faktor pendukung (enabling factor), yang terwujud dalam lingkungan fisik, tersedia atau tidak tersedianya fasilitas-fasilitas atau sarana-sarana

(2)

kesehatan, misalnya : puskesmas, obat-obatan, alat-alat steril dan sebagainya.

c. Faktor pendorong (reinforcing factor) yang terwujud dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan ada atau petugas lain, yang merupakan kelompok referensi dari perilaku masyarakat.

2.1.3 Defenisi Kenakalan

Kenakalan adalah perbuatan yang melanggar atau menyelewengkan norma sosial, norma hukum, norma kelompok yang menimbulkan keonaran atau mengganggu dan merugikan dirinya sendiri beserta ketentraman masyarakat, sehingga pihak yang berwajib terpaksa mengambil tindakan keamanan.

Kartono (Ilmuan Sosiologi) mengemukakan bahwa kenakalan remaja atau dalam bahasa inggrisnya dikenal dengan istilah Juvenile Delinquency merupakan gejala patologis sosial pada remaja yang disebabkan oleh suatu bentuk pengabaikan sosial. Akibatnya mengembangkan bentuk perilaku menyimpang. Sedangkan menurut Santrock (2003) mengemukakan bahwa kenakalan remaja merupakan kumpulan dari berbagai perilaku remaja yang tidak dapat diterima secara sosial hingga terjadi tindakan kriminal.

(3)

2.2.1 Faktor Penyebab Kenakalan Remaja

Perilaku „nakal‟ remaja dapat disebabkan oleh faktor internal dan eksternal :

 Faktor Internal

Faktor internal yakni faktor penyebab yang berasal dari remaja yang bersangkutan itu sendiri. Faktor tersebut antara lain sebagai berikut :

1. Krisis identitas

Perubahan biologis dan sosiologis pada diri remaja memungkinkan terjadinya dua bentuk integrasi. Pertama terbentuknya perasaan akan konsistensi dalam kehidupannya. Kedua tercapainya identitas peran. Kenakalan remaja umumnya terjadi karena remaja gagal mencapai masa integrasi kedua.

2. Faktor pubertas

Periode SMP dan SMA merupakan periode dimana seorang remaja mempunyai keinginan yang sangat besar terhadap hal-hal berbau seksualitas. Apabila mereka tidak mendapatkan pendidikan seks yang baik mereka akan mencari dengan cara mereka sendiri. Hal ini mendorong mereka untuk berbuat nakal.

3. Kontrol diri yang lemah

Remaja yang tidak bisa mempelajari dan membedakan tingkah laku yang dapat diterima dengan yangtidak dapat diterima akan terseret pada perilaku „nakal‟. Begitupun bagi mereka yang telah mengetahui perbedaan dua tingkah laku tersebut, namun tidak bisa mengembangkan kontrol diri untuk bertingkah laku sesuai pengetahuannya.

(4)

 Faktor Eksternal

Faktor Eksternal yakni faktor penyebab kenakalan yang berasal dari luar remaja yang bersangkutan. Faktor-faktor tersebut antara lain sebagai berikut :

1. Keluarga

Perceraian orangtua, kurangnya komunikasi antar anggota keluarga, atau perselisihan antar anggota keluarga bisa memicu perilaku negatif pada remaja. Pendidikan yang salah dikeluargapun seperti terlalu permisif, terlalu memanjakan anak, kurangnya memberikan pendidikan agama, atau penolakan terhadap eksistensi anak, bisa menjadi penyebab terjadinya kenakalan remaja. Dengan kondisi yang masih labil dan pengaruh globalisasi informasi yang demikian gencar dan tidak terfilter dengan baik, akibatnya tentu penyalahgunaan dan kemerosotan moral yang akan terjadi.

2. Lemahnya pengawasan guru terhadap perilaku para murid

Hal ini bisa terjadi karena masih banyak guru yang kurang mengerti teknologi. Akibatnya mereka tidak dapat mencegah terjadinya jenis kenakalan-kenakalan modern seperti penyalahgunaan teknologi dalam maraknya situs porno dikalangan siswa.

3. Lingkungan yang tidak baik masa remaja sering disebut sebagai masa pencarian jati diri

Pada masa ini remaja umumnya menjalin relasi dengan teman-teman sebaya yang bisa membuat mereka merasa nyaman. Remaja lebih banyak menghabisi waktunya diluar rumah bersama orang tua dan keluarga. Oleh karena

(5)

itu jika remaja berteman dengan orang-orang yang kurang baik, mereka akan sangat rentan terbawa arus menjadi nakal.

2.2 Defenisi Kenakalan Remaja

Kenakalan ramaja adalah perilaku jahat atau kenakalan anak-anak muda, merupakan gajala sakit (patologis) secara social pada anak-anak dan remaja yang disebabkan oleh bentuk pengabaian sosial, sehingga mereka mengembangkan bentuk perilaku yang menyimpang. Istilah kenakalan remaja mengacu pada suatu rentang yang luas, dari tingkah laku yang tidak dapat diterima sosial sampai pelanggaran status hingga tindakan kriminal (Kartono, 2003).Sarwono (1999) mengungkapkan kenkalan remaja sebagai tingkah laku yang menyimpang dari norma- norma hukum pidana, sedangkan Fuhrmann (1999) juga menambahkan kenakalan remaja sebagai kumpulan dari berbagai perilaku, dari perilaku yang tidak dapat diterima secara sosial sampai tindakan kriminal.

Dari pendapat – pendapat diatas dapat di simpulkan bahwa perilaku kenakalan remaja untuk melakukan tindakan yang melanggar aturan yang dapat mengakibatkan kerugian dan kerusakan baik terhadap dirinya sendiri maupun orang lain yang dilakukan remaja di bawah umur 17 tahun.

2.3 Bentuk dan Aspek – Aspek Kenakalan Remaja

Menurut Kartono (2003), bentuk-bentuk perilaku kenakalan remaja Dibagi menjadi empat, yaitu :

(6)

2.3.1Kenakalan Terisolisir (Delinkuensi Terisolisir)

Kelompok ini merupakan jumlah terbesar dari remaja nakal.Pada umumnya mereka tidak menderita kerusakan psikologis. Perbuatan nakal mereka didorong oleh ciri-ciri berikut:

2.3.1.1 Keinginan meniru dan ingin konform dengan gangnya, jadi tidak ada motivasi, kecemasan atau konflik batin yang tidak dapat diselesaikan.

2.3.1.2 Mereka kebanyakan berasal dari daerah yang tradisional sifatnya yang memilki subkultur kriminal. Sejak kecil remaja melihat adanya gang-gang kriminal, sampai kemudian dia ikut bergabung. Remaja merasa diterima, mendapatkan kedudukan hebat, pengakuan dan prestasi tertentu.

2.3.1.3 Pada umumnya remaja berasal dari keluarga berantakan, tidak harmonis, dan mengalami banyak frustasi. Sebagai jalan keluarnya, remaja memuaskan semua kebutuhan dasarnya ditengah lingkungan kriminal. Gang remaja nakal memberikan alternative hidup yang menyenangkan.

2.3.1.4 Remaja dibesarkan dalam keluarga tanpa atau sedikit sekali mendapatkan supervisi dan latihan kedisiplinan teratur , sebagai akibatnya dia tidak sanggup menginternalisasikan norma hidup normal. Ringkasnya, terisolasi itu mereaksi tehadap tekanan dari lingkungan sosial, mereka mencari panutan dan rasa aman dari

(7)

kelompok gangnya, namun pada usia dewasa, mayoritas remaja nakal ini meninggalkan perilaku kriminalnya, paling sedikit 60% dari mereka menghentikan perilakunya pada usia 21-23 tahun. Hal ini disebabkan oleh proses pendewasaan dirinya sehingga remaja menyadari adanya tanggung sebagai orang dewasa yang mulai memasuki peran sosial yang baru.

2.3.2 Kenakalan Neurotik (Delinkuensi Neurotik)

Pada umumnya, remaja nakal tipe ini menderita gangguan kejiwaan yang cukup serius, antara lain berupa kecemasan, merasa selalu tidak aman, merasa bersalah dan berdosa dan lain sebagainya. Ciri-ciri perilakunya adalah:

2.3.2.1 Perilaku nakalnya bersumber dari sebab-sebab psikologis yang sangat,dan bukan hanya berupa adaptasi pasif menerima norma dan nilai subkultur gang yang kriminal itu saja.

2.3.2.2 Perilaku kriminal mereka, merupakan ekspresi dari konflik batin yang belum terselesaikan, karena perilaku jahat mereka merupakan alat pelepas ketakutan, kecemasan, dan kebingungan batinnya.

2.3.2.3 Biasanya remaja ini melakukan kejahatan seorang diri dan mempraktekkan jenis kejahatan tertentu, misalnya suka memperkosa kemudian membunuh korbannya, kriminal sekaligus neurotik.

2.3.2.4 Remaja nakal ini banyak yang berasal dari kalangan menengah, namun pada umumnya keluarga mereka mengalami bayak

(8)

ketegangan emosional yang parah, dan orang tuanya biasanya juga neorotik atau psikotik.

2.3.2.5 Remaja memiliki ego yang lemah dan cendrung mengisolir diri dari lingkungan.

2.3.2.6 Motif kejahatannya berbeda- beda.

2.3.2.7 Perilakunya menunjukkan kualitas kompulsif ( paksaan ).

2.3.3 Kenakalan Psikotik ( Delinkuensi Psikopatik )

Delinkuensi psikopatik ini sedikit jumlahnya, akan tetapi dilihat dari kepentingan umum dan segi keamanan, mereka merupakan oknum kriminal yang paling berbahaya. Ciri-ciri tingkah mereka adalah:

2.3.3.1 Hampir seluruh remaja ini berasal dan dibesarkan dalam lingkungan keluarga yang ekstrim, brutal, diliputi banyak pertikaian keluarga, berdisiplin keras namun tidak konsisten, dan orang tuanya selalu menyia-nyiakan mereka, sehingga mereka tidak mempunyai kepastian untuk menumbuhkan afeksi dan tidak mampu menjalin hubungan emosional yang akrab dan baik dengan orang lain.

2.3.3.2 Mereka tidak mampu menyadari arti bersalah, berdosa, atau melakukan pelanggaran.

2.3.3.3 Bentuk kejahannya majemuk, tergantung pada suasana hatinya yang kacau dan tidak dapat diduga. Mereka pada umumnya sangat agresif dan infulsif, biasanya mereka residivis yang berulang kali keluar masuk penjara, dan sulit sekali diperbaiki.

(9)

2.3.3.4 Mereka selalu gagal dalam menyadari dan menginternalisasikan norma-norma sosial yang umum berlaku, juga tidak perduli terhadap norma subkultur gangnya sendiri.

2.3.3.5 Kebanyakan dari mereka juga menderita gangguan neuroligis, sehingga mengurangi kemampuan untuk mengendalikan diri sendiri. Psikopat merupakan bentuk kekalutan mental dengan karakteristik sebagai berikut : tidak memiliki pengorganisasian dan integrasi diri.

2.3.3.6 Bertanggung jawab secara moral, selalu mempunyai konflik dengan norma sosial dan hukum. Mereka sangat egoistis, anti sosial, dan selalu menentang apa dan siapapun. Sikapnya kasar, kurang ajar, dan sadis terhadap siapapun tanpa sebab.

2.3.4 Kenakalan Defek Moral ( Delinkusensi Defek Moral )

Defek ( defek, defektus ) artinya rusak, tidak lengkap, salah, cedera, cacat, dan kurang. Delinkuensi defek moral mempunyai ciri-ciri : selalu melakukan tindakan anti sosial, walaupun pada dirinya tidak terdapat penyimpangan, namun ada difungsi pada inteligensinya. Kelemahan para remaja delinkuensi tipe ini adalah mereka tidak mampu mengenal dan memahami tingkah lakunya yang jahat, juga tidak mampu mengendalikan dan mengaturnya, mereka selalu ingin melakukan perbuatan kekerasan,penyerang dan kejahatan, rasa kemanusiannya sangat terganggu, sikapnya sangat dingin tanpa efeksi jadi ada kemiskinan efektif dan sterilitas emosional. Terdapat kelemahan pada dorongan instintif yang

(10)

primer, sehingga pembentukan super egonya sangat lemah. Impuslnya tetap pada taraf primitif sehingga sukar dikontrol dan dikendalikan. Mereka merasa cepat puas dengan prestasinya, namun perbuatan mereka sering disertai agresifitas yang meledak.Remaja yang efek moralnya biasanya menjadi penjahat yang sukar diperbaiki. Mereka adalah para residivis yanga melakukan kejahatan karena didorong oleh naluri rendah, inpuls dan primitif , diantara para penjahat residivis remaja, kurang lebih 80% mengalami kerusakan psikis, berupa disposisi dan perkembangan mental yang salah, jadi mereka menderita defek mental. Hanya kurang dari 20% yang menjadi penjahat disebabkan oleh faktor sosial atau lingkungan sekitar. Jansen (dalam Sarwono, 2002) membagi kenakalan remaja menjadi empat bentuk, yaitu:

2.3.4.1 Kenakalan yang menimmbulkan korban fisik pada orang lain: perkelahian, perkosaan, perampokan, pembunuhan, dan lain-lain.

2.3.4.2 Kenakalan yang menimbulkan korban materi: perusakan, pencurian, pencopetan, pemerasan, dan lain-lain.

2.3.4.3 Kenakalan sosial yang tidak menimbulkan korban dipihak orang lain: pelacuran, penyalahgunaan narkoba, hubungan seks bebas.

2.3.4.4 Kenakalan yang melawan status, misalnya mengingkari status anak sebagai pelajar dengan cara membolos, minggat dari rumah, membantah perintah.

(11)

Hurlock ( 1999) berpendapat bahwa kenakalan yang dilakukan remaja terbagi dala empat bentuk, yaitu:

a. Perilaku yang menyakiti diri sendri dan orang lain

b. Perilaku yang membahayakan hak milik orang lain, seperti merampas, mencuri, dan mencopet

c. Perilaku yang tidak terkendali, yaitu perilaku yang tidak mematuhi orang tua dan guru seprti membolos, mngendarai kendaraan tanpa surat izin, dan kabur dari rumah.

d. Perilaku yang membahayakan diri sendiri dan orang lain, seperti mengendarai motor dengan kecepatan tinggi, memperkosa dan membawa senjata tajam.

Dari beberapa bentuk kenakalan para remaja dapat disimpulakan bahwa semuanya menimbulkan dampak negatif yang tidak baik bagi dirinya sendiri dan orang lain, serta lingkungan sekitarnya. Adapun aspek-aspeknya diambil dari pendapat Hurlock (1999) dan Jansen (dalam Sarwono, 1998). Terdiri dari aspek perilaku yang melanggar aturan dan status, perilaku yang membahayakan diri sendiri dan orang lain, perilaku yang mengakibatkan korban materi dan perilaku yang mengakibatkan korban fisik.

2.4 Karakteristik Kenakalan Remaja

Menurut Kartono ( 2003), remaja nakal itu mempunyai karakteristik umum yang sangat berbeda dengan remaja tidak nakal. Perbedaan itu mencakup:

(12)

2.4.1 Perbedaan Stuktur Intelektual

Perbedaan umumnya inteligensi remaja yang normal, namun jelas terdapat fungsi-fungsi kognitif khusus yang berbeda biasanya remaja nakal ini mendapatkan nilai lebih tinggi untuk tugas-tugas prestasi dari pada nilai untuk keterampilan verbal (tes Wechsler). Mereka kurang toleran terhadap hal-hal yang ambigius biasanya mereka kurang mampu mempertimbangkan tingkah laku orang lain bahkan tidak menghargai pribadi lain dan menganggap orang lain sebagai cerminan dari diri sendiri.

2.4.2 Perbedaan Fisik dan Psikis

Remaja yang nakal ini lebih “idiot secara moral” dan memilki perbedaaan ciri karakteristik yang jasmaniah sejak lahir jika dibandingkan dengan remaja normal. Bentuk tubuh mereka lebih kekar, berotot, kuat, dan pada umumnya bersikap lebih agresif. Hasil penelitian juga menunjukkan ditemukannya fungsi fisiologis dan neurologis yang khas pada remaja nakal ini, yaitu: mereka kurang bereaksi terhadap stimulus kesakitan dan menunjukkan ketidakmatangan jasmaniah atau anomali perkembangan tertentu.

2.4.3 Ciri Karakteristik Individual

Remaja yang nakal ini mempunyai sifat kepribadian khusus yang menyimpang, seperti:

2.4.3.1 Rata-rata remaja nakal ini hanya berorientasi pada masa sekarang, bersenang-senang dan puas pada hari ini tanpa memikirkan masa depan.

(13)

2.4.3.3 Mereka kerang bersosialisasi dengan masyarakat normal, sehingga tidak mampu mengenal norma-norma kesusilaan, dan tidak bertanggung jawab secara sosial.

2.4.3.4 Mereka senang mencaburkan diri dalam kegiatan tanpa berfikir yang merangsang kejantanan, walaupun mereka menyadari besarnya resiko dan bahaya yang terkadang didalamnya.

2.4.3.5 Pada umumnya mereka sangat impulsif dan suka tantangan dan bahaya.

2.4.3.6 Hati nurani tidak atau kurang lancar fungsinya.

2.4.3.7 Kurang memiliki disiplin diri dan control diri sehingga mereka menjadi liar dan jahat.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa remaja nakal biasanya berbeda dengan remaja yang tidak nakal. Remaja nakal biasanya lebih ambivalen terhadap otoritas, percaya diri, pemberontak, mempunyai kontrol diri yang kurang, tidak memiliki orientasi pada masa depan dan kurangnya kemasukan sosial, sehingga sulit bagi mereka untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial.

2.5 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kenakalan Remaja

Faktor-faktor kenakalan remaja menurut Stantrock, (1996) lebih rinci dijelaskan sebagai berikut :

(14)

Menurut teori yang dikemukakan oleh Erikson (dalam Stantrock, 2002) masa remaja ada pada tahap dimana krisis identitas versus difusi identitas harus diatasi. Perubahan psikologis dan sosial memungkinkan terjadinya dua bentuk integrasi terjadi pada kepribadian remaja:

a. Terbentuknya perasaan akan konsistensi dalam kehidupannya

b. Terciptanya identitas peran, kurang lebih dengan cara menggabungkan motivasi, nilai-nilai, kemampuan dan gaya yang dimiliki remaja dengan peran yang dituntun dari remaja.

Erikson percaya bahwa delinkuensi pada remaja terutama ditandai dengan kegagalan remaja untuk mencapai integrasi yang kedua, yang melibatkan aspek-aspek identitas. Ia mengatakan bahwa remaja yang memiliki masa balita, masa kanak-kanak atau masa remaja yang membatasi mereka dari berbagai peran sosial yang dapat diterima atau yang membuat mereka merasa tidak mampu memenuhi tuntunan yang dibebankan pada mereka, mungkin akan memilki perkembangan identitas yang negatif. Beberapa dari remaja ini mungkin akan mengambil bagian dalam tindak kenakalan, oleh karena itu bagi Erikson, kenakalan adalah suatu upaya untuk membentuk suatu identitas, walaupun identitas tersebut negatif. 2.5.2 Kontrol Diri

Kenakalan remaja juga dapat digambarkan sebagai kegagalan untuk mengembangkan kontrol diri yang cukup dalam hal tingkah laku. Beberapa anak gagal dalam mengembangkan kontrol diri yang esensial yang sudah dimiliki orang lain selama proses pertumbuhan. Kebanyakan remaja telah mempelajari perbedaan antara tingkah laku yang dapat diterima dan tingkah laku yang tidak

(15)

dapat diterima, namun remaja melakukan kenakalan tidak mengenali hal ini. Mereka mungkin gagal dalam membedakan tingkah laku yang dapat diterima dan tingkah laku yang tidak dapat diterima, atau mungkin mereka sebenarnya sudah mengetahui perbedaan antara keduanya namun gagal mengembangkan control yang memadai dalam menggunakan perbedaan itu untuk membimbing tingkah laku mereka. Hasil penelitian baru-baru ini Santrock (1996) menunjukkan bahwa ternyata kontrol diri mempunyai peranan penting dalam kenakalan remaja. Pola asuh orang tua yang efektif dimasa kanak-kanak (penerapan strategi yang konsisten, berpusat pada yang konsisten, berpusat pada anak yang tidak eversif) berhubungan dengan dicapainya pengaturan diri oleh anak. Selanjutnya dengan memilki keterampilan ini sebagai atribut internal akan berpengaruh pada menurunnya tingkat kenakalan remaja.

2.5.3 Usia

Munculnya tingkah laku anti sosial di usia dini berhubungan dangan penyerangan serius nantinya di masa remaja, namun demikian tidak semua anak yang bertingkah laku seperti ini nantinya akan menjadi pelaku kenakalan, seperti hasil penelitian dari McCord (dalam Kartono, 2003) yang menunjukkan pada usia dewasa, mayoritas remaja nakal tipe terisolir meninggalkan tingkah laku kriminalnya. Paling sedikit 60% dari mereka menghentikan perbuatannya pada usia 21-23 tahun.

(16)

Remaja laki-laki banyak melakukan tingkah laku anti sosial dari pada perempuan. Menurut kepolisian Kartono (2003) pada umumnya jumlah remaja laki-laki yang melakukan kejahata dalam kelompok gang diperkirakan 50 kali lipat dari pada gang remaja perempuan.

2.5.5 Harapan Terhadap Pendidikan dan Nilai-nilai Di sekolah

Remaja yang menjadi pelaku kenakalan seringkali memilki harapan yang rendah terhadap pendidikan di sekolah. Mereka merasa bahwa sekolah tidak begitu bermanfaat untuk kehidupannya sehingga bisanya nilai-nilai mereka terhadap sekolah cendrung rendah. Mereka tidak mempunyai motivasi untuk sekolah. Riset yang dilakukan oleh Janet Chang dan Thao N. Lee (2005) mengenai pengaruh orang tua, kenakalan teman sebaya,dan sikap sekolah terhadap prestasi akademik siswa di Cina, Kamboja, Laos, dan remaja Vietnam menunjukkan bahwa faktor yang berkenan dengan orang tua secara umum tidak mendukung banyak, sedangkan sikap sekolah ternyata dapat menjembatani hubungan antara kenakalan teman sebaya dan prestasi akademik.

2.5.6 Proses Keluarga

Faktor keluarga sangat berpengaruh terhadap timbulnya kenakalan remaja. Kurangnya dukungan keluarga seperti kurangnya perhatian orangtua terhadap aktivitas anak, kurangnya penerapan kedisiplinan yang efektif,kurangnya kasihsayang orangtua dapat menjadi pemicu timbulnya kenakalan remaja. Penelitian yang dilakukan oleh Gerald Patterson dan rekan-rekannya (dalam Santrock, 1996) menunjukkan bahwa pengawasan orangtua yang tidak memadai terhadap keberadaan remaja dan penerapan disiplin yang tidak efektif dan tidak

(17)

sesuai merupakan faktor keluarga yang penting dalam menentukan munculnya kenakalan remaja. Perselisihan dalam keluarga atau stress yang dialami keluarga juga berhungan dengan kenakalan. Faktor genetik juga termasuk pemicutimbulnya kenakalan remaja, meskipun persentasenya tidak begitu besar. 2.5.7 Pengaruh Teman Sebaya

Memiliki teman sebayaba yang melakukan kenakalan meningkatkan resiko remaja untuk menjadi nakal. Pada sebuah penelitian Santrock (2003) terhadap 500 pelaku kenakalan dan 500 remaja yang tidak melakukan kenakalan di Boston,ditemukan persentase kenakalan yang lebih tinggi pada remaja yang memilki hubungan regular dengan teman sebaya yang melakukan kenakalan. 2.5.8 Kelas Sosial Ekonomi

Ada kecendrungan bahwa pelaku kenakalan lebih banyak berasal dari kelas sosial ekonomi yang lebih rendah dengan perbandingan jumlah remaja nakal di antara daerah perkampungan miskin yang rawan dengan daerah yang memilki banyak privilege diperkirakan 50:1 (Kartono, 2003). Hal ini disebabkan kurangnya kesempatan remaja dari kelas sosial rendah untuk mengembangkan keterampilan yang diterima oleh masyarakat.Mereka mungkin saja merasa bahwa mereka akan mendapatkan perhatian dan status dengan cara melakukan tindakan anti sosial. Menjadi “tangguh” dan “maskulin” adalah contoh status yang tinggi bagi remaja dari kelas sosial yang lebih rendah, dan status seperti ini sering di tentukan oleh keberhasilan remaja dalam melakukan kenakalan dan berhasil meloloskan diri setelah melakukan kenakalan.

(18)

Komunitas juga dapat berperan dalam memunculkan kenakalan remaja. Masyarakat dengan tingkah kriminalitas tinggi memungkinkan remaja mengamati berbagai model yang melakukan aktivitas kriminal dan memperoleh hasil atau penghargaan atas aktivitas kriminal mereka. Masyarakat seperti ini sering ditandai dengan kemiskinan, pengangguran, perasaan tersisi dari kaum kelas menengah. Kualitas sekolah, pendanaan pendidikan, dan aktivitas lingkungan yang terorganisir adalah faktor-faktor lain dalam masyarakat yang juga berhubungan dengan kenakalan remaja.

Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa faktor yang paling berperan harmonis dan faktor lingkungan terutama teman sebaya yang kurang baik, karena pada masa ini remaja mulai bergerak meninggalkan rumah dan menuju teman sebaya,sehingga minat, nilai, dan norma yang ditanamkan oleh kelompok lebih menentukan perilaku remaja dibandingkan dengan norma, nilai yang ada dalam keluarga dan masyarakat.

Referensi

Dokumen terkait

Pasal 21 bab XIV Tata Cara Dan Prosedur Penjatuhan Sanksi Surat Keputusan Rektor Universitas Muhammadiyah Surakarta Nomor : 076/I/2005 Tentang Peraturan Tata

Gunung Ciremai, Kuningan (Jawa Barat)–PT.Yamaha Musik Indonesia (Distributor) dan 5 anak perusahaan lain yang terkait dalam Yamaha Group Indonesia bersama dengan

sistem reservasi parkir mobil berbasis IoT ini menggunakan mikrokontroler NodeMcu sebagai pengolah data yang berhubungan dengan beberapa jenis sensor yang

organisasi yang valid, efektif dan praktis. Penelitian ini merupakan penelitian menggunakan metode penelitian dan pengembangan atau lebih dikenal dengan Research and

Bab ketiga adalah berisi tentang pembahasan dari hasil penelitian yang telah dilakukan di Desa Kranji kecamatan Paciran kabupaten, yang meliputi praktik bilas

Penegakan s Penegakan sanksi anksi pidana pidana pada pasal 157 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan pada pasal 157 Undang-Undang Nomor 1 Tahun

 Assalamu ‘alaikum Wr. Aam##n==. Wassalamu’alaikum Wr.. Ro)aman

Pada tulisan ini akan dibahas kondisi geokimia Muria serta pola tektonik yang menyertainya dan melakukan prediksi tingkat bahaya vulkanik di masa yang akan datang